kemandirian kekuasaan kehakiman dalam …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - m u n a r d...

20
KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA A. Latar Belakang Masalah Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia, sesuai Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan secara gramatikal. Dalam ketatanegaraan kita, maka kekuasaan kehakiman tersebut dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, sesuai Pasal 24 ayat (2) Undang- undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 amandemen ketiga. Kemandirian kekuasaan kehakiman di era reformasi ini memberikan beban tanggung jawab secara moril dan riil agar supremasi hukum di negara kita dapat berjalan sesuai visi dan misi di bidang hukum yang telah digariskan dalam sistem perencanaan pembangunan hasil musyawarah para wakil rakyat di lembaga legislatif. Sehingga dirasa perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan kinerja Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan negara tertinggi dalam melaksanakan fungsi-fungsinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kemandirian kekuasaan kehakiman melalui sistem peradilan satu atap di bawah Mahkamah Agung ? 2. Bagaimanakah reaktualisasi endepensi penegakan hukum melalui system satu atap di era reformasi ?

Upload: ledat

Post on 05-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN

DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah

Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara hukum Republik

Indonesia, sesuai Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman menyebutkan secara gramatikal. Dalam

ketatanegaraan kita, maka kekuasaan kehakiman tersebut dilakukan oleh

sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya

dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, sesuai Pasal 24 ayat (2) Undang-

undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 amandemen ketiga.

Kemandirian kekuasaan kehakiman di era reformasi ini

memberikan beban tanggung jawab secara moril dan riil agar supremasi

hukum di negara kita dapat berjalan sesuai visi dan misi di bidang hukum

yang telah digariskan dalam sistem perencanaan pembangunan hasil

musyawarah para wakil rakyat di lembaga legislatif. Sehingga dirasa perlu

adanya perbaikan dan penyempurnaan kinerja Mahkamah Agung sebagai

lembaga peradilan negara tertinggi dalam melaksanakan fungsi-fungsinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kemandirian kekuasaan kehakiman melalui sistem

peradilan satu atap di bawah Mahkamah Agung ?

2. Bagaimanakah reaktualisasi endepensi penegakan hukum melalui

system satu atap di era reformasi ?

Page 2: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

2

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa jauh kemandirian kekuasaan kehakiman

melalui sistem peradilan satu atap di bawah Mahkamah Agung

sehingga dapat digunakan sebagai acuan dan tolak ukur untuk

membenahi lembaga kekuasaan kehakiman secara institusional.

2. Untuk mengetahui reaktualisasi yang dilakukan Mahkamah Agung

dalam penegakan hukum di era reformasi sebagai perwujudan

kemandirian kekuasaan kehakiman dalam supremasi hukum di

Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diaharapkan bermanfaat terhadap pengembangan ilmu

hukum secara pembaharuan hukum system satu atap peradilan pad

umumnya pembenahan dan penyempurnaan sistem peradilan hukum

secara institusional pada lembaga kekuasaan kehakiman.

2. Manfaat Praktis.

Secara praktis bagi masyarakat dan insatansi terkait dan memberikan

masukan upaya-upaya dalam penegakan hukum untuk mewujudkan

supremasi hukum.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam memahami hal tersebut, maka akan diuraikan tentang teori

konstitusi, teori demokrasi, teori negara hukum dan ruang lingkup kekuasaan

kehakiman, serta keterkaitan antara satu dengan lainnya.

1. Teori konstitusi.

Pembatasan kekuasaan oleh konstitusi itu diperlukan karena dalam

setiap negara akan terdapat pusat-pusat kekuasaan, baik yang terdapat

dalam supra struktur politik maupun yang terdapat dalam infra struktur

politik. Lord Acton mengatakan bahwa “Power tends to corrupt; and

Page 3: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

3

absolute power corrupts absolutely”. Kekuasaan itu, bagaimanapun

kecilnya, cenderung disalahgunakan. Semakin kuat kekuasaan semakin

kuat pula kecenderungan penyalahgunaannya. Menyadari akan hal ini

maka para pendiri negara berusaha untuk membatasi dan mencegah

kemungkinan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh mereka yang

nantinya akan berkuasa.1

2. Teori demokrasi.

Pemerintahan demokrasi pada intinya ialah pemerintahan dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.2 Dalam negara demokrasi, rakyat

diikutsertakan dalam pengangkatan (pemilihan) penguasa. Di sini ada

keinginan untuk mendekatkan hubungan antara penguasa dengan rakyat

yang diperintah.3 Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat

yang menggunakannya sebab dengan demokrasi ini hak masyarakat untuk

menentukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin. Oleh sebab itu

Hak Asasi Manusia semua pengertian yang diberikan untuk istilah

demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendatipun

secara operasional implikasinya di berbagai negara tidak sama.4

Demokrasi sebagai dasar kehidupan bernegara memberi pengertian bahwa

pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-

masalah pokok mengenai kehidupan, termasuk dalam menilai

kebijaksanaan negara, karena kebijaksanaan tersebut menentukan

kehidupan rakyat.5

3. Teori negara hukum

Menurut Sri Soemantri lebih mempertegas lagi mengenai unsur-unsur

yang terpenting dalam negara hukum yang dirinci menjadi empat unsur,

1 Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni,Bandung, 1987, h.4.

2 Suhino, IlmuNegara, Liberty, Yogyakarta, 1996, h. 204.3 Ibid, hlm. 209.4 Moh. Mahfud, , Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia, Paradigma, Yogyakarta, 1993, h.

19.5 Deliar Noor, Pengantar ke Pemikiran Politik, Rineka Cipta, Jakarta, 1983, h. 207.

Page 4: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

4

yaitu :

1. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan;

2. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara ;

3. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara ;

4. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.6

4. Kekuasaan Kehakiman

Dari tiga teori tersebut telah membuktikan kepada kita betapa

pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang

demokratis konstitusional.

a. Menurut teori konstitusi, dalam suatu negara harus ada pembagian dan

pembatasan kekuasaan negara untuk menjamin Hak Asasi Manusia.

b. Menurut teori demokrasi, kehidupan yang demokratis itu selalu berada

dalam negara hukum. Di dalam negara hukum ada kekuasaan

kehakiman sebagai lembaga penegak demokrasi.

c. Menurut teori negara hukum maka keberadaan lembaga kekuasaan

kehakiman (pengadilan) merupakan ciri utama dan akarnya negara

hukum. Tidak ada negara hukum tanpa ada lembaga kekuasaan

kehakiman. Apalagi dalam negara hukum modern.

F. Metode Penelitian

1. Tipe penelitian

Penulisan tesis ini termasuk penulisan hukum normatif,7 yaitu

penelitian terhadap asas-asas, dasar falsafah dan norma-norma hukum

tentang kekuasaan kehakiman pada umumnya dan Mahkamah Agung RI

pada khususnya untuk menemukan hal-hal baru tentang kemandirian

kekuasaan kehakiman dalam penegakan hukum serta supremasi hukum di

6 Sri Soemantri, Bunga RampaiHukum Tata Negara, Mandar Maju, Bandung, hlm

.29-30

7Jhonny Ibarahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Pubillshing Malang, 2005, h.19

Page 5: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

5

Indonesia.

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dipakai sebagai bagian dari usaha analisis

nantinya ialah pendekatan peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan kemandirian kekuasaan kehakiman antara lain

Undang-Undang Nomor. 35 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor. 4 tahun

2004, Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 2004 dan masih banyak lainnya

yang berkaitan dengan sistem pengadilan satu atap dibawah Mahkamah

Agung sebagai pengadilan tertingi. Pendekatan ini nantinya dipergunakan

untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti.8

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer, yakni :

a. Norma dasar dan peraturan dasar dalam Undang-undang Dasar

1945 amandemen IV.

b. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

c. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan lembaga

kekuasaan kehakiman dan Mahkamah Agung RI, antara lain

Undang-Undang Nomor. 4 tahun 2004, Undang-Undang No. 5

tahun 2004 dan lain-lain.

b. Bahan hukum sekunder, yakni :

1. Hasil-hasil penelitian yang sudah ada.

2. Karya ilmiah dari kalangan ahli hukum dan lain sebagainya.

c. Bahan hukum tertier mencakup :

a. Bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti : kamus,

ensiklopedia dan seterusnya.

b. Bahan-bahan lain di luar hukum yang diperlukan untuk melengkapi

atau menunjang data penelitian, seperti bidang filsafat, etika,

8 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Renika Cipta, Jakarta,

1998, h.12

Page 6: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

6

sosiologi dan lain-lain.9

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum.

Prosedur pengumpulan bahan hukum yang dilakukan oleh peneliti

berdasarkan studi kepustakaan adalah dengan mengumpulkan bahan-bahan

hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat secara dominan

dalam penelitian ini, yakni berupa norma dasar dan peraturan dasar dalam

Undang-undang Dasar 1945 amandemen IV, ketetapan-ketetapan MPR

dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan lembaga

kekuasaan kehakiman dan Mahkamah Agung RI. Kemudian peneliti

mengumpulkan bahan-bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian

yang sudah ada, karya ilmiah dari kalangan ahli hukum dan ahli

wawancara dengan para nara sumber. Dan untuk tahap yang terakhir,

peneliti mengumpulkan bahan-bahan hukum atau bahan hukum

penunjang, yang mencakup seluruh bahan-bahan yang dapat memberi

petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti : kamus, ensiklopedia dan seterusnya dan juga bahan-

bahan lain di luar hukum yang diperlukan untuk melengkapi atau

menunjang data penelitian ini, seperti bidang filsafat, etika, sosiologi dan

lain-lain.10

5. Analisis Bahan Hukum

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data ini ialah :

1. Memilih peraturan-peraturan yang berisi kaedah-kaedah dan norma-

norma hukum yang mengatur masalah kemandirian kekuasaan

kehakiman dalam penegakan hukum melalui sistem peradilan satu atap

dibawah Mahkamah Agung di era reformasi ini.

2. Membuat sistematik dari peraturan-peraturan tersebut sehingga

menghasilkan klasifikasi tertentu yang selaras dengan pembahasan

kemandirian kekuasaan kehakiman tersebut.

9 Ibid, hlm. 13.

Page 7: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

7

3. Bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan ini

dianalisa secara induktif kualitatif.

Kemudian sesuai dengan jenis datanya yang ditumpukan pada data

kepustakaan maka analisis selanjutnya dalam penelitian ini memakai

model analisis kualitatif11.

G. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman

Selama Orde Baru, jaminan atas kekuasaan kehakiman yang merdeka

tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam berbagai perkara yang

berkaitan dengan eksistensi, kebijakan atau kewibawaan kekuasaan

eksekutif, majelis hakim hukan saja dituntut bertindak hati-hati, tetapi ada

kaalanya wajib mengikuti kehendak yang berkuasa. Kekuasaan menjelma

menjadi sesuatu yang tidak pernah dapat bersalah apalagi dipersalahkan

dantidak boleh disentuh oleh perbedaan pendapat dan kritik. Selain karena

tekanan rezim yang begitu kuat, ketiadaan independensi kekuasaan

kehakiman dipandang berakar juga pada sistem pengelolaannya. Bagian-

bagian tertentu dari sistem pengelolaan kekuasaan kehakiman dijalankan

pemerintah, yaitu bidang keorganisasian, administrasi dan finansial.

Reformasi memandang independensi kekuasaan kehakiman sebagai

salah satu obyek yang sangat mendasar yang perlu dipulihkan atau

ditegakkan kembali. Kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan salah

satu pilar untuk memulihkan demokrasi dan negara berdasarkan hukum.

Secara konseptual hal tersebut akan tercapai dengan cara melepaskan

keikutsertaan pemerintah mengelola unsur-unsur keorganisasian,

administrasi dan finansial kekuasaan kehakiman. Segala wewenang

mengelola urusan tersebut, hendaknya disatukan dan dimasukkan menjadi

wewenang Mahkamah Agung sebagai Pengadilan negara tertinggi. Hal ini

kemudian dikenal sebagai politik kebijakan satu atap (one roof system) yang

10 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Perss,Jakarta, 1997,h. 83.11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , Rajawali Pers, Jakarta, 1982, hlm 250.

Page 8: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

8

didahului oleh lahirnya ketetapan MPR (Tap MPR No. X Th. 1998)

kemudian diatur dalam Undang-Undang nomor 35 Tahun 1999 tentang

Perubahan Undang-Undang nomor 14 Tahun 1970 dan pada puncaknya

disempurnakan melalui Undang-Undang nomor 4 Tahun 2004 tetnang

Kekuasaan Kehakiman (mencabut berlakunya Undang-Undang nomor 14

Tahun 1970 dan Undang-undang nomor 35 Tahun 1999).

Kekuasaan kehakiman tidak hanya bertanggung jawab dalam

menjalankan kekuasaan atau fungsi yudisial, tetapi juga kekuasaan atau

fungsi administrasi negara seperti mengangkat dan memberhentikan

pegawai, melalui pengelolaan keuangan dan lain-lain. Untuk menghindari

kerancuan dan kemurnian Ketua Mahkamah Agung sebagai pelaksana

kekuasaan yudisial, sebaiknya segala pertanggungjawaban dan perbuatan

administrasi negara dilakukan oleh pejabat administrasi negara di

lingkungan Mahkamah Agung atau pengadilan itu sendiri, kecuali keputusan

mengenaihakim. Hal-hal semacam ini nampaknya kurang mendapat sorotan

dari pembentuk undang-undang (terutama DPR). Sering kali DPR terlalu

menekankan pada segi kebijakan politik suatu undang-undang dan kurang

memperhatikan berbagai konsekuensi atau dampak yang akan timbul, baik

dibidang yuridis, administrasi, keuangan atau unsur-unsur managemen pada

umumnya.

H. Sistem Peradilan Satu Atap Dibawah Mahkamah Agung

Ada semacam kekhawatiran bahwa sistem peradilan satu atap akan

melahirkan kesewenang-wenangan pengadilan atau hakim dalam

menegakkan hukum dan keadilan. Kekhawatiran tersebut timbul karena

dengan sistem satu atap, tidak ada lagi yang mengawasi hakim atau

pengadilan. Sehingga sudah menjadi asumsi umum bahwa kekuasaan tanpa

pengawasan akan memunculkan sikap kesewenang-wenangan. Hal ini telah

disadari oleh Montesquieu melalui teori pemisahan kekuasaannya, sehingga

ia menghendaki dikembangkannya pula sistem “checks and balances” yang

kemudian diterapkan di Amerika Seriakt. Kita tidak perlu khawatir akan hal

Page 9: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

9

tersebut karena sistem peradilan satu atap tidak terkait dengan fungsiyudisial

(fungsi peradilan). Satu atap hanya menyang kut urusankeorganisasian,

administrasi dan keuangan. Sedangkan fungsi yudisial memang sudah sejak

dahulu satu atap karena fungsi ini hanya menjadi wewenang dari

pengadilan/hakim. Segala bentuk keikutsertaan, apalagi campur tangan atas

kekuasaan yudisial tersebut dilarang. Bahkan Ketua Mahkamah Agung

sekalipun, tidak boleh mencampuri wewenang hakim atau majelis hakim

dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara. Hal ini sebagai aktualisasi

kekuasaan kehakiman yang merdeka, lepas dari segala pengaruh pemerintah

atau kekuasaan lainnya.12. Secara umum, ada dua substansi dalam sistem

pengadilan satu atap, yaitu urusan non yudisial yang mencakup urusan

keorganisasian, administrasi, keuangan dan urusan yudisial yang menyang

kut penyelesaian perkara (putusan_ dan penyelesaian permohonan

(penetapan). Sebenarnya keinginan untuk mengatur dan mengurus diri

sendiri itulah yang nampaknya mendorong para hakim memperjuangkan

sistem satu atap tersebut

I. Wewenang Mahkamah Agung

Berdasarkan amandemen keempat UUD 1945 pasal 24 A maka

Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk :

a. mengadili pada tingkat kasasi;

b. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

terhadap undang-undang; dan

c. mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Disamping itu, Mahkamah Agung diberi kekuasaan dan wewenang oleh

peraturan perundang-undangan untuk :

a. Memeriksa dan memutus permohonan kasasi; sengketa tentang

kewenangan mengadili; dan permohonan peninjauan kembali putusan

12 Hendry P Panggabean, Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-hari, pradnya

paramita, Jakarta, 2001 h8

Page 10: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

10

Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun

tidak, kepada Lembaga Tinggi Negara.

c. Memberikan nasehat hukum kepada Presiden, selaku Kepala Negara

untuk pemberian atau penolakan grasi.

d. Menguji secara materiilhanya terhadapperaturan perundang-undangan

dibawah undang-undang;

e. Melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-Undang

J. Sistem Pengawasan Pengadilan Di Bawah Satu Atap

Pengawasan sebagai suatu proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua kegiatan yang sedang

dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dapat dibedakan dalam

dua kelompok besar yaitu :

1). Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah

dibidang pengawasan dalam membantu Presiden sebagai administrator

pemerintah yang tertinggi dalam mengendalikan administrasi negara;

2). Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap atasan langsung

terhadap bawahannya dalam mewujudkan manajemen yang sehat di

lingkungan organisasi / unit kerja masing-masing. Dalam teori, fungsi

pengawasan biasanya ditempatkan pada urutan terakhir diantara semua

fungsi administrasi / manajemen.

K. Macam – Macam Pengawasan

Mahkamah agung sebagai institusi pengadilan negara tertinggi

memiliki beberapa macam pengawasan yang ditujukan kepadanya, yaitu :

1). Pengawasan external yang dilakukan oleh aparatur yang ditugaskan

melaksanakan pengawasan seperti BPKP, Irjenbang, dan untuk

Mahkamah Agung sendiri pengawasan nternal adalah Badan Pengawas

Mahkamah Agung,

2). Pengawasan politik yang dilakukan oleh DPR.

Page 11: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

11

3). Pengawasan yang dilakukan oleh BPK sebagai pengawasan eksternal

eksekutif.

4). Pengawasan sosial yang dilakukan oleh mass media, ormas, individu dan

anggota masyarakat.

5) Pengawasan melekat yakni penawasan yang dilakukan oleh atasan

langsung terhadap bawahannya.

L. Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan adalah keseluruhan proses pemantauan,

pemeriksaan dan evaluasi terhadap sasaran tertentu yang menggambarkan

urutan beberapa unsur yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.

Yang penting dalam proses waskat adalah bagaimana mengusahakan

agar hubungan / interaksi antara atasan dan bawahan berlangsung secara

wajar dan mendasarkan pada asas-asas pengawasan yang bersifat manusiawi

dengan saling memperlakukan sebagai subyek , bukan hanya sebagai obyek,

dengan menggunakan asas presumption of inounsence serta memperhatikan

nilai-nilai manusiawi dan budaya yang bersumber dari pandangan hidup

Pancasila.

Dalam pelaksanaan pengawasan diperlukan mekanisme yang dapat

menjamin tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi bagi terwujudnya

pengawasan yang dapat menjangkau sebanyak-banyaknya pegawai / unit

kerja yang sangat banyak jumlahnya dan tersebar dari pusat sampai ke

daerah. Mekanisme pengawasan harus dilaksanakan secara terpadu dan

saling menunjang, misalnya:

M. Pengawasan Terhadap Peradilan Dibawah Satu Atap

Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

dalam pasal 11 ayat (4) menyebutkan : Mahkamah Agung melakukan

pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan

yang berada dibawahnya berdasarkan ketentuan Undang-Undang. Di dalam

penjelasannya disebutkan yang dimaksud dengan “pengawasan tertinggi”

Page 12: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

12

dalam ketentuan ayat ini meliputi pengawasan internal Mahkamah Agung

terhadap semua badan peradilan dibawahnya.

N. Obyek Pengawasan

Kewenangan pengawasan meliputi 3 (tiga) bidang obyek Pengawasan

yaitu : bidang teknis peradilan yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan

teknis Hakim dalam menangani perkara dan kualitas putusannya serta dalam

melaksanakan eksekusi putusan; bidang administrasi peradilan yang

bertujuan untukmeningkatkan pelayanan hukum kepada para justitiabelen /

pencari keadilan dan bidang perbuatan & tingkah laku Hakim & Pejabat

Kepaniteraan Pengadilan.

O. Keadilan Dalam Penegakan Hukum

Wewenang membentuk hukum tidak hanya diberikan pada cabang

kekuasaan legislatif, tetapi juga kepada kekuasaan administrasi negara

(eksekutif) dalam bentuk peraturan administrasi negara atau peraturan yang

dibuat berdasarkan pelimpahan dari badan legislatif (delegated legislation).

Bahkan terdapat kecenderungan yang menunjukkan bahwa cabang

kekuasaan membentuk undang-undang makin lambat atau tidak berjalan

sebanding dengan kecepatan pembentukanhukum oleh administrasi negara

(eksekutif). Demikian pula pembentukan hukum melalui hakim. Hakim-

hakim bukan sekedar mulut atau corong peraturan tetapi menjadi

penterjemah atau pemberi makna melalui penemuan hukum (rechtsvinding)

atau konstruksi hukum (rechtsconstructie) dalam bentuk-bentuk penafsiran,

analogi, penghalusan hukum dan lain-lain, bahkan menciptakan hukum baru

(rechtschepping) melalui putusan-putusannya (judge made law). Hal-hal

diatas menunjukkan betapa eratnya hubungan antara hukum dengan

kekuasaan. Hukum bukan saja suatu bentuk kegiatan kekuasaan melainkan

suatu fungsi kekuasaan.

Page 13: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

13

P. Profesionalisme Dalam Penegakan Hukum

Mutu hakim harus dilihat secara integral yaitu mulai dari pendidikan

dan latihan sejak menjadi mahasiswa hukum. Lembaga pendidikan tinggi

hukum bertanggungjawab atas mutu hakim, bahkan mutu sarjana hukum pada

umumnya. Mutu hakim mencakup tingkat penguasaan (ilmu) hukum,

ketrampilan, dan kepribadian atau integritas. Betapa penting pendidikan

moral, menumbuhkan kesadaran beragama dan berbagai sumber budi luhur

lainnya. Tetapi harus pula disadari. Hakim dan pejabat pengadilan adalah

manusia biasa. Hakim tidak hanya menghadapi godaan dari sekelilingnya

yang dihadapi. Tanggungjawabnya sebagai suami atau isteri atau sebagai

ayah atau ibu yang dapat memberikan kebutuhan dasar yang wajar kepada

anak-anaknya sangat layak untuk diperhatikan.

Q. Peradilan Yang Bersih Dan Berwibawa

Sehubungan dengan pengertian good governance untuk membangun suatu

pemerintahan yang baik maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara

good governance dengan pengadilan, dimana good governance dapat

sekaligus bersifat dan bersumber ganda. Good governance sebagai sistem atau

sub sistem dalam tatanan pengadilan itu sendiri dan good governance yang

bersifat dan bersumber dari luar pengadilan seperti sistem perundang-

undangan, sistem administrasi negara, sistem politik atau budaya. Tetapi sifat

ganda tersebut sekaligus memuat suatu fungsi good governance sebagai

kondisi (bahkan pra kondisi) bagi tatanan pengadilan yang baik (bersih dan

berwibawa).13

Berbagai kondisi dan faktor-faktor di atas merupakan unsur good

governance yang harus selalu hadir agar peradilan dapat berjalan dengan baik,

bermutu, berwibawa, terhormat, dan dihormati.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penegakan hukum di era

13 Suwoto Mulyosudarmo , Kapita Selekta Problematika Hukum Tata Negara Di Era

Pemerintahan Transisi, Karya Anda, Surabaya, 2001, h.251

Page 14: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

14

reformasi ini sangat tergantung pada penegakan hukum yang adil dan

berkeadilan, dimana hal tersebut dapat terwujud apabila pelaku penegakan

hukum mempunyai profesionalisme dan moral yang handal dengan didukung

pranata peradilan yang matap dan lingkungan berlakunya hukum atau

masyarakat umum telah mempunyai kesadaran dan kepatuhan terhadap

hukum. Sistem peradilan satu atap dibawah Mahkamah Agung merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari penegakan hukum di Indonesia.

R. Kesimpulan

Bahwa kemandirian kekuasaan kehakiman melalui sistem satu atap

adalah ajaran pemisahan kekuasaan masing-masing alat kelengkapan negara

(Legislatif, eksekutif, dan yudikatif) kekuasaan kehakiman yang mandiri dan

merdeka merupakan salah satu pilar untuk memulihkan negara yang

demokratis berdasarkan hukum. pada era reformasi ini telah berhasil

melakukan reformasi di bidang hukum terbukti dengan diundangkannya

Undang Undang Nomor 14 Tahun 2004 tentang KekuasaanKehakiman,

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang Undang Nomor 2 Tahun

1986 tentang peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Untuk

melaksanakan Undang undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan berbagai

Keputusan Presiden. Dengan beberapa peraturan perundang-undangan itu

kemandirian kekuasaan kehakiman ternyata telah dilaksanakan berdasarkan

ajaran pemisahan kekuasaan masing-masing alat kelengkapan negara, dan

ternyata membawa dampak yang positif di dalam memulihkan demokrasi dan

negara berdasarkan atas hukum.

Bahwa penegakan hukum di dalam sistem satu atap di Indonesia

dibawah kekuasaan kehakiman tertinggi dibawah Mahkamah Agung telah

Page 15: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

15

dilakukan hal ini dipengaruhi oleh aturan hukum, pelaku hukum lingkungan

tempat proses penegakan hukum, maka tidak mungkin ada pemecahan

persoalan penegakan hukum apabila hanya melihat pada proses penegakan

hukum, dalam penegakan hukum perlu memperhatikan cara penegakan hukum

dan hasil penegakan hukum serta aturan-aturan hukum yang mendukung.

sampai saat ini penegakan hukum di Indonesia masih ada kelemahan baik dari

sisi internal maupun eksternal.

Dari internal mengenai penegakan hukum masih sangat tergantung pada

kwalitas pribadi para penegak hukum yang mempengaruhi penegakan hukum.

dari eksternal, pada aturan hukum yangkadang menimbulkan ketidakpastian

hukum dan pengaruh dari lingkungan. akan tetapi penegakan hukum di

Indonesia akan berjalan dengan baik bila penegak hukumnya profesional,

sistem peradilan satu atap dibawah Mahkamah Agung merupakan bagian tak

terpisahkan dari terlaksananya penegakan hukum di Indonesia.

S. Saran

Merealisasikan sistem peradilan satu atap dibawah Mahkamah Agung

bukan hanya sekedar memenuhi tuntutan masyarakat akan tetapi adalah

sebagai konsekuensi sebagai negara hukum yang berusaha untuk

melaksanakan teori pemisahan kekuasaan dalam sebuah tatanan suatu negara,

sehingga faktor yang menjadi penghambat demi terlaksananya kemandirian,

dalam peradilan satu atap ditiadakan dan ditata kembali.

Untuk membentuk citra peradilan yang bersih dan berwibawa perlu

adanya aturan baku dalam perekturtan aparat penegak hukum khususnya

hakim, selain kecerdasan perlu diseleksi akhlak para hakim dengan diterbitkan

undang undang tentang penghinaan terhadap kekuasaan kehakiman.

Memutuskan segala aturan yang menyangkut masalah organisasi dan

tata kerja internal Mahkamah Agung serta peradilan dibawahnya secara

mandiri tidak turut campurnya lembaga lain untuk mewujudkan lembaga

peradilan yang mandiri bebas dari pengaruh eksekutif maupun lembaga lain.

Page 16: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

16

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Liberty, Yogyakarta. 2001.

Abdurrahman, Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum di Indonesia, Renika Cipta, Bandung. 1980.

Ali Aspandi, Menggugat Sistem Hukum Peradilan Indonesia Yang Penuh Ketidakpastian, L:uftansah, Surabaya, 2002.

Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu negara, Alumni, Bandung. 1995.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. 1997.

C.F Strong,. Modern Political Constitutions, Gunung Agung, Jakarta. 1966.

Deliar Noor, Pengantar ke Pemikiran Politik, Rineka Cipta, Jakarta. 1983.

F. Magnis Suseno, Mencari Sosok Demokrasi Sebuah Telaah Filosofis, Rineka Cipta, Jakarta. 1995.

Henry Panggabean, Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-hari, Pradnya Paramita, Jakarta. 2001.

Johnny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, Balai Pustaka, Malang. 2005.

Lewis Anthony, Peranan Mahkamah Agung di Amerika Serikat, Pradnya paramita, Jakarta. 1973.

Mahfud, Moh, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Paradigma, Yogyakarta. 1993.

Mahkamah Agung, Undang-undang RI no. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Jakarta. 2004.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1988.

Purwoto S Gandasubrata, Renungan Hukum, Balai Pustaka, Jakarta. 1998.77

Page 17: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

17

Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum, Alumni, Bandung, 2001.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Renika Cipta, Jakarta. 1998.

Satjipto Rahardjo, Wajah Hukum Di Era Reformasi, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2000.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. 1982.

-----, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta. 2001.

Soemantri, Sri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung. 1987.

-----, Fungsi Konstitusi Dalam Pembatasan Kekuasaan, Alumni, Bandung. 1998

-----, Bunga Rampai Hukum Tata negara, Mandar Maju, Bandung. 1992.

Suwoto Mulyosudarmo, Kapita Selekta Problematika Hukum Tata negara di Era Pemerintah Transisi, Karya Anda, Surabaya. 2001.

Subekti, Kekuasaan Mahkamah Agung RI, Intermasa, Bandung. 1995.

Suhino, Ilmu negara, Liberty, Yogyakarta. 1996.

Tresna, Peradilan di Indonesia Dari Abad ke Abad, Pradnya Paramita, Jakarta. 1980.

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004.

--------, Undang-undang RI No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Jakarta. 2004.

--------, Undang-undang RI No. 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-

Page 18: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

18

Undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum, Jakarta. 2004.--------, Undang-undang RI No.3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang

Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Jakarta 2006--------, Undang-undang RI No.9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, jakarta 2004

Page 19: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

19

TESIS

KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMANDALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Oleh :M U N A R D INIM. 12.105.099

PROGRAM MASTER ILMU HUKUMPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NAROTAMA

SURABAYA2007

Page 20: KEMANDIRIAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM …skripsi.narotama.ac.id/files/12105099 - M U N A R D I.pdf · pentingnya lembaga kekuasaan kehakiman bagi suatu negara hukum yang ... pegawai,

20

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 2

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 2

E. Landasan Teoritis................................................................................... 2

1. Teori konstitusi ................................................................................. 2

2. Teori demokrasi ................................................................................ 3

3. Teori negara hukum .......................................................................... 3

4. Kekuasaan Kehakiman ...................................................................... 3

F. Metode Penelitian .................................................................................. 4

1. Tipe penelitian .................................................................................. 4

2. Pendekatan masalah .......................................................................... 5

3. Bahan hukum .................................................................................... 5

4. Prosedur pengumpulan bahan hukum ................................................ 6

5. Analisis bahan hukum ....................................................................... 6

G. Kemandirian kekuasaan kehakiman ....................................................... 7

H. Sistem peradilan satu atap di bawah Mahkamah Agung ......................... 8

I. Wewenang Mahkamah Agung ............................................................... 9

J.. Sistem Pengawasan Pengadilan Di Bawah Satu Atap ............................. 10

K. Macam-macam pengawasan................................................................... 10

L. Sistem pengawasan ................................................................................ 11

M. Pengawasan terhadap peradilan dibawah satu atap ................................. 11

N. Obyek Pengawasan ................................................................................ 12

O. Keadilan dalam penegakan hukum ......................................................... 12

P. Profesionalisme dalam penegakan hukum .............................................. 13

Q. Peradilan yang bersih dan berwibawa..................................................... 13

R. Kesimpulan ........................................................................................... 14

S. Saran...................................................................................................... 15

Daftar Pustakavii i