bab ii tinjauan pustaka, hasil penelitian dan...

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. KOPERASI 1.1 Pengertian Koperasi Secara etimologi, Koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu Cooperativies; merupakan gabungan dua kata co dan operation. Dalam bahasa Belanda disebut cooperatie, yang artinya adalah kerja sama. 1 Sehingga di Indonesia disebut Koperasi. Mohammad Hatta mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Selanjutnya dikemukakan pula oleh Mohammad Hatta bahwa gerakan koperasi adalah melambangkan harapan bagi kaum yang lemah ekonominya berdasarkan self-help dan tolong-menolong di antara anggota-anggotanya yang melahirkan di antara mereka rasa percaya diri sendiri dan persaudaraan. koperasi menyatakan semangat baru untuk menolong diri sendiri yang didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan kebersamaan. 2 1 Andjar Pachta W.,dkk, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, hal. 15. 2 Ibid. hal. 19. 1

Upload: hoangdieu

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. KOPERASI

1.1 Pengertian Koperasi

Secara etimologi, Koperasi berasal dari kata dalam bahasa

Inggris yaitu Cooperativies; merupakan gabungan dua kata co dan

operation. Dalam bahasa Belanda disebut cooperatie, yang artinya

adalah kerja sama.1 Sehingga di Indonesia disebut Koperasi.

Mohammad Hatta mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha

bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi

berdasarkan tolong-menolong. Selanjutnya dikemukakan pula oleh

Mohammad Hatta bahwa gerakan koperasi adalah melambangkan

harapan bagi kaum yang lemah ekonominya berdasarkan self-help

dan tolong-menolong di antara anggota-anggotanya yang

melahirkan di antara mereka rasa percaya diri sendiri dan

persaudaraan. koperasi menyatakan semangat baru untuk

menolong diri sendiri yang didorong oleh keinginan memberi jasa

kepada kawan berdasarkan kebersamaan.2

1 Andjar Pachta W.,dkk, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, hal. 15.

2 Ibid. hal. 19.

1

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian Pasal 1 angka 1 memberikan definisi koperasi

sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

1.2 Tujuan Koperasi

Koperasi pada dasarnya mengandung dua unsur yaitu unsur

ekonomi dan unsur sosial. Karena koperasi merupakan suatu

sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan himpunan

komponenkomponen atau bagian yang saling berkaitan yang secara

bersamasama berfungsi mencapai tujuan.Koperasi merupakan

suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan

himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan

yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan. Koperasi

mengandung dua unsur yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial.

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata

lain bahwa koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi atau

mencari keuntungan. Sedangkan dari unsur sosial, bukan dalam arti

kedewrmawanan tetapi lebih untuk menerangkan kedudukan

2

anggota dalam organisasi, hubungan antar sesama anggota dan

hubungan anggota dengan pengurus.3

Pasal 3 dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian menyebutkan tujuan dari Koperasi yaitu :

“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut

membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

1.3 Nilai dan Prinsip Koperasi

Nilai Koperasi:

Nilai yang menjadi dasar koperasi adalah kemandirian,

bertanggung jawab, demokrasi, kesetaraan, keadilan dan

solidaritas. Nilai-nilai etika yang diyakini anggota adalah

kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, dan perhatian terhadap

sesama.

Prinsip-prinsip Koperasi :4

a. Prinsip ke 1

3 Ibid. hal. 21.

4 Op.cit. hal,7.

3

Koperasi adalah organisasi sukarela, terbuka kepada semua

orang untuk dapat menggunakan pelayanan yang diberikannya

dan mau menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa

membeda-bedakan suku, sosial, politik atau agama.

b. Prinsip ke 2

Koperasi adalah organisasi demokratis yang dikontrol oleh

anggotanya yang aktif berpartisipasi dalam merumuskan

kebijakandan membuat keputusan

c. Prnsip ke 3

Anggota berkontribusi secara adil dan pengawasan secara

demokrasi atas modal koperasi.

d. Prinsip ke 4

Koperasi adalah organisasi mandiri yang dikendalikan oleh

anggota-anggotanya walaupun koperasi membuat perjanjian

dengan organisasi lainnya termasuk pemerintah atau

menambah modal dari sumber luar, koperasi harus tetap

dikendalikan secarademokrasi oleh anggota dan

mempertahankan otonomi koperasi.

e. Prinsip ke 5

Koperasi menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk

anggota, wakil-wakil yang dipilih, manager dan karyawan

4

sehingga mereka dapat berkontribusi secara efektif untuk

perkembangan koperasi.

f. Prinsip ke 6

Koperasi melayani anggota-anggotanya dan memperkuat

gerakan koperasi melalui kerja sama dengan struktur koperasi

lokal, nasional dan internasional

g. Prinsip ke 7

Koperasi bekerja untuk perkembangan yang berkesinambungan

atas komunitasnya.

1.4 Asas-Asas Koperasi

Koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan dan

kegotongroyongan. Asas ini sesuai dengan kepribadian bangsa

Indonesia, yang juga menganut tata kehidupan yang berasaskan

kekeluargaan dan bekerja sama saling bantu membantu. Koperasi

Indonesia hendaknya menyadari bahwa dalam dirinya terdapat

suatu kepribadian Indonesia, sebagai pencerminan dari garis

pertumbuhan bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh keadaan dan

tempat lingkungan serta suasana waktu sepanjang masa dengan

5

ciri-ciri Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan dan gotong-

royong.5

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 juga

dipaparkan asas-asas yang berkaitan dengan Koperasi, yakni pada

Pasal 2 yang menetapkan:

“Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

serta berdasar atas asas kekeluargaan”

1.5 Fungsi Koperasi

Koperasi dalam rangka pembangunan ekonomi dan kesejahteraan

anggota serta masyarakat memiliki fungsi dan peran. Koperasi

pada dasarnya adalah organisasi ekonomi dari orang-orang yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang dalam gerak

usahanya tidak hanya mementingkan motif ekonomi. Selain

merupakan suatu bentuk perusahaan yang memerlukan

keuntungan, Koperasi juga memiliki motif sosial. Sebagaimana

tercermin dalam asas dan prinsip yang dianutnya, Koperasi adalah

suatu bentukperusahaan yang berasas kekeluargaan dan dikelola

secara demokratis.6

5 Pandji Anotaga, Dinamika Koperasi, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007, hal. 17

6 Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, Yogyakarta : BPFE,2013, hal. 51.

6

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian pada Pasal 4 juga menyebutkan fungsi dan peran

Koperasi, yaitu :

Fungsi dan Peran Koperasi adalah:

a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

ekonomi anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada

umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

sosialnya;

b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat;

c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan

dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai

sokogurunya;

d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan

perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama

berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

1.6 Organ Koperasi

7

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian Pasal 21 ditetapkan ada 3 (tiga) perangkat organisasi

Koperasi, yakni:

1. Rapat Anggota

2. Pengurus

3. Pengawas

Dari organ di atas maka dapat diuraikan peran serta

tanggung jawab dari masing-masing organ Koperasi yaitu sebagai

berikut :

a) RapatAnggota

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam

koperasi yang bertugas menentukan dan memutuskan

kebijakan-kebijakan umum dalam organisasi dan manajemen

koperasi. Rapatanggota mempunyai kekuasaan tertinggi dalam

organisasiKoperasi. Rapat anggota itu adalah tempat di mana

suara-suaraanggota berkumpul dan hanya diadakan pada waktu-

waktutertentu.7Beberapa keputusan penting yang biasanya

ditetapkan melalui rapat anggota antara lain adalah:8

7 Hendrojogi, 2004, Koperasi : Asas-asas, Teori dan Praktik, PT. Raja Grafindo, hal. 145.

8 Sentosa Sembiring, 2001, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 49.

8

1. menetapkan anggaran dasar;

2. menetapkan kebijakan umum di bidang organisasi,

manajemen, dan usaha koperasi;

3. pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan

pengawas;

4. menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan

dan belanja koperasi;

5. pengesahan laporan keuangan, pengesahan

pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;

6. pembagian Sisa Hasil Usaha;

7. penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran

koperasi.

pada Pasal 23 Undang-Undang Perkoperasian, Rapat

anggota menetapkan :9

a. anggaran dasar;

b. kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen dan

usaha koperasi;

c. pemilihan, pengangkatan , pemberhentian pengurus dan

pengawas;

9Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 23.

9

d. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja

koperasi, serta pengesahan laporan keuangan;

e. pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam

pelaksanaan tugasnya;

f. pembagian sisa hasil usaha;

g. penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran

koperasi.

b) Pengurus

Pengurus merupakan pelaksana kebijakan-kebijakan yang

telah ditetapkan dalam rapat anggota koperasi. Pengurus itu

dirumuskan sebagai badan pemerintahan terhadap siapa

pengelolaan urusan koperasi itu dipecaya, karena itu pengurus

adalah badan eksekutif yang bertugas dibidang pengelolaan.

Pengurus dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat

anggotauntuk masa jabatan paling lama lima tahun. Pengurus

secara hukum berbicara sebagai himpunan manusia pribadi

yang bertindak atas nama badan hukum. Kedudukan hukum

pengurus adalah wakil yang bertindak atas nama prinsipal

badan hukum yaitu koperasi.10

Pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh pengurus

koperasi adalah :11

10Abdulkadir Muhamad, Hukum Koperasi, Bandung : penerbit Alumni, 1982, hal. 104.

11Ibid. hal. 112.

10

1. Mewakili koperasi dalam hubungan dengan dan

mengadakan transaksi dengan penguasa negara dan pihak

ketiga ( sebagai wakil atau alat perlengkapan koperasi);

2. Bertindak atas nama koperasi, yang mengikat koperasi

secara sah;

3. Mengambil keputusan kebijakan sesuai dengan anggaran

dasar dan resolusi Rapat Umum;

4. Mendelegasikan pengelolaan sehari-hari, yaitu pelaksanaan

kebijaksanaan, kepada manajer tetap atau manajer separuh

harga.

Sebagai pengurus maka akan mmiliki tugas dan kewajiban.

Tugas dan kewajiban pengurus secara intern diatur dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

pada Pasal 30 menyebutkan bahwa :

(1) Pengurus bertugas :

a. Mengelola koperasi dan usahanya;

b. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan-

rancangan pendapatan dan belanja koperasi;

c. Menyelenggarakan rapat anggota;

11

d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban

pelaksanaan tugas;

e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris

secara tertib;

f. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus;

(2) Pengurus berwewenang :

a. Mewakili koperasi di dalam dan diluar pengadilan;

b. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru

serta pemberhentikan anggota sesuai dengan ketentuan

dalam anggaran dasar;

c. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan

kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya

dan keputusan rapat anggota.12

c) Pengawas

Pengawasan yang dalam bahasa Inggris disebutControlling

adalah merupakan salah satu fungsi dari

managemen.13Pengawasan merupakan mendeterminasi apa

yang telah dilaksanakanmaksudnya mengevaluasi prestasi kerja

12Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 30.

13Ibid. hal 159.

12

dan apabila perlu menetapkan tindakankorektif sehingga hasil

pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana.14

Controlling seringditerjemahkan dengan pengendalian,

termasuk di dalamnya pengertianrencana-rencana dan norma-

norma yang mendasarkan pada maksud dan tujuanmanajerial,

dimana norma-norma ini dapat berupa target maupunpedoman

pengukuran hasil kerja nyata terhadap yang ditetapkan.

Pengawasanmerupakan kegiatan dimana suatu sistem

terselenggarakan dalamkerangka norma-norma yang ditetapkan

atau dalam keadaan keseimbanganbahwa pengawasan

memberikan gambaran mengenai hal-hal yang dapatditerima,

dipercaya atau mungkin dipaksakan, dan batas pengawasan

(controllimit) merupakan tingkat nilai atas atau bawah suatu

sistem dapat menerimasebagai batas toleransi dan tetap

memberikan hasil yang cukup memuaskan.15

Pengawas koperasi dipilih oleh anggota koperasi dalam

Rapat anggota sehingga juga bertanggung jawab kepada Rapat

anggota,hal ini diatur dalam Undang-Undang Perkoperasian

pada Pasal 38.Sedangkan tugas dan wewenang pengawas diatur

14 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta :Ghalia, 2000, hal. 128.

15 McFarland dalam S. Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi danManajemen, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1994, hal. 143.

13

dalam Undang-Undang Perkoperasian pada Pasal 38, yang

mengatakan bahwa :16

(1) Pengawas bertugas :

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi;

b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya;

(2) Pengawas berwewenang :

a. Meneliti catatan yang ada pada koperasi;

b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan;

(3) Pengawasan harus merahasiakan hasil pengawasannya

terhadap pihak ketiga.

2. KERANGKA TEORI

16Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 38.

14

Kerangka Teori merupakan suatu kerangka pemikiran atau

butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau

permasalahan yang dijadikan bahan pegangan teoritis yang dijadikan

masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.17Teori

adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk

proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan

menghadapkannya pada fakta-fakta yang ada.18Fungsi teori dalam

penulisan tesis ini adalah untuk memberikan arahan dan menjelaskan

gejala yang diamati, karena penelitian ini bersifat empiris. Sehingga

penelitian ini berusaha memahami masalah-masalah hukum dalam

pemberian gaji dan imbalan kepada pengurus dan pengawas koperasi.

a. Teori Ekonomi Kerakyatan

Teori ekonomi kerakyatan merupakan salah satu konsep

teoritis tentang ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan. Ekonomi

kerakyatan merupakan sebuah sistem ekonomi yang berdasarkan

pada ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi

yang dilakukan oleh rakyat secara swadaya dengan mengelola

sumberdaya ekonomi yang dimilikinya. Substansi ekonomi

kerakyatan yaitu19 :

17M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung : Mandar Madju, 1994, Hal. 80.

18JJJ M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid 1, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996 Hal. 203.

19http://www.bimbie.com/teori-ekonomi-kerakyatan.htm.

15

1. Adanya partisipasi masyarakat dalam proses produksi

nasional;

2. Adanya jaminan bahwa semua anggota masyarakat ikut serta

menikmati hasil dan produksi nasional;

3. Setiap anggota masyarakat tidak hanya menjadi objek kegiatan

perekonomian tetapi juga harus menjadi subjek kegiatan

ekonomi.

Tujuan dari ekonomi kerakyatan adalah untuk mewujudkan

keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia dengan adanya

peningkatan kemakmuran masyarakat dalam proses pengendalian

roda perekonomian.jika dijabarkan tujuan dari kegiatan ekonomi

kerakyatan yaitu :

1. Tersedianya lapangan kerja serta penghidupan yang layak

untuk semua anggota masyarakat;

2. System jaminan nasional tersedia untuk semua anggota

tersedia untuk semua anggota masyarakat;

3. Kepemilikan modal material terdistribusi merata ditengah

anggota masyarakat;

4. Pendidikan nasional terselenggara secara Cuma-Cuma

ditengah anggota masyarakat;

5. Terwujudnya pilar-pilar ekonomi kerakyatan seperti koperasi.

16

Dari tujuannya maka ekonomi kerakyatan adalah untuk

menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih

diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar

produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang, sehingga

memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang

yang berkuasa.Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan,

partisipasi, dan keberlanjutan. Efisiensi dalam sistem ekonomi

kerakyatan tidak hanya dipahami dalam perspektif jangka pendek

dan berdimensi keuangan, melainkan dipahami secara

komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan

kuantitatif, keuangan dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian

lingkungan.

Nilai-nilai ekonomi kerakyatan merupakan nilai-nilai

ekonomi yang termanifestasi dan diderivasi dari nilai-nilai moral,

agama, moral kemerataan sosial, moral nasionalisme ekonomi,

moral kerakyatan dan moral keadilan sosial.20 Nilai-nilai ekonomi

kerakyatan berisi cita-citavisioner terwujudnya keadilan sosial dan

bertujuan mengangkatrealitas sosio-kultural ekonomi rakyat

Indonesia sekaligus ramburambuyang bernilai sejarah untuk tidak

terjerumus dalam pahamliberalisme dan kapitalisme. Fokus

pendekatan ekonomi kerakyatanbukan hanya bagaimana

kemakmuran ditingkatkan tapi jugabagaimana produksi dan

20 Murbiyanto, Ekonomi Pancasila, PT. Media Pustaka Indonesia LP3ES, Jakarta : 2003. Hal.17.

17

konsumsi didistribusikan.Sehingga didorong untuk diselenggarakan

melalui mekanisme usaha bersama yaitu koperasi.

b. Teori Organ

Badan hukum adalah himpunan orang sebagai perkumpulan

baik perkumpulan itu diadakan atau diakui oleh pejabat umum.

Maupun perkumpulan itu diterima sebagai diperoleh, atau telah

didirikan untuk maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan

undang-undang dan kesusilaan yang baik.21Perlu selanjutnya

mengetahui sebenarnya yang dimaksud dengan badan hukum yaitu

suatu organisasi, badan, kumpulan, istitusi, harta benda, yang

dibentuk atau dikukuhkan oleh hukum dimaksudkan sebagai

pemangku hak, kewenangan, kewajiban, kekayaan, tugas, status

yang pada prinsipnya yang terpisah daru yang dimiliki oleh

manusia individu memiliki pengurus yang mewakili dan

menjalankan kepentingan badan hukum.

Teori organ dikemukakan oleh Gierke dan didukung oleh

Mitland.22Teori ini berpendapat bahwa badan hukum adalah suatu

badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat

21Ibid. hal. 172-172.

22Op.Cit. H. Salim, Hal. 180.

18

atau organ-organ. Inti teori ini difokuskan kepada pribadi-pribadi

hukum yang nyata sebagai sumber kepribadian hukumnya.Menurut

teori organ, badan hukum merupakan een bestaan, dat hun realiteit

dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia, dalam lalu

lintas hukum yang juga mempunyai kehendak sendiri yang

dibentuk melalui alat-alat kelengkapannya yaitu pengurus dan

anggotanya dan sebagainya.

Inti dari teori organ adalah badan hukum itu seperti

manusia, menjadi penjemaan dengan perantara alat-alat atau organ-

organ badan tersebut, misalnya anggota-anggota atau pengurus-

pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya

dengan perantara mulut atau tangan. Apa yang mereka (pengurus)

putuskan adalah kehendak dari badan hukum.23Dalam teori organ

dapat dikatakan bahwa badan hukum tidak mempunyai kehendak

sendiri. Badan hukum hanya dapat melakukan perbuatan melalui

perantaraan organ atau orang yang duduk sebagai pengurus. Orang

atau orang-orang yang menjadi pengurus tersebut bekerja tidak

untuk dirinya sendiri melainkan untuk dan atas nama badan hukum

tersebut.

Koperasi memiliki suatu organ-organ yang ada didalamnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian Pasal 21 ditetapkan terdapat 3 perangkat organisasi

koperasi, yaitu :

23 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Salatiga : Griya Media, 2011, Hal. 62.

19

1. Rapat anggota

2. Pengurus

3. Pengawas

Dari masing-masing organ dalam koperasi memiliki peran

masing-masing untuk kemajuan koperasi. Dalam hal pengelolaan

koperasi yang berperan aktif untuk kemajuan koperasi. Peran-peran

organ dalam koperasi dapat dilihat melalui Level of Strategi,

sebagai berikut24 :

corporate level

business level

functional

24The Leading Process of Crafting and Executing Strategy ( Jana F Kuzmicki, Lewis Carrol Sophe Vandebrok).

20

operating

Dari bagan diatas dapat dikatakan organ-organ dalam koperasi

sangat berperan dalam kegiatan pelaksanaan koperasi. Peran

pengurus dan pengawas dalam Functional sangat dibutuhkan,

karena ketika pada Business level yaitu RAT mempunyai program

atau kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan maka akan diserahkan

pada functional strategies untuk melakukan implementasi dari apa

yang dikeluarkan oleh RAT. Sehingga pengurus dan pengawas

melakukan tanggung jawab tersebut. Sehingga dalam pembentukan

pelaksanaan organ dalam koperasi dapat digambarkan sebagai

berikut :

21

Dari bagan pelaksanaan koperasi tersebut dapat di lihat

bahwa pengurus dan pengawas memiliki peran masing-masing

yaitu dalam pengelolaan dan pengawasan yang nantinya akan

dilaporkan kepada RAT. Peran dari organ Koperasi dalam hal ini

pengurus dan pengawas dapat dikatakan bahwa kedudukannya

sama dengan Direksi dan Komisaris pada Perseroan Terbatas.

Direksi merupakan organ yang bekerja atas nama Perseroan

Terbatas sedangkan Komisaris melakukan pengawasan jalannya

perseroan.Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas pada Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa :

“Direksi adalah organ perseroan yang berwewenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan

untukkepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam

maupun diluar pengadilansesuai dengan anggaran dasar.”

Pasal 94 ayat (1) jo. Pasal 92 ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa, Direksi

diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk

bertugas melakukan pengurusan PT untuk kepentingan Perseroan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, sesuai dengan

22

kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan

dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.Dapat

dikatakan bahwa hubungan hukum antara anggota Direksi dengan

RUPS adalah hubungan kepercayaan (fiduciary duties) dan

pemberian amanat (legal mandatory), tidak ada atasan-

bawahan.25Berdasarkan Pasal 96 ayat (1) Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007, hak yang dimiliki oleh Direksi PT adalah hak atas

gaji dan tunjangan yang besarnya ditetapkan oleh keputusan RUPS.

Yang menjadi pedoman Direksi dalam menjalankan

pengelolaan Perseroan adalah kepentingan Perseroan, maksud

(visi) perseroan dan tujuan perseroan. Dengan itu direksi

dimaksudkan bertindak secara tepat mengandung maksud adanya

pemberian kewenangan yang luas tetapi kepadanya dituntut sifat

profesionalisme.26 Sejalan dengan berkembangnya perseroan

menjadi semakin besar, maka pengelolaan perseroan yang semula

dipegang oleh pemilik harus diserahkan ke kaum profesional. Hal

ini berkaitan dengan teori agensi yang dimana teori agensi

merupakan konsep yang menjelaskan

hubungankontraktualantara principals dan agents.

Teori agensi pada mulanya dikembangkan oleh Michael

Jonhson, yang memandang bahwa menejemen perseroan sebagai

agen bagi pemegang saham, akan bertindak dengan penuh

25http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ee1cdcb3b9fc/status-direksi-perusahaan--pengusaha-atau-pekerja-revisi.

26Op. Cit . Tri Budiyono, Hal. 168.

23

kesadaran kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif

dan bijak sana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana

yang diasumsikan dalam stewardship model.27Teori agensi

menyatakan bahwa hubungan agensi muncul ketika suatu orang

atau lebih (principals) memperkerjakan orang lain (agent) untuk

meberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasi wewenang

pengambilan keputusan kepada agen

tersebut.Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat

kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan

atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil

keputusan. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang

sama untuk memaksimalkan nilai perusahaan, maka diyakini agen

akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan

prinsipal.

c. Teori Kompensasi

Suatu organisasi atau perusahaan tercapai peran dari

pengelola ini sangat penting, karena semua aktifitas dalam

organisasi atau perusahaan tergantung pada orang yang bekerja

didalamnya. Sehingga organisasi atau perusahaan harus

memberikan suatu dorongan dan motivasi salah satunya adalah

memberikan kompensasi. Pemberian kompensasi dapat berguna

27Op. Cit. Tri Budiyono, Hal. 141.

24

baik bagi organisasi atau perusahaan karena kompensasi digunakan

untuk mendorong dalam memperbaiki kualitaskerjanya. Setiap

orang memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga kebutuhan-

kebutuhan tersebut akan berpengaruh pada perilaku individu

didalam organisasi atau perusahaan, karena tingkah laku manusia

didorong oleh kebutuhan yang belum terpuaskan dan bukan

kebutuhan yang telah terpenuhi.28

kompensasi merupakan konteks yang lebih luas mengenai

pemberian gaji dan imbalan oleh suatuinstitusi yang

diorganisasikan meliputi seluruh paket keuntungan yang

disediakan organisasikepada para anggotanya dan mekanisme-

mekanisme serta prosedur-prosedur dimana keuntungan dapat

didistribusikan.Menurut Malayu S.P. Hasibuan, kompensasi adalah

sebuah pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau

tidak langsung yang diterima sebagai imbalan atas jasa yang

diberikan.29Menurut Biro Pusat Statistik;30“imbalan adalah suatu

penerimaan ganjaran dari pengusaha kepada karyawan atau buruh

untuk pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan yang

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

menurut persetujuan atau peraturan yang dibayarkan atas dasar

28Strauss dan Sayles, Manajemen Personalia, Yogyakarta : Yayasan Kanisius, 1997, Hal. 146.

29Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Dasar dan Kunci Keberhasilan), Cet. Ke 6, Jakarta : Haji Masagung, 1994, Hal. 133.

30Biro Pusat Statistik, Distribusi Buruh menurut Upah, CV. Amisco, Jakarta, 1990.

25

suatu perjanjian kerja antara karyawan atau buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja.”

Menurut Edwin .B Flippo, “gaji sejumlah keseluruhan yang

ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan untuk

tenaga yang diberikan meliputi syarat-syarat tertentu.”31Sehingga

dapatdikatakan bahwa gaji danimbalan merupakan segalasesuatu

yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan kepada seseorang

baik secara finansialmaupun non finansial sebagai pengganti jasa

atau seberapa besar kontribusinya pada organisasi atau perusahaan

dalammencapai standar kinerja yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima

seseorang yang telah melaksanakan kewajibannya berupa

pekerjaan sebagai balas jasa. Jadi melalui kompensasi tersebut

dapat meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan

kerja serta meningkatkan kebutuhan hidupnya.

Besarnya gaji dan imbalan ini mencerminkan status,

pengakuan dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang dimiliki oleh

seseorang. Jika balas jasa yang diterima semakin besar maka

jabatannysa semakin tinggi , sehingga kepuasan kerjanysa semakin

baik. Disinilah letak pentingnya kompensasi.32Kompensasi

bertujuan untuk memastikan organisasi memiliki orang yang

profesional yang bermotivasi dan berkinerja tinggi, serta

31Edwin .B Flippo, Menejemen Personalia, BPEE, Yogyakarta, 1984, hal. 138.

32Op. Cit. Malayu S.P. Hasibuan, Hal. 133.

26

dilengkapi dengan sarana untuk menghadapi perubahan yang dapat

memenuhi kebutuhan. Dalam usaha mendukung pencapaian

kinerjayang memilikmotivasi dan profesional, yaitu dengan cara

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.33

Sistem kompensasi juga berpotensi sebagai salah satu

sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan mempengaruhi

kinerja.Secara umum kompensasi merupakan sebagai kunci

pemecahan bagaimana membuat anggota berbuat sesuai dengan

keinginan organisasi. Sistem kompensasi ini akan membantu

menciptakan kemauan diantara orang-orang yang berkualitas untuk

bergabung dengan organisasi dan melakukan tindakan yang

diperlukan organisasi. Secara umum berarti bahwa seseorang yang

bergabung dalam organisasi tersebut harus merasa bahwa dengan

melakukannya, mereka akan mendapatkan kebutuhan penting yang

mereka perlukan. Dimana didalamnya termasuk interaksi sosial,

status, penghargaan, pertumbuhan dan perkembangan.34

Program kompensasi dalam organisasi harus memiliki

empat tujuan, antara lain :

1. Terpenuhinya sisi legal, dengan segala peraturan dan hukum

yang sesuai;

2. Efektifitas biaya untuk organisasi;

33http://www.academia.edu/7706605/teori_kompensasi.

34http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/teori-kompensasi.html.

27

3. Keseimbangan inividual, internal, eksternal untuk seluruh

karyawaan;

4. Peningkatan keberhasilan kinerja organisasi.

Pemberian Kompensasi dapat dibagi ke dalam dua

kelompok, yaitu kompensasi finansial dankompensasi non

finansial.35Berikut beberapa komponen imbalan finansial langsung

dan imbalan finansial tidak langsung :

1) Gaji adalah bentuk pemberian finansial yang dibayarkan

secara teratur,seperti tahunan, caturwulan, bulanan,

atau mingguan.

2) Insentifmerupakan imbalan langsung yang dibayarkan

kepada karyawan karenakinerjanya melebihi standar yang

ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa uang dapat

digunakan untuk mendorong prestasi yang dihasilkan lebih

tinggi, maka merekayang produktif lebih menyukai gajinya

dibayarkan berdasarkan hasil kerja. Ada beberapa sifat

dasar dalam sistem pengupahan insentif yang perlu

mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut:

Pembayarannya diupayakan agar cukup sederhana

sehingga lebih mudahdimengerti dan dihitung.

35Ambar Teguh Sulistiyani, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik), Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, Hal. 256.

28

Upah insentif yang diterima benar-benar dapat

menaikkan motivasi kerjasehingga output dan

efisiensi kerja juga meningkat.

Penentuan standar kerja ataupun produksi

hendaknya secermat mungkin.

Besarnya upah normal dengan standard kerja per

jam hendaknya cukupmerangsang untuk lebih giat

lagi bekerja.

3) Kompensasi tidak langsung ( fringe benefit) Fringe benefit

merupakan kompensasi tambahan yang diberikan

berdasarkankebijakan perusahaan dalam usaha

meningkatkankesejahteraan. Contohnya asuransi kesehatan,

asuransi jiwa, dan bantuan perumahan

Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi :36

1. Kebenaran dan keadilan

Kompensasi haus berdasarkan pada kondisi riil yang telah

dikerjakan, artinya disesuaikan dengan kemampuan,

kecakapan, pendidikan dan jasa yang telah ditunjukkan

kepada organisasi;

36Op. Cit. Ambar Teguh Sulistiyani. Hal. 261-262.

29

2. Dana organisasi

Kemampuan organisasi untuk memberi kompensasi baik

berupa financial maupun non financial, disesuaikan dengan

dana yang tersedia;

3. Produktivitas kerja

Profuktivitas merupakan faktor yang mempengaruhi

penilaian prestasi kerja sedangkan prestasi kerja merupakan

faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi.

Pemberian kompensasi penting dilakukan karena tujuannya

adalah memotivasi anggota, membuat kerasan dan menarik orang

yang berkualitas masuk dalam organisasi atau

perusahaan.37Pemberian kompensasi dalam suatu organisasi harus

diatur agar menjadi sistem yang baik dalam organisasi, tujuan

pemberian kompensasi atau imbalan sebagai berikut :

1) Menghargai prestasi kerja, pemberian imbalan yang memadai

adalah suatu penghargaan terhadap prestasi kerja sesuai

dengan yang diinginkan organisasi.

2) Menjamin keadilan, dengan adanya gaji yang baik akan

menjamin adanya keadilan dalam organisasi.

37Indrio Gitosudaemo dan I Nyoman Sudita, Perilaku Organisasi, Yogyakarta : BPFE, 1997, Hal. 226.

30

3) Mempertahankan organisasi atau perusahaan, dengan gaji yang

baik maka orang akan lebih betah bertahan bekerja

padaorganisasi.

Dengan diberikannya kompensasi membantu perusahaan

atau organisasi mencapai tujuan keberhasilan strategis dan

menjamin terjadinya keadilan internal dan eksternal. Ada beberapa

prinsip yang ditetapkan dalam manajemen kompensasi :38

a. Terdapatnya rasa keadilan dan pemerataan pendapatan;

b. Setiap pekerjaan dinilai melalui proses evaluasi pekerjaan dan

kinerja;

c. Mempertimbangkan keuangan organisasi atau perusahaan;

d. Nilai rupiah dalam sistem penggajian mampu bersaing dengan

harga pasar tenaga kerja sejenis;

e. Sistem penggajian yang baru dapat membedakan orang yang

berprestasi baik dan tidak baik dalam golongan yang sama;

f. Sistem penggajian yang baru harus dikaitkan dengan penilaian

kerja.

Kompensasi juga dapat dikatakan sebagai sebuahreward.

Reward adalah ganjaran, hadiah atau imbalan. Dalam konsep

38Op. Cit. Ambar Teguh Sulistiyani, Hal. 267.

31

manajemen reward merupakan salah satu alat untuk meningkatkan

motivasi dalam bekerja, metode ini bisa juga mengasosiasikan

perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia,

senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu

perbuatan yang berulang-ulang , selain motivasi reward juga

bertujuan agar seseorang menjadikan giat lagi usahanya untuk

memperbaiki dan meningkatkan prestasi yang telah dapat

dicapainya.39Dalam sistem reward organisasi terdapat 3 kriteria

umum, yaitu :40

a. Prestasi hasil : Hasil yang nyata dari prestasi atau kualitas

kerja individu, kelompok organisasi.

b. Prestasi tindakan dan perilaku : Dalam bentuk kerjasama tim,

pengambilan resiko dan kreativitas.

c. Pertimbangan selain prestasi, menurut kebiasaan atau

menurut kontrak : Dimana jenis pekerjaan, sifat pekerjaan,

ketekunan, tingkat dalam hirarki.

39Amin Widjaja Tunggal, Kamus Managemen strategi, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000, Hal. 70.

40Robert Kretner,Angelo, Perilaku Organisasi ( Organization Behavior ), Jakarta : Salemba Empat, 2005, Hal. 301.

32

Tujuan utama dari pemberian Reward yang diberikan

kepada setiap individu mempunyai alasan dan tujuan khusus.

Tujuan diberikannya reward yaitu :41

a. Menarik orang yang memiliki kualifikasi untuk bergabung

dengan organisasi;

b. Mempertahankan orang yang sudah bergabung dalam

organisasi tersebut;

c. Memotivasi untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi.

d. Teori Hukum Responsif

Teori Hukum Responsif dikemukakan oleh Nonet dan

Selznick di tengah kritik pedas Neo-Marxis terhadap liberal

legalism.Menurut keduanya hukum yang baik seharusnya

memberikan sesuatu yang lebih daripada sekedar prosedur hukum.

Hukum tersebut harus berkompeten dan juga adil ia seharusnya

mampu mengenali keinginan publik dan punya komitmen terhadap

tercapainya keadilan substantif. Sebagaimana yang dikatakan

Jerome Frank, tujuan utama kaum realisme hukum adalah untuk

membuat hukum”menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan-

41John M. Ivancevich, Perilaku dan Managemen Organisasi, Jaakarta : PT. Gelora Aksara, 2006, Hal. 226.

33

kebutuhan masyrakat”.42Hukum adalah alat bagi manusia. Ia

merupakan instrumen untuk melayani kebutuhan manusia. Hukum

dengan mudah berubah menjadi institusi yang melayani diri

sendiri, bukan lagi melayani manusia. Tanda bahaya tentang

terkikisnya otoritas tersebut dan macetnya keadilan substantif,

telah menjadi fokus kritik terhadap hukum.43

Pencarian hukum responsif telah menjadi perhatian yang

sangat besar yang terus menerus dari teori hukum modern, untuk

membuat hukum lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat

dan untuk memperhitungkan secara lebih lengkap danlebih cerdas

tentang fakta sosial yang menjadi dasar dan tujuan penerapan dan

pelaksanaan hukum. Sifat responsif dapat diartikan sebagai

melayani kebutuhan dan kepentingan yang dialami masyarakat

dan ditemukan tidak oleh pejabat melainkan oleh

rakyat.Menetapkan hukum dalam sarana respons dalam ketentuan-

ketentuan yang ada pada masyarakat. Maka tipe hukum ini

mengedepankan akomodasi untuk menerima perubahan-perubahan

sosial demi mencapai keadilan dan emansipasi publik.

Hukum hendaknya mampu mengikuti perkembangan

zaman, mampu menjawab perubahan dengan segala dasar di

dalamnya, serta mampu melayani masyarakat dengan

42Philippe Nonet dan Philip Selznick,Hukum Responsif, ( terjemahan dari : Law and Society in Transition : Toward responsive Law, Harper and Row 1978 ) Bandung : Nusa Media, 2010,hal. 83.

43Ibid.

34

menyandarkan pada aspek moralitas dari sumber daya manusia

penegak hukum itu sendiri. Hukum adalah institusi yang secara

terus-menerus membangun dan mengubah dirinya menuju pada

tingkat kesempurnaan yang lebih baik.

Mengutip dari Satjipto Rahardjo, hukum adalah sebuah

tataran yang dapat dibagi ke dalam tiga hal, yaitu :

a. tataran transedental,

b. tataran sosial,

c. tataran politik yang selalu bergerak.

Sifat pergerakan itu merupakan suatu yang tidak dapat dihilangkan

tetapi sebagai sesuatu yang eksis dan prinsipal.44Berkembangnya

pemikiran hukum sebagai alternatif pencarian hukum yang ideal

adalah tidak terlepas dari perkembangan mahzab pemikiran

sosilogi hukum.45Hukum bisa berfungsi untuk mengendalikan

masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk melakukan

perubahan-perubahan dalam masyarakat. Antara hukum dengan

lingkungan terdapat hubungan yang era, yaitu hubungan interaksi

atau tukar menukar antara keduanya. Hal ini berarti bahwa,

44Suyo Gilang Romandon, Penegakan Hukum Progresif Dalam Putusan Mahmakah Konstitusi, Cahaya Atma Pustaka, Cet-5, Yogyakarta, 2016, Hal. 9.

45Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Semarang, Citra Aditya Bakti, Cet. Ke 8, 2014, hal. : 199-205.

35

disamping hukum merupakan suatu insitusi yang normatif yang

memberikan pengaruh pada lingkungan ia juga menerima pengaruh

serta dampak dari lingkungan tersebut. Pernyataan pokoknya

adalah “bagaimana hukum melakukan adaptasi terhadap perubahan

?”. Hukum tertulis mempunyai kesulitan untuk melakukan

adaptasi yang cukup cepat terhadap perubahan di sekelilingnya atau

dengan kata lain, hukum tertulis mudah menciptakan kesenjangan

antara peraturan hukum dengan yang diaturnya. Hukum merupakan

ilmu yang sebenarnya yang harus selalu dimaknai sehingga selalu

up to date.

36