bab i pendahuluan -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Koperasi berasal dari kata Co dan Operation. Co berarti bersama dan Operation yang yang berarti bekerja. Oleh sebab itu definisi dapat diberikan sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan anggota untuk bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. 1 Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2 Koperasi merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekonomi kerakyatan. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi semua kalangan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan. Bagi Masyarakat Indonesia, Koperasi sudah tidak asing lagi, karena sudah merasakan jasa Koperasi. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 1 U.Perwanto, Petunjuk Praktis Tentang Cara Mendirikan Dan Mengelola Koperasi Di Indonesia , Semarang : Aneka Ilmu, 1989, hal. 1. 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, Pasal 1 ayat (1).

Upload: votuyen

Post on 17-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Koperasi berasal dari kata Co dan Operation. Co berarti bersama dan

Operation yang yang berarti bekerja. Oleh sebab itu definisi dapat diberikan

sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan

yang memberikan kebebasan anggota untuk bekerja sama secara kekeluargaan

menjalankan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan para

anggotanya.1Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.2

Koperasi merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi yang

berbasis ekonomi kerakyatan. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting

bagi semua kalangan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan. Bagi

Masyarakat Indonesia, Koperasi sudah tidak asing lagi, karena sudah merasakan

jasa Koperasi. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

1 U.Perwanto, Petunjuk Praktis Tentang Cara Mendirikan Dan Mengelola Koperasi Di Indonesia , Semarang : Aneka Ilmu, 1989, hal. 1. 2Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, Pasal 1 ayat (1).

2

Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha

bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Untuk

dapat mengembangkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat tidak saja

diperlukan kemampuan manajerial dalam mengelola koperasi, tetapi yang paling

penting adalah pemahaman semua pihak tentang peran, misi dan tujuan dari

koperasi itu sendiri. Pemahaman bahwa koperasi adalah suatu usaha bersama

harus dapat membawa manfaat tidak hanya untuk para anggota tetapi juga untuk

masyarakat luas. Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan

Koperasi.

Koperasi mengandung dua unsur yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial.

Koperasi merupakan suatu sistem dan bagaimana diketahui sistem itu merupakan

himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang secara

bersama-sama berfungsi mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan

ekonomi atau dengan kata lain bahwa koperasi harus berdasarkan atas motif

ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan bagian-bagian yang saling

berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur ekonomi seperti digunakannya sistem

pembukuan yang baku.3

Berdasarkan Undang-Undang PerkoperasianPasal 21, perangkat

organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas.Dalam

perkembangan Koperasi peran pengurus dan pengawas sangat dibutuhkan dalam

hal pengelolaan koperasi. Pengurus dan pengawas koperasi memiliki tanggung

3Ibid.hal. 21-22.

3

jawab yang besar untuk mengelola koperai. Pengurus dan pengawas koperasi

memiliki hak dan kewajiban, salah satu hak yang diperoleh karena sudah

melaksanakan tanggung jawabnya mengelola koperasi adalah adanya gaji dan

imbalan.Gaji dan imbalan merupakan balas jasa yang diterima atas pekerjaan yang

dilakukannya. Bagi seseorang, gaji dan imbalan merupakan bentuk pengahargaan

atas pekerjaan dan prestasi kerjanya, selain itu merupakan salah satu motivasi bagi

mereka. Imbalan merupakan hak seseorang yang telah melakukan tanggung

jawabnya menyelesaikan pekerjaan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.4

Pada Undang-Undang Perkoperasian, mengenai pemberian gaji pengurus

dan imbalan pengawas tidak terdapat pengaturannya, hal ini dapat dikatakan

dibolehkannya atau tidak dalam hal pemberikan gaji pengurus dan imbalan

pengawas.Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang

Perkoperasian mengatur secara jelas mengenai gaji pengurus dan imbalan

pengawas sesuai dengan pertumbuhan koperasi di era modern ini. Disebutkan

pada Pasal 37 ayat (1) huruf F yang mengatakan bahwa dalam rapat anggota

pengurus wajib mengajukan laporan pertanggungjawaban tahunan yang salah

satunya berisi besar imbalan bagi pengawas serta gaji dan tunjangan lain bagi

pengurus dan Pasal 57 ayat (2) yang mengatakan bahwa gaji dan tunjangan setiap

pengurus ditetapkan oleh rapat anggota atau usul pengawas.5Hal ini menjadi salah

satu dalil, sehingga diajukan uji material terhadap UU no. 17 Tahun 2012 tentang

4Edwin .B Flippo, Menejemen Personalia, BPEE, Yogyakarta, 1984, hal. 138. 5Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

4

Perkoperasian ke Mahmakah Konstitusi yang salah satunya yaitu Pasal 37 ayat (1)

dan Pasal 57 ayat (2).

Dalam Putusan MK nomor 28/PUU-XI/2013 pada dalil pemohon yang

menghendaki Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tetap berlaku, karena

pemohon tidak setuju dengan pengurus dan pengawas mendapatkan gaji dan

imbalan. Alasan-alasan pemohon mengajukan pengujian Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mengenai gaji pengurus dan imbalan

pengawas adalah Undang-Undang Perkoperasian menghalangi hak konstitusional

Pemohon I sampai dengan Pemohon VI untuk melakukan usaha bersama berdasar

asas kekeluargaan sebagaimana dijamin dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 dalam wadah koperasi.

Alasan pemohon dalam pengujian material Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 57

ayat (2) adalah mengutip pendapat dari M. Fathorrazi bahwa ada dua tipe koperasi,

yakni ala Herman SD yang pengurusnya digaji dan koperasi ala Raiffeisen yang

pengurusnya tidak digaji.6 Dengan adanya ketentuan tersebut, maka membelenggu

hak para pemohon untuk menjalankan koperasi ala kedua (koperasi Raiffeisen)

yakni koperasi yang pengurusnya tidak digaji. Pembentuk Undang-Undang

memaksakan satu bentuk koperasi saja yaitu koperasi yang pengurus digaji.

Apabila dikaji lebih lanjut koperasi tipe kedua merupakan ide tipe yang sangat

ideal karena pengurus yang tidak digaji pantas terjadi sebab pengurus tidak harus

full time/mengurus koperasi karena pengurus dapat mengangkat pengelola

koperasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bung Hatta yang menyatakan bahwa

6Putusan MK nomor 28/PUU-XI/2013 atas permohonan uji materiil UU No. 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian, hal. 41.

5

pada umumnya pengurus koperasi tidak digaji. Hanya pejabat dan pekerja penuh

sehari-hari yang digaji.

Atas alasan ini pemerintah memberikan argumen bahwa tidak melanggar

hak-hak konstitusional dan asas kekeluargaan dalam menjalankan koperasi,

karena berdasarkan alasan termohon bahwa, gaji danimbalan yang diterima

pengurus dan pengawas merupakan wujud nilai bertanggung jawab yang

mendasari kegiatan koperasi sebgaimana maksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf (c)

serta pasal 27 UUD 1945 menegaskan bahwa warga Negara berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena setiap orang

menjalankan pekerjaannya merupakan bentuk prestasi dan standar maka sah

secara yuridis bahwa apabila warga Negara yang bekerja berhak mendapatkan

penghasilan, Kegiatan pengelolaan koperasi membutuhkan curahan waktu penuh

meningkatkan pelayanan secara professional kepada anggota koperasi. Pengurus

dan pengawas mendapatkan gaji dan imbalan hal ini bersesuaian dengan tugas

menjadi pengurus yang berat dan tidak dapat dikerjakan sambil lalu.Berdasarkan

tanggung jawab yang besar dari pengurus dan pengawas dalam menjalankan tugas

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dan

dengan mengacu pada prinsip universal “ada pekerjaan ada pembayaran”, maka

sah secara yuridis konstitusional apabila pengurus dan pengawas mendapatkan

imbalan.Dalam Pasal 37 ayat 1 huruf F yang dimaksudkan gaji dan imbalan yang

diterima oleh pengurus dan pengawas merupakan wujud nilai bertanggung jawab

yang mendasari kegiatan koperasi. Oleh karena setiap orang yang yang

menjalankan pekerjaan merupakan bentuk prestasi sehingga sah secara yuridis

bahwa apabila warga Negara yang bekerja berhak mendapatkan penghasilan.

6

Pertimbangan hakim menyatakan bahwa gaji danimbalan bukan masalah

konsitusionalitas karena koperasi merupakan suatu entitas yang dinamis bukan

statis. ketika koperasi masih sederhana maka hal yang diurus masih sedikit

sehingga pengurus masih dapat melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi.Menurut pertimbangan hakim menyatakan bahwa idealnya

yang melekat pada koperasi adalah pengurus dan pengawas tidak digaji hanya

mendapat uang transport sedangkan koperasi yang mendapatkan gaji adalah

mereka yang terus-menerus bekerja sebagai direktur dan buruh-buruh koperasi.

Menurut penulis dalam pertimbangan hakim tersebut membuat kerancuan

dimana pertimbanganlebih menekankan setuju dengan termohon serta hakim tidak

cukup bukti. Ini menandakan bahwa hakim dalam putusan ini juga beranggapan

bahwa pemberian gaji dan imbalan bagi pengurus dan pengawas yang

professional dibolehkan, dari uraian yang menyatakan jika harus profesional maka

gaji pengurus dan imbalan pengawas adalah rasional.Tetapi dalam putusan MK

tetap memberlakukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian yang tidak mengatur tentang pemberian gaji pengurus dan imbalan

pengawas.

Dalam sistem manajemen koperasi, anggota sebagai pemilik koperasi

tidak mungkin dapat melaksanakan pengelolaan koperasi secara sendiri, sehingga

rencana membentuk pengurus adalah hal tepat untuk memperoleh hasil efektif

yang diperuntukkan kepada anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya, serta pengawas yang secara korektif mengawasi pengelolaan pengurus.

Pengurus dan pengawas dapat dimaknai sebagai wakil anggota yang akan

menjalankan kegiatan koperasi dengan mengemban tugas dan wewenang yang

7

telah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Sehingga dengan tugas dan tanggung

jawab yang diberikan kepada pengurus dan pengawas koperasi maka mereka juga

berhak mendapatkan balas jasanya berupa gaji pengurus dan imbalan pengawas.

Bagaimana senyatanya soal pemberian gaji pengurus dan imbalan untuk

pengawas koperasi,maka penulis akan melakukan penelitian ke beberapa koperasi

untuk penelusuran dokumen mengenai bentuk pemberian gaji dan imbalan yang

dilakukan masing-masing Koperasi untuk pengurus dan pengawas. Dari

penelusuran dokumen tersebut penulis akan dapat melihat pemberikangaji dan

imbalan kepada pengurus dan pengawasnya dengan bentuk yang berbeda.

Didasarkan pada kegiatan pengelolaan koperasi yang membutuhkan curahan

waktu penuh,meningkatkan pelayanan secara professional kepada anggota

koperasi serta memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan tugasnya.

Maka pemberian gaji dan imbalan kepada pengurus dan pengawas koperasi

merupakan hal yang wajar.

Jika dulu pengurus dan pengawas melalukan tugasnya digolongkan

sebagai tugas setengah hari, tugas sore hari, yang secara relative melakukan

pekerjaan yang sederhana, pelaksanaan koperasi semacam itu dilakukan oleh

pengurus honorer biasa (tidak (atau belum) diangkat sebagai pegawai tetap yang

setiap bulannya menerima honorarium (bukan gaji)7)dan dibantu oleh petugas

yang dibayar. Situasi itu berbeda dengan tipe yang modern dimana koperasi lebih

berkembang. 8 Dalam perkembangannya koperasi membutuhkan tenaga-tenaga

yang profesional, Sehingga memperkerjakan orang yang profesional untuk

memajukan koperasi dengan mendapatkan gaji dan imbalan.

7 https://id.wiktionary.org/wiki/pegawai_honorer. 8 Ibid. hal. 101-102.

8

Koperasi merupakan suatu badan hukum dimana pengurus dan pengawas

merupakan suatu organ dalam koperasi, Dapat dikatakan pengurus koperasi

bertindak sebagai Direksi serta pengawas bertindak sebagai komisaris sehingga

peran sangat penting dalam kegiatan koperasi. Direksi merupakan organ yang

berwewenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk

kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan.9Sehingga jika dilihat

dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

disebutkan pada Pasal 1 ayat (5) Direksi adalah Organ yang berwewenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan perseroan,

sesuai dengan maksud dan tujuan.Sedangkan pada Pasal 108 ayat (1) menjelaskan

bahwa komisaris berperan dalam melakukan pengawasan kebijakan dan jalannya

pengurusan perseroan dan memberikan nasehat kepada Direksi.Sehingga dapat

dikatakan bentuk Koperasi saat ini pengurus dapat dikatakan setara dengan

Direksi pada suatu corporate.

Tugas pejabat koperasi pada tempatnya memang mengenai manfaatnya,

dimana koperasi tidak mampu membayar manajer tetap dan dimana syarat-syarat

usaha koperasi tidak memerlukan pembuatan keputusan dan manajer tetap yang

terlatih. Tetapi dalam koperasi modern yang menjalankan usaha yang mampu

bersaing dengan perusahaan-perusahaan dagang peraturan ini mungkin harus di

rubah supaya memperkenankanseseorang pengurus dan pengawas menjadi

pegawai tetap koperasi yang diberikan imbalan.10

Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, tuntutan agar

pengelolaan koperasi dilaksanakan secara professional tentu akan semakin besar.

9Pasal 1 ayat (5), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 10Op.Cit. Abdulkadir Muhammad, hal. 108.

9

Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban

yang baik dan informasi yang relevan serta dapat diandalkan, untuk pengambilan

keputusan perencanaan dan pengendalian koperasi. Jika koperasi ditangani secara

professional akan menjadi koperasi yang maju. Hemat penulis koperasi yang maju

tidak dapat dikelola secara tradisional. Sehingga pemberian gaji danimbalan yang

dilakukan oleh koperasi saat ini merupakan hasil dari pertanggung jawaban yang

telah mereka lakukan dan merupakan jenis koperasi modern dimana anggota

koperasi mendapatkan gaji danimbalan secara corporate dan tujuan dari koperasi

saat ini berkembang memperoleh keuntungan, meski tidak meninggalkan asas dan

prinsip koperasi.

Maka menarik untuk lebih di cermati pengaturan hukum kedepan

mengenai pemberian gaji danimbalan bagi pengurus dan pengawas koperasi.

Untuk itu penulis tertarik melakukan tinjauan secara empirik untuk melihat secara

spesifik mengenai praktek koperasi yang memberikan gaji dan imbalan untuk

pengurus dan pengawas, dengan membuat tesis berjudul “PROBLEMATIKA

HUKUM PEMBERIAN IMBALAN BAGI PENGURUS DAN

PENGAWASKOPERASI”.

B. Rumusan Masalah

Dari hal-hal sebagaimana diuraikan dalam Latar Belakang Masalah, maka

rumusan masalah yang akan diteliti dan dibahas adalah:

1. Bagaimana bentuk pemberian imbalanpengurus dan pengawas

yang dilakukan koperasi dan mengapa dalam realitanya (tataran

praktis) pengurus dan pengawas mendapatkan imbalan ?

10

2. Bagaimanakah hukum harus mengatur mengenai imbalan pengurus

dan pengawas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pemberianimbalan yang

dilakukan koperasi terhadap pengurus dan pengawas.

2. Untuk mengetahui alasan pengurus dan pengawas koperasi

mendapatkan imbalan.

3. Untuk mengetahui pengaturan hukum mengenaiimbalan bagi

pengurus dan pengawas koperasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis

berupa menambah wawasan dan memberikan informasi berkaitan

dengan perolehan imbalan bagi pengurus dan pengawas Koperasi.

Dengan demikian, dalam koperasi modern yang menjalankan usaha

yang mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan dagang maka

penerapan peraturan ini mungkin harus ada supaya memperkenankan

seseorang pengurus dan pengawas mendapat gaji dan imbalan.

11

2. Manfaat Praktis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan bahan masukan untuk penerapan peraturan mengenai

imbalan pengurus dan pengawas yang sesuai dengan Pasal 33 UUD

1945.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini sesuai dengan

permasalahan yang diteliti, yaitu penelitian Sosio Legal. Penelitian

hukum Sosio Legalmerupakan suatu penelitian hukum yang berfungsi

untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana

bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.11

2. Jenis Pendekatan

Cara pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris

disebut juga dengan penelitian hukum nondoktrinal karena penelitian

ini berupa studi-studi empiris untukmenemukan teori-teori mengenai

proses terjadinya dan mengenaiproses bekerjanya hukum didalam

masyarakat atau yang disebutjuga sebagai Socio Legal

Research.12Serta menggunakan pendekatan Konseptual, pendekatan

ini beranjak dari pandangan-pandangan dari doktrin-doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting

11Ibid. 12 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

Hal. 42.

12

sebab pemahaman terhadap pandangan yang berkembang dalam

ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi

hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi.

Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide dengan memberikan

pengertian-pengertian hukum, konsep hukum maupun asas hukum

yang relevan dengan permasalahan. 13 Pendekatan konseptual

dilakukan manakala peneliti tidak beranjak dari peraturan hukum

yang ada. Hal ini dilakukan karena belum atau tidak ada aturan

hukum untuk masalah yang dihadapi.14

3. Jenis dan Cara Pengambilan Data

a. Jenis data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli.

Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana

data tersebut diperoleh. 15 Pengambilan data diperoleh dari

wawancara yang dilakukan dengan pengurus dan pengawas serta

pengambilan data dokumen Koperasi yang akan diteliti; lokasi

penelitian penulis yaitu :

a) Koperasi X di jalan Diponegoro Salatiga.

b) BMT M@ndiri, Kabupaten Semarang.

13https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/12/16/pendekatan-dalam-penelitian-hukum/. 14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta : Kencana, cetakan ke-9,

2014, hal. 137.

15 Adhyzal Kandary, “Data Primer” diakses dari,

http://id.shvoong.com/socialsciences/1997495-data-primer/#ixzz2BSYC7YaK, 30 April 2010.

13

c) Koperasi Karyawan Apac Inti Corpora Pelita Sejahtera,

Kab. Semarang.

b. Jenis data sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita

tinggal mencari dan mengumpulkan data-data atau masukan-

masukan sekitar masalah objek yang dikaji melalui penelitian

yang bersumber pada literatur, peraturan perundanng-undangan,

dan lain-lain yang ada hubungannya dengan masalah yang hendak

dibahas. 16 penelusuran bahan kepustakaan dari perpustakaan

terhadap bahan-bahan yang relevan dengan penulisan thesis

ini.Penulis juga memperoleh data mengenai beberapa koperasi

yang diteliti, sebagai berikut :

a) Koperasi Budi Luhur, Jakarta.

b) KOPKAR Behaestex, Gresik.

c) Koperasi Kesejahteraan Karyawan Muhammadiyah

“KAWANKU”.

d) KOPEGTEL “Insan” Denpasar.

16 Oney84, “Data Sekunder dan Primer”, diakses

darihttp://id.scribd.com/doc/18003036/DataSekunder-Dan-Primer, 15 Juni 2010.

14

4. Unit Amatan dan Unit Analisis

a. Unit amatan

Unit Amatan dari penelitian ini adalah mengamati beberapa

pengaturan yang berkaitan dengan koperasi dan penggajian atau

imbalan :

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian;

3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas;

4) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah

Republik Indonesia Nomor 19/PER/M.KUM/IX/2015

Tentang Penyelenggaraan Rapat Anggota;

5) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah

Republik Indonesia Nomor 22/Per/M.K.UKM/IX/2015

Tentang Koperasi Skala Besar;

6) Putusan MK Nomor 28/PUU-XI/2013 atas permohonan uji

materiil UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

b. Unit Analisis

Unit Analisis dalam penelitian ini meliputi bentuk-bentuk gaji dan

imbalan yang dilakukan koperasi terhadap pengurus dan

pengawas, alasan pengurus dan pengawas koperasi mendapatkan

imbalan serta pengaturan hukum mengenai imbalan bagi

pengurus dan pengawas koperasi.