bab ii tinjauan pustaka hari tidak akan pernah lepas ...eprints.umm.ac.id/45330/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Komunikasi Persuasif
2.1.1 Definisi Komunikasi Persuasif
Manusia dikehidupan sehari – hari tidak akan pernah lepas dengan
komunikasi. Manusia dan komunikasi adalah satu kesatuan slogan yang sering di
ucapkan ataupun didengar yaitu “We can’t, not communication” kita tidak bisa
untuk tidak berkomunikasi. Komunikasi sendiri telah banyak dipaparkan oleh para
ilmuan secara paradimatis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap,
pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung atau
melalui media (Machmud, 2010).
Sedangkan, Persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin
persuasio yang mana kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk,
mengajak, atau merayu. Menurut Maulana dan Gumelar (2013:9) Persuasi adalah
proses yang bertujuan guna mengubah sikap ataupun perilaku orang lain dalam
sebuah peristiwa, ide, ataupun objek lainnya melalui bahasa verbal atau nonverbal
yang didalamnya tersirat informasi, perasaan dan penalaran. Sering kali para ahli
komunikasi menekankan bahwa persuasi adalah kegiatan psikologis. Hal ini
dimaksudkan untuk mengadakan perbedaan dengan koersi (coersion) pada
umumnya, antara persuasi dan koersi memiliki tujuan yang sama yakni untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku (Effendy, 2015:21).
8
Bila pada persuasi dilakukan dengan halus, luwes yang mengandung sifat-
sifat manusiawi tanpa adanya paksaan sedangkan, koersi sanksi dan ancaman
seperti perintah, instruksi, pemerasan. Bila disimpukan definisi komunikasi
persuasi yaitu suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk memengaruhi
pemikiran dan pendapat orang lain agar bisa menyesuaikan pendapat dan
keinginan komunikator. Kemudian, proses komunikasi yang mengajak atau
membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat
sesuai keinginan komuikator. Suatu ajakan atau bujukan tanpa adanya unsur
acaman ataupun paksaan. Secara singkat bisa dikatakan bahwa komunikasi
persuasi adalah kemampuan komunikasi yang dapat membujuk atau mengarahkan
orang lain.
2.1.2 Tujuan Komunikasi Persuasif
Menurut sendjaja dikutip oleh Ritongah (2011:45) bahwa tujuan persuasi
di sini identik dengan menginginkan efek, hasil, atau akibat yang terjadi pada
khalayak sasaran. secara umum akibat atau hasil persuasi mencakup tiga aspek
yaitu :
1. Aspek Kognitif, yaitu menyangkut kesadaran dan pengentahuan.
Contohnya menjadi sadar dan ingat, menjadi tahu dan kenal.
2. Aspek afektif, yaitu menyangkut sikap, perasaan serta emosi. Dalam hal
ini contohnya sikap setuju/ tidak setuju, perasaan sedih, gembira, benci
dan menyukai.
9
3. Aspek konatif, yaitu menyangkut perilaku ataupun tindakan misalnya
berbuat sesuatu seprti yang diinginkan, disarankan, atau yang tidak
disarankan.
Salah satu ukuran keberhasil suatu komunikasi persuasif terdapat tahapan
komunikasi persuasif yang bisa dijadikan sebuah landasan pelaksanaan. Tahapan
ini disebut Formula AIDDA yang mana adalah singkatan dari tahap-tahap
komunikasi persuasif (Effendy, 2015). Berikut dalah penjelasannya :
Singkatan Deskripsi
A Attention Perhatian
I Interest Minat
D Desire Hasrat
D Decision Keputusan
A Action Kegiatan
Tabel 1. Tahap – tahap Formula AIDDA
2.1.3 Unsur – unsur Komunikasi Persuasif
Adapun untuk memahami komunikasi secara efektif dalam suatu proses
komunikasi secara umum maupun komunikasi secara persuasif. berikut unsur –
unsur komunikasi persuasif dalam buku Soemirat dan Suryana (2018:2.25):
a. Persuader
Persuader adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan
pesan dengan tujuan mempengaruhi sikap pendapat dan perilaku orang
lain, baik secara verbal maupun nonverbal.
10
b. Persuadee
Persuadee adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan
pesan disampaikan/disalurkan oleh komunikator/persuader baik secara
verbal maupun nonverbal.
c. Persepsi
Persepsi antara persuadee terhadap persuader dan pesan yang
disampaikannya akan menentukan efektif atau tidaknya komunikasi
persuasif terjadi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman,
proses belajar, cakrawala dan pengetahuan seseorang.
d. Pesan Persuasif
Menurut littlejhon dikutip Ritongah didalam bukunya (2005 : 5) pesan
persuasif dipandang sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan
tindakan dengan motif-motif ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Makna
memanipulasi bukanlah mengurangi atau menambahkan fakta sesusai
konteksnya, tetapi dalam arti memanfaatkan fakta yang berkaitan dengan
motif khalayak sasaran. Sehingga tergerak untuk mengikuti maksud pesan
yang disampaikan.
e. Saluran persuasif
Saluran meruapakan perantara yang mana ketikan seorang persuadee
mengoperkan kembali pesan yang berasal dari sumber awal untuk tujuan
akhir. Saluran (channel) yang digunakan oleh persuader untuk
berkomunikasi dengan berbagai orang, secara formal maupun non formal,
11
secara tatap muka (face to face communication) ataupun bermedia
(mediated communication).
f. Umpan balik dan Efek
Umpan balik adalah jawaban atau reaksi yang datang dari
komunikan atau datang dari pesan itu sendiri, tebagi menjadi dua yaitu
internal dan eksternal. Umpan balik internal adalah reaksi dari
komunikator atas pesan yang disampaikan sebagai bahan koreksi atas
pesan yang telah diutarakan/diucapakan. Sedangkan umpan balik eksternal
sebagai reaksi yang dilakukan komunikan karena pesan yang telah
disampaikan oleh komunikator sebagai tanggapan pesan yang diutarakan
respon dipahami atau tidak sesuai dengan keinginan atau harapannya.
Sedangkan efek adalah perubahan yang terjadi pada diri
komunikan sebagai akibat dair diterimanya pesan melalui proses
komunikasi. Perubahan yang terjadi bisa berupa sikap, pendapat
pandangan dan tingkah laku. Dalam komunikasi persuasif terjadinya
perubahan aspek sikap, perilaku, pendapat pada diri persuadee merupakan
tujuan utama. Inilah pokok komunikasi persuasif yang membedakan
dengan komunikasi pada umumnya.
2.1.4 Tingkatan Komunikasi
Komunikasi memiliki tingkatan – tingakatan untuk melihat konteks
komunikasinya. Mulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta yang
paling sedikit sampai jumlah peserta yang paling banyak menurut Mulyana
(2010:80) menjelaskan beberapa tingkatan komunikasi:
12
1. Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, contohnya
saat sedang berpikir, saat sebelum berkomunikasi dengan orang lain maka
secara tidak sadar kita berkomunikasi dengan diri sendiri dengan berpikir.
Hal itu membantu untuk mempersepsikan memastikan makna pesan dari
orang lain sebelum berkomunikasi kepada orang lain.
2. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang melibatkan dua orang
atau antara orang – orang secara langsung dan tatap muka sehingga, setiap
orang tersebut memberi respon atau reaksi dari komunikasi tersebut.
respon atau reaksi tersebut dapat berupa verbal atau non verbal. Pada
komunikasi ini biasa dilakukan dengan jarak dekat dan hanya dilakukan
dengan dua orang saja seperti suami-istri, anak-ayah.
3. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama,
saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya
saling ketergantungan), mengenal satu sama lain dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi
peran berbeda. Dalam komunikais kelompok umpan baliknya adalah
seorang peserta masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh
peserta lainnya.
13
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seseorang pembicara dengan
sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu.
Biasanya komunikasi ini digunakan oleh seseorang yang memberikan
sebuah pesan kepada orang lain dalam jumlah banyak. Seperti seorang
ustadz yang sedang menyampaikan ceramah kepada para jamaahnya yang
memiliki jumlah yang sangat banyak.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi bersifat formal dan
juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok
6. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yg menggunakan media massa,
baik cetaka (koran, majalah, buku) atau elektronik (internet, radio, televisi)
ditujukan kepada orangg yang dalam jumlah besar dan tersebar di banyak
tempat dan biasanya dikelola oleh suatu lembaga.
2.1.5 Komponen Komunikasi Persuasif
Terdapat komponen atau elemen dalam komunikasi persuasi sehingga baru
bisa dikatakan komunikasi persuasif Maulana dan Gumelar (2013:8).
1. Claim, adalah pernyataan persuasi dengan tujuan yang tersurat (eksplisit)
maupun tersirat (implisit). Misalnya iklan yang menyatakan dengan
ajakannya untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu dengan lugas.
Secara implisit iklan rokok tidak pernah mengajak audience-nya secara
14
terang – terangan untuk merokok. Merka mengemasnya dengan menarik
oleh karena itu iklan rokok tampil kreatif karena larangan menampilkan
ajakan dalam iklan secara terang-terangan.
2. Warrant, yaitu sebuah perintah yang dikemas dengan ajakan atau bujukan
yang terkesan tidak memaksa. Seperti kata “Ayo” dan “Mari”.
3. Data, fakta atau data yang digunakan untuk memperkuat argumentasi
keunggulan suatu pesan dari seorang komunikator. Seperti iklan susu
merek untuk memperkuat tulang dengan kalimat 8 dari 10 orang sudah
mencoba dan terbukti.
2.1.6 Strategi Komunikasi Persuasif
Strategi pada dasarnya adalah sebuah perencaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 2009:32).
Sedangkan, Strategi komunikasi persuasif dilakukan yang mana untuk mencapai
suatu tujuan, yakni mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku komunikan atau
audiens. Menurut Soemirat dan Suryana (2018) menjelaskan bahwa strategi
komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi
persuasif dengan manajemen komunikasi, oleh karen itu agar mencapai tujuan
yang diinginkan maka dalam strategi yang dibuat, harus mencerminkan
operasional taktis.
Jadi, yang harus ditentukan adalah siapa sasaran kita, apa pesan yang akan
disampaikan, mengapa harus disampaikan, dimana lokasi penyampaian pesan dan
apakah waktu yang digunakan cukup tepat. Strategi komunikasi persuasif menurut
15
Melvin L. DeFluer dan Sandra J. Ball-Roceach, (dalam Soemirat dan suryana,
2018) menjabarkan antara lain:
1. Strategi Psikodinamika
Asal kata Psiche: pikiran mecakup perasaan, pengamalan masa
lalu, roh dan jiwa. Kata Dinamik mengacu pada pandangan bahwa psikis
individu bersifat dinamis, tidak statis. Menekankan pada dorongan insting
dari individu untuk melakukan hubungan, baik internal maupun eksternal
karenanya itu, harus dipusatkan pada faktor emosional dan faktor kognitif.
faktor kognitif yang berpengaruh besar pada perilaku, kondisi, pernyataan,
dan kekuatan dalam diri individu Sangat besar ketidak mungkinan
mengubah faktor- faktor biologis (seperti tinggi, berat, sex, ras, dll)
dengan pesan persuasif.
Hal yang sangat mungkin adalah menggunakan pesan persuasi
untuk pernyataan yang bersifat emosional. Esensi dari strategi
psikodinamika untuk persuasi adalah pesan yang efektif bersifat mampu
mengubah fungsi psikologis individual dengan berbagai cara, yang mana
mereka akan merespon secara terbuka dengan bentuk perilaku, seperti
yang diinginkan atau sesuai dengan yang dinyatakan persuader. Dalam
penekanan ini memungkinkan menggunakan media massa untuk
mengubah struktur tersebut, seperti perubahan perilaku.
Menurut Firdaus (2016:9) dalam thesisnya terkait strategi
komunikasi persuasif menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan dalam
seseorang individu saat menerima stimulant dari luar adalah Repression
16
(penekanan) berkenaan dengan dorongan hati yang tidak pantas
dikeluarkan sehingga didesak kedalam pikiran bawah sadar. Regression
(kemunduran) kembali ke bentuk-bentuk perilaku awal perkembangan.
Sublimation mengganti perilaku yang tidak wajar dengan perilaku yang
lebih baik. Displacement (penggantian) mengubah sasaran pelampiasan
dari emosi kepada sebuah objek lain. Reaction formation (pembentukan
reaksi) bertindak yang berlawanan dengan apa yang dirasakan atau
diinginkan.
2. Strategi Persuasi Sosiokultural
Strategi persuasi sosiokultural banyak dipengaruhi oleh kekuatan
luar individu. Perilaku orang yang dipersuasi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, contoh lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
lingkungan sesama teman maupun lingkungan profesi disuatu tempat
pekerjaan. Faktor lingkungan seperti ini dapat diperhatikan pemasar
sebelum mempersuasif calon orang yang dipersuasif. Strategi ini dapat
dikatakan dimana biasanya pemasar dapat referensi dari teman ataupun
keluarga. Strategi sosiokultural banyak digunakan dalam promosi pada
produk komersial dengan cara melalui kesamaan situasi. Faktor
lingkungan memang sangat membantu persuader untuk merubah dan
meyakinkan perilaku persuadee. Kedekatan antar seseorang akan lebih
mudah dipersuasif selain itu kepercayaan telah ada di dalam hubungan
kedekatan antar keluarga, sahabat, atau teman untuk mengikuti apa yang
diinginkan.
17
3. Strategi The Meaning Construction
The Meaning Construction bahwa pengetahuan dapat
mempengaruhi perilaku. Hal ini berawal dari konsep bahwa hubungan
antara pengetahuan dan perilaku dapat dicapai sejauh apa yang dapat
diingat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa strategi ini dicirikan oleh
“belajar-berbuat” (learn-do), seperti yang dilawankan dengan belajar
merasa berbuat (learn-feel-do) dan pendekatan belajar penyesuaian diri.
Asumsi dasar strategi persuasi the meaning contruction menurut adalah
bahwa pengetahuan dapat membentuk perilaku.
Persuader pada kali ini berupaya memberikan pengetahuan
mengenai suatu hal kepada calon yang dipersuasif. Pada strategi ini
persuader berupaya memanipulasi suatu makna, untuk lebih dapat
memberikan pengertian yang mudah dimengerti dan dipahami orang yang
dipersuasif tanpa mengurangi arti dari pengertian itu sendiri.
memperkenalkan suatu hal, persuader tidak melakukan media periklanan,
persuader cukup menjelaskan dengan orang yang dipersuasi langsung pada
saat memberikan suatu pemahaman, karena bagi persuader itu sangat
efektif dan efisien , ditambah lagi persuader itu sangat efektif dan efesien.
2.2 Partisipasi Kegiatan Sosial
2.2.1 Definisi Partisipasi
Partisipasi menurut Mikkelson yang dikutip oleh Nasution (2009:16-17)
adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan
18
sendiri. Senada dengan Mikkelson, menurut Humeryar dan Hecman partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok
yang bisa mendorongnya memberi sumbangan terhadap suatu kelompok serta
tanggung jawab bersama mereka (Irene, 2015:51). Sedangkan, Partisipasi dalam
konsep ilmu sosial memiliki keberagaman definisi, seperti yang diungkapkan
Theodorson bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam
kelompok sosila untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakat, profesinya
sendiri ataupun di luar pekerjaan. Partisipasi merupakan bentuk khusus dari
interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian, kewenangan,
tanggung jawab, dan manfaat Aprilia et al. (2014:196).
Kesimpulan dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan dapat pahami
bahwa konsep partisipasi tidak hanya keikutsertaan atau peran serta masyarakat
yang berkaitan dengan lahiriyah saja, namun juga keterlibatan mental, peran serta
dan pikiran atau usaha bersama dalam suatu program yang ada di masyarakat
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
2.2.2 Definisi Kegiatan Sosial
Kepedulian Masyarakat Indonesia terhadap kegiatan – kegiatan sosial
sebenarnya cukup besar. Hal ini dibuktikan pada kegiatan sosial dalam berbagai
bentuk yang dilaksanakan berdasarkan berbagai keyakinan yang sudah menjadi
pola hidup bangsa indonesia seperti sikap gotong royong dalam kerja bakti,
masyarakat banyak menyumbang misalanya pada hari Raya Idul Fitri, Natal, atau
Peringatan Hari Ulang Tahun (Wullur, 2009).
19
Kegiatan menurut kamus besar bahasa indonesia, adalah aktivitas, usaha,
pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan serta kegairahan1. Sedangkan Sosial
menurut Damsar (2016: 91) berakar dari kata Latin, yaitu socius, yang berarti
bersama-sama, bersatu, terikat, sekutu, teman, yang bermakna menjadikan teman,
mengikat atau mempertemukan. Dari pengertian dua kata tersebut, maka sosial
dapat dipahami sebagai pertemanan atau masyarakat. Jika disimpulkan kegiatan
sosial adalah salah satu bentuk kepedulian seseorang atau kelompok terhadap
individu atau kelompok lain yang mimiliki keterbatasan kondisi.
Kepedulian sosial dalam diri seseorang muncul adanya suatu perasaan
simpati yang mendalam terhadap penderitaan atau kemalangan orang lain, disertai
oleh suatu hasrat untuk meringankan penderitaan atau menghilangkan
penyebabnya (Rich, 1995). Dari perasaan kepedulian yang muncul pada setiap
individu atau anggota kelompok tertentu maka muncullah keingingan untuk ikut
membatu tergerak dari hati dan perasaan tersebut hal itu lah yang dinamakan
partisipasi pada kegiatan sosial.
Bila disimpulkan berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan maka
Partisipasi kegiatan sosial adalah keikutsertaan dan terlibatnya seseorang atau
kelompok dalam suatu aktivitas yang dilakukan bersama – sama. Partisipasinya
seseorang dalam suatu kegiatan sosial muncul karena adanya sifat kepedulian
pada kegiatan sosial tersebut.
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia melalui situs https://www.Kbbi.web.id (di akses pada 3 maret
2018)
20
2.2.3 Bentuk – bentuk Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam masyarakat terdapat berbagai bentuk seperti yang
dijelaskan Effendi dikutip oleh Irene (2015:58) bahwa partisipasi terbagi atas
partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal terjadi karena hal
ini dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat dan ambil bagian dalam
suatu program, dimana dalam kegiatan tersebut masyarakat sebagai pengikut,
klien, ataupun bawahan. Sedangkan partisipasi horizontal, masyarakat memiliki
prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi secara
horizontal satu dengan lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda
permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Dusseldorp di kutip oleh Aprillia et al. (2014:200) mengidentifikasi beragam
bentuk – bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat
dapat berupa:
a. Melibatkan diri pada kegiatan – kegiatan organisasi untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain
b. Menggerakkan sumberdaya masyarakat
c. Mengambil bagian dalam proses pengmbailan keputusan
d. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat.
Bentuk – bentuk partisipasi yang disumbangkan masyarakat sangat beragam dan
bermanfaat yaitu seperti:
a. Partisipasi material bagi masyarakat yang memiliki kemampuan
ekonomi.
21
b. Partisipasi pemikiran bagi masyarakat yang memiliki tingkat dan
wawasan kependidikan.
c. Partisipasi tenaga bagi masyarakat awam yang tidak memiliki
kemampuan ekonomi dan pemikiran tetapi memiliki kepedulian, dan
d. Partisipasi moral dalam bentuk dukungan penuh oleh berbagai lapisan
masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan antara lain:
a) terlibat aktif dalam proses sosialisasi kepada masyarakat dengan
melibatkan anggota masyarakat, b) identifikasi kebutuhan masyarakat, c)
rekrutmen, d) penyusunan program kegiatan, e) membantu mempersiapkan
sebagian sarana dan prasarana yang diperlukan. Sedangkan bentuk partisipasi
dalam pengembangan program antara lain: a) memberikan sumbangan dana, b)
menyumbangkan tenaga, c) ikut mensosialisasikan program – program kegiatan
kepada anggota masyarakat, d) mendukung kegiatan- kegiatan yang telah
dilakukan secara menyeluruh (Suryono dan Hermawan, 2016).
Dari berbagai definisi yang telah dijabarkan sebelumnya maka diambil
kesimpulan bahwa bentuk partisipasi di kelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu
bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (fisik) dan juga bentuk
partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (nonfisik).
2.2.4 Faktor – faktor Partisipasi Masyarakat
Pada umumnya banyak faktor yang dapat menjadi hambatan atau faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan. Tentu untuk bisa
22
bergabung berpartisipasi dalam suatu kegiatan setiap orang perlu adanya
pengetahuan tentang suatu kegiatan maupun program tersebut. Menurut Slamet
yang dikutip Aprillia et al. (2014:207) bahwa tumbuhnya para partisipasi
masyarakat sangat di tentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu:
a. Adanya kesempatan yang diberikan.
b. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi
c. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
Sedangkan, faktor yang dapat menghampat dan menjadi ancaman terhadap
partisipasi masyarakat menurut (Irene, 2015).
a. Sifat dan rasa malas, apatis, perilaku masa bodoh, dan tidak mau
melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat.
b. Aspek – aspek tipologi (pembuktian dan jurang).
c. Faktor geografis berkaitan dengan dan jarak.
d. Demografis (jumlah penduduk).
e. Faktor ekonomi masyarakat.
Suryono dan Hermawan (2016:106) menjelaskan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat terbagi dua yaitu faktor pendukung dan
faktor penghambat. Faktor penghambat yaitu tingkat pendidikat, bila pendidikan
tergolong rendah maka mereka lebih cenderung susah untuk ikut berpartisipasi
khususnya dalam proses perencanaan ide karena keterbatasan pemahamn dan
kemampuan. Partisipasi tidak selamanya faktor penghambat dan pendukung sama
tentunya, setiap masyarakat berbeda- beda mulai dari lingkungan, jenis
23
kebutuhan, dan kepentingan masalah sosial yang berbeda pada setiap masing –
masing masyarakat.
2.3 Fokus Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah strategi komunikasi
persuasif yang dilakukan komunitas ketimbang ngemis malang untuk
menumbuhkan partisipasi pada kegiatan sosial. Kegiatan sosial tersebut dilakukan
untuk membantu warga yang kurang mampu namun masih berjuang bekerja
tanpa mengharap belas kasih dari orang lain. Oleh karena itu, peneliti mencoba
mencari tahu apa saja strategi yang dilakukan melihat latar belakang komunitas,
dan aktivitas komunitas tentu membutuhkan banyak partisipasi keterlibatan untuk
menyukseskan program yang ada.
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti dengan mendeskripsikan bagaimana
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan serta meneliti bagaimana strategi
komunikasi persuasif yang dilakukan oleh komunitas ketimbang ngemis malang
ini dengan melihat segala aspek seperti media komunikasi yang digunakan,
rancangan program kerja, pesan menarik yang ingin disampaikan dalam kegiatan,
kapan dan dimana lokasi kegiatan diadakan sehingga bisa dikenal dan mampu
menumbuhkan partisipasi sesuai dengan yang diinginkan.