bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
6
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Pengertian Value (Nilai)
Value (Nilai) dalam bahasa Yunani “axia” yang berarti berharga. Terdapat
perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna
sesuatu yang memiliki kualitas sehingga menjadi hal yang didambakan orang, dan
nilai tidak selalu dikaitkan dengan harga [8]. Harga merupakan sesuatu yang
selalu terkait dengan nilai tukar barang terhadap uang.
Nilai merupakan sebuah konsep yang bersifat kompleks, spesifik pada sebuah
konteks dan dinamis. Nilai memiliki makna yang tidak sederhana dan sesuatu
yang selalu berkembang (dinamis). Nilai memiliki makna yang berbeda untuk
setiap jenis organisasi. Untuk organisasi komersial yang berorientasi profit, nilai
cenderung dipandang dari segi finansial dan dapat berupa peningkatan profit yang
dihasilkan dari sebuah investasi. Sedangkan bagi organisasi non-profit, termasuk
sektor publik, nilai lebih bersifat kompleks dan seringkali dilihat dari segi non-
finansial. Nilai tersebut dapat merupakan metrik antara kinerja organisasi dengan
bisnis yang dilakukan [2][8][9].
Konsep nilai bersandar pada relasi antara pemenuhan harapan dari stakeholder1,
dalam hal ini pemilik dan pelaksana organisasi serta sumber daya yang akan
digunakan. Stakeholder internal dapat mempunyai cara pandang yang berbeda
tentang apa yang menyatakan nilai. Tujuan dari manajemen nilai untuk
mengoptimalkan nilai dengan menghubungkan perbedaan dan membantu
organisasi untuk dapat mendefinisikan secara jelas dan mengkomunikasikan cara
pandangnya terhadap apa yang merupakan nilai; dan untuk menentukan siapa
yang memilih dan melaksanakan investasi, mengelola asetnya dan
mengoptimalkan nilai dengan melakukan peningkatan kemampuan penggunaan
sumber daya dan level resiko yang dapat diterima [2].
1 Stakeholder adalah mereka yang mempunyai kepentingan terhadap sebuah organisasi atau perusahaan, dan termasuk di dalamnya para shareholder. Stakeholder dapat dibagi menjadi dua: stakeholder internal dan stakeholder eksternal.Stakeholder internal adalah stakeholders dari dalam perusahaan, sedangkan stakeholder eksternal adalah stakeholders yang berada di luar perusahaan.
7
II.2 Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses yang diukur dari penetapan tujuan organisasi,
penentuan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh,
serta usaha untuk merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh dengan
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga
tercapai tujuan organisasi [1][5].
II.3 Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap)
yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan bagi suatu
perusahaan [4]. Investasi merupakan aktivitas penempatan modal ke dalam
sebuah usaha tertentu dengan tujuan untuk memperoleh tambahan penghasilan
dan keuntungan [4]. Investasi adalah mobilisasi sumber daya untuk menciptakan
atau menambah kapasitas produksi/pendapatan dimasa yang akan datang. Dalam
investasi terdapat 2 (dua) tujuan utama yaitu untuk mengganti bagian dari
penyediaan modal yang sudah rusak dan untuk menjadi tambahan penyediaan
modal yang telah ada.
II.4 Pengertian Nilai Investasi
Nilai investasi berdasarkan penilaian bisnis berarti nilai dari suatu aset atau untuk
menspesifikasikan atau memprospektifkan kepemilikan. Tipe nilai ini
mempertimbangkan kepemilikan dari pengetahuan, kemampuan, harapan dari
resiko dan potensi pendapatan serta faktor yang lainnya.[8]
Investasi TI adalah investasi organisasi yang menggunakan atau menghasilkan TI
atau aset yang berhubungan dengan TI. Setiap investasi memerlukan biaya untuk
investasi, diharapkan mendatangkan keuntungan yang dapat direalisasikan. Setiap
investasi mempunyai jadwal aktivitas dan batas waktu, dan investasi akan
mendatangkan resiko yang berhubungan penggunaan investasi.
8
II.5 Nilai Investasi Teknologi Informasi
Organisasi perlu untuk membangun gambaran seksama dari hubungan antara
strategi bisnis, proses bisnis dan aktivitas bisnis dalam satu sisi dan kesempatan,
kemungkinan dan ketidakmungkinan, dan aplikasi saat ini dan supply TI pada
pada bagian lain. Seperti halnya manajemen sistem akuntansi yang biasa
diterapkan dan sistem diagnotik kontrol, sebuah sistem pengukuran nilai TI harus
diarahkan pada sebuah usaha yang konsisten untuk membawa secara sistematika
indikator yang berbeda dari nilai TI pada level yang berbeda dari organisasi.
Selain itu, ukuran nilai TI harus mengarah pada berbagai stakeholder. Ukuran
nilai TI harus mampu menjembatani perbedaan komunikasi antara dunia bisnis
dan TI [9]
Secara singkat [9], ukuran konsisten dan sistematik dari nilai TI harus berdasarkan
pada dua atribut utama yaitu:
a. Kerangka manajemen keseluruhan: Karena realitas dari aplikasi TI dalam
organisasi sangat komplek, sehingga diperlukan sebuah skema konseptual
untuk menyederhanakan hal yang diinginkan. Untuk mengelola, memonitor
dan menghasilkan umpan balik pada nilai TI, ukuran dari nilai TI harus
berdasarkan pada kerangka manajemen yang berhubungan dengan level dari
perencanaan bisnis, perencanaan TI dan perencanaan suplly TI dengan
perbandingan level penilaian (misalnya kerangka BtripleE). Dengan
menetapkan nilai TI pada setiap level dan dalam kontek yang lengkap,
keseluruhan pertanyaan nilai dapat dijawab.
b. Himpunan dari ukuran utama untuk nilai: ini memungkinkan manajemen TI,
mengubah-ubah kesesuaian objektif organisasi dan level dari framework
dimana ukuran dibangun.
Konsep nilai dalam TI menurut Parker, Benson dan Trainor dalam[9],
berhubungan dengan manfaat. Manfaat merupakan bagian dari ukuran dari efek
ekonomi seperti pengurangan biaya dan keuntungan langsung produksi. Manfaat
seperti ini merupakan bagian yang penting dalam bisnis karena merupakan dua
dari beberapa komponen nilai. Nilai investasi TI juga dapat dinyatakan sebagai
9
kualitas TI yang membuat TI diperlukan, dengan kata lain yaitu aspek efektif dan
efisiensinya. Efektif dapat diartikan melakukan hal yang benar dan efisien dapat
diartikan sebagai melakukan hal yang benar dengan tepat.
II.6 Investasi Teknologi Informasi di Institusi Politeknik Caltex Riau
Politeknik merupakan pendidikan professional yang diarahkan pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu. Selain daripada itu, politeknik merupakan perguruan
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang
pengetahuan khusus. Guna mencapai maksud itu, politeknik memberikan
pengalaman belajar dan latihan yang memadai untuk pembentukan kemampuan
professional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini telah diwujudkan
dalam komposisi jumlah jam pelajaran teori dan praktek dengan perbandingan
60% dan 40%, dalam masa pendidikan selama 6 semester yang menggunakan
sistem paket.
Semakin banyaknya kegiatan pemanfaatan perangkat telekomunikasi
menyebabkan Teknologi Informasi di Indonesia mengalami perkembangan yang
pesat. Pada tahun 2000 “baru” 360 juta orang menggunakan internet, dan pada
tahun 2008 sudah lebih dari 1,4 miliar pengguna. Di Indonesia sendiri per tanggal
30 Juni 2008, pengguna internet berjumlah sekitar 25 juta, dengan pertumbuhan
pengguna dari tahun 2000 hingga 2008 sekitar 1.15% dan penetrasinya 10.5% dari
jumlah penduduk Indonesia [10].
Adanya trend globalisasi dan perkembangan yang pesat di bidang teknologi
informasi menjadi salah satu faktor pendorong perguruan tinggi untuk
memanfaatkan kecanggihan sistem informasi dalam meningkatkan mutu
manajemen perguruan tinggi. Saat ini kualitas perguruan tinggi tidak hanya dinilai
dari fasilitas pengajarannya saja. Namun juga dari sistem manajemen pelayanan
dan kemudahan akses informasi, baik informasi akademik maupun informasi
mengenai profil perguruan tinggi yang bersangkutan.
Oleh karena itu Politeknik Caltex Riau berusaha melakukan berbagai pembenahan
sistem informasi dan manajemen dalam rangka peningkatan mutu manajemen
10
perguruan tinggi dan pemanfaatan teknologi informasi bagi peningkatan
manajemen informasi dan proses pembelajaran sehingga diharapkan :
1. Politeknik Caltex Riau harus terus menerus meningkatkan kualitas,
2. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam pengelolaan
manajemennya,
3. Memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung proses
pembelajaran.
II.7 Val IT Framework 2.0
Val IT framework 2.0 diprakarsai oleh Information Technology Governance
Institut melalui pengalaman sekumpulan tim yang terdiri dari para praktisi,
akademisi serta praktek-praktek beberapa metodologi dan penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan kerangka kerja Val IT. Kata VAL pada Val IT
Framework berasal dari kata value, yang berarti nilai. Perkembangan kerangka
kerja Val IT ini melalui beberapa aktivitas penelitian, publikasi dan layanan
pendukung.
Val IT Framework 2.0 [2] yang dibangun oleh IT Governance Institut merupakan
salah satu dari beberapa kerangka yang membantu dalam melakukan penilaian
perencanaan investasi IT yang dilakukan. Val IT Framework 2.0 memberikan
pedoman, proses-proses dan dukungan praktis yang dapat membantu pimpinan
dan manajemen eksekutif dalam memahami dan melaksanakan perannya sebagai
penentu investasi TI. Val IT Framework 2.0 fokus pada bagaimana menganalisis
keputusan investasi TI yang dilakukan (Are we doing the right thing) dan
membantu merealisasikan keuntungan dari investasi (Are we getting the benefit).
Val IT adalah sebuah kerangka tata kelola yang meliputi prinsip penerimaan dan
proses pendukung yang berhubungan dengan evaluasi dan seleksi yang
memungkinkan investasi TI dalam bisnis, melakukan realisasi dari manfaat dan
memberikan nilai dari investasi tersebut. Val IT Framework 2.0 didasarkan pada
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) Framework,
terdiri atas 3(tiga) domain proses utama untuk mengukur nilai investasi TI sebuah
organisasi, yaitu Value Governance, Portfolio Management dan Investment
11
Management. Setiap proses utama tersebut diuraikan dalam beberapa proses:
Value Governance terdiri dari 6 (enam) proses, Portfolio Management meliputi 6
(enam) proses dan 10 (sepuluh) proses dalam Investment Management.
Gambar II.1 Val IT Framework [2]
Berdasarkan Gambar II.1, Val IT Framework 2.0 memberikan pedoman proses-
proses dan dukungan praktis untuk membantu pimpinan dan manajemen eksekutif
dalam memahami dan melaksanakan peran yang sesuai dalam merencanakan
investasi teknologi informasi. Val IT memfokuskan pada keputusan investasi yang
dilakukan (Are we doing the right things?) dan merealisasikan keuntungannya
(Are we getting the benefit?)[2].
Organisasi dapat menggunakan prinsip-prinsip, proses-proses dan hal-hal praktis
yang terdapat di Val IT untuk memperoleh manfaat strategik dan menciptakan
level nilai bisnis nyata yang lebih berarti. Pada level dasar, kerangka ini
membantu pembuat keputusan untuk meningkatkan pemahamannya tentang nilai
dan bagaimana nilai tersebut diciptakan untuk mendapatkan kejelasan tentang
biaya, resiko dan manfaat sebuah investasi.
Val IT [2] membantu organisasi meningkatkan kemungkinan pemilihan investasi
yang memiliki potensial tertinggi dalam menciptakan nilai. Val IT juga
meningkatkan kesuksesan pelaksanaan investasi yang telah dipilih. Val IT
Framework 2.0 mengurangi kebocoran biaya dan nilai dengan membantu
12
memastikan bahwa pembuat keputusan fokus pada apa yang seharusnya dilakukan
dan mengambil aksi yang benar pada investasi yang tidak memberikan nilai
seperti yang diharapkan. Val IT Framework 2.0 mengurangi resiko kegagalan dan
perubahan yang berhubungan dengan biaya dan penyampaian TI. Val IT
Framework 2.0 meningkatkan nilai bisnis, mengurangi biaya yang tidak perlu,
dan meningkatkan keseluruhan level kepercayaan dewan direksi, manajemen
eksekutif dan pimpinan organisasi lainnya terhadap TI. Beberapa studi kasus
penggunaan Val IT dalam berbagai organisasi dapat dijadikan acuan [11].
Salah satu studi kasus yang dilakukan pada European Parliament memberikan
kesimpulan bahwa penggunaan Val IT sebagai panduan untuk mendesain proses
perencanaan dan manajemen portofolio yang dilakukan, dapat membantu
European Parliament dalam mengidentifikasi proyek yang tepat untuk
diimplementasikan, dan memberikan cara untuk menindaklanjuti manfaat yang
dibangun oleh proyek tersebut. Selain itu European Parliament dapat lebih
tranparan dan dapat membangun kesepakatan antara pengguna bisnis dan teknikal
sehingga European Parliament dapat melakukan hal yang benar pada waktu yang
benar dalam kontrain yang didefinisikan.
II.7.1 Prinsip – prinsip Val IT
Prinsip – prinsip yang digunakan dalam Val IT sebagai berikut:
1. Investasi TI dikelola sebagai portofolio investasi. Usaha pengoptimalan
investasi memerlukan kemampuan dalam mengevaluasi dan
membandingkan investasi, secara objektif memilih mana yang memiliki
potensial tertinggi dalam menciptakan nilai dan mengelola semua investasi
untuk memaksimumkan nilai.
2. Investasi TI akan meliputi aktivitas yang diperlukan untuk mencapai nilai
bisnis. Merealisasikan nilai dari investasi TI memerlukan lebih dari sekadar
memberi solusi dan layanan TI, hal ini juga memerlukan perubahan
dibeberapa aspek seperti: bentuk dari bisnis itu sendiri, proses bisnis,
kemampuan dan kompetensi, dan organisasi, yang kesemuanya termasuk
dalam business case untuk investasi.
13
3. Investasi TI akan dikelola selama siklus hidup ekonominya. Business case
harus dijaga mulai dari awal investasi hingga layanan yang dihasilkan
dihentikan. Prinsip ini mencatat bahwa akan selalu terdapat ketidakpastian
dan variasi dari biaya, resiko, manfaat, strategi dan perubahan organisasi
yang menentukan pendanaan dilanjutkan, ditingkatkan, dikurangi atau
dihentikan.
4. Praktek penyampaian nilai akan mencatat bahwa terdapat kategori yang
berbeda dari investasi yang akan dievaluasi dan dikelola secara berbeda.
Kategori seperti ini didasarkan pada kebijaksanaan manajemen, besarnya
biaya, tipe resiko, kepentingan manfaat (contohnya: pemenuhan aturan), tipe
dan luasnya perubahan bisnis.
5. Praktek penyampaian nilai akan mendefinisikan dan mengawasi metrik serta
merespon dengan cepat perubahan atau deviasi yang terjadi. Metrik harus di
bangun dengan benar dan secara teratur melakukan pengawasan kinerja dari
keseluruhan portofolio, setiap investasi, layanan TI, aset TI dan sumber
daya lain yang dihasilkan oleh investasi, sehingga dapat memastikan bahwa
nilai diciptakan dan terus diciptakan selama siklus hidup investasi.
6. Praktek penyampaian nilai akan mengikutsertakan seluruh stakeholder dan
memberikan akuntabilitas yang tepat untuk penyampaian kemampuan dan
realisasi dari manfaat bisnis. Baik fungsi TI atau bagian bisnis lain terlibat
dan bertanggung jawab untuk memastikan realisasi nilai.
7. Praktek penyampaian nilai akan secara kontinu diawasi, dievaluasi dan
ditingkatkan. Perusahaan mendapatkan pengalaman dengan praktek Val IT,
pembelajaran dapat digunakan dalam menentukan investasi yang dipilih dan
dalam mengelolanya, sehingga setiap tahun dapat meningkat kinerjanya.
II.7.2 Proses – proses Val IT
Proses adalah sebuah kumpulan aktivitas berinteraksi yang dijalankan sesuai
dengan manajemen praktis. Domain dan proses Val IT digambarkan sebagai pada
Gambar II.2. Proses – proses dasar Val IT yang harus diterapkan oleh stakeholder
14
dalam memperoleh manfaat dan pengembalian dari sebuah investasi yang
dilakukan, terdiri atas:
1. Value Governance (VG)
Tujuan dan sasaran Value Governance adalah untuk dapat
mengoptimalkan nilai dari sebuah investasi berbasis TI dengan cara:
a. Membangun kerangka ketatakelolaan, pemantauan dan pengontrolan
dari manajemen nilai bagi keseluruhan perusahaan.
b. Menetapkan arahan strategis untuk keputusan investasi
c. Mendefinisikan karakteristik portofolio yang dibutuhkan untuk
mendukung investasi baru dan untuk menghasilkan layanan, aset dan
sumber daya TI lainnya.
d. Meningkatkan manajemen nilai terus menerus dan berdasarkan
pengalaman yang telah dilakukan.
Proses –proses Value Governance (VG) dapat dilihat pada Tabel II.1
Tabel II.1 Proses – proses value governance
Deskripsi Proses Proses
Pembangunan keseluruhan kerangka ketatakelolaan termasuk mendefinisikan portofolio yang diperlukan untuk mengelola investasi dan menghasilkan layanan TI, aset dan sumber daya.
Pengawasan keefektifan keseluruhan kerangka ketatakelolaan dan mendukung proses serta merekomendasikan perbaikan yang tepat
VG1 Memastikan sudah diinformasikan dan dilaksanakannya kepemimpinan
VG2 Mendefinisikan dan mengimplementasikan proses-proses
VG3 Mendefinisikan karakteristik portofolio
VG4 Keselarasan dan integrasi manajemen nilai dengan perencanaan keuangan institusi
VG5 Membangun monitoring tata kelola yang efektif
VG6 Peningkatan praktek manajemen nilai yang terus menerus
15
Gambar II.2 Domain dan proses Val IT [2]
16
2. Portfolio Management (PM)
Tujuan dan sasaran Portfolio Management (PM) dalam kerangka Val IT adalah
untuk memastikan bahwa perusahaan aman dalam mengoptimalkan nilai investasi
TI dalam portofolionya. Komitmen pimpinan perusahaan pada manajemen
portofolio akan membantu perusahaan dalam:
a. Membangun dan mengelola profile sumber daya
b. Mendefinisikan permulaan investasi
c. Mengevaluasi, memprioritas dan memilih, menangguhkan atau menolak
investasi baru.
d. Mengelola dan mengoptimalkan keseluruhan portofolio investasi.
e. Mengawasi dan melaporkan kinerja portofolio
Program investasi bisnis berbasis TI harus dikelola sebagai bagian dari
keseluruhan portofolio investasi sehingga investasi perusahaan dapat dipilih dan
dikelola secara umum. Program dalam portofolio harus didefinisikan, dievaluasi,
diprioritaskan, dipilih, secara jelas dan dikelola secara aktif dalam siklus hidup
ekonomi untuk dapat mengoptimalkan nilai dari setiap program dan keseluruhan
portofolio. Proses–proses Portfolio Management (PM) dapat dilihat pada Tabel
II.2
Tabel II.2 Proses – proses portfolio management
Deskripsi Proses Proses Pembangunan arah strategik untuk
investasi, karakteristik yang diharapkan dari portofolio investasi dan konstrain sumber daya dan pendanaan didalam memutuskan portofolio yang harus dibuat.
Pengevaluasian dan program prioritas dalam konstrain sumder daya dan pendanaan, berdasarkan pada keselarasan dengan tujuan strategi, bisnis dan resiko, dan menempatkan program yang dipilih dalam portofolio yang aktif untuk dilaksanakan.
Pengawasan kinerja dari keseluruhan portofolio, memperbaikinya dalam merespon kinerja progam atau perubahan prioritas bisnis.
PM1 Membangun arahan strategik dan menggabung target investasi
PM2 Menentukan ketersediaan dan sumber dana
PM3 Mengelola ketersediaan sumber daya manusia
PM4 Mengevaluasi dan memilih program yang akan didanai
PM5 Memonitor dan melaporkan kinerja portofolio investasi
PM6 Mengoptimalkan kinerja portofolio investasi
17
3. Investment Management (IM)
Tujuan dan sasaran Investment Manajemen (IM) untuk memastikan bahwa
setiap investasi dari perusahaan menyumbang pengoptimalkan nilai.
Ketika pimpinan organisasi berkomitmen pada investment management,
maka pimpinan organisasi dapat meningkatkan kemampuannya dalam:
a. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Membangun pemahaman yang jelas dari kandidat program
investasi.
c. Menganalisis pendekatan alternatif untuk mengimplementasikan
program.
d. Mendefinisikan setiap program dan dokumen serta menetapkan
business case yang lengkap untuk itu, termasuk manfaat yang
lengkap melalui keseluruhan siklus hidup ekonomi dari investasi.
e. Menetapkan akuntanbilitas dan kepemilikan yang jelas, termasuk
dalam usaha untuk merealisasikan manfaat.
f. Mengelola setiap program melalui siklus hidup ekonominya,
termasuk penghentiannya.
g. Memonitor dan melaporkan setiap kinerja program.
Proses –proses Investment Management (IM) dapat dilihat pada Tabel II.3 berikut:
18
Tabel II.3 Proses – proses investment management
Deskripsi Proses Proses Mendefinisikan program potensial
berdasarkan pada kebutuhan bisnis, menentukan apakah masih berfaedah jika diperhatikan kemudian, dan membangun business case untuk kandidat pogram investasi.
Meluncurkan dan mengelola pelaksanaan program yang aktif dan melaporkan kinerja dari manajemen portofolio
Mengunakan layanan TI, aset, dan sumber daya untuk operasional portofolio TI yang tepat dan terus memonitor kontribusinya bagi nilai bisnis
Penghentian program ketika terdapat persetujuan bahwa hasil bisnis yang diharapkan telah direalisasikan, atau ketika penghentian dipertimbangkan untuk alasan lain yang tepat.
Memonitor kinerja dari layanan TI, aset, sumber daya untuk menentukan apakah investasi tambahan dibutuhkan untuk pemeliharaan atau penghentian layanan, aset atau sumber daya untuk mempertahankan atau meningkatkan kontribusinya pada nilai bisnis.
IM1 Membangun dan mengevaluasi
konsep program inisialisasi business case
IM2 Memahami program kandidat dan
pilihan implementasi
IM3 Membangun perencanaan program
IM4 Membangun siklus hidup biaya dan
manfaat
IM5 Membangun secara lengkap kandidat
business case program.
IM6 Mengadakan dan mengelola program
IM7 Mengupdate portfolio operasional TI
IM8 Memperbaharui business case
IM9 Pengawasan dan laporan program
IM 10 Penghentian program
Terdapat 3 komponen utama dalam investment management, pertama adalah
business case yang merupakan hal yang sangat penting dalam memilih program
investasi yang tepat dan dalam mengelolanya selama pelaksanaan. Yang kedua
adalah manajemen program yang menentukan semua proses yang mendukung
pelaksanaan program. Komponen ketiga adalah realisasi manfaat yaitu kumpulan
pekerjaan yang diperlukan untuk mengatur secara aktif realisasi dari manfaat
program.
II.7.3 Panduan Manajemen Val IT
Val IT Framework 2.0 menyediakan panduan manajemen untuk membantu
dalam mengatur dan mengelola proses manajemen nilai dilingkunganya. Panduan
manajemen untuk ketiga domain Val IT dapat dilihat dalam Tabel II.4 Panduan
Manajemen Domain Val IT
19
Tabel II.4 Panduan Manajemen Domain Val IT
Domain Tujuan Domain Masukan Keluaran Metrik Proses Metrik Domain Value Governance (VG)
Untuk memastikan bahwa praktek manajemen nilai ditanamkan dalam perusahaan, dan digunakan untuk mengoptimalkan nilai dari investasi TI dalam siklus ekonominya
Strategi Bisnis Kerangka tata kelola dan kontrol perusahaan Pendekatan investasi perusahaan
Komitmen kepemimpinan Kebutuhan tata kelola nilai dengan peran, tanggung jawab dan akuntabilitasnya Karateristik portofolio dan kategori investasi
Level persetujuan kepemimpinan pada prinsip tata kelola nilai. Level perjanjian kepemimpinan Derajat implementasi dan ketaatan dalam proses manajemen nilai.
Kematangan proses manajemen nilai.
Portofolio Management (PM)
Untuk memastikan bahwa perusahaan terjamin dalam mengoptimalkan portofolio dari investasi teknologi informasinya.
Strategi Bisnis Karateristisk portofolio dan kategori investasi Ketersediaan anggaran dan sumber daya Business case yang rinci dan lengkap
Program investasi yang disetujui. Keseluruhan sudut pandang portofolio investasi Pelaporan kinerja portofolio
Level kepuasaan kontribusi TI dalam nilai bisnis. Persentase pengeluaran TI yang secara langsung bertalian dengan strategi bisnis Persentase meningkatnya nilai portofolio
Persentase ramalan nilai optimal yang terjamin dalam portofolio investasi TI perusahaan
Investment Management (IM)
Untuk memastikan bahwa investasi TI perusahaan berkontribusi dalam mengoptimalkan nilai
Strategi Bisnis Kebutuhan bisnis secara rinci dan lengkap Karateristik dan gabungan portofolio Sumber daya yang tersedia
Business case lengkap termasuk biaya dan manfaat Perencanaan program termasuk anggaran dan sumber daya Pelaporan kinerja program Portofolio operasional TI yang diperbaharui
Jumlah ide baru tiap kategori investasi dan persentase yang dikembangkan menjadi business case yang lengkap Kelengkapan dan kepatuhan business case Persentase realisasi nilai yang diharapkan
Kontribusi setiap investasi TI dalam mengoptimalkan nilai
20
Untuk dalam melaksanakan proses-proses Val IT secara lebih terperinci maka
panduan manajemen Val IT mendefinisikan tujuan dan metrik untuk setiap
subprosesnya untuk dapat mendefinisikan proses Val IT yang harus dilakukan
dalam mendukung objektif domain dan bagaimana mengukurnya. Selain itu juga
untuk membangun hal-hal yang diperlukan dalam setiap proses sehingga dapat
mencapai kinerja yang dibutuhkan dan bagaimana mengukurnya. Tujuan dan
metrik untuk semua subproses Val IT dapat dilihat pada lampiran G.
II.8 Konsep Business Case
Organisasi harus membangun business case dalam menerapkan kerangka kerja
Val IT. Business case merupakan kumpulan asumsi tentang bagaimana nilai
diciptakan, asumsi yang harus diuji untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan dapat dicapai [2]. Business case juga harus didasarkan indikator
kualitatif dan kuantitatif yang memperkuat asumsi dan memberikan dukungan
bagi pengambil keputusan dalam menetapkan investasi di masa datang.
Business case terdiri atas masukkan sumber daya yang terbagi atas 3 aliran kerja
yaitu kemampuan teknikal, kemampuan operasional dan kemampuan bisnis.
Setiap aliran kerja ini harus didokumentasikan dengan data untuk mendukung
keputusan investasi dan proses manajemen portofolio yaitu: inisiatif, biaya,
resiko, asumsi, hasil dan metrik.
Business case minimal memiliki beberapa hal berikut:
1. Manfaat bisnis yang ditargetkan, keselarasan dengan strategi bisnis dan
seseorang dalam fungsi bisnis yang akan mempertanggungjawabkannya.
2. Perubahan bisnis diperlukan untuk menciptakan nilai tambah.
3. Investasi diperlukan untuk membuat perubahan bisnis.
4. Investasi dibutuhkan untuk mengubah atau menambah layanan dan
infrastruktur TI yang baru.
5. Biaya operasi bisnis dan TI yang berkelanjutan dan terus menerus.
6. Resiko yang melekat termasuk kontrain dan ketergantungan yang harus
diperhatikan.
21
7. Siapa yang akan bertanggung jawab untuk kesuksesan dalam menciptakan
nilai yang optimal.
8. Bagaimana investasi dan penciptaan nilai diawasi selama siklus hidup
ekonomi dan metrik yang digunakan.
Business case harus dibangun dari perspektif strategik, dari atas ke bawah, mulai
dari pemahaman yang jelas atas hasil bisnis yang diharapkan dan berkembang ke
deskripsi yang lengkap dari tugas dan milestone yang kritikal sebagai peran dan
tanggung jawab kunci.
Business case harus dapat menjawab 4(empat) hal pertanyaan yang ada dalam Val
IT, dan jawaban didasarkan pada relevansi, bisnis serta informasi yang difokuskan
pada prospektus program.
a. Are we doing the right thing? Apa yang diusulkan, untuk apa hasil bisnisnya
dan bagaimana proyek didalam program berkontribusi.
b. Are we doing them the right way? Bagaimana ini akan dilakukan dan apa
yang akan memastikan bahwa program ini akan sesuai untuk kemampuan
saat ini dan masa datang.
c. Are we getting them done well? Apa rencana yang dibuat untuk
melakukannya dan apa sumber daya dan dana yang dibutuhkan?
d. Are we getting the benefit? Bagaimana manfaat disampaikan? Apa nilai dari
program tersebut?
Proses membangun busines case harus dimiliki oleh sponsor bisnis dan
melibatkan semua stakeholder kunci. Business case mendokumentasikan
pemahaman yang jelas tentang hasil bisnis yang diharapkan dari sebuah investasi.
Business case harus mendeskripsikan hasil bisnis yang akan diukur dan lingkup
ikhtiar yang diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Ikhtiar harus
meliputi segala perubahan yang diperlukan mulai dari bisnis perusahaan, proses
bisnis, kemampuan orang dan kompetensi, kebutuhan teknologi, dan struktur
organisasi.
22
II.8.1 Struktur Business Case
Business case untuk investasi berbasis TI memperhatikan beberapa hubungan
berikut:
a. Sumber daya yang dibutuhkan untuk membangun
b. Teknologi dan layanan TI yang akan mendukung
c. Kemampuan operasional yang akan melakukan
d. Kemampuan bisnis yang akan diciptakan
e. Nilai bagi stakeholder, yang dinyatakan dengan resiko pengembalian
keuangan atau total pengembalian shareholder
Gambar II.3 Aktivitas yang menciptakan kemampuan [3]
Relasi diatas menyatakan ada tiga aliran aktivitas untuk menciptakan kemampuan
teknikal, operasional dan bisnis. Ketiga alian aktivitas ini dapat dibedakan melalui
siklus hidup proses atau sistem yang lengkap. Siklus hidup tersebut dapat dibagi
menjadi 4 tahapan yaitu membangun, melaksanakan, mengoperasikan dan
menghentikan.
23
Business case harus dibangun dari atas ke bawah, mulai dari pemahaman yang
jelas dari hasil bisnis yang diharapkan. Pada saat sebuah investasi disetujui,
penyampaian kemampuan dibutuhkan dan hasil yang diharapkan harus dimonitor
dan dikontrol selama siklus ekonomi investasi tersebut. Komponen business case
yang terdapat dalam aliran aktivitas diperlukan untuk mengevaluasi business case
yang lengkap. Komponen tersebut akan menjadi dasar dalam membuat model
analitik. Komponen tersebut didefinisikan sebagai berikut :
1. Hasil, ditemukannya hasil yang jelas dan terukur, termasuk hasil lanjutan
atau yang sudah pasti dan hasil akhir baik secara finansial maupun non-
finansial.
2. Inisiatif, aksi bisnis, proses bisnis, aksi orang, aksi teknologi dan
organisasi yang memberikan kontribusi pada hasil.
3. Kontribusi, kontribusi terukur yang diharapkan dari inisiatif atau hasil
lanjutan pada inisiatif lain atau pada hasil.
4. Asumsi, dugaan akan kondisi yang diperlukan dalam merealisasiikan hasil
atau insiatif. Asumsi akan penilaian resiko, kontrain biaya, manfaat dan
keselarasan merupakan bagian utama proses business case.
Komponen lain yang ada pada business case adalah sumber daya yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan semua aktivitas dari inisiatif dan pengeluaran untuk
memelihara sumber daya.
II.8.1 Langkah-langkah Pengembangan Business Case
Langkah-langkah pengembangan business case terdiri atas 8 dan tergambar dalam
Gambar II.4 yaitu :
a) Langkah 1: Membangun lembar fakta-fakta dengan semua data yang relevan
diikuti dengan analisis mengenai data.
b) Langkah 2: Analisis keselarasan
c) Langkah 3: Analisis manfaat finansial
d) Langkah 4: Analisis manfaat non-finansial
e) Langkah 5: Analisis resiko
24
f) Langkah 6: Penaksiran dan optimasi resiko/pengembalian investasi berbasis
TI
g) Langkah 7: Pencatatan terstruktur dari hasil angkah sebelumnya dan
dokumentasi business case
h) Langkah 8: Mengkaji ulang business case selama pelaksanaan program,
termasuk keseluruhan siklus hidup hasil program.
Gambar II.4 Langkah-langkah pembuatan business case [3]
Langkah 1 – Membangun Fact sheet (daftar fakta)
Daftar fakta (fact sheet) business case terdiri dari semua data yang diperlukan
untuk menganalisis keselarasan strategi, manfaat finansial, non-finansial dan
resiko dari sebuah program. Ini meliputi tahapan untuk membangun,
mengimplementasi, mengoperasikan dan menghentikan; skenario terbaik dan
terburuk untuk investasi berbasis TI.
Langkah 2 – Analisis keselarasan
Melakukan analisis keselarasan berarti memastikan efektifitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang jarang digunakan. Dokumen ini menyebutkan dua
tipe keselarasan yang bersesuaian dalam investasi bisnis berbasis TI, yaitu:
25
1. Memastikan bahwa investasi berbasis TI dioptimalkan untuk mendukung
objektif/tujuan dari strategis bisnis.
2. Memastikan bahwa investasi berbasis TI diselaraskan dengan target
arsitektur perusahaan.
Keselarasan dengan objektif yang strategis
Untuk dapat melihat apakah kesempatan yang diikuti dapat ditingkatkan adalah
dengan melihat keselarasannya dengan tujuan/sasaran strategis organisasi. Semua
investasi berbasis TI harus berkontribusi paling tidak pada satu dari tujuan/sasaran
strategis organisasi. Meskipun investasi lain bermanfaat, pendanaan akan lebih
baik digunakan dalam investasi yang memiliki hubungan dengan realisasi dari
tujuan/sasaran yang didefinisikan dalam strategi organisasi.
Salah satu sudut pandang dari keselarasan bahwa terdapat tiga tipe kontribusi
yang dapat dibuat oleh sebuah program:
1. Berkontribusi pada objektif dan prioritas saat ini dari organisasi
2. Berkontribusi pada objektif dari perusahaan induk atau hal yang lebih
besar didalam operasional organisasi.
3. Berkontribusi untuk mencapai pernyataan masa depan yang diharapkan
atau visi bisnis.
Proses menentukan keselarasan dengan tujuan strategis ini adalah tantangan yang
sangat besar. Salah satu alasannya karena tujuan/sasaran strategis tidak dinyatakan
secara eksplisit atau tidak dinyatakan secara luas sehingga tidak mudah sebuah
investasi untuk menyatakan keselarasannya. Oleh karena itu pada level portofolio,
organisasi akan sedikit kesulitan dalam mengurutkan tujuan/sasarannya.
“Semuanya penting”, pernyataan ini tidak membantu dalam pengambilan
keputusan apakah investasi mendukung satu/lebih tujuan/sasaran strategis yang
berbeda.
Keselarasan dengan arsitektur organisasi
Arsitektur organisasi berkenaan relasi antara komponen dari organisasi termasuk
proses, orang dan teknologi yang bekerjasama untuk menciptakan layanan atau
26
produk. Arsitektur diorganisasikan untuk menjadi efisien dan efektif bagi unit
bisnis atau bagi bisnis secara keseluruhan.
Keselarasan dengan arsitektur perusahaan harus mengevaluasi tingkatan investasi
berbasis TI yang berubah searah dengan target arsitektur. Pergerakan yang tidak
konsisten dengan blueprint dapat mempunyai dampak negatif. Perubahan
seharusnya memberikan nilai tambah pada target arsitektur, berarti merupakan
sebuah langkah menuju situasi yang ideal (hal yang diuraikan oleh target
arsitektur). Nilai tambah ini dapat menjadi standar yang digunakan untuk menolak
atau menerima sebuah program atau untuk memilih satu program atau lainnya.
Langkah 3 - Analisis keuangan
Menyatakan manfaat dalam bentuk keuangan adalah tujuan utama membangun
sebuah business case dan pernyataan tersebut harus dapat diikuti sebagai alasan
yang tepat dalam melaksanakan sebuah program. Penaksiran nilai dapat dilakukan
dengan penelitian empiris, dimana data penilaian diperoleh dari investasi berbasis
TI lainnya atau yang pernah dilakukan. Tujuan/sasarannya untuk menemukan
proyek yang cukup bernilai bagi sponsor bisnis dari sisi biayanya - atau proyek
yang mempunyai Net Present Value (NPV) yang positif.
Penilaian sponsor bisnis dari sebuah investasi bisnis berbasis TI tidaklah berbeda
seperti keputusan investasi individual/investasi lainnya. Tahapan yang dilalui
sama yaitu:
1. Mengestimasi cash flow yang diharapkan pada masa datang dari sebuah
proyek.
2. Menilai resiko dan menentukan rata-rata pengembalian yang dibutuhkan
(biaya modal atau resiko) untuk mengabaikan cash flow yang diharapkan
dimasa datang.
3. Menghitung present value dari cash flow yang diharapkan dimasa datang
4. Menentukan biaya proyek dan membandingkannya untuk mengetahui
proyek yang cukup baik. Jika proyek baik maka NPVnya positif.
27
Pengeluaran dan manfaat finansial yang dispesifikkan dalam daftar fakta business
case disimpulkan dalam pernyataan cash flow untuk menghitung nilai finansial.
Langkah 4 - Analisis manfaat non-finansial
Ketika menyatakan manfaat dalam bentuk finansial adalah tujuan utama
membangun business case dan seharusnya diikuti sebagai alasan yang tepat maka
manfaat non-finansial seharusnya tidak diabaikan. Dalam sektor publik dan
organisasi non-profit, tentu saja banyak hasil bisnis yang diharapkan dalam
bentuk non-finansial.
Sepertinya sektor publik, saat ini organisasi meningkatkan penciptaan nilai dari
manfaat non-finansial seperti pengakuan merek, pengetahuan, hubungan dengan
customer dan supplier. Manfaat non-finansial yang demikian sering memberikan
keuntungan kompetitif yang membedakan kinerjanya. Manfaat non-finansial
sering diabaikan dalam business case atau kontribusinya dihilangkan karena
sulitnya untuk menyatakan manfaat tersebut dalam bentuk manfaat finansial.
Dalam hubungannya dengan manfaat non-finansial, organisasi perlu untuk
membangun pemahaman yang tegas atas bentuk dari nilai bagi organisasi dan
bagaimana nilai diciptakan, misalnya menunjukan bagaimana manfaat ini
berkontribusi pada penciptaan nilai. Ketika tidak terdapat kontribusi yang jelas
pada hasil finansial, pengambilan keputusan dapat didasarkan pada derajat
keselarasan strategis dan pembobotan yang diberikan pada kriteria tersebut.
Langkah 5 – Analisis Resiko
Setiap program tidak sama dalam menyampaikan semua kemungkinan nilai bisnis
yang diharapkan atau probalilitas terpenuhinya target biaya dan jadwal. Dua
program dengan level keselarasan strategik dan nilai finansial harapan yang sama
dapat mempunyai karakteristik resiko yang berbeda. Terdapat banyak elemen
resiko yang berhubungan dengan penyampaian nilai.
Manajemen resiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ini membutuhkan sebuah
pendekatan yang harus didokumentasikan dalam perencanaan manajemen resiko,
yang harus diintegrasikan dalam business case. Proses yang berelasi dengan
28
resiko bertujuan untuk meminimalkan dampak kejadian negatif dan mengambil
keuntungan dari kemungkinan peningkatan.
Penilaian resiko adalah proses menganalisis dan mengevaluasi resiko yang
diidentifikasi untuk proses dan objektif program. Analisis kualitatif harus dibuat,
diikuti dengan sebuah analisis kuantitatif kapan dimungkinkan. Level dari resiko
yang diterima untuk program dan makna untuk menentukan ketika level resiko
yang disetujui dilampaui, harus diidentifikasi. Resiko identifikasi dengan dampak
yang penting harus didokumentasikan dan seseorang harus ditugaskan dengan
tanggung jawab, kewenangan, dan sumber daya untuk mengelola resiko tersebut.
Solusi untuk mengeliminasi, mengurangi, mentransfer, membagi dan menerima
resiko dan perencanaan dalam usaha untuk mengambil keuntungan dari
kesempatan, lebih disukai jika didasarkan teknologi yang diketahui dan data dari
pengalaman lalu. Resiko yang diterima secara sadar harus di indentifikasi dan
alasan penerimaannya harus dicatat. Ketika sebuah solusi untuk resiko yang di
indentifikasi diusulkan, ini harus dibuktikan bahwa akan tidak terdapat efek yang
tidak diharapkan atau resiko baru yang muncul pada saat pengimplementasian.
Ketika segala kemungkinan untuk mengelola resiko dibuat dalam jadwal atau
dalam anggaran, resiko harus di identifikasi dan dikelola secara terpisah.
Terdapat dua aspek resiko:
a. Resiko penyampaian (delivery risk) – resiko tidak tersampaikannya
kemampuan bisnis, proses bisnis, manusia, teknologi, dan proyek
organisasi yang dibutuhkan.
b. Resiko manfaat (benefit risk) – resiko dari manfaat yang diharapkan tidak
dihasilkan
Resiko penyampaian berkonsentrasi pada dua dari 4 area yang didiskusikan
sebelumnya:
a. Apakah kita melakukan sesuatu dengan cara yang benar? Hal ini
mengidentifikasi resiko dari ketidakkonsisten dengan program potensial
atau yang ada lainnya dan dengan kemampuan yang ada.
29
b. Apakah kita mendapatkan sesuatu itu berjalan baik? Ini mengidentifikasi
resiko proyek tradisional: anggaran, jadwal, dan pemenuhan kebutuhan
yang diharapkan dan standar kualitas.
Resiko manfaat berkonsentrasi pada dua area lainnya:
a. Apakah kita melakukan hal yang benar? Ini mengidentifikasi resiko dari
kesalahan atau ketidakjelasan dalam hasil bisnis yang diharapkan dalam
sebuah perubahan lingkungan.
b. Apakah kita mendapatkan manfaat? Ini mengidentifikasi resiko sepanjang
bisnis menjadi realistis sehingga mampu merealisasikan manfaat yang
diharapkan dari program.
Untuk menghindari kemungkinan penerimaan proyek yang tidak beralasan atau
penolakan proyek tanpa alasan, akan bermanfaat jika memperhatikan penilaian
resiko yang diselenggarakan oleh badan independen dari program organisasi itu
sendiri.
Langkah 6 – Mengoptimasi resiko dan pengembalian
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, keputusan untuk menjalankan investasi
berbasis TI dibuat pertama kali pada level program individual oleh sponsor bisnis,
yang menentukan jika business case cukup kuat untuk dinilai pada level
portofolio.
Pada level portofolio, nilai relatif dari program dinilai terhadap program aktif dan
kandidat program yang lainnya. Untuk memfasilitasi proses ini, harus terdapat
sebuah proses yang ditempatkan untuk mengambil nilai normalisasi atau
himpunan keseluruhan keselarasan yang dinormalisasi, manfaat finansial dan non-
finansial, dan skor resiko untuk setiap business case.
Keselarasan strategik, rasio finansial yang diturunkan dari daftar fakta,
keuntungan non-finansial dan resiko digabungkan untuk menilai resiko dan
pengembalian sebuah program. Penilaian ini harus dilakukan untuk sejumlah
alternatif program untuk menentukan isi program yang optimal.
30
Matrik keputusan pada Tabel II.5 dapat memberikan gambaran pengambilan
kesimpulan atas penilaian dan analisis dari data fakta yang telah didaftar.
Tabel II.5 Contoh matrik keputusan
Hasil analisis data daftar fakta Keputusan pada level program individual
Resiko yang dihitung layak
diterima (Langkah 5)
Apakah target finansial
terpenuhi? (Langkah 3)
Manfaat non-finansial
yang jelas (Langkah 4)
Keselarasan strategik?
(Langkah 2)
N - - - Ditolak
Y Y - Y Dimasukkan dalam prioritas portofolio
Y Y - Y Dimasukkan dalam prioritas portofolio jika skor resiko yang dibandingkan dapat diterima
Y Y - N
Ditolak karena manfaat kurang dapat direalisasikan dalam waktu singkat dengan tidak adanya dampak investasi pada strategik organisasi
Y N Y Y
Dimasukkan dalam prioritas portofolio jika nilai dari manfaat non-finansial yang diperhatikan (pada kondisi minimum) memenuhi target finansial. Kualifikasi dari manfaat non-finansial harus dilakukan sebaik mungkin.
Y N Y N Ditolak
Y N N Y Ditolak
Langkah 7- Mendokumentasikan business case
Seperti yang dijelaskan pada awal bagian ini, kategori dari investasi, ukurannya,
dampak dari ketidaksuksesannya dan posisinya dalam siklus hidup ekonomi
adalah semua faktor yang menentukan komponen apa saja dalam business case
yang memerlukan perhatian yang lebih besar dan apa level langkah yang
dibutuhkan. Format lengkap business case dapat dilihat pada lampiran D.