bab ii tinjauan pustaka -...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam skripsi ini penulis berusaha untuk mendeskriptifkan tentang gambaran pengetahuan dan sikap perawat terhadap HIV-AIDS. Oleh karena itu di perlukan sudi pustaka untuk mengetahaui landasan ilmiah dari aspek-aspek yang di teliti. Penulis akan berusaha menjabaran landasan teori yang ada sehubungan dengan aspek-aspek penelitian sebagai berikut: A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Menurut Probst, et.al, (2000, p24) Knowladge adalah kesadaran jiwa dan keahlian-keahlian yang di gunakan untuk memecahkan suatu masalah. Kesadaran dan keahlian tersebut termasuk teori-teori dan praktiknya, serta peraturan dan instruksi-instruksi suatu aksi. Knowledge ada berdasarkan pada data dan informasi, tetapi knowledge juga terbatas pada setiap orang. Knowladge di bangun oleh idividu-individu dan menggambarkan kepercayaan tiap orang tentang suatu hubungan kausal. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia; penglihatan, pendengaran, penghiduan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang penting terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). 10

Upload: lamdung

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam skripsi ini penulis berusaha untuk mendeskriptifkan tentang gambaran

pengetahuan dan sikap perawat terhadap HIV-AIDS. Oleh karena itu di perlukan

sudi pustaka untuk mengetahaui landasan ilmiah dari aspek-aspek yang di teliti.

Penulis akan berusaha menjabaran landasan teori yang ada sehubungan dengan

aspek-aspek penelitian sebagai berikut:

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Probst, et.al, (2000, p24) Knowladge adalah kesadaran jiwa dan

keahlian-keahlian yang di gunakan untuk memecahkan suatu masalah.

Kesadaran dan keahlian tersebut termasuk teori-teori dan praktiknya, serta

peraturan dan instruksi-instruksi suatu aksi. Knowledge ada berdasarkan

pada data dan informasi, tetapi knowledge juga terbatas pada setiap orang.

Knowladge di bangun oleh idividu-individu dan menggambarkan

kepercayaan tiap orang tentang suatu hubungan kausal.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui pancaindera manusia; penglihatan, pendengaran, penghiduan,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang penting terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,

sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang

mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

Rogers (1974) dalam Notoatmodjo, (2003). mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses

berurutan :

a. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik

buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

e. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikap.

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai

berikut (Notoatmodjo, 2003) :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan

sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

12

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,

menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo,

2003). Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%, tingkat

pengetahuan cukup bila skor 60%-75% dan tingkat pengetahuan kurang bila

skor < 60% .

4. Pengetahuan tentang HIV-AIDS

Yang di maksud di sini bahwa setiap individu dapat memiliki pengetahuan

berdasarkan proses yang di lalui, melalui media informasi tentang HIV-

AIDS yang di peolah. Individu akan memiliki tingkat pengetahuan yaitu

yang pertama mengetahui (know), kemudian memahami dan selanjutnya

dapat memngambil sikap atau mengambil keputusan. Di sini di harapkan

individu memiliki pengetahuian tentang penyakit HIV secara menyeluruh

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

seperti, kelompok-kelompok resiko, cara penularan, cara pencegahan, dan

upaya-upaya pengobatan yang bisa di lakukan untuk mengurangi resiko

komplikasi.

B. Sikap

1. Definisi Sikap

Menurut kamus Oxford oleh joyce H Hawkins, sikap diartikan sebagi suatu

jalan pemikiran atau tingkah laku, siat serta perlakuakan seseorang. Dalam

konteks ini, sikap lebih jelas di definisikan sebagai suatu penilaian umum

yang tidak berubah dari segi masa di mana ia berlaku terhadap dirinya sendiri,

orang lain, sesuatu objek ataupun perkara-perkara yang penting yang

berkaitan. (Azizi, 2004)

Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu

tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi,

membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menetukan

kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi,

bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh

oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita

terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2007).

Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif

terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap atau Attitude

senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap tanpa

adanya objek (Gerungan, 2004).

LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap

adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang

lain, objek atau isu-isu (dalam Azwar, 2007).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

14

Selain itu sikap merupakan keyakinan setiap individu itu tentang sesuatu

objek yang mana objek itu baik atau buruk, dapat di terima atau tidak dapat di

terima dan mendapatkan persetujuan ataupun tidak dapat persetujuan. Sikap

social adalah kesungguhan untuk menyatkan positif atau negative dan dari

pada objek psikologi.

Menurut Thurstone dalam Azizi (2004), objek psikologi merujuk pada

symbol, manusia, frase, slogan, atau ide terhadap individu yang berlainan

pendapat sebagai menandakan positif atau negative. Azwar (2007),

menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran.

Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti

Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap

suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek

tersebut.

Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus,

LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan

cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang

potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan

pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon .

Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada

skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan

konstelasi aspek kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.Para ahli lain,

seperti Eagly (1978) dalam Dasar dasar Pelayanan Prima oleh Barata (2003),

mendefinisikan sikap sebagai kumpulan perasaan, keayainan dan

kecenderungan perilaku yang secara relative berlangsung lama yang di

tunjukan kepada orang, ide objek dankelompok orang tertentu. Berdasarkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sikap meliputi tiga aspek,

yaitu keyakinan (aspek kognitif), Perasaan (aspek afektif) dan kecendurungan

perilaku (aspek konitif)

2. Aspek Sikap

Azwar (2007), dalam menyatakan bahwa sikap memiliki 3 aspek yaitu:

a. Aspek Keyakinan (kognitif)

Aspek kognitif merupakan aspek yang berisi persepsi kepercayaan

stereotype yang dimilki seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar bagi objek sikap. Seringkali aspek kognitif ini dapat

disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut

masalah isu atau problem yang kontroversial Aspek afektif merupakan

perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi

b. Aspek Perasaan (afektif)

Aspek afektif merupakan aspek yang menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, aspek ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Aspek

emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen

perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

c. Aspek kecenderungan perilaku (konitif)

Aspek kecenderungan perilaku atau aspek konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecendemngan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Aspek konatif, adalah aspekn sikap yang berupa kesiapan seseorang

untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

16

3. Karakteristik sikap

Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003) ada beberapa ciri

atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu :

a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam

hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu

mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.

c. Sikap dipelajari.

d. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang

mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku

mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.

4. Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu. Sikap

dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui pengalaman

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang membentuk sikap

tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di

antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui intraksi sosialnya

individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis

yang dihadapinya (Azwar, 2007).

5. Fungsi Sikap

Baron (2004) mengatakan; Pertama, sikap berfungsi sebagai skema kerangka

kerja mental yang membantu individu untuk menginterpretasi dan memproses

berbagai jenis informasi. Kedua, sikap memiliki fungsi harga diri (self-esteem

function) yang membatu individu mempertahankan atau meningkatkan

perasaan harga diri. Ketiga, sikap berfungsi sebagai motivasi untuk

menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation

function).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

6. Nilai, Kepercayaan, Sikap.

Nilai (value) dan Opini atau pendapat sanagt erat berkaitan dengan sikap,

bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam definisi-definisi

mengenai sikap. Nilai merupakan disposisi yang lebih luas dan sifatnya lebih

mendasar. Nilai berakar lebih dalam dan karenanya lebih stabil dibandingkan

sikap individu. Jadi, nilai bersifat lebih mendasar dan stabil sebagai bagian

dari cirri kepribadian, sikap bersifat evaluative dan berakar pada nilai yang

dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu objek.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Azwar (2007) menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi

atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri

individu;

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 2007) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis ,

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap

akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi

akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama

membekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

18

c. Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan

pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi

seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami

(Hergenhan dalam Azwar, 2007). Kebudayaan memberikan corak

pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah

menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.

d. Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah

dan Iain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini

dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang

sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan

sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah sikap tertentu

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat

menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau

pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam

menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

f. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara

dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

8. Perubahan Sikap

Proses perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi atau

pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perbahan sikap ke

arah yang dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi diperoleh dari pemamahaman

mengenai organisasi sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan proses perubahan sikap.

Pada teori Kelman (dalam Azwar, 2007) ditunjukkan bagaimana sikap dapat

berubah melaui tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi.

Kesediaan terjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari

orang lain atau dari kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk

memperolah reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Identifikasi

terjadi saat individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap

sekelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap

individu sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara individu

dengan pihak lain termaksud. Internalisasi terjadi saat individu menerima

pengaruh dan bersedia bersikap menurut pengaruh itu dikarenakan sikap

tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai dengan sistem

nilai yang dianutnya (Azwar, 2005).

Proses mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut banyak bergantung

pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang

mengendalikan masing-masing proses terjadinya pengaruh, dan implikasinya

terhadap permanensi perubahan sikap (Kelman, dalam Azwar 2007).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

20

9. Sikap terhadap HIV/AIDS

Sikap yang harus di terapkan oleh individu, masyarakat atau kelompok

profesionl kesehatan adalah sikap positive. Sikap positive selalu memandang

hak-hak dasar manusia secara hakiki. Sebagi penderita HIV/AIDS, mereka

juga masih seorang manusai yang memiliki hak-hak dasar yang harus di

penuhi. Seperti merek berhak untuk menolak tindakan medis yang di lakukan,

berhak untuk selalu mendapatkan inform consent setaip tindakan yang akan di

lakukan. Pasien berhak untuk di rahasiakan kondisinya dan sebaliknya dia

berhak untuk mengetahuai kondisi yang sebenarnya tentang perkembangan

penyakit yang di di deritanya.(Toufiq, 2011)

C. Perawat

1. Definisi Perawat

Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. menurut Harlley (1997) dalam Fahri (2010),

menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan

dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena

sakit, injury dan proses penuaan. Perawat profesional adalah perawat yang

bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan

secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai

dengan kewenanganya.(Depkes RI, 2002; dalam Fahri, 2010).

Menurut UU RI no 23 th 1992 tentang kesehatan, mendefinisikan perawat

yaitu mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh

melalui pendidikan perawatan. Sedangkan menurut International Council Of

Nurses (1965); dalam Fahri (2010), perawat adalah seseorang yang telah

menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara

bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

Dari beberapa pengertian diatas dapat disumpulkan bahwa perawat adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dan mempunyai kemampuan

dan kewajiban dalam merawat dan menolong orang yang sakit atau klien

sesuai dengan bidangnya (Harley, 1997; Depkes RI, 2002; UU RI no 23,

1992; International Council Of Nurses, 1965).

2. Peran Perawat

Menurut pendapat Doheny (1982, dalam Mubarok, 2005) ada beberapa

elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate,

conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan

Care Giver,

Care Giver, Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien

mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Pada peran

ini perawat harus mampu memberikan pelayanan kepada individu, keluarga,

kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari

masalah yang bersifat sederhana sampai masalah yang kompleks. Perawat

menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis

keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis

(Mubarok, 2005).

Client Advocate, sebagai pembela klien tugas perawat disini adalah

bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi

lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform consent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. (Mubarok, 2005).

Conselor, peran konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari

dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan

seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual

(Mubarok, 2005)

Educator yaitu sebagai pendidik klien sejalan dengan proses keperawatan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

22

dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran

bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Perawat membantu pasien

meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait

dengan keperawatan dan tindakan medik sehingga pasien dan keluarganya

dapat menerimanya (Gartinah, dkk, 1999).

Chenge of Agent (Pembawa Perubahan/Pembaharu), pembawa perubahan

adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang

membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem.

(Kemp, 1986). Peningkatan dan perubahan adalah komponen esensial dari

perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu

klien unutk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :

pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan

kesehatan klien tersebut.

Consultan sebagai konsultan perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi

pasien terhadap masalah yang dialami oleh pasien atau tindakan keperawatan

yang tepat untuk diberikan. Menurut CHS (1989) peran ini dilakukan atas

permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelajaran pelayanan

keperawatan.

Asmadi (2005) dalam Konsep Dasar Keperawatan menyebutkan bahwa salah

satu fungsi perawat adalah sebagai educator. Sebagai educator perawat

berperan mendidik individu, keluarga, masyarakat, serta tenaga keperawatan

dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan mendidik individu, keluarga dan

masyarakat sebagai klien adalah dalam upaya menciptakan prilaku

individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Pendidikan kesehatan

tidak semata di tujukan untuk membangaun kesadaran diri dengan

pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan kesehatan bertujuan untuk

membangaun prilaku kesehatan individu dan masyarakat, untuk bisa

menrpakkan pengetahuan kesehtan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat melaksanan peran sebagai pendidik (educator), perawat harus

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

memiliki kemapuan utama sebagai syarat utama. Kemampuan tersebut adlah

wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi,

pemahamam psikologis, dan kemampuan menjadi role model dalam perilaku

professional. Di karenakan dalam proses education terjadi transfer ilmu

pengetahuan, maka perawat harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang

luas. Asmadi (2005)

3. Konsep etik dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan Pasien HIV/AIDS

Nursalam (2007) menyebutkan bahwa Etik berasal dari bahasa Yunani

„ethos“ yang berarti adat kebiasaan yang baik atau yang seharusnya

dilakukan. Dalam organisasi profesi kesehatan pedoman baik atau buruk

dalam melakukan tugas profesi telah dirumuskan dalam bentuk kode etik yang

penyusunannya mengacu pada sistem etik dan asas etik yang ada. Meskipun

terdapat perbedaan aliran dan pandangan hidup, serta adanya perubahan dalam

tata nilai kehidupan masyarakat secara global, tetapi dasar etik di bidang

kesehatan. Kesehatan klien senantiasa akan saya utamakan“ tetap merupakan

asas yang tidak pernah berubah. Asas dasar tersebut dijabarkan menjadi enam

asas etik, yaitu:

a. Asas menghormati otonomi klien

Klien mempunyai kebebasan untuk mengetahui dan memutuskan apa yang

akan dilakukan terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi yang

cukup

b. Asas kejujuran

Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa

yang terjadi, apa yang akan dilakukan serta risiko yang dapat terjadi.

c. Asas tidak merugikan

Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak diperlukan dan

mengutamakan tindakan yang tidak merugikan klien serta mengupayakan

risiko yang paling minimal atas tindakan yang dilakukan.

d. Asas Manfaat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

24

Semua tindakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi klien

untuk mengurangi penderitaan atau memperpanjang hidupnya

e. Asas kerahasiaan

Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah meninggal.

f. Asas keadilan

Tenaga kesehatan harus adil, tidak membedakan kedudukan sosial

ekonomi, pendidikan, jender, agama, dan lain sebagainya.

Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional dan

internasional dalam menghadapi HIV/AIDS adalah:

a. Empati

Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh

simpati, kasih sayang dan kesediaan saling menolong

b. Solidaritas

Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan

yang diakibatkan oleh HIV/AIDS

c. Tanggung jawab

Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan

pada ODHA

4. Profesionalisme Perawat dalam Pencegahan HIV/AIDS

Bekanis (20080 menyebutkan bahwat tugas dan fungsi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan menuntut konsekuensi yang cukup berat,

baik fisik maupun mental. Hal ini kerena pelayanan keperawatan merupakan

pelayanan kepada manusia sebagai pribadi yang utuh secara bio-psyko-sosial-

spiritual. Selain bahwa perawat melakukan kontak secara langsung dengan

tubuh-tubuh yang tergolek lemah, tak berdaya dan yang hilang kesadaran

akibat digerogoti kuman penyakit menular dan mematikan seperti HIV/AIDS.

hepatitis, flu burung dan lain-lain. ---------------------------------------------------.

Untuk itu, dituntut sebuah kepatuhan terhadap standar operasional pelayanan,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

demi safety, baik untuk diri sendiri, pasien dan keluarga pasien, teman

sejawat, anggota keluarga juga lingkungan pekerjaan. Undang-undang nomor

23 tahun 1992, tentang kesehatan (pasal 4) dimana; Setiap orang mempunyai

hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal

Berdasarkan data epidemic yanga telah di sebutkan di muka, maka

kemungkinan semakain hari akan semakin tinggi pasien pengidap penyakit

menular (HIV-AIDS) sehingga akan semakin tinggi pula yang membutuhkan

pelayanan keperawatan. Konsekuensinya adalah makain tinggi pula

kemungkinan tenaga perawat terpapar, kontak dengan pasien yang

berpenyakit menular (HIV-AIDS, Hepatitis) dan yang paling berbahaya

adalah pasien yang tidak terdeteksi sebelumnya.

Kelompok tenaga perawatan masuk dalam kelompok rentan (vulnerable

people) tetapi tidak berarti tidak dapat naik posisi menjadi kelompok berisiko

atau rawan tertular (high-risk people). Hal tersebut sangat tergantung dari

induvidu dan kepedulian pemegang kebijakan dimana perawat itu bekerja.

Individu perawat akan sangat beresiko apabila tidak dapat membangun

karakter kerja mengutamakan universal precaution.(Berkanis, 2008)

Artinya mengutamakan keselamatan semua pihak dalam bekerja dengan

memenuhi, mematuhi dan menjalankan standar prosedur operasional yang

baku. Perlu diketahui bahwa semua pasien siapapun mereka adalah berpotensi

menularkan suatu penyakit kepada petugas kesehatan maupun pasien lain.

D. HIV-AIDS

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

26

1. Pengertian HIV

Human Immunodeficiency Virus(HIV) adalah sejenis virus yang dapat

menyebabkan AIDS. Virus ini di temukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan

Perancis (Institute Pstteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang

penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu di namakan

Lymphadenophaty Associated Virus (LAV) (Tjokronegoro, 2003). Human

Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sekelompok virus yang dikenal

sebagai retrovirus yang dapat merusak system kekebalan tubuh manusia.

(William dan Wilkins, 2006). Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa

infeksi HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Sistem kekebalan tubuh ini berfungsi dalam mempertahankan tubuh terhadap

infeksi. Sistem ini terdiri dari sistem imun seluler (sel T-helper / T4) dan

sistem imun humoral (sel B). Sel T-helper merupakan jenis sel yang sangat

penting karena mengkoordinasi semua jenis sel dalam system kekebalan tubuh

dan memiliki protein pada permukaannya yang disebut Cluster Differentiation

(CD4).Orang yang terkena virus ini rentan terhadap infeksi oportunistik.

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.

Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada

enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk

manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri

dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi

berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat

mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak

menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1

(Zein, 2006).

2. Pengertian AIDS

AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala

atau infeksi yang terjadi karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia

sebagai akibat terserang infeksi virus HIV. Kasus AIDS mencerminkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

infeksi HIV yang sudah berlangsung lama.(Price, 2005). Acquired

ImmuneDeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai suatu kumpulan

gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus.

(William dan Wilkins, 2006).

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel

atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam

kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini

ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit

maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik

(Zein, 2006).

3. Etiologi dan Patogenesis

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab

AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae.

Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang

berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang

dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6

gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis

penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam

transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional

dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk

menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi

protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas

dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag,

yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).

Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD)

yang kemudian membelah menjadi bagian 120-kD(eksternal) dan 41-kD

(transmembranosa). Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang

berikatan dengan CD4 dan mempunyai peran yang sangat penting dalam

membantu perlekatan virus dangan sel target (Borucki, 1997).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

28

Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4

karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini

mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari

RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse

transcriptase. Limfosit CD4 berfiingsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi

imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan

respon imun yang progresif (Borucki, 1997).

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan

viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa

ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada

tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap

HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma

menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu

menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa

berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus

yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan

dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6

jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi

memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan

angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan

bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis

harian (Brooks, 2005).

Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit

klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang

lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih

lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang

lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi

(Brooks, 2005).

Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa

jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan

mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan

penyakit (Zein, 2006).

4. Diagnosa HIV/AIDS

Diagnose di tujukan kepada dua hal, yaitu keadaan infeksi HIV dan AIDS.

Diagnosis laboratorium dapat di lakukan dengan dua metode:

Langsung: yaitu isolasi virus dan sampel, umumnya di lakukan dengan

menggunakan mikrosop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara

deteksi antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR).

Tidak Langsung: dengan melihat respon zat antibody sepesifik, misalnya

ELISA, immunoflurescent assay (IFA), atau radioimmunoprecipitation assay

(RIPA) (Tjokonegoro & Hendra, 2003).

Untuk diagnose HIV, yang lazim di pakai:

ELISA: sensitivitas tinggi, 98,1% - 100%. Biasnya memberikan hasil positif

2-3 bulan sesudah infeksi. Dahulu, hasil positif di konfirmai dengan

pemeriksaan Western blot. Tetapi sekarang menggunakan tes berulang dengan

tingkat spesificitas.

PCR (Polymerase Chain Reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk tes

HIV pada bayi, menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada

kelompok risiko tinggi, tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi

serokonversi, tes konfirmasi HIV-2 (sebab ELISA sensitivitanya rendah untuk

HIV-2) Tjokonegoro & Hendra, 2003)

5. Epidemiologi

Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di

Bali yaitu seorang wisatawan Belanda. Saat ini penderita HIV/AIDS telah

menyebar secara global termasuk di Indonesia. Jumlah penderita HIV/AIDS

terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang berpengaruh

dalam epiemiologi HIV di Indonesia adalah variasi antara wilayah, baik dalam

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

30

hal besarnya masalah maupun faktor-faktor yang berpengaruh. Epidemi HIV

di Indonesia berada pada epidemi terkonsentrasi.

Klasifikasi untuk epidemi HIV/AIDS terdiri dari:

a. Rendah: pervalensi HIV dalam sub-popuasi berisiko tertentu belum

melebihi 5%.

b. Terkonsentrasi: Pervalensi HIV secara konsisten lebih dari 5% di sub

populasi berisiko tertentu dan pervalensi HIV di bawah 1% di populasi

umum atau ibu hamil.

c. Meluas: Pervalensi HIV lebih dari 1% di populasi umum atau ibu hamil

(USAID, 2003)

Surveilans Terpadu HIV dan Prilaku (STHP, Populasi Kunci, 2007)

menunjukan prevalensi HIV pada populasi kunci WPS langsung 10,4%; WPS

tidak langsung 4,6%; waria 24,4%; pelanggan WPS 0,8%; LSL 5,2%;

pengguna napza suntik 52,4%. Di provinsi Papua dan Papua barat terdapat

pergerakan ke arah generalized epidemic dengan pervalensi HIV sebesar 2,4%

pada penduduk 15-49 tahaun (STHP, Penduduk Papua 2007). Hal tersebut

tercantum dalam Strategy dan Rencana Aksi Nasional AIDS 2010-2014

(KPA, 2010)

Secara kumulatif kasus HIV & AIDS dari 1 April 1987 s.d. December 2011

adalah 76879 orang telah ternifeksi HIV, sejumlah 29879 orang dengan AIDS

dan kematian akibat HIV AIDS sejumlah 5430 orang. Penderita AIDS

berdasarkan jenis kelamin sebanyak 20333 adalah laki laki dan 8122 adalah

perempuan serta 302 orang tidak di ketahuai jenis kelaminya. Sedangkan

berdasarkan usia, tiga urutan teratas presentasi penderita paling besar pada

kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 45,3%, di susul oleh kelompok umur

30 – 39 tahun sebanyak 30,7% dan sebanyak 9.8% pada kelompok usia 40 –

49 tahun. (Depkes RI, 2012)

Kasus terbanyak ditemukan di 5 propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Timur, Papua dan Bali. Lima propinsi dengan angka pervalensi yang besar

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

dalam kasus AIDS per 100.000 penduduk adalah Propinis Papua 157,02 , Bali

62,40, DKI Jakarta 50,14, Kalimantan Barat 28,87 dan Kep. Riau sebanyak

24,06. Secara Nasional angka pervalensi kasus AIDS adalah 12.45.

Sedangkan jumlah komulatif kasus AIDS berdasarkan faktor resiko penularan

adalah melalui heteroseksual 55,3 %, Intravenuse Drug User (IDU) sebanyak

35,2%, homoseksual sebesar 3,02%, 2,71% melalui perinatal, 0,19%

memalui transfusi daran dan sebanyak 3,52% tidak di ketahui resiko

penularanya. (Depkes RI 2012).

6. Cara Penularan HIV/AIDS

Pada manusia, virus HIV paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma

dan cairan vagina. Virus ini juga bisa terdapat pada cairan tubuh lain, seperti

cairan ASI tetapi jumlahnya sangat sedikit. Sejumlah 75-85% penularan

terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan

homoseksual), 5-19% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada

pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.

(Global Summary of the AIDS Epidemic, December 2006).

a. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan

dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat

terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki

dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi

vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi

adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang

terinfeksi HIV.

b. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan

virus HIV.

Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau

tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti

jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

32

juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi

sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

c. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya

dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda

tersebut . disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

d. Melalui transplantasi organ pengidap HIV.

e. Melalui dari ibu ke anak,

f. Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung,

dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

g. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan

petugas laboratorium.

Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif,

yaitu pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja

dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda

tajam (Fauci, 2000). Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur

dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya

sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor

terhadap aktivitas HIV (Fauci, 2000). Menurut Canadian Center of Health and

Safety (2005) bahwa hanya 0.3 % atau kurang dari 1% resiko penularan HIV

pada para pekerja kesehatan (HCW) melalui needle stick injury incident dari

pasien dengan HIV. Hal ini jauh lebih rendah dari pada resiko tertularnya

Hepatitis B melalui needle stick injury yang berkisar antara 1% sampai 40%.

Menurut Kemenkes (2009) dalam Mitos dan Fakta HIV/AIDS bahwa HIV

tidak menular melalui: HIV tidak menular melalui kontak (kegiataan) social,

misalanya: penggunaan toilet dan penggunaan alat makan dan minum yang di

gunakan ODHA. Berenang, bersalaman dengan ODHA tidak akan

menularkan HIV. HIV tidak menular memalui gigitan nyamuk.

7. Gejala Klinis

a. Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

(umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala mayor: Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, Diare

kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, Demam berkepanjangan lebih

dari 1 bulan,Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis dan

Demensia/ HIV ensefalopati.

Gejala minor: Batuk menetap lebih dari 1 bulan, Dermatitis generalisata,

Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang,

Kandidias orofaringeal, Herpes simpleks kronis progresif, Limfadenopati

generalisata dan manusia Retinitis virus Sitomegalo

b. Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research

(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

Pada awal infeksi: Tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi.

Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit

kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah

bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS

dapat menularkan virus kepada orang lain.

Fase lanjut : Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9

tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan

penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai

memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah

bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun,

demam, batuk dan pernafasan pendek.

Fase akhir: Terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala

yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada

penyakit yang disebut AIDS.

8. Stigma Masyarakat.

Di berbagai Negara dan masyarakat, stigma sehubungan dengan HIV dan

menghasilkan diskriminasi sangat membahayakan seperti sebuah penyakit

sendiri: ditelantarkan oleh pasangannya dan atau oleh keluarganya,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

34

penghujatan social/lingkungan (ostracism), kehilangan pekerjaaan dan

kekayaan, penolakan/pengucilan dari sekolah (explusion), di tolak dalam

pelayanan kesehatan, kekurangan perhatian dan dukungan, dan kekerasan.

Menstigma atau ketakutan kepada mereka (ODHA), mengartikan bahwa akan

menghambat, mengurangi kemungkinan untuk datang dan melakukan test

HIV, takut pembocoran status HIV mereka kepada orang lain, menghambat

untuk mengadopsi prilaku pencegahan HIV atau menghambat untuk

mendapatkan akses pelayanan kesehatan, perawatan dan dukungan. Jika

mereka lakukan, mereka bisa akan kehilangan segala galanya. Dalam Survey

pada para penasun di Indonesia bahwa 40 % penyebab dari mereka

menghindari test HIV adalah karena Stigma. (UNAIDS, 2007).

Stigma AIDS lebih jauh dapat di bagi menjadi tiga kategori:

a. Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan

atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan

menular.

b. Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk

mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup

tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.

c. Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang

berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.

9. Populasi Kunci

Menurut laporan executive KPA (2011), Populasi kunci adalah kelompok

populasi yang menentukan keberhasilan program pencegahan dan pengobatan,

sehingga mereka perlu ikut aktif berperan dalam penanggulangan HIV dan

AIDS, baik bagi dirinya maupun orang lain. Populasi ini adalah:

a. Orang-orang berisiko tertular atau rawan tertular karena perilaku seksual

berisiko yang tidak terlindung, bertukar alat suntik tidak steril.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

b. Orang-orang yang rentan adalah orang yang karena pekerjaan,

lingkungannya rentan terhadap penularan HIV, seperti buruh migran,

petugas kesehatan, pengungsi dan kalangan muda berisiko.

c. ODHA adalah orang yang sudah terinfeksi HIV.

10. Upaya Pencegahan dan Pengurangan dampak buruk

Ada tiga cara utama mencegah PMS termasuk HIV/AIDS (Depkes RI, 2008):

a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual dengan

berperilaku

seksual yang aman (dikenal dengan singkatan ”ABC”), yaitu:

1) Abstinenesia – Tidak melakukan hubungan seksual

sebelum menikah

2) Be faithful – setia terhadap pasangan yang sah

(suami-istri)

3) Condom Menggunakan kondom (bila tidak dapat

melakukan maupun B tersebut), termasuk

menggunakan kondom sebelum PMSnya

disembuhkan

b. Pencegahan penularan melalui darah :

1) Skrining darah donor dan produk darah

2) Menggunakan alat suntik dan alat lain yang steril.

3) Penerapan Kewaspadaan Universal atau Universal

Infection Precaution

c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak

1) Testing dan konseling ibu hamil

2) Pemberian obat antiretroviral bagi ibu hamil yang

mengidap infeksi HIV

Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction): Komponen program

pengurangan dampak buruk berubah pada tahun 2009. Sampai sebelum itu,

ada 12 komponen yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Koordinator

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

36

bidang Kesejahteraan Rakyat No. 2/2007 yang terdiri dari:

a. penjangkauan dan pendampingan;

b. komunikasi informasi dan edukasi;

c. pendidikan sebaya;

d. konseling perubahan perilaku;

e. konseling dantesting HIV sukarela (VCT);

f. program penyucihamaan;

g. layanan jarum dan alat suntik steril;

h. pemusnahan peralatan suntik bekas;

i. layanan terapi pemulihan ketergantungan narkoba;

j. program terapi rumatan metadon;

k. layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (CST),

dan pelayanan kesehatan dasar.

Pada tahun 2009, WHO, UNODC, dan UNAIDS mengeluarkan pedoman

baru menjadi 9 komponen yaitu:

a. program layanan alat suntik steril;

b. terapi substitusi opiat dan layanan pemulihan

adiksi lainnya;

c. konseling dan testing HIV;

d. terapi antiretroviral;

e. pencegahan dan pengobatan infeksi menular

seksual (IMS);

f. program kondom untuk penasun dan pasangan

seksualnya;

g. komunikasi informasi dan edukasi tersasar

(targeted) untuk penasun dan pasangan

seksualnya;

h. vaksinasi, diagnosis dan pengobatan hepatitis;

i. pencegahan, diagnosis dan pengobatan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

tuberculosis

4) Upaya pengobatan

Terapi antiretroviral: ARV adalah obat-obat yang dapat menghambat

perkembangan virus HIV dalam tubuh. Pengobatan dengan ARV tidak

dibutuhkan oleh semua orang terinfeksi HIV. ARV hanya diberikan dalam

keadaan dimana CD4 seseorang turun sampai kadar tertentu (350/ml kubik

darah), berarti kekebalannya sudah terganggu atau dengan perkataan lain,

yang bersangkutan sudah masuk tahap AIDS. Karena ARV menghambat

penggandaan virus HIV, maka pengrusakan kekebalan tubuhpun akan

terhambat. Temuan ilmiah menunjukkan bahwa pemberian ARV lebih awal

bisa menurunkan jumlah virus dalam darah, sehingga bisa menurunkan risiko

penularan kepada orang lain. ARV tidak “membunuh” virus dalam darah dan

jika pasien AIDS menghentikan minum ARV maka jumlah virus dalam darah

akan meningkat lagi dengan cepat, sehingga mengakibatkan penyakit (AIDS)

yang dideritanya akan jadi lebih parah. (KPA, 2011).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-jokowinarn... · Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

Hal-Hal yang mempengaruhi timbunya sikap terhadap HIV AIDS

Pengalaman

Pengaruh orang lain

Pengaruh Budaya

Media Massa

Lembaga Agama/pendidikan

Faktor Emosioanl

Variable yang tidak di teliti

Sikap Baik atau Buruk dalam hal:

Menghakimi/ menyalahkan pda penderita HIV/AIDS

Imposed Measures (tindakan yang harus di terapkan)

Ketahanan profesional (profesional resistency)

Pengetahuan tentang penularan HIV dan Perkembangan HIV AIDS di Indonesia

Baik

KurangPERAWAT (Yang memiliki Karakteristik, Pendidikan Pengalaman, Masa kerja)Informasi tentang HIV/AIDS, Fakta-fakta HIV/AIDS, perkembangan kasus-kasus HIV/AIDS 38

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori tantang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap

HIV/AIDS