bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/dimas anggara ndaru nirre...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi 1. Definisi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek- aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, dan desain/perancangan. Ergonomi berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah ataupun di tempat rekreas (Irhash, 2010) Pada dasarnya ergonomi dapat menciptakan lingkungan kerja yang dapat: a. Mengurangi angka cedera dan kesakitan dalam pekerjaannya b. Menurunkan biaya kecelakaan kerja c. Menurunkan kunjungan berobat d. Mengurangi ketidakhadiran pekerja e. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan tingkat kenyamanan pekerja dalam bekerja 2. Faktor Resiko Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang berhubungan dengan ketidaknyamanan dialami pekerja saat bekerja, dan jika 9 Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Upload: lecong

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

1. Definisi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan

Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-

aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, engineering, dan desain/perancangan. Ergonomi

berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah ataupun di tempat rekreas

(Irhash, 2010)

Pada dasarnya ergonomi dapat menciptakan lingkungan kerja yang

dapat:

a. Mengurangi angka cedera dan kesakitan dalam pekerjaannya

b. Menurunkan biaya kecelakaan kerja

c. Menurunkan kunjungan berobat

d. Mengurangi ketidakhadiran pekerja

e. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja

f. Meningkatkan tingkat kenyamanan pekerja dalam bekerja

2. Faktor Resiko

Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang

berhubungan dengan ketidaknyamanan dialami pekerja saat bekerja, dan jika

9

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

10

diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja

diakibatkan kecelakaan. (University of Caucasian Lost Among Asians-Labor

Occupational Safety and Health / UCLA-LOSH)

Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam

tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders). MSDs ini

memungkinkan timbul dalam waktu yang cukup lama (adanya kumulatif

resiko).

Menurut UCLA-LOSH, ada beberapa faktor risiko yang berhubungan

dengan ergonomi, diringkas dalam pada tabel di bawah ini;

a. Pengaturan Kerja Yang Buruk (Poor Work Organization)

Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) adalah suatu

setting atau pengaturan kerja yang dilakukan secara kurang baik sehingga

menimbulkan kerugian atau masalah kesehatan. Sebagai contoh misalkan

beban kerja yang sudah terjadwal porsinya tetapi seseorang lembur atau

memaksakan diri, waktu kerja yang begitu padat sehingga jeda istirahat

kurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah dkk (2012) mengenai

kesehatan dan keselamatan kerja di kabupaten Sidrap bahwa para pekerja

batu yang bekerja melampaui proporsi jam kerja yang diberikan yakni >

8 jam, hal ini menimbulkan keluhan LBP lebih tinggi dibandingkan

proporsi kerja normal. Seseorang yang merasa bosan dan mengalami

kejenuhan sehingga menimbulkan stress akibat pekerjaan yang dilakukan

memicu timbulnya nyeri punggung bawah. Suatu perusaahan di Makasar

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

11

terdapat 43% pekerja yang memiliki masalah dengan nyeri punggung

bawah akibat stress kerja, penelitian ini dilakukan menggunakan uji case

control oleh Basuki pada tahun 2009. Hasil penelitian ini juga sejalan dan

sesuai dengan penelitian oleh Renee Shibukawa, bahwa karyawan yang

stres kerja mempunyai risiko untuk terjadi low back pain sebesar 4.93

lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang tidak mengalami stres

kerja (Renee L, et al, 2004).

b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition)

Pengulangan berkelanjutan (Continual Repetition) adalah suatu

kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Aktivitas berulang-ulang

yang dilakukan akan menjadikan otot menerima tekanan akibat beban

kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh relaksasi.

Pekerjaan yang sama dilakukan setiap harinya, sebagai contoh sebagai

perawat ruang bedah sudah pasti akan melakukan kegiatan operasi yang

sama dengan kasus yang sama tapi berbeda penderitanya di setiap

harinya. Melakukan tindakan seperti resusitasi jantung paru adalah

kegiatan berulang yang dilakukan oleh perawat.

c. Gaya Berlebih (Excessive Force)

Gaya berlebih (Excessive Force) adalah usaha mengekspor tenaga

dalam tubuh untuk menjangkau atau menggerakan suatu benda.

Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga, usaha fisik yang berlebih-

menarik, memukul, dan mendorong. Peregangan otot yang berlebihan

terjadi pada saat pekerja melakukan aktivitasnya dengan mengerahkan

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

12

tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik

menahan beban yang berat. Peregangan otot ini terjadi karena pengerahan

tenaga yang diperlukan melampaui kegiatan optimum otot. Apabila

aktivitas tersebut sering dilakukan maka akan mempunyai risiko besar

terjadinya cedera otot skeletal.

Tindakan pre dan post operasi salah satunya adalah mobilisasi pasien

antar brankar dan meja operasi, bagi yang immobilisasi total maka

perawat wajib memindahkan pasien tersebut serta mendorong brankar

tersebut kembali. Usaha dengan mengeluarkan tenaga lebih tidak hanya

demikian, contoh lainnya adalah ketika harus menghadapi operasi tumor

besar dan harus mengangkatnya yang berkilogram serta operasi amputasi

dengan memotong tulang yang merupakan material keras merupakan

usaha keras yang dihadapi perawat.

Pemindahan pasien atau penggerakan suatu objek memiliki resiko

93% untuk terserang LBP pada perawat rumah sakit di Sibu Malaysia

(Wong, 2010).

d. Postur Janggal (Awkward Posture)

Postur Janggal (Awkward Posture) adalah keadaan tubuh yang tidak

sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat beresiko menimbulkan

musculoskeletal disorders. Memperpanjang pencapaian dengan tangan,

twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral.

Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka

semakin tinggi pula risiko kejadian keluhan otot skeletal. Perawat ruang

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

13

bedah sering mengindahkan posisi ergonomis dalam bekerja, sebagai

contoh berdiri tidak tegak, berdiri bertumpu pada satu kaki, menunduk

hingga membungkuk.

Wong dkk (2010) meneliti mengenai prefalansi dan faktor resiko LBP

di rumah sakit Sibu Malaysia menunjukan hasil bahwa postur tubuh yang

tidak baik akan menimbulkan resiko lebih besar (62,0%) dibanding yang

baik (38,0%).

e. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions)

Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions) adalah posisi statis dengan

tubuh sedikit sampai tidak melakukan pergerakan. Perawat ruang bedah

dimana sedang melakukan tindakan pembedahan akan berdiri cukup lama

hal ini dapat kontraksi otot dan cepat lelah.

Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan resiko

MSDs dapat dipaparkan sebagai berikut:

2.1 Repetitive Motion

Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-

ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut

dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya

otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini

akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif.

Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan

postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

14

2.2 Awkward Postures

Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang

diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi

reaching (mencapai suatu benda), twisting (berputar), bending

(membungkuk), kneeling (berlutut), squatting (jongkok), working

overhead (bekerja pada pencapaian benda diatas) dengan tangan

maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap.

2.3 Contact stresses

Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi

atau ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat

menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh

kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja

secara kontinu.

2.4 Vibration

Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh

tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power

handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.

2.5 Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)

Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk

melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga

bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi

aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

15

2.6 Duration

Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam

melakukan suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan

pekerjaan yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan

semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.

2.7 Static Posture

1. Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,

pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda

halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia

untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi

otot.

2. Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk

menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak

dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan

kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih (grandjean, 1980)

3. Sifat yang khusus dari gangguan statik termasuk didalamnya

menjaga usaha dalam level yang tinggi dalam 10 menit atau lebih, level

menengah 1 menit atau lebih, atau usaha dengan level rendah 4 menit

atau lebih (grandjean 1980)

4. Contoh dari ganguan statik termasuk didalamnya:

meningkatkan bahu untuk periode yang lama, menggenggam benda

dengan lengan mendorong dan memutar benda berat, berdiri di tempat

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

16

yang sama dalam waktu yang lama dan memiringkan kepala kedepan

dalam waktu yang lama.

5. Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa

jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya yang

besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean,

1980).

2.8 Physical Environment; Temperature & Lighting

Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara

dan alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan

merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk

memegang alat kerja dapat menurunkan resiko ergonomi. tekanan

udara panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan

seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan dan

heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat

merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan

menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan

suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan yang

bisa fatal.

2.9 Other Condition

Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan

sebagai faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya

telah di perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan

dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketiha operator hanya

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

17

melakukan satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk belajar

satu macam kemampuan ataun tugas. Faktor tambahan dimasukkan

organisasi asfek sosial, tidak dikontrol gangguan, ruang kerja, beratnya

bagian kerja, dan sift kerja.

3. Rancangan Ergonomi

Ergonomi bias dikatakan sebagai suatu ilmu terapan dalam mencapai

keselamatan dan kesehatan kerja. Ilmu ini digunakan untuk membuat pekerja

merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Karena ada posisi yang

ergonomis ketika bekerja atau melakukan aktivitas tertentu, maka banyak alat

kerja yang didesain seergonomis mungkin. Kursi, meja, keyboard dan

monitor komputer adalah beberapa contoh barang/ alat yang biasa didesain

seergonomis mungkin (Napitupulu, 2009)

Agar suatu desain ergonomis dapat membantu Anda bekerja lebih

efisien dan efektif, Anda tidak saja membutuhkan peralatan yang didesain

secara layak, namun juga membutuhkan posisi tubuh yang baik dalam

melakukan aktivitas tertentu. Kesalahan posisi tubuh memungkinkan

seseorang menjadi mudah lelah, kurang konsentrasi dan bahkan pegal-pegal

atau sakit pada bagian tertentu.Kepala, punggung, tangan, kaki dan bagian

tubuh lainnya harus diposisikan dengan tepat agar tercapai posisi tubuh netral

dimana tubuh hanya membutuhkan aktivitas otot minimal dan hemat energi.

Dengan cara ini maka tingkat kelelahan akan bisa diminimalkan dan Anda

akan bisa membaca senyaman dan selama mungkin (Meruralia, 2010)

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

18

Menurut Merulalia (2010) ada beberapa posisi tubuh yang harus

diterapkan (ergonomi) untuk mengurangi bahanya cedera musculoskeletal,

yaitu :

3.1 Duduk dan berdiri

Pastikan punggung Anda lurus dan leher tegak. Jangan tekuk leher karena

ini akan membuat kelelahan dan ketegangan pada leher dan jangan berdiri

bertumpu pada satu kaki.

3.2 Tangan dan pergelangan tangan

Sikap/postur normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah

berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring

ataupun mengalami fleksi/ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak

ada tekanan pada pergelangan tangan

3.3 Leher dan bahu

Sikap/posisi normal leher lurus dan tidak miring/memutar ke samping kiri

atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak

terjadi penekanan pada discus tulang cervical. Sikap/posisi normal pada

bahu dalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat

dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan

proporsional.

3.4 Punggung

Sikap/postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah

kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri

atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

19

B. Perawat Kamar Operasi

Keperawatan perioperatif adalah pelayanan keperawatan baik pre operativ

(sebelum pembedahan), intraoperativ (saat pembedahan) dan post operatif

(setelah pembedahan) yang dilakukan perawat ruang operasi. Dalam setiap

melakukan pembedahan idealnya tim bedah terdiri dari dokter pembedah

(operator), dokter anesthesi, perawat kamar bedah; sirkuler, instument (scrub),

RNFA (Register Nurse First Assistance) dan perawat anesthesi (Upik, 2011).

Definisi dan tugas dari perawat bedah secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Perawat Instrumen

Perawat Instrumen yaitu seorang tenaga perawat professional yang diberi

wewenang dan ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan. selama

tindakan pembedahan berlangsung (Upik, 2011). Secara Spesifik peran dan

tanggung jawab sebagai perawat instrumen adalah sebagai berikut :

a. Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan

memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan

menerimanya kembali

b. Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk

mengantisipasi segala kejadian

c. Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi.

Mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini

perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

20

yang akan dan telah digunakan beserta nama ilmiah dan mana biasanya,

dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur spesifik.

d. Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan

kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau

kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.

e. Menghitung kasa, jarum, dan instrumen. Perhitungan dilakukan sebelum

pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi.

2. Perawat Sirkuler

Perawat sirkuler adalah tenaga professional perawat yang diberi

wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran tindakan pembedahan

(Upik, 2011). Secara umum, peran dan tangggung jawab perawat sirkulasi

adalah sebagai berikut :

a. Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien, dan

memeriksa formulir persetujuan.

b. Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan

yang akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan

kulit yang mungkin dapat menjadi kontaindikasi pembedahan.

c. Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan.

Perawat sirkulasi juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap

dan dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur

pembedahan, apabila prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat

mengakibatkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan.

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

21

d. Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien,

mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-

alat lain yang mungkin diperlukan.

e. Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril)

f. Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil,

membawa, dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh

perawat instrumen. Selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons,

instrumen dan jarum.

g. Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada

akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan

mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya.

3. Register Nurse First Assistance (RNFA)

Register Nurse First Assistance (RNFA) atau perawat asisten pertama

teregister adalah perawat ruang operasi yang terdaftar dalam perawat

perioperatif yang memunyai fungsi dan peran diperluas yakni asisten pertama

(praktik utama arah ahli bedah). Bekerja sama dengan ahli bedah, perawat dan

tim lain untuk mencapai kegiatan operasi pasien yang optimal. Kegiatan yang

dilakukan misalnya penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada

daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan pemberian

hemostatis (Association of periOperative Registered Nurses, 2013).

Peran RNFA diakui dalam lingkup praktik keperawatan dengan

tindakan praktek perawat di seluruh 50 negara. Peran sebagai RNFA ini sudah

berlangsung dengan baik di negara-negara amerika utara dan eropa. Perawat

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

22

teregistrasi adalah pekerjaan terbaik di Amerika Serikat pada tahun 2012,

perawat melaksanakan hampir 90% dari semua layanan perawatan kesehatan,

rata-rata perawat merawat sebanyak 8 pasien per hari. Ada 2,72 juta RN di

Amerika Serikat. Jumlahnya lebih banyak dari tentara Amerika yang hanya

1,45 juta dan karyawan Walmart yang 1,4 juta (Association of periOperative

Registered Nurses, 2013)

4. Perawat Anestesi

Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus

anestesi. Peran utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah

memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi

praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap

manajemen pasien, instrumen dan obat bius membantu dokter anestesi dalm

proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.

Pada pelaksanaannnya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir

seluruh pembiusan umum. Perawat anestesi dapat melakukan tindakan

prainduksi, pembiusan umum, dan sampai pasien sadar penuh diruang

pemulihan (Upik, 2011). Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara

spesifik antara lain :

a. Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan

prainduksi.

b. Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi

c. Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya)

sebelum memulai proses operasi.

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

23

d. Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat

anestesi, spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum

bertugas sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan

ektubasi.

e. Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim

bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan.

f. Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat

status tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah,

status sirkulasi, dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.

g. Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk

melakukan suatu prosedur (misalnya anestesi local, umum, atau regional)

C. Nyeri

1. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang di pengaruhi oleh budaya,

persepsi seseorang, perhatian dan variabel-variabel psikologis lain, yang

mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk

menghentikan rasa tersebut (Judha, 2012).

2. Klasifikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2002), nyeri diklasifikasikan menjadi 2

berdasarkan jenisnya yaitu :

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

24

a. Nyeri akut

Biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera

spesifik. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit

simpematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan,

nyeri ini biasanya terjadi kurang dari enam bulan biasanya kurang dari 1

bulan.

b. Nyeri kronis

Adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode.

Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama

enam bulan atau lebih.

3. Penilaian Respon Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tenang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individu serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik

ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tamsuri, 2007).

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala

sabagai berikut :

a. Skala numerik

b. Skala deskriptif

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

25

c. Skala analog visual

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No Mild Moderate Pain Severe Worst

Pain Pain Pain Pain

Gambar 1 Alat pengukur nyeri universal

a. Skala Deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih objektif. Skala pendeskriptif verbal (Verbal Descriptor

Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima

kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini memugkinkan klien

memilih kategori untuk mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2006).

b. Skala Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi teraputik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,

maka direkomendasikan patokan 10cm (Perry & Potter, 2006).

c. Skala Analog Visual

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

26

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis

lurus atau horisontal sepanjang 10cm, yang mewakili intensitas nyeri

yang terus-menerus dan pendeskripsi verabal pada setiap ujungnya.

Pasien diminta untuk menunjukan titik pada garis yang menunjukan

letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya

menandakan “ tidak ada” atau “tidak nyeri” sedangkan ujung kanan

menandakan “berat” atau “nyeri paling buruk”. Untuk menili hasil,

sebuah penggaris diletakan sepanjang garis dan jarak yang dibuat

pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam

centimeter (Smeltzer, 2002).

D. Nyeri Punggung Bawah

1. Pengertian

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu

dari gangguan muskuloseletal, gangguan psikologis dan akibat mobilisasi

yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu atau tidak

enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP dikasifikasikan ke dalam 2

kelompok, yaitu kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang

dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan lebih.

Yang termasuk dalam faktor resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor

indeks massa tubuh dan aktivitas (Indyan Zama, 2007).

2. Klasifikasi

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

27

Menurut Black & Jacob (2005), berdasarkan lama perjalanan penyakit

nyeri punggung bawah diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :

a. Akut

Nyeri punggung bawah akut sebagai timbulnya episode nyeri punggung

bawah yang menetap dalam waktu kurang dari 6 minggu.

b. Sub akut

Nyeri punggung sub akut yaitu dalam waktu antara 6-12 minggu

c. Kronis

Nyeri punggung bawah kronis yaitu dalam waktu lebih dari 12 minggu

3. Patofisiologi

Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut.

Bagian belakang tersebut terdiri dari lumbal dan tulang belakang pada

umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut diskus intervertebralis

sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik.

Bagian depan berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang

berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan

menurut porosnya. Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nucleus

pulposus.

Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis vertebralis yang

didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah sampai L 2.

Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis menjulurkan

radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi. Di tingkat servikal dan torakal,

berkas serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Namun

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

28

di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah dahulu

sebelum tiba di tingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal

tersebut dikarenakan medula spinalis membujur hanya sampai L2 saja.

Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo

dan insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas

kolumna vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh

otot-otot tersebut. Ujung - ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di

ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia

artikulus posterior (Sidharta, Priguna, 2004).

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

29

E. Kerangka Teori Penelitan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

University of Caucasian Lost Among Asians-Labor Occupational Safety and

Health (2004), Irwanashari (2010)

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti

Faktor

Risiko

Ergonomi Pekerjaan

Pengorganisasian Kerja Yang

Buruk

Pengulangan Berkelanjutan

Gaya Berlebih

Postur Janggal

Individu

Fisiologis : Umur, Gender,

Obesitas, Merokok

Psikologis : Stres, neurologis,

histeria, reaksi konversi

Lingkungan : Pekerjaan,

aktivitas fisik, olahraga

Nyeri

Tulang

Punggung

Bawah

Tekanan Langsung

Berlebih

Pencahayaan Inadekuat

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/Dimas Anggara Ndaru Nirre BAB II.pdf · Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja f. Meningkatkan

30

: Variabel yang diteliti

F. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis

Adalah jawaban sementara dalam suatu penelitian disebut dengan hipotesis

(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

faktor risiko ergonomi dengan low back pain pada perawat ruang operasi RSUD

Prof Dr Margono Soekarjo.

Nyeri

Punggung

Bawah

Pengaturan Kerja Yang

Buruk

Pengulangan

Berkelanjutan

Gaya Berlebih

Postur Janggal

Posisi Tidak Bergerak

Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014