bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3434/3/dimas anggara ndaru nirre...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
1. Definisi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan
Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, dan desain/perancangan. Ergonomi
berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah ataupun di tempat rekreas
(Irhash, 2010)
Pada dasarnya ergonomi dapat menciptakan lingkungan kerja yang
dapat:
a. Mengurangi angka cedera dan kesakitan dalam pekerjaannya
b. Menurunkan biaya kecelakaan kerja
c. Menurunkan kunjungan berobat
d. Mengurangi ketidakhadiran pekerja
e. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja
f. Meningkatkan tingkat kenyamanan pekerja dalam bekerja
2. Faktor Resiko
Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan dialami pekerja saat bekerja, dan jika
9
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja
diakibatkan kecelakaan. (University of Caucasian Lost Among Asians-Labor
Occupational Safety and Health / UCLA-LOSH)
Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam
tempat kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders). MSDs ini
memungkinkan timbul dalam waktu yang cukup lama (adanya kumulatif
resiko).
Menurut UCLA-LOSH, ada beberapa faktor risiko yang berhubungan
dengan ergonomi, diringkas dalam pada tabel di bawah ini;
a. Pengaturan Kerja Yang Buruk (Poor Work Organization)
Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) adalah suatu
setting atau pengaturan kerja yang dilakukan secara kurang baik sehingga
menimbulkan kerugian atau masalah kesehatan. Sebagai contoh misalkan
beban kerja yang sudah terjadwal porsinya tetapi seseorang lembur atau
memaksakan diri, waktu kerja yang begitu padat sehingga jeda istirahat
kurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah dkk (2012) mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja di kabupaten Sidrap bahwa para pekerja
batu yang bekerja melampaui proporsi jam kerja yang diberikan yakni >
8 jam, hal ini menimbulkan keluhan LBP lebih tinggi dibandingkan
proporsi kerja normal. Seseorang yang merasa bosan dan mengalami
kejenuhan sehingga menimbulkan stress akibat pekerjaan yang dilakukan
memicu timbulnya nyeri punggung bawah. Suatu perusaahan di Makasar
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
terdapat 43% pekerja yang memiliki masalah dengan nyeri punggung
bawah akibat stress kerja, penelitian ini dilakukan menggunakan uji case
control oleh Basuki pada tahun 2009. Hasil penelitian ini juga sejalan dan
sesuai dengan penelitian oleh Renee Shibukawa, bahwa karyawan yang
stres kerja mempunyai risiko untuk terjadi low back pain sebesar 4.93
lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang tidak mengalami stres
kerja (Renee L, et al, 2004).
b. Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition)
Pengulangan berkelanjutan (Continual Repetition) adalah suatu
kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Aktivitas berulang-ulang
yang dilakukan akan menjadikan otot menerima tekanan akibat beban
kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh relaksasi.
Pekerjaan yang sama dilakukan setiap harinya, sebagai contoh sebagai
perawat ruang bedah sudah pasti akan melakukan kegiatan operasi yang
sama dengan kasus yang sama tapi berbeda penderitanya di setiap
harinya. Melakukan tindakan seperti resusitasi jantung paru adalah
kegiatan berulang yang dilakukan oleh perawat.
c. Gaya Berlebih (Excessive Force)
Gaya berlebih (Excessive Force) adalah usaha mengekspor tenaga
dalam tubuh untuk menjangkau atau menggerakan suatu benda.
Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga, usaha fisik yang berlebih-
menarik, memukul, dan mendorong. Peregangan otot yang berlebihan
terjadi pada saat pekerja melakukan aktivitasnya dengan mengerahkan
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
12
tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik
menahan beban yang berat. Peregangan otot ini terjadi karena pengerahan
tenaga yang diperlukan melampaui kegiatan optimum otot. Apabila
aktivitas tersebut sering dilakukan maka akan mempunyai risiko besar
terjadinya cedera otot skeletal.
Tindakan pre dan post operasi salah satunya adalah mobilisasi pasien
antar brankar dan meja operasi, bagi yang immobilisasi total maka
perawat wajib memindahkan pasien tersebut serta mendorong brankar
tersebut kembali. Usaha dengan mengeluarkan tenaga lebih tidak hanya
demikian, contoh lainnya adalah ketika harus menghadapi operasi tumor
besar dan harus mengangkatnya yang berkilogram serta operasi amputasi
dengan memotong tulang yang merupakan material keras merupakan
usaha keras yang dihadapi perawat.
Pemindahan pasien atau penggerakan suatu objek memiliki resiko
93% untuk terserang LBP pada perawat rumah sakit di Sibu Malaysia
(Wong, 2010).
d. Postur Janggal (Awkward Posture)
Postur Janggal (Awkward Posture) adalah keadaan tubuh yang tidak
sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat beresiko menimbulkan
musculoskeletal disorders. Memperpanjang pencapaian dengan tangan,
twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula risiko kejadian keluhan otot skeletal. Perawat ruang
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
bedah sering mengindahkan posisi ergonomis dalam bekerja, sebagai
contoh berdiri tidak tegak, berdiri bertumpu pada satu kaki, menunduk
hingga membungkuk.
Wong dkk (2010) meneliti mengenai prefalansi dan faktor resiko LBP
di rumah sakit Sibu Malaysia menunjukan hasil bahwa postur tubuh yang
tidak baik akan menimbulkan resiko lebih besar (62,0%) dibanding yang
baik (38,0%).
e. Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions)
Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions) adalah posisi statis dengan
tubuh sedikit sampai tidak melakukan pergerakan. Perawat ruang bedah
dimana sedang melakukan tindakan pembedahan akan berdiri cukup lama
hal ini dapat kontraksi otot dan cepat lelah.
Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan resiko
MSDs dapat dipaparkan sebagai berikut:
2.1 Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-
ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut
dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya
otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini
akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif.
Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan
postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
2.2 Awkward Postures
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang
diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi
reaching (mencapai suatu benda), twisting (berputar), bending
(membungkuk), kneeling (berlutut), squatting (jongkok), working
overhead (bekerja pada pencapaian benda diatas) dengan tangan
maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap.
2.3 Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi
atau ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat
menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh
kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja
secara kontinu.
2.4 Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh
tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power
handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.
2.5 Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)
Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga
bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi
aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
2.6 Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan
pekerjaan yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan
semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
2.7 Static Posture
1. Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,
pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda
halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia
untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi
otot.
2. Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk
menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak
dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan
kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih (grandjean, 1980)
3. Sifat yang khusus dari gangguan statik termasuk didalamnya
menjaga usaha dalam level yang tinggi dalam 10 menit atau lebih, level
menengah 1 menit atau lebih, atau usaha dengan level rendah 4 menit
atau lebih (grandjean 1980)
4. Contoh dari ganguan statik termasuk didalamnya:
meningkatkan bahu untuk periode yang lama, menggenggam benda
dengan lengan mendorong dan memutar benda berat, berdiri di tempat
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
yang sama dalam waktu yang lama dan memiringkan kepala kedepan
dalam waktu yang lama.
5. Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa
jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya yang
besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean,
1980).
2.8 Physical Environment; Temperature & Lighting
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara
dan alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan
merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk
memegang alat kerja dapat menurunkan resiko ergonomi. tekanan
udara panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan
seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan dan
heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat
merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan
menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan
suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan yang
bisa fatal.
2.9 Other Condition
Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan
sebagai faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya
telah di perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan
dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketiha operator hanya
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
melakukan satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk belajar
satu macam kemampuan ataun tugas. Faktor tambahan dimasukkan
organisasi asfek sosial, tidak dikontrol gangguan, ruang kerja, beratnya
bagian kerja, dan sift kerja.
3. Rancangan Ergonomi
Ergonomi bias dikatakan sebagai suatu ilmu terapan dalam mencapai
keselamatan dan kesehatan kerja. Ilmu ini digunakan untuk membuat pekerja
merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Karena ada posisi yang
ergonomis ketika bekerja atau melakukan aktivitas tertentu, maka banyak alat
kerja yang didesain seergonomis mungkin. Kursi, meja, keyboard dan
monitor komputer adalah beberapa contoh barang/ alat yang biasa didesain
seergonomis mungkin (Napitupulu, 2009)
Agar suatu desain ergonomis dapat membantu Anda bekerja lebih
efisien dan efektif, Anda tidak saja membutuhkan peralatan yang didesain
secara layak, namun juga membutuhkan posisi tubuh yang baik dalam
melakukan aktivitas tertentu. Kesalahan posisi tubuh memungkinkan
seseorang menjadi mudah lelah, kurang konsentrasi dan bahkan pegal-pegal
atau sakit pada bagian tertentu.Kepala, punggung, tangan, kaki dan bagian
tubuh lainnya harus diposisikan dengan tepat agar tercapai posisi tubuh netral
dimana tubuh hanya membutuhkan aktivitas otot minimal dan hemat energi.
Dengan cara ini maka tingkat kelelahan akan bisa diminimalkan dan Anda
akan bisa membaca senyaman dan selama mungkin (Meruralia, 2010)
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
Menurut Merulalia (2010) ada beberapa posisi tubuh yang harus
diterapkan (ergonomi) untuk mengurangi bahanya cedera musculoskeletal,
yaitu :
3.1 Duduk dan berdiri
Pastikan punggung Anda lurus dan leher tegak. Jangan tekuk leher karena
ini akan membuat kelelahan dan ketegangan pada leher dan jangan berdiri
bertumpu pada satu kaki.
3.2 Tangan dan pergelangan tangan
Sikap/postur normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah
berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring
ataupun mengalami fleksi/ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak
ada tekanan pada pergelangan tangan
3.3 Leher dan bahu
Sikap/posisi normal leher lurus dan tidak miring/memutar ke samping kiri
atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak
terjadi penekanan pada discus tulang cervical. Sikap/posisi normal pada
bahu dalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat
dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan
proporsional.
3.4 Punggung
Sikap/postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah
kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri
atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
B. Perawat Kamar Operasi
Keperawatan perioperatif adalah pelayanan keperawatan baik pre operativ
(sebelum pembedahan), intraoperativ (saat pembedahan) dan post operatif
(setelah pembedahan) yang dilakukan perawat ruang operasi. Dalam setiap
melakukan pembedahan idealnya tim bedah terdiri dari dokter pembedah
(operator), dokter anesthesi, perawat kamar bedah; sirkuler, instument (scrub),
RNFA (Register Nurse First Assistance) dan perawat anesthesi (Upik, 2011).
Definisi dan tugas dari perawat bedah secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Perawat Instrumen
Perawat Instrumen yaitu seorang tenaga perawat professional yang diberi
wewenang dan ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan. selama
tindakan pembedahan berlangsung (Upik, 2011). Secara Spesifik peran dan
tanggung jawab sebagai perawat instrumen adalah sebagai berikut :
a. Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan
memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan
menerimanya kembali
b. Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk
mengantisipasi segala kejadian
c. Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi.
Mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini
perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
yang akan dan telah digunakan beserta nama ilmiah dan mana biasanya,
dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur spesifik.
d. Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan
kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau
kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.
e. Menghitung kasa, jarum, dan instrumen. Perhitungan dilakukan sebelum
pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi.
2. Perawat Sirkuler
Perawat sirkuler adalah tenaga professional perawat yang diberi
wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran tindakan pembedahan
(Upik, 2011). Secara umum, peran dan tangggung jawab perawat sirkulasi
adalah sebagai berikut :
a. Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien, dan
memeriksa formulir persetujuan.
b. Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan
yang akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan
kulit yang mungkin dapat menjadi kontaindikasi pembedahan.
c. Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan.
Perawat sirkulasi juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap
dan dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur
pembedahan, apabila prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat
mengakibatkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan.
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
d. Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien,
mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-
alat lain yang mungkin diperlukan.
e. Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril)
f. Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil,
membawa, dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh
perawat instrumen. Selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons,
instrumen dan jarum.
g. Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada
akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan
mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya.
3. Register Nurse First Assistance (RNFA)
Register Nurse First Assistance (RNFA) atau perawat asisten pertama
teregister adalah perawat ruang operasi yang terdaftar dalam perawat
perioperatif yang memunyai fungsi dan peran diperluas yakni asisten pertama
(praktik utama arah ahli bedah). Bekerja sama dengan ahli bedah, perawat dan
tim lain untuk mencapai kegiatan operasi pasien yang optimal. Kegiatan yang
dilakukan misalnya penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada
daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan pemberian
hemostatis (Association of periOperative Registered Nurses, 2013).
Peran RNFA diakui dalam lingkup praktik keperawatan dengan
tindakan praktek perawat di seluruh 50 negara. Peran sebagai RNFA ini sudah
berlangsung dengan baik di negara-negara amerika utara dan eropa. Perawat
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
teregistrasi adalah pekerjaan terbaik di Amerika Serikat pada tahun 2012,
perawat melaksanakan hampir 90% dari semua layanan perawatan kesehatan,
rata-rata perawat merawat sebanyak 8 pasien per hari. Ada 2,72 juta RN di
Amerika Serikat. Jumlahnya lebih banyak dari tentara Amerika yang hanya
1,45 juta dan karyawan Walmart yang 1,4 juta (Association of periOperative
Registered Nurses, 2013)
4. Perawat Anestesi
Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus
anestesi. Peran utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah
memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi
praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap
manajemen pasien, instrumen dan obat bius membantu dokter anestesi dalm
proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.
Pada pelaksanaannnya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir
seluruh pembiusan umum. Perawat anestesi dapat melakukan tindakan
prainduksi, pembiusan umum, dan sampai pasien sadar penuh diruang
pemulihan (Upik, 2011). Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara
spesifik antara lain :
a. Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan
prainduksi.
b. Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi
c. Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya)
sebelum memulai proses operasi.
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
d. Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat
anestesi, spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum
bertugas sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan
ektubasi.
e. Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim
bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan.
f. Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat
status tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah,
status sirkulasi, dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.
g. Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk
melakukan suatu prosedur (misalnya anestesi local, umum, atau regional)
C. Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang di pengaruhi oleh budaya,
persepsi seseorang, perhatian dan variabel-variabel psikologis lain, yang
mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk
menghentikan rasa tersebut (Judha, 2012).
2. Klasifikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2002), nyeri diklasifikasikan menjadi 2
berdasarkan jenisnya yaitu :
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
a. Nyeri akut
Biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
simpematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan,
nyeri ini biasanya terjadi kurang dari enam bulan biasanya kurang dari 1
bulan.
b. Nyeri kronis
Adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode.
Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama
enam bulan atau lebih.
3. Penilaian Respon Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tenang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individu serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik
ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).
Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala
sabagai berikut :
a. Skala numerik
b. Skala deskriptif
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
c. Skala analog visual
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Mild Moderate Pain Severe Worst
Pain Pain Pain Pain
Gambar 1 Alat pengukur nyeri universal
a. Skala Deskriptif
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri
yang lebih objektif. Skala pendeskriptif verbal (Verbal Descriptor
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini memugkinkan klien
memilih kategori untuk mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2006).
b. Skala Numerik
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi teraputik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasikan patokan 10cm (Perry & Potter, 2006).
c. Skala Analog Visual
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis
lurus atau horisontal sepanjang 10cm, yang mewakili intensitas nyeri
yang terus-menerus dan pendeskripsi verabal pada setiap ujungnya.
Pasien diminta untuk menunjukan titik pada garis yang menunjukan
letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya
menandakan “ tidak ada” atau “tidak nyeri” sedangkan ujung kanan
menandakan “berat” atau “nyeri paling buruk”. Untuk menili hasil,
sebuah penggaris diletakan sepanjang garis dan jarak yang dibuat
pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam
centimeter (Smeltzer, 2002).
D. Nyeri Punggung Bawah
1. Pengertian
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu
dari gangguan muskuloseletal, gangguan psikologis dan akibat mobilisasi
yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu atau tidak
enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP dikasifikasikan ke dalam 2
kelompok, yaitu kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang
dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan lebih.
Yang termasuk dalam faktor resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor
indeks massa tubuh dan aktivitas (Indyan Zama, 2007).
2. Klasifikasi
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
Menurut Black & Jacob (2005), berdasarkan lama perjalanan penyakit
nyeri punggung bawah diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
a. Akut
Nyeri punggung bawah akut sebagai timbulnya episode nyeri punggung
bawah yang menetap dalam waktu kurang dari 6 minggu.
b. Sub akut
Nyeri punggung sub akut yaitu dalam waktu antara 6-12 minggu
c. Kronis
Nyeri punggung bawah kronis yaitu dalam waktu lebih dari 12 minggu
3. Patofisiologi
Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut.
Bagian belakang tersebut terdiri dari lumbal dan tulang belakang pada
umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut diskus intervertebralis
sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik.
Bagian depan berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang
berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan
menurut porosnya. Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nucleus
pulposus.
Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis vertebralis yang
didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah sampai L 2.
Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis menjulurkan
radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi. Di tingkat servikal dan torakal,
berkas serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Namun
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
28
di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah dahulu
sebelum tiba di tingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal
tersebut dikarenakan medula spinalis membujur hanya sampai L2 saja.
Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo
dan insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas
kolumna vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh
otot-otot tersebut. Ujung - ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di
ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia
artikulus posterior (Sidharta, Priguna, 2004).
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
29
E. Kerangka Teori Penelitan
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
University of Caucasian Lost Among Asians-Labor Occupational Safety and
Health (2004), Irwanashari (2010)
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
Faktor
Risiko
Ergonomi Pekerjaan
Pengorganisasian Kerja Yang
Buruk
Pengulangan Berkelanjutan
Gaya Berlebih
Postur Janggal
Individu
Fisiologis : Umur, Gender,
Obesitas, Merokok
Psikologis : Stres, neurologis,
histeria, reaksi konversi
Lingkungan : Pekerjaan,
aktivitas fisik, olahraga
Nyeri
Tulang
Punggung
Bawah
Tekanan Langsung
Berlebih
Pencahayaan Inadekuat
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
30
: Variabel yang diteliti
F. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis
Adalah jawaban sementara dalam suatu penelitian disebut dengan hipotesis
(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
faktor risiko ergonomi dengan low back pain pada perawat ruang operasi RSUD
Prof Dr Margono Soekarjo.
Nyeri
Punggung
Bawah
Pengaturan Kerja Yang
Buruk
Pengulangan
Berkelanjutan
Gaya Berlebih
Postur Janggal
Posisi Tidak Bergerak
Hubungan Faktor Risiko..., Dimas Anggara Ndaru Nirre, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014