bab ii tinjauan pustaka a.1....
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.1. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya
melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali
tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika. Bentuk
penyakit ini yang paling serius disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax, tetapi spesies berkait yang lain seperti (Plasmodium
ovale, Plasmodium malariae, dan kadang-kala Plasmodium knowlesi) turut
mampu menjangkiti manusia. Kumpulan pathogenik manusia spesies
Plasmodium ini dirujuk sebagai parasit malaria (Pinardi Hadijaja, 1994).
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia famili
plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4
macam parasit malaria yaitu:
a. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering
menyebabkan malaria yang berat.
b. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
c. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
5
Parasit Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina inaktif.
Sebagian besar nyamuk Anopheles menggigit pada malam hari, puncak
gigitan nyamuk dari malam sampai fajar. (Pinardi Hadijaja, 1994)
Parasit membiak dalam sel darah merah, menyebabkan simptom
termasuk anemia (kepala rasa ringan, sesak nafas), termasuk juga simptom
umum lain seperti demam, sejuk, mual, koma dan kematian. Penyebaran
Malaria dapat dikurangi dengan menghalang gigitan nyamuk melalui
kelambu nyamuk dan penghalang serangga, atau melalui langkah
pengawalan nyamuk seperti menyembur racun serangga dalam rumah dan
mengeringkan kawasan air bertakung di mana nyamuk bertelur. (Celestinus
Eigya Munthe,2001).
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari
satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua
jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falcifarum dengan
Plasmodium vivax atau Plasmodium malaria. (Widoyono. 2008)
Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari, tergantung spesiesnya.
Plasmodium falciparum melakukan waktu 7-14 hari, Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale 8-14 hari , sedangkan Plasmodium malaria melakukan
waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor
seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak
adekuat.
6
A.2. Siklus Hidup Malaria
Proses masuknya Plasmodium kedalam tubuh yaitu nyamuk muda
mula-mula menelan parasit malaria dari makan manusia yang telah
terkontaminasi dan nyamuk Anopheles yang dijangkiti membawa sporozoid
Plasmodium dalam kelenjar liur mereka. Nyamuk dijangkiti apabila ia
menghisap darah dari manusia yang telah terinfeksi, apabila ditelan
(gametocytes) parasit yang dihisap dalam darah akan berubah menjadi
gamet jantan dan betina dan kemudian bersatu dengan perut nyamuk. Ia
kemudian menghasilkan ookinete yang menembus lapisan perut dan
menghasilkan oocyst pada dinding perut. Apabila oocyst pecah, ia
membebaskan (sporozoite) yang bergerak melalui tubuh nyamuk kepada
kelenjar liur, di mana ia bersedia untuk menjangkiti manusia baru.
Penyebaran ini kadang kala dikenali sebagai pemindahan stesyen anterior.
Sporozoid ditusuk masuk kedalam kulit, bersama-sama air liur, apabila
nyamuk menghisap darah yang berikutnya. (Widoyono. 2008)
7
Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu
manusia ke manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui
transfusi donor yang darahnya mengandung parasit malaria. Malaria yang
klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi
parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria. Seseorang
menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk Anopheles betina yang
sudah terinfeksi parasit malaria.
Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang
mengandung parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia.
Selanjutnya parasit masuk ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2
minggu setelah digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini
manusia tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda atau gejala malaria.
Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah merah dan mulai memakan
hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen. Pecahnya sel darah
merah yang terinfeksi Plasmodium ini dapat menyebabkan timbulnya gejala
demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang pecah,
maka menyebabkan anemia. (Widoyono. 2008)
Apabila seseorang telah terinfeksi Plasmodium gejalanya mulai timbul
dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan
yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil, bersamaan
dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Kadang gejalanya diawali
dengan menggigil yang diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung selama
8
2-3 hari dan sering diduga sebagai gejala flu. Pola penyakitnya pada
keempat jenis malaria ini berbeda. (Riyanto, PN. 2000).
Pada malaria falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu
komplikasi yang disebut malaria serebral. Gejalanya adalah demam
minimal 40 OC, sakit kepala hebat, mengantuk, delirium (mengigau) dan
linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi pada
bayi, wanita hamil dan pelancong yang baru datang dari daerah malaria.
Pada malaria vivax, mengigau bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan
gejala otak lainnya tidak ada. Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah
putih total biasanya normal tetapi jumlah limfosit dan monosit meningkat.
Jika tidak diobati, biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit kuning) serta
pembesaran hati dan limpa. Kadar gula darah bahkan bisa turun lebih rendah
pada penderita yang diobati dengan kuinin. Jika sejumlah kecil parasit
menetap di dalam darah, kadang malaria bersifat menetap.
Gejalanya adalah apati, sakit kepala yang timbul secara periodik,
merasa tidak enak badan, nafsu makan berkurang, lelah disertai serangan
menggigil dan demam. Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan
serangannya berlangsung lebih pendek dari serangan pertama. Blackwater
fever adalah suatu komplikasi malaria yang jarang terjadi. Demam ini
timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel yang pecah
melepaskan pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah. Hemoglobin
ini dibuang melalui air kemih dan merubah warna air kemih menjadi gelap.
Blackwater fever hampir selalu terjadi pada penderita malaria falciparum
9
menahun, terutama yang mendapatkan pengobatan kuinin. (Riyanto, PN.
2000).
Dengan adanya tanda dan gejala yang dikeluhkan serta tampak oleh
tim kesehatan, maka akan segera dilakukan pemeriksaan laboratorium
(khususnya pemeriksaan darah) untuk memastikan penyebabnya dan
diagnosa yang akan diberikan kepada penderita. Pemeriksaan yang sering
dilakukan adalah pemeriksaan dengan menggunakan sediaan darah.
A.3. Pengobatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pengobatan yang biasa diberikan adalah :
1. Klorokuin
Kerja obat ini terhadap skizon darah: sangat efektif terhadap semua
jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan
menyembuhkan secara klinis dan radikal, obat pilihan terhadap
serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang
dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi
resistensi (gagal obat) terhadap Plasmudium falciparum yang resisten
klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi
penderitaan. Gametosit tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi
masih efektif terhadap gamet muda. Efek sampingnya gangguan
gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam
keadaan kosong pandangan kabur, sakit kepala, pusing (vertigo)
gangguan pendengaran (Nuraini Widjajanti,v.1988)
10
2. Primakuin
Kerja obat ini bagi skizon jaringan sangat efektif terhadap
Plasmudium falciparum dan Plasmudium vivax, terhadap Plasmudium
malaria tidak diketahui, skizon darah: aktif terhadap Plasmudium
falciparum dan Plasmudium vivax tetapi memerlukan dosis tinggi
sehingga perlu hati-hati, gametosit sangat efektif terhadap semua
spesies parasit, hipnosoit dapat memberikan kesembuhan radikal pada
Plasmudium vivax dan Plasmudium ovale. Efek sampingnya:
gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut
terutama bila dalam keadaan kosong, Kejang-kejang atau gangguan
kesadaran, gangguan sistem haemopoitik. (Nuraini Widjajanti,v.1988)
3. Kina
Kerja obat ini adalah skizon darah sangat efektif terhadap
penyembuhan secara klinis dan radikal Gametosit: tidak berefek
terhadap semua gamet dewasa Plasmudium falciparum dan terhadap
spesies lain cukup efektif. Efek sampingnya adalah chinchonisme
Syndrom dengan keluhan pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran
telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor dan
penglihatan kabur. (Nuraini Widjajanti,v.1988)
4. Sulfadoksin Pirimetamin (SP), Kerja obat ini adalah skizon darah
sangat efektif terhadap semua Plasmudium falciparum dan kuang
efektif terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara radikal.
Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus
11
dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin) .Gametosit: tidak
efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan
gametosit. Efek sampingnya gangguan gastro-intestinal seperti mual,
muntah pandangan kabur sakit kepala, pusing (vertigo) ,haemolisis,
anemia aplastik. (Nuraini Widjajanti,v.1988)
B. Jenais – jenis Plasmodium
Plasmodium adalah protozoa parasit, yang menyebabkan penyakit
malaria pada manusia. Protozoa ini masuk pada tubuh manusia melalui
nyamuk Anopheles betina. Ada 4 jenis Plasmodium yang menyebabkan
penyakit malaria, yaitu :
a. Plasmodium falciparum, yang menyebabkan malaria tropika.
Plasmodium falciparum berbeda dengan plasmodium lain pada
manusia, hanya ditemukan bentuk-bentuk cincin dan gametosit dalam
darah tepi, kecuali pada infeksi berat, ada bentuk yang khas pada
cincin halus, seringkali dengan titik kromatin rangkap walaupun tidak
ada gametosit. Bentuk skizon lonjong atau bulat jarang sekali
ditemukan dalam darah tepi. Skizon ini menyerupai skizon
Plasmodium vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Gametosit
yang muda mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjang dinding
sel darah merah, setelah mencapai perkembangan akhir parasit ini
menjadi bentuk pisang yang khas, yang disebut dengan bentuk sabit.
(pribadi wita,Saleha sungkar,1994)
12
b. Plasmodium vivax, yang menyebabkan malaria tersiana.
Eritrosit yang dihinggapi plasmodium vivax membesar dan
menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin. Tropozoit muda
tampak seperti cincin dengan inti satu sisi, bila tropozoit tumbuh
maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan
menunjukkan gerakan ameboid yang jelas. Gametosit berbentuk
lonjong, hampir mengisi seluruh eritrosit. Mikrogametosit
mempunyai inti besar yang berwarna merah muda pucat dan
sitoplasma berwarna biru pucat. Makrogametosit mempunyai
sitoplasma yang berwarna lebih biru dengan inti yang padat
berwarna merah dan letaknya dibagian pinggir parasit. (pribadi wita,
Saleha sungkar,1994)
c. Plasmodium malaria, yang menyebabkan malaria quartana
Plasmodium malaria mempunyai ukuran lebih kecil dan
memerlukan sedikit hemoglobin dibanding dengan plasmodium
vivax. Bentuk cincin mirip dengan plasmodium vivax hanya
sitoplasmanya lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan
lebih padat. Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir
pigmen yang kasar dan berwarna tengguli tua atau hitam, Parasit ini
berbentuk seperti pita yang melintang pada sel darah merah dan
pigman kasar menggumpul dipinggir parasit. ( pribadi wita, Saleha
sungkar,1994)
13
d. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale
Semua stadium dari parasit ini dapat ditemukan di darah tepi.
Bentuk eritrosit menjadi lonjong atau oval dan agak pucat. Bentuk
tropozoit tua tidak amoeboid vokuolanya tidak jelas dan pigmen
malarianya kasar. Pada skizon matang hampir mengisi seluruh
eritrosit dan mempunyai pigmen yang padat. (sandjaja,2007).
Morfologi dari parasit malaria dengan membuat sediaan darah
tipis dan tetes darah tebal pada waktu siklus schizogoni. Marfologi
ini perlu diperhatikan pada eritrosit yang terinfeksi dan bentuk setiap
stadium dari parasitnya sendiri.
Bentuk dan ukuran eritrosit yang terinfeksi oleh plasmodium
falciparum dan tidak mengalami perubahan, sedangkan eritrosit
yang terinfeksi oleh plasmudiun vivax akan mengalami pembesaran,
bahkan eritrosit yang diinfeksi oleh plasmodium ovale selain
membesar juga mengalami distrosi berupa pemanjangan hingga
pembentukan ovale. (sandjaja,2007)
C. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan mikroskopis
a. Cara pembuatan sediaan darah tebal (untuk microfilaria)
1-2 tetes darah segar yang diambil dari tusukan jari diteteskan
pada slide yang bersih, tetesan darah dilebarkan sambil menggerakkan
kaca secara berputar, sampai menjadi sediaan darah dengan diameter 2
cm, tanpa terjadi pembentukan fibrin. Kemudian kering udara dan
14
bebas dari debu. Sediaan darah tebal tidak boleh dipanaskan karena
akan menfiksasi sel darah merah. Sebelum dipulas sediaan darah tebal
harus dihemolisis terlebih dahulu dengan aquades sampai hemoglobin
hilang, kemudian langsung dipulas. (Hadidjaja, 1994)
b. Cara pembuatan sediaan darah apus
Jari tangan yang akan ditusuk dengan lanset dibersihkan
terlebih dahulu dengan kapas alcohol 70%. Darah yang keluar dari
luka tusukan diteteskan pada ujung kaca yang sudah bersih dan bebas
lemak (kaca benda I).
Pada tepi tetesan darah tersebut diletakkan tepi kaca benda
lainnya (kaca benda II) dengan membentuk sudut 30-40oC, sehingga
darah akan menyebar disepanjang tepi kaca benda II. Bila darah telah
menyebar rata, maka kaca benda II didorong sepanjang kaca benda I,
sehingga terbentuk apusan darah tipis dan rata dengan ujungnya
berbentuk lidah. Apusan darah dikeringkan, kemudian difiksasi
dengan metilalkohol 100% selama 1 menit.
c. Cara pembuatan sediaan darah kombinasi apus dan tebal
Untuk surfai di lapangan, ternyata lebih praktis bila dibuat
sediaan darah apus dan tebal pada satu kaca benda. Yang perlu
diperhatikan dalam sediaan kombonasi ini adalah
a. Sediaan darah tebal harus sudah kering sebelum dipulas
b. Hanya bagian sediaan darah apus yang difiksasi dengan
metilalkohol 100% sebelum dipulas.
15
Cara memulas sediaan darah dengan pulasan giemsa
Sediaan darah apus yang sudah difiksasi kemudian ditetesi
larutan giemsa yang sudah dilarutkan dengan larutan buffer pH 7,2
sampai larutan menutupi seluruh permukaan sediaan darah. Lama
pemulasan adalah 25-30 menit. Kemudian darah dicuci dengan air
keran yang mengalir sehingga larutan giemsa turut mengalir dengan
air. Dengan demikian tidak ada sisa zat warna yang mengendap pada
sediaan darah. Cara mencuci sediaan darah ini penting demi
memperoleh sediaan darah yang bersih tanpa ada kotoran dan endapan
giemsa yang menganggu pemeriksaan. (Hadidjaja, 1994)
d. Teknik mikroskopis lain
Berbagai jenis upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
sensitivitas teknik mikroskopis yang konvensional, diantaranya
Teknik QBC (Quantitavie Buffy Coat) dengan pulasan jingga akridin
(acridine orange) yang berfluoresensi dengan pemeriksaan mikroskop
fluoresen merupakan salah satu hasil usaha ini, tetapi masih belum
dapat digunakan secara luas seperti pemeriksaan sediaan darah tebal
dengan pulasan Giemsa menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Teknik Kawamoto, merupakan modifikasi teknik pulasan jingga
akridin yang memulas sediaan darah bukan dengan giemsa tetapi
dengan akridin dan diperiksa dengan mikroskop cahaya yang diberi
lampu halogen.
16
2. Metode lain tanpa mikroskop.
Beberapa metode untuk mendeteksi parasit malaria tanpa
mengguankan mikroskop telah dikembangkan dengan maksud untuk
mndeteksi parasit lebih baik daripada dengan mikroskop cahaya. Metode
ini mendeteksi protein atau asam nukleat yang berasal dari parasit. Teknik
dip-stick: mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya histidine
II yang spesifik parasit (immuno enzymatic detection of the parasite
spesific histidine rich protein II). Tes spesifik untuk plasmodium
falciparum telah dicoba pada beberapa negara, antara lain di Indonesia.
Tes ini sederhana dan cepat karena dapat dilakukan dalam waktu 10 menit
dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, tes ini dapat dilakukan oleh
petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikit latihan. Alatnya
sederhana, kecil dan tidak memerlukan aliran listrik. (Sandjaja, 2007)
Tes diagnostik cepat (RDT, Rapid diagnostic test)
Seringkali pada KLB, diperlukan tes yang cepat untuk
menanggulangi malaria dilapangan dengan cepat. Metode ini mendeteksi
adanya antigen malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi,
dibandingkan uji mikroskopis, test ini mempunyai kelebihan yaitu hasil
pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal
spesifisitas dan sensitifitasnya (Riyanto, PN. 2000).