bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan konsep kebutuhan dasar...

26
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep kebutuhan dasar manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (dalam Mubarak, 2015), manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu: a. Terhambat dalam melakukan aktivitas b. Belum mampu melakukan aktivitas, dan c. Tidak dapat melakukan aktivitas Virginia Henderson (dalam Mubarak, 2015) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut: a. Bernafas secara normal b. Makan dan minum yang cukup c. Eliminasi (buang air besar dan kecil) d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan e. Tidur dan istirahat f. Memilih pakaian yang tepat g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (dalam

Mubarak, 2015), manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari

proses tumbuh kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung

pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang

disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh,

lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori

yaitu:

a. Terhambat dalam melakukan aktivitas

b. Belum mampu melakukan aktivitas, dan

c. Tidak dapat melakukan aktivitas

Virginia Henderson (dalam Mubarak, 2015) membagi kebutuhan dasar

manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut:

a. Bernafas secara normal

b. Makan dan minum yang cukup

c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)

d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan

e. Tidur dan istirahat

f. Memilih pakaian yang tepat

g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan

menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan

h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan

i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan

orang lain

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

7

j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,

kebutuhan, kekhawatiran, dan opini

k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan

l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan

hidup

m. Bermain atau berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah

pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas

kesehatan yang tersedia.

2. Konsep dasar suhu tubuh

a. Pengertian suhu tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan

tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme

kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam)

tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem.

Namun, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah

panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu

normal pada manusia berkisar dari 36,5 sampai 37,5oC. Pada rentang

ini, jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal.

Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran (oral,

rektal, aksila, membran timpani, arteri temporalis, esofagus, arteri

pulmonal atau kandung kemih). Suhu normal bayi baru lahir berkisar

36,5 – 37,5oC (suhu pada aksila). Pengukuran suhu tubuh bertujuan

memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang

mewakili suhu ini merupakan indikator yang lebih terpercaya

dibandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan (Potter Perry,

2010).

b. Faktor yang memengaruhi produksi panas

1) Metabilosme basal berperan terhadap panas yang dihasilkan oleh

tubuh saat beristirahat total. Laju metabolik basal atau basal

metabolic (BMR) biasanya bergantung pada area permukaan tubuh.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

8

BMR juga dipengaruhi oleh hormon tiroid. Dengan merangsang

penguraian glukosa dan lemak, hormon tiroid meningkatkan reaksi

kimia dalam sel tubuh. Ketiadaan hormon tiroid akan menurunkan

BMR menjadi setengahnya, sehingga terjadi pengurangan produksi

panas. Hormon seks testosteron meningkatkan BMR sehingga pria

memiliki BMR yang lebih tinggi dari pada wanita.

2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan

energi tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas,

terkadang meningkatkan produksi panas hingga 50 kali lipat.

3) Memenggigil adalah respon tubuh involunter terhadap perbedaan

suhu dalam tubuh. Gerakan otot lurik saat menggigil membutuhkan

energi yang cukup besar. Mengigil menghasilkan produksi panas 4

sampai 5 kali lipat dari normal. Panas ini akan membantu

menyeimbangkan suhu tubuh sehingga menggigil akan berhenti.

Pada pasien yang rentan, menggigil akan menghabisakan energi

sehingga terjadi perburukan fisiologis lebih lanjut.

4) Termogenesis tanpa menggigil terjadi pada neonatus. Neonatus

tidak dapat menggigil sehingga jaringan coklat vaskular yang ada

saat lahir dimetabolisme untuk produksi panas. Jaringan tersebut

sangat terbatas jumlahnya.

c. Faktor yang memengaruhi kehilangan panas

Kehilangan dan produksi panas terjadi secara bersamaan. Struktur

kulit dan pajanan terhadap lingkungan mengakibatkan kehilangan

panas normal yang konstan melalui :

1) Radiasi

Transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek

lainnya tanpa kontak lansung diantara keduanya. Panas pada 85 %

area luas permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan.

Vasokontriksi perifer meningkatkan aliran darah dari organ dalam

ke kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Vasokontriksi

perifer meminimalisasi kehilangan panas. Radiasi akan meningkat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

9

saat perbedaan suhu antara dua objek semakin besar. Sebaliknya jika

lingkungan lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan menyerap

panas melalui radiasi. Contohnya : melepaskan pakaian dan selimut.

2) Konduksi

Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua

objek. Benda padat, cair, dan gas mengkonduksi panas melalui

kontak. Saat kulit yang hangat menyentuh objek yang lebih dingin,

panas akan hilang. Konduksi hanya berperan untuk sejumlah kecil

kehilangan panas. Contohnya : memberikan kompres es dan

memandikan pasien dengan kain dingin.

3) Konveksi

Transfer panas melalui melalui gerakan udara. Contohnya :

kipas angin. Kehilangan panas konvektif meningkat jika kulit yang

lembab terpapar dengan udara yang bergerak.

4) Evaporasi

Transfer energi panas saat cairan berubah menjadi gas. Tubuh

kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –

900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru – paru sehingga

terjadi kehilangan air dan panas. Tubuh menambah evaporasi

melalui perspirasi (berkeringat). Saat suhu tubuh meningkat,

hipotalamus anterior memberikan sinyal kepada kelenjar keringat

untuk melepaskan keringat melalui saluran kecil pada permukaan

kulit. Keringat akan mengalami evaporasi, sehingga terjadi

kehilangan panas.

5) Diaforesis

Perspirasi yang tampak dan umumnya terjadi pada dahi dan

dada bagian atas. Evaporasi yang berlebihan akan menyebabkan

sisik pada kulit dan rasa gatal serta pengeringan nares dan faring.

Suhu tubuh yang menurun akan menghambat sekresi kelenjar

keringat. Kelainan kongenital berupa ketiadaan kelenjar keringat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

10

dapat menyebabkan seseorang tidak dapat bertahan pada suhu

hangat karena tidak mampu mendinginkan tubuhnya.

d. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

1) Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme

pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh

yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan

pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan.

Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh melalui

kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala untuk

mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi baru lahir antara 35,5

– 37,5°C.

Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu

normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa

tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan

dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup

umum ditemukan pada dewasa tua. Namun rata – rata suhu tubuh

dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu

yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama

pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk,

berkurangnya aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme yang

menurun.

2) Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta

peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk

olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan

produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga

berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu

tubuh sampai 41 °C.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

11

3) Kadar hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih

besar. Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus

menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus

menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah

suhu dasar yaitu sekitar 1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi

ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat

dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau ke suhu yang lebih

tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur

seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat

menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang

intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode

ini terjadi peningkatan disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan

ketidakstabilan pengaturan vasomotor.

4) Irama sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama

periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4

pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai

maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi

hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang

bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai

3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama

suhu sirkardian tidak berubah seiring usia.

5) Stress

Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh

melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini

meningkatkan metebolisme, yang akan meningkatkan produksi

panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih

tinggi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

12

6) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme

kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti suhu

lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak –

anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang

kurang efisien.

e. Perubahan suhu tubuh

Perubahan pengaturan homeostatik suhu normal oleh hipotalamus

dapat disebabkan oleh infeksi, vaksin, agen biologis (faktor perangsang

koloni granulosit-makrofag, interferon, interleukin), jejas jaringan

(infark, emboli pulmonal, trauma suntikan intramuskular, luka bakar),

keganasan (leukimia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis), obat-

obatan (demam obat, kokain, amfoterisin B), gangguan imunologik-

reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid), penyakit

radang (penyakit radang usus), penyakit granulomatosis (sarkoidosis),

gangguan endokrin (tiroktosikosis, feokromositoma), gangguan

metabolik (gout, uremia, penyakit febris, hiperlipidema tipe I), dan

wujud-wujud yang belum diketahui atau kurang dimengerti (demam

mediteranian familial). Demam palsu (diimbas-sendiri) mungkin

diakibatkan oleh manipulasi termometer secara sengaja atau

penyuntikan bahan pirogen.

Tanpa memandang etiologinya, jalur akhir penyebab demam yang

paling sering adalah produksi pirogen endogen, yang kemudian secara

langsung mengubah titik-ambang suhu hipotalamus, menghasilkan

pembentukkan panas dan konservasi panas (Gambar 2.1). Urut – urutan

pembentukan sitokin dalam responsnya terhadap pirogen eksogen, dan

selanjutnya terjadi produksi prostaglandin E2 (PGE2) hipotalamus,

mungkin memerlukan waktu 60-90 menit. Demam merupakan salah

satu manifestasi respons radang yang dihasilkan oleh mekanisme

pertahanan hospes yang ditengahi sitokin (Behrman, dkk, 2000).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

13

Gambar 2.1 Perubahan Suhu

Sumber : Behrman, dkk, 2000

1) Demam

Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan

panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga

terjadi peningkatan suhu tubuh. Demam tidak berbahaya jika

dibawah 39oC, dan pengukuran tunggal tidak menggabarkan demam

selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga didasarkan pada

pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan

dibandingkan dengan nilai normal individu.

Demam adalah mekanisme pertahanan yang penting.

Peningkatan suhu ringan sampai 39oC menambah sistem imunitas

tubuh. Saat episode febris, produksi sel darah putih dirangsang.

Peningkatan suhu akan menurunkan konsentrasi besi dalam plasma

darah sehingga menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

14

melawan infeksi virus dengan menstimulasi interveron, yaitu

subtansi antivirus alamial pada tubuh.

Demam dan polanya dapat membantu diagnosis. Pola demam

tergantung pada pirogen penyebab. Peningkatan atau penurunan

aktivitas pirogen mengakibatkan peningkatan (spike) dan penurunan

demam pada waktu yang berbeda. Durasi dan tingkat demam

bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan respon individu.

2) Kelelahan akibat panas

Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak

mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan,

disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala

kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan akibat

panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan pasien ke lingkungan

yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan

elektrolit.

3) Hipertermia

Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi

produksi panas tersebut disebut hipertermia. Hipertemi terjadi

karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan

suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat

mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermia malignan merupakan

kondisi herediter dimana terjadi produksi panas yang tidak

terkontrol, biasanya terjadi saat individu tersebut mendapat obat

anestesi tertentu

4) Heatstroke

Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama

terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani

mekanisme kehilangan panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan

heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang

tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

15

penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme.

Resiko ini juga terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-

obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang

panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan

antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau

bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani).

Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, delirium, haus

yang sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan

inkontinensia. Suhu tubuh dapat mencapai 45oC dan terdapat

peningkatan frekuensi denyut jantung dan penurunan tekanan darah.

Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas dan kering.

Korban heatstoke tidak berkeringat karena terjadi kehilangan

elektrolit yang berat dan malfungsi hipotalamus. Jika berlanjut,

pasien heatstroke dapat kehilangan kesadaran dengan pupil yang

non reaktif. Kerusakan neurologis permanen dapat terjadi kecuali

tindakan pendinginan segera dilakukan.

5) Hipotermia

Panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan

dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas,

sehingga terjadi hipotermia. Hipotermia dikelompokkan oleh

pengukuran suhu inti. Hipotermiaa yang disengaja dapat dilihat

selama prosedur operasi untuk menurunkan kebutuhan metabolisme

dan oksigen.

f. Macam – macam termometer

Terdapat tiga jenis termometer suhu badan, yaitu termometer

elektronik, termometer sekali pakai dan termometer air raksa.

1) Termometer elektronik

Termometer elektronik memiliki unit penyaji yang disuplai oleh

baterai, kabel kawat tipis dan probe yang ditutup oleh pembungkus

sekali pakai. Probe yang terpisah bagi penggunaan oral dan rektal

sudah dapat ditemukan. Probe oral juga dapat digunakan untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

16

mengukur suhu aksila. Terdapat dua modus operasi pada

termometer elektronik, yaitu suhu prediktif 4 detik dan suhu standar

3 menit. Pada tatanan klinik, sebagian besar perawat menggunakan

modus pertama. Sinyal suara dan pembacaan tampak pada unit

penyaji saat pembacaan suhu puncak telah diukur.

Kelebihan termometer elektronik adalah kecepatan dan

kemudahan penyajian hasilnya. Pembungkusnya terbuat dari plastik

yang tidak dapat robek sehingga dapat digunakan untuk anak-anak.

Kerugian alat ini adalah harganya yang mahal. Kebersihan probe

harus dijaga. Jika tidak dibersihkan dengan baik kontaminasi

fastrointestinal dari probe rektal dapat menyebabkan transmisi

penyakit bersihkan dan lap termometer dengan alkohol setiap hari,

dan lap probe termometer dengan lembaran kapas alkohol setelah

memeriksa satu pasien.

2) Termometer chemical dot

Termometer chemical dot sekali pakai atau pakai ulang adalah

lembaran plastik tipis dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya.

Sensor ini memiliki titik – titik yang ditanam secara kimiawi dan

dapat berubah warna pada suhu yang berbeda. Pada versi Celcius

terdapat 50 titik, tiap titik menandakan perubahan suhu sebesar

0,1oC dalam kisaran 35,5 sampai 40,4oC. Titik-titik pada termometer

berubah warna untuk menggambarkan perubahan suhu, biasanya

dalam 60 detik. Sebagian besar merupakan alat sekali pakai.

3) Termometer kaca

Temperatur air raksa berbentuk tube kaca tertutup pada salah

satu ujungnya, dan bulatan yang berisi air raksa pada ujung lainnya.

Pajanan bulatan terhadap panas menyebabkan air raksa

mengembang dan naik di dalam tube tersebut. Pengukuran suhu

dengan termometer ini membutuhkan persiapan khusus. Selain

dibutuhkan posisi sesuai lokasi pengukuran pengguna juga harus

mempertahankan posisi tersebut untuk jangka waktu tertentu agar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

17

pengukurannya akurat. Selain masalah waktu, termometer air raksa

juga mudah pecah sehingga terjadi pengeluaran air raksa. Jika ini

terjadi ambil tindakan segera. Walaupun penyediaan pelayanan

kesehatan jarang menggunakan termometer ini, tetapi beberapa

pasien memilikinya di rumah. Sangat penting untuk mengedukasi

pasien dan keluarganya tentang cara penggunaan termometer air

raksa dan tindakan yang harus diambil jika termometer tersebut

pecah .

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

Tahap – tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien (Budiono, 2015).

Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam

pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata pasien.

Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi

tentang status kesehatan pasien. Status kesehatan pasien yang normal

maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini

dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan pasien, baik

yang efektif optimal maupun yang bermasalah.

Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :

a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk

mengajak pasien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup

ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian

yang tinggi.

b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan pasien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

18

c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau

teknik PE (Physical Examination) yang terdiri atas :

1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses

observasi yang dilaksanakan secara sistematik.

2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan

menggunakan indra peraba.

3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk,

dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah

permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.

4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan

mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan

stetoskop.

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi

dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan

atau mencegah masalah kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya

(Carpenito dalam Tarwoto, 2010).

Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa

keperawatan merupakan penilaian klinis tenteng respons individu, keluarga,

ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab.

Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Memberikan bahasa yang umum bagi perawat sehingga dapat terbentuk

jalinan informasi dalam persamaan persepsi.

b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan

intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan

evaluasi.

c. Menciptakan standar paratik keperawatan.

d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

19

Berdasarkan patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul

maka dignosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan

kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal adalah :

a. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

Penyebab :

1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus

2. Fluktuasi suhu lingkungan

3. Proses penyakit

4. Proses penuaan

5. Dehidrasi

6. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan

7. Peningkatan kebutuhan oksigen

8. Perubahan laju metabolisme

9. Suhu lingkungan ekstrem

10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan

11. Berat badan ekstrem

12. Efek agen farmakologis

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Termoregulasi Tidak Efektif

Tanda Mayor Tanda Minor

Subjektif Objektif Subjektif Objektif

(tidak tersedia)

1. Kulit dingin

2. Menggigil

3. Suhu tubuh

fluktuatif (tidak tersedia)

1. Piloereksi

2. Pengisian

kapiler > 3

detik

3. Tekanan

darah

meningkat

4. Pucat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

20

5. Frekuensi

napas

meningkat

6. Takikardi

7. Kejang

8. Kulit

kemerahan

9. Dasar kuku

sianotik

Sumber : SDKI, 2017

b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

Penyebab :

1) Dehidrasi

2) Terpapar lingkungan panas

3) Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)

4) Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Respon trauma

7) Aktivitas berlebihan

8) Penggunaan inkubator

Tabel 2.2 Gejala dan Tanda Hipertermia

Tanda Mayor Tanda Minor

Subjektif Objektif Subjektif Objektif

(tidak tersedia)

1. Suhu tubuh

diatas nilai

normal (tidak tersedia)

1. Kulit merah

2. Kejang

3. Takikardi

4. Takipneu

5. Kulit terasa

hangat

Sumber : SDKI, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

21

3. Perencanaan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh

mana seorang tenaga kesehatan mampu menetapakan cara menyelesaikan

masalah dengan efektif dan efisien.

Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan :

a. Menentukan prioritas masalah.

b. Menentukan tujuan.

c. Menentukan kriteria hasil.

d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

22

Tabel 2.3 Rencana Tindakan Keperawatan Menurut Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung

Termogulasi tidak efektif b.d proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan termogulasi tidak efektif dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

a. Keseimbangan antara produksi panas,

panas yang diterima, dan kehilangan panas

b. Seimbang antara produksi panas, panas

yang diterima, dan kehilangan panas

selama 28 hari pertama kehidupan

c. Temperatur stabil

d. Tidak ada kejang

Regulasi Temperatur

Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas

normal

Tindakan :

Observasi

1. Monitor suhu anak sampai stabil (36,5-

37,5oC)

2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam

3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan

dan nadi

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor dan catat tanda Hipotermia dan

Hipertermia

Terapeutik

1. Pasang alat pemantau suhu kontinu jika perlu

2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat.

3. Gunakan matras penghangat, selimut hangat

dan penghangat ruangan untuk menaiikan

suhu tubuh jika perlu.

4. Gunakan kasur pendingin, water circulating

blankets, icpack atau gel pad dan

intravaskuler cooling catheterzation untuk

menurunkan suhu tubuh

5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan

pasien.

Edukasi

1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan

head stroke.

1. Edukasi aktivitas / istirahat

2. Edukasi berat badan efektif

3. Edukasi dehidrasi

4. Edukasi pengukuran suhu tubuh

5. Edukasi terapi cairan

6. Edukasi termoregulasi

7. Kompres dingin

8. Kompres panas

9. Manajemen cairan

10. Manajemen demam

11. Manajemen Hipertermia

12. Manajemen Hipotermia

13. Manajemen lingkungan

14. Pemantauan cairan

15. Pemantauan tanda vital

16. Pencegahan Hipertermia maligna

17. Perawatan bayi

18. Promosi teknik kulit ke kulit

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

23

2. Jelaskan cara pencegahan Hipotermia karena

terpapar udara dingin

3. Demonstrasikan teknik perawatan metode

kanguru (PMK) untuk bayi BBLR

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian anti peuretik jika perlu

Hipertermiaa berhubungan dengan proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan Hipertermia dapat teratasi dengan

kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Nadi dan RR dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak

ada pusing

Manajemen Hipertermiaa

Definisi : mengidentifikasi dan mengelola

peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi

termoregulasi

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi penyebab Hipertermiaa (mis.

Dehidrasi, terpapar lingkungan, panas,

penggunaan inkubator)

2. Monitor suhu tubuh

3. Monitor kadar elektrolit

4. Monitor keluaran urin

5. Monitor komplikasi akibat Hipertermiaa

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang dingin

2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4. Berikan cairan oral

5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering

mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)

6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut

Hipotermiaa atau kompres dingin pada dahi,

leher, dada, abdomen, aksila).

7. Hindari pemberian antipeuretik atau aspirin

8. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

1. Edukasi analgesia terkontrol

2. Edukasi dehidrasi

3. Edukasi pengukuran suhu tubuh

4. Edukasi program pengobatan

5. Edukasi terapi cairan

6. Edukasi termoregulasi

7. Kompres dingin

8. Manajemen cairan

9. Manajemen kejang

10. Pemantauan cairan

11. Pemberian obat

12. Pemberian obat intravena

13. Pemberian obat oral

14. Pencegahan Hipertermia keganasan

15. Perawatan sirculasi

16. Promosi teknik kulit ke kulit

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

24

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

intravena, jika perlu.

Regulasi Temperatur

Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam

rentang normal

Tindakan :

Observasi

1. Monitor suhu anak sampai stabil (36,5-

37,5oC)

2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam

3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan

dan nadi

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor dan catat tanda Hipotermia dan

Hipertermia

Terapeutik

1. Pasang alat pemantau suhu kontinu jika perlu

2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat.

3. Gunakan matras penghangat, selimut hangat

dan penghangat ruangan untuk menaiikan

suhu tubuh jika perlu.

4. Gunakan kasur pendingin, water circulating

blankets, icpack atau gel pad dan

intravaskuler cooling catheterzation untuk

menurunkan suhu tubuh

5. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan

pasien.

Edukasi

1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan

head stroke.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

25

2. Jelaskan cara pencegahan Hipotermia karena

terpapar udara dingin

3. Demonstrasikan teknik perawatan metode

kanguru (PMK) untuk bayi BBLR

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian anti peuretik jika perlu

Sumber : SIKI, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

26

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi.

Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan

petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi

adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter

dan petugas kesehatan lain.

Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada aktivitas

berikut ini:

a. Kesinambungan pengumpulan data.

b. Penentuan prioritas.

c. Bentuk intervensi keperawatan.

d. Dokumentasi asuhan keperawatan.

e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.

f. Mempertahankan rencana pengobatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

perawat buat pada tahap perencanaan.

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat

dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan.

Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Daftar tujuan-tujuan pasien.

b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

c. Bangdingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

27

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi Demam

Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:

a. Demam septik yaitu suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi

sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada

pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila

demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan

juga demam hektik.

b. Demam remiten yaitu suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak

pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin

tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu

yang dicatat demam septik.

c. Demam intermiten yaitu suhu badan turun ketingkat yang normal

selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi

dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas

demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu yaitu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih

dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali

disebut hiperpireksia.

e. Demam siklik yaitu terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari

yang diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit

tertentu misalnya tipe demam intermiten malaria. Seorang pasien dengan

keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab

yang jelas seperti: abses, pneunomia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi

kadang sama sekali tidak dapat dihibungkan segera dengan suatu sebab yang

jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja

dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limting seperti

influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti

kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

28

2. Etiologi

a. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan

toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada

gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,

koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketetapan diagnosis penyebab

demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit

pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit

dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara

tepat dan holistik.

b. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul

demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang

menyertai demam.

c. Demam belum terdiagnosis adalah suatu keadaan dimana seorang

pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu

badan diatas 38,3oCdan tetap belum didapat penyebabnya walaupun

telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan

sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

3. Patofisiologi

Exogenous dan virogens (seperti: bakteri, virus, kompleks antigen –

antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti: makrofag, sel PMN)

yang memproduksi endogenous pyrogen. Interleukin 1 sebagai prototypical

ER Eps menyebabkan endotelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin

dan neurotransmiter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di

hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set point”.

Mekanisme tubuh secara fisiologis mengalami (vasokonstriksi perifer,

menggigil) dan perilaku ingin berpakaian yang tebal atau ingin diselimuti

dan minum air hangat. Demam sering kali dikaitkan dengan adanya

gangguan pada :set point: hipotalamus oleh infeksi, alergi, endotoxin atau

tumor.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

29

Gambar 2.2 Pathway Demam

Sumber: Suriadi, 2006

4. Manifestasi klinis

a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 – 40oC)

b. Kulit kemerahan

c. Hangat pada sentuhan

d. Peningkatan frekuensi pernapasan

e. Menggigil

f. Dehidrasi

g. Kehilangan nafsu makan

h. Gelisah

i. Nadi dan pernapasan cepat

5. Pemeriksaan penunjang

a. Uji coba darah

Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau

hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

30

Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya

memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII.

Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (sgpt), ureum, dan pH

darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.

b. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus

rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria

ringan.

c. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga

dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau

limfangiografi.

d. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.

6. Komplikasi

a. Kejang

b. Risiko persisten bakteremia

c. Risiko meningitis

d. Risiko ke arah keseriusan penyakit

7. Penatalaksanaan

Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat-

obatan maupun kombinasi keduanya.

a. Secara fisik

1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal

2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal

3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air

meningkat

4) Memberikan kompres

b. Obat-obatan

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam

menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik

terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam

susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar …repository.poltekkes-tjk.ac.id/382/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 28. · memandikan pasien dengan kain dingin. 3) Konveksi

31

pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui

pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat

enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-

aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang

disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15

mg/kgBB/4 jam dan diberikan maksimal 5 kali sehari dengan dosis

maksimal 90 mg/kgBB/hari. Metamizole (antalgin) bekerja menekan

pembentukkan prostaglandin dan mempunyai efek antipiretik,

analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik 10mg/kgBB/6-8 jam dan

tidak dianjurkan untuk anak yang kurang dari 6 bulan. Metamizole

(antalgin) diberikan secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam

mefenamat suatu obat golongan fenamat, khasiat analgetiknya lebih

kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20

mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak

boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.