bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/bab 2.pdfdari pengertian di atas...

65
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Pustaka Objek Desain Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal Giwangan adalah sebuah terminal angkutan umum yang terletak di kota Yogyakarta. Terminal ini terletak di Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta, tepatnya di Jalan Imogiri Timur Km 6, di dekat perbatasan antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul. Terminal Giwangan dibangun untuk menggantikan Terminal Umbulharjo. Terminal Giwangan merupakan terminal tipe A terbesar di Yogyakarta yang merupakan tempat singgah bus dari seluruh kota besar di Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Terminal ini diresmikan pada tanggal September 2004, rata-rata jumlah penumpang yang dilayani sarana itu berkisar 20.000 per hari sedangkan jumlah bus yang melaluinya, berdatangan maupun bertujuan ke provinsi lain, mencapai 850 buah. Bangunan terminal terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis angkutan. Misalnya untuk angkutan AKAP diletakkan di ujung timur terminal dan AKDP di bagian tengah. Kemudian lantai kedua untuk aktivitas para pengguna jasa transportasi dan termasuk di dalam lantai dua, terdapat ruang tunggu dan berbagai fasilitas penunjang lain. 2. Tinjauan Pustaka Teori Khusus a. Aksesibilitas a) Pengertian Aksesibilitas Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Upload: dinhminh

Post on 01-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Pustaka Objek Desain

Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan

menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar

moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan

kendaraan umum.

Terminal Giwangan adalah sebuah terminal angkutan umum yang

terletak di kota Yogyakarta. Terminal ini terletak di Kelurahan Giwangan,

Umbulharjo, Yogyakarta, tepatnya di Jalan Imogiri Timur Km 6, di dekat

perbatasan antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul. Terminal

Giwangan dibangun untuk menggantikan Terminal Umbulharjo. Terminal

Giwangan merupakan terminal tipe A terbesar di Yogyakarta yang

merupakan tempat singgah bus dari seluruh kota besar di Sumatra, Jawa,

Bali dan Nusa Tenggara. Terminal ini diresmikan pada tanggal September

2004, rata-rata jumlah penumpang yang dilayani sarana itu berkisar 20.000

per hari sedangkan jumlah bus yang melaluinya, berdatangan maupun

bertujuan ke provinsi lain, mencapai 850 buah.

Bangunan terminal terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan

untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis angkutan.

Misalnya untuk angkutan AKAP diletakkan di ujung timur terminal dan

AKDP di bagian tengah. Kemudian lantai kedua untuk aktivitas para

pengguna jasa transportasi dan termasuk di dalam lantai dua, terdapat ruang

tunggu dan berbagai fasilitas penunjang lain.

2. Tinjauan Pustaka Teori Khusus

a. Aksesibilitas

a) Pengertian Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap

suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

6

diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas

umum lainnya. Aksesibilitas juga difokuskan pada kemudahan bagi

penderita cacat untuk menggunakan fasilitas seperti pengguna kursi roda

harus bisa berjalan dengan mudah di trotoar ataupun naik keatas

angkutan umum.

Penyandang disabilitas baik yang menggunakan kursi roda ataupun

yang buta harus bisa menggunakan semua fasilitas umum, seperti tulisan

braille untuk menjelaskan fasilitas umum seperti di lift, stasiun, trotoar

bagi pejalan kaki yang buta dengan menggunakan ubin dengan bentuk

tertentu yang dapat dirasakan bila diinjak. demikian pula bagi pengguna

kursi roda yang harus bisa berjalan di trotoar, naik dan turun ke angkutan

umum dan memasuki kantor-kantor pelayanan umum tanpa banyak

dibantu.

b) Jenis Aksesibilitas

Aksesibilitas untuk penyandang cacat terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu:

i. Aksesibilitas Fisik, yang terdiri atas:

(a) Aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan

(b) Aksesibilitas pada sarana transportasi

ii. Aksesibilitas Non Fisik, yang terdiri atas:

(a) Aksesibilitas di bidang perundang-undangan

(b) Aksesibilitas dibidang ketenagakerjaan

(c) Aksesibilitas dibidang informasi, komunikasi dan teknologi

(d) Aksesibilitas dibidang pendidikan

(e) Aksesibilitas dibidang kehidupan sehari-hari.

c) Tujuan Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang

disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan. Aksesibel adalah kondisi suatu tapak,

bangunan, fasilitas, atau bagian darinya yang memenuhi persyaratan

teknis aksesibilitas. Dari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan

pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan untuk

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

7

penyandang difabel dalam melakukan setiap aktifitas sehari - harinya

dengan mandiri, sehingga mereka memiliki kesempatan dan peluang

yang sama dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan kesempatan

lain yang dapat dinikmati oleh setiap warga negara Indonesia. Artinya,

para penyandang disabilitas membutuhkan kesetaraan dalam melakukan

aktifitas khususnya di area publik, dimana saat ini masih belum memadai.

d) Fungsi Aksesibilitas

Menentukan desain fasilitas yang ideal memang tidak dapat dikatakan

secara tepat apakah baik atau benar, karena hal ini tergantung dari sudut

siapa yang menilai. Jika kita menanyakan penilaian orang yang normal

terhadap suatu alat transportasi seperti bis kota, mungkin mereka

berpendapat hanya mengalami sedikit masalah pada saat

menggunakannya, namun lain halnya jika kita menanyakan pada orang

yang disabilitas, penilaian mereka tentunya akan menjadi berbeda,

pengguna kursi roda akan mengatakan susah untuk dinaiki atau dimasuki

olehnya karena terlalu tinggingnya tangga dan lebar jalur bis yang tidak

dapat dilalui kursi roda. Demikian juga penyandang disabilitas

khususnya tunanetra akan mengalami kesulitan yang sama pada saat

menaiki bus tersebut.

Berdasarkan perundang-undangan penyandang disabilitas nasional

dan internasional, setiap aksesibilitas yang tersedia harus dapat

memenuhi asas Aksesibilitas yang meliputi:

i. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat

atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

ii. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan.

iii. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam

suatu lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan

bagi semua orang.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

8

iv. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan

mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat

umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan

bantuan orang lain.

Oleh karena itu pada saat membuat fasilitas umum, semua faktor

kenyamanan untuk si pengguna perlu diperhatikan, jika berbicara

kemudahan, kegunaan, kesalamatan dan kemandirian seperti asas

aksesibilitas diatas, berarti tidak lepas dari factor ergonomi, yang

memperhatikan masalah yang dihadapi manusia dalam melakukan

aktifitasnya, dan juga memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan

dalam beraktifitas.

b. Difabel

a) Pengertian Difabel

Gambar 2. 1 Logo Sign System Difabel

Sumber: http://www.teaterhalland.nu/wp-content/uploads/2015/05/handicapped-

304424_960_720.png)

Penyandang difabel merupakan kelompok masyarakat yang beragam,

diantaranya penyandang difabel yang mengalami disabilitas fisik,

disabilitas mental maupun gabungan dari disabilitas fisik dan mental.

WHO mendefinisikan disabilitas sebagai “A restriction or inability

toperform an activity in the manner or within the range considered normal

for a human being, mostly resulting from impairment”. (Barbotte, 2011)

Definisi tersebut menyatakan dengan dengan jelas bahwa disabilitas

merupakan pembatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu

kegiatan dengan cara yang atau dalam rentang dianggap normal bagi

manusia, sebagian besar akibat penurunan kemampuan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

9

Selain pengertian secara umum, WHO mengemukakan pula definisi

disabilitas yang berbasis pada model sosial sebagai berikut:

i. Impairment (kerusakan atau kelemahan) yaitu ketidaklengkapan

atau ketidaknormalan yang disertai akibatnya terhadap fungsi

tertentu. Misalnya kelumpuhan di bagian bawah tubuh disertai

ketidakmampuan untuk berjalan dengan kedua kaki.

ii. Disability/handicap adalah kerugian/ keterbatasan dalam aktivitas

tertentu sebagai akibat faktor-faktor sosial yang hanya sedikit

atau sama sekali tidak memperhitungkan orang-orang yang

menyandang “kerusakan/kelemahan” terentu dan karenanya

mengeluarkan orang-orang itu dari arus aktivitas sosial.

Pengertian lain disebutkan pula oleh The International Classification of

Functioning (ICF) yaitu “Disability as the outcome of the interaction

between a person with impairment and the environmental and attitudinal

barriers s/he may face”. Pengertian ini lebih menunjukkan disabilitas

sebagai hasil dari hubungan interaksi antara seseorang dengan penurunan

kemampuan dengan hambatan lingkungan dan sikap yang ditemui oleh

orang tersebut. (Coleridge Peter, 2007)

b) Jenis-jenis Disabilitas Fisik

i. Tuna Netra

Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh

hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran,

kecelakaan maupun penyakit yang terdiri dari:

(a) Buta total, tidak dapat melihat sama sekali objek di depannya

(hilangnya fungsi penglihatan).

(b) Persepsi cahaya, seseorang yang mampu membedakan

adanya cahaya atau tidak, tetapi tidak dapat menentukan

objek atau benda di depannya.

(c) Memiliki sisa penglihatan (low vision), seseorang yang dapat

melihat benda yang ada di depannya dan tidak dapat melihat

jari-jari tangan yang digerakkan dalam jarak satu meter.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

10

ii. Tuna Rungu/Wicara

Hilangnya/terganggunya fungsi pendengaran dan atau fungsi

bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan maupun penyakit,

terdiri dari tuna rungu wicara, tuna rungu, tuna wicara.

iii. Tuna Daksa

Ketidaksempurnaan pada bagian anggota gerak tubuh. Tuna

daksa dapat diartikan sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu,

sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan

sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan

oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh

pembawaan sifat lahir. Pada orang tuna daksa ini terlihat kelainan

bentuk tubuh, anggota atau otot, berkurangnya fungsi tulang, otot

sendi maupun syaraf-syarafnya. (T. Sutjihati Soemantri, 2006) Tuna

Daksa terdiri dari 2 golongan, yaitu:

(a) Tuna daksa ortopedi, yaitu kelainan atau ketidaksempurnaan

yang menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, kelainan

tersebut dapat terjadi pada bagian tulang, otot tubuh maupun

daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir (congenital)

maupun yang diperoleh kemudian karena penyakit atau

kecelakaan, misalnya kelainan pertumbuhan anggota badan

atau anggota badan yang tidak sempurna, cacat punggung,

amputasi tangan, lengan, kaki dan lainnya.

(b) Tuna daksa syaraf, yaitu ketidaksempurnaan yang terjadi

pada fungsi anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada

susunan syaraf di otak. Otak sebagai pengontrol tubuh

memiliki sejumlah syaraf yang menjadi pengendali

mekanisme tubuh, karena itu jika otak mengalami kelainan,

sesuatu akan terjadi pada organisme fisik, emosi dan mental.

Salah satu bentuk terjadi karena gangguan pada fungsi otak

dapat dilihat pada anak cerebral palsy yakni gangguan aspek

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

11

motorik yang disebabkan oleh disfungsinya otak.

(Muhammad Effendi, 2006)

c) Kebutuhan Disabilitas

Penyandang disabilitas telah dilindungi hak-haknya sehingga setara

dengan non-disabilitas, guna mempermudah hak mereka dalam

menjalankan melakukan aktivitas sehari-hari, maka baiknya terdapat

penyediaan fasilitas yang memadai bagi mereka untuk digunakan.

Kebutuhan utama yang diperlukan bagi penyandang disabilitas adalah

aksesibilitas yang merupakan derajat kemudahan dicapai oleh orang,

terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses

tersebut diaplikasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas

umum lainnya. Aksesibilitas juga difokuskan pada kemudahan bagi

penderita cacat untuk menggunakan fasilitas seperti pengguna kursi roda

harus bisa berjalan dengan mudah di trotoar ataupun naik keatas

angkutan umum.

Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas berarti kemudahan yang

diberikan atau disediakan bagi penyandang disabilitas bukan sebagai

pengistimewaan, melainkan mencoba meminimalisir keterbatasan

mereka sebagai akibat hilangnya atau kurang berfungsinya salah satu

atau beberapa fungsi anggota tubuhnya. Aksesibilitas meliputi

aksesibilitas fisik dan aksesibilitas non fisik. Aksesibilitas fisik itu seperti

landaian, handrail, lebar pintu yang memenuhi standar universal disain

yang berarti dapat dilalui oleh pemakai kursi roda secara mandiri, suara

atau audio serta huruf braille bagi penyandang tunanetra, serta bahasa

isyarat dan tulisan bagi penyandang tunarungu. Aksesibilitas bagi

penyandang disabilitas antara lain diperlukannya sarana dan prasarana

yang mendukung serta komunikasi dan informasi yang diperlukan bagi

penyandang difabel untuk memperoleh kesempatan. Data diatas

menunjukan pentingnya sarana dan prasarana bagi disabilitas, yaitu:

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

12

i. Kursi Roda

Gambar 2. 2 Kursi Roda Kebutuhan Difabel

(Sumber: Wikipedia)

Kursi roda merupakan alat bantu mobilitas bagi orang yang

memiliki keterbatasan pergerakan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari. Keterbatasan pergerakan ini dapat berupa ketidaksempurnaan

fisik, cedera, maupun diakibatkan oleh penyakit yang menyerang

motorik manusia. Kursi roda yang sebelumnya digerakan secara

manual dengan menggunakan kekuatan tangan atau dengan bantuan

orang lain, saat ini telah dikembangkan menjadi kursi roda elektrik

dengan menambahkan motor sebagai alat gerak dan joystick sebagai

alat kendali kursi roda.

ii. Huruf Braille

Huruf Braille merupakan sistem tulisan sentuh yang digunakan

oleh orang buta. Sistem ini diciptakan oleh seorang Perancis yang

bernama Louis Braille yang buta disebabkan kebutaan waktu kecil.

Ketika berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk

memudahkan tentara untuk membaca ketika gelap. Tulisan ini

dinamakan huruf Braille. Namun ketika itu Braille tidak mempunyai

huruf W.

(a) Abjad Braille

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

13

Gambar 2. 3 Pengenalan Posisi Dots Braille.

(Sumber: Wikipedia)

(b) Sistem Huruf Braille

Huruf-huruf Braille menggunakan kerangka penulisan

seperti kartu domino. Satuan dasar dari sistem tulisan ini disebut

sel Braille, di mana tiap sel terdiri dari enam titik timbul; tiga

baris dengan dua titik. Keenam titik tersebut dapat disusun

sedemikian rupa hingga menciptakan 64 macam kombinasi.

Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan

abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika dan

lainnya. Ukuran huruf Braille yang umum digunakan adalah

dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan

vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm. Braille terdiri dari

sel yang mempunyai 6 titik timbul yang dinomorkan seperti

berikut:

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

14

Gambar 2. 4 Pengenalan Sistem Penulisan Huruf Braille

(Sumber: Wikipedia)

iii. Handrail

Gambar 2. 5 Handrail

(Sumber: www.pinterest.com)

Handrail merupakan rel yang dirancang untuk digenggam oleh

tangan sehingga bisa memberikan stabilitas atau dukungan. Pegangan

tangan biasanya digunakan saat tangga naik atau

turun tangga dan eskalator untuk mencegah jatuh yang

merugikan. Pegangan tangan biasanya didukung oleh kiriman atau

dipasang langsung ke dinding. (Wikipedia)

Dimensi Handrail (Wikipedia)

International Code Council (ICC) dan National Fire Protection

Association (NFPA) - dan standar aksesibilitas – ANSI A117.1 dan

Standar Perilaku Penyandang Cacat Amerika untuk Desain yang

Diakses (ADASAD) -menambah dimensi handrail. Versi kode dan

standar saat ini sekarang setuju bahwa pegangan tangan didefinisikan

sebagai bagian melingkar melingkar dengan diameter luar 1¼ "(32

mm) minimum dan maksimal 2" (51 mm) atau penampang melintang

non melingkar dengan dimensi perimeter dari maksimum 4 "(100 mm)

minimum dan 6 ¼" (160 mm) dan dimensi penampang maksimal 2¼

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

15

(57 mm). Sebagai tambahan, International Residential Code (IRC)

menyertakan definisi pegangan tipe II yang memungkinkan untuk

pegangan dengan dimensi perimeter lebih besar dari 6 ¼ "(160 mm).

Bagian IRC dan residensial dari IBC 2009 mendefinisikan pegangan

tipe II sebagai berikut: Tipe II. Pegangan tangan dengan perimeter

lebih besar dari 6 ¼ inci (160 mm) harus menyediakan daerah resapan

jari yang dapat dipegang pada kedua sisi profil.Reses jari harus

dimulai dalam jarak 3/4 inci (19 mm) yang diukur secara vertikal dari

bagian profil tertinggi dan mencapai kedalaman paling sedikit 5/16

inci (8 mm) dalam jarak 7/8 inci (22 mm) di bawah bagian terluas

profil. Kedalaman yang dibutuhkan ini akan terus berlanjut

sekurangnya 3/8 inci (10mm) ke tingkat yang tidak kurang dari 1 inci

(45 mm) di bawah bagian profil tertinggi. Lebar minimum pegangan

di atas reses harus 1¼ inci (32 mm) sampai maksimum 2 inci (70

mm). Tepi harus memiliki radius minimum 0,01 inci (0,25 mm).

Pegangan tangan terletak pada ketinggian antara 34 " (864 mm)

dan 38" (965 mm). Di daerah di mana anak-anak adalah pengguna

utama sebuah bangunan atau fasilitas, ADASAD 2010

merekomendasikan agar pegangan tangan kedua setinggi 28" (711

mm) diukur di atas permukaan mencengkeram dari permukaan jalan

atau sela tangga. dapat membantu dalam mencegah kecelakaan.

Handrail Clearance (Wikipedia)

Jarak antara dinding dan pegangan permukaan pegangan juga

diatur oleh kode lokal dengan persyaratan paling umum minimum 1½

"(38 mm). Badan Perlindungan Api Nasional (National Fire

Protection Agency / NFPA) dan Administrasi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (OSHA) mensyaratkan bahwa Jarak antara dinding

dan pegangan tangan minimal 2 ¼ "(57 mm).

Panduan Aksesibilitas Orang-orang Terkandang Amerika 1992

(ADAAG) menyatakan bahwa ada dimensi absolut 1½ "antara

pegangan tangan dan dinding. Ini sebenarnya adalah sebuah" batang

penanda "yang merupakan bagian dari ANSI A117.1 1986. ANSI

mengubah notasi menjadi 1½ "minimum pada tahun 1990. Ini tidak

diperbaiki pada tahun 2010 dengan persetujuan ADASAD baru yang

sekarang meminta izin berukuran minimal 1½" (38 mm).

Kode juga umumnya mengharuskan adanya 1 ½ "clearance antara

bagian bawah pegangan dan penyumbatan - termasuk lengan kurung

horizontal. Ada tunjangan namun untuk variasi ukuran pegangan -

untuk setiap 1/2" dimensi perimeter tambahan di atas 4 ", 1/8" dapat

dikurangkan dari persyaratan izin.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

16

Kekuatan Handrail (Wikipedia)

Pegangan tangan adalah untuk mendukung beban kontinu 50 plf

(75 kg-m) atau beban terkonsentrasi 200 pound yang diterapkan di

bagian atas pegangan (90 kg).

Ketinggian Handrail (Wikipedia)

Bagian atas permukaan pegangan harus berukuran 34 inci (865

mm) minimum dan 38 inci (965 mm) maksimum vertikal di atas

permukaan jalan, tangga nose, dan permukaan jalan. Pegangan tangan

harus berada pada ketinggian yang konsisten di atas permukaan jalan,

tangga, dan permukaan jalan.

iv. Ramp

Gambar 2. 6 Ramp

(Sumber: www.pinterest.com)

Ramp merupakan alternatif rute/ jalan yang di pakai sebagai akses

penyandang disabilitas, lansia, dan orang-orang yang tidak bisa

menggunakan tangga sehingga mudah untuk naik ketempat yang lebih

tinggi. Syarat-syarat dalam pembangunan ramp :

(a) Kemiringan suatu ramp untuk di dalam bangunan tidak boleh

melebihi rasio 1:12, perhitungan kemiringannya tidak

termasuk awalan/atau akhiran ramp (curb ramb/landing).

Sedangkan kemiringan suatu ramp untuk di luar bangunan

adalah 1:15 atau kemeringan standarnya adalah 10 derajat.

(b) Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan

kemiringan 1:12 ) tidak boleh melebihi dari 900 cm.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

17

(c) Sedangkan lebar minimum dari suatu ramp adalah 95 cm.

Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan

kaki adalah dan pelayanan angkutan barang harus

dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sehingga bisa

dipakai untuk kedua fungsi tersebut.

(d) Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran dari suatu

ramp harus bebas dan datar, sekurang-kurangnya bisa untuk

memutar kursi roda dengan ukuran minimum 150 cm.

(e) Permukaan datar dari landing baik awalan atau akhiran ramp

harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu

hujan atau tidak.

(f) Pembatas rendah pinggir ramp/ low curb dirancang untuk

menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau

keluar dari jalur ramp. Apabila berbatas langsung dengan

lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat

sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.

(g) Ramp harus dilengkapi dengan pencahayaan yang cukup

yang akan membantu pengguna ramp saat malam hari.

Penerangan khususnya disediakan pada bagian-bagian ramp

yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya

dan dibagian-bagian yang membahayakan.

(h) Ramp juga harus dilengkapi dengan pegangan yang dijamin

kekuatannya dan dengan ketinggian yang sesuai untuk

pengguna ramp.

(i) Material lantai ramp juga harus diperhatikan biasanya

menggunakan bahan yang kasar dan juga harus di buat

sedikit bantalan pada ramp.

v. Tactile Paving (Wikipedia)

Tactile Paving merupakan sistem indikator permukaan

tanah bertekstur yang terdapat di landasan jalan kaki , tangga dan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

18

platform stasiun kereta untuk membantu pejalan kaki yang mengalami

gangguan penglihatan.

Peringatan taktil memberikan pola permukaan khas dari kubah

terpotong, kerucut atau batang yang dapat dideteksi oleh tongkat

panjangatau kaki bawah yang digunakan untuk mengingatkan

gangguan tapak yang mendekati jalan dan permukaan atau tingkat

perubahan yang berbahaya. Ada ketidaksepakatan dalam perancangan

dan komunitas pengguna mengenai apakah memasang bantuan ini di

dalam bangunan dapat menyebabkan bahaya tersandung. Berikut

merupakan macam dan arti Pattern Tactile Paving yaitu:

(a) Blister Tactile

Ini digunakan untuk penyeberangan pejalan kaki. Tujuan

permukaan blister adalah untuk memberi peringatan kepada

orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan yang

sebaliknya, jika tidak ada perubahan ketinggian >25 mm, sulit

membedakan antara tempat jalan setapak berakhir dan jalur lalu

lintas dimulai. Oleh karena itu permukaan merupakan fitur

keselamatan penting bagi kelompok pengguna jalan ini di titik

penyeberangan pejalan kaki yang jalurnya disiram ke jalur lalu

lintas sehingga pengguna kursi roda dapat menyeberang tanpa

hambatan. Profil permukaan pelepah melepuh terdiri dari deretan

lepuh datar yang terangkai dalam pola persegi.

Gambar 2. 7 Tactile Paving Jenis Blister

(Sumber: Wikipedia)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

19

(b) Offset Tactile

Tuas pelepasan offset juga dikenal sebagai permukaan

peringatan platform edge off-street. Tujuan dari permukaan ini

adalah untuk memperingatkan orang-orang yang mengalami

gangguan penglihatan di tepi semua platform perkeretaapian di

luar jalan. Permukaan tuas melengkung yang lepas landas terdiri

dari kubah-kisi datar, berjarak 66.5mm terpisah dari pusat satu

kubah ke kubah berikutnya.

Unit paving taktil dapat diproduksi dengan bahan paving

yang sesuai dan mungkin ada warna yang memberikan kontras

yang baik dengan daerah sekitarnya untuk membantu sebagian

orang yang terlihat. Panduan saat ini merekomendasikan agar

permukaan taktis off-set blister digunakan untuk semua platform

rel off-street termasuk platform rel berat, platform transit cepat

transit (LRT) di luar jalan, platform bawah tanah. Offset Tactile

tidak boleh digunakan untuk di jalan (LRT) platform.

Gambar 2. 8 Tactile Paving Jenis Offset

(Sumber: Wikipedia)

(c) Lozenge Tactile

Taktil lozenge juga dikenal sebagai permukaan peringatan

platform (on-street). "Tujuan permukaan peringatan platform

(on-street) adalah memperingatkan orang-orang yang mengalami

gangguan penglihatan bahwa mereka mendekati tepi jalur transit

cepat (LRT) di jalan raya." Profil permukaan peringatan tanggap

lozenge terdiri dari deret bentuk lozenge 6mm (± 0.5mm) tinggi,

yang memiliki tepi membulat agar tidak menimbulkan bahaya

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

20

perjalanan. Unit paving taktil dapat diproduksi dengan bahan

paving yang sesuai.Permukaan biasanya berwarna kerbau, tapi

bisa warnanya apapun, selain merah yang memberikan kontras

yang bagus dengan daerah sekitarnya untuk membantu sebagian

orang terlihat.

Unit paving tactical lozenge harus dipasang pada kedalaman

400mm sejajar dengan tepi platform dan minimal 500mm

kembali dari tepi. Ini tidak boleh dipasang lebih dekat ke tepi

daripada ini karena pejalan kaki mungkin tidak memiliki cukup

waktu untuk berhenti berjalan begitu mereka mendeteksi

permukaan peringatan taktil.

Gambar 2. 9 Tactile Paving Jenis Lozenge

(Sumber: Wikipedia)

(d) Directional Tactile

Tujuan dari permukaan directional tacile adalah untuk

membimbing orang-orang yang mengalami gangguan

penglihatan di sepanjang rute saat isyarat tradisional, seperti garis

properti atau tepi jalan yang juga dapat digunakan untuk

membimbing orang-orang di sekitar rintangan, misalnya perabot

jalan di daerah pedestrian. Permukaan telah dirancang sehingga

orang dapat dipandu sepanjang rute baik dengan berjalan di

permukaan taktil atau dengan mempertahankan kontak dengan

tongkat panjang. Taktik panduan kompromi serangkaian bar,

mengangkat datar-puncak yang berjalan ke arah perjalanan

pejalan kaki. Batangnya 5.5mm (± 0,5) tinggi, 35mm dengan

jarak 45mm yang lebar, Disarankan agar tatanan jalur panduan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

21

berada dalam warna yang kontras dengan area sekitarnya

sehingga membantu sebagian orang yang terlihat. Permukaan

panduan direkomendasikan untuk digunakan dalam situasi

dimana panduan tradisional yang diberikan oleh jalur standar

antara garis properti dan jalur lalu lintas tidak ada, dimana pejalan

kaki perlu dipandu sekitar rintangan, dimana sejumlah orang yang

mengalami gangguan penglihatan perlu menemukan lokasi

tertentu dan di terminal transportasi untuk membimbing orang-

orang di antara fasilitas.

Gambar 2. 10 Tactile Paving Jenis Directional

(Sumber: Wikipedia)

(e) Corduroy Hazard Tactile

Tujuan permukaan corduroy hazard tactile adalah untuk

memperingatkan orang-orang yang mengalami gangguan

penglihatan tentang adanya bahaya spesifik: langkah-langkah,

penyeberangan tingkat atau pendekatan terhadap platform fast

transit onroad (LRT) di jalan. Juga digunakan di mana jalan

setapak bergabung bersama. rute itu menyampaikan pesan

'bahaya, lanjutkan dengan hati-hati.'

Profil permukaan sentuhan korduroi terdiri dari bar bulat

yang melintang melintasi arah perjalanan pejalan kaki. Batangnya

setinggi 6mm (± 0,5), 20mm dan berjarak 50mm dari pusat satu

bar ke pusat kota berikutnya. Unit paving taktil dapat diproduksi

dengan bahan paving yang sesuai. Permukaan biasanya berwarna

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

22

kerbau, tapi bisa warnanya apapun, selain warna merah, yang

memberikan kontras yang bagus dengan daerah sekitarnya untuk

membantu sebagian orang terlihat.

Sentuhan korduroi dapat digunakan untuk situasi apapun

(selain penyeberangan pejalan kaki) di mana orang-orang yang

mengalami gangguan penglihatan perlu memperingatkan bahaya

yaitu bagian atas dan bawah tangga, pada kaki jalan, pada tingkat

persimpangan, terletak dimana orang mungkin secara tidak

sengaja berjalan langsung ke peron di stasiun kereta api, dimana

jalan setapak bergabung dengan rute bersama.

Gambar 2. 11 Tactile Paving Jenis Corduroy Hazard

(Sumber: Wikipedia)

(f) Cycle Tactile

Tujuan permukaan cycle tactile yaitu digunakan bersamaan

dengan jalur / jalur siklus yang terpisah untuk memberi saran

kepada orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan pada

sisi yang benar untuk masuk. Tujuan strip delineator pusat adalah

untuk membantu pejalan kaki yang terganggu agar tetap berada

di sisi pejalan kaki.

Taktis jalan siklus terdiri dari serangkaian bar bertingkat

empat yang timbul keatas, masing-masing setinggi 5mm (±

0.5mm), lebar 30mm dan jarak 70mm. Strip delineator pusat

harus tinggi 12-20 mm, lebar 150mm dengan sisi miring dan

bagian atas 50mm datar. Strip delineator harus terbuat dari bahan

putih.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

23

Permukaan taktil harus digunakan pada rute terpisah yang

terpisah dimana sisi pejalan kaki tidak dipisahkan secara fisik dari

sisi pengendara sepeda. Permukaan taktil harus diletakkan di awal

dan akhir rute terpisah bersama, secara berkala sepanjang

panjangnya dan pada persimpangan dengan rute pejalan kaki atau

pengendara sepeda lainnya.

Gambar 2. 12 Cycle Tactile Paving

(Sumber: Wikipedia)

Pedoman Departemen Perhubungan tentang pemasangan dan

penggunaan tempat paving sentuhan merupakan penekanan berat

pada peran kontras. Panduan berulang kali menyatakan bahwa

paving taktil harus dipilih untuk memberikan kontras warna yang

kuat dengan bahan paving sekitarnya karena penelitian telah

menunjukkan bahwa ini membantu individu yang terlihat

sebagian. Kebanyakan paving taktil tersedia dalam berbagai

warna dan bahan yang membuat kontras warna yang baik mudah

dicapai dengan pilihan paving sentuhan yang tepat. (Wikipedia)

(aa) Warna pada tactile paving harus menggunakan

pewarnaan yang kontras/ kuat.

(ab) Setiap warna memiliki arti, misal warna merah untuk

penyebrangan jalan yang ramai sedangkan warna kuning

untuk jalan pada trotoar.

(ac) Ukuran tactile paving biasa menggunakan ukuran 30x30

cm dan 40x40 cm.

(ad) Tactile yang timbul berkisar 5mm.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

24

(g) Accessible Power Operated Door

Gambar 2. 13 Tombol Press Power Operated Door

(Sumber: Wikipedia)

Power Operated Door merupakan pintu yang didesain

khusus untuk pengguna difabel. Power operated door memiliki

tombol khusus berlogo handicap guna membuka pintu agar

mempermudah difabel dalam mengakses ruangan. Penggunaan

mudah untuk dijangkau dan diakses bagi difable. Kegunaan

power operated door menjadikan suhu ruangan tetap terjaga.

Tabel 2. 1 Kebutuhan Difabel

(Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

No. Jenis Disabilitas Kebutuhan

1. Tunanetra a. Audio

b. Tactile Paving

c. Huruf Braille

d. Taktual

e. Handrail

2. Tunarungu/ Wicara f. Visual

g. Audio

3. Tuna Daksa h. Kursi Roda

i. Visual

j. Audio

k. Handrail

l. Ramp / Platform Lift / eskalator /

elevator

B. Program Desain

1. Tujuan Desain

Tujuan perancangan Interior Terminal Giwangan ialah merancang

Interior Terminal Giwangan yang mampu menyediakan aksesibilitas

memadai bagi disabilitas dan menciptakan terminal yang mendukung

kemandirian disabilitas dalam mengakses ruangan pada terminal.

2. Fokus/ Sasaran Desain

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

25

a. Menghasilkan ruangan yang memiliki aksesibilitas memadai pada

Terminal bagi penyandang disabilitas dalam upaya mewujudkan

kemandirian bagi penyandang disabilitas.

b. Pengorganisasian ulang kembali interior pada terminal giwangan dengan

mempertimbangkan sirkulasi dan tata letak.

c. Pengaplikasian fasilitas dan sign system untuk mempermudah

disabilitas.

3. Data

a. Deskripsi Umum Proyek

Gambar 2. 14 Tampilan Area Sekitar Terminal Giwangan

(Sumber: Wikipedia)

Terminal Giwangan adalah sebuah terminal angkutan umum yang

terletak di kota Yogyakarta. Terminal ini terletak di Kelurahan Giwangan,

Umbulharjo, Yogyakarta, tepatnya di Jalan Imogiri Timur Km 6, di dekat

perbatasan antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul.

Terminal Giwangan dibangun untuk menggantikan Terminal

Umbulharjo. Terminal Giwangan merupakan terminal tipe A terbesar di

Indonesia yang merupakan tempat singgah bus dari seluruh kota besar di

Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Terminal ini diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2004, rata-rata jumlah

penumpang yang dilayani sarana itu berkisar 20.000 per hari sedangkan

jumlah bus yang melaluinya, berdatangan maupun bertujuan ke provinsi

lain, mencapai 850 buah.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

26

a) Lokasi Proyek/MAP dan Site Plan

Gambar 2. 15 Lokasi Site Map Terminal Giwangan

(Sumber: Wikipedia)

Terminal ini terletak di Kelurahan Giwangan, Umbulharjo,

Yogyakarta, tepatnya di Jalan Imogiri Timur Km 6, di dekat perbatasan

antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul. Terminal Giwangan

memiliki luas 16.000 m2.

b) Fasad Bangunan

Gambar 2. 16 Tampilan Bangunan Terminal Giwangan

(Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

b. Data Non Fisik

a) Sejarah Terminal Giwangan

Giwangan adalah salah satu desa yang terletak dipinggiran kota

Yogyakarta. Sekitar tahun 80-an di selatan Giwangan dibangun Kompi

Brimob Gondowulung. Dengan berdirinya Kompi Brimob Desa

Giwangan semakin beerkembang perekonomiannya dengan berdirinya

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

27

Perumahan, Kampus, Pasar Giwangan, Ring Road danTerminal

Giwangan.

Dahulu terminal Yogyakarta berada di belakang Polsek Umbulharjo,

Tahun 2002 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta membangun

terminal Giwangan dan tahun 2004 terminal tersebut beroperasi. Lokasi

tempat terminal Giwangan dahulunya merupakan sawah yang luas dan

juga merupakan tempat yang sangat strategis. Ditengah terminal ada

pemakaman umum yang tidak bisa dipindahkan karena makam tersebut

adalah makam tokoh masyarakat setempat.

Lokasi terminal Giwangan tidak jauh dari sebuah madrasah yaitu MTs

Negeri Yogyakarta II. Sehubungan dengan adanya madrasah tersebut

membuat kampung Mendungan sangat ideal bagi lokasi penyelenggaraan

pendidikan. Namun seiring dengan kebijakan pemerintah Kota

Yogyakarta, yakni dengan pembangunan terminal Giwangan, perubahan

suasana kampung Mendungan mulai terasa. Hal ini terlihat dari mobilitas

dan perubahan sosial serta tingkat kebisingan yang mulai terasa,

Kenyamanan dan ketenangan yang sebelumnya begitu mendukung

dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran lambat laun mulai terasa

sekalipun belum begitu berpengaruh. Disisi lain perubahan dan

perkembangan tersebut sebenarnya memberi dampak positif bagi

Madrasah, karena akses untuk menuju ke Madrasah Tsanawiyah Negeri

yogyakarta II semakin mudah.

Tahun 2006 Yogyakarta dilanda bencana gempa bumi yang mana

terminal Giwangan juga tidak luput dari kerusakan, tetapi dapat

diperbaiki sehingga bisa beroperasi hingga sekarang.

Sebagai ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, kota yang tidak terlalu

sibuk, kota yang bukan berbasis industri dan bisnis, tetapi pergerakan

manusia dari kota dan ke kota ini cukup banyak terminal ini sangat

bermanfaat. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A Giwangan

Yogyakarta dilakukan sejak September 2002 dan selesai Agustus 2004

serta langsung diaktifkan pada bulan September 2004.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

28

Pembangunan terminal terwujud dalam bentuk kerjasama operasional

dengan sistem Built Operated Transfered (BOT) antara Pemerintah Kota

dengan investor swasta PT Perwita Karya selama 30 tahun sejak

September 2002 hingga September 2032. Kerjasama dengan bentuk

Manajemen operasional terminal ditangani oleh Unit Pengelola Teknik

Daerah (UPTD) Pengelola Terminal Dinas Perhubungan dan Manajemen

sarana dan prasarana terminal dikelola oleh PT Perwita Karya yang

mempunyai wewenang dan tujuan untuk menghasilkan keuntungan

perusahaan melalui pemanfaatan sarana prasarana fasilitas penunjang

dan tambahan terminal.

Pembanguan terminal ini dipimpin oleh Imanudin Azis. Terminal ini

dibangun untuk menggantikan dan menutupi kekurangan terminal

sebelumnya, yaitu terminal Umbulharjo yang telah bertahun-tahun

melayani penumpang bus. Terminal Penumpang Yogyakarta atau yang

juga disebut Terminal Giwangan dibangun di atas lahan seluas 5,8 ha di

tepi Jl. Lingkar Selatan. Akses jalan sekitarnya dilayani oleh Outer Ring

Road Selatan, Jalan Imogiri dan Jalan Gunomerico.

Terminal Giwangan mengikuti tata ruang Perda No. 6 Tahun 1994

tentang Rencana Tata Ruang Untuk Kota (RTRUK). Sebagai satu-

satunya terminal bertipe A di Yogyakarta, terminal ini mampu

mengurangi kepadatan lalu lintas yang terjadi di pusat kota. Selain itu,

kehadirannya di kawasan Giwangan membantu meningkatkan

perekonomian masyarakat sekitar.

Sebagai terminal tipe A, terminal Giwangan menghubungkan

beberapa kota besar di Indonesia seperti Bali, Jakarta, Bandung,

Semarang, Medan, Riau, dan Mataram, serta Bali dan Nusa Tenggara.

Bangunan terminal terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan

untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis

angkutan. Misalnya untuk angkutan AKAP diletakkan di ujung timur

terminal dan AKDP di bagian tengah. Kemudian lantai kedua untuk

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

29

aktivitas para pengguna jasa transportasi dan termasuk di dalam lantai

dua, terdapat ruang tunggu dan berbagai fasilitas penunjang lain.

b) Logo Perusahaan

Gambar 2. 17 Logo Perusahaan Dinas Perhubungan

(Sumber: Wikipedia)

c) Struktur Organisasi

Gambar 2. 18 Bagan Struktur Organisasi Pengolah Terminal Giwangan

(Sumber: Dokumentasi Perusahaan Terminal Giwangan, 2017)

d) Keinginan Klien

i. Interior yang mampu dalam memenuhi kebutuhan aksesibilitas

bagi difabel sehingga dapat secara mandiri dalam melakukan

aktivitas dan dapat menikmati semua fasilitas yang ada hingga

keseluruhan terminal yang sama seperti non-difabel.

ii. Interior yang dapat mengoptimalkan fungsi ruang dalam aktivitas

sehari-hari.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

30

e) Lingkup Perancangan

Perancangan Interior Terminal Giwangan Yogyakarta ini difokuskan

pada daerah terminal blok D lantai satu dan dua khususnya area

foodcourt A dan B, area publik oleh-oleh, area loket tiket dan area ruang

tunggu terminal bus. Berikut uraian ruang yang akan dirancang:

i. Ruang Tunggu

Ruang Tunggu memiliki ruang kecil diluar ruang tunggu untuk

pembayaran retribusi yang dikenakan biaya seharga Rp. 500,- untuk

perorang. Saat memasuki wilayah waiting area, kita dapat melihat area

yang diisi dengan sekitar 33 unit kursi tunggu yang terbuat dari besi.

Ukuran dari ruangan ini kurang lebih 10x8m. Pada area ini memiliki

fasilitas mushola, tv, toilet dan terdapat kantor didalamnya. Waiting

hall menyambung pada tiap terminal.

ii. Loket Tiket

Pembelian tiket hanya dapat dilakukan dilantai dua dengan

berbagai jenis perusahaan jasa bus. Kios pembelian tiket hanya dapat

ditemukan pada bagian dekat pintu lorong menuju bus karena disana

strategis dekat dengan area keberangkatan dan ruang tunggu.

iii. Foodcourt A dan B

Kantin hanya terdapat di lantai satu yang terdapat sekitar 14 kios

bagian bawah yang mayoritas digunakan sebagai kantin dan tempat

jajanan oleh-oleh.

iv. Peron Bus

Halte ini memiliki 6 bagian ruang untuk bus menaikan dan

menurunkan penumpang.. Tiap pintu halte memiliki perbedaan arah

keberangkatan.

f) Karakteristik Ruang dan Pengguna Ruang

Pengguna ruang terbagi menjadi 2, yaitu pengguna ruang umum dan

pengguna ruang dengan kebutuhan khusus. Pihak terminal hanya

memiliki fasilitas difabel yang mana hanya pada lantai satu, fasilitas

hanya jalan khusus, tidak untuk kegiatan lainnya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

31

Para pengguna ruang mayoritas penumpang non-difabel yang dimana

aksesibilitas bagi difabel sangat minim. Penumpang difabel tidak dapat

secara mandiri menggunakan fasilitas yang ada pada keseluruhan

terminal. Penumpang difabel biasa dengan terpaksa menggunakan

terminal hanya pada hari-hari tertentu seperti hari liburan atau hari besar,

disamping itu penyandang disabilitas harus dibantu oleh keluarga atau

sanak saudaranya. (sumber: wawancara, kepala pengelola Terminal

Giwangan, 2017)

g) Aktifitas Pengguna Ruang dan Fungsi Ruang

Penguna Ruang yang menjadi lingkup perancangan pada gedung

Terminal Giwangan dapat terbagi menjadi:

i. Direksi dan karyawan Terminal Giwangan.

ii. Supir bus dari masing masing jenis bus.

iii. Aktivitas Penumpang bus terminal.

Adapun pola aktivitas pengguna ruang yang didominasi oleh

penumpang bus pada masing-masing ruang yaitu sebagai berikut:

Gambar 2. 19 Bagan Pola Aktivitas Pengguna Terminal

(Sumber: Dokumentasi Perusahaan Terminal Giwangan, 2017)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

32

Tabel 2. 2 Daftar Fungsi Ruang dan Aktifitas Pengguna Ruang

(Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

No. Ruang Fungsi Ruang Pengguna Ruang

1. Loket Tiket Sebagai tempat informasi pembelian tiket,

tempat transaksi penjualan, pembelian

dan pemesanan tiket.

Penjual dan penumpang

terminal bus.

2. Ruang Tunggu Sebagai area menunggu kedatangan bus,

makan dan minum, atau dapat melakukan

aktivitas lainnya seperti menonton,

bermain, menggunakan laptop atau

beristirahat.

Karyawan penjaga ruang

tunggu dan penumpang

terminal.

3. Peron Bus Sebagai tempat aktivitas

menaikan/menurunkan penumpang bus,

tempat berinteraksi, tempat untuk

melakukan kegiatan seperti

makan/minum, berbincang-bincang,

menunggu bus, menanyakan informasi,

membeli makanan/minuman, dsb.

Karyawan, supir bus dan

seluruh penumpang bus.

4. Area Oleh-oleh

dan entertainment

room

Sebagai tempat untuk membeli oleh-oleh,

beristirahat, bermain, berbincang-bincang

dan refleksi diri.

Karyawan dan

penumpang yang

berkepentingan

5. Foodcourt Sebagai tempat untuk makan, minum,

beristirahat, mengobrol, dan melakukan

aktivitas lain.

Penumpang, karyawan,

supir bus.

c. Data Fisik

a) Denah Bangunan Keseluruhan Terminal Giwangan

Perancangan terminal Giwangan dikhususkan pada area blok D yaitu

khusus keberangkatan jarak jauh.

Gambar 2. 20 Area Rencana Perancangan

(Sumber: Dokumentasi Perusahaan Terminal Giwangan, 2017)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

33

b) Aspek Arsitektural

Tipe Bangunan : Bangunan Publik (Commercial Building)

Jenis : Terminal Penumpang Giwangan

c) Tata Kondisional

i. Pencahayaan

Pencahayaan pada gedung Terminal Giwangan menggunakan

pencahayaan alami dan buatan. Pada beberapa area yang berbatasan

langsung dengan area outdoor dan berdinding kaca, pada siang hari

memaksimalkan pencahayaan alami sedangkan pada beberapa area

yang tidak berbatasan langsung dengan area outdoor menggunakan

bantuan lampu sebagai pencahayaan buatan. Pencahayaan selalu

diterima di dalam terminal penumpang. Namun kontrol pencahayaan

buatan adalah elemen penting dalam menentukan kenyamanan dan

suasana. Desainer pencahayaan tidak akan ingin menyilaukan

penumpang yang baru tiba yang mungkin lelah dan mencari suasana

yang ketenangan. Namun demikian, pencahayaan yang baik akan

membawa permukaan reflektif untuk lebih hidup di concourse, dan

merangsang peminat dari perusahaan komersial yang terdapat di

dalamnya. (Blow, 1996: 158)

ii. Penghawaan

Penghawaan pada gedung Terminal Giwangan menggunakan

penghawaan alami dan buatan seperti pada foodcourt A dan B,

ticketing dan peron bus menggunakan penghawaan alami sedangkan

pada ruang tunggu yang menggunakan penghawaan buatan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

34

d) Pencitraan Lapangan

Gambar 2. 21 Penampakan Area Kios Lantai 1

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

Gambar 2. 22 Sign System pada Terminal Giwangan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

Gambar 2. 23 Peron bus dan Ruang Loket Bagian Luar

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

35

Gambar 2. 24 Ruang Tunggu Terminal Giwangan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

Gambar 2. 25 Suasana Padat Ruang Tunggu Terminal Giwangan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

Gambar 2. 26 Box Retribusi

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

36

Gambar 2. 27 Penumpang Melakukan Transaksi Pembayaran

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

Gambar 2. 28 Penampakan Kios Penjualan Tiket

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

Gambar 2. 29 Hall Kios Penjualan Tiket

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Janne Nadya, 2017)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

37

d. Data Literatur

a) Terminal bus

i. Definisi Terminal Bus

Terminal bus adalah prasarana untuk angkutan jalan raya guna

untuk mengatur kedatangan pemberangkatan pangkalannya

kendaraan umum serta memuat atau menurunkan penumpang atau

barang. Terminal adalah tempat pengangkutan dapat berhenti dan

memuat/membongkar barang-barang. (Morlok, 2005).

Berdasarkan Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi adalah:

(a) Merupakan simpul tempat terjadinya putus arus yang

merupakan prasarana angkutan, tempat kendaraan umum

menaikan dan menurunkan penumpang.

(b) Tempat pengendalian pengawasan pengaturan dan

pengoperasian sistem arus angkutan penumpang.

(c) Prasarana angkutan dan merupakan bagian dari sistem

transportasi untuk melancarkan arus angkutan penumpang.

(d) Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi

efisiensi kehidupan kota dan lingkungan.

b) Indikator Terminal Penumpang (Warpani, 2002)

i. Keamanan, kriteria ini akan menilai sistem keamanan dari

fasilitas transportasi di suatu terminal penumpang dan

meningkatkan pelayanan transportasi penumpang.

ii. Pemeliharaan, kriteria ini akan menilai pemeliharaan pihak

terkait dalam mempertahankan infrastruktur dan pelayanan di

terminal penumpang.

iii. Manajemen, kriteria ini akan menilai bagaimana manajemen

operasional terminal penumpang dapat mendorong manajemen

yang lebih baik, sehingga sistem operasional terminal penumpang

dapat lebih baik.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

38

iv. Aksesibilitas, kriteria ini menilai bagaimana suatu terminal

penumpang dapat meningkatkan akses pelayanan bagi

penumpang.

v. Sistem keterhubungan, kriteria ini akan menilai bagaimana

terminal penumpang memiliki keterhubungan dengan terminal

penumpang lainnya.

vi. Realibility, kriteria ini menilai bagaimana pemaduan transportasi

terminal penumpang dapat meningkatkan waktu tiap moda dan

atau mengurangi waktu tempuh perjalanan.

c) Fungsi Terminal

Dari beberapa ahli Edward K Morlok, 2005 dan Suwardjoko P.

Warpani, 2002 dapat disimpulkan bahwa terminal bus mempunyai fungsi

sebagai:

i. Terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan menunggu,

kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan lain,

tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas kendaraan pribadi.

ii. Terminal bagi pemerintah adalah segi perencanaan dan

manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan serta

menghindari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan

sebagai pengendali kendaraan umum.

iii. Terminal bagi operator adalah untuk mengatur operasi bus,

penyadiaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan

sebagai fasilitas pangkalan.

iv. Terminal bagi pengguna umum adalah untuk fasilitas yang

mendukung dalam suatu terminal antara lain mushola, toilet,

loker tiket, pembelanjaan, dll

v. Memuat penumpang ke atas kendaraan transportasi dan

menurunkannya.

vi. Memindahkan dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya.

vii. Menampung penumpang dari waktu tiba dan sampai waktu

berangkat, seperti menyediakan kenyamanan penumpang.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

39

viii. Menyimpan kendaraan dan komponen lainnya, memelihara dan

menentukan tugas selanjutnya.

ix. Mengumpulkan penumpang di dalam ukuran ekonomis untuk

dapat diangkut dan menurunkannya sesudah tiba di tempat tujuan.

d) Fasilitas dalam Terminal (Morlok, 2005)

Terminal harus memiliki fasilitas yang sesuai standar, menurut

standarnya fasilitas terminal dibagi menjadi:

i. Kantor operasional

ii. Menara pengawas

iii. Pos pengecekan keluar masuk kendaraan

iv. Ruang istirahat awak kendaraan

v. Ruang tunggu penumpang, pengantar, dan penjemput

vi. Loket penjualan karcis

vii. Papan pengumuman

viii. Ruang informasi penerangan

ix. Ruang pertolongan pertama

x. Ruang keamanan dan pemadam kebakaran

xi. Ruang toilet/kamar mandi

xii. Ruang kafetaria

xiii. Ruang parkir untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

xiv. Peralatan parkir cadangan

xv. Parkir untuk perbaikan

xvi. Parkir kendaraan pribadi

xvii. Fasilitas pergudangan

xviii. Mushola

xix. Ruang genset

xx. Instalasi air bersih dan air kotor

xxi. Jalan lingkungan

xxii. Penghijauan/vegetasi lingkungan

e) Sirkulasi Terminal Giwangan (Morlok, 2005)

Macam-macam pola sirkulasi adalah sebagai berikut:

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

40

i. Sistem Grid

Gambar 2. 30 Sistem Sirkulasi Grid

(Sumber: Morlok, 2005)

ii. Sistem Linier

Gambar 2. 31 Sistem Sirkulasi Linear

(Sumber: Morlok, 2005)

iii. Sistem Radial

Gambar 2. 32 Sistem Sirkulasi Radial

(Sumber: Morlok, 2005)

iv. Sistem Kurvalinier

Gambar 2. 33 Sistem Sirkulasi Kurvalinier

(Sumber: Morlok, 2005)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

41

f) Syarat Sirkulasi pada Terminal

Gambar 2. 34 Syarat Sirkulasi pada Terminal

(Sumber: Morlok, 2005)

Pada terminal, untuk dapat mencapai fungsi dan tujuan mempunyai

tuntutan yaitu : keamanan, keyamanan, kelancaran, kemudahan, dan

kecepatan. (Morlok, 2005).

i. Keamanan Sirkulasi

(a) Menghindari crossing antara kendaraan dengan manusia.

(b) Penciptaan suasana yang dapat menghalangi tindak

kejahatan terhadap penumpang.

(c) Ada arus pergerakan kendaraan yang searah, kejelasan

pembagian jalur arah yang berjalan dan tidak terjadi

crossing.

ii. Kenyamanan Sirkulasi

(a) Terminal merupakan bangunan umum yang membutuhkan

keterbukaan dan keleluasaan pandangan.

(b) Para pengguna terminal terhindar dari gangguan asap

kendaraan, panas sinar matahari langsung, terlindung dari

hujan serta kebisingan suara kendaraan.

(c) Mempunyai ruang yang memenuhi syarat.

iii. Kelancaran Sirkulasi

(a) Sirkulasi yang lancar tidak berdesakan dan tidak saling

mengganggu.

(b) Adanya pemisahan arus sirkulasi yang jelas.

(c) Keleluasaan arus gerak bagi kendaraan dan penumpang.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

42

(d) Menghindari pola sirkulasi yang tidak searah.

iv. Kemudahan Sirkulasi

(a) Kemudahan bagi calon penumpang dalam memilih

kendaraan yang sesuai dengan tujuan pelayanan yang

dikehendaki.

(b) Kemudahan pergerakan bus di dalam terminal.

(c) Kemudahan bagi penumpang untuk mencapai ruang-ruang

lain yang diinginkan.

(d) Pengelompokan kegiatan bus antar kota, dalam kota, antar

provinsi dan angkutan agar mudah dalam pencapaian

kendaraan umum.

v. Kecepatan Sirkulasi

(a) Arus penumpang dan kendaraan dapat bergerak dengan cepat

tanpa terganggu oleh kegiatan yang lain.

(b) Penumpang dapat memperoleh kendaraan umum dengan

tujuan yang diinginkan dengan cepat dari armada satu ke

armada yang lain.

(c) Keluar masuk kendaraan dan penumpang dari terminal dapat

berjalan dengan cepat.

g) Tipe Terminal Berdasarkan Fungsinya (Warpani, 2002)

i. Terminal penumpang tipe A

Merupakan terminal penumpang yang berfungsi melayani

kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar provinsi atau

angkutan lalu lintas batas negara, angkutan kota dan angkutan

pedesaan.

ii. Terminal penumpang tipe B

Merupakan terminal penumpang yang berfungsi melayani

kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi,angkutan

kota dan angkutan pedesaan.

iii. Terminal penumpang tipe C

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

43

Merupakan terminal penumpang yang berfungsi melayani

kendaraan umum untuk angkutan pedesaan..

h) Standar Bus

Gambar 2. 35 Standar Bus Jarak Jauh

(Sumber: Data Arsitek, hal. 96)

i) Luas Area Pada Terminal

i. Standar Area Peron

Gambar 2. 36 Standar Area Peron

(Sumber: Data Arsitek, hal. 96)

Pada Terminal Giwangan penggunaan bus dominan pada bus

besar, penggunaan bus menentukan luasan pada peron untuk

mempermudah jalannya sirkulasi yang nyaman bagi penumpang

difabel dan penumpang umum untuk menaiki bus.

j) Dimensi dan Pengguna Ruang

i. Horizontal Space

(a) Jarak Sirkulasi dalam Beraktivitas

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

44

Pada perancangan Terminal Giwangan yang merupakan publik

area penting dalam memperhatikan sirkulasi yang terjadi dalam ruang

terminal, meminimalisir kepadatan ruang pada terminal dengan

mengatur bagaimana penempatan area-area dalam terminal. Prinsip

utama dalam penataan sirkulasi adalah memahami pola aktivitas

pengguna dalam ruangan. Kepadatan ruang biasa ditemukan pada area

foodcourt A dan B, area publik khususnya kios oleh-oleh dan

information, dan area loket tiket sehingga penting dalam mengetahui

standar macam-macam penumpang dalam terminal.

Penggunaan ruang pada area publik dan area loket tiket dengan

memperhatikan pola aktivitas sirkulasi pada posisi penumpang dan

pola sirkulasi aktivitas posisi karyawan dalam berinteraksi dengan

memperhatikan sirkulasi antara kedua sisi aktivitas tersebut. (Julius

Panero, 1979 : 199)

Gambar 2. 37 Sirkulasi Penggunaan Ruang dalam beraktivitas

(Sumber: Human Dimension, hal. 268)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

45

Gambar 2. 38 Jarak Antar Penumpang

(Sumber: Human Dimension, hal. 268)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

46

Gambar 2. 39 Circulation and Passage

(Sumber: Human Dimension, hal. 267)

Gambar 2. 40 Body Breadth Clearance with Luggage

(Sumber: Human Dimension, hal. 267)

(b) Area Foodcourt, Area Publik dan Area Loket Tiket

Jarak yang dibutuhkan dalam antar penumpang yang non-

difabel dengan difabel dapat memungkinkan bergerak bebas

dengan memperhatikan sirkulasi yang terdapat dalam ruangan.

(Julius Panero, 1979 : 268)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

47

Gambar 2. 41 Public Area Activities

(Sumber: Human Dimension, hal. 199)

(c) Jarak Antar Penumpang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

48

Gambar 2. 42 Comparative Densities Including Wheelchair Bound

(Sumber: Human Dimension, hal. 269)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

49

Gambar 2. 43 Wheelchair Circulation

(Sumber: Human Dimension, hal. 269)

Gambar 2. 44 Wheelchair and Handicap Circulation

(Sumber: Human Dimension, hal. 270)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

50

Gambar 2. 45 Anthropometrics

(Sumber: Human Dimension, hal. 54)

(d) Jarak Pergerakan Difabel dengan Wheelchair

Jarak minimum antar pintu dengan memungkinkan pengguna

kursi roda dapat bergerak bebas dan dapat menggapai pintu dengan

mudah

Gambar 2. 46 Wheelchair Circulation

(Sumber: Human Dimension, hal. 270)

ii. Vertical Space

Standar umum jarak yang dapat digapai oleh difabel dan non-

difabel berhubungan langsung dengan aktivitas yang terjadi dalam

ruangan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

51

Gambar 2. 47 Common Reaching Zone

(Sumber: http://ergo.human.cornell.edu/ergoprojects/pri02/Image26.jpg )

Gambar 2. 48 Elevatory Standart

(Sumber: Human Dimension, hal. 275)

Gambar 2. 49 Elevatory Standart

(Sumber: Human Dimension, hal. 275)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

52

iii. Public Bathroom

Postur tubuh menentukan dalam proses urinal, dibutuhkan ruang

tersendiri saat melakukan urinal. Jarak antar area urinal ditentukan

oleh faktor tubuh tiap manusia, sehingga area urinal bagi non-difabel

akan berbeda dengan difabel. (Julius Panero, 1979: 275)

Gambar 2. 50 Urinal Layout

(Sumber: Human Dimension, hal. 276)

Pengguna kursi roda yang mendapatkan akses fasilitas pada

toilet dengan memperhatikan proses perpindahan tempat. (Julius

Panero, 1979: 277)

Gambar 2. 51 W.C. Compartment Side Approach Transfer

(Sumber: Human Dimension, hal. 277)

Teknik dalam proses transfer pada area toilet dari kursi roda ke

area urinal dengan side transfer.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

53

Gambar 2. 52 Technique for Side Approach Transfer

(Sumber: Human Dimension, hal. 277)

Gambar 2. 53 Lavatory/ Wheelchair User

(Sumber: Human Dimension, hal. 278)

iv. Waiting Area

Penggunaan kursi pada area tunggu adalah kursi memanjang.

Jenis kursi yang digunakan adalah kursi custom dengan sandaran

tangan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

54

Gambar 2. 54 Banquette Seating

(Sumber: Human Dimension, hal.130)

Gambar 2. 55 Staggered Seating

(Sumber: Human Dimension, hal. 295 )

v. Dinning Space

Gambar 2. 56 Food Service Counter/ Wheelchair Access

(Sumber: Human Dimension, hal. 224)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

55

Gambar 2. 57 Standart Circulation Table for Four

(Sumber: Human Dimension, hal. 144)

Gambar 2. 58 Standart Tables for Wheelchair Clearance

(Sumber: Human Dimension, hal. 225)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

56

Gambar 2. 59 Standart Tables for Wheelchair Clearance

(Sumber: Human Dimension, hal. 228)

Gambar 2. 60 Standart Tables for Wheelchair Clearance

(Sumber: Human Dimension, hal. 228)

vi. Ticketing Desk

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

57

Gambar 2. 61 Standart for Ticketing Table

(Sumber: Human Dimension, hal. 173)

vii. Customer Service

Gambar 2. 62 Customer Service Seating

(Sumber: Human Dimension, hal. 172)

k) Aksesibilitas Sarana dan Prasarana Kebutuhan Disabilitas

i. Ramp

Ramp merupakan faktor yang dapat mendukung aksesibilitas bagi

difabel khususnya tunadaksa. Terdapat area pemberhentian yang

harus ada pada awal dan akhir akses ramp. (Julius Panero, 1989)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

58

Gambar 2. 63 Access Ramp

(Sumber: Human Dimension, hal. 275)

Gambar 2. 64 Standart Ramp

(Sumber: Accessible Standart Stairlift, hal. 99)

ii. Handrail

Handrail merupakan faktor utama yang terdapat dalam fasilitas

pada terminal karena membantu difabel khususnya tunanetra dalam

mendapatkan informasi keseluruhan ruangan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

59

Gambar 2. 65 Handrail Design and Dimensions

(Sumber: Accessible Stairs and Lift, hal. 98)

iii. Access Power Operated Door

Gambar 2. 66 Access Power Operated Door

(Sumber: Youtube, Capture Screen)

Pintu access power operated door aman digunakan bagi pejalan

kaki. Penggunaan pintu otomatis harus diadakan perawatan secara

teratur pada interval dua belas bulan. Hal ini dipastikan merupakan

tanggung jawab penjajah properti untuk memastikan bahwa semua

pintu tetap sesuai dengan standar yang telah ada.

Safety and Accessibility Considerations

Semua solusi pintu otomatis dilengkapi dengan papan nama dan

pertimbangan yang relevan termasuk akses kursi roda, lebar pintu,

panel penglihatan yang jernih, posisi dan ketinggian pintu masuk semua

dengan handle dda yang relevan dan dda ironmongery.

Sensor keselamatan memastikan pintu otomatis tidak dapat dibuka

atau ditutup jika terhalang dan semua operator pintu otomatis dapat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

60

dilengkapi dengan sistem yang gagal dan aman yang secara otomatis

membuka atau menutup pintu jika terjadi kegagalan daya yang bisa

dihubungkan dengan sistem alarm kebakaran. Mereka juga dapat

dilengkapi dengan fasilitas break-out untuk memungkinkan mereka

didorong keluar secara manual untuk memudahkan pelarian darurat.

Intergrated Solutions

Pasang, perbaiki & pertahankan semua jenis pintu otomatis dengan

elemen kontrol akses sesuai kebutuhan penumpang difabel. Berbagai

pilihan untuk mengaktifkan pintu otomatis antara lain:

(aa) Penggunaan fobs kunci, dipasang di kursi roda, di kalung, tas

tangan atau saku

(ab) Pintu dapat dipasang bersamaan dengan mesin push-pad yang

menempel pada dinding, push-pad berguna untuk membuka

pintu.

(ac) Pressure mats ditempatkan pada bagian bawa karpet agar dapat

membuka pintu.

(ad) Infra-red dinonaktifkan sehingga pintu dapat digunakan secara

otomatis tanpa menggunakan push-pad

(ae) Akses dengan mudah dengan menggunakan setting otomatis

Pintu otomatis dengan energi rendah adalah pilihan yang paling

banyak dipilih untuk otomatisasi pintu. Berbeda dengan pintu otomatis,

operator ini dioperasikan dengan menggunakan bantalan dorong dan

yang utama adalah, oleh orang-orang bertubuh sehat, digunakan

sebagai pintu manual normal.

Gambar 2. 67 Step to Use Power Operated Door with Push-pad

(Sumber: Youtube, Capture Screen, 2017)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

61

Lift

Gambar 2. 68 Step to Use Power Operated Door Lift

(Sumber: Youtube, Capture Screen)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

2. 3 Tabel Kebutuhan Redesain Interior Terminal Giwanganyang Memenuhi Aksesibilitas Penumpang Difabel

Lantai 1

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm) Jumlah

Commercial Area -Foodcourt A dan B

553,5 m21. a. Penyewa KiosFoodcourt

>16 8 unit500x500x350

b. Penumpang bus

c. Karyawan danCleaning Service

50->100

2-10

80x2x30 120 unit

400x400x400 13 unit

400x350x90 16 unit

40x40x(70+30) 64 bh

Meja dan Kursi makan 2 Dudukan

12 setMeja dan kursi makan 4 dudukan

Kios foodcourt

Elemen dekoratif acrylic

Pilar (custom)

Kitchen set

Kursi bar

Membeli dan memesan makanan, mencari meja untuk makan (bagi yang makan ditempat), menunggu pesanan datang, memakan makanan.

Menjual dan menyedi-akan makanan pemesanan atau makan ditempat.

Menjaga kebersihan area foodcourt.

Signage tactual map(custom)

5 bh

Signage tactual mapkios information (custom)

3 bh

200x200x90

200x120x90

65x50x100

30x20x40

6 set

60x60Lantai granite

Plafon Gypsum 100x100 -

-

62

e. Tabel Kebutuhan Ruang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 1

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm) Jumlah

500x1x350 8 unit

30x30 1505 unit

- -

Clear glasstempered 1cm

Tactile paving

Handrail denganhuruf braille (custom)

11 unitMeja kasir (custom)

950x750x350 2 unit

Downlight PL-C1x 26 watt

Commercial Area -Shopping Area

629,9 m22. a. Penyewa Kios Menjual dan menyedi-akan produk-produk kebutuhan penumpang.

12 bh

>10

-

160x60x70

Kios Besar

30x30Tactile Paving

Lantai granite -60x60

400x400x350 4 unitPilar (custom)

480x480x350 3 unit Kios Besar

Downlight PL-C1x 26 watt

47 bh-

180x1x200 10 unitPower operated door

-

63

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 1

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm) Jumlah- 16 unitHandrail dengan

huruf braille

60x60 4 areaPeron Bus 340 m23. a. Pengemudi bus

>20 Memarkirkan buspada area pemberhentian bus, mempersiapkan bus untuk penumpang,membantu penumpangmenaikan barangbawaan, dan menunggu penumpangnaik bus.

Lantai granite

b. PenumpangBus

c. Karyawan danCleaning Service

50->200 Membeli dan mencarikebutuhan produkyang disediakan padatoko. Bertransaksidengan pembeli.

Menjaga kebersihan area toko.

Gate pada tangga 8 unit

Pot tanaman pembatas

2000x40x40 3 unit

-

Tactile Paving 3 unit30x30

Signage tactual map(custom)

5 bh65x50x100

Signage gantung(custom)

5 bh65x50x100

b. Penumpang Bus

Menunggu bus hinggabus siap untuk dinaiki.

c. Karyawan danCleaning Service

Menjaga kebersihanarea peron bus.

Downlight PL-C1x 26 watt

10 bh-

Cat marka jalantraffikote

4 area-

>10

100->200

>10

64

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 2

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm) Jumlah

Pilar (custom) 16 unit

Lantai granite 4 unit60x60

Downlight PL-C1x 26 watt

47 bh-

- 16 unitHandrail denganhuruf braille

1000x500x350 5 unitKios Oleh-oleh

Commercial Area-Gift Shop

1499,2 m25. a. Penyewa Kios >10 Menjual dan menyedi-akan produk oleh-oleh.

b. Penumpang bus

c. Karyawan danCleaning Service

Mencari, membeli danbertransaksi dengan penjual tentang produkyang akan dibeli.

Menjaga kebersihanarea gift shop.

100->250

80x2x30 240 unitElemen dekoratif acrylic

100x15x250 3 unitJadwal Bus (custom)

500x50x85 1 unitMeja Informasi (custom)

Kursi Informasi 2 unit-

400x400x350

Tactile paving 4 unit-

Signage tactual map(custom)

5 bh65x50x100

Signage gantung(custom)

5 bh200x15x40

LCD tv 32” 5 bh-

65

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 2

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm) Jumlah

1500x350x400 6 unitArea Ticketing - Customer Service

340 m26. a. Karyawan >16 Menjual dan menyedi-akan penjualan tikettiap agen bus.

Loket Tiket

b. PenumpangBus

100-<200 Memilih dan membelitiket dari agen bus.

c. Cleaning Service

>10 Menjaga kebersihanarea ticketing

700x1x250 2 unitClear glasstempered

- 18 unitAlumuniumlettering

2000x(50+70)x400

16 unitMeja loket (custom)

16 unitMicrophone

21” 16 unitKomputer

40x40x(40+35)cm

16 unitKursi karyawan

180x40x80 cm 16 unitCredenza

90x1x200 cm 2 unitPower operateddoor (CS)

60x50x145 cm 2 unitMesin tiket antrian

140x50x40 cm 12 unitKursi bench tunggu CS

200x200x70 3 unitMeja CS

-

60x60 6 unitLantai Granite

- 4 unitHandrail (custom)

66

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 2

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm)

100x1x400 1 unitPartisi kaca

200x15x40 cm 3 unitSignage gantung

30x30 cm 372 unitTactile paving

- 4 unitHandrail denganhuruf braille

60x46x100 2 bhSignage tactualmap (custom)

580,1 m2 1 unitPlafon HPL putihdoff

50x50x(100+50) 3 unitMesin self-printingtiket

1500x300x400 1 unitKios CS umum

1200x350x400 1 unitKios CS disabilitasprioritas

2 unitPower operated door (custom)

40x40x(40+35) 3 unitKursi Customer Service

90x1x200

67

Jumlah

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 2

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm) Jumlah

200x2x100 16 unitElemen dekoratifmeja loket

50x50x120 2 unitMesin nomor antrian

50x50x120 6 unitLED light biru

Downlight PL-C1x 26 watt

18 bh-

Ruang tunggu 456,2 m2 a. PenumpangBus

100->200 Menunggu bus hinggatiba, berbincang-bincang, beristirahat.

b. Karyawan danCleaningService

>10 Menjaga area ruangtunggu tetap bersih

400x400x400 5 unitPilar (custom)

4000x1200x400 1 unitArea ruang tunggu

350x200x(40+40) 6 unitSofa tunggu (custom)

200x60x(40+30) 4 unitKursi tunggu 3 seat(disabilitas prioritas)

- 6 unitClear glasstempered

7.

30x30 29 unitTactile Paving

250x60x(40+30) 25 unitKursi tunggu 4 seat

2 unitSignage gantung 200x15x40 cm

8 unitTv LCD 32” -

68

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.isi.ac.id/3820/2/BAB 2.pdfDari pengertian di atas jelas kita dapati bahwa tujuan pengadaan aksesibilitas adalah memberikan kemudahan

Lantai 2

Ruang LuasPengguna Ruang Pembentuk Ruang, Furnitur dan Aksesoris

Nama Jumlah Aktivitas Jenis Ukuran (cm)

90x60x40 4 unitCoffee table (custom)

Lantai granite 1 area60x60

Downlight PL-C1x 26 watt

47 bh-

- 1 unitHandrail denganhuruf braille

Lampu LED biru 47 bh-

Vending machine 47 bh180x60x200

500x300x400 1 unitMushola

480x380x400 2 unitToilet

Power operateddoor (custom)

1 unit180x1x200

69

Jumlah

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta