bab ii tinjauan pustaka a. standar operasional...

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus 1. Pengertian SOP Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter (2005). SOP infus adalah langkah-langkah prosedur untuk memasukkan cairan secara parenteral dengan menggunakan intravenous kateter melalui intravena (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011). 2. Tujuan SOP Tujuan SOP antara lain (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011) : a. Petugas / pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas / pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja. b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait. d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya. 9

Upload: dophuc

Post on 01-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus

1. Pengertian SOP

Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk

mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan

organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan

yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses

kerja tertentu (Perry dan Potter (2005).

SOP infus adalah langkah-langkah prosedur untuk memasukkan

cairan secara parenteral dengan menggunakan intravenous kateter melalui

intravena (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011).

2. Tujuan SOP

Tujuan SOP antara lain (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011) :

a. Petugas / pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas /

pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam

organisasi

c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait.

d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek

atau kesalahan administrasi lainnya.

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

10

e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan

inefisiensi

3. Fungsi SOP

Fungsi SOP antara lain (SOP Rumah Sakit Dr. Kariadi, 2011) :

a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.

d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam

bekerja.

4. Kapan SOP diperlukan

a. SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan

b. SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah

dilakukan dengan baik atau tidak

c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan

langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.

5. Keuntungan adanya SOP

a. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan

secara konsisten

b. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu

apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan

c. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa

digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

11

6. Pengertian Pemasangan Infus

Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari

pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien

(Darmawan, 2008).

Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah

memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk

dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan

atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu

tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada

kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu

keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan

pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam

basa.

7. Tujuan

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,

elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat

dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan

dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan

tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan

membantu pemberian nutrisi parenteral.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

12

8. Keuntungan dan Kerugian

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi

intravena adalah :

a. Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat

tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat,

absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih

dapat diandalkan, kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek

terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan

iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan

dapat dihindari, sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan

rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam

traktus gastrointestinalis.

b. Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall”

dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan

sensitivitas tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bisa

menyebabkan “speed shock” dan komplikasi tambahan dapat timbul,

yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam

periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan

inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

13

9. Lokasi Pemasangan Infus

Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer

yang sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial

atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses

paling mudah untuk terapi intravena. Daerah tempat infus yang

memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena supervisial

dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena

basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah,

dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).

Gambar 2.1 Lokasi Pemasangan Infus

Sumber : Dougherty, dkk (2010)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

14

Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemilihan lokasi pemasangan

terapi intravana mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:

a. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat

penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir

b. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis

terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,

pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun

c. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan

tingkat kesadaran

d. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan

sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya

hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)

e. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran

untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi

dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya

mulai di tangan dan pindah ke lengan)

f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan

sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit

vena pengganti

g. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena

menjadi tidak baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat vena

menjadi buruk (misalnya mudah pecah atau sklerosis)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

15

h. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena

pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya

pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter

i. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien

dengan stroke

j. Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami

pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi

10. Jenis cairan intravena

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005)

cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya

mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus

berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang

mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan

darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan

cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan

hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal

saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

b. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan

serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),

sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka

cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya

(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

16

tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada

keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah

(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar

gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang

membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam

pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan

peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.

Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan

serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke

dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya

Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.

11. SOP Pemasangan Infus

Standar Operating Procedure (SOP) memasang selang infus di

RSUP Dr Kariadi Semarang adalah :

a. Cuci tangan

b. Dekatkan alat

c. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan

dirasakan selama pemasangan infus

d. Atur posisi pasien / berbaring

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

17

e. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus

dan gantungkan pada standar infus

f. Menentukan area vena yang akan ditusuk

g. Pasang alas

h. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk

i. Pakai sarung tangan

j. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm

k. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung

l. Pastikan jarum IV masuk ke vena

m. Sambungkan jarum IV dengan selang infus

n. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi

o. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester

p. Atur tetesan infus sesuai program medis

q. Lepas sarung tangan

r. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana,

tanggal dan jam pelaksanaan

s. Bereskan alat

t. Cuci tangan

u. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi

keperawatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

18

12. Komplikasi Pemasangan Infus

Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka

waktu yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya

komplikasi. Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma,

infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara (Hinlay, 2006).

a. Flebitis

Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik.

Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah

dan hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena,

nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan

pembengkakan.

b. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di

sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya

pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor

(disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi,

ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata.

Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada

tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang

lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang

torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus

dan mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

19

aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena,

berarti terjadi infiltrasi.

c. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit

di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH

tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,

vancomycin, eritromycin, dan nafcillin).

d. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di

sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena

yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan

tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah

jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu

ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan

kebocoran darah pada tempat penusukan.

e. Tromboflebitis

Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan

dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang

terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar

area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya

rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang

tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

20

f. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan

aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel

dinding vena, pelekatan platelet.

g. Occlusion

Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika

botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman

pada area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan

aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem

terlalu lama.

h. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar

vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme

vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin,

iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan

aliran yang terlalu cepat.

i. Reaksi vasovagal

Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin,

berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah.

Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.

j. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament

Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi

otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

21

deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak

tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan

ligament.

13. Pencegahan komplikasi pemasangan terapi intravena.

Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu

memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :

a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru

b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda

infeksi

c. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain

d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan

e. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir

f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum

infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus

g. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester

dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)

h. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik

sterilisasi dalam pemasangan infuse

i. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena

yang telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil

j. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.

Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan

millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

22

B. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu

aturan dalam dan perilaku yang disarankan. Pengertian dari kepatuhan

adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Kepatuhan adalah

tingkat seseorang dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan

perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan

lainnya. (Bart, 2004).

Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan

bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur

maka akan timbul perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan

optimal jika perawat itu sendiri mengganggap perilaku ini bernilai positif

yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku

keperawatan ini akan dapat dicapai jika manajer keperawatan merupakan

orang yang dapat dipercaya dan dapat memberikan motivasi (Sarwono,

2007).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Setiadi, 2007) yaitu:

a. Faktor internal

1) Pengetahuan

a) Pengertian Pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2010), pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

23

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior).

Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat

langgeng, sebelum orang mengadopsi perilaku baru tersebut

terjadi proses yang berurutan yakni :

(1) Awareness (kesadaran) : yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(2) Interest : yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

(3) Evaluation : menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

(4) Trial : orang telah mulai mencoba perilaku baru.

(5) Adoption : subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

b) Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

(1) Tahu (know) : Tahu diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

24

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(2) Memahami (comprehension) : Suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

(3) Aplikasi (application) : Sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).

(4) Analisis (analysis) : Suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu subyek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

(5) Sintesis (synthetis) : Sintesis yaitu menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun

formula baru. Formulasi-formulasi yang telah ada.

(6) Evaluasi (evaluation) : Evaluasi ini berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

obyek atau materi. Penilian ini dibutuhkan suatu kriteria

yang ditentukan atau menggunakan kriteria yang ada.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

25

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(Notoatmodjo, 2003) yaitu :

(1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu kemampuan belajar yang dimiliki

manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Jenis

pendidikan adalah macam jenjang pendidikan formal yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa,

sehingga tingkat pendidikan dan jenis pendidikan dapat

menghasilkan suatu perubahan. Informasi juga

mempengaruhi pengetahuan yaitu dengan kurangnya

informasi tentang hubungan.

(2) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap hubungan seksual

selama masa kehamilan, karena setiap budaya yang baru

akan disaring sesuai tidak dengan budaya yang ada dan

agama yang dianut.

(3) Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur. Pengalaman

akan lebih luas sebagaimana dengan umur yang semakin

bertambah.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

26

2) Sikap

a) Pengertian

Menurut Azwar (2009) sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu

objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)

maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan semacam

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara

tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan

merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan

cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus

yang menghendaki adanya respons.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,

bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

27

b) Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Sunaryo (2004) adalah :

(1) Menerima (receiving) : diartikan bahwa orang (subjek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(2) Merespon (responding) : memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau

salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

(3) Menghargai (valuing) : mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap tingkat tiga.

(4) Bertanggung jawab (responsible) : bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

c) Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi

membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek

psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009)

adalah :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

28

(1) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus

sosial.

(2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan,

atau seseorang yang berarti khusus bagi kita.

(3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila

kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar

bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan

mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah

kebebasan pergaulan heteroseksual.

(4) Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

29

(5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu.

(6) Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-

kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

d) Pengukuran Sikap

Menurut Azwar (2009), salah satu aspek yang sangat

penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah

masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran

(measurement) sikap. Sesungguhnya sikap dapat dipahami

lebih daripada sekedar favorabel atau seberapa tidak

favorabelnya perasaan seseorang, lebih daridapa sekedar positif

atau seberapa negatifnya. Sikap dapat diungkap dan dipahami

dari dimensinya yang lain. Beberapa karakteristik (dimensi)

sikap yaitu :

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

30

(1) Arah

Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah

kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah

mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau

tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai

objek. Orangg yang setuju, mendukung atau memihak

terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang

arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau

tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang

arahnya negatif.

(2) Intensitas

Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan

sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya

mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak

sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap

yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif

yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak

setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju.

Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya

bagi setiap orang, mulai dari aspek agak setuju sampai pada

kesetujuan yang ekstrim.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

31

(3) Keluasan

Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau

ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai

hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi

dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada

objek sikap. Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel

terhadap program keluarga berencana secara menyeluruh,

yaitu pada semua aspek dan kegiatan keluarga berencana

sedangkan orang lain mungkin mempunyai sikap positif

yang lebih terbatas (sempit) dengan hanya setuju pada

aspek-aspek tertentu saja kegiatan program keluarga

berencana tersebut.

(4) Konsistensi

Sikap juga konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian

antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan

responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi

sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

Untuk dapat konsisten, sikap harus berubah, yang labil,

tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap yang

inkonsisten. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak

adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam

bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu

dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

32

tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan

perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke

waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti

dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang

bersangkutan.

(5) Spontanitas

Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaittu

menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk

menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan

memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan

secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau

desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal

ini tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap atau

perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk

mengemukakan sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala

sikap yang umumnya harus dijawab dengan ”setuju” atau

”tidak setuju”, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak

dapat terlihat.

3) Kemampuan

Kemampun adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas

fisik atau mental. Kemampuan seseorang pada umumnya stabil.

Kemampuan merupakan faktor yang dapat membedakan karyawan

yang berkinerja tinggi dan yang berkinerja rendah. Kemampuan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

33

individu mempengaruhi karateristik pekerjaan, perilaku, tanggung

jawab, pendidikan dan memiliki hubungan secara nyata terhadap

kinerja pekerjaan (Ivancevich, 2007).

Manajer harus berusaha menyesuaikan kemampuan dan

keterampilan seseorang dengan kebutuhan pekerjaan. Proses

penyesuaian ini penting karena tidak ada kepemimpinan, motivasi,

atau sumber daya organisasi yang dapat mengatasi kekurangan

kemampuan dan keterampilan meskipun beberapa keterampilan

dapat diperbaiki melalui latihan atau pelatihan (Ivancevich, 2007).

4) Motivasi

a) Pengertian Motivasi

Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa

latin “movere”, yang berarti mendorong atau menggerakkan.

Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku,

beraktifitas dalam pencapaian tujuan. Karena itu motivasi

diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme

yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.

Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri,

tetapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain, hal-hal

yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang

ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke

arah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

34

terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi

(motivated behavior) (Sunaryo, 2004).

Menurut Walgito (2004), motivasi merupakan keadaan

dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku

ke arah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa

motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu :

(1) Keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state) :

yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan

(2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini

(3) Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut

b) Teori-teori motif

Mengenai motif ini ada beberapa teori yang diajukan

yang memberi gambaran tentang seberapa jauh peranan dari

stimulus internal dan eksternal. Teori-teori tersebut adalah

(Walgito, 2004) :

(1) Teori insting (instinct theory) : Perilaku itu sebabkan

karena insting, dan mengajukan suatu daftar insting. Insting

merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan,

dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

(2) Teori dorongan (drive theory) : Teori ini bertitik tolak pada

pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-

dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

35

berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang

mendorong organisme berperilaku.

(3) Teori insentif (insentive theory) : Teori ini bertitik tolak

pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan

karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong

organisme berbuat atau berperilaku. Insentif atau juga

disebut sebagai reinforcement ada yang positif dan ada

yang negatif.

(4) Teori atribusi : Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-

sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh

disposisi internal (misal motif, sikap) ataukah keadaan

eksternal. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi

internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal.

(5) Teori kognitif : Apabila seseorang harus memilih perilaku

mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang

bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan

membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang

bersangkutan.

c) Jenis-jenis motif

Jenis-jenis motif menurut Walgito (2004) adalah:

(1) Motif fisiologis : dorongan atau motif fisiologis pada

umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

36

untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual,

dorongan untuk mendapatkan udara segar.

(2) Motif sosial : motif sosial merupakan motif yang kompleks,

dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan

manusia. Karena motif ini dipelajari, maka kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain satu dengan yang

lain itu dapat berbeda-beda.

(3) Teori kebutuhan dari Murray : Selain teori kebutuhan atau

teori motif yang dikemukakan oleh McClellland, dikenal

pula teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray atau

disebut teori motif.

(4) Motif eksplorasi, kompetensi dan self-aktualisasi :

mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan; motif untuk

menguasai tantangan yang ada dalam lingkungan dan

menanganinya dengan secara efektif (competency, or

effectance motivation); dan motif untuk aktualisasi diri (self

actualization) yang berkaitan sampai seberapa jauh

seseorang dapat bertindak atau berbuat untuk

mengaktualisasikan dirinya.

d) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Widyatun (2002) ada dua faktor yang

berpengaruh terhadap motivasi yaitu:

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

37

(1) Faktor internal

Motivasi yang berasal dari dalam diri manusia, biasanya

timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan

sehingga manusia menjadi puas. Faktor internal meliputi:

(a) Faktor fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan kondisi fisik misalnya status kesehatan.

(b) Faktor proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi

begitu saja, tetapi ada kebutuhan yang mendasari

munculnya motivasi tersebut.

(c) Faktor hareditas

Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe

kepribadian yang secara herediter dibawa sejak lahir.

Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah termotivasi

atau sebaliknya. Orang yang mudah sekali tergerak

perasaanya, setiap kejadian menimbulkan reaksi

perasaan padanya.

(d) Faktor kematangan usia

Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan dan proses berfikir dalam

melakukan sesuatu.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

38

(e) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi

motivasi individu, yang mana makin tinggi pengetahuan

seseorang maka makin tinggi motivasi sesorang untuk

melakukan sesuatu.

(2) Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi:

(a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar

individu baik secara fisik, biologis maupun sosial.

(b) Dukungan sosial

Dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun

nonverbal, saran, bantuan yang nyata dan tingkah laku

yang diberikan masyarakat dengan subyek didalam

lingkungan sosialnya.

(c) Media

Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan

atau info kesehatan.

b. Faktor eksternal

1) Karakteristik Organisasi

Keadaan dari organisasi dan struktur organisasi ditentukan

oleh filosofi dari manajer organisasi tersebut. Keadaan organisasi

dan struktur organisasi akan memotivasi atau gagal memotivasi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

39

perawat profesional untuk berpartisipasi pada tingkatan yang

konsisten sesuai dengan tujuan (Swansburg, 2000).

Subyantoro (2009), berpendapat bahwa karakteristik

organisasi meliputi komitmen organisasi dan hubungan antara

teman sekerja dan supervisor yang akan berpengaruh terhadap

kepuasan kerja dan perilaku individu.

2) Karakteristik Kelompok

Rusmana (2008) berpendapat bahwa kelompok adalah unit

komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki

suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota

yang kuat. Karakteristik kelompok adalah : (1) adanya interaksi;

(2) adanya struktur; (3) kebersamaan; (4) adanya tujuan; (5) ada

suasana kelompok; (6) dan adanya dinamika interdependensi.

Anggota kelompok melaksanakan peran tugas, peran

pembentukan, pemeliharaan kelompok, dan peran individu.

Anggota melaksanakan hal ini melalui hubungan interpersonal.

Tekanan dari kelompok sangat mempengaruhi hubungan

interpersonal dan tingkat kepatuhan individu karena individu

terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok

meskipun sebenarnya individu tersebut tidak menyetujuinya

(Rusmana, 2008).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

40

3) Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan akan memberikan motivasi bagi

karyawan untuk lebih bekerja dengan giat dan untuk

menumbuhkan semangat kerja yang lebih produktif karena

karakteristik pekerjaan adalah proses membuat pekerjaan akan

lebih berarti, menarik dan menantang sehingga dapat mencegah

seseorang dari kebosanan dan aktivitas pekerjaan yang monoton

sehingga pekerjaan terlihat lebih bervariasi. Gibson et al (Rahayu,

2006) karakteristik pekerjaan adalah sifat yang berbeda antara jenis

pekerjaan yang satu dengan yang lainnya yang bersifat khusus dan

merupakan inti pekerjaan yang berisikan sifat-sifat tugas yang ada

di dalam semua pekerjaan serta dirasakan oleh para pekerja

sehingga mempengaruhi sikap atau perilaku terhadap

pekerjaannya.

4) Karakteristik Lingkungan

Apabila perawat harus bekerja dalam lingkungan yang

terbatas dan berinteraksi secara konstan dengan staf lain,

pengunjung, dan tenaga kesehatan lain. Kondisi seperti ini yang

dapat menurunkan motivasi perawat terhadap pekerjaannya, dapat

menyebabkan stress, dan menimbulkan kepenatan (Swansburg,

2000).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

41

C. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Setiadi (2007)

Faktor Internal :

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Kemampuan

4. Motivasi

Faktor Eksternal :

1. Karakteristik organisasi

2. Karakteristik kelompok

3. Karakteristik pekerjaan

4. Karakteristik lingkungan

Kepatuhan

menjalankan SOP

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

42

D. Kerangka Konsep

Bagan 2.3 Kerangka Konsep

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati

(Sugiyono, 2007). Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan

motivasi.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infus.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP infus

Pengetahuan

Sikap

Motivasi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Operasional …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud... · SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

43

F. Hipotesa

Menurut Notoatmodjo (2005), hipotesa penelitian adalah jawaban

sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat

dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan

infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. Ha : Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di

Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

3. Ha : Ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di

Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.