bab ii tinjauan pustaka a. praktik pertolongan...

12
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka 1. Pengertian Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon. Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata (Notoatmodjo, 2007). Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik (Suharni, 2011). Perawatan luka adalah penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka (Kusyati, 2003). Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka adalah tindakan nyata memberikan pertolongan sementara dengan membersihkan luka, menutup dan membalut luka untuk membantu proses penyembuhan luka, sebelum korban mendapat pertolongan dari medis. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Faktor yang mempengaruhi praktik pertolongan pertama pada kecelakaan perawatan luka adalah Faktor perilaku. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : a. Faktor Predisposisi (Presdiposing Factors) Faktor yang mencakup sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, keyakinan, nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat terhadap hal–hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

Upload: lynhu

Post on 07-Sep-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka

1. Pengertian

Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon. Sikap

dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana

dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud

dalam tindakan nyata (Notoatmodjo, 2007).

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya

pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan

sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau

paramedik (Suharni, 2011). Perawatan luka adalah penanganan luka yang

terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga

dapat membantu proses penyembuhan luka (Kusyati, 2003).

Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka

adalah tindakan nyata memberikan pertolongan sementara dengan

membersihkan luka, menutup dan membalut luka untuk membantu proses

penyembuhan luka, sebelum korban mendapat pertolongan dari medis.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik

Faktor yang mempengaruhi praktik pertolongan pertama pada kecelakaan

perawatan luka adalah Faktor perilaku. Menurut Lawrence Green dalam

Notoatmodjo (2005) faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :

a. Faktor Predisposisi (Presdiposing Factors)

Faktor yang mencakup sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap

kesehatan, keyakinan, nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat terhadap

hal–hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor ini lebih

bersifat dari dalam diri individu tersebut.

9

b. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Mencakup yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk didalamnya

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah

sakit. Fasilitas umum seperti media massa, media pendidikan

kesehatan, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain

sebagainya.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Faktors)

Meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh agama, tokoh

masyarakat dan keluarga. Untuk perilaku sehat, masyarakat kadang-

kadang bukan hanya perlu pengetahuan, sikap dan pendukung positif,

melainkan memerlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh masyarakat,

tokoh agama, keluarga lebih-lebih petugas kesehatan.

Setelah seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang

diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2005).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Dalam proses belajar ada tiga kegiatan yang akan dilalui yaitu

masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan masukan

menyangkut subjek atau sasaran belajar dengan latar belakangnya.

Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan

kemampuan pada diri subjek belajar, disini akan terjadi pengaruh timbal

balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, alat bantu belajar

dan materi atau bahan yang dipelajari. Keluaran (output) merupakan hasil

belajar itu sendiri yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru

pada diri subjek belajar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) mengelompokkan faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar dalam 4 kelompok besar yaitu

10

a. Faktor materi

Faktor pertama, materi atau hal yang dipelajari ikut menentukan proses

dan hasil belajar.

b. Lingkungan

Faktor kedua yakni lingkungan fisik yang antara lain terdiri dari suhu,

kelembaban udara dan kondisi setempat. Faktor lingkungan sosial,

yakni manusia dengan segala interaksinya serta representasinya seperti

keramaian atau kegaduhan.

c. Instrumental

Instrumental terdiri dari perangkat keras seperti perlengkapan belajar

dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar

atau fasilitator belajar serta metode belajar mengajar.

d. Faktor individu pembelajar

4. Tingkatan Dalam Praktik

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan praktek ada 4 yaitu

a. Persepsi (Perception)

Praktik tingkat pertama adalah mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respons terpimpin (Guided Responses)

Praktik tingkat kedua adalah suatu tindakan yang dilakukan sesuai

dengan urutan yang benar. Seseorang mampu melakukan tindakan

dengan sistematis, dari awal hingga akhir.

c. Mekanisme (Mechanism)

Praktik tingkat ketiga adalah seseorang yang dapat melakukan

tindakan secara benar urutannya, maka secara otomatis akan menjadi

kebiasaan baginya untuk melakukan tindakan yang sama.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang

dengan baik, berarti tindakan sudah dimodifikasinya sendiri tanpa

mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

11

Pengukuran tindakan dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung

maupun secara tidak langsung. Pengukuran tindakan yang paling baik

adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu

mengamati tindakan responden dalam melakukan tindakan kesehatan.

Sedangkan, secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang

lalu (recall) (Notoatmodjo, 2005). Pengkategorian praktik dapat dilakukan

dengan membaginya menjadi tiga kategori yaitu praktik yang kurang,

sedang dan baik.

B. Metode Simulasi

1. Pengertian

Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang

sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif

maupun keterampilan). Metode simulasi bisa memindahkan suatu situasi

nyata kedalam kegiatan belajar karena adanya kesulitan/keterbatasan untuk

melakukan praktek dalam situasi yang sesungguhnya (Depdiknas, 2005).

Menurut Djamarah (2006) metode pembelajaran simulasi adalah cara

penyajian pembelajaran dengan memperagakan/ mempertunjukan kepada

siswa suatu proses, simulasi/ benda yang sedang dipelajari, baik

sebenarnya ataupun tiruan yang disertai dengan penjelasan lisan.

2. Tujuan metode pembelajaran simulasi

a. Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan membantu peserta didik

mempraktikan ketrampilan dalam membuat keputusan, menyelesaikan

masalah dan mengembangkan kemampuan interaksi antar individu.

b. Memberikan kesempatan peserta didik untuk menerapkan berbagai

prinsip, teori serta meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan

psikomotor.

c. Meminimalisir pembelajaran satu arah dari guru, dengan metode ini

siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

12

d. Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui

situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan

berbahaya serta menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati.

3. Keunggulan dan Kelemahan metode simulasi menurut Anitah (2009),

Nursalam & Efendi dan Sanjaya (2008) sebagai berikut:

a. Keunggulan Metode Simulasi

1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan membina hubungan

komunikatif dalam kelompoknya.

2) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat

langsung dalam pembelajaran.

3) Membangkitkan imajinasi, meningkatkan berfikir secara kritis,

karena proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif.

4) Belajar memahami kegiatan dan memberi kesempatan berlatih

mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam

situasi nyata.

5) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi

lahan praktek tidak memadai.

6) Membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat

pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul.

7) Meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian.

b. Kelemahan Metode Simulasi

1) Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak dan memerlukan

biaya yang lebih banyak.

2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa.

3) Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.

4) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan

di tempat latihan, karena diperlukan alat bantu.

5) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama

dengan situasi sebelumnya, baik kecanggihan alat, lingkungan.

13

6) Kurang efektif untuk menyampaikan informasi umum dan kurang

efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan efektif bila

dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil.

Teknik simulasi pertolongan pertama pada kecelakaan dilakukan dengan

melakukan metode ceramah, tanya jawab tentang pertolongan pertama

pada kecelakaan perawatan luka dan metode demontrasi dengan

mendemonstrasikan perawatan luka. Media yang digunakan agar proses

simulasi berjalan dengan baik ialah laptop, proyektor, alat-alat pertolongan

pertama pada kecelakaan perawatan luka.

C. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

1. Definisi P3K

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya

pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan

sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau

paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau

penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara

yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang

pertama kali melihat korban (Suharni, 2011).

Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan

menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian.

Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau

penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila

tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat

kecelakaan bahkan menimbulkan kematian (Andryawan, 2013).

2. Tujuan P3K

a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian

b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)

c. Menunjang penyembuhan dengan mengurangi rasa sakit, takut dan

mencegah infeksi.

14

3. Prinsip P3K

Prinsip yang harus ditanamkan pada Petugas P3K dalam melaksanakan

tugas menurut Margareta (2012), Andryawan dan amin (2013) adalah

a. Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum menolong

1) Bersikaplah tenang, jangan pernah panik.

2) Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas dan tepat

tanpa menambah kerusakan.

b. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.

c. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada kecelakaan disitu.

d. Usahakan menghubungi ambulan, petugas medis atau dokter, rumah

sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan setempat).

e. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat

Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan

luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dll.

4. Sistematika Pelaksanaan P3K

Langkah-langkah pemeriksaan korban kecelakaan menurut Margareta

(2012) adalah

a. Periksa kesadaran

Apakah korban sadar atau tidak, pingsan, gelisah, acuh tak acuh.

Hilangkan penyebab gangguan kesadaran, istirahatkan dan tenangkan

korban yang gelisah, bila korban tidak sadar selama 30 menit ia

langsung diangkut ke dokter atau puskesmas/ rumah sakit.

b. Periksa pernafasan

Apakah pernafasan korban berhenti, cepat, lambat, tidak teratur, amati

korban. Tindakan awal adalah membebaskan jalan nafas dan

mempertahankan saluran pernafasan.

c. Periksa tanda-tanda perdarahan. Apakah teraba denyut jantung.

Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat

menyebabkan kematian. Tindakan yang harus dilakukan dengan segera

15

adalah menghentikan perdarahan. Kalau lokasi luka memungkinkan,

meletakkan bagian perdarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

d. Periksa keadaan lokal apakah ada patah tulang, luka dan perhatikan

apa keluhannya : Apakah korban ada rasa nyeri, linu, sakit. Minta

korban tunjukkan tempat yang sakit. Beritahu korban bahwa ia akan

ditolong dan ajaklah bercakap-cakap.

e. Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat

dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila

tempat kecelakaan tidak memungkinkan. Bila korban hendak

dipindahkan, perdarahan harus dihentikan dahulu dan tulang yang

patah dibidai. Dalam memindahkan korban usahakan supaya kepala

korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran

pernafasan tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

f. Segera transportasikan korban ke pusat pengobatan, puskesmas atau

rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah

sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan

keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang

berkompeten.

5. Peralatan P3K

Ada beberapa bahan dan alat yang harus tersedia dalam kotak P3K, yaitu :

a. Bahan yang minimal harus tersedia

1) Bahan untuk membersihkan tangan misalnya : sabun, alkohol.

2) Obat untuk mencuci luka misalnya : air bersih, boorwater,

Providone iodine.

3) Obat untuk mengurangi rasa nyeri misalnya parasetamol.

4) Bahan untuk menyadarkan misalnya moniak, parfum.

b. Alat minimal yang disediakan

1) 10 pembalut cepat

2) Pembalut gulung

3) Pembalut segitiga

16

4) Kapas

5) Plester

6) Kassa steril

7) Gunting

8) Pinset

6. Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Perawatan Luka

a. Luka adalah terputusnya/ terkelupasnya jaringan kulit yang disebabkan

oleh benda tajam atau tumpul, benda panas, bahan kimia dan lain-lain

(Andryawan, 2013).

b. Tujuan Perawatan Luka :

1) Menjaga luka dari trauma.

2) Mencegah timbulnya infeksi.

3) Meningkatkan kenyamanan.

c. Penanganan korban dengan luka menurut Kusyati (2003) dan Murwani

(2008) adalah

1) Mencuci tangan sebelum merawat luka

2) Mengatur posisi korban hingga luka terlihat jelas

3) Membuka peralatan

4) Memakai sarung tangan steril

5) Membersihkan sekitar luka dengan cairan fisiologis

6) Membersihkan luka dengan cairan fisiologis mengalir

7) Mengeringkan luka dengan kasa steril

8) Melakukan oles obat luka

9) Menutup luka dengan kassa steril

10) Menutup luka dengan cara membalutnya menggunakan plester

11) Melepas sarung tangan

12) Mencuci tangan setelah merawat luka

17

d. Beberapa jenis luka

Menurut Adryawan (2013), Titin (2010) dan Murwani (2008) beberapa

jenis luka beserta penangannya :

1) Luka Iris (sayat) karena irisan benda tajam, penanganan :

a) Bersihkan luka dengan air

b) Taburkan antiseptik luka

c) Pasang plester steril pada luka agar mulut luka rapat

d) Kalau perlu pembalut tekan

2) Luka Lecet karena tergesek benda keras dan kasar sehingga kulit

ari terkelupas, penanganan :

a) Bersihkan luka dengan air

b) Taburkan antiseptik dan balut

3) Luka Memar karena terbentur benda keras hingga jaringan bawah

kulit, penanganan :

a) Bersihkan luka dengan air

b) Taburkan antiseptik luka

c) Balut dengan pembalut tekan

4) Luka Tusuk karena tertusuk benda tajam/ runcing dan Luka Robek

karena tergesek benda tidak terlalu tajam (mulut luka tidak rapi)

dan Luka Tembak Diterjang peluru, penanganan :

a) Tutup luka dengan kasa steril

b) Taburkan antiseptik dan balut

c) Kirim ke rumah sakit

18

D. Kerangka Teori

.

.

Skema 2.1 : Kerangka TeoriMenurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)

E. Kerangka Konsep

Variabel Terikat Variabel Bebas Variabel Terikat

(sebelum intervensi) (intervensi) (setelah intervensi)

Skema 2.2 : Kerangka Konsep

Praktik PertolonganPertama Pada Kecelakaan

Penguat (Reinforcing Faktors)a. Dukungan Petugas

Kesehatanb. Dukungan Tokoh Agama,

Tokoh Masyarakatc. Dukungan Keluarga.

Predisposisi (Presdiposing Faktors)a. Sikapb. Pengetahuanc. Kepercayaan, Nilai-nilaid. Pendidikane. Sosial Ekonomi

Pendukung (Enabling Faktors)a. Sarana, Prasarana Atau

Fasilitas b. Fasilitas Umum : Media

Massa/ Media Pendidikan Kesehatan.

Praktik Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan

Perawatan LukaSebelum Simulasi

Praktik Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan

Perawatan LukaSesudah Simulasi

SimulasiPertolongan

Pertama Pada Kecelakaan

Perawatan Luka

19

F. Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu ciri/ ukuran yang dimiliki oleh anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Notoatmodjo, 2010).

1. Variabel independen (variabel bebas) pada penelitian ini adalah simulasi

pertolongan pertama pada kecelakaan.

2. Variabel dependen (variabel terikat) pada penelitian ini adalah praktik

perawatan luka pada siswa di SD Negeri Mranggen 2 Demak.

G. Hipotesis

Ada perbedaan praktik perawatan luka sebelum dan sesudah dilakukan

simulasi pertolongan pertama pada kecelakaan perawatan luka di SD Negeri

Mranggen 2 Demak.