bab ii tinjauan pustaka a. pertumbuhan dan …
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. anak menunjukkan ciri-ciri pertubuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes
RI, 2012:4)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari
proses pematangan, disini menyangkut adanya proses diferensiensi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system oran yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2016).
1. Potensi Tinggi Badan (genetik) pada usia 18 tahun
Laki = (tinggi badan ayah + tinggi badan ibu +13 cm) ±8,5 cm
2
Perempuan = (tinggi badan ayah + tinggi badan ibu – 13 cm) ±8,5 cm
2
7
2. Berat Badan
Berat badan dipengaruhi oleh beberapa hal berikut .
a. Genetik (keturunan)
b. Asupan nutrisi (makan ,minum dan lainnya)
c. Penyerapan dan pengeluaran usus
d. Aktivitas fisik
e. Metabolisme tubuh dan hormon
f. Penyakit kronik ,seperti jantung ,infeksi saluran kemih (ISK) ,dan TBC .
g. Kadar air dan lemak tubuh
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua
sistem organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi sistem
organ tubuh. (Vivian,2013:49)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak alus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. (Kemenkes RI, 2012:4)
a. Faktor-Faktor yang berperan dalam perkembangan seorang anak.
Keturunan (genetik) ,terutama orang tua ,ayah ,ibu ,nenek ,dan kakek.
Lingkungan (fisiko-bio-psiko-sosial) yang terdiri atas beberapa hal berikut.
1) Nutrisi/gizi
2) Paparan toksin /zat kimia /radiasi
3) Infeksi janin pascanatal
4) Kebersihan dan sanitasi
5) Sosial ekonomi
6) Obat-obatan
8
7) Lingkungan pengasuhan
8) Pemberian stimulasi atau rangsangan
9) Kualitas pengasuh
10) Teman serta sekolah
b. Apa yang dibutuhkan anak ?
1) Kebutuhan fisik dan biomedis
Nutrisi yang adekuat dan seimbang atau gizi seimbang (4 sehat 5
sempurna) yang dibbutuhkan bayi adalah ASI eksklusif,MP-ASI,dan
makanan anak.Pemberian makan pada anak selain untuk mencukupi
kebutuhan fisiknya,juga untuk mendidik kebiasaan makan anak.
2) Nutrien yang penting
a) Zat pembangun terdiri atas protein hewani dan nabati. Protein
mengandung asam amino esensial. Zat ini berfungsi untuk mengganti
jaringan yang rusak.
b) Zat sumber tenaga atau energi.
c) Zat penunjang memberan sel yang bersumber dari lemak
(susu,keju,kuning telur dan lain-lain).
d) Zat pelindung yang terdiri atas vitamin dan mineral . Vitamin yang
larut dalam lemak (A,D,E dan K) .
(1) Vitamin A (Akseroftol) sumbernya dari jaringan hewan dan tidak
terdapat pada jaringan tanaman. Vit A diperlukan untuk
menyongsong pertumbuhan dan kesehatan,khususnya dalam proses
penglihatan,sekresi mukus ,metabolisme protein,pemeliharaan
epitel dan reproduksi.
9
(2) Vitamin D (Kalsiferol) dapat dijumpai pada bahan makanan seperti
hati,minyak ikan,kuning telur,susu,dan mentega.
(3) Vitamin E (Tokoferol) adalah vitamin reproduksi,vitamin
kesuburan (fertilitasi),factor X,dan factor sterilitas. Sebagian besar
vitamin E terdapat pada minyak nabati,seperti minyak dari
lembaga biji gandum,minyak lembaga biji beras,minyak biji
kapas,minyak jagung, minyak kacang,minyak kedelai,minyak
bunga matahari dan lain-lainnya. Peranan pentingnya sebagai
antioksidan untuk mrncegah teroksidasinya asam lemak tak jenuh
menjadi proksida toksik di dalam membrane sel. Vitamin E juga
dapat membantu mencegah teroksidasinya karotena dan vitamin A
dalam saluran cerna.
(4) Vitamin K (Filokuinona) adalah kofaktor sistem enzim yang
struktur kimianya mengandung unit-unit asam glutamat.
(Vivian,2013:50-51)
3. Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Antopometri
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan di masyarakat (Almatsier, 2004). Pengukuran antropometri ini
dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan
menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
(Nursalam, 2005) :
10
a. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Dengan
demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong
normal untuk anak seusianya.
b. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memerhatikan berapa umur anak yang diukur.
c. Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
1) Pengukuran Berat badan/BB :
a) Menggunakan timbangan bayi.
(1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bias berbaring/duduk tenang.
(2) Letakkan timbangan pada meja ang datar dan tidak mudah
bergoyang.
(3) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
(4) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaiki, sarung tangan.
(5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
(6) Lihat jarum timbangan sampai bhenti.
(7) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(8) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
11
b) Menggunakan timbangan injak.
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.
(3) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak
memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangantanpa dipegangii.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(7) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
2) Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
a) Cara mengukur dengan posisi berbaring
(1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
(2) Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar.
(3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
(4) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
(5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur.
12
Gambar 1
Pengukuran Panjang Badang Secara Terletang
b) Cara mengukur dengan posisi berdiri:
(1) Anak tidak memakai sandal/sepatu
(2) Berdiri tegak menghadap kedepan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 2
Pengukuran Tinggi Badan
13
3) Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2012):
a) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara diatas.
b) Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
c) Pilih kolom berat badan untuklaki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)
sesuai jenis kelamin, cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak.
d) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
4. Indeks Antropometri
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah ukuran
antropometri yang sangat labil (Supariasa, 2011).
Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti
pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat.
(Supariasa, 2011).
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan
menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat
14
karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Supariasa, 2011).
Kelebihan indeks berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2011) :
1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
2) Baik untuk status gizi akut maupun kronis
3) Berat badan dapat berfluktuasi
4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
5) Dapat mendeteksi kegemukan
Kekurangan indeks berat badan menurut umur (BB/U) :
1) Interpretasi yang keliru jika terdapat edema atau esites
2) Umur sering sulit ditaksir dengan tepat
3) Sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan
pada waktu penimbangan
4) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama
(Supariasa, 2011).
Kelebihan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2011) :
1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
15
Kelemahan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2011) :
1) Tinggi badan tidak cepat naik
2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya
3) Ketepatan umur sulit didapati
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini/sekarang (Supariasa, 2011).
Kelebihan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2011)
1) Tidak memerlukan data umur
2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, atau kurus)
Kelemahan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2011) :
1) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya
2) Sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan
3) Membutuhkan dua macam alat ukur
4) Pengukuran relatif lama
5) Membutuhkan dua orang melakukannya
6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama oleh
kelompok non-profesional.
16
d. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
pekerjaan tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan dan energi yang
dimakan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi
bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah
energi kimia, energi mekanik, energi panas dan energi listrik (Budiyanto, 2004).
Angka Kecukupan Gizi (Recommended Dietary Allowance) merupakan
rekomendasi asupan berbagai nutrien esensial yang perlu dipertimbangkan
berdasarkan pengetahuan ilmiah agar asupan nutrien tersebut cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada semua orang yang sehat. AKG
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan
bukan merupakan kebutuhan perorangan (Hartono, 2006).
Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata yang Dianjurkan Rata-
Rata Perorang Perhari Golongan Umur Berat Badan
Tinggi Badan Energi Protein
Golongan
Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein
0-6 bulan 5,5 60 560 12
7-12 bulan 8,5 71 800 15
1-3 tahun 12 90 1250 23
4-6 tahun 18 110 1750 32
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia dalam Alamatsier. S (2007:253)
B. Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat jalinan faktor
genetik dan lingkungan. Pengertian tentang mengapa dan bagaimana obesitas
terjalin, belum dipahami sepenuhnya. Namun keterlibatan faktor
17
sosial,budaya,perilaku, metabolik, dan genetik dalam jalinan ini tidak
terbantahkan lagi (Arisman, 2010).
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh
manusia, obesitas terjadi akibat kelebihan asupan kalori anak dengan obesitas
belum tentu memiliki kecukupan gizi yang baik. Kecukupan gizi adalah
banyaknya zat gizi yang terpenuhi dari makanan bergantung pada usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, dan kondisi
tertentu(Prihaningtyas,dkk,2018:1)
Kecendrungan terjadinya obesitas dijumpai pada sebagian orang yang
umumnya berkaitan erat dengan pola makan, status social ketidakseimbangan
aktivitas tubuh dan konsumsi makanan. Masalah ini perlu dibahas karena
kepentingannya tidak terbatas hanya pada dampak medis, psikis maupun social,
tetapi erat pula hubungannya dengan kelangsungan hidup penderitanya .
(Misnadiarly,2007)
Perbedaan Obesitas dengan overweight, Obesitas merupakan kadar lemak
tubuh yang berlebihan dan dapat menyebabkan suatu penyakit sementara itu
overweight merupakan kelebihan berat badan diatas normal, Secara sederhana
dapat disimpulkan bahwa Overweight adalah kelebihan berat badan Sedangkan
obesitas adalah kelebihan berat badan yang lebih berat dan berisiko menimbulkan
penyakit. (Prihaningtyas,dkk,2018:1-2)
18
1. Klasifikasi Obesitas
Tabel 2
Interpretasi Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB)
<-3 SD atau gizi buruk Kurus Sekali
-3 SD s/d <-2 SD atau gizi kurang Kurus
-2 SD s/d 2 SD atau gizi baik Normal
>2 SD s/d SD atau gizi lebih Gemuk
>3 SD atau obesitas Gemuk Sekali
2. Faktor Risiko Obesitas
Faktor risiko terjadinya obesitas sangat kompleks mulai dari faktor
genetik, individual hingga lingkungan fisik dan sosial. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengurai permasalahan obesitas pada anak. Dua pandangan yang
menjadi penyebab utama obesitas adalah dari faktor genetika dan keseimbangan
energi positif. Review saat ini terhadap penyebab primer terjadinya peningkatan
prevalensi obesitas pada remaja adalah difokuskan pada ketidakseimbangan
energi kronis yang disebabkan karena kelebihan asupan energi dan/atau
ketidakcukupan pengeluaran energi. Jadi pada dasarnya keseimbangan energi
positif menurut beberapa hasil penelitian terhadap penyebabnya mengarah pada
dua bidang utama yaitu asupan makanan yang berlebih dan tidak adekuatnya
aktivitas fisik. Namun dibalik kedua faktor tersebut, masih banyak faktor yang
memengaruhinya terutama terkait dengan faktor sosial budaya. Karena
sebagaimana terjadinya suatu kelainan dalam tubuh atau penyakit bukan hanya
karena penyebab tunggal namun disebabkan karena penyebab yang majemuk
(multi factorial). Penelitian-penelitian epidemiologis dengan pendekatan kohort
dan kasus kontrol menunjukkan tren makanan (fast food), gaya hidup sedentary,
19
penurunan aktivitas fisik, stres psikologis, dan budaya merupakan contributor
terhadap epidemi obesitas pada anak dan remaja (Lenders & Hoppin, 2003).
a. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.
Bilakedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu
orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak
obesitas, prevalensi menjadi 14% (Syarif, 2003).
Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi
intrauterin menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama
kerentanan terhadap pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama
dengan pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan predisposisi timbulnya
berbagai penyakit dikemudian hari. Mekanisme kerentanan genetik terhadap
obesitas melalui efek pada resting metabolic rate, thermogenesis non exercise,
kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek. Dengan demikian
kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang lingkungan
menentukan ekspresi fenotipe (Kopelman, 2000;Newnham, 2002).
b. Faktor lingkungan
Lingkungan dalam hal ini termasuk perilaku/gaya hidup. Hal ini
menyangkut tentang bagaimana lingkungan memengaruhi apa yang dimakan,
berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya (Adriani &
Wiratmadi,2013).
20
Adapun faktor lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Gizi dan Makanan
Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama
kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak
serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi
(Heird,2002b).
2) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh. Sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat
dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas
(Patschan & Scholze, 2007). Aktivitas fisik cenderung menurun pada anak
perempuan umur 10-12 tahun, sementara pada anak laki-laki tetap lebih aktif
meskipun tingkat aktivitas fisiknya lebih rendah daripada mereka yang berumur
15-18 tahun (More, 2014).
3) Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat diperkirakan dari pendapatan
keluarga.Semakin baik sosial ekonomi suatu keluarga maka ketersediaan bahan
pangan dan makanan keluarga tersebut lebih terjamin. Namun apabila tidak
diimbangi dengan pengetahuan yang cukup tetang makanan sehat maka keluarga
dengan sosial ekonomi yang tinggi juga memiliki potensi yang besar untuk
menderita obesitas. Disisi lain keluarga dengan penghasilan rendah juga
cenderung memiliki kemampuan membeli bahan makanan yang tinggi
karbohidrat, selain itu apabila anak-anak mereka mengalami obesitas penurunan
21
berat badan pada kelompok ini dianggap bukan suatu hal yang penting (Cobb,
2013).
3. Dampak Obesitas pada Anak
a. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-
kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-kolesterol.
Risiko penyakit Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7-
2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak
dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi,
15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar
trigliserida tinggi(Freedmanet al., 2001). Anak obesitas cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita
hipertensi (Syarif, 2003).
b. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas. Prevalensi
penurunan glukosa toleran test (GTT) pada anak obesitas adalah 25% sedang
diabetes mellitus tipe-2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes
mellitus tipe-2 mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT)> + 3SD atau > persentile
ke 99 (Syarif, 2003;Freedmanet al., 2001;Bluher,2004).
c. Obstruktive sleep apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala
mengorok (Syarif, 2003). Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah
dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan
diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru
22
serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Saat tidur terjadi penurunan
tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan
kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang
menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan
obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga
keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini
berkurang seiring dengan penurunan berat badan (Syarif, 2003;Kopelman, 2000).
d. Gangguan ortopedik
Anak yang obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik
yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris
yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan
panggul (Syarif, 2003).
e. Pseudotumor serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada
obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang menyebabkan
peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil
edema,diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas (Syarif,
2003).
4. Persepsi Kerentanan terhadap Obesitas
Kerentanan terhadap obesitas adalah pada anak- anak lebih banyak
beraktivitas diam selama di rumah, seperti menonton televisi, bermain HP/gadget
dan bermain komputer (Suiraoka, 2016b). Anak-anak yang kurang aktivitas
fisiknya menunjukkan hubungan yang kuat dengan peningkatan berat badannya
(Cooper et al., 2003). Sebanyak 19% anak -anak yang menghabiskan lebih dari
23
2jam per hari menonton televisi atau di depan layar mengalami overweight
(Fisher et al., 2006). Riskesdas tahun 2007 menunjukkan sebanyak 43,1%
penduduk Denpasar kurang aktivitas fisiknya (Anonim, 2008). Anak-anak
obesitas cenderung susah untuk diberi tahu untuk beraktivitas fisik ataupun
melakukan kegiatan- kegiatan yang tidak diam. Bahkan menjadi salah satu
keluhan orangtua yaitu anak susah bangun pagi dan susah bergerak.
Anak-anak tersebut jarang mau bermain karena mereka lebih senang di
rumah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nelson bahwa waktu yang
digunakan oleh anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik semakin berkurang
dengan semakin meningkatnya waktu yang digunakan untuk aktivitas sedentary
(Nelson et al., 2006).
5. Pengaturan Berat Badan Pada Anak
Energi merupakan salah satu bentuk hasil metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak. Energi yang dikonsumsi oleh manusia dan mahkluk hidup
lainnya dikenal dalam bentuk ATP . Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk
metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu tubuh, dan kegiatan fisik. Kelebihan
energi akan disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka
pendek(IOM,2002). Energi, baik yang dikonsumsi ataupun yang di keluarkan, erat
kaitanya dengan berat badan seseorang. Berdasarkan hukum keseimbangan
energi, ketika seseorang mengonsumsi energi makanan dari jumlah sama dengan
yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan berat badan konstan, sedangkan
ketika energi dikonsumsi lebih besar dari yang dikeluarkan atau pengeluaran
energi lebih sedikit dibandingkan energi yang dikonsumsi dan mengakibatkan
keseimbangan positif dan mengakibatkan bertambahnya berat badan . Turunnya
24
berat badan terjadi ketika asupan energi kurang dari yang dikeluarkan atau
pengeluaran energi lebih besar dibandingkan energi yang dikonsumsi dan
mengakibatkan keseimbangan enrgi negatif.
a. Mekanisme Pelaksanaan Diet
Diet bisa dipahami sebagai salah satu seleksi makanan untuk orang
tertentu. Diet untuk alasan medis, yaitu untuk menyeimbangkan, membatasi
bahkan untuk meningkatkan nutrisi tertentu. Sementara dalam nutrisi, diet adalah
jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu.
Uniknya, berbeda dalam penyebutan di beberapa negara, bagi kebanyakan orang
Indonesia, kata “diet” lebih sering ditujukan untuk menyebut supaya upaya
menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi tertentu. Padahal diet
merupakan pola makan yang bertujuan menjadikan seseorang lebih sehat, dimana
menurunkan berat badan hanyalah merupakan salah satu motif dari menjalankan
diet selain untuk meningkatkan massa badan ataupun pantangan terhadap
makanan tertentu. Kita perlu melakukan diet karena dengan menjalankan diet
seseorang bisa mengontrol, menyeleksi, dan mengatur pola makan yang
dijalaninya dengan tujuan untuk menjadikan tubuh lebih sehat dan berkualitas.
Persoalannya, setiap orang dengan latar belakang berbeda-beda, baik itu usia,
golongan darah, hingga faktor genetika yang dibawanya ternyata mempunyai
kebutuhan gizi yang berbeda pula dan karena itulah pengatruran pola makan jelas
berbeda untuk tiap individu dengan berbagai tujuan yang berbeda pula. Diet
sangat baik untuk kesehatan. Dengan pola konsumsi makanan yang sehat dan
seimbang secara teratur, maka tubuh akan menjadi lebih segar karena
25
metabolisme tubuh lancar. Diet menjadikan tubuh mengalamai kelebhan berat
badan yang membuatnya rentan terkena suatu penyakit.
Diet sehat adalah diet seimbang yang mengandung :
1) Banyak serat sayuran
2) Karbohidrat kompleks
3) Vitamin, mineral
4) Enzim
5) Minyak tidak jenuh yang dapat menjaga keseimbangan level kolesterol dalam
darah
Ada halnya dengan diet bagi anak-anak :
Tentu saja diet sehat juga sangat penting untuk dilakukan anak-anak
terutama agar bisa terbebas dari risiko kegemukan, kolesterol, hingga risiko sakit
berbahaya seperti jantng, diabetes, hingga kanker yang bisa mengintip mereka
saat nant berusia dewasa ataupun lanjut usia kanak-kanak. Dengan diet sehat
rendah lemak kaya sehat sayuran misalnya, orang bisa menurunkan tingkat
kolesterol dalam darah mereka yang jelas berbahaya bagi kesehatan. Terlebih
pada orang yang sudah terkena penyakit tertentu, pembatasan makanan tertentu
jelas harus dilakukan. Pembatasan konsumsi buah yang banyak serat dan
menimbulkan banyak gas seperti jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka,
dan buah yang dikeringkan misalnya, dilakukan pada seorang penderita sakit
maag agar dinding mukosa pada lambungnya tidak sakit dan menyebabkan sakit
maagnya tidak kambuh.
Anak balita (1-5 tahun)
26
Anak usia balita memiliki kekhususan, yaitu mempunyai tingkat
pertumbuhan yang sangat pesat sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih
tinggi daripada orang dewasa, sementara pemberian makanan juga akan lebih
sering. Di sisi lain, alat pencernaan pada usia ini belum berkembang sempurna.
Walaupun anak balita sudah bisa diberi makanan yang sama seperti orang dewasa,
namun perlu diingat bahwa makanan yang diberikan hendaknya gampang dicerna
dan tidak merangsang. Alat pencernaan anak-anak juga belum bisa menerima
makanan yang mengandung gas dan alkohol, karena bisa menyebabkan perut
kembung dan diare. Anak balita sangat rawan terhadap berbagai penyakit gizi
seperti kurang protein, zat besi, vitamin A, yodium, dan berbagai penyakit infeksi.
Selain itu, anak balita sangat rentan terhadap penyakit gigi sehingga menyulitkan
makannya. Gigi susu telah lengkap pada umur 2-2,5 tahun, tetapi belum dapat
digunakan untuk mengerat dan mengunyah makanan yang keras. Oleh karena itu,
pengarturan makanan dan perencanaan menu harus hati-hati dan sesuai dengan
kebutuhan kesehatannya. Pada periode ini pemberian ASI tetap di teruskan sampa
anak berusia dua tahun. Berat badan anak rata-rata bertambah 2 kg/tahun dan
tinggi badan 6-8 cm per tahun. Perkiraan berat badan dan tinggi bada anak pada
usia tertentu dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
Berat badan = (8+2n) kg
Tinggi badan = (80+5n)cm, untuk anak diatas usia 3 tahun
b. Kandungan Nutrisi Makanan yang Dibutuhkan Anak-anak
Berdasarkan angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia, anak-anak usia 1-3
tahun membutuhkan sekitar 1000 kkal, usia 4-9 tahun membutuhkan 1550 hingga
1800 kkal. Sedangkan usia 10-12 tahun, baik wanita maupun laki-laki
27
membutuhkan 2050 kkal. Untuk gizi anak harus memenuhi komposisi 15%
protein, 35% lemak, 50% karbohidrat, vitamin, dan mineral. Bentuk dan
susunannya tergantung dari jenis kelamin, usia, aktivitas, dan kondisi fisik anak.
Berikut ini kandungan nutrisi makanan yang seharusnya ada dalam menu
makanan harian anak :
1) Karbohidrat
Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber kalori. Setiap 1 g karbohidrat bila
dipecah menghasilkan 4 kkal. Pada ASI dan sebagian besar makanan formula bayi
mengandung 40-50% karbohidrat dalam bentuk laktosa, berfungsi membantu
pembentukan flora usus besar yang bersifat asam guna meningkatkan absorpsi
kalsium.
2) Protein
Protein merupakan sumber asam amino esensial, diperlukan sebagai zat
pembangun yang digunakan untu pertumbuhan dan pembentukan protein dalam
serum, enzim, hormon, dan antibodi. Protein juga untuk proses regenerasi sel,
memelihara keseimbangan cairan tubuh, dan sebagai cadangan sumber energi.
Berbagai sumber protein misalnya daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging
putih (ayam,ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yoghurt),
kedelai, dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan, dan lain-lain.
3) Lemak
Lemak merupakan sumber kalori karena setiap 1 g lemak bila dipecah
akan menghasilkan 9 kkal. Lemak juga dibutuhkan sebagai pelarut vitamin A, D,
E, K serta sebagai sumber lemak esensial yang dibutuhkan untuk memelihara
kesehatan kulit.
4) Kalsium
28
Kalsium adalah mineral yang diperlukan dalam pertumbuhan tulang.
Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan oahannya. Sumber kalsium
lainnya adalah ikan, kacang-kacangan sayuran hijau, dan lain-lain.
5) Zat besi
Zat yang dapat meningkatkan penyerapan besi dari sumber nabati adalah
vitamin C dan sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat
yang dapat menghambat penyerapan besi antara lain kafein, tannin, fitat, zinc, dan
lain-lain. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah
(sapi, kambing, domba), daging putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran
hijau.
6) Seng (zinc)
Zinc atau seng merupakan unsur penting yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, sekalipun dalam jumlah keci. Seng
berpera dalam respons imun, fungsi otak, dan kemampuan reproduksi. Karenanya
unsur ini bermanfaat, misalnya untuk membantu penyembuhan luka, berperan
dalam indera perasa dan penciuman, memperkuat sistem kekebalan tubuh,
membantu pertumbuhan sel, serta mengurangi karbohidrat. Unsur ini dibutuhkan
untuk pembelahan dan kemampuan membran sel-sel otak sehingga berperan
penting dalam pertumbuhan kecerdasan anak. Anak-anak ang kekurangan zat seng
bisa mengalami gangguan pertumbuhan kecerdasan. Makanan sumber seng adalah
daging, kacang-kacangan dan produk olahanya, bahan makanan yang berasal dari
laut (seafood), keju dan susu.
7) Vitamin
29
Vitamin sangat diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dan tumbuh secara
normal. Vitamin paling penting yang di butuhkan oleh tubuh adalah Vitamin A,B-
kompleks, C, dan vitamin D. Anak-anak dapat memperoleh vitamin C dari jeruk
dan berbagai sayuran. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi. Mereka
yang kekurangan vitamin C bisa menderita kelemahan tuang, anemia, dan
gangguan kesehatan lainnya. Vitamin D sangat penting karena membantu kalsium
masuk ke tulang. Vitamin A membantu perkembangan daya lihat anank dan juga
berperan dalam proses kerja sel tulang. Anak-anak yang kekurangan vitamin A
akan menderita rabun senja serta gangguan pertumbuhan. Mereka juga retan
terhadap infeksi. Sumber vitamin A, antara lain telur, keju, hati, dan sayuran.
Kecukupan vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan,
enemia, gangguan penglihatan, kerusakan saraf, dan gangguan jantung. Makanan
seperti roti, padi-padian, dan hati banyak mengandung vitamin B-kompleks.
Setiap anggota vitamin B-kompleks bersumber dari makanan tertentu, misalnya
B1 dari kacang buncis dan daging babi, B12 dari daging, ikan, telur, dan susu.
Tabel 3
Takaran Konsumsi Makanan Anak Per Hari Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi dan Kelompok Umur
Umur
(tahun)
Nasi/
Pengganti
(piring)
Lauk
Hewani
(potong)
Lauk
Nabati
(potong)
Sayur
(mangkuk)
Buah
(potong)
Susu
(gelas)
1-3 1-1,5 2-3 1=2 0,5 2=3 1
4-6 1-3 2-3 1-3 1-1,5 2=3 1-2
7-9 2-3 2-4 2-4 1-1,5 2-3 1-2
10-12 2-4 2-4 2-4 1-1,5 2-3 2
13-15 2-4 3-4 3-4 1,5-2 2-3 2
16-19 3-5 3-4 3-4 1,5-2 2-3 2
Tabel 4
Takaran Konsumsi Makanan Sehari
30
Kelompok umur Bentuk Makanan Frekuensi makanan
0-4 bulan ASI eksklusif Sesering mungkin
4-6 bulan Makanan Lumat 2x sehari
2 sndok makan
Setiap hari
6-12 bulan Makanan Lembek 3x sehari
Plus 2x makanan
selingan
1-3 tahun Makanan Keluarga
1- ½ piring nasi/ pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 lauk nabati
½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1 gelas susu
3x sehari
4-6 tahun 1-1 piring nasi/pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati
1-1 ½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1-2 gelas susu
3x sehari
c. Penerapan Diet pada Anak-anak
Menerapkan program diet pada anak-anak tak dapat disamakan dengan
program umtuk orang dewasa diet pada anak-anak harus dilakukan dengan sangat
hati-hati karena anak-anak berada dalam masa pertumbuhan yang tentu saja
banyak membutuhkan asupan gizi yang cukup. Bila tidak hati-hati diet justru bisa
menghambat perkembangannya, baik dalam perkembanga fisik, perkembangan
kognitif maupun perkembangan kepribadian dan sosialnya. Diet pada anak bisa
saja dengan mengurangi porsi makannya. Jika porsi dikurangi, maka kebutuhan
nutrisi anak harus tetap dilengkapi sebab dalam masa pertumbuhan, anak
membutuhkan banyak asupan kalori, vitamin, dan mineral unuk menjaga
kesehatan tubuh. Melakukan diet berarti membatasi dengan cermat konsumsi
kalori atau jenis makanan tertentu sehingga dalam satu hari sesuai Angka
Kecukupan Gizi 2004, seorang anak usia 6-12 tahun mendapatkan kalori antara
31
1.550 sampai 2.550 kkal. Selama dilakukan secara proporsional dengan
memperhatikan kriteria pola gizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh anak, diet bisa
membuat kelebihan berat badan ank berkurang namun tubuh tetap sehat. Sebagai
contoh, karbohidrat (makanan pokok) tetap harus ada, sementara protein dipilih
dalam jumlah yang cukup dan dengan kandungan lemk yang jauh lebih rendah.
Misalnya, pilihlah daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit. Kurangi pemakaian
lemak dengan memodifikasi menu masakan sehari-hari. Hindari memasak dengan
cara menggoreng, kuah santan, dan terlalu banyak gula. Sementara itu, perbanyak
makan sayur-sayuran. Susu tetap diberikan, namun pilih susu rendah lemak. Pada
prakriknya, diet yang dilakuka misalnya dengan membatsi porsi makannya
dengan mengurangi ¼ atau 1/3 dari kebiasaan sehari-hari. Orangtua juga harus
mengawasi dan mengurangi kebiasaan ngemilnya. Termasuk pula dengan
memilih susu non-fot tanpa gula, juga memperbanyak pemberian sayur dan buah-
buahan segar yang banyak mengandung air, seperti jeruk, apel, pir, kiwi, dan lain-
lain. Selain itu, diet pada anak juga disempurnakan dengan porsi aktivitas
olahraga yang makin diperbanyak dan dilakukan secara rutin.
6. Pencegahan Anak yang mengalami Obesitas (Overweight)
Prinsip menjaga berat badan normal lebih mudah daripada mengurangi
berat badan, orang tua dapat mengontrol berat badan anak mereka untuk
mencegah terjadinya overweight. Berikut ini beberapa cara untuk mencegah
overweight/obesitas pada anak (kemenkes RI,2012)
Pencegahan dilakukan melalui pendekatan kepada anak sekolah beserta
orang-orang terdekatnya (orang tua, guru, teman, dll) untuk mempromosikan gaya
hidup sehat melalui pola dan prilaku makan serta aktivitas fisik, Strategi
32
pendekatan dilakukkan pada semua anak sekolah baik yang beresiko menjadi
kegemukan dan obesitas maupun tidak. (Kemenkes RI,2011)
Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
dan fasilitas pelayanan kesehatan, lingkungan sekolah merupakan tempat yang
baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan,
keterampilan serta dukungan social dari warga sekolah pengetahuan, keterampilan
serta dukungan social ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat
diterapkan dalam jangka waktu lama, Tujuan pencegahan ini ialah terjadinya
perubahan pola dan prilaku makan meliputi meningkatkan kebiasan konsumsi
buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi
konsumsi makanan tinggi energy dan lemak, mengurangi konsumsi junk food,
Serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style . (Kemenkes
RI ,2011)
POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN DAN OBESITAS
1. Konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi per hari
2. Membatasi menonton tv ,bermain computer ,game / playstation < 2 jam/hari
3. Tidak menyediakan tv di kamar anak
4. Mengurangi makan dan minuman manis
5. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
6. Kurangi makan diluar
7. Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
8. Biasakan makan bersama keluarga minimal 1x sehari
9. Makanlah makanan sesuai dengan waktunya
10. Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
33
11. Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi
lebih .
12. Target penurunan BB yang sehat
(Kemenkes RI,2011)
7. Penyebab Obesitas
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori
yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang
kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai
trigliserida di jaringan lemak(Sherwood, 2012).
Menurut Fauci, et al., (2009), obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan
masukan energi, penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya.
Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis,
kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitasfisik (Sherwood, 2012).
a. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Selain faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan tertentu dapat mendorong terjadinya obesitas. Penelitian
menunjukkan bahwa rerata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang (Farida, 2009).
b. Faktor lingkungan
Lingkungan, termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang peranan
yang cukup berarti terhadap kejadian obesitas(Farida, 2009).
c. Faktor psikis
34
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif (Farida,
2009). Ada dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas,
yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari (Shils, 2006).
d. Faktor kesehatan
Terdapat beberapa kelainan kongenital dan kelainan neuroendokrin yang
dapat menyebabkan obesitas, diantaranya adalah Down Syndrome, Cushing
Syndrome, kelainan hipotalamus, hipotiroid, dan polycystic ovary syndrome
(Shils, 2006).
e. Faktor obat-obatan
Obat-obatan merupakan sumber penyebab signifikan dari terjadinya
overweight dan obesitas. Obat-obat tersebut diantaranya adalah golongan steroid,
antidiabetik, antihistamin, antihipertensi, protease inhibitor (Shils, 2006).
Penggunaan obat antidiabetes (insulin, sulfonylurea, thiazolidinepines),
glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers (lithium), antidepresan
(tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine) dapat
menimbulkan penambahan berat badan. Selain itu, Insulin-secreting tumorsjuga
dapat menimbulkan keinginan makan berlebihan sehingga menimbulkan obesitas
(Fauci, et al., 2009).
f. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama yang
terjadi pada pada penderita di masa kanak-kanaknya dapat memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan orang yang berat badannya normal
(Farida, 2009).
35
g. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat. Orang yang
tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang akan mengalami obesitas (Farida, 2009).
8. Penanganan Obesitas pada Anak
Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka
penatalaksanaanobesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan
mengikut sertakankeluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari penanganan
obesitas adalahmengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi,
dengan carapengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah /
modifikasi pola hidup(Syarif, 2003;Kiess,etal.,2004).
a. Menetapkan target penurunan berat badan
Penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan 3 aspek yaitu: umur anak,
yusia 2-7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
penyerta/komplikasi. Target penurunan berat badan sebesar 1-2 kg per
bulan(AsDI, IDAI, & Persagi, 2014).
b. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai
dengan AKG, karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan
(AsDI, IDAI, & Persagi,2014). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia
anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang
dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan
36
pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT >
97persentile) dan jika penyakit penyerta, diberikan diet kalori sangat rendah
(Kiess,etal.,2004)
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang (Syarif, 2003):
1) Menurunkan berat badan dengan tetap memertahankan pertumbuhan normal.
2) Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan
lemak jenuh <10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol <300
mgper hari.
3) Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan
penghitungandosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per
hari.
c. Mengubah pola hidup/perilaku
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai
komponen intervensi, dengan cara:
1) Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik
serta mencatat perkembangannya.
2) Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat
menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan
untuk makan.
3) Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang
dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
4) Memberikan penghargaan dan hukuman.
5) Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada
umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah (Syarif, 2003).
37
d. Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan
sesuaipetunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi
dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung
program diet (Kiess,et al. 2004).
1) Terapi intensif (Syarif, 2003),(Kiess,et al.,2004).
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang
disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional,
terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan
terapi bedah.
a) Indikasi terapi diet
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140%
BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal
perhari dan protein hewani 1,5-2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi
vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan
selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
b) Farmakoterapi
Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: memengaruhi asupan
energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; memengaruhi
penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat,
leptin,octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi
belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka
panjang yang masih belum jelas.
c) Terapi bedah
38
Diindikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini adalah
untuk mengurangi asupan makanan atau memerlambat pengosongan lambung
dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara
membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini
belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak. The
Expert Committee Of American Academy Of Pediatrics merekomendasikan 4
langkah penanganan obesitas pada anak. Langkah pertama adalah mengonsumsi 5
porsi atau lebih sayur dan buah per hari, mengurangi/menghentikan konsumsi
minuman yang manis, mengurangi menonton televisi atau bermain video game
(<2 jam per hari), dan melakukan aktivitas fisik minimal 1 jam sehari. Apabila
dalam waktu 6 bulan tidak ada perbaikan IMT maka lakukan langkah kedua yaitu
membatasi asupan energi, pengaturan pola makan (3 kali makan utama dan 2 kali
selingan), melakukan aktivitas fisik lebih dari 1 jam sehari,membatasi menonton
televisi atau sejenisnya <1 jam sehari dan melakukan monitoring yang ketat
terhadap perilaku anak dan menentukan target IMT. Apabila dalam waktu 3-6
bulan tidak ada perbaikan IMT maka lakukan langkah ketiga yaitu intervensi
multidisiplin dengan melibatkan psikolog, nutrisionis dan fisiolog; target asupan
energi dan aktivitas seperti pada langkah kedua namun pelaksanaan lebih ketat
dengan target IMT<persentil-85. Langkah keempat jarang dilakukan pada anak-
anak, biasanya dikerjakan pada remaja dengan obesitas berat. Penanganan ini
meliputi penggunaan obat-obatan atau pembedahan (Spear et al., 2007)
9. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan
obesitas dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan
39
yang pesat dan tidak boleh dilakukan diet terlalu ketat, sehingga pengaturan
dietnya harus mempertimbangkan bahwa anak masih berada dalam masa
pertumbuhan, sesuai tingkat pertumbuhan pada usia anak tersebut. Olahraga atau
aktivitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas
pada anak. Pada prinsipnya, pengobatan anak obesitas adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki factor penyebab Misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun
factor kejiwaan
b. Memotivasi remaja penderita obesitas, tentang perlunya pengurusan berat
badan. Sementara itu, orang tua bayi / anak obesitas harus dimotivasi tentang
pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi / anaknya
c. Memberikan diet rendah kalori yang seimbang untuk menghambat kenaikan
berat badan. Kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk
mempertahankan gizi yang ideal sesuai dengan pertumbuhan anak,
ditambahkan pula vitamin dan mineral
d. Menganjurkan penderita untuk berolahraga secara teratur atau anak bermain
secara aktif, sehingga banyak energi yang dikeluarkan.
Pengaturan diet maupun psikoterapi harus dijelaskan pada seluruh
keluarga, sehingga seluruh keluarga seolah – olah serta dalam usaha pencapaian
berat badan ideal tersebut (Soetjiningsih, 2012 )
C. Tata laksanaObesitas pada Anak
Tujuan tata laksanaobesitas pada anakharusdisesuaikandenganusia dan
perkembangananak ,penurunanberat badan mencapai 20 % diatasberat badan
ideal, sertapolamakan dan aktivitasfisik yang sehatdapatditerapkanjangka panjang
40
untukmempertahankanberat badan tetapitidakmenghambatpertumbuhan dan
perkembangan.
1. Pola Makan yang Benar
Pemberian diet seimbangsesuairequirement daily allowances (RDA)
merupakanprinsippengaturan diet pada anakkarenaanakmasihbertumbuh dan
berkembangdenganmetodefood rules,yaitu
a. Terjadwaldenganpolamakanbesar 3×/ hari dan cemilan 2×/ hari yang
terjadwal(camilandiutamakandalambentukbuahsegar), diberikan air
putihdiantarajadwalmaka terutama dan camilan , serta lama makan 30 menit /
kali.
b. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengkonsumsi
makanan tertentu dan jumlah makanan yang ditentukan oleh anak .
c. Prosedur dilakukan dengan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan
kalori berdasarkan RDA menurut height agedengan berat badan ideal menurut
tinggi badan .
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan kalori dengan
metode food rules ,yaitu :
a. Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal pengurangan
kalori berkisar 200-500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan 0,5
kg per minggu, Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kita
20% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak bertambah
karena pertumbuhan linear masih berlangsung .
b. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan
protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%) Bentuk dan jenis
41
makanan harus dapat diterima anak,serta tidak dipaksa mengonsumsi makanan
yang tidak disukai.
c. Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur
intrinsic hormonal dan colonic, Ketiga mekanisme tersebut selain menurunkan
asupan makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun
kandungan energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar juga meningkatkan
oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang disimpan, Pada anak
di atas usia 2 tahun dianjurkan pemberian serat dengan rumus (umur dalam
tahun + 5) g per hari . (IDAI,2014)
Sebagai alternative pilihlah jenis makanan dapat menggunakan the traffic
light diet dan satuan bahan makanan penukar ( lampiran3 ) the traffic light diet
terdiri dari green food yaitu makanan rendah kalori ( <20 kalori per porsi ) dan
lemak yang boleh dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah lemak
namun dengan kandungan kalori yang sedang yang boleh dimakan namun
terbatas, dan red food yaitu mengandung lemak dan kalori tinggi agar tidak
dimakan atau hanya sekali dalam seminggu (IDAI, 2014)
2. Pola AktivitasFisik yang Benar
Pola aktivitas fisik yang benar pada anak dan remaja obesitas dilakukan
dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas hari anak aktivitas fisik
berpengaruh terhadap penggunaan energi, peningkatan aktivitas pada anak gemuk
dapat menurunkan napsu makan dan meningkatkan laju metabolisme.
Contoh latihan fisik aerobic dengan intensitas sedang dan bugar serta
aktivitas otot dan tulang untuk anak.
42
Tabel 5
Contoh Latihan Fisik Aerobic
Tipe Latihan Fisik Anak
Aerobik dengan intensitas sedang Rekreasi aktif, seperti mendaki bermain
skateboard atau sepatu roda
Aerobik dengan intensitas bugar a. Bermain aktif seperti berlari dan
mengejar
b. Bersepeda
c. Melompat tali
d. Bela diri, seperti karate
e. Berlari
f. Olahraga senam, berenang dll
Penguatan otot a. Bermain tarik tambang
b. Memanjat tali atau pohon
c. Berayun pada peralatan bermain atau
palang
Penguatan tulang a. Melompat tali
b. Berlari
c. Olahraga seperti senam dll
Sumber : IDAI, 2014
Ilyas El menyatakan bahwa latihan fisik yang diberikan pada anak
disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,kemampuan fisik dan
umurnya. Pada anak 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai
latihan fisik dengan keterampilan otot seperti bersepeda ,berenang, menari, karate,
senam, sepak bola, dan basket, sedangkan anak diatas 10 tahun lebih menyukai
olahraga dalam bentuk kelompok. Aktivitas fisik sehari-hari dioptimalkan seperti
berjalan kaki atau bersepeda kesekolah, naik turun tangga, mengurangi menonton
TV terlalu lama, mengajak bermain di luar (IDAI, 2014)
3. Memodifikasi Perilaku
Tatalaksana diet dan latihan fisik merupakan komponen yang efektif untuk
pengobatan, serta menjadi perhatian paling besar bagi ahli fisiologi untuk
memperoleh perubahan makanan dan aktivitas perilakunya. Prioritas utama adalah
perubahan perilaku, maka perlu mengahdirkan peran orang tua sebagai komponen
43
intervensi. Beberapa cara pengubahan terhadap perilaku berdasarkan metode food
rules diantaranya adalah :
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan,masukan makanan dan aktifitas
fisik, serta mencatat perkembangannya
b. Kontrol terhadap rangsangan / stimulasi, misalnya pada saat menonton
televisi diusahakan untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi
pencetus makan
c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jumlah
makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan
d. Penghargaan, yaitu orang tua dianjurkan untuk memberikan dorongan, pujian
terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya,
misalnya makanan menu baru yang sesuai dengan program gizi yang
diberikan, berat badan turun, dan mau melakukan olahraga (IDAI , 2014 )