bab ii tinjauan pustaka a. persalinan 1. pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses fisiologis pengeluaran janin, plasenta, dan
ketuban melalui jalan lahir. Persalinan secara alami adalah persalinan yang
dilakukan pada proses persalinan dan kelahiran tanpa intervensi medis serta obat-
obatan penghilang rasa sakit, namun juga membutuhkan dukungan. Melahirkan
secara alami merupakan harapan bagi setiap ibu hamil, dalam beberapa kasus
intervensi medis minimal diperlukan (Indrayani, 2016).
Menurut IBI persalinan normal merupakan persalinan yang meliputi
presentasi janin belakang kepala yang dapat berlangsung spontan dengan lama
persainan dengan batas waktu yang normal, sedangkan menurut WHO persalinan
normal adalah persalinan dengan persentasi janin belakang kepala yang
berlangsung secara spontan dengan lama persalinan dalam batas normal, beresiko
rendah sejak awal persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu.
Proses dinamika dari persalinan meliputi empat faktor utama yaitu power,
passage, passanger, psikis dan juga tidak kalah pentingnya faktor Penolong
persalinan. Jika terdapat masalah pada salah satu faktor tersebut maka dapat
menyebabkan kesulitan selama persalinan (Purwaningsih, 2010).
2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut (Indrayani, 2016) Terdapat 5 faktor penting yang berpengaruh
dalam proses persalinan, biasa disebut “5Ps” yaitu 3 faktor utama: power,
passanger, passage way, kemudian 2 faktor lainnya: position dan psyche. Berikut
uraian penjelasannya.
a. Power
Power adalah sumber kekuatan ibu yang membantu mendorong janin
keluar, yang terdiri dari :
1) His (Kontraksi Otot)
His merupakan kontraksi otot rahim ketika persalinan yang terdiri dari
kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, atau biasa disebut
kekuatan mengejan dan kontraksi ligamentum rotundum.Adanya his ketika
melahirkan dipengaruhi oleh peran hormon yang meningkat guna menjalankan
proses yang dialami setiap wanita. Menjelang persalinan terjadi penurunan
hormon progesteron. Hormon ini berfungsi menyiapkan kondisi rahim supaya
dapat di tempati calon janin. Pada awal kehamilan, progesteron sangat dibutuhkan
agar tidak terjadi keguguran. Akan tetapi, menjelang persalinan fungsi tersebut
sudah tidak diperlukan lagi sehingga produksinya menurun. Namun, disisi lain
produksi hormon estrogen, oksitosin, dan prostaglandin meningkat pesat sehingga
memperbaiki kekuatan his menjadi lebih adekuat. Peningkatan tersebut juga
dipengaruhi hormon lain dari hipofise seperti somatomamotropin, luteinizing
hormone, relaksin, dan lainnya (Adrian, 2017).
Kontraksi uterus terdiri dari kontraksi involunter dan volunteer, kontraksi
uterus involunter disebut kekuatan/kontraksi primer, menandai dimulainya
persalinan disebut juga his. His dimulai pada bulan terakhir kehamilan sebelum
persalinan disebut his pendahuluan atau his palsu merupakan reaksi peningkatan
dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan bersifat tidak teratur, tidak
mengakibatkan nyeri dibagian perut dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri,
akan bertambah sering dan sakit seiring bertambahnya waktu yang menjalar dari
pinggang ke perut bagian bawah, tidak bertambah kuat dan seiring berjalannya
waktu (makin lama makin sering dan sakit). Kontraksi involunter berasal dari titik
pemicu tertentu yang terdapat pada lapisan otot di segmen uterus bagian atas,
kemudian dihantarkan ke bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi
periode istirahat singkat. Kontraksi involunter mengakibatkan servik menipis
(effacement) dan berdilatasi, serta mengakibatkan janin turun (Kostania, 2012)
Kontraksi volunter (Kekuatan Sekunder) bersifat mendorong keluar dan
menimbulkan perasaan ibu ingin mengejan, timbul setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul. Kontraksi volunter tidak dipengaruhi dilatasi servik,
namun setelah dilatasi/pembukaan lengkap, kekuatan ini penting untuk
mendorong janin keluar dari uterus dan vagina, sifat kekuatan reflek sekunder
tanpa disadari otot diafragma dan abdomen, berkontraksi dan mendorong janin
keluar menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen pada semua sisi dan
menambah kekuatan untuk mendorong keluar. Reflek mengejan akan timbul saat
bagian terendah janin sudah turun ke dasar panggul, mengakibatkan tekanan
bagian terendah janin pada reseptor regang dasar panggul sehingga
mengakibatkan hipofisis posterior melepaskan hormon oksitosin.
2) Hormon-hormon yang mempengaruhi proses persalinan :
a) Estrogen
Bersama hormon lainnya estrogen meningkat menjelang persalinan
bekerja merangsang kelenjar mammae dan menyebabkan kontraksi rahim.
Hormon dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan sampai persalinan.
b) Oksitosin
Hormon ini banyak diproduksi menjelang persalinan, menyebabkan
kontraksi otot-otot polos uterus yang berfungsi mendorong turunnya kepala bayi.
Hormon oksitosin bertugas menyiapkan laktasi dengan membuka saluran ASI dari
alveolus ke puting payudara. Produksi hormon ini akan bertambah apabila
dilakukan stimulasi puting susu. Cara ini dilakukan jika kontraksi rahim tidak
adekuat. Jika cara tersebut tidak juga membantu maka dapat dilakukan cara yang
lebih efektif yaitu melakukan teknik pemijatan akupresur pada titik SP6 dan LI4.
Menurut (Helena Laksmi Dewi, 2017) gangguan yang paling sering terjadi
saat persalinan adalah adanya hambatan dalam meridian. Dengan merangsang
acupoints sepanjang saluran, menggunakan akupresur dapat membantu
menghindari penghalang, memulihkan hambatan pada meridian, dan membantu
mengembalikan kesehatan. Beberapa ilmuwan telah menunjukan bahwa mengapa
akupresur dapat berpengaruh terhadap nyeri dan lamanya persalinan kala I, ada
hal yang mengganggu meningkatkan rangsangan nyeri dan memungkinkan
meningkatnya kadar hormon endorphin dalam darah. Akupresur juga dapat
merangsang pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis, yang dapat secara
langsung ikut merangsang kontraksi rahim, oleh karenanya jika proses persalinan
lambat, kontraksinya juga lemah atau leher rahim yang lambat membesar dapat
merangsang acupoint membantu mengatur kontraksi serta mengembalikan
keseimbangan proses persalinan.
c) Prolaktin
Hormon yang dihasilkan dari kelenjar hipofise anterior bertugas
menstimulasi pertumbuhan alveolus pada payudara. Pengeluaran hormon dipacu
oleh estrogen. Menjelang persalinan, prolaktin juga bertugas memproduksi air
susu untuk bayi setelah dilahirkan.
d) Prostaglandin
Hormon ini bekerja untuk merangsang otot polos yang dihasilkan oleh
rahim dan produksinya meningkat pada akhir kehamilan. Terkadang wanita
mendapatkan prostaglandin dari sperma saat berhubungan seksual, sehingga pada
akhir persalinan disarankan untuk melakukan hubungan seksual (Adrian, 2017).
3) Tenaga mengejan
Power yang membantu mendorong bayi keluar kontraksi uterus akibat
otot-otot polos rahim yang bekerja secara sempurna dengan sifat-sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus yang dominan
c) Relaksasi yang baik dan benar
d) Terjadi diluar kesadaran/kehendak
e) Terasa sakit
f) Terkoordinasi dengan baik
g) Terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.
b. Passanger
Pada passanger meliputi janin, plasenta, serta air ketuban, berikut
uraiannya :
1) Janin
Janin bergerak pada sepanjang jalan lahir yang diakibatkan oleh interaksi
beberapa faktor, antara lain : jenis ukuran kepala janin, posisi, letak, presentasi,
juga plasenta dan air ketuban harus melewati jalan lahir yang dianggap sebagai
bagian dari passanger yang mengikuti janin.
2) Tali Pusat
Plasenta pada umumnya dapat terbentuk sempura pada usia kehamian
kira-kira 16 minggu, dimana amnion telah mengisi seliruh rongga rahim. Tali
pusat (cord umbilicalis) atau foeniculus terbentuk pada minggu ke lima, terdapat
antara pusat janin dan permukaan fetal plasenta.
3) Plasenta
Dalam minggu ketiga kehamilan setelah konsepsi, sel tropoblast dari villi
chorionic berlanjut untuk ber-invasi di desidua basalis. Ketika kapiler uteri
terbentuk, kemudian berlanjut dengan arteri andometrial yang membentuk posisi
seperti spiral, lalu ruang yang telah terbentuk diisi darah maternal. Villi chorionic
yang telah tumbuh di dalam rongga dengan dua lapisan sel terluar bernama
syncitium dan bagian dalamnya disebut cytotropoblast. Lapisan ketiga
berkembang dalam septa yang membagi desidus masuk ke dalam area yang
terpisah yang disebut cotyledon merupakan 1 unit fungsional. Strukturnya secara
keseluruhan yang menghubungkan pertukaran zat antara ibu dan anak atau
sebaliknya disebut plasenta (Indrayani, 2016).
4) Air Ketuban
Pada Kehamilan cukup bulan, volume air ketuban kira-kira 1000-1500 cc,
berwarna putih keruh, bebau cukup amis, dan berasa manis. Reaksinya alkalis
atau netral, dengan berat jenisnya 1,008. Terdiri dari komposisi 90% air, lainnya
albumin, urea, asam uric, kreatininsel-sel epitel, verniks caseosa, rambut lanugo,
dan garam an-organik. Kadar protein didalamnya kira-kira 2,6%g/l terutama
albumin. Cavum amnion yang menerima cairan dengan difusi dari darah maternal.
Fetus akan menelan cairan tersebut dan kemudian mengalirkannya ke dalam dan
keluar paru fetal. Urine dari fetus juga ikut mengalir masuk ke dalam cairan tadi
yang kemudian akan mempengaruhi tingginya volume cairan amnion.
Minimalnya kurang dari 300 ml cairan amnion dihubungkan dengan abnormalitas
oleh ranal fetal. Cairan yang lebih tinggi dari dua liter cairan amnion
(hydramnion) dihubungan dengan malformasi gastrointestinal juga malformasi
lainnya. (Indrayani, 2016)
c. Passage Way
Passage way adalah jalan lahir pada saat persalinan yang berkaitan dengan
segmen atas dan segmen bawah rahim. Segmen atas mempunyai peran yang aktif
karena berkontraksi ketika persalinan bertambah maju maka dindingnya akan
semakin menebal, sedangkan segmen bawah mempunyai peran pasif sehingga
semakin bertambah maju persainan akan semakin tipis akibat dari peregangan
(Indrayani, 2016).
d. Position
Posisi ibu juga sangat berpengaruh terhadap adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberikan beberapa keuntungan. Merubah posisi
memberikan kenyamanan, membuat rasa letih berkurang, dan melancarkan
sirkulasi darah. Pada posisi tegak meliputi duduk diatas gym ball (pelvic rocking),
berdiri, jongkok, berjalan. Posisi tegak memungkinkan untuk penurunan bagian
terbawah janin. Kontraksi uteus yang lebih kuat dan efisien untuk membantu
penipisan serta dilatasi serviks sehingga persalinan akan lebih cepat. (Indrayani,
2016)
Dengan posisi duduk tegak diatas Birthing Ball memiliki banyak kegunaan
pada akhir kehamilan, karena Anda akan merasa lebih nyaman. Posisi duduk
tegak rileks diatas gym ball (pelvic rocking) efektif untuk melonggarkan daerah
pengeluran bayi sehingga dapat mempercepat proses kelahiran bayi, juga sangat
membantu ibu merasa lebih rileks, mengurangi ketegangan dengan mengalihkan
fokus fikiran saat bersalin sehingga berkurang rasa sakit.
Dalam proses persalinan, bola bisa menjadi alat penting, dan dapat
digunakan dalam berbagai posisi. Duduk tegak diatas bola sambil mendorong
seperti melakukan ayunan atau membuat gerakan memutar panggul, dapat
membantu proses penurunan janin. Bola memberikan dukungan pada perineum
tanpa banyak tekanan dan membantu menjaga janin sejajar di panggul. Posisi
duduk diatas bola, diasumsikan mirip dengan berjongkok membuka panggul,
sehingga membantu mempercepat proses persalinan. Gerakan lembut yang
dilakukan diatas bola sangat mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Dengan bola
ditempatkan di tempat tidur, klien bisa berdiri dan bersandar dengan nyaman
diatas bola, mendorong dan mengayunkan panggul untuk mobilisasi (Hypno-
birthing, 2014)
Mobilisasi persalinan kala I dengan pelvic rocking adalah salah satu
latihan yang sangat efektif dan memberikan beberapa manfaat utama. Goyangan
panggul meningkatan kelenturan otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul.
Mampu mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah area rahim, serta
tekanan pada kandung kemih ibu. Dilakukan pada trimester ke 3 (>34 minggu)
atau pada saat kala I persalinan untuk mempercepat proses persalinan, dilakukan
setiap hari/setiap waktu secara bertahap sesuai kebutuhan(Hypno-birthing, 2014).
Dengan bola dilantai atau ditempat tidur, klien dapat berlutut dan
membungkuk dengan berat badan tertumpu diatas bola, bergerak mendorong
panggul yang dapat membantu bayi berubah ke posisi yang benar (belakang
kepala), sehingga memungkinkan kemajuan proses persalinan menjadi lebih cepat
(Hypno-birthing, 2014)
e. Psychology
Psychology yaitu respon psikologis ibu tentang proses persalinan. Faktor
ini terdiri dari persiapan fisik maupun mental pada saat melahirkan, nilai serta
kepercayaan sosialbudaya, pengalaman melahirkan, harapan tehadap persalinan,
kesiapan ketika melahirkan, tingkatan pendidikannya, dukungan orang disekitar
dan status emosional. Kepercayaan beragama dan spiritual dapat mempengaruhi
ibu terhadap pemilihan penyedia asuhan layanan kesehatan, penyebab nyeri, dan
terhadap penyembuhan. Kepercayaan-kepercayaan tersebut dapat menjadi salah
satu sumber kekuatan dan rasa nyaman ibu pada saat keadaan kritis maupun tidak.
Faktor psikologis ibu merupakan faktor utama saat menghadapi persalin karena
tingkat kecemasan perempuan selama bersalin akan semakin meningkat. Perilaku
dan penampilan perempuan serta pasangannya merupakan petunjuk berharga
tentang dukungan yang diberikan. Dukungan dari orang-orang terdekat akan
semakin membantu memperlancar proses persalinan. Tindakan mengupayakan
rasa nyaman dengan membuat suasana yang nyaman, memberikan asuhan sayang
ibu dengan sentuhan, massase punggung (Indrayani, 2016).
3. Lama Persalinan Kala I
Kala I persalinan dimulai dari terjadinya kontraksi uterus atau yang lebih
dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi juga
kekuatannya) sehingga serviks membuka hingga 10 cm (bukaan lengkap). Pada
awal kala I, his yang akan timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih bisa
koopratif dan mampu berjalan-jalan. Kala I persalinan dibagi kedalam dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase Laten pada kala I persalinan
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
2) Dimulai dari awal terjadinya pembukaan sampai pembukaan serviks
mencapai 3 cm atau kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung
hampir atau mencapai 8 jam (Indrayani, 2016).
b. Fase Aktif pada kala I persalinan
Terdapat 2 peristiwa penting yang menjadi indikator kemajuan pada saat
prosese persalinan kala I fase aktif yaitu power (pembukaan) dan position
(penurunan kepala). Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara
bertahap (kontraksi diangkap adekuat/mencukupi jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik bahkan lebih). Dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) akan terjadi
dengan kecepatan rata-ratanya 1 cm sampai 2 cm (multipara). Terjadinya
penurunan kepala (bagian terbawah janin) dilakukan dengan pemeriksaan ke
dalam rongga panggul dengan mengukur dinding abdomen atau dengan cara
melakukan peregangan rongga panggul untuk memperluas area jalan lahir lebih
efektif memberikan tingkat kenyamanan dibandingkan dengan periksa dalam.
Selain hal tersebut juga dapat memberikan hasil yang relatif sama baiknya dari
hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan atau penurunan bagian terbawah
janin serta mencegah dari infeksi akibat periksa dalam yang berlebihan atau yang
tidak diperlukan.
Pelaksanaan penilaian turunnya kepala janin dapat dikerjakan dengan
menghitung proporsi bagian terbawah dari janin yang berada di atasnya tepi atas
simpisis dan dapat diukur menggunakan 5 jari tangan pemeriksa (bidan) atau
disebut juga perlimaan. Pada bagian diatas simfisis merupakan proporsi yang
belum masuk pintu atas panggul kemudian sisanya tidak teraba menunjukkan
sejauh mana bagian terbawah janin yang sudah masuk ke dalam rongga panggul
(Indrayani, 2016).
Penurunan bagian terbawah janin dapat diukur dengan melakukan periksa
dalam, dan perlimaan.
1) Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, mencuci tangan terlebih dahulu
dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk
kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalianya (jika
ibu belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan
selama persalinan. Anjurkan ibu rileks dan pastikan privasi ibu terjaga selama
dilakukannya pemeriksaan. Gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggu
(DTT) sebelum melakukan tindakan periksa dalam, lakukan penilaian genetalia
luar terlebih dahulu, bagaimana pengeluaran dan apakah terdapat kelainan pada
genetalia luar, kemudian lakukan lakukan pemeriksaan dalam, evaluasi bagaimana
keadaan portio, dilatasi serviks, presentase, penurunan kepala, ketuban, dan
apakah teraba bagian-bagian kecil. Lakukan penilaian (pengeluaran dan kelainan)
dan pemeriksaan dalam meliputi kondisi perineum, portio, pembukaan serviks,
presentase, penurunan kepala dengan hodge atau station, molase, ketuban dan
bagian-bagian lain (Indrayani, 2016).
Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di mana
bagian terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan. Bidang hodge
tersebut antara lain :
a) Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium;
b) Hodge II : bidang yang sejajar dengan Hodge I setinggi bagian bawah
simfisis;
c) Hodge III : bidang yang sejajar dengan Hodge II setinggi spina ischiadika;
d) Hodge IV : bidang yang sejajar dengan Hodge III setinggi tulang koksigis
(Sulistyawati A, 2010).
2) Perlimaan
5/5 : Apabila bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
4/5 : Apabila seperlima bagian terbawah janin telah memasuki PAP.
3/5 : Apabila sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah memasuki rongga
panggul.
2/5 : Apabila hanya sebagian dari yang bagian terbawah janin tetap berada
diatas simfisis dan 3/5 bagiannya telah menurun lewat bidang tengah
panggul (tidak dapat bergerak).
1/5 : Apabila hanya satu dari lima jari masih bisa meraba bagian terbawah
janin yang berada di atas simfisis dan 4/5 bagian sudah turun ke
rongga panggul.
0/5 : Apabila bagian terbawah janinnya sudah tidak mampu diraba dari
dilakukannya pemeriksaan luar maka seluruh bagian terbawah janin
sudah masuk rongga panggul (Indrayani, 2016).
Pada fase aktif dapat berlangsung hingga atau hampir 6 jam. Fase aktif
juga dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
1) Fase akselerasi, pembukaan 3 menuju 4, dalam selang waktu 2 jam
2) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal, pembukaan dapat berlangsung
lebih cepat bahkan sangat cepat yaitu dari pembukaan 4 cm menuju 9 cm
dalam kurun waktu 2 jam.
3) Fase deselerasi, mulai dari pembukaan 9 cm hingga 10 cm dalam waktu 2
jam.
Fase-fase diatas terjadi pada primigravida Pada multigravida juga begitu,
namun fase-fasenya terjadi lebih pendek. Dengan pehitungan tersebut maka waktu
dapat diperkirakan dan dipantau menggunakan lembar partograf (Indrayani,
2016).
Lama persalinan kala I adalah tempo waktu yang di perlukan untuk
bersalin yaitu dari awal pembukaan servik sampai lengkap yaitu 10 cm.
c. Tanda-tanda Lama Persalinan (persalinan macet) Pada Kala I
1) Ketika dilakukan palpasi abdomen, periksa kegagalan bagian presentasi.
2) Serviks yang terdilatasi dengan lambat.
3) Bagian presentasi yang tetap berada longgar ke serviks
4) Forwaters presentasi dapat terjadi rupture dini atau berbentuk kantong
longgar sebelum bagian presentasi.
Pada kala I akhir atau Tanda Akhir Obstruksi
1) Pireksia maternal serta nadi yang sangat cepat
2) Nyeri ansietas maternal
3) Dehidrasi dan buruknya salura urin, ketosis, kadang juga urin bercampur
darah
4) Hasi pemeriksaan DJJ yang tidak reaktif
5) Kontraksi tonik
6) Cincin retraksi jarang terlihat per abdomen dan tanda sambungan antara
segmen bagian bawah yang teregang serta segmen atas (cincin Band).
Pada hasil VT, vagina teraba panas serta kering, bagian presentasi tinggi
dan kaput seksesdaneum atau terjadi molase pada tengkorak janin (Janet
Medforth, 2014).
4. Penatalaksanaan
a. Pendekatan Farmakologi
1) Pemberian Nitrogen Monksida dan Oksigen
Metode : Suatu campuran N2O 50% dan O2 50% diberian melalui
sebuah silinder dengan perlengkapan Entonox.
Metode ini sangat baik dipakai dalam praktik karena :
a) Dapat tersedia untuk semua bidan
b) Wanita (ibu) dapat mengontrolnya sendiri
c) Bekerja dengan cepat biasanya dalam 3-4 kontraksi
d) Efek dapat menghilang lebih cepat jika zat berhenti di berikan
e) Aman digunakan bersamaan dengan pereda nyeri lainya
f) Berguna sebagai bantuan untuk meningkatkan strategi koping
saat melewati situasi yang sulit , atau saat menunggu efektivitas
dari pereda nyeri lainnya sehingga mempercepat proses
persalinan (Janet Medforth, 2014).
b. Pendekatan Non Farmakologi
Menurut Diah Tepi Rahmawati (2016) mengenai metode
nonfarmakologi yang digunakanuntuk menghilangkan nyeri dan
mempercepat proses persalinan. Metode tersebut antara lain relaksasi
(latihan nafas dalam), teknik pernapasan, fokus perhatian, pelvic
rocking, music atau murotal, dukungan dan informasi, stimulasi
cutaneus, massage, akupresur dan TENS (ranscutaneous electrical
nerve stimulation). Diantara metode-metode yang disebutkan diatas,
akupresur merupakan salah satu metode yang paling efektif
mengurangi nyeri dan mempercepat durasi persalinan. Akupresur
adalah metode akupuntur tanpa jarum yang berasal dari pengobatan
tradisional China. Metode akupresur menggunakan tangan untuk
memijat bagian-bagian tubuh tertentu pada titik-titik akupuntur. Titik-
titik yang berhubungan dengan persalinan adalah SP6 dan LI4.
B. Titik Akupresur Untuk Mempercepat Proses Persalinan
1. Pengertian Akupresur
Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti jarum dan
menekan. Akupresur merupakan istilah yang digunakan dalam memberikan
rangsangan (stimulasi) titik akupunktur dengan teknik penekanan. Penekanan
dilakukan sebagai pengganti penusukkan jarum yang dilakukan pada akupunktur
dengan tujuan untuk melancarkan aliran energi vital (Qi) pada seluruh tubuh
(Kemenkes, 2015: 5). Akupresur atau akupuntur tanpa jarum merupakan metode
pengobatan/penyembuhan dengan melakukan pemijatan/menekan dengan jemari
dipermukaan kulit, dimana pemijatan/tekanan tersebut akan mengurangi
ketegangan sehingga menjadi lebih rileks, meningkatkan sirkulasi darah dalam
tubuh dan menstimulasi kekuatan energi dalam tubuh untuk
mengobati/menyehatkan tubuh. Meskipun akupresur merupakan metode terapi
yang lebih terdahulu, namun dengan menggunakan kepekaan tangan manusia,
akupresur menjadi metode alami yang paling tepat dan efektif terutama untuk
terapi diri sendiri, menghilangkan ketegangan otot, mengurangi stress dan keluhan
akibat gangguan-gangguan tertentu (Helena Laksmi Dewi, 2017).
2. Teori Dasar Akupresur
Falsafah yang mendasari akupresur adalah :
a. Taoisme
Falsafah ini mengatakan bahwa jagad raya kehidupan atau mahluk hidup
termasuk manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu unsur yin dan yang, merupakan yang
mempengaruhi kesehatan. Manusia yang sehat memiliki kedua unsur yin dan yang
seimbang. Jika salah satu lebih dominan berarti kesehatan terganggu atau bisa
dikatakan tidak sehat.Terapi akupresur bertujuan untuk menyeimbangkan yin dan
yang (Sukanta, 2003: 4).
b. Teori Lima Unsur (U Sing)
Setiap fenomena di seluruh semesta dibentuk dari hasil pergerakkan dari
lima unsur yang memiliki sifat “kayu, api, tanah, logam, dan air”. Kelima unsur
tadi memiliki hubungan menghidupi dan membatasi. Menerangkan hubungan
antara organ dan bagian lain di dalam tubuh, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Organ padat seperti hati, jantung, perikardium, limpa, paru, dan ginjal,
organ tersebut bersifat yin. Organ berongga meliputi kandung empedu, usus kecil,
lambung, usus besar dan kandung kemih dianggap organ luar bersifat yang,
seluruh organ tersebut mempunyai hubungan (Helena Laksmi Dewi, 2017)
3. Titik Akupresur Untuk Induksi Persalinan Murni
a. Titik Limpa 6 (spleen 6 point / SP6)
(Sumber : Safitri, 2018)
Gambar 1. Pijat Akupresur titik SP6
Umum digunakan sebagai titik akupresur dalam segala kondisi termasuk
untuk mempercepat. Menurut Zeta West dalam bukunya The Essential Guide to
Acupuncture in Childbirth and Pregnancy, akupresur pada titik SP6 bermanfaat
untuk merangsang kontraksi rahim serta mengurangi rasa sakit selama kontraksi
berlangsung .
Titik yang juga dikenal dengan sebutan Sanyinjiao atau persimpangan tiga
yin ini terletak di atas pergelangan kaki bagian dalam, tepatnya di belakang tulang
kering (betis bawah). Para terapis atau doula lebih sering fokus pada titik ini dan
melakukan teknik pijatan selama 60 sampai 90 menit untuk merangsang kontraksi
sehingga mempercepat proses persalinan (Yusra, 2018).
b. Titik Kandung Kemih 60 (bladder 60 point / BL60)
(Sumber : Safitri, 2018)
Gambar 2. Pijat Akupresur titik BL60
Titik ini terletak di antara pergelangan kaki dan tendon Achilles (jaringan
ikat yang menghubungkan otot betis di belakang kaki bawah ke tulang tumit. Titik
Kunlun ini bemanfaat untuk meringankan nyeri persalinan dan mengurangi
penyumbatan atau hambatan saat persalinan. (Yusra, 2018)
c. Titik Perikardium 8 (pericardium 8 point)
(Sumber : Safitri, 2018)
Gambar 3. Pijat Akupresur titik PC8
Titik Perikardium 8 (PC8) atau biasa disebut juga Laogong terletak di
pusat telapak tangan, kepalkan tangan maka temukan dimana letak ujung jari
tengah menyentuh telapak tangan, disitulah letak PC8 (Yusra, 2018).
d. Titik Kandung Kemih 67 (bladder 67 point)
(Sumber : Safitri, 2018)
Gambar 4. Pijat Akupresur titik
Titik kandung kemih 67 (BL67) dipercaya dapat mengubah posisi janin
dan merangsang kontraksi rahim. Titik BL67 terletak di bagian kaki, tepatnya
diluar ujung jari kelingking dekat dengan tepi kuku kaki (Yusra, 2018).
e. Titik Usus Besar 4 (large intestine 4 point)
(Sumber : Safitri, 2018)
Gambar 5. Pijat Akupresur titik LI4
Titik Usus Besar 4 (LI4) dikenal dengan nama Hoku, titik ini terletak pada
sudut anyaman antara jari jempol dan jari telunjuk. Titik LI4 dapat menginduksi
persalinan dan menyebabkan bayi masuk ke rongga panggul, tidak hanya itu, titik
LI4 juga dapat meringankan rasa sakit akibat kontraksi yang datang (Yusra,
2018).
f. Titik kandung kemih 32 (bladder 32 point)
(Sumber : Safitri, 2018)
Gambar 6. Pijat Akupresur titik
Titik BL32 disebut juga dengan Ciliao, terletak di punggung bawah antara
lesung bokong. Pijatan di titik ini dapat bermanfaat memicu kontraksi dan
membantu meringankan masalah sistem reproduksi wanita (Yusra, 2018).
4. Teknik Manipulasi Pijat Akupresur
Dikutip dari modul (Helena Laksmi Dewi, 2017), teknik manipulasi atau
biasa dikenal dengan tehnik rangsangan pada pijat akupresur merupakan teknik
pemijtan berdasarkan hasil pemeriksaan pasien dan diagnosa yang ditegakkan.
Adapun tehnik manipulasi pijat atau perangsang dibagi menjadi dua:
a. Teknik Penguatan (Tonifikasi)
1) Pemijatan dilakukan pada titik akupresur yang ditentukan maksimal 30
putaran atau tekanan sesuaikan dengan kebutuhan pasien
2) Arah putaran mengikuti jarum jam
3) Tekanan sedang, tidak terlalu kuat
4) Titik yang dipilih maksimal 10 titik akupresur
5) Jika dilakukan pemijatan pada titik meridian arah pijatan harus searah
dengan jalur perjalanan meridian.
b. Tehnik Pelemahan (Sedasi)
1) Pemijatan dilakukan pada titik akupresur yang dikeluhkan pasien antara
40-60 kali tekanan atau putaran
2) Laju putaran tidak searah jarum jam
3) Tekanan dapat dilakukan secara sedang sampai kuat sesuai kebutuhan
4) Titik yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan dan keluhan pasien
5) Jika dilakukan pada area jalur meridian,jalur pemijatan harus berlawanan
arah dengan jalur perjalanan meridian
c. Cara Memijat
Ada beberapa cara memijat titik acupoint dengan menggunakan anggota
tubuh jemari tangan, telapak tangan, dan siku. Berikut penjelasan singkatnya
1) Memijat tengkuk pada titik kantung empedu 20. Tekan perlahan titik tersebut
dengan ibu jari sesuai kebutuhan berdasarkan dari keluhan pasien.
2) Menekan dan memutarkan jemari pada area bahu atau punggung, searah jarum
jam atau berlawanan sesuaikan dengan keluhan pasien.
3) Gunakan telapak tangan untuk daerah yang lebar seperti punggung, dengan
kekuatan disesuaikan dengan kenyamanan pasien. Biasanya ditekan naik turun
dengan lembut, diputar searah jarum jam atau sebaliknya sesuai keluhan
pasien.
4) Pijatan dengan ujung jari yang ditekuk, biasanya digunakan untuk mencapai
titik dalam otot tebal/gemuk.
5) Memijat dengan kedua pangkal tangan digeser kiri kanan atau naik turun
secara bersamaan disesuaika dengan kebutuhan dan keluhan pasien.
6) Pijat menggunakan siku untuk daerah yang keras dan tebal supaya efek pijatan
dapat tercapai.
7) Menggunakan dua jempol pada dua titik depan dan belakang persendian.
8) Menggunakan jari jampol untuk titik usus besar 4 dengan cara naik turun
maupun mengurut sesuai keperluan dan keluhan pasien.
9) Memijat lembut pada titik pelipis, bisa dilakuan searah jarum jam atau
berlawanan disesuaikan dengan kebutuhan dan keluhan pasien.
10) Memijat dan mengurut lokasi meridian di daerah punggung kaki dengan
jemari tangan naik turun, mengurut searah meridian atau berlawanan sesuai
kebutuhan pasien. (Helena Laksmi Dewi, 2017)
d. Manfaat Akupresur
Secara umum akupresur tidak hanya efektif untuk mengobati berbagai
macam penyakit, akupresur yang berguna untuk pencegahan penyakit, menjaga
kesehatan dan memperpanjang usia, dapat diterapkan tanpa memandang jenis
kelamin dan usia, serta tidak menyebabkan sakit. Terapi akupresur dapat
diterapkan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas serta anak-anak dalam
mengatasi masalah kesehatan. Salah satunya yaitu untuk mempercepat proses
persalinan kala I pada ibu bersalin (Helena Laksmi Dewi, 2017).
e. Mekanisme Teknik Akupresure titik SP6 dan LI4
Titik Sanyinjiao (SP6) merupakan tempat pertemuan tiga Yin yaitu
meridian limpa, hati, ginjal. Akupunktur meyakini bahwa titik Sanyinjiao
mempengaruhi cara kerja yaitu dengan menguatkan limpa dan lambung terkait
dengan produksi energi (qi) dan darah, mengurangi kelembaban,
mengharmonisasi kerja hati, berikut dampak pengaturan induksi persalinan.
Kemampuan mengharmonisasi berdampak pada pengaturan kemih dan genetalia,
selain itu juga mempunyai efek menenangkan mental/spiritual, serta membantu
memperlancar peredaran darah yang terletak pada tiga meridian Yin sehingga
mengurangi rasa nyeri saat persalinan.
Titik LI4 atau Hegu merupakan salah satu titik yang termasuk dalam
meridian Yang ming Usus Besar yang mana dimulai dari ujung jari telunjuk
sampai diantara pertemuan tulang metacarpal 1 dan 2, ke atas masuk ke dalam
lekukan tendon M ekstensor posisi longus dan brevis, berjalan terus sisi radial
lengan bawah sampai di lateral sudut lipat siku, berjalan lagi menyusuri tepi
lateral lengan atas menuju bahu lalu berjalan ke belakang berjumpa dengan
meridian-meridian di titik ta cui (Gv 14) kembali lagi ke dalam berhubungan
dengan paru-paru kemudian menembus diafragma dan tiba pada usus besar
merangsang hormon endorphin dalam tubuh. LI4 memiliki peranan sebagai
penenang sehingga digunakan dalam kondisi yang menyakitkan baik
meridianmaupun organ, khususnya pada lambung, usus, dan uterus sehingga
efektif digunakan dalam mempercepat proses persalinan.
5. Efektivitas Teknik AkupresurTitik SP6 dan LI4 Untuk Mempercepat
Persalinan Kala I
Titik akupresur yang berkaitan dengan persalinan adalah SP6 dan LI4.
Menurut Dibble et al. titik SP6 dan titik LI4 merupakan titik rahim. Penekanan
pada kedua titik ini akan memperbaiki ketidakseimbangan energi, memperlancar
aliran darah yang tersumbat disepanjang meridian (Diyah Tepi Rahmawati, 2016).
Menurut Dibble et al. titik SP6 dan titik LI4 merupakan titik rahim.
Penekanan pada keduatitik ini akan memperbaiki ketidakseimbangan energi,
memperlancar aliran darah yang tersumbat disepanjang meridian. Akupresur pada
acupoint SP6 dan LI4 dapat merangsang pelepasan hormon oksitosin
untukinduksi persalinan dan pengelolaan nyeri selamapersalinan (Lee et al ,2001).
Penekanan padaacupoint SP6 memiliki pengaruh kuat terhadaporgan reproduksi,
memperlancar proses persalinan dengan membantu dilatasi servik (Lian,et al,
2000). Penekanan pada acupoint LI4 memiliki efek mengurangi rasa sakit dan
merangsang kontraksi uterus. Penggunaan akupresur pada acupoint SP6 dan LI4
secara bersama dilaporkan efektif dalam induksi persalinan dan pengurangan
nyeri persalinan (Sujiyatini, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian (Neneng Siti L, 2018) peningkatan kontraksi
sebelum dilakukan pemijatan L14 terhadap ibu Inpartu kala I fase
aktif di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun 2018. Hasil penelitian
didapatkan rata-rata kontraksi pada ibu yang belum dilakukan pemijatan L14 pada
kala I persalinan fase aktif adalah 3,3810 (3 kali dalam 10 menit) dengan skor
kontraksi minimal 3 kali dalam 10 menit dan maksimal 4 kali dalam 10 menit.
Peningkatan kontraksi sesudah dilakukan pemijatan L14 terhadap ibu Inpartu kala
I fase aktif di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun 2018. Hasil penelitian di
dapatkan bahwa rata-rata peningkatan kontraksi sesudah dilakukan pemijatan
pada titik L14 terhadap ibu Inpartu kala I fase aktif adalah 4,5952 (5 kali dalam 10
menit) skor kontraksi minimal 4 kali dalam 10 menit dan maksimal 5 kali dalam
10 menit, maka hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000< 0,05, maka dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara peningkatan kontraksi sebelum
pemijatan L14 dan sesudah pemijatan L14 pada ibu Inpartu kala I fase aktif.
Hasil didukung oleh penelitian yang dilakukan Budiarti (2011) hasil
pengukuran persalinan lama pada kelompok ibu yang mendapatkan akupresur
pada titik L14 menunjukkan 60,4% lama persalinan ≤6 jam dan 39,6% pada
kelompok yang tidak mendapat akupresur. Menurut peneliti peningkatan
kontraksi merupakan akibat dari respon tubuh yang seimbang, dimana tubuh dapat
memproduksi hormon dengan baik sehingga memicu terjadinya peningkatan
kontraksi yang cukup besar. Selain itu peningkatan kontraksi juga dapat terjadi
akibat respon sentuhan dari luar, seperti dilakukanya pemijatan pada titik L14
secara teratur yang terletak antara tulang metacarpal pertama dan kedua pada
bagian distal lipatan pada kedua tangan yang di lakukan disela-sela waktu
kontraksi.
a. Manfaat
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chung, Hung, Kuo, dan Hung
(2003) yang bertujuan untuk mengetahui tentang efek titik akupresur SP6 dan LI4
dalam mengurangi nyeri dan kontraksi uterus pada kala I persalinan. Hasil dari
penelitian ini menunjukan dari 3 kelompok yang mendapat perlakuan akupresur,
rangsang cahaya, percakapan didapat bahwa manfaat akupresur secara signifikan
mampu menghasilkan hormon endorphin yang berpengaruh terhadap pengurangan
rasa nyeri dan menghasilkan hormon oksitosin terhadap kontraksi uterus.
Akupresur/penekanan pada titik SP6 dan LI4 diyakini dapat membantu energi
tubuh mendorong bayi bergerak turun melewati jalan lahir.
Cara melakukan pijat titik SP6 dan titik LI4 dengan melakukan teknik
pijatan tehnik pelemahan (sedasi) yaitu pemijatan dilakukan pada titik akupresur
yang dikeluhkan pasien antara 40-60 kali tekanan atau putaran, laju putaran tidak
searah jarum jam, tekanan dapat dilakukan secara sedang sampai kuat sesuai
kebutuhan, titik yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan dan keluhan pasien,
jika dilakukan pada area jalur meridian ,jalur pemijatan harus berlawanan arah
dengan jalur perjalanan meridian. Para terapis atau doula lebih sering fokus pada
titik ini selama 60 sampai 90 menit untuk merangsang kontraksi untuk
mempercepat proses persalinan (Yusra, 2018).
C. Pelvic Rocking
1. Pengertian Pelvic Rocking
Pelvic Rocking merupakan salah satu gerakan dengan menggoyangkan
panggul ke sisi depan, belakang, sisi kiri dan kanan. Gerakan ini digunakan untuk
mengurangi rasa kurang nyaman pada saat proses persalinan di mana gerakan
yang dilakukan ini ternyata member banyak sekali manfaat (Hypno-birthing,
2014).
Menurut (Penny Simkin, 2013) istilah Birthing Ball atau dikenal dengan
bola persalinan. Bola ini awalnya dikembangkan dengan tujuan untuk terapi fisik,
dan telah digunakan selama bertahun-tahun oleh terapis fisik dalam berbagai cara
untuk mengobati gangguan tulang dan saraf. Sedangkan pada kehamilan dan
proses persalinan, bola ini ternyata juga serba guna, mudah dibawa kemana-mana,
dan mudah dibersihkan. Menggunakan bola selama kehamilan akan merangsang
reflex postural. Duduk diatas Birthing Ball memiliki banyak kegunaan pada akhir
kehamilan, karena Anda akan merasa lebih nyaman.
2. Mekanisme Kerja Pelvic Rocking
Ketika dalam proses persalinan, bola bisa menjadi alat penting, dan dapat
digunakan dalam berbagai posisi. Duduk tegak diatas bola sambil mendorong
seperti melakukan ayunan atau membuat gerakan memutar panggul, dapat
membantu proses penurunan janin. Bola memberikan dukungan pada perineum
tanpa banyak tekanan dan membantu menjaga janin sejajar di panggul. Posisi
duduk diatas bola, diasumsikan mirip dengan berjongkok membuka panggul,
sehingga membantu mempercepat proses persalinan. Gerakan lembut yang
dilakukan diatas bola sangat mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Dengan bola
ditempatkan di tempat tidur, klien bisa berdiri dan bersandar dengan nyaman
diatas bola, mendorong dan mengayunkan panggul untuk mobilisasi (Penny
Simkin, 2013).
Saat kehamilan melakukan pelvic rocking dengan birthing ball dapat
menjaga otot-otot yang mendukung tulang belakang. Pada saat proses persalinan
memasuki kala I, jika duduk di atas bola, dan dengan perlahan mengayunkan dan
menggoyangkan pinggul (pelvic rocking) kedepan dan belakang, sisi kanan, sisi
kiri, dan melingkar, akan bermanfaat untuk :
a. Goyangan panggul dapat memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah.
b. Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di sekitar rahim serta tekanan di
kandung kemih.
c. Gerakan ini akan membantu ibu lebih bersantai.
d. Meningkatkan proses pencernaan.
e. Mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina serta daerah
sekitarnya.
f. Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam membawa bayi turun melalui
panggul jika posisi ibu bersalin tegak dan bisa bersandar ke depan.
g. Tekanan kepala bayi pada leher rahim akan tetap kostan ketika ibu bersalin
diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) serviks akan terjadi lebih cepat.
h. Ligamentum atau otot-otot disekitar panggul lebih relaks.
i. Bidang luas panggul akan lebih melebar sehingga memudahkan kepala bayi
turun ke dasar panggul (Aprilia,2011).
3. Waktu Pelaksanaan Pelvic Rocking
Pelvic Rocking Execises dilakukan sesuai dengan Standar Operating
Prosedur (SOP). PRE dilaksanakan dengan duduk tegak diatas gym ball dengan
gerakan kekanan, kiri, depan, belakang, memutar selama 30 menit. Ketika
kontraksi mulai terasa hentikan. Kemudian lanjutkan kembali saat kontraksi
mereda, istirahat 15 menit, kemudian ulangi dengan cara yang sama. Setelah
pelvic Rocking exercises dilakukan pencatatan dan pendokumentasian terhadap
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah ibu hamil. Pengukuran efek pelvic
Rocking exercises dengan mengamati dan mencatat lama waktu persalinan kala I
yang dibutuhkan oleh responden baik kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol. Pengukuran lama waktu persalinan Kala I diamati pada fase aktif yaitu
pembukaan 4-10 cm. Pengukuran lama waktu menggunakan stopwatch dan
dicatat pada lembar observasi dan partograf (Surtiningsih, 2016).
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pelvic Rocking
Langkah-langkah pelaksanaan pelvic rocking yaitu duduk rileks tegak
diatas gym ball sesuakan dengan tinggi badan dan gerakkan otot dasar panggul
kekiri kekanan, kedepan kebelakang, berputar perlahan searah jarum jam
kemudian kearah berlawanan. Pada saat awal berlatih sebaiknya bola diposisikan
menempel pada dinding untuk faktor keamanan. Posisi tersebut bermanfaat untuk
mempercepat aliran darah ke rahim plasenta dan bayi, meredakan tekanan dan
dapat meningkatkan outlet panggul sebanyak 30%. Postur ini membuat gaya
gravitasi mendorong turunnya kepala bayi. Saat ibu menggoyangka panggul diatas
bola dengan posisi duduk tegak maka panggul akan lebih rileks dan juga
memberikan efek pijatan lembut didaerah perineum sehingga perineum lebih
elastis (Hypno-birthing, 2014).
5. Efektivitas Pelvic Rocking Terhadap Mempercepat Persalinan KalaI
Hasil penelitian dari (Surtiningsih, 2016) menyebutkan bahwa Pelvic
Rocking sangat efektif dalam mempercepat lamanya persalinan kala I. Dengan
gerakan menambah ukuran rongga pelvis menggoyang panggul perlahan
mengayunkan pinggul ke depan dan belakang, sisi kanan, kiri, dan melingkar.
Pelvic rocking dapat membantu ibu dalam posisi tegak, tetap tegak ketika dalam
proses persalinan akan memungkinkan rahim untuk bekerja seefisien mungkin
dengan membuat bidang panggul lebih luas dan terbuka. Dengan kata lain dapat
merangsang dilatasi dan memperlebar outlet panggul. Duduk lurus di atas bola
maka gaya gravitasi bumi akan membantu janin atau bagian terendah janin untuk
segera turun ke panggul sehingga didapatkan waktu persalinan lebih pendek atau
singkat.
Berdasarkan penelitian (Surtiningsih, 2016) pada 5 Puskesmas PONED di
Banjarnegara didapatkan angka kejadian persalinan lama dari Januari-Mei 2017
sebanyak 44 kasus dari 410 persalinan atau 10,73%. Dari 44 kasus persalinan
lama didapatkan 31 ibu mengalami persalinan dengan kala I > 14 jam (70,45%)
dan 13 ibu bersalin (29,55%) dengan kala II > 2 jam. Dibutuhkan penanganan
untuk meminimalkan masalah tersebut. Setelah dilakukan survei didapatkan
kesimpulan keefektivitasan Pelvic Rocking Exercises terhadap lama waktu
persalinan kala I fase aktif pada ibu primipara Pelvic Rocking Exercises sangat
efektif dalam memperpendek lama waktu persalinan kala I fase aktif pada ibu
primipara ρ-value 0,0001 < α (0,05) dengan nilai Effect size 0,6. Rata-rata lama
kala I pada Kelompok Perlakuan adalah 142 menit. sedangkan ratarata lama kala I
pada kelompok kontrol adalah 277 menit.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah hubungan antara konsep terhadap konsep lain
berdasarkan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti agar
peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan
atau mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2012:83).
Sumber : Indrayani (2016), Dr. Kiswoyo (2007), Zita. W (2008)
Gambar 7. Kerangka Teori
Mempercepat
Persalinan Kala I
Faktor yang Mempengaruhi persalinan
1. Power » Hormon :
a. Metode Farmakologi
b. Metode Non Farmakologi meliputi :
Tehnik pijat akupresur meliputi :
1) SP6 2) BL60
3) PC8
4) BL67
5) LI4 6) BL32
2. Passangermeliputi janin, plasenta, serta air
ketuban
3. Passage way
4. Position meliputi :
a. Berdiri
b. Jongkok
c. Miring kiri
d. Setengah duduk
e. Duduk tegak meliputi : Pelvic rocking
5. Psychology
Respon psiologis ibu ketika bersalin
E. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang kaitan antara
konsep satu dengan lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang
lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu pemikiran yang
dibentuk dengan menginderealisasikan suatu pengertian . Oleh karena itu, konsep
tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, sehingga agar dapat diamati dan
diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel lainnya.
Dari variabel itulah konsep dapat diamati serta dapat diukur (Notoatmodjo,
2012:84). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 8. Kerangka Konsep
F. Variabel
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek lain. Variabel Independen (variabel bebas) merupakan variabel
yang apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain; variabel
yang berubah akibat perubahan variabel bebas ini disebut sebagai variabel
dependen atau variabel terikat (Sudigdo S, 2014).
Teknik Akupresur Titik
SP6 dan LI4
Mempercepat Persalinan
Kala I
Pelvic Rocking
Variabel penelitian merupakan kegiata menguji hipotesis, yaitu menguji
kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim
dibaca dan dipaparkan dengan berstandar pada variabel. Hubungan nyata lazim
dibaca dan dipaparkan dengan berstandar kepada variabel. Variabel sendiri adalah
suatu sebutan yang diberi nilai (kuantitatif) dan nilai mutu (kualitatif) (Noor,
2011).
Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk
apa saja kemudian ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan. Secara
teoritis, variabel didefinisikan sebagai apapun yang dapat membedakan atau
membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek
atau orang yanga sama, maupun pada waktu yang sama untuk objek atau orang
yang berbeda (Noor, 2011).
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian.
Dengan demikian ada hubungan keterkaitan antara perumusan masalahdengan
hipotesis, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian.
Berdasarkan kerangka teori maka hipotesis penelitian ini adalah : “ada perbedaan
perbandingan efektivitas antara pelvic rocking dengan teknik akupresur dalam
mempercepat proses persalinan kala I”, sehingga penelitian ini menggunakan two
tailed, karena arah hipotesis belum diketahui.
H. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur
Cara
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel Dependen
Proses
persalinan
kala I
Waktu yang dibutuhkan
dalam proses persalinan
kala I dimulai dari
pembukaan 4 cm sampai
dengan pembukaan
lengkap dalam satuan
jam
Cheklist
Patograf
Observasi Lama
persalinan
dalam jam
Rasio
Variabel Independen
Titik
Akupresur
Fokus pada titik SP6 dan
LI4 ini dilakukan
pijatan/tekanan
bergantian atau
beriringan secara sedasi
40-60 kali selama 60
sampai 90 menit untuk
merangsang kontraksi,
laju putaran berlawanan
arah jarum jam, sehingga
harus berlawanan dengan
arah perjalanan meridian,
ketika kontraksi hentikan
pemijatan dan lanjutkan
kembali saat kontraksi
mereda, pada persalinan
fase aktif (pembukaan 4
cm sampai dengan
pembukaan lengkap)
dalam satuan jam
Cheklist
titik
Akupresur
Observasi Lama
penekanan
dalam jam
Rasio
Pelvic
Rocking
Posisi duduk tegak diatas
gym ball dengan gerakan
kekanan,
kiri,depan,belakang,
memutar selama 30
menit. Ketika kontraksi
hentikan. Kemudian
lanjutkan kembali saat
kontraksi mereda,
berikan jeda 15 menit,
kemudian ulangi dengan
cara yang sama pada fase
aktif (dimulai dari
pembukaan 4 cm sampai
dengan pembukaan
lengkap) dalam satuan
jam.
Cheklist
Pelvic
Rocking
Observasi Lama posisi
duduk tegak
Rasio