bab ii tinjauan pustaka 1.1. kajian teoretis 1.1.1....

13
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang : (1) Kajian Teoretis, (2) Kajian Penelitian yang Relevan. 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. Metode Pembelajaran Uno (2013) menyatakan variabel metode pembelajaran di karifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : (1) Strategi Pengorganisasian (Oraganizational Strategy) adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan yang lainnya yang setingkat dengan itu. (2) Strategi Penyampaian (Delivery Strategy) adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada si pembelajar dan/atau untuk menerima serta merespon masukan dari si pembelajar. Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dalam strategi ini. (3) Strategi Pengelolaan (Management Strategy) adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Herpratiwi (2009) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi mengorganisasikan suatu tindakan dalam

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang : (1) Kajian Teoretis, (2) Kajian Penelitian

yang Relevan.

1.1. KAJIAN TEORETIS

1.1.1. Metode Pembelajaran

Uno (2013) menyatakan variabel metode pembelajaran di karifikasikan menjadi

tiga jenis, yaitu : (1) Strategi Pengorganisasian (Oraganizational Strategy) adalah

metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk

pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan

isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan yang lainnya yang setingkat

dengan itu. (2) Strategi Penyampaian (Delivery Strategy) adalah metode untuk

menyampaikan pembelajaran kepada si pembelajar dan/atau untuk menerima serta

merespon masukan dari si pembelajar. Media pembelajaran merupakan bidang

kajian utama dalam strategi ini. (3) Strategi Pengelolaan (Management Strategy)

adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel metode

pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi

pembelajaran. Herpratiwi (2009) metode pembelajaran adalah cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah strategi mengorganisasikan suatu tindakan dalam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

15

pembelajaran dalam rangka mengelola atau mnjalankan suatu pembelajaran

di dalam kelas guna tercapainya suatu suasana belajar yang baik.

1.1.2. Metode Value Time Pie

Model pembelajaran Values Time Pie adalah suatu ilustrasi grafik

yang menghendaki perkiraan berdasarkan nilai memberikan pemahaman pada

siswa tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan waktu dengan benar,

bagaimana mereka akan menggunakan waktu sebagai seorang siswa yang

baik, sebagai anggota keluarga yang baik dan sebagai warga negara yang baik

(Apriyani, 2013)

Metode ini masih jarang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Metode pembelajaran ini mengisaratkan tentang

bagaimana siswa menfaatkan waktu secara utuh ketika dalam proses

pembelajaran, sehingga nantinya siswa dapat memahami pembelajaran yang

di diterima. Metode ini juga diharapkan mampu menanamkan nilai disiplin

kepada siswa dengan menfaatkan waktu secara utuh dalam sebuah

pembelajaran. Metode Value Time Pie dapat diartikan sebagai teknik

pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai

yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui suatu proses

menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

Values Time Pie juga menekankan bagaimana sebenarnya seseorang

membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya

nilai-nilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehai-hari di

masyarakat. Dalam praktik pembelajaran, Value Time Pie dikembangkan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

16

melalui proses dialog antara guru dan siswa. Proses tersebut hendaknya

berlangsung dalam suasana santai dan terbuka, sehingga setiap siswa dapat

mengungkapkan secara bebas perasaannya.

Metode pembelajaran values time pie lebih mengarah pada pola

interaksi dalam proses pembelajaran, baik antara guru dengan siswa ataupun

siswa dengan siswa. interaksi yang baik ini nanti akan membawa siswa lebih

rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa tidak engan kitika ingin

menanyakan apa yang belun di pahami dari materi yang di pelajari.

1.1.3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006) menyebutkan enam jenis

perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

17

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah

untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,

menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan

baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan

menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan siswa setelah meneriama menjalankan proses

pembelajaran. Kemampuan ini meliputi kemampuan koknitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar dapat kita ketahui melalui evaluasi yang bertujuan

untuk mendapatkan data pemahaman siswa sesudah menerima pembelajaran

yang di lakukan dengan cara tes.

1.1.4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegarakan menurut Pasal 37 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu

nama mata pelajaran wajib yang diberikan pada siswa di sekolah dan

perguruan tinggi, selain mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budaya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

18

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pelajaran formal yang berupa sejarah

masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata

cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Berdasarkan pasal 37 ayat

(2) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 maka kita dapat menarik kesimpulan

bawasannya yang di maksud Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan

yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu

warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-

cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai

penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang

pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar

menghasikan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap

menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

Winarno (2013) menyatakan pendidikan kewarganegaraan merupakan

terjemahan dari dua istilah dalam keputusan asing, yaitu civic education dan

citizenship education. Dua istilah tersebut terdapat kandungan konsep civic

dan citizenship. Somantri (Winarno, 2013) civics diterjemahkan sebagai ilmu

kewarganegaraan yang isinya antara lain mepelajari hubungan antar

warganegara dan hubungan warga negara dengan negara. Prihal kata civics,

Carter Van Good (dalam Aziz Wahab dan Sapriya, 2007) memberi argumen

mengapa civics disebut ilmu kewarganegaraan. Hal ini dikarnakan di belakan

kata civics terdapat hurup (s), ini menunjukn sebuah ilmu, sama seperti

ekonomics atau politics.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

19

Secara terminologis, civics adalah suatu studi yang berkaitan dengan

tugas pemerintah dan hak serta kewajiban warganegara. Civics merupakan

cabang ilmu politik yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warganegara.

Dalam dicteonery of education disebutkan civics is element of political

science or branch of political science dealing with the rights and duties of

citizens. dijelaskan civic adalah unsur dari ilmu politik atau cabang dari ilmu

politik yang berisi hak dan kewajiban warganegara. Civics sebagai bagian

dari ilmu politik mengambil porsi dari isi ilmu politik, yaitu pada bagian

demokrasi politik. Jadi, fokus dari studi civic adalah demokrasi politik. Di

Indonesia, istilah civics di terjemahkan sebagai “Ilmu Kewarganegaraan”

disingkan Ikn.

Menurut Cogan dan Derricott (Winarno, 2013) citizenship pada

umumnya diterjemahkan dengan kewarganegaraan. Citizenship atau

kewarganegaraan tidak bisa dipisahkan dari konsep civic atau citizen.

Sedangkan menurut Winarno (2013) kewarganegaraan berarti seperangkat

karakter sebagai warga. Kewarganegaraan menunjukan keanggotaan dalam

komonitas politik (yang dalam sejarah perkembangannya diawali pada negara

kota, namun sekarang ini telah berkembang pada keanggotaan suatu negara).

Sedangkan menurut Smith (Winarno, 2013) mengidentifikasi adanya empat

makna dari kewaarganegaraan. Keempat makna tersebut adalah (1) sebagai

hak, yaitu hak politik untuk berpartisipasi dalam proses pemerintahan, (2)

sebagai hukum, yaitu secara syah diakui sebagi anggota politik (Negara) yang

berdaulat, (3) keanggotaan dari suatu komonitas, kewarganegaraan menunjuk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

20

pada asosiasi/keterikatan orang tidak hanya pada negara, tetapi pada

komonitass lain (seperti keluarga, klub, universitas, dan komonitas yang lebih

luas lagi), dan (4) seperangkat tindakan, artinya kewarganegaraan tidak hanya

mengimplikasikan adanya keanggotaan, tetapi juga ketentuan-tentuan dan

perilaku warga negara.

Apabila civics (ilmu kewarganegaraan) merupakan bentuk dari

disiplin ilmu, maka civics Education atau pendidikan kewarganegaraan

merupakan progrn pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi

politik yang di tujukan pada peserta didik atau warga negara yang

berangkutan. Pendidikan kewarganegaraan(civic education) dinyatakan

sebagai upaya menerapkan civics (ilmu kewarganegaraan) dalam proses

pendidikan. Menurut Cogan (Winarno, 2013) menbedakan istilah pendidikan

kewarganegaraan (bahasa Indonesia) dalam dua pengertian : civic education

dan citizenship education atau education for citizenship.

2.1.5. Civic Education dan Citizenship Education

Menurut Cogan (dalam Winarno, 2013) civic education adalah suatu

mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan

warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam

masyarakat. Civic education adalah pendidikan kewarganegaraan dalam arti

sempit, yaitu sebagai bentuk pendidikan formal, seperti mata pelajaran, mata

kuliah, atau kursus di lembaga sekolah, universitas, atau lembaga formal

lainnya. Sedangkan citizenship education mencakup tidak hanya dalam

bentuk formal pendidikan kewarganegaraan, tetapi bentuk-bentuk informal

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

21

dan non formal pendidikan kewarganegaraan. Citizenship education adalah

pengertian pendidikan kewarganegaraan yang generik (umum) dan dalam arti

luas. Pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian yang luas seperti

“citizenship education” atau “education for citizenship” mencakup

pendidikan kewarganegaraan di dalam lembaga pendidikan formal ( dalah hal

ini di sekolah dan dalam program pendidikan guru) dan di luar sekolah baik

yang berupa penataran atau program lainnya yang sengaja di rancang atau

sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi

proses pendewasaan atau pematangan sebagai warga negara yang cerdas dan

baik.

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu civic

education dimaksut pendidikan dalm arti sempit yang fokus

pengembangannya melalui pendidikan formal sedangkan citizenship

education dikamksudkan sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti

luas yang tidak hanya pada pendidikan formal saja, akan tetapi juga dalam

pendidikan informal dan non formal. Dengan demikian Pendidikan

kewarganegaraan (bahasa indonesia) sudah mencakup kedua makna kata

dalam bahasa inggris tersebut, yaitu civic education dan citizenship

education.

2.1.6. Nilai

Kohlberg (1994) mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai

obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai

yang bersifat instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

22

secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat

kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang

sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan

budaya kelompok masyarakat tertentu. Menurut Djahiri (1999) nilai (value)

adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersirat dalam

fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Berdasar

pengertian ini nilai difungsikan sebagai sarana untuk mengarahkan,

mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang. Nilai dapat juga

diartikan sebagai kualitas atau harga sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap

memiliki nilai apabila sesuatu itu secara intrinsik memang berharga.

Konsep lain yang sering digunakan secara bersamaan ketika membahas

masalah nilai adalah konsep moral. Menurut Prent (Soenarjati 1989) moral

berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat,

kelakuan, watak, tabiat, akhlak. Berdasarkan perkembangannya moral

diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila.

Bersasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah

berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara

moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada.

Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang

ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral. Penanaman nilai-nilai

karakter terhadap siswa harus lebih ditekankan melaui metode pembelajaran

secara aplikatif dalam pendidikan yang nantinya akan menjadi suatu

kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

23

2.1.7. Karakter Disiplin

Menurut Rachman (dalam Khafid, 2007) pentingnya disiplin bagi para

siswa adalah sebagai berikut:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungan.

c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik

terhadap lingkunganya

d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu

lainnya

e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah

f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar

g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaankebiasaan yang baik,

positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya

h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan

lingkungannya.

Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri

keunggulam. Menurut Tu’u (dalam Khafid, 2007) disiplin penting karena

alasan berikut ini:

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri akan memdorong

siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang sering

melanggar ketentuan sekolah akan menghambat optimalisasi potensi

dan prestasinya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

24

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi

kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Disiplin memberi

dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan

norma-norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-

anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan

kelak ketika bekerja.

Tu’u (dalam Khafid, 2007) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah

mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan

hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan

sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan

teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri

saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafrudin dalam jurnal Edukasi

(dalam Khafid, 2007) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat

macam, yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-

tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4)

ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang.

Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu

kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa

disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai

kesadaran diri. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari

dalam lingkungan keluarga (khafid, 2007).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

25

1.2. PENELITIAN TERDAHULU

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

berjudul “Penerapan Metode Values Time Pie Untuk Meningkatkan Hasil

Belajaran Pendididkan Kewarganegaraan Dalam Penanaman Nilai Karakter

Disiplin Siswa MTs 1 Muhammadiyah Kota Malang” penelitian tersebuat

adalah :

Pertama, penelitian Sitompul (2014) yang berjudul “ Model Pendidikan

Karakter Melalui Pembelajaran PKN Di Sekolah Menengah Pertama Kelas VII

SMPN 37 Dan SMP Budi Murni 1 Medan T.P 2012/2013” dalam hasil penelitian

disebutkan bahwa hal-hal yang bisa di lakukan di SMPN 37 dan SMP Budi Murni

1 Medan adalah : 1) pelaksanaan pendidikan karakter melaui pelajaran PKn di

kelas VIIA SMPN 37 Medan; 2) Medel pndidikan karakter yang ditawarkan oleh

kedua sekolah tersebuat yaitu melalui pendekatan norma.

Kedua, penelitian Apriyani (2013) yang berjudul “Implementasi Metode

Pembelajaran Values Time Pie Dalam Meningkatkan Motifasi Belajar Pada

Pelajaran PKN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Pelajaran PKN di Kelas X-5 di

SMA Conggeang Sumedang” dalam hasil penelitian adalah : 1) Perencanaan

Values Time pie dengan penyusunan silabus dan RPP sehingga mempermudah

proses pembelajaran dalam menganalisis nilai dan adanya perubahan tingkahlaku

yang menjalik komunikasi yang interaktif. 2) peningkatan motifasi setelah

menggunakan metode Values Time Pie adanya perubahan aktivitas dan minat

belajar pada proses pembelajaran PKN dan adanya perubahan tingkah laku yang

berdasarkan nilai norma. 3) keunggulan metode Values Time Pie dapat menilai

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. KAJIAN TEORETIS 1.1.1. …eprints.umm.ac.id/36875/3/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-3-babiif-x.… · rileks dan santae dalam pembelajaran sehingga siswa

26

pilihannya berdasarkan keyakinannya sehingga adanya perubahan aktivitas belajar

dan mampu meningkatkan maotivasi belajar pada pelajaran PKN.

Perbedan yang terdapat penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

Sitompul dan Apriyani hanya pada menganalisi bagaimana model pembelajaran

yang digunakan dalam pendidikan karakter melalui pelajaran PKn.