bab i pendahuluan 1.1. latar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk membina dan membantuk kepribadian, kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam pelaksanaannya, pendidikan dihajatkan untuk terpenuhinya nilai-nilai yang ada, di antaranya, nilai sosial, budaya, dan keagamaan. Hal tersebut senada dengan isi dan tujuan terlaksananya pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Hasbullah, 2009) pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan juga anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi- tingginya. Pencapaian hasil pembelajaran yang menjadi hajatan pendidikan nasional harus sesuai dengan misi pencapaian dalam pelaksanaan UUD, seperti yang

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan

(6) Penegasan Istilah.

1.1. LATAR BELAKANG

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk membina dan membantuk

kepribadian, kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam

pelaksanaannya, pendidikan dihajatkan untuk terpenuhinya nilai-nilai yang ada, di

antaranya, nilai sosial, budaya, dan keagamaan. Hal tersebut senada dengan isi

dan tujuan terlaksananya pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam

Hasbullah, 2009) pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-

anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat

yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan juga anggota

masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-

tingginya.

Pencapaian hasil pembelajaran yang menjadi hajatan pendidikan nasional

harus sesuai dengan misi pencapaian dalam pelaksanaan UUD, seperti yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

2

tertuang dakam UU No 20 tahun 2003. Selain itu juga, hal pencapaian

pembelajaran yang dimaksudkan dapat dilihat salah satunya dari keterlibatan dan

respon yang diberikan oleh siswa, baik ketika pembelajaran berlangasung maupun

implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sebagai salah satu media

membentuk karakter dan kepribadian siswa harus senantiasa merepresentasikan

berbagai nilai luhur yang menjadi landasan dan cerminan nilai dan budaya

bangasa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu disiplin ilmu

sosial diharapkan mampu untuk membentuk karater siswa.

Somantri (dalam Wahab, 2011) Pendidikan Disiplin Ilmu Sosial adalah

seleksi dari struktur disiplin akademil ilmu-ilmu sosial yang di organisasikan dan

di sajian secara ilmiah dan psikologis untuk mewujutkan tujuan pendidikan dalam

kerangka pencapaian tujuan nasional yang berdasarkan pancasila, sesuai dengan

Undang-Undang Sisdiknas. Melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

diharapkan mampu pembentukan karakter siswa yang di harapkan oleh

pendidikan nasional.

Metode pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan kewarganegaraan

yang nantinya mempu meningkatkan hasil belajar dan menanamkan nilai disiplin

terhadap siswa. Metode Values Time Pie adalah salah satu metode pembelajaran

yang sesuai dengan pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan hasil

belajar dan menanamkan nilai disiplin pada siswa.

Metode pembelajaran Values Time Pie adalah suatu ilustrasi grafik yang

menghendaki perkiraan berdasarkan nilai memberikan pemahaman pada siswa

tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan waktu dengan benar, bagaimana

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

3

mereka akan menggunakan waktu sebagai seorang siswa yang baik, sebagai

anggota keluarga yang baik dan sebagai warga negara yang baik (Apriyani, 2013).

Pendidikan kewarganegaraan yang diharapkan mampu membentuk

karakter siswa yang sesuai dengan karakter bangsa tidak bisa hanya dengan

pemberian materi semata, akan tetapi metode pembelajaran yang di gunakan harus

menarik dan menekankan pada pembentukan karakter siswa.

Pendidikan kewarganegarakan menurut Pasal 37 Ayat (2) Undang-Undang

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu nama mata pelajaran wajib

yang diberikan pada siswa di sekolah dan perguruan tinggi, selain mata pelajaran

Pendidikan Agama dan Budaya. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pelajaran

formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya,

perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan.

Hampir semua orang setuju tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah

untuk membentuk warga negara yang baik (to be good sitizens). Wahab (2011)

mengidentifikasi warga negara yang baik adalah warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan denagan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai

individu warga negara memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial. Oleh karena

itu, penanaman nilai sangat penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia

dini di setiap jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan

tinggi agar menghasikan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap

menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

4

Salah satu langkah dalam rangka meningkatkan minat dan kontribusi dari

siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam suatu

pembelajaran, setiap siswa memiliki perbuatan baik, seperti tingkah laku maupun

prestasi yang harus diberikan penghargaan atau pujian. Diharapkan dengan

penghargaan atau pujian itu siswa akan termotivasi berusaha berbuat yang lebih

baik lagi. Misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata “bagus” kepada siswa

yang berpakaian rapih, siswa yang dapat menyelesaikan pekerjaan rumah dengan

baik dan benar. Siswa akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai bahkan

akan berusaha berbuat yang lebih baik lagi. Capaian yang di harapkan bukah

hanya tehadap nilai-nilai dalam pemahaman secara intelektualitas saja, akan tetapi

nilai-nilai leluhur yang sesuai dengan karakter bangsa indonesia. Penanaman

nilai-nilai leluhur sesuai dengan karakter bangsa indonesia inilah yang nantinya

akan membentuk karakter positif terhadap siswa.

Kohlberg (1994) mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai

obyektif, dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang

bersifat instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara

universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran,

keindahan dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki

warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok

masyarakat tertentu. Menurut Djahiri (1999) nilai (value) adalah harga, makna, isi

dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersirat dalam fakta, konsep, dan teori,

sehingga bermakna secara fungsional. Berdasar pengertian ini nilai difungsikan

sebagai sarana untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

5

seseorang. Nilai dapat juga diartikan sebagai kualitas atau harga sesuatu. Artinya,

sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu itu secara intrinsik memang

berharga.

Konsep lain yang sering digunakan secara bersamaan ketika membahas

masalah nilai adalah konsep moral. Prent (Soenarjati 1989) moral berasal dari

bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak,

tabiat, akhlak. Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam

bertingkah laku yang baik, yang susila. Pengertian tersebut dinyatakan bahwa

moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik

secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang

ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang

ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral. Penanaman nilai-nilai karakter

terhadap siswa harus lebih ditekankan melaui metode pembelajaran secara

aplikatif dalam pendidikan yang nantinya akan menjadi suatu kebiasaan dalam

kehidupan sehari-hari.

Fitri (2012) karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan, yang beruwjud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakrama,

budaya, dan adat istiadat. Siswa yang disiplin dalam pendidikan nilai sebagi siswa

yang bermoral dan berkarakter. Tu’u (dalam Khafid, 2007) dalam penelitian

mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan

pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

6

menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di

rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan

ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafrudin dalam jurnal

Edukasi (dalam Khafid, 2007) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat

macam, yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-

tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan

menggunakan waktu datang dan pulang.

Berbekal sikap disiplin yang ada pada diri seorang anak akan berpengaruh

terhadap aspek kepribadian anak yang positif lainnya. Aturan yang diterapkan

kepada anak akan membatasi anak untuk bisa menahan diri dan tidak bersifat

impulsive. Anak akan belajar bahwa tidak semua keinginan-keinginannya itu

selalu bisa terpenuhi, mengingat apa yang menjadi keinginannya selalu ada

batasnya. Anak juga akan memiliki komitmen atas apa yang dilakukannya, taat

pada aturan dan tidak bersikap semaunya sendiri.

Darajat (dalam Wulandari, 2014) wadah untuk membentuk disiplin bagi

generasi penerus bangsa adalah melalui sekolah. Sekolah hendaknya dapat

diusahakan menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan

mental dan moral anak didik, disamping sebagai tempat pengembangan bakat dan

kecerdasan. Dengan kata lain, agar sekolah menjadi tempat sosial bagi anak didik

dimana pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat

berlangsung dengan baik. Hilangnya salah satu bagian penting dalam penanaman

kedisiplinan akan menyebabkan munculnya sikap yang kurang menguntungkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

7

pada diri anak didik dan akan terjadi ketidaksesuaian dengan standar dan harapan

sosial.

Berbekal kedisiplinan, maka seiring dengan bertambahnya usia anak, ia

akan tahu bagaiamana harus bersikap terhadap lingkungannya. Anak akan

bertindak berdasarkan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat di mana ia

berada. Hasilnya anak dengan mudah akan diterima masyarakat sekitarnya dalam

hal bersosialisasi. Pada masa lalu, sebagian orang menganggap bahwa disiplin

perlu untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan

masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat.

Sekarang orang sudah menerima bahwa setiap anak membutuhkan kedisiplinan

apabila ia ingin hidup bahagia, dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya

dalam masyarakat. Melalui disiplin seseorang dapat belajar berperilaku dengan

cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota

kelompok sosial mereka. Maka dari itu penanaman nilai disiplin di mulai usia dini

dan jenjang pendidikan salangat penting.

Pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan bawasannya sikap

disiplin dari remaja ataupun siswa yang ada di sekolah. Dari 23 siswa yang ada

yang menaati peraturan atau berperilaku disiplin hanya sekitar 9 siswa saja. Ini

menujukan bawasanya kurannya penanaman sikap disiplin pada siswa. salah satu

contoh ketidak disiplinan siswa adalah ketika bel pembelajaran sudah berbunyi

masih saja banyak siswa yang belum masuk ke dalam kelas dan mempersiapkan

diri untuk mengikuti pembelajaran. Maka dari itu perlu ada penguatan

pembelajaran dalam yang menekankan pada penanaman nilai moral kedisiplinan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

8

pada siswa. Dalam hal ini mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

bertanggung jawab atas pembentukan karakter disiplin pada siswa yang nantinya

akan menjadi penerus dan pembewa perubahan bangsa menjadi lebih baik dan

demokratis.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasrkan pemaparan latar belakang yang ada kita dapat mengidentifikasi

beberapa permasalahan yang di antaranya :

1. Bagaimana penerapan metode Values Time Pie dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di

MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang ?

2. Bagaimana penanaman nilai karakter disiplin siswa melalui penerapan

metode Values Time Pie pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

di MTs 1 Muhammadiyah Kota Malang ?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Values Time

Pie pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MTs 1

Muhammadiyah Kota Malang ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Merujuk pada rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti maka

tujuan penelitian ini yakni :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Values Time Pie

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa di MTs Muhammadiyah 1 Kota

Malang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

9

2. Mengetahui bagaimana penanaman nilai karakter disiplin melalui

penerapan metode Values Time Pie pada pembelajaran pendidikan

Kewarganegaraan di MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Values

Time Pie di MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang.

1.4. BATASAN MASALAH

Fokus kajian dalam penelitian ini terbatas pada bagaimana metode values

time pie dalam pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan hasil belajar

dan penanaman nilai-nilai karakter kedisiplinan terhadap siswa.

Berbicara mengenai pendidikan kewarganegaran memang memiliki peran

yang sangat komplek dalam pendidikan. Pendidikan kewarganegaraan

bertanggung jawab terhadap terbenentuknya karakter siswa yang sesuai dengan

kebudayaan dan karakter bangsa indonesia. Melalui metode, penguatan, maupun

aplikatif dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Kompleknya peran pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan

karakter siswa, maka peneliti membatasi permasalahan yang hanya pada bidang

kognitif, bagaimana metode dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam

penanaman nilai-nilai karakter disiplin terhadap siswa sesuai dengan uraian judul

penelitian yang di ambil.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

10

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis

Mengetahui bagaimana metode pembelajaran untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dalam penanaman nilai-nilai karakter disiplin terhadap

siswa melalui pendidikan kewarganegaraan, serta menambah konsep

dalam metode pembelajaran karakter yang nantinya mampu membentuk

generasi-generasi yang berkarakter disiplin dalam masyarakat.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan keilmuan mengenai bagaimana metode

dalam pembelajaran yang menekankan pada penanaman nilai-nilai

karakter disiplin melalui pendidikan kewarganegaraan.

b. Bagi Pembaca

Dapan menambah wawasan dan wahana pengetahuan bagaimana

pelaksanaan pendidikan karakter yang mampu menanamkan nilai-nilai

disiplin terhadap siswa.

c. Bagi Guru

Sebagai penambah wawasan dan wahana pengetahuan bagu bagi guru

dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bisa di terapkan dalam mata

pelajaran yang lain.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

11

1.6. PENEGASAN ISTILAH

1.6.1. METODE

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Metode adalah cara teratur

yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

1.6.2. METODE VALUES TIME PIE

Model pembelajaran Values Time Pie adalah suatu ilustrasi grafik yang

menghendaki perkiraan berdasarkan nilai memberikan pemahaman pada

siswa tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan waktu dengan benar,

bagaimana mereka akan menggunakan waktu sebagai seorang siswa yang

baik, sebagai anggota keluarga yang baik, dan sebagai warga negara yang

baik (Apriyani, 2013).

1.6.3. PEMBELAJARAN

Menurut Jihad (2008) pembelajaran merupakan suatu proses yang

terjadi dari kombinasi dua aspek, yaitu: (1) belajar tertuju pada apa yang

harus di lakukan oleh siswa, (2) mengajar beorientasi pada apa yang harus di

lakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Selain itu juga menurut

Suherman (dalam Jihad, 2008) pembelajaran merupakan proses komunikasi

antara peserta didik dengan pendidikan serta anter peserta didik dalam rangka

perubahan sikap.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

12

1.6.4. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan kewarganegaraan menurut Pasal 37 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu

nama mata pelajaran wajib yang diberikan pada siswa di sekolah dan

perguruan tinggi, selain mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budaya. Dari

penjelasan dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 maka kita dapat

simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang

mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga

negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita

bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai

penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang

pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar

menghasikan penerus-penerus bangsa yang kompeten dan siap menjalankan

hidup berbangsa dan bernegara.

1.6.5. NILAI

Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan

nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat

instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal.

Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan

dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna,

isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok

masyarakat tertentu. Menurut Djahiri (1999) nilai (value) adalah harga,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/36875/2/jiptummpp-gdl-mradjatana-50355-2-babifi… · siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam

13

makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersirat dalam fakta, konsep,

dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Berdasar pengertian ini nilai

difungsikan sebagai sarana untuk mengarahkan, mengendalikan, dan

menentukan kelakuan seseorang. Nilai dapat juga diartikan sebagai kualitas

atau harga sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu

itu secara intrinsik memang berharga.

1.6.6. KARAKTER DISIPLIN

Tu’u (dalam Khafid, 2007) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah

mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan

hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan

sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan

teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri

saat belajar di kelas. Pendapat lain menurut Syafrudin (2005) dikutip oleh

Khafid (2007) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam,

yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas

pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan

menggunakan waktu datang dan pulang.