bab i pendahuluan 1.1. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan
Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan
(6) Penegasan Istilah.
1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk membina dan membantuk
kepribadian, kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam
pelaksanaannya, pendidikan dihajatkan untuk terpenuhinya nilai-nilai yang ada, di
antaranya, nilai sosial, budaya, dan keagamaan. Hal tersebut senada dengan isi
dan tujuan terlaksananya pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam
Hasbullah, 2009) pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan juga anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-
tingginya.
Pencapaian hasil pembelajaran yang menjadi hajatan pendidikan nasional
harus sesuai dengan misi pencapaian dalam pelaksanaan UUD, seperti yang
2
tertuang dakam UU No 20 tahun 2003. Selain itu juga, hal pencapaian
pembelajaran yang dimaksudkan dapat dilihat salah satunya dari keterlibatan dan
respon yang diberikan oleh siswa, baik ketika pembelajaran berlangasung maupun
implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sebagai salah satu media
membentuk karakter dan kepribadian siswa harus senantiasa merepresentasikan
berbagai nilai luhur yang menjadi landasan dan cerminan nilai dan budaya
bangasa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu disiplin ilmu
sosial diharapkan mampu untuk membentuk karater siswa.
Somantri (dalam Wahab, 2011) Pendidikan Disiplin Ilmu Sosial adalah
seleksi dari struktur disiplin akademil ilmu-ilmu sosial yang di organisasikan dan
di sajian secara ilmiah dan psikologis untuk mewujutkan tujuan pendidikan dalam
kerangka pencapaian tujuan nasional yang berdasarkan pancasila, sesuai dengan
Undang-Undang Sisdiknas. Melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
diharapkan mampu pembentukan karakter siswa yang di harapkan oleh
pendidikan nasional.
Metode pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan kewarganegaraan
yang nantinya mempu meningkatkan hasil belajar dan menanamkan nilai disiplin
terhadap siswa. Metode Values Time Pie adalah salah satu metode pembelajaran
yang sesuai dengan pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan hasil
belajar dan menanamkan nilai disiplin pada siswa.
Metode pembelajaran Values Time Pie adalah suatu ilustrasi grafik yang
menghendaki perkiraan berdasarkan nilai memberikan pemahaman pada siswa
tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan waktu dengan benar, bagaimana
3
mereka akan menggunakan waktu sebagai seorang siswa yang baik, sebagai
anggota keluarga yang baik dan sebagai warga negara yang baik (Apriyani, 2013).
Pendidikan kewarganegaraan yang diharapkan mampu membentuk
karakter siswa yang sesuai dengan karakter bangsa tidak bisa hanya dengan
pemberian materi semata, akan tetapi metode pembelajaran yang di gunakan harus
menarik dan menekankan pada pembentukan karakter siswa.
Pendidikan kewarganegarakan menurut Pasal 37 Ayat (2) Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu nama mata pelajaran wajib
yang diberikan pada siswa di sekolah dan perguruan tinggi, selain mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budaya. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pelajaran
formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya,
perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan.
Hampir semua orang setuju tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah
untuk membentuk warga negara yang baik (to be good sitizens). Wahab (2011)
mengidentifikasi warga negara yang baik adalah warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan denagan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai
individu warga negara memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial. Oleh karena
itu, penanaman nilai sangat penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia
dini di setiap jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan
tinggi agar menghasikan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap
menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.
4
Salah satu langkah dalam rangka meningkatkan minat dan kontribusi dari
siswa adalah adanya pemberian stimulus dalam proses pembelajaran. Dalam suatu
pembelajaran, setiap siswa memiliki perbuatan baik, seperti tingkah laku maupun
prestasi yang harus diberikan penghargaan atau pujian. Diharapkan dengan
penghargaan atau pujian itu siswa akan termotivasi berusaha berbuat yang lebih
baik lagi. Misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata “bagus” kepada siswa
yang berpakaian rapih, siswa yang dapat menyelesaikan pekerjaan rumah dengan
baik dan benar. Siswa akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai bahkan
akan berusaha berbuat yang lebih baik lagi. Capaian yang di harapkan bukah
hanya tehadap nilai-nilai dalam pemahaman secara intelektualitas saja, akan tetapi
nilai-nilai leluhur yang sesuai dengan karakter bangsa indonesia. Penanaman
nilai-nilai leluhur sesuai dengan karakter bangsa indonesia inilah yang nantinya
akan membentuk karakter positif terhadap siswa.
Kohlberg (1994) mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai
obyektif, dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang
bersifat instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara
universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran,
keindahan dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki
warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok
masyarakat tertentu. Menurut Djahiri (1999) nilai (value) adalah harga, makna, isi
dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersirat dalam fakta, konsep, dan teori,
sehingga bermakna secara fungsional. Berdasar pengertian ini nilai difungsikan
sebagai sarana untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan
5
seseorang. Nilai dapat juga diartikan sebagai kualitas atau harga sesuatu. Artinya,
sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu itu secara intrinsik memang
berharga.
Konsep lain yang sering digunakan secara bersamaan ketika membahas
masalah nilai adalah konsep moral. Prent (Soenarjati 1989) moral berasal dari
bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak,
tabiat, akhlak. Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam
bertingkah laku yang baik, yang susila. Pengertian tersebut dinyatakan bahwa
moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik
secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang
ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang
ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral. Penanaman nilai-nilai karakter
terhadap siswa harus lebih ditekankan melaui metode pembelajaran secara
aplikatif dalam pendidikan yang nantinya akan menjadi suatu kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Fitri (2012) karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan, yang beruwjud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakrama,
budaya, dan adat istiadat. Siswa yang disiplin dalam pendidikan nilai sebagi siswa
yang bermoral dan berkarakter. Tu’u (dalam Khafid, 2007) dalam penelitian
mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan
pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan
6
menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di
rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan
ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafrudin dalam jurnal
Edukasi (dalam Khafid, 2007) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat
macam, yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-
tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan
menggunakan waktu datang dan pulang.
Berbekal sikap disiplin yang ada pada diri seorang anak akan berpengaruh
terhadap aspek kepribadian anak yang positif lainnya. Aturan yang diterapkan
kepada anak akan membatasi anak untuk bisa menahan diri dan tidak bersifat
impulsive. Anak akan belajar bahwa tidak semua keinginan-keinginannya itu
selalu bisa terpenuhi, mengingat apa yang menjadi keinginannya selalu ada
batasnya. Anak juga akan memiliki komitmen atas apa yang dilakukannya, taat
pada aturan dan tidak bersikap semaunya sendiri.
Darajat (dalam Wulandari, 2014) wadah untuk membentuk disiplin bagi
generasi penerus bangsa adalah melalui sekolah. Sekolah hendaknya dapat
diusahakan menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
mental dan moral anak didik, disamping sebagai tempat pengembangan bakat dan
kecerdasan. Dengan kata lain, agar sekolah menjadi tempat sosial bagi anak didik
dimana pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat
berlangsung dengan baik. Hilangnya salah satu bagian penting dalam penanaman
kedisiplinan akan menyebabkan munculnya sikap yang kurang menguntungkan
7
pada diri anak didik dan akan terjadi ketidaksesuaian dengan standar dan harapan
sosial.
Berbekal kedisiplinan, maka seiring dengan bertambahnya usia anak, ia
akan tahu bagaiamana harus bersikap terhadap lingkungannya. Anak akan
bertindak berdasarkan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat di mana ia
berada. Hasilnya anak dengan mudah akan diterima masyarakat sekitarnya dalam
hal bersosialisasi. Pada masa lalu, sebagian orang menganggap bahwa disiplin
perlu untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan
masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat.
Sekarang orang sudah menerima bahwa setiap anak membutuhkan kedisiplinan
apabila ia ingin hidup bahagia, dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya
dalam masyarakat. Melalui disiplin seseorang dapat belajar berperilaku dengan
cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota
kelompok sosial mereka. Maka dari itu penanaman nilai disiplin di mulai usia dini
dan jenjang pendidikan salangat penting.
Pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan bawasannya sikap
disiplin dari remaja ataupun siswa yang ada di sekolah. Dari 23 siswa yang ada
yang menaati peraturan atau berperilaku disiplin hanya sekitar 9 siswa saja. Ini
menujukan bawasanya kurannya penanaman sikap disiplin pada siswa. salah satu
contoh ketidak disiplinan siswa adalah ketika bel pembelajaran sudah berbunyi
masih saja banyak siswa yang belum masuk ke dalam kelas dan mempersiapkan
diri untuk mengikuti pembelajaran. Maka dari itu perlu ada penguatan
pembelajaran dalam yang menekankan pada penanaman nilai moral kedisiplinan
8
pada siswa. Dalam hal ini mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
bertanggung jawab atas pembentukan karakter disiplin pada siswa yang nantinya
akan menjadi penerus dan pembewa perubahan bangsa menjadi lebih baik dan
demokratis.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasrkan pemaparan latar belakang yang ada kita dapat mengidentifikasi
beberapa permasalahan yang di antaranya :
1. Bagaimana penerapan metode Values Time Pie dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di
MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang ?
2. Bagaimana penanaman nilai karakter disiplin siswa melalui penerapan
metode Values Time Pie pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
di MTs 1 Muhammadiyah Kota Malang ?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Values Time
Pie pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MTs 1
Muhammadiyah Kota Malang ?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Merujuk pada rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti maka
tujuan penelitian ini yakni :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Values Time Pie
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa di MTs Muhammadiyah 1 Kota
Malang.
9
2. Mengetahui bagaimana penanaman nilai karakter disiplin melalui
penerapan metode Values Time Pie pada pembelajaran pendidikan
Kewarganegaraan di MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang.
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Values
Time Pie di MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang.
1.4. BATASAN MASALAH
Fokus kajian dalam penelitian ini terbatas pada bagaimana metode values
time pie dalam pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan hasil belajar
dan penanaman nilai-nilai karakter kedisiplinan terhadap siswa.
Berbicara mengenai pendidikan kewarganegaran memang memiliki peran
yang sangat komplek dalam pendidikan. Pendidikan kewarganegaraan
bertanggung jawab terhadap terbenentuknya karakter siswa yang sesuai dengan
kebudayaan dan karakter bangsa indonesia. Melalui metode, penguatan, maupun
aplikatif dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Kompleknya peran pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan
karakter siswa, maka peneliti membatasi permasalahan yang hanya pada bidang
kognitif, bagaimana metode dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam
penanaman nilai-nilai karakter disiplin terhadap siswa sesuai dengan uraian judul
penelitian yang di ambil.
10
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoretis
Mengetahui bagaimana metode pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam penanaman nilai-nilai karakter disiplin terhadap
siswa melalui pendidikan kewarganegaraan, serta menambah konsep
dalam metode pembelajaran karakter yang nantinya mampu membentuk
generasi-generasi yang berkarakter disiplin dalam masyarakat.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan keilmuan mengenai bagaimana metode
dalam pembelajaran yang menekankan pada penanaman nilai-nilai
karakter disiplin melalui pendidikan kewarganegaraan.
b. Bagi Pembaca
Dapan menambah wawasan dan wahana pengetahuan bagaimana
pelaksanaan pendidikan karakter yang mampu menanamkan nilai-nilai
disiplin terhadap siswa.
c. Bagi Guru
Sebagai penambah wawasan dan wahana pengetahuan bagu bagi guru
dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bisa di terapkan dalam mata
pelajaran yang lain.
11
1.6. PENEGASAN ISTILAH
1.6.1. METODE
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Metode adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
1.6.2. METODE VALUES TIME PIE
Model pembelajaran Values Time Pie adalah suatu ilustrasi grafik yang
menghendaki perkiraan berdasarkan nilai memberikan pemahaman pada
siswa tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan waktu dengan benar,
bagaimana mereka akan menggunakan waktu sebagai seorang siswa yang
baik, sebagai anggota keluarga yang baik, dan sebagai warga negara yang
baik (Apriyani, 2013).
1.6.3. PEMBELAJARAN
Menurut Jihad (2008) pembelajaran merupakan suatu proses yang
terjadi dari kombinasi dua aspek, yaitu: (1) belajar tertuju pada apa yang
harus di lakukan oleh siswa, (2) mengajar beorientasi pada apa yang harus di
lakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Selain itu juga menurut
Suherman (dalam Jihad, 2008) pembelajaran merupakan proses komunikasi
antara peserta didik dengan pendidikan serta anter peserta didik dalam rangka
perubahan sikap.
12
1.6.4. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pendidikan kewarganegaraan menurut Pasal 37 Ayat (2) Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu
nama mata pelajaran wajib yang diberikan pada siswa di sekolah dan
perguruan tinggi, selain mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budaya. Dari
penjelasan dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 maka kita dapat
simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga
negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita
bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai
penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang
pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar
menghasikan penerus-penerus bangsa yang kompeten dan siap menjalankan
hidup berbangsa dan bernegara.
1.6.5. NILAI
Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan
nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat
instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal.
Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan
dan keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna,
isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok
masyarakat tertentu. Menurut Djahiri (1999) nilai (value) adalah harga,
13
makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersirat dalam fakta, konsep,
dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Berdasar pengertian ini nilai
difungsikan sebagai sarana untuk mengarahkan, mengendalikan, dan
menentukan kelakuan seseorang. Nilai dapat juga diartikan sebagai kualitas
atau harga sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu
itu secara intrinsik memang berharga.
1.6.6. KARAKTER DISIPLIN
Tu’u (dalam Khafid, 2007) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah
mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan
hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan
sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan
teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri
saat belajar di kelas. Pendapat lain menurut Syafrudin (2005) dikutip oleh
Khafid (2007) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam,
yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas
pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan
menggunakan waktu datang dan pulang.