bab ii tinjauan pustaka a. pengertian dan unsur tindak pidanarepository.ump.ac.id/7704/3/pikky...

28
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaarfeit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda, (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaarfeit itu (Adami Chazawi, 2014: 67). Istilah delik yang berasal dari bahasa Latin yakni kata Delictum sering dipakai dalam kepustakaan tentang hukum pidana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tercantum sebagai berikut : “Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana” (http://kbbi.web.delik, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 pukul 23.00). Berdasakan rumusan yang ada maka delik (strafbaarfeit) memuat beberapa unsur yakni: 1. Suatu perbuatan manusia. 2. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang- undang. 3. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan. Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana

    Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

    pidana Belanda yaitu strafbaarfeit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS

    Belanda, (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang

    dimaksud dengan strafbaarfeit itu (Adami Chazawi, 2014: 67).

    Istilah delik yang berasal dari bahasa Latin yakni kata Delictum sering

    dipakai dalam kepustakaan tentang hukum pidana. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (KBBI) tercantum sebagai berikut: “Delik adalah perbuatan

    yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

    undang-undang tindak pidana” (http://kbbi.web.delik, diakses pada tanggal 17

    Maret 2017 pukul 23.00).

    Berdasakan rumusan yang ada maka delik (strafbaarfeit) memuat beberapa

    unsur yakni:

    1. Suatu perbuatan manusia.

    2. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang-

    undang.

    3. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

    http://kbbi.web.delik/

  • 7

    Tindak pidana merupakan istilah yang mengandung suatu pengertian

    dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran

    dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa.

    Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam KUHP pada umumnya

    dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan

    unsur objektif. Unsur-unsur tindak pidana tersebut sebagai berikut:

    1. Unsur Subjektif

    Unsur subjektif adalah unsur yang bersalah dalam diri pelaku.

    Asas hukum pidana mengatakan “Tidak ada hukuman kalau tidak ada

    kesalahan” (does not make a person guilty unless the mind is guilty or

    actus non fault reum nisi mens sit rea) kesalahan yang dimaksud disini

    adalah kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan (inention/opzet/dolus)

    dan kealpaan (schuld/culpa).

    Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:

    a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)

    b. Maksud dan Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti

    yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP.

    c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya

    didalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,

    pemalsuan dan lain-lain.

    d. Merencankan terlebih dahulu atau voorbedachrte yang seperti yang

    terdapat didalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;

    dan

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 8

    e. Perasaan takut yang antara lain terdapat didalam rumusan tindak

    pidana menurut Pasal 308 KUHP.

    2. Unsur Objektif

    Unsur Objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri atas:

    a. Perbuatan manusia, berupa:

    1) Act, yakni perbuatan aktif atau positif.

    2) Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negatif yaitu

    perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan.

    b. Akibat (Result) perbuatan manusia.

    Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan

    kepentingan-kepentingan yang diperintahkan oleh hukum, misalnya

    nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan sebagainya.

    c. Keadaan-keadaan (Circumstances).

    Pada umumnya keadaan ini dibedakan antara lain.

    1) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan.

    2) Keadaan setelah perbuatan dilakukan.

    3) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.

    Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang

    membebaskan perilaku dari hukum.

    Tindak pidana merupakan istilah yang mengandung suatu

    pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan

    kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 9

    Sedangkan pembuat undang-undang dalam merumuskan suatu

    undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan

    pidana atau tindak pidana. Para pakar asing Hukum Pidana menggunakan

    istilah tindak pidana atau perbuatan pidana atau peristiwa pidana dengan

    istilah:

    1. Strafbaarfeit diterjemahkan dengan peristiwa pidana.

    2. Strafbare Handlung diterjemahkan dengan perbuatan pidana, yang

    digunakan oleh para sarjana Hukum Pidana Jerman.

    3. Criminal Act diterjemahkan dengan istilah perbuatan kriminal.

    Oleh karena itu, para ahli hukum berusaha untuk memberikan

    pengertian dari istilah itu.

    Moeljatno (1987:54) menggunakan istilah perbuatan pidana, yang

    didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

    larangan yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

    siapa yang melanggar larangan tersebut.

    Wirjono Prodjodikoro (2008:61) merumuskan istilah tindak pidana

    yang berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman

    pidana, dan pelaku tersebut dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak

    pidana. Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Kata

    “pidana” berarti hal yang “dipidanakan”, yaitu yang oleh instansi yang

    berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak

    dirasakan dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkannya (Wirjono

    Prodjodikoro, 1986:1).

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 10

    Dari beberapa definisi diatas, dapat diketahui bahwa ada tiga

    masalah pokok di dalam pengertian hukum pidana yaitu:

    a. Adanya perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.

    b. Adanya pertanggungjawaban pidana.

    c. Adanya sanksi dan pidana.

    Sedangkan menurut Simons suatu tindak pidana yaitu suatu

    tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-undang

    hukum pidana, bertentangan dengan hukum pidana dan dilakukan dengan

    kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.

    Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari

    dua sudut pandang, yakni:

    1) Dari sudut teoritis.

    2) Dari sudut undang-undang.

    Teoritis artinya berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang

    tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan dari sudut undang-undang

    adalah bagaimana kenyataan-kenyataan tindak pidana itu dirumuskan

    menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-

    undangan yang ada (Adami Chazawi, 2014: 79).

    Menurut Moeljatno, unsur tindak pidana adalah:

    a) Kelakuan dan akibat (perbuatan).

    b) Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.

    c) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana (pemerkosaan disertai

    pembunuhan).

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 11

    d) Unsur melawan hukum obyektif (keadaan lahir, jelas).

    e) Unsur melawan hukum subyektif sikap bathin terdakwa (Moeljatno,

    1987:63).

    Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu,

    dapat diketahui ada sebelas unsur tindak pidana, yaitu:

    a. Unsur tingkah laku.

    b. Unsur melawan hukum.

    c. Unsur kesalahan.

    d. Unsur akibat konstitutif.

    e. Unsur keadaan yang menyertai.

    f. Unsur syarat tambahan untuk dapat dituntutnya pidana.

    g. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana.

    h. Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana.

    i. Unsur objek hukum tindak pidana.

    j. Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana.

    k. Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.

    Dari sebelas unsur tersebut, diantaranya dua unsur. Kesalahan dan

    melawan hukum yang termasuk unsur subjektif sedangkan yang lainya

    merupakan unsur objektif.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 12

    B. Fungsi Hukum Pidana

    Fungsi hukum pidana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

    1. Fungsi Umum

    Fungsi umum hukum pidana yaitu mengatur kemasyarakatan atau

    menyelenggarakan tata dalam masyarakat, secara patut dan bermanfaat

    (zweckmassig), sehingga hukum dapat digunakan sebagai sarana untuk

    menuju ke-policy dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya, “Tata

    Tentrem Kerta Raharja”

    2. Fungsi Khusus

    Fungsi khusus hukum pidana adalah melindungi kepentingan

    hukum dari perbuatan yang akan memperkosanya (Rechtguterschautz)

    dengan sanksi yang berupa pidana, yang sifatnya lebih tajam jika

    dibandingkan sanksi dalam cabang hukum lain, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa hukum pidana berfungsi memberi aturan-aturan untuk

    menanggulangi perbuatan jahat, dengan pengaruh atau upaya preventif

    (pencegahan) terhadap terjadinya pelanggaran-pelanggaran norma hukum,

    disamping sebagai alat kontrol sosial (social control) (Sudarto, 1990 : 11)

    C. Jenis-jenis Pidana

    Menurut Pasal 10 KUHP, pidana dibedakan menjadi dua kelompok

    yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Urutan dari pidana menunjukan

    berat ringannya pidana.

    Pidana pokok terdiri dari:

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 13

    1. Pidana mati.

    2. Pidana penjara.

    3. Pidana kurungan.

    4. Pidana denda.

    5. Pidana tutupan (ditambahkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 1946)

    Pidana tambahan terdiri dari:

    1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu.

    2. Pidana perampasan barang-barang tertentu.

    3. Pidana pengumuman keputusan hakim.

    D. Jenis-jenis Tindak Pidana

    Pembagian tindak pidana dibedakan berdasarkan kriteria dan tolak

    ukur tertentu. Peraturan perundang-undangan perumusan tindak pidana sangat

    beragam. Tindak pidana dapat digolongkan antara lain sebagai berikut:

    1. Tindak Pidana Kejahatan dan Tindak Pidana Pelanggaran.

    Penggolongan tindak pidana di dalam KUHP terdiri atas kejahatan

    (rechtdelichted) dan pelanggaran (wetsdelicten). Kejahatan diatur di dalam

    Buku II KUHP dan pelanggaran diatur dalam Buku III KUHP. Kejahatan

    merupakan perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, dan diancam

    pidana lebih berat dari pelanggaran. Pelanggaran merupakan perbuatan

    yang oleh umum baru disadari sebagai suatu tindak pidana, karena

    undang-undang menyebutkan sebagai delik, dan diancam pidana lebih

    ringan daripada kejahatan.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 14

    2. Tindak Pidana Formal dan Tindak Pidana Material

    Penggolongan tindak pidana ini berdasarkan bentuk perumusannya

    di dalam undang-undang. Tindak pidana formal merupakan tindak pidana

    yang perumusannya menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang, dan

    bukan pada akibat dari perbuatan itu, sehingga akibat dari tindak pidana

    tersebut bukan merupakan unsur dari tindak pidananya, misalnya:

    Penghinaan (Pasal 315 KUHP). Tindak pidana material merupakan tindak

    pidana yang perumusannya menitik beratkan pada akibat dari perbuatan

    itu, misalnya: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP).

    3. Tindak Pidana Aduan dan Tindak Pidana Bukan Aduan.

    Penggolongan tindak pidana ini berdasarkan pada kriteria sumber

    prakarsa atau inisiatif penuntutannya. Tindak pidana aduan merupakan

    tindak pidana yang penuntutannya berdasarkan pada adanya pengaduan

    dari pihak korban tindak pidana. Tindak pidana bukan aduan merupakan

    tindak pidana yang penuntutannya tidak didasarkan pada prakarsa atau

    inisiatif dari korban.

    4. Tindak Pidana dengan Kesengajaan dan Tindak Pidana dengan

    Kealpaan.

    Penggolongan tindak pidana ini berdasarkan pada unsur-unsur

    tindak pidana yang ada dan bentuk kesalahannya. Tindak pidana dengan

    unsur kesengajaan merupakan tindak pidana yang terjadi karena pelaku

    memang menghendaki untuk melakukan tindak pidana tersebut, termasuk

    juga mengetahui timbulnya akibat dari perbuatan itu, misalnya:

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 15

    Pembunuhan Berencana (Pasal 340 KUHP). Tindak pidana dengan unsur

    kealpaan merupakan tindak pidana yang terjadi sementara sebenarnya

    pelaku tidak berkeinginan untuk melakukan perbuatan itu, demikian pula

    dengan akibat yang ditimbulkannya atau tidak adanya penduga-dugaan

    yang diharuskan oleh hukum dan hehati-hatian oleh hukum, misalnya:

    Karena kealpaannya menyebabkan matinya orang (Pasal 359 KUHP).

    5. Tindak Pidana Sederhana dan Tindak Pidana disertai Pemberatan.

    Tindak pidana sederhana merupakan tindak pidana dalam bentuk

    pokok tetapi tidak ada keadaan yang memberatkan, misalnya:

    Penganiayaan (Pasal 351 KUHP). Tindak pidana yang ada pemberatannya

    merupakan tindak pidana dalam bentuk pokok tetapi ada keadaan yang

    memberatkan, misalnya: Pencurian pada waktu malam (Pasal 363 KUHP).

    6. Delik yang Berlangsung Terus dan Delik yang Tidak Berlangsung

    Terus.

    Delik yang tidak berlangsung terus merupakan tindak pidana yang

    terjadinya tidak mensyaratkan keadaan terlarang yang berlangsung lama.

    Delik yang berlangsung terus merupakan tindak pidana yang berciri,

    bahwa keadaan terlarang itu berlangsung lama, misalnya: Merampas

    kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP).

    7. Delik Tunggal dan Delik Berganda.

    Delik tunggal merupakan tindak pidana yang terjadi cukup dengan

    satu kali perbuatan. Delik berganda merupakan suatu tindak pidana yang

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 16

    baru dianggap terjadi bila dilakukan berkali-kali, misalnya: Penadahan

    sebagai kebiasaan (Pasal 481 KUHP).

    8. Tindak Pidana Commissionis, Tindak Pidana Omissionis dan Tindak

    Pidana Commissionis Per Omisionem commissa.

    Penggolongan tindak pidana ini didasarkan pada kriteria bentuk

    dari perbuatan yang menjadi elemen dasarnya. Tindak pidana

    commmisionis merupakan tindak pidana yang berupa melakukan sesuatu

    perbuatan yang dilarang oleh perundang-undangan atau melanggar

    larangan, misalnya: Penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak pidana

    omissionis merupakan tindak pidana pasif atau negatif, ditandai dengan

    tidak dilakukannya perbuatan yang diperintahkan atau diwajibkan oleh

    perundang-undangan, misalnya: Tidak menolong orang yang berada dalam

    bahaya (Pasal 531 KUHP). Tindak pidana commissionis per omissionem

    commissa merupakan tindak pidana commissionis tetapi dilakukan dengan

    jalan tidak berbuat atau tidak melakukan sesuatu yang merupakan

    kewajibannya, misalnya: Seorang ibu tidak menyesui anaknya dan

    membiarkan anaknya kehausan dan kelaparan hingga meninggal (Pasal

    338 dan Pasal 340 KUHP).

    E. Teori Pemidanaan

    Ada berbagai macam pendapat mengenai teori pemidanaan, namun

    yang banyak itu dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan besar, yaitu:

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 17

    1. Teori Absolut

    Dasar pijakan dari teori ini ialah pembalasan. Inilah dasar

    pembenar dari penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat.

    Negara berhak menjatuhkan pidana ialah karena penjahat tersebut telah

    melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak dan kepentingan hukum

    (pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Maka oleh

    karenanya ia harus diberikan pidana yang setimpal dengan perbuatan

    (berupa kejahatan) yang dilakukannya.

    Tindakan pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah,

    yaitu:

    a. Ditujukan pada penjahatnya (sudut subyektif dari pembalasan)

    b. Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam di

    kalangan masyarakat (sudut obyektif dari pembalasan)

    2. Teori Relatif atau Teori Tujuan

    Teori relatif atau teori tujuan berpokok pamgkal pada dasar bahwa

    pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam

    masyarakat. Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu

    kejahatan, dengan tujuan agar tata tertib masyarakat dapat terpelihara.

    Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat, maka pidana itu

    mempunyai tiga macam sifat, yaitu:

    a. Bersifat menakut-nakuti (afschikking).

    b. Bersifat memperbaiki (verbetering/reclasering).

    c. Bersifat membinasakan (onschadelijk maken).

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 18

    Sedangkan sifat pencegahannya ada dua macam, yaitu:

    a. Pencegahan umum (general preventie).

    b. Pencegahan khusus (speciale preventie).

    3. Teori Gabungan.

    Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada teori pembalasan dan

    teori pertahanan tata tertib masyarakat. Teori gabungan ini dapat

    dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

    a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan

    itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk

    dapat dipertahankanya tata tertib masyarakat.

    b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib

    masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh

    lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana. (Adami

    Chazawi, 2002:153-162)

    F. Tinjauan Umum Penadahan

    Salah satu bentuk tindak pidana terhadap harta kekayaan orang yang

    sangat sulit untuk dilakukan pengusutan dalam tindakannya adalah tindak

    pidana penadahan. Bentuk kejahatan ini sebenarnya sering terjadi di

    lingkungan masyarakat, tetapi karena rapihnya si pelaku dalam menutup-

    nutupi dan karena kurangnya kepedulian dari masyarakat sekitar, maka sering

    kali tindak pidana ini hanya dipandang sebagai perbuatan yang biasa atau

    wajar saja dan bukan merupakan suatu bentuk kejahatan.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 19

    Fencing itself is the heart of the problem of theft. Not only professional

    large-scale theft but also countless thefts by juveniles, depending on market

    demand and to provide services (a receiver) for goods resulting from crimes

    (Jerome Hall, 1968:460).

    Penadahan sendiri merupakan inti dari masalah pencurian. Tidak hanya

    pencurian professional skala besar tetapi juga tak terhitung pencurian oleh

    remaja, tergantung pada permintaan pasar dan untuk menyediakan layanan

    (penadah) bagi barang hasil kejahatan.

    1. Pengertian Penadahan

    Penadahan sendiri dilihat dari segi tata bahasa adalah suatu kata

    kajian atau sifat yang berasal dari kata tadah yang mendapat awalan pe-

    dan akhiran–an. Kata penadahan sendiri adalah suatu kata kerja tadah yang

    menunjukan kejahatan itu atau subjek pelaku. Dalam Kamus Bahasa

    Indonesia disebut (Indra Santoso, 2014: 486).

    a. Tadah: benda yang dipakai untuk menadah, menampung dsb.

    b. Menadah: menampung atau menerima.

    c. Bertadah: memakai tadah (alas, lapik).

    d. Tadahan: hasil atau pendapatan menadah.

    e. Penadah: orang yang menerima barang gelap atau barang curian.

    f. Menadahkan: memakai sesuatu untuk menadah;

    g. Tukang tadah: orang yang menerima barang gelap atau barang curian.

    Mengenai arti penadahan, sampai sekarang belum ada rumusan

    yang jelas atau defenisi resmi sebagai pegangan para ahli hukum pidana.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 20

    Mereka hanya menggolongkan tindak pidana penadahan sebagai suatu

    bagian dari kejahatan terhadap harta benda. Penadahan sebagai suatu

    perbuatan pidana merupakan bagian terakhir dari kejahatan terhadap harta

    kekayaan. Sedangkan pengertian penadahan menurut Pasal 480 KUHP

    adalah:

    a) Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima

    sebagai hadiah, atau dengan harapan akan memperoleh keuntungan,

    menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,

    menyimpan atau menyembunyikan sesuatu benda yang ia ketahui atau

    secara patut ia diduga, bahwa benda tersebut diperoleh karena

    kejahatan.

    b) Barangsiapa mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang secara

    patut ia ketahui atau harus dapat ia duga bahwa benda tersebut

    diperoleh karena kejahatan.

    Penadahan dalam bahasa Belanda disebut Heling merupakan tindak

    pidana yang berantai, suatu tindak pidana yang harus didahulukan dengan

    kejahatan, sebab setelah seseorang melakukan kejahatan maka barang-

    barang hasil kejahatan tersebut ada yang dipergunakan sendiri dan ada pula

    yang dipakai untuk dihadiahkan serta sering pula dipakai untuk menarik

    keuntungan. Tetapi kasus yang paling sering muncul dalam tindak pidana

    penadahan adalah menjual untuk mendapatkan keuntungan barang dari

    hasil kejahatan tindak pidana pencurian.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 21

    Dari penjelasan Pasal 480 KUHP tersebut dapat diketahui bahwa

    tindak pidana penadahan merupakan tindak pidana formil, sehingga ada

    ataupun tidaknya pihak lain yang dirugikan bukanlah unsur yang

    menentukan. Hal tersebut kembali dipertegas dalam Yurisprudensi

    Mahkamah Agung NO.79 K/Kr/1958 tanggal 09 Juli 22 1958 dan

    Yurisprudensi Mahkamah Agung NO.126 K/Kr/1969 tanggal 29 November

    1972 yang menyatakan bahwa:

    “tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk lebih dahulu menghukum

    orang yang mencuri sebelum menuntut dan menghukum orang yang

    menadah” dan “pemeriksaan tindak pidana penadahan tidak perlu

    menunggu adanya keputusan mengenai tindak pidana yang menghasilkan

    barang-barang tadahan yang bersangkutan”.

    2. Unsur- unsur Tindak Pidana Penadahan

    Untuk dapat menyatakan seseorang terdakwa telah terbukti

    memenuhi unsur yang ia ketahui sebagaimana yang dimaksud diatas baik

    penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan didepan sidang

    pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa:

    a) Bahwa terdakwa mengetahui yakni bahwa benda itu telah diperoleh

    karena kejahatan,

    b) Bahwa terdakwa menghendaki atau mempunyai maksud untuk

    melakukan perbuatan yang didakwakan oleh penuntut umum, seperti

    membeli, menyewa, menukar, menggadai atau menerima sebagai

    hadiah atau pemberian,

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 22

    c) Bahwa terdakwa menghendaki atau mempunyai maksud untuk

    melakukan perbuatan yang didakwakan oleh penuntut umum, seperti

    menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan mengangkut,

    menyimpan atau menyembunyikan karena didorong oleh maksud untuk

    memperoleh keuntungan, atau setidak-tidaknya mengetahui bahwa

    perbuatan itu telah ia lakukan karena terdorong oleh maksud atau hasrat

    untuk memperoleh keuntungan. Satochid Sastranegara dalam P.A.F

    Lamintang, (1989:337) mengatakan “Tindak pidana penadahan sebagai

    tindak pidana pemudahan, yakni karena perbuatan menadah telah

    mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang

    mungkin saja tidak mungkin ia lakukan, seandainya tidak ada orang

    bersedia menerima hasil kejahatanya”. Penadahan dapat dikatakan delik

    pemudahan, karena dengan adanya penadahan, memudahkan seseorang

    melakukan kejahatan, salah satunya adalah pencurian, dengan adanya

    seseorang yang menadah maka memudahkan orang mencuri karena

    adanya tempat dalam menyalurkan barang hasil curian.

    Dalam Pasal 480 angka 1 KUHP ada dua rumusan kejahatan

    penadahan, rumusan penadahan yang pertama mempunyai unsur-unsur

    sebagai berikut:

    a. Unsur-unsur objektif:

    1) Perbuatan kelompok 1, yakni:

    2) Membeli (kopen),

    3) Menukar (inruilen),

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 23

    4) Menerima gadai (in pand nemen),

    5) Menerima sebagai hadiah (als geschenk aannemen), atau

    b. Kelompok dua untuk menarik keuntungan (uit winstbejag):

    1) Menjual (verkopen);

    2) Menyewakan (verhuren);

    3) Menukar (inruilen);

    4) Menggadaikan (in pand geven);

    5) Mengangkut (vervoeren);

    6) Menyimpan (bewaren);

    7) Menyembunyikan (verbergen).

    Objeknya adalah suatu benda yang diperoleh dari suatu kejahatan.

    c. Unsur-unsur subjektif:

    1) Yang ia ketahui (waarvan hij weet)

    2) Yang secara patut harus dapat ia duga (warn hij redelijkerwijs moet

    vermoeden). Unsur tindak pidana dapat dibedakan menjadi dua arti,

    yaitu pengertian unsur tindak pidana dalam arti sempit dan

    pengertian unsur-unsur dalam arti luas. Misalnya unsur-unsur tindak

    pidana dalam arti sempit terdapat pada tindak pidana penadahan

    biasa, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 480 KUHP.

    Sedangkan unsur-unsur tindak pidana dalam arti luas terdapat pada

    tindak pidana penadahan dengan pemberatan, yaitu unsur-unsur

    yang terdapat dalam Pasal 481 KUHP. Apabila kita perhatikan

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 24

    rumusan tindak pidana yang terdapat dalam KUHP dapat dibedakan

    antara unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur subyektif.

    Tindak pidana dalam arti sempit dan pengertian unsur-unsur dalam

    arti luas. Misalnya unsur-unsur tindak pidana dalam arti sempit terdapat

    pada tindak pidana penadahan biasa, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam

    Pasal 480 KUHP. Sedangkan unsur-unsur tindak pidana dalam arti luas

    terdapat pada tindak pidana penadahan dengan pemberatan, yaitu unsur-

    unsur yang terdapat dalam Pasal 481 KUHP. Apabila kita perhatikan

    rumusan tindak pidana yang terdapat dalam KUHP dapat dibedakan antara

    unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur subyektif.

    (1) Yang disebut unsur obyektif ialah:

    a) Perbuatan manusia.

    Pada umumnya tindak pidana yang diatur di dalam peraturan

    perundang-undangan unsur-unsurnya terdiri dari unsur lahir atau

    unsur objektif. Namun demikian ada kalanya sifat melawan

    hukumnya perbuatan tidak saja pada unsur objektif tetapi juga pada

    unsur subjektif yang terletak pada batin pelaku. Bentuk suatu tindak

    pidana dengan unsur objektif antara lain terdapat pada tindak pidana

    yang berbentuk kelakuan. Maka akibat yang terjadi dari perbuatan

    tidak penting artinya. Dari rentetan akibat yang timbul dari

    kelakuan tidak ada yang menjadi inti tindak pidana, kecuali yang

    telah dirumuskan dalam istilah yang telah dipakai untuk

    merumuskan kelakuan tersebut. Misalnya kelakuan dalam tindak

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 25

    pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP, dirumuskan

    dengan istilah mengambil barang yang merupakan inti dari delik

    tersebut. Adapun akibat dari kelakuan yang kecurian menjadi

    miskin atau yang kecurian uang tidak dapat belanja, hal itu tidak

    termasuk dalam rumusan tindak pidana penadahan.

    b) Delik materiil.

    Delik materiil dimana dalam perumusannya tindak pidana

    hanya disebutkan akibat tertentu sebagai akibat yang dilarang.

    Apabila kita jumpai delik yang hanya dirumuskan akibatnya yang

    dilarang dan tidak dijelaskan bagaimana kelakuan yang

    menimbulkan akibat itu, harus menggunakan ajaran hubungan

    kausal, untuk manggambarkan bagaimana bentuk kelakuan yang

    menurut logika dapat menimbulkan akibat yang dilarang itu.

    Dengan begitu baru dapat diketahui perbuatan materiil dari tindak

    pidana yang menyebabkan timbulnya akibat yang dilarang. Tanpa

    diketahui siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang itu, tidak

    dapat ditentukan siapa yang bertanggung jawab atas perbuatan

    dengan akibat yang dilarang tersebut.

    c) Delik formil.

    Delik formil ialah delik yang dianggap telah terlaksana

    apabila telah dilakukan suatu perbuatan yang dilarang. Dalam delik

    formil hubungan kausal mungkin diperlukan pula tetapi berbeda

    dengan yang diperlukan dalam delik materiil. Dengan demikian

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 26

    dapat dikatakan bahwa delik materiil tidak dirumuskan perbuatan

    yang dilarang sedang akibatnya yang dirumuskan secara jelas,

    berbeda dengan delik formil yang dilarang dengan tegas adalah

    perbuatannya.

    (2) Yang disebut unsur subyektif ialah:

    a) Dilakukan dengan kesalahan.

    Delik yang mengandung unsur memberatkan pidana, apabila

    pelaku penadahan itu dengan keadaan yang memberatkan seperti

    yang tertera pada Pasal 481 ayat 1, 2, 3 dan 4 KUHP. Maka pelaku

    penadahan ini dapat dikenakan pencabutan hak seperti yang tertera

    dalam Pasal 336 KUHP yang berbunyi; Dalam pemidanaan karena

    salah satu perbuatan yanmg diterangkan dalam Pasal 480 dapat

    dijatuhkan pencabutan hak tersebut.

    b) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

    Menurut pengertian Simons yang dikutip dalam bukunya

    Sudarto tentang adanya unsur-unsur pada tindak pidana apabila:

    “Perbuatan manusia, diancam dengan pidana, melawan hukum,

    dilakukan, dengan kesalahan, oleh orang yang mampu bertanggung

    jawab”. Pengertian kemampuan bertanggung jawab, banyak yang

    telah mengemukakan pendapat antara lain Simons berpendapat

    bahwa: “Kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan sebagai

    suatu keadaan psikis, yang membenarkan adanya penerapan sesuatu

    upaya suatu pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun dari

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 27

    orangnya. Dari penjabaran ke dalam unsur-unsur mengenai tindak

    pidana penadahan seperti yang diatur dalam Pasal 480 ayat 1 KUHP

    tersebut dapat diketahui bahwa untuk subjektif pertama dari tindak

    pidana penadahan ialah unsur waarvan hij weet atau yang ia

    ketahui.

    Tindak pidana penadahan diatur dalam Pasal 480 KUHP

    yang berbunyi sebagai berikut:

    a. Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai,

    menerima sebagai hadiah, atau karena ingin mendapat

    keuntungan, menjual, menukarkan, menggadaikan, membawa,

    menyimpan atau menyembunyikan, menyewakan, suatu benda

    yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh

    dari kejahatan.

    b. Barangsiapa menarik keuntungan dari hasil suatu benda, yang

    diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa diperoleh

    dari kejahatan.

    Karena tindak pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 ayat

    1 KUHP mempunyai dua macam unsur subjektif, masing-masing yakni

    unsur kesengajaan atau unsur dolus dan unsur ketidaksengajaan atau unsur

    culpa atau dengan kata lain karena tindak pidana penadahan yang diatur

    dalam Pasal 480 ayat 1 KUHP mempunyai unsur subjektif yang pro parte

    dolus dan pro parte culpa, maka di dalam surat dakwaannya penuntut

    umum dapat mendakwakan kedua unsur subjektif tersebut secara bersama-

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 28

    sama terhadap seorang terdakwa yang didakwa telah melakukan tindak

    pidana penadahan seperti yang dimaksud dalam Pasal 480 ayat 1 KUHP.

    Di samping itu pula unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam

    Pasal 480 ayat 2 KUHP terdiri dari:

    (1) Unsur-unsur subjektif, yang terdiri dari:

    (a) Yang ia ketahui

    (b) Yang secara patut harus dapat diduga

    (2) Unsur-unsur objektif, yang terdiri dari:

    (a) Barangsiapa

    (b) Mengambil keuntungan dari hasil suatu benda

    (c) Yang diperoleh karena kejahatan.

    Perbuatan mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diperoleh

    karena kejahatan itu tidak perlu selalu diartikan sebagai perbuatan

    mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diperoleh karena

    kejahatan, yakni jika benda tersebut dijual, melainkan jika benda yang

    diperoleh karena kejahatan itu telah disewakan, digadaikan,

    dipertunjukkan, bahkan juga jika benda itu telah dibudidayakan,

    diternakkan, dan lain-lainnya.

    3. Jenis-jenis Penadahan

    Menurut Code Penal Prancis, yakni sesuai dengan kebanyakan

    perundang-undangan pidana dari berbagai negara di Eropa yang berlaku

    pada abad 18, perbuatan menadah benda-benda yang diperoleh karena

    kejahatan tidak dipandang sebagai suatu kejahatan yang berdiri sendiri atau

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 29

    sebagai suatu jelfstandig misdrijft, melainkan suatu perbuatan membantu

    melakukan kejahatan atau sebagai suatu medeplichtigheid dalam suatu

    kejahatan, yakni dengan perbuatan mana pelaku dapat memperoleh benda-

    benda yang diperoleh karena kejahatan.

    Para pembentuk kitab undang-undang hukum pidana ternyata telah

    meninggalkan paham seperti itu, dan menurut Prof. Simons, mereka itu

    dengan tepat telah mengatur tindak pidana penadahan dalam bentuk pokok

    oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam Pasal 480 ayat (1)

    KUHP tersebut.

    Menurut Satochid Kartanegara, tindak pidana penadahan disebut

    tindak pidana pemudahan, yakni karena perbuatan menadah telah

    mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan-kejahatan, yang

    mungkin saja tidak akan ia lakukan, seandainya tidak ada orang bersedia

    menerima hasil kejahatan tersebut. Akan tetapi, Simons pun mengakui

    bahwa pengaturan tindak pidana penadahan di dalam bab XXX buku 2

    KUHP sebagai tindak pidana pemudahan itu sebenarnya kurang tepat,

    sebab perbuatan menadah yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh

    keuntungan sebenarnya tidak dapat disebut sebagai telah dilakukan dengan

    maksud untuk memudahkan orang lain melakukan kejahatan.

    Badan pembinaan hukum nasional departemen hukum dan ham RI

    dalam bab XXXI dari usul rancangannya mengenai buku 2 dari KUHP

    yang baru ternyata telah bermaksud untuk memasukkan tindak pidana

    penadahan kedalam pengertian suatu jenis tindak pidana baru yang

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 30

    disebutnya sebagai pertolongan jahat. Kiranya para pakar Bahasa Indonesia

    dapat membantu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya dimaksud dengan

    pertolongan jahat.

    Penadahan dibagi kedalam beberapa jenis berdasarkan pada bentuk

    dan berat ringannya penadahan, yaitu sebagai berikut:

    a. Penadahan Biasa.

    Penadahan biasa diatur dalam Pasal 480 KUHP dengan rumusan

    sebagai berikut:

    1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau

    pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. “Terhadap

    ketentuan Pasal 480 KUHP diatas, terdapat rumusan penadahan”

    2) Unsur-unsur obyektif Perbuatan.

    Kelompok:

    a) Yaitu: Membeli, menyewa, menukar, menerima gadai,

    menerima hadiah.

    b) Yaitu: Menarik keuntungan dari menjual, menyewakan,

    menukarkan, menggadaikan, mengangkat, menyimpan dan

    menyembunyikan. Pasal 480 KUHP mempunyai unsur-unsur

    sebagai berikut: Objeknya adalah suatu benda yang diperoleh

    dari suatu kejadian.

    3) Unsur-unsur subyektif yang diketahuinya, yang sepatutnya dapat

    diduga bahwa benda tersebut didapat dari sebuah kejahatan. Dari

    rumusan diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dari kedua

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 31

    unsur tersebut yaitu pada unsur kedua perbuatannya di dorong oleh

    suatu motif untuk menarik keuntungan, dan motif ini harus

    dibuktikan. Sedangkan bentuk pertama tidak diperlukan motif

    apapun juga.

    Sedangkan dalam ayat (2) dirumuskan penadahan terdiri dari

    unsur-unsur sebagai berikut: Unsur-unsur Obyektif, perbuatan yang

    bertujuan menarik keuntungan dari Objeknya adalah hasil dari suatu

    benda yang diperolehnya dari suatu kejahatan. Unsur-unsur subyektif

    yang diketahuinya, atau patut menduga benda itu hasil dari kejahatan.

    b. Penadahan Sebagai Kebiasaan

    Hal yang paling penting dikemukakan berkaitan dengan

    penerapan Pasal 481 KUHP ini adalah bahwa perbuatan penadahan

    tersebut haruslah menjadi kebiasaan. Artinya harus paling tidak telah

    dilakukan lebih dari satu kali atau minimal dua kali. Sebab, apabila

    perbuatan tersebut hanya dilakukan sekali, maka perbuatan tersebut

    tidak dikenai dengan Pasal 481 KUHP tetapi dikenai dengan Pasal 480

    KUHP sebagai tindak pidana penadahan biasa. Penadahan yang

    dijadikan kebiasaan dimuat dalam Pasal 481 KUHP yang rumusannya

    adalah sebagai berikut: Ke 1. Barang siapa menjadikan sebagai

    kebiasaan untuk sengaja membeli, menukar, menerima gadai,

    menyimpan atau menyembunyikan barang yang diperoleh dari

    kejahatan diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 32

    Ke 2. Yang salah dapat dicabut haknya tersebut dalam Pasal 35,

    Nomor 1-4 dan haknya untuk melakukan pencaharian dalam mana

    kejahatan dilakukan.

    Unsur-unsur kejahatan yang dirumuskan dalam pasal tersebut

    adalah:

    1) Perbuatan, yaitu: membeli, menukar, menerima gadai, menyimpan,

    dan menyembunyikan

    2) Objeknya adalah suatu benda.

    3) Yang diterima dari suatu kejahatan

    4) Menjadikan suatu kebiasaan unsur-unsur subyektif atau sengaja.

    (Adami, Chazawi, 2004:5)

    c. Penadahan Ringan

    Jenis penadahan yang ke tiga adalah penadahan ringan, diatur

    dalam pasal 482 KUHP, yaitu: “Perbuatan diterangkan dalam Pasal 480

    KUHP diancam karena penadahan ringan, dengan pidana penjara paling

    lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah, jika

    kejahatan darimana diperoleh adalah salah satu yang diterangkan dalam

    Pasal 364, 373, dan 379”.

    Ada dua macam perbuatan si penadah:

    1. Yang menerima dalam tangannya, yaitu menerima gadai, menerima

    hadiah,membeli, menyewa, atau menukar.

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018

  • 33

    2. Yang melepaskan barang dari tangannya, yaitu menjual, menukar,

    menyewakan, menggadaikan, memberi hadiah, menyimpan,

    menyembunyikan, mengangkut. (Tri, Andrisman. 2012:196).

    a. Dampak negatif

    1) Terganggunya keseimbangan sosial

    2) Pudarnya nilai dan norma

    3) Merusak unsur-unsur budaya

    4) Kriminalitas

    b. Dampak positif

    1) Menumbuhkan kesatuan masyarakat

    2) Memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat

    3) Memperjelas batas moral

    4) Mendorong terjadinya perubahan sosial

    Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018