bab ii tinjauan pustaka a. pengertian dan unsur tindak pidanarepository.ump.ac.id/7704/3/pikky...
TRANSCRIPT
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu strafbaarfeit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS
Belanda, (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang
dimaksud dengan strafbaarfeit itu (Adami Chazawi, 2014: 67).
Istilah delik yang berasal dari bahasa Latin yakni kata Delictum sering
dipakai dalam kepustakaan tentang hukum pidana. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) tercantum sebagai berikut: “Delik adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana” (http://kbbi.web.delik, diakses pada tanggal 17
Maret 2017 pukul 23.00).
Berdasakan rumusan yang ada maka delik (strafbaarfeit) memuat beberapa
unsur yakni:
1. Suatu perbuatan manusia.
2. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang-
undang.
3. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
http://kbbi.web.delik/
-
7
Tindak pidana merupakan istilah yang mengandung suatu pengertian
dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran
dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa.
Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam KUHP pada umumnya
dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan
unsur objektif. Unsur-unsur tindak pidana tersebut sebagai berikut:
1. Unsur Subjektif
Unsur subjektif adalah unsur yang bersalah dalam diri pelaku.
Asas hukum pidana mengatakan “Tidak ada hukuman kalau tidak ada
kesalahan” (does not make a person guilty unless the mind is guilty or
actus non fault reum nisi mens sit rea) kesalahan yang dimaksud disini
adalah kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan (inention/opzet/dolus)
dan kealpaan (schuld/culpa).
Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)
b. Maksud dan Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti
yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP.
c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya
didalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,
pemalsuan dan lain-lain.
d. Merencankan terlebih dahulu atau voorbedachrte yang seperti yang
terdapat didalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;
dan
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
8
e. Perasaan takut yang antara lain terdapat didalam rumusan tindak
pidana menurut Pasal 308 KUHP.
2. Unsur Objektif
Unsur Objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri atas:
a. Perbuatan manusia, berupa:
1) Act, yakni perbuatan aktif atau positif.
2) Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negatif yaitu
perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan.
b. Akibat (Result) perbuatan manusia.
Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan
kepentingan-kepentingan yang diperintahkan oleh hukum, misalnya
nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan sebagainya.
c. Keadaan-keadaan (Circumstances).
Pada umumnya keadaan ini dibedakan antara lain.
1) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan.
2) Keadaan setelah perbuatan dilakukan.
3) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.
Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang
membebaskan perilaku dari hukum.
Tindak pidana merupakan istilah yang mengandung suatu
pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan
kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
9
Sedangkan pembuat undang-undang dalam merumuskan suatu
undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan
pidana atau tindak pidana. Para pakar asing Hukum Pidana menggunakan
istilah tindak pidana atau perbuatan pidana atau peristiwa pidana dengan
istilah:
1. Strafbaarfeit diterjemahkan dengan peristiwa pidana.
2. Strafbare Handlung diterjemahkan dengan perbuatan pidana, yang
digunakan oleh para sarjana Hukum Pidana Jerman.
3. Criminal Act diterjemahkan dengan istilah perbuatan kriminal.
Oleh karena itu, para ahli hukum berusaha untuk memberikan
pengertian dari istilah itu.
Moeljatno (1987:54) menggunakan istilah perbuatan pidana, yang
didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut.
Wirjono Prodjodikoro (2008:61) merumuskan istilah tindak pidana
yang berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman
pidana, dan pelaku tersebut dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak
pidana. Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Kata
“pidana” berarti hal yang “dipidanakan”, yaitu yang oleh instansi yang
berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak
dirasakan dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkannya (Wirjono
Prodjodikoro, 1986:1).
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
10
Dari beberapa definisi diatas, dapat diketahui bahwa ada tiga
masalah pokok di dalam pengertian hukum pidana yaitu:
a. Adanya perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.
b. Adanya pertanggungjawaban pidana.
c. Adanya sanksi dan pidana.
Sedangkan menurut Simons suatu tindak pidana yaitu suatu
tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-undang
hukum pidana, bertentangan dengan hukum pidana dan dilakukan dengan
kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari
dua sudut pandang, yakni:
1) Dari sudut teoritis.
2) Dari sudut undang-undang.
Teoritis artinya berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang
tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan dari sudut undang-undang
adalah bagaimana kenyataan-kenyataan tindak pidana itu dirumuskan
menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-
undangan yang ada (Adami Chazawi, 2014: 79).
Menurut Moeljatno, unsur tindak pidana adalah:
a) Kelakuan dan akibat (perbuatan).
b) Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.
c) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana (pemerkosaan disertai
pembunuhan).
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
11
d) Unsur melawan hukum obyektif (keadaan lahir, jelas).
e) Unsur melawan hukum subyektif sikap bathin terdakwa (Moeljatno,
1987:63).
Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu,
dapat diketahui ada sebelas unsur tindak pidana, yaitu:
a. Unsur tingkah laku.
b. Unsur melawan hukum.
c. Unsur kesalahan.
d. Unsur akibat konstitutif.
e. Unsur keadaan yang menyertai.
f. Unsur syarat tambahan untuk dapat dituntutnya pidana.
g. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana.
h. Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana.
i. Unsur objek hukum tindak pidana.
j. Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana.
k. Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.
Dari sebelas unsur tersebut, diantaranya dua unsur. Kesalahan dan
melawan hukum yang termasuk unsur subjektif sedangkan yang lainya
merupakan unsur objektif.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
12
B. Fungsi Hukum Pidana
Fungsi hukum pidana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Fungsi Umum
Fungsi umum hukum pidana yaitu mengatur kemasyarakatan atau
menyelenggarakan tata dalam masyarakat, secara patut dan bermanfaat
(zweckmassig), sehingga hukum dapat digunakan sebagai sarana untuk
menuju ke-policy dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya, “Tata
Tentrem Kerta Raharja”
2. Fungsi Khusus
Fungsi khusus hukum pidana adalah melindungi kepentingan
hukum dari perbuatan yang akan memperkosanya (Rechtguterschautz)
dengan sanksi yang berupa pidana, yang sifatnya lebih tajam jika
dibandingkan sanksi dalam cabang hukum lain, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hukum pidana berfungsi memberi aturan-aturan untuk
menanggulangi perbuatan jahat, dengan pengaruh atau upaya preventif
(pencegahan) terhadap terjadinya pelanggaran-pelanggaran norma hukum,
disamping sebagai alat kontrol sosial (social control) (Sudarto, 1990 : 11)
C. Jenis-jenis Pidana
Menurut Pasal 10 KUHP, pidana dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Urutan dari pidana menunjukan
berat ringannya pidana.
Pidana pokok terdiri dari:
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
13
1. Pidana mati.
2. Pidana penjara.
3. Pidana kurungan.
4. Pidana denda.
5. Pidana tutupan (ditambahkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 1946)
Pidana tambahan terdiri dari:
1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu.
2. Pidana perampasan barang-barang tertentu.
3. Pidana pengumuman keputusan hakim.
D. Jenis-jenis Tindak Pidana
Pembagian tindak pidana dibedakan berdasarkan kriteria dan tolak
ukur tertentu. Peraturan perundang-undangan perumusan tindak pidana sangat
beragam. Tindak pidana dapat digolongkan antara lain sebagai berikut:
1. Tindak Pidana Kejahatan dan Tindak Pidana Pelanggaran.
Penggolongan tindak pidana di dalam KUHP terdiri atas kejahatan
(rechtdelichted) dan pelanggaran (wetsdelicten). Kejahatan diatur di dalam
Buku II KUHP dan pelanggaran diatur dalam Buku III KUHP. Kejahatan
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, dan diancam
pidana lebih berat dari pelanggaran. Pelanggaran merupakan perbuatan
yang oleh umum baru disadari sebagai suatu tindak pidana, karena
undang-undang menyebutkan sebagai delik, dan diancam pidana lebih
ringan daripada kejahatan.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
14
2. Tindak Pidana Formal dan Tindak Pidana Material
Penggolongan tindak pidana ini berdasarkan bentuk perumusannya
di dalam undang-undang. Tindak pidana formal merupakan tindak pidana
yang perumusannya menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang, dan
bukan pada akibat dari perbuatan itu, sehingga akibat dari tindak pidana
tersebut bukan merupakan unsur dari tindak pidananya, misalnya:
Penghinaan (Pasal 315 KUHP). Tindak pidana material merupakan tindak
pidana yang perumusannya menitik beratkan pada akibat dari perbuatan
itu, misalnya: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP).
3. Tindak Pidana Aduan dan Tindak Pidana Bukan Aduan.
Penggolongan tindak pidana ini berdasarkan pada kriteria sumber
prakarsa atau inisiatif penuntutannya. Tindak pidana aduan merupakan
tindak pidana yang penuntutannya berdasarkan pada adanya pengaduan
dari pihak korban tindak pidana. Tindak pidana bukan aduan merupakan
tindak pidana yang penuntutannya tidak didasarkan pada prakarsa atau
inisiatif dari korban.
4. Tindak Pidana dengan Kesengajaan dan Tindak Pidana dengan
Kealpaan.
Penggolongan tindak pidana ini berdasarkan pada unsur-unsur
tindak pidana yang ada dan bentuk kesalahannya. Tindak pidana dengan
unsur kesengajaan merupakan tindak pidana yang terjadi karena pelaku
memang menghendaki untuk melakukan tindak pidana tersebut, termasuk
juga mengetahui timbulnya akibat dari perbuatan itu, misalnya:
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
15
Pembunuhan Berencana (Pasal 340 KUHP). Tindak pidana dengan unsur
kealpaan merupakan tindak pidana yang terjadi sementara sebenarnya
pelaku tidak berkeinginan untuk melakukan perbuatan itu, demikian pula
dengan akibat yang ditimbulkannya atau tidak adanya penduga-dugaan
yang diharuskan oleh hukum dan hehati-hatian oleh hukum, misalnya:
Karena kealpaannya menyebabkan matinya orang (Pasal 359 KUHP).
5. Tindak Pidana Sederhana dan Tindak Pidana disertai Pemberatan.
Tindak pidana sederhana merupakan tindak pidana dalam bentuk
pokok tetapi tidak ada keadaan yang memberatkan, misalnya:
Penganiayaan (Pasal 351 KUHP). Tindak pidana yang ada pemberatannya
merupakan tindak pidana dalam bentuk pokok tetapi ada keadaan yang
memberatkan, misalnya: Pencurian pada waktu malam (Pasal 363 KUHP).
6. Delik yang Berlangsung Terus dan Delik yang Tidak Berlangsung
Terus.
Delik yang tidak berlangsung terus merupakan tindak pidana yang
terjadinya tidak mensyaratkan keadaan terlarang yang berlangsung lama.
Delik yang berlangsung terus merupakan tindak pidana yang berciri,
bahwa keadaan terlarang itu berlangsung lama, misalnya: Merampas
kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP).
7. Delik Tunggal dan Delik Berganda.
Delik tunggal merupakan tindak pidana yang terjadi cukup dengan
satu kali perbuatan. Delik berganda merupakan suatu tindak pidana yang
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
16
baru dianggap terjadi bila dilakukan berkali-kali, misalnya: Penadahan
sebagai kebiasaan (Pasal 481 KUHP).
8. Tindak Pidana Commissionis, Tindak Pidana Omissionis dan Tindak
Pidana Commissionis Per Omisionem commissa.
Penggolongan tindak pidana ini didasarkan pada kriteria bentuk
dari perbuatan yang menjadi elemen dasarnya. Tindak pidana
commmisionis merupakan tindak pidana yang berupa melakukan sesuatu
perbuatan yang dilarang oleh perundang-undangan atau melanggar
larangan, misalnya: Penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak pidana
omissionis merupakan tindak pidana pasif atau negatif, ditandai dengan
tidak dilakukannya perbuatan yang diperintahkan atau diwajibkan oleh
perundang-undangan, misalnya: Tidak menolong orang yang berada dalam
bahaya (Pasal 531 KUHP). Tindak pidana commissionis per omissionem
commissa merupakan tindak pidana commissionis tetapi dilakukan dengan
jalan tidak berbuat atau tidak melakukan sesuatu yang merupakan
kewajibannya, misalnya: Seorang ibu tidak menyesui anaknya dan
membiarkan anaknya kehausan dan kelaparan hingga meninggal (Pasal
338 dan Pasal 340 KUHP).
E. Teori Pemidanaan
Ada berbagai macam pendapat mengenai teori pemidanaan, namun
yang banyak itu dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan besar, yaitu:
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
17
1. Teori Absolut
Dasar pijakan dari teori ini ialah pembalasan. Inilah dasar
pembenar dari penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat.
Negara berhak menjatuhkan pidana ialah karena penjahat tersebut telah
melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak dan kepentingan hukum
(pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Maka oleh
karenanya ia harus diberikan pidana yang setimpal dengan perbuatan
(berupa kejahatan) yang dilakukannya.
Tindakan pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah,
yaitu:
a. Ditujukan pada penjahatnya (sudut subyektif dari pembalasan)
b. Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam di
kalangan masyarakat (sudut obyektif dari pembalasan)
2. Teori Relatif atau Teori Tujuan
Teori relatif atau teori tujuan berpokok pamgkal pada dasar bahwa
pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam
masyarakat. Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu
kejahatan, dengan tujuan agar tata tertib masyarakat dapat terpelihara.
Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat, maka pidana itu
mempunyai tiga macam sifat, yaitu:
a. Bersifat menakut-nakuti (afschikking).
b. Bersifat memperbaiki (verbetering/reclasering).
c. Bersifat membinasakan (onschadelijk maken).
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
18
Sedangkan sifat pencegahannya ada dua macam, yaitu:
a. Pencegahan umum (general preventie).
b. Pencegahan khusus (speciale preventie).
3. Teori Gabungan.
Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada teori pembalasan dan
teori pertahanan tata tertib masyarakat. Teori gabungan ini dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan
itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk
dapat dipertahankanya tata tertib masyarakat.
b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib
masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh
lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana. (Adami
Chazawi, 2002:153-162)
F. Tinjauan Umum Penadahan
Salah satu bentuk tindak pidana terhadap harta kekayaan orang yang
sangat sulit untuk dilakukan pengusutan dalam tindakannya adalah tindak
pidana penadahan. Bentuk kejahatan ini sebenarnya sering terjadi di
lingkungan masyarakat, tetapi karena rapihnya si pelaku dalam menutup-
nutupi dan karena kurangnya kepedulian dari masyarakat sekitar, maka sering
kali tindak pidana ini hanya dipandang sebagai perbuatan yang biasa atau
wajar saja dan bukan merupakan suatu bentuk kejahatan.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
19
Fencing itself is the heart of the problem of theft. Not only professional
large-scale theft but also countless thefts by juveniles, depending on market
demand and to provide services (a receiver) for goods resulting from crimes
(Jerome Hall, 1968:460).
Penadahan sendiri merupakan inti dari masalah pencurian. Tidak hanya
pencurian professional skala besar tetapi juga tak terhitung pencurian oleh
remaja, tergantung pada permintaan pasar dan untuk menyediakan layanan
(penadah) bagi barang hasil kejahatan.
1. Pengertian Penadahan
Penadahan sendiri dilihat dari segi tata bahasa adalah suatu kata
kajian atau sifat yang berasal dari kata tadah yang mendapat awalan pe-
dan akhiran–an. Kata penadahan sendiri adalah suatu kata kerja tadah yang
menunjukan kejahatan itu atau subjek pelaku. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia disebut (Indra Santoso, 2014: 486).
a. Tadah: benda yang dipakai untuk menadah, menampung dsb.
b. Menadah: menampung atau menerima.
c. Bertadah: memakai tadah (alas, lapik).
d. Tadahan: hasil atau pendapatan menadah.
e. Penadah: orang yang menerima barang gelap atau barang curian.
f. Menadahkan: memakai sesuatu untuk menadah;
g. Tukang tadah: orang yang menerima barang gelap atau barang curian.
Mengenai arti penadahan, sampai sekarang belum ada rumusan
yang jelas atau defenisi resmi sebagai pegangan para ahli hukum pidana.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
20
Mereka hanya menggolongkan tindak pidana penadahan sebagai suatu
bagian dari kejahatan terhadap harta benda. Penadahan sebagai suatu
perbuatan pidana merupakan bagian terakhir dari kejahatan terhadap harta
kekayaan. Sedangkan pengertian penadahan menurut Pasal 480 KUHP
adalah:
a) Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima
sebagai hadiah, atau dengan harapan akan memperoleh keuntungan,
menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan atau menyembunyikan sesuatu benda yang ia ketahui atau
secara patut ia diduga, bahwa benda tersebut diperoleh karena
kejahatan.
b) Barangsiapa mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang secara
patut ia ketahui atau harus dapat ia duga bahwa benda tersebut
diperoleh karena kejahatan.
Penadahan dalam bahasa Belanda disebut Heling merupakan tindak
pidana yang berantai, suatu tindak pidana yang harus didahulukan dengan
kejahatan, sebab setelah seseorang melakukan kejahatan maka barang-
barang hasil kejahatan tersebut ada yang dipergunakan sendiri dan ada pula
yang dipakai untuk dihadiahkan serta sering pula dipakai untuk menarik
keuntungan. Tetapi kasus yang paling sering muncul dalam tindak pidana
penadahan adalah menjual untuk mendapatkan keuntungan barang dari
hasil kejahatan tindak pidana pencurian.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
21
Dari penjelasan Pasal 480 KUHP tersebut dapat diketahui bahwa
tindak pidana penadahan merupakan tindak pidana formil, sehingga ada
ataupun tidaknya pihak lain yang dirugikan bukanlah unsur yang
menentukan. Hal tersebut kembali dipertegas dalam Yurisprudensi
Mahkamah Agung NO.79 K/Kr/1958 tanggal 09 Juli 22 1958 dan
Yurisprudensi Mahkamah Agung NO.126 K/Kr/1969 tanggal 29 November
1972 yang menyatakan bahwa:
“tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk lebih dahulu menghukum
orang yang mencuri sebelum menuntut dan menghukum orang yang
menadah” dan “pemeriksaan tindak pidana penadahan tidak perlu
menunggu adanya keputusan mengenai tindak pidana yang menghasilkan
barang-barang tadahan yang bersangkutan”.
2. Unsur- unsur Tindak Pidana Penadahan
Untuk dapat menyatakan seseorang terdakwa telah terbukti
memenuhi unsur yang ia ketahui sebagaimana yang dimaksud diatas baik
penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan didepan sidang
pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa:
a) Bahwa terdakwa mengetahui yakni bahwa benda itu telah diperoleh
karena kejahatan,
b) Bahwa terdakwa menghendaki atau mempunyai maksud untuk
melakukan perbuatan yang didakwakan oleh penuntut umum, seperti
membeli, menyewa, menukar, menggadai atau menerima sebagai
hadiah atau pemberian,
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
22
c) Bahwa terdakwa menghendaki atau mempunyai maksud untuk
melakukan perbuatan yang didakwakan oleh penuntut umum, seperti
menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan mengangkut,
menyimpan atau menyembunyikan karena didorong oleh maksud untuk
memperoleh keuntungan, atau setidak-tidaknya mengetahui bahwa
perbuatan itu telah ia lakukan karena terdorong oleh maksud atau hasrat
untuk memperoleh keuntungan. Satochid Sastranegara dalam P.A.F
Lamintang, (1989:337) mengatakan “Tindak pidana penadahan sebagai
tindak pidana pemudahan, yakni karena perbuatan menadah telah
mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang
mungkin saja tidak mungkin ia lakukan, seandainya tidak ada orang
bersedia menerima hasil kejahatanya”. Penadahan dapat dikatakan delik
pemudahan, karena dengan adanya penadahan, memudahkan seseorang
melakukan kejahatan, salah satunya adalah pencurian, dengan adanya
seseorang yang menadah maka memudahkan orang mencuri karena
adanya tempat dalam menyalurkan barang hasil curian.
Dalam Pasal 480 angka 1 KUHP ada dua rumusan kejahatan
penadahan, rumusan penadahan yang pertama mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Unsur-unsur objektif:
1) Perbuatan kelompok 1, yakni:
2) Membeli (kopen),
3) Menukar (inruilen),
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
23
4) Menerima gadai (in pand nemen),
5) Menerima sebagai hadiah (als geschenk aannemen), atau
b. Kelompok dua untuk menarik keuntungan (uit winstbejag):
1) Menjual (verkopen);
2) Menyewakan (verhuren);
3) Menukar (inruilen);
4) Menggadaikan (in pand geven);
5) Mengangkut (vervoeren);
6) Menyimpan (bewaren);
7) Menyembunyikan (verbergen).
Objeknya adalah suatu benda yang diperoleh dari suatu kejahatan.
c. Unsur-unsur subjektif:
1) Yang ia ketahui (waarvan hij weet)
2) Yang secara patut harus dapat ia duga (warn hij redelijkerwijs moet
vermoeden). Unsur tindak pidana dapat dibedakan menjadi dua arti,
yaitu pengertian unsur tindak pidana dalam arti sempit dan
pengertian unsur-unsur dalam arti luas. Misalnya unsur-unsur tindak
pidana dalam arti sempit terdapat pada tindak pidana penadahan
biasa, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 480 KUHP.
Sedangkan unsur-unsur tindak pidana dalam arti luas terdapat pada
tindak pidana penadahan dengan pemberatan, yaitu unsur-unsur
yang terdapat dalam Pasal 481 KUHP. Apabila kita perhatikan
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
24
rumusan tindak pidana yang terdapat dalam KUHP dapat dibedakan
antara unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur subyektif.
Tindak pidana dalam arti sempit dan pengertian unsur-unsur dalam
arti luas. Misalnya unsur-unsur tindak pidana dalam arti sempit terdapat
pada tindak pidana penadahan biasa, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam
Pasal 480 KUHP. Sedangkan unsur-unsur tindak pidana dalam arti luas
terdapat pada tindak pidana penadahan dengan pemberatan, yaitu unsur-
unsur yang terdapat dalam Pasal 481 KUHP. Apabila kita perhatikan
rumusan tindak pidana yang terdapat dalam KUHP dapat dibedakan antara
unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur subyektif.
(1) Yang disebut unsur obyektif ialah:
a) Perbuatan manusia.
Pada umumnya tindak pidana yang diatur di dalam peraturan
perundang-undangan unsur-unsurnya terdiri dari unsur lahir atau
unsur objektif. Namun demikian ada kalanya sifat melawan
hukumnya perbuatan tidak saja pada unsur objektif tetapi juga pada
unsur subjektif yang terletak pada batin pelaku. Bentuk suatu tindak
pidana dengan unsur objektif antara lain terdapat pada tindak pidana
yang berbentuk kelakuan. Maka akibat yang terjadi dari perbuatan
tidak penting artinya. Dari rentetan akibat yang timbul dari
kelakuan tidak ada yang menjadi inti tindak pidana, kecuali yang
telah dirumuskan dalam istilah yang telah dipakai untuk
merumuskan kelakuan tersebut. Misalnya kelakuan dalam tindak
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
25
pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP, dirumuskan
dengan istilah mengambil barang yang merupakan inti dari delik
tersebut. Adapun akibat dari kelakuan yang kecurian menjadi
miskin atau yang kecurian uang tidak dapat belanja, hal itu tidak
termasuk dalam rumusan tindak pidana penadahan.
b) Delik materiil.
Delik materiil dimana dalam perumusannya tindak pidana
hanya disebutkan akibat tertentu sebagai akibat yang dilarang.
Apabila kita jumpai delik yang hanya dirumuskan akibatnya yang
dilarang dan tidak dijelaskan bagaimana kelakuan yang
menimbulkan akibat itu, harus menggunakan ajaran hubungan
kausal, untuk manggambarkan bagaimana bentuk kelakuan yang
menurut logika dapat menimbulkan akibat yang dilarang itu.
Dengan begitu baru dapat diketahui perbuatan materiil dari tindak
pidana yang menyebabkan timbulnya akibat yang dilarang. Tanpa
diketahui siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang itu, tidak
dapat ditentukan siapa yang bertanggung jawab atas perbuatan
dengan akibat yang dilarang tersebut.
c) Delik formil.
Delik formil ialah delik yang dianggap telah terlaksana
apabila telah dilakukan suatu perbuatan yang dilarang. Dalam delik
formil hubungan kausal mungkin diperlukan pula tetapi berbeda
dengan yang diperlukan dalam delik materiil. Dengan demikian
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
26
dapat dikatakan bahwa delik materiil tidak dirumuskan perbuatan
yang dilarang sedang akibatnya yang dirumuskan secara jelas,
berbeda dengan delik formil yang dilarang dengan tegas adalah
perbuatannya.
(2) Yang disebut unsur subyektif ialah:
a) Dilakukan dengan kesalahan.
Delik yang mengandung unsur memberatkan pidana, apabila
pelaku penadahan itu dengan keadaan yang memberatkan seperti
yang tertera pada Pasal 481 ayat 1, 2, 3 dan 4 KUHP. Maka pelaku
penadahan ini dapat dikenakan pencabutan hak seperti yang tertera
dalam Pasal 336 KUHP yang berbunyi; Dalam pemidanaan karena
salah satu perbuatan yanmg diterangkan dalam Pasal 480 dapat
dijatuhkan pencabutan hak tersebut.
b) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab.
Menurut pengertian Simons yang dikutip dalam bukunya
Sudarto tentang adanya unsur-unsur pada tindak pidana apabila:
“Perbuatan manusia, diancam dengan pidana, melawan hukum,
dilakukan, dengan kesalahan, oleh orang yang mampu bertanggung
jawab”. Pengertian kemampuan bertanggung jawab, banyak yang
telah mengemukakan pendapat antara lain Simons berpendapat
bahwa: “Kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan sebagai
suatu keadaan psikis, yang membenarkan adanya penerapan sesuatu
upaya suatu pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun dari
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
27
orangnya. Dari penjabaran ke dalam unsur-unsur mengenai tindak
pidana penadahan seperti yang diatur dalam Pasal 480 ayat 1 KUHP
tersebut dapat diketahui bahwa untuk subjektif pertama dari tindak
pidana penadahan ialah unsur waarvan hij weet atau yang ia
ketahui.
Tindak pidana penadahan diatur dalam Pasal 480 KUHP
yang berbunyi sebagai berikut:
a. Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai,
menerima sebagai hadiah, atau karena ingin mendapat
keuntungan, menjual, menukarkan, menggadaikan, membawa,
menyimpan atau menyembunyikan, menyewakan, suatu benda
yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh
dari kejahatan.
b. Barangsiapa menarik keuntungan dari hasil suatu benda, yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa diperoleh
dari kejahatan.
Karena tindak pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 ayat
1 KUHP mempunyai dua macam unsur subjektif, masing-masing yakni
unsur kesengajaan atau unsur dolus dan unsur ketidaksengajaan atau unsur
culpa atau dengan kata lain karena tindak pidana penadahan yang diatur
dalam Pasal 480 ayat 1 KUHP mempunyai unsur subjektif yang pro parte
dolus dan pro parte culpa, maka di dalam surat dakwaannya penuntut
umum dapat mendakwakan kedua unsur subjektif tersebut secara bersama-
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
28
sama terhadap seorang terdakwa yang didakwa telah melakukan tindak
pidana penadahan seperti yang dimaksud dalam Pasal 480 ayat 1 KUHP.
Di samping itu pula unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
Pasal 480 ayat 2 KUHP terdiri dari:
(1) Unsur-unsur subjektif, yang terdiri dari:
(a) Yang ia ketahui
(b) Yang secara patut harus dapat diduga
(2) Unsur-unsur objektif, yang terdiri dari:
(a) Barangsiapa
(b) Mengambil keuntungan dari hasil suatu benda
(c) Yang diperoleh karena kejahatan.
Perbuatan mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diperoleh
karena kejahatan itu tidak perlu selalu diartikan sebagai perbuatan
mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diperoleh karena
kejahatan, yakni jika benda tersebut dijual, melainkan jika benda yang
diperoleh karena kejahatan itu telah disewakan, digadaikan,
dipertunjukkan, bahkan juga jika benda itu telah dibudidayakan,
diternakkan, dan lain-lainnya.
3. Jenis-jenis Penadahan
Menurut Code Penal Prancis, yakni sesuai dengan kebanyakan
perundang-undangan pidana dari berbagai negara di Eropa yang berlaku
pada abad 18, perbuatan menadah benda-benda yang diperoleh karena
kejahatan tidak dipandang sebagai suatu kejahatan yang berdiri sendiri atau
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
29
sebagai suatu jelfstandig misdrijft, melainkan suatu perbuatan membantu
melakukan kejahatan atau sebagai suatu medeplichtigheid dalam suatu
kejahatan, yakni dengan perbuatan mana pelaku dapat memperoleh benda-
benda yang diperoleh karena kejahatan.
Para pembentuk kitab undang-undang hukum pidana ternyata telah
meninggalkan paham seperti itu, dan menurut Prof. Simons, mereka itu
dengan tepat telah mengatur tindak pidana penadahan dalam bentuk pokok
oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam Pasal 480 ayat (1)
KUHP tersebut.
Menurut Satochid Kartanegara, tindak pidana penadahan disebut
tindak pidana pemudahan, yakni karena perbuatan menadah telah
mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan-kejahatan, yang
mungkin saja tidak akan ia lakukan, seandainya tidak ada orang bersedia
menerima hasil kejahatan tersebut. Akan tetapi, Simons pun mengakui
bahwa pengaturan tindak pidana penadahan di dalam bab XXX buku 2
KUHP sebagai tindak pidana pemudahan itu sebenarnya kurang tepat,
sebab perbuatan menadah yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh
keuntungan sebenarnya tidak dapat disebut sebagai telah dilakukan dengan
maksud untuk memudahkan orang lain melakukan kejahatan.
Badan pembinaan hukum nasional departemen hukum dan ham RI
dalam bab XXXI dari usul rancangannya mengenai buku 2 dari KUHP
yang baru ternyata telah bermaksud untuk memasukkan tindak pidana
penadahan kedalam pengertian suatu jenis tindak pidana baru yang
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
30
disebutnya sebagai pertolongan jahat. Kiranya para pakar Bahasa Indonesia
dapat membantu untuk menjelaskan apa yang sebenarnya dimaksud dengan
pertolongan jahat.
Penadahan dibagi kedalam beberapa jenis berdasarkan pada bentuk
dan berat ringannya penadahan, yaitu sebagai berikut:
a. Penadahan Biasa.
Penadahan biasa diatur dalam Pasal 480 KUHP dengan rumusan
sebagai berikut:
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. “Terhadap
ketentuan Pasal 480 KUHP diatas, terdapat rumusan penadahan”
2) Unsur-unsur obyektif Perbuatan.
Kelompok:
a) Yaitu: Membeli, menyewa, menukar, menerima gadai,
menerima hadiah.
b) Yaitu: Menarik keuntungan dari menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkat, menyimpan dan
menyembunyikan. Pasal 480 KUHP mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut: Objeknya adalah suatu benda yang diperoleh
dari suatu kejadian.
3) Unsur-unsur subyektif yang diketahuinya, yang sepatutnya dapat
diduga bahwa benda tersebut didapat dari sebuah kejahatan. Dari
rumusan diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dari kedua
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
31
unsur tersebut yaitu pada unsur kedua perbuatannya di dorong oleh
suatu motif untuk menarik keuntungan, dan motif ini harus
dibuktikan. Sedangkan bentuk pertama tidak diperlukan motif
apapun juga.
Sedangkan dalam ayat (2) dirumuskan penadahan terdiri dari
unsur-unsur sebagai berikut: Unsur-unsur Obyektif, perbuatan yang
bertujuan menarik keuntungan dari Objeknya adalah hasil dari suatu
benda yang diperolehnya dari suatu kejahatan. Unsur-unsur subyektif
yang diketahuinya, atau patut menduga benda itu hasil dari kejahatan.
b. Penadahan Sebagai Kebiasaan
Hal yang paling penting dikemukakan berkaitan dengan
penerapan Pasal 481 KUHP ini adalah bahwa perbuatan penadahan
tersebut haruslah menjadi kebiasaan. Artinya harus paling tidak telah
dilakukan lebih dari satu kali atau minimal dua kali. Sebab, apabila
perbuatan tersebut hanya dilakukan sekali, maka perbuatan tersebut
tidak dikenai dengan Pasal 481 KUHP tetapi dikenai dengan Pasal 480
KUHP sebagai tindak pidana penadahan biasa. Penadahan yang
dijadikan kebiasaan dimuat dalam Pasal 481 KUHP yang rumusannya
adalah sebagai berikut: Ke 1. Barang siapa menjadikan sebagai
kebiasaan untuk sengaja membeli, menukar, menerima gadai,
menyimpan atau menyembunyikan barang yang diperoleh dari
kejahatan diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
32
Ke 2. Yang salah dapat dicabut haknya tersebut dalam Pasal 35,
Nomor 1-4 dan haknya untuk melakukan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Unsur-unsur kejahatan yang dirumuskan dalam pasal tersebut
adalah:
1) Perbuatan, yaitu: membeli, menukar, menerima gadai, menyimpan,
dan menyembunyikan
2) Objeknya adalah suatu benda.
3) Yang diterima dari suatu kejahatan
4) Menjadikan suatu kebiasaan unsur-unsur subyektif atau sengaja.
(Adami, Chazawi, 2004:5)
c. Penadahan Ringan
Jenis penadahan yang ke tiga adalah penadahan ringan, diatur
dalam pasal 482 KUHP, yaitu: “Perbuatan diterangkan dalam Pasal 480
KUHP diancam karena penadahan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah, jika
kejahatan darimana diperoleh adalah salah satu yang diterangkan dalam
Pasal 364, 373, dan 379”.
Ada dua macam perbuatan si penadah:
1. Yang menerima dalam tangannya, yaitu menerima gadai, menerima
hadiah,membeli, menyewa, atau menukar.
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018
-
33
2. Yang melepaskan barang dari tangannya, yaitu menjual, menukar,
menyewakan, menggadaikan, memberi hadiah, menyimpan,
menyembunyikan, mengangkut. (Tri, Andrisman. 2012:196).
a. Dampak negatif
1) Terganggunya keseimbangan sosial
2) Pudarnya nilai dan norma
3) Merusak unsur-unsur budaya
4) Kriminalitas
b. Dampak positif
1) Menumbuhkan kesatuan masyarakat
2) Memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat
3) Memperjelas batas moral
4) Mendorong terjadinya perubahan sosial
Tinjauan Yuridis Kasus..., Pikky Dharmawan, Fakultas Hukum UMP, 2018