bab ii tinjauan pustaka a. kontrasepsi a. pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/agustina...

41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008). Menurut Wikjosastro (2002) mengungkapkan bahwa kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dengan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma. Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa pelayanan kontrasepsi diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Dalem (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa bias gender penggunaan kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) dapat dipengaruhi 12 Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Upload: lydung

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur

dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi,

maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif

melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal

namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

Menurut Wikjosastro (2002) mengungkapkan bahwa kontrasepsi

berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dengan konsepsi yang

berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan

kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi,

melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel

sperma. Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa pelayanan kontrasepsi

diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna.

Dalem (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa bias gender

penggunaan kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) dapat dipengaruhi

12

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor budaya

patriarki, faktor tradisi masyarakat, faktor kekhawatiranistri jika suami

menggunakan kontrasepsi, faktor ideologi gender dan faktor sikap egoistik

suami yang sulit diubah.

b. Cara Kontrasepsi

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi

sederhana dan cara kontrasepsi modern.

1. Kontrasepsi sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan

kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat

dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu

badan basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana

dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap

serviks, dan spermisid.

2. Kontrasepsi Modern

Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal,

yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah

Kulit). 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi

mantap yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan

vasektomi (sterilisasi pada pria) (Hartanto, 2004).

c. Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Berdasarkan lama Efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 yaitu

(BKKBN, 2011):

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

1. MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam

kategori ini adalah jenis susuk/implan, MOW, IUD dan MOP

2. Non MKJP (Non metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk

dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode-metode lain

selain dari metode MKJP.

1) Kontrasepsi Suntik

Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik

menyebabkan lendir servik mengental sehingga menghentikan daya

tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk

implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama

kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan

ovulasi.

Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi

suntik, yakni : usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum

memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas

tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah

melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran,

telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok,

tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk

epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin),

tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering

lupa mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

mendekati menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Prawirohardjo, 2003).

Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara

lain : hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum

jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan

menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

(Prawirohardjo, 2003).

Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2

(dua), yaitu :

a) Primer : mencegah ovulasi

Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan

Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan

LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap

gonadotropin –releasing hormone eksogenus tidak berubah,

sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada

di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya

menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar

hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak

menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal

dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering

stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama,

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

endometrium dapat sedemikian sedikitnya, sehingga tidak

didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila

dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan

kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan

DMPA yang terakhir.

b) Sekunder

- Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga

merupakan barier terhadap spermatozoa

- Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi

- Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam

tuba fallopii (Hartanto, 2004).

Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat

kontrasepsi suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan

jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak

mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki

pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu

menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35

tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker

endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit

jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

panggul dan menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

(Prawirohardjo, 2003).

Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah :

terjadinya perubahan pada pola haid, klien sangat bergantung pada

tempat sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan sewaktu-

waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan

merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan

terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau

infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena

terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan

jangka panjang, pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit

menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan jangka

panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido,

gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat

(Prawirohardjo, 2003).

2) Kontrasepsi Kondom

Menurut Hartono (2004) menyatakan bahwa macam-macam

kondom yaitu : 1) kondom kulit, cirinya : terbuat dari membran usus

biri-biri, tidak meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh

sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama.

Harga lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit beredar

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

dipasaran, kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastis,

dan 3) kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh,

lebih mahal dari kondom lateks. Kegagalan alat kontrasepsi kondom

biasanya disebabkan oleh kondom yang bocor atau robek karena

pemakaian yang kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk

pemakaian. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15% - 36%.

Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan alat

kontrasepsi kondom adalah melindungi pengguna dari penularan

penyakit AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya yang

ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu kondom dapat dibeli

bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya

(Prawirohardjo, 2003).

Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom

adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya

infeksi ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku alergi terhadap

karet (Prawirohardjo, 2003).

3) Kontrasepsi Pil

Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar

adalah jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat

kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan

sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007) keuntungan

yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah :

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

a) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsusmsi sesuai

aturannya.

b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan

dapat kembali dengan cepat.

c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.

d) Siklus haid teratur.

e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.

f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai

untuk memancing kesuburan.

g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.

h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda

Kontra indikasi penggunaan pil kontrasepsi adalah tidak

dianjurkan bagi wanita hamil, menyusui eksklusif, hepatitis,

perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan

wanita yang tidak menggunakan pil setiap hari (Saefudin, 2000).

Efek samping ringan yang kemungkinan bisa di derita oleh pengguna

adalah berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan

tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala,

timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini

berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. Efek samping

berat bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat terjadi trombo

embolisme mungkin karena terjadinya peningkatan aktivitas faktor-

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung.

Memungkinkan timbulnhya karsinoma servik uteri.

4) Implan

Menurut Saefudin (2000) penggunaan alat kontrasepsi implan

memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1 pada pemakaian 100

pengguna. Keuntungan yang di dapat dari penggunaan implan adalah

dapat dipasang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, kontrol medis

ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan dan biaya murah,

sedangkan efek samping yang kemungkinan akan diderita pengguna

adalah terjadinya gangguan menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan

pertama dari pemakaian, pengguna akan mengalami masa haid yang

lebih panjang, lebih sering atau amenorea (Prawirohardjo, 2003).

5) Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral

Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk

terbuka (open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies,

spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed

device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone, dll).

Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut

maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus

ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus

(Prawirohardjo, 2003).

Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam

jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama

dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun

berikutnya (Everett, 2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat

kontrasepsi IUD adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan

suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat

dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat

kembali setelah IUD dicabut/dibuka, cocok untuk mencegah

kehamilan atu menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak

mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor

lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak

mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.

Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh

pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila

pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram

perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004).

6) Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan

dapat segera efektif post operatif (Hartanto, 2004), dengan

keuntungan yang bisa di dapat antara lain vasektomi tuba akan

menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami

(Manuaba, 1998).

Kontra indikasi vasektomi antara lain adalah :

a) Peradangan dalam rongga panggul

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

b) Peradangan liang senggama akut (vaginatis sevisitis akut)

c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit

paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalam posisi

genupektorial.

d) Obesitas berlebihan

e) Bekas laparotomi

Efek samping yang kemungkinan di derita oleh pengguna

vasektomi adalah terjadinya resiko internal sedikit lebih tinggi,

kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan sedikit sekali

kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2004)

7) Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) / Vasektomi

a) Pengertian

Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang

tinggi dengan masa efektif 6-10 minggu setelah operasi,

sedangkan keuntungan yang bisa didapat oleh pengguna adalah:

teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja

dan dimana saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan,

hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%, biaya murah

dan terjangkau oleh masyarakat, dan bila pasangan suami, istri

karena suatu sebab ingin mendapatkan keturunan lagi kedua

ujung vas deferens dapat disambung kembali (operasi

rekanalisasi) (Prawirohardjo, 2003).

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

Menurut Manuaba (1998) menjelaskan bahwa Operasi pria

yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan,

murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi,

artinya dengan operasi ini banyak kelahiran yang dapat

dihindari.

Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan

untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan

melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi

sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan

ovum) tidak terjadi (Syaefudin, 2003).

Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan,

pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami

sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel

mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan

tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih

ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada

umumnya dilakukan sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat

dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong

buah zakar (Ekarini, 2008).

b) Peserta

Menurut Ekarini (2008) menjelaskan bahwa yang

menjadi peserta vasektomi adalah sebagai berikut:

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

(a) Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau

melakukan vasektomi serta sebelumnya telah mendapat

konseling tentang vasektomi.

(b) Mendapat persetujuan dari isteri :

(1) Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani

(2) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun

(3) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya

(4) Menandatangani formulir persetujuan (informed

consent).

c) Cara Kerja/Teknik Vasektomi (MOP)

Menurut Saifuddin (2003) mayatakan bahwa ada dua

cara kerja/teknik sterilisasi vasektomi yaitu :

1) Teknik vasektomi standar

Teknik ini ada 10 langkah, diantaranya yaitu :

a) Celana dibuka dan baringkan pasien dengan posisi

terlentang.

b) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian

dalam bingkai dalam pangkal paha kiri kanan

dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti

larutan betadin 0,75% atau larutan klorheksidin

(hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%. Bila ada bulu perlu

dicukur terlebih dahulu, sebaiknya dilakukan oleh pasien

sendiri sebelum berangkat ke klinik.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

c) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan

kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan

keluar.

d) Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum

diberi anastesi (Prokain atau Lidokain atau Novokain

atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk

dan di daerah distal serta proksimal vas deferens di

deponir lagi masing-masing 0,5 ml.

e) Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat

diatas vas deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan

kulit.

f) Setelah kulit dibuka, vasdeferens dipegang dengan klem,

disiangi sampai tampak vas deferens mengkilat seperti

mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya

ditambah lagi obat anastesi kedalam fasia vas deferens

dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang

0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika

pisau cukup tajam) hingga memudahkan penjahitan

kembali. Setelah fasia vas deferens dibuka terlihat vas

deferens yang berwarna putih mengkilat seperti mutiara.

Selanjutnya vas deferens dan fasianya dibebaskan

dengan gunting halus berujung runcing.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

g) Jepitkan vas deferens dengan klem pada dua tempat

dengan jarak 1 - 2 cm dan ikat dengan benang kedua

ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah

benang yang mengkilat kedua ujung vas deferens

tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang

tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan

terlalu banyak karena dapat menjepit pembuluh darah

lain seperti arteri testikularis atau defernsialis yang

berakibat kematian testis itu sendiri.

h) Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm.

Gunakan benang sutra no 00,0 atau 1 untuk mengikat vas

deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar

tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong

vas deferens.

i) Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan

adalah dengan melakukan interposisi vas deferens, yakni

menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas

deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan

dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah

testis) terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah

timbulnya kemungkinan rekanalisasi.

j) Lakukanlah tindakan diatas (langkah 6 - 9) untuk vas

deferens kanan dan kiri, dan setelah selesai, tutuplah

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

kulit dengan 1 - 2 jahitan plain catgut no.00,0 kemudian

rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan

kasa steril dan diplester.

2) Teknik Vasektomi Tanpa Pisau

a) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi

terlentang.

b) Rambut di daerah skrotum di cukur sampai bersih.

c) Penis di plester ke dinding perut.

d) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bagian

dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan

cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadin

0,75%, atau larutan klorheksidin (hibiscrub) 4%.

e) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan

kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan

keluar.

f) Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit

skrotum diberi anastesi lokal (Prokain atau Lidokain

atau Novokain atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum

diteruskan masuk sejajar vas deferens searah distal,

kemudian di deponir lagi masing-masing 3 - 4 ml,

prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.

g) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan di

fiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan kebawah

sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit.

h) Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas

deferens, tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan

sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ±

45 derajat. Sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya

sampai kena vasdeferens, kemudian klem diseksi

ditarik, tutupkan ujung-ujung klem dan dalam keadaan

tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang

tusukan, searah jalannya vas deferens.

i) Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua

lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens

akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu

dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.

j) Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah,

tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens

dan ujunng klem diputar menurut arah jarum jam,

sehingga ujung klem menghadap keatas. Ujung klem

pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas

deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan

pindahkan untuk memegang vasdefrens yang telah

terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem

diseksi.

k) Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan

sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan

klem diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem

diseksi dimasukkan ke lubang tersebut. Kemudian buka

ujung-ujung klem pelan-pelan paralel dengan arah vas

deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas

deferens yang bebas. Vas deferens di crush secara lunak

dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan

benang sutra 3 - 0.

l) Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens

dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal

sementara tidak di potong. Kontrol perdarahan dan

kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.

m) Tarik pelan-pelan benang pada putung yang distal.

Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem

diseksi dan tutup lubang fasia dengan mengikat

sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis

tertutup dan putung distal ada di luar fasia. Apabila

tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak

tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan

vas deferens dikembalikan dalam skrotum.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

n) Lakukan tindakan diatas (langkah 7-13) untuk vas

deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah

yang sama, kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak

perlu di jahit hanya di proksimalkan dengan band aid

atau tensoplas.

d) Indikasi indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan

fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau

gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta

melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2003).

Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah

bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi

dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan

pada dirinya (Prawirohardjo, 1999).

Adapun indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi antara

lain :

1) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.

2) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang beresiko tinggi

untuk hamil atau untuk suami yang istrinya tidak dapat

dilakukan minilaparotomi atau laparoskopi.

3) Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk

hamil

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

4) Pasangan yang telah gagal dengan kontrasespi lain

(Saifuddin, 1996).

e) Kontra Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)

Menurut Hartanto (2004) ada beberapa kontra indikasi

dari kontrasepsi mantap pria/vasektomi yaitu :

(1) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.

(2) Infeksi traktus genitalia.

(3) Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti varicocele,

hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, luka parut

bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.

(4) Penyakit sistemik seperti penyakit-penyakit perdarahan,

diabetes mellitus, dan penyakit jantung koroner yang baru.

(5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak

stabil.

f) Kelebihan

(a) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan

(b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah

(c) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan

saja

(d) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit

(e) Tidak mengganggu hubungan seksual

(f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan

dengan kontrasepsi lain (Ekarini, 2008).

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

g) Keterbatasan

(a) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan,

nyeri, dan infeksi).

(b) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual

termasuk HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama

12-15 kali sanggama agar sel mani menjadi negatif

(c) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam

hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin

terganggu (Ekarni, 2008).

h) Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Akseptor Kontap Pria

Ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada pria

setelah operasi antara lain:

1) Reaksi Alergi Anastesi

Reaksi ini terjadi karena adanya reaksi hipersensitif/alergi

karena masuknya larutan anastesi lokal ke dalam sirkulasi

darah atau pemberian anastesi lokal yang melebihi dosis.

Penanggulangan dan pengobatannya adalah dengan

Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk menjelaskan

sebab terjadinya. Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan

anastesi dan pada setiap tindakan operasi baik operasi besar

atau kecil. Oleh karena itu perlu diterangkan sebelum

dilakukanoperasi dan klien harus mengerti semua resiko

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

operasi tersebut. Setelah itu klien diwajibkan untuk

menandatangani informed consent.

2) Perdarahan

Biasanya terjadi perdarahan pada luka insisi di tempat

operasi, dan perdarahan dalam skrotum. Penyebab terjadinya

perdarahan tersebut karena terpotongnya pembuluh darah di

daerah saluran mani dan atau daerah insisi.

Penanggulangannya perdarahan dihentikan dengan

penekanan pada pembuluh darah yang luka apabila terjadi

pada saat operasi.

3) Hematoma

Hematoma ditandai dengan adanya bengkak kebiruan pada

luka insisi kulit skrotum. Hal ini disebabkan karena

pecahnya pembuluh darah kapiler. Penanggulangannya

dilakukan dengan tindakan medis yaitu memberikan

kompres hangat, beri penyangga skrotum. Bila perlu dapat

diberikan salep anti hematoma.

4) Infeksi

Gejala/keluhan apabila terjadi infeksi yaitu adanya tanda-

tanda infeksi seperti panas, nyeri, bengkak, merah dan

bernanah pada luka insisi pada kulit skrotum. Penyebab

infeksi ini karena tidak dipenuhinya standar sterilisasi

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

peralatan, standar pencegahan infeksi dan kurang

sempurnanya teknik perawatan pasca operasi.

5) Granuloma Sperma

Granuloma sperma yaitu adanya benjolan kenyal yang

kadang disertai rasa nyeri di dalam skrotum. Penyebabnya

adalah keluarnya spermatozoa dari saluran dan masuk ke

dalam jaringan sebagai akibat tidak sempurnanya ikatan vas

deferens. Apabila granuloma sperma kecil akan di absorpsi

spontan secara sempurna. Bila granuloma besar rujuk ke RS

untuk dilakukan eksisi sperma granuloma dan mengikat

kembali vas deferens, namun biasanya akan sembuh sendiri.

Rasa nyeri dapat diatasi dengan pemberian analgetik.

6) Gangguan Psikis

Meningkatnya gairah seksual (libido) dan menurunnya

kemampuan ereksi (impotensi) merupakan keluhan yang

sering dialami oleh pria setelah operasi. Kemungkinan besar

disebabkan oleh gangguan psikologis (baik yangmeningkat

libidonya ataupun yang impotensi), karena secara biologis

pada vasektomi produksi testoteron tidak terganggu

sehingga libido (nafsu seksual) tetap ada. Penanggulangan

dari efek samping ini tidak perlu dilakukan tindakan medis,

namun perlu dilakukan psikoterapi. Pada penelitian di

Jakarta terhadap 400 pria yang telah dilakukan vasektomi,

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

dilaporkan 50% gairah seksualnya bertambah, 40% tidak

merasakan perubahan, 7% tidak memperhatikan dan hanya

3% yang menurun gairah seksualnya (DEPKES RI, 2000).

i) Vasektomi tidak dapat dilakukan apabila

a) Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi

b) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah

c) Jika keadaan suami-isteri tidak stabil

d) Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia,

kelainan akibat cacing tertentu pada buah zakar dan kencing

manis yang tidak terkontrol (Ekarini, 2008).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi

Menurut Duze dan Mohammed (2006) dalam penelitianya

menyatakan bahwa yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi

adalah tingkat kesejahteraan. Makin tinggi tingkat paritas juga

memperbesar kemungkinan menggunakan kontrasepsi. Selain itu, faktor

pendidikan juga menjadi salah satu variabel yang penting. Melalui

pendidikan terdapat kemampuan untuk membuat keputusan rasional dan

memahami kemungkinan untuk mengontrol fertilitas melalui penggunaan

teknik keluarga berencana. Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui

media massa lain, namun demikian media tidak selalu memiliki dampak

signifikan terhadap keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal

ini dapat disebabkan oleh informasi yang disampaikan melalui media tidak

cukup detil dalam memberikan penjelasan mengenai kontrasepsi, baik

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

mengenai kegunaan, manfaat termasuk dampak yang ditimbulkan serta

cara memperolehnya. Bertolak belakang dengan tingkat pengetahuan

tentang kontrasepsi, persepsi negatif mengenai perilaku pembatasan

jumlah anggota keluarga karena alasan ekonomi merupakan alasan lain

rendahnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran

tetapi tidak untuk membatasi jumlah keluarga. Widyastuti dan Mahmudah

(2010) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah pengetahuan, paritas,

usia, pengambilan keputusan, alasan pemilihan, tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan pendapatan.

Sedangkan menurut Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa

pemilihan alat kontrasepsi KB suntik dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor di antaranya, yaitu : Umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

dukungan suami dan pengetahuan

1. Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator

dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu

pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau

memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang

dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam

hal ini keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah

melahirkan. Demikian sebaliknya dengan usia kurang dari 16 tahun

maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi setelah melahirkan.

Menurut Kusumaningrum (2009) menambahkan dalam penelitianya

menyatakan bahwa fakor umur dari pasangan usia subur (PUS) dapat

mempengaruhi pemilihan kontrasepsi KB.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi

persalinan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan

itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap terhadap pemilihan

alat kontrasepsi yang cocok dan aman. Tingkat pendidikan turut

menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), demikian halnya dengan pemilihan

alat kontrasepsi KB suntik. Menurut Kusumaningrum (2009)

menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa fakor pendidikan

dari pasangan usia subur (PUS) dapat mempengaruhi pemilihan

kontrasepsi KB.

3. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri

maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai

timbulnya suatu masalah pada pemilihan alat kontrasepsi yang cocok

bagi mereka. Pada ibu-ibu yang bekerja di luar rumah sudah membuat

cenderung untuk memilih alat kontrasepsi yang relatif aman, praktis,

cepat dan dapat dilayani di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

terdekat dari rumah. Herlinawati (2012) menambahkan dalam

penelitiannya bahwa ditemukan sebanyak 15 akseptor (46,9%) yang

bekerja memilih tubektomi sebagai alat kontrasepsi, sedangkan ibu

yang tidak bekerja sebanyak 35 akseptor (64,8%) memilih tubektomi

sebagai alat kontrasepsi.

4. Pendapatan (Ekonomi)

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi kesiapan

keluarga dalam mempersiapakan semua kebutuhan keluarga.

Pendapatan berpengaruh pada daya beli seseorang untuk membeli

sesuatu. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang paling

menentukan kuantitas maupun kualitas kehidupan seseorang. Tingkatan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan

penghasilan yang ada. Pemilihan alat kontrasepsi KB suntik juga

menjadi pertimbangan bagi ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga,

karena bagi seorang ibu yang bekerja di luar rumah juga memiliki

kebutuhan yang lebih dari ibu rumah tangga biasa. Widyastuti (2012)

menambahkana dalam penelitianya menyatakan bahwa paling dominan

responden dengan penghasilan antara Rp. 750.000-Rp 1.400.000, yaitu

36 responden ( 63.1%). Pendapatan seorang pasangan usia subur juga

mempunyai pengaruh terhadap pemilihan KB suntik DMPA.

5. Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik secara moral

maupun material, dimana dukungan suami sangat mempengaruhi ibu

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

dalam pemilihan alat kontrasepsi yang cocok, adapun dukungan suami

perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat membantu ibu

menentukan penggunaan alat kontrasepsi yang cocok untuk mereka dan

memberikan rasa nyaman dan percaya diri dalam mengambil keputusan

tersebut. Informasi, dimana suami yang mendukung akan memberikan

informasi tentang mempemilihan alat kontrasepsi, baik informasi yang

didapat dari TV maupun majalah dan koran. Herlinawati (2012)

menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi tubektomi

pada wanita PUS, dimana akseptor yang mendapat dukungan keluarga

lebih memilih tubektomi sebesar 56 responden (65,1%), dibanding

dengan yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebesar 30

responden (34,9%).

6. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan,

penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan mencakup ingatan yang

dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta,

kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang

disimpan dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

bentuk mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2007).

Fienalia (2012) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa

tingkat pengetahuan sesorang memiliki hubungan yang signifikan

dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

Menurut Ekarini (2008) dalam penelitianya menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, sosial budaya, akses

pelayanan KB dan kualitas pelayanan KB terhadap KB dengan Partisipasi

pria dalam Keluarga Berencana.

Budhisantoso (2009) menambahkan dalam penelitianya menyatakan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan, persepsi, sosial budaya, sikap

pria, sikap istri dan sikap teman dengan partisipasi pria keluarga

berencana.

B. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa

maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Alwi (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek

tertentu.

Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa Pengetahuan

merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu

yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan

berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah

diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan

sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat

ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan,

dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan

wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek

penelitian

c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya

akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap obyek tersebut. Menurut Ekawati (2004)

dalam penelitianya menyatakan pendidikan pria berpengaruh positif

terhadap persepsi pria untuk ber KB.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

b) Media masa / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut.

c) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

d) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman

pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

f) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal

mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.

Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi

dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga

menambah pengetahuan.

d. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

Menurut Nursalam (2007) menyatakan bahwa pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas:

a) Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%

b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

C. Sikap

a. Pengertian Sikap

Pada awalnya, istilah sikap atau “attitude” digunakan untuk

menunjuk status mental individu. Sikap individu selalu diarahkan kepada

suatu hal atau objek tertentu dan sifatnya masih tertutup. Oleh karena itu,

manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap juga bersifat sosial, dalam arti

bahwa sikap kita hendaknya dapat beradaptasi dengan orang lain. Sikap

menuntun perilaku kita sehingga kita akan bertindak sesuai dengan sikap

yang diekspresikan. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku

nyata dan perilaku yang mungkin terjadi itulah yang dimaksud dengan sikap

(Sunaryo, 2004).

Menurut Allport, dalam Widayanta (2002), mengartikan sikap

sebagai suatu keadaan siap yang dipelajari untuk merespon secara konsisten

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

terhadap objek tertentu yang mengarah pada arah yang mendukung

(favorable) dan tidak mendukung (unfavorable).

Sikap di definisikan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Di sini dapat di

simpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat di tafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

(Notoatmodjo, 2003).

Sikap pria terhadap KB ikut berperan dalam menentukan apakah

seorang pria bersedia menjadi peserta. Pada umumnya sikap yang positif

terhadap program KB akan lebih memudahkan pria untuk menerima

program KB. Penerimaan pria terhadap program KB akan berdampak pada

keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam KB, untuk melakukan MOP

(BKKBN, 2006).

b. Komponen Sikap

Menurut Allport 1954 (dalam Notoatmodjo, 2003) menjelaskan

bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu :

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(tindakan).

Sedangkan menurut Sarwono dan Meinarno (2009) menambahkan

bahwa komponen kognisi berisi pemikiran, ide-ide, maupun pendapat yang

berkenaan dengan objek sikap. Pemikiran tersebut meliputi hal-hal yang

diketahui individu mengenai objek sikap, dapat berupa keyakinan atau

tanggapan, kesan, atribusi, dan penilaian terhadap objek sikap. Kedua,

komponen afeksi berhubungan dengan perasaan atau emosi individu yang

berupa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Ketiga, komponen

konasi yang merujuk kepada kecenderungan tindakan atau respon individu

terhadap objek sikap yang berasal dari masa lalu. Respon yang dimaksud

dapat berupa tindakan yang dapat diamati dan dapat berupa niat atau intensi

untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

c. Tingkatan Sikap

Ada beberapa sikap menurut Notoatmodjo (2003) berdasarkan

intensitasnya yaitu :

a. Menerima (Receiring)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang di berikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari ke sediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-

ceramah tentang gizi.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu

yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya)

untuk pergi menimbangkan anaknya keposyandu, atau mendiskusikan

tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai

sikap positif terhadap gizi anak.

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya : seorang ibu

mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua

atau orang tuanya sendiri (Notoatmodjo, 2003).

D. Pendidikan

Pendidikan Adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan digolongkan

sebagai berikut : Tamat SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA dan Perguruan Tinggi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan semakin tinggi

pengetahuannya. Informasi, seseorang dengan sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Budaya, tingkah laku

manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi

sikap dan kepercayaan. Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang

akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat normal.

(Notoatmodjo, 2007 )

Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola

pengambilan keputusan dan penerimaan informasi dari pada seseorang yang

berpendidikan rendah. Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan

persepsi seseorang tentang pentingnya suatu hal, termasuk dalam perannya

dalam program KB. Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah,

keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi,

keikutsertaannya dalam program KB selain untuk mengatur kelahiran juga

untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga karena dengan cukup dua anak

dalam satu keluarga dan laki-laki atau perempuan sama saja maka keluarga

kecil bahagia dan sejahtera dapat tercapai dengan mudah. Hal ini dikarenakan

seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang

lebih luas tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara

kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan

dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan (Bappenas, 2009).

E. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Mahmudah dan Widyastuti (2010) dan Ekarini (2008)

faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah:

a. Pengetahuan b. Sikap c. Usia d. Pengambilan keputusan e. Alasan pemilihan f. Tingkat pendidikan g. Pekerjaan h. Pendapatan.

Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi MOP

- Kontra Indikasi - Indikasi - Efek samping

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/Agustina Setianingsih BAB II.pdf · terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan

F. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Partisipasi

Suami Dalam Program KB MOP di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen

G. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap partisipasi suami

dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.

b. Ada pengaruh yang signifikan pengetahuan terhadap partisipasi suami

dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.

c. Ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap partisipasi suami dalam

program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.

- Pengetahuan - Sikap - Tingkat Pendidikan

Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi MOP

Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014