bab ii tinjauan pustaka a. konsep teori 1. bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/ninda nila insani bab...

44
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullying a. Definisi Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan dengan tujuan membuat orang lain merasa tidak dilakukan atas dasar perbedaan pada penampilan, budaya, ras, agama,orientasi seksual dan identitas gender orang lain (British Columbia, 2012) Tattum (dikutip, Smith, Pepler & Rigby, 2007) memandang bahwa bullying adalah keinginan untuk menyakiti dan sebagian besar harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang atau kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan dan perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil. Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying biasanya terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga korbanya terus menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Djuwita (2006) bahwa bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: vuthuan

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Bullying

a. Definisi

Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan

ketidakseimbangan kekuasaan dengan tujuan membuat orang lain

merasa tidak dilakukan atas dasar perbedaan pada penampilan,

budaya, ras, agama,orientasi seksual dan identitas gender orang lain

(British Columbia, 2012)

Tattum (dikutip, Smith, Pepler & Rigby, 2007) memandang

bahwa bullying adalah keinginan untuk menyakiti dan sebagian besar

harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang atau

kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan

dan perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil.

Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang

dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek,

bullying biasanya terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu

cukup lama, sehingga korbanya terus menerus berada dalam keadaan

cemas dan terintimidasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Djuwita

(2006) bahwa bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

12

untuk menyakiti seseorang atau kelompok, sehingga korban merasa

tertekan, trauma, dan tidak berdaya, dan peristiwanya mungkin terjadi

berulang.

Pendapat yang relatif sama dikemukakan oleh Sejiwa (2008) yang

menyatakan bahwa bullying adalah situasi dimana seseorang yang kuat

(bisa secara fisik maupun mental) menekan, memojokan, melecehkan,

menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang,

untuk menunjukan kekuasaanya. Dalam hal ini korban tidak mampu

membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara

fisik atau mental.

b. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying

Bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi mulai dari

lingkungan pergaulan hingga di lingkungan sekolah sangat beragam.

Menurut Katty (2010) bentuk-bentuk perilaku bullying dapat

dilakukan secara langsung yang berupa agresi fisik (memukul,

menendang) agresi verbal (ejekan, pendapat yang berbau rasa atau

seksual, dan agresi nonverbal (gerakan tubuh yang menunjukan

ancaman). Bullying tidak langsung dapat secara fisik (mengajak

seseorang untuk menyerang orang lan), verbal (menyebarkan rumor)

dan non verbal (mengeluarkan seseorang dari kelompok atau kegiatan,

penindasan yang dilakukan di dunia maya). Baik anak laki-laki dan

perempuan melakukan bullying terhadap orang lain secara langsung

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

13

dan tidak langsung, tetapi anak laki-laki lebih mungkin untuk

menggunakan jenis bullying fisik. Perempuan lebih mungkin untuk

menyebarkan rumor dan menggunakan pengucilan sosial atau isolasi,

jenis bullying juga dikenal agresi asrelational.

Sejiwa (2008) menyatakan bahwa ada tiga kategori perilaku

bullying diantaranya (1) bullying fisik merupakan bentuk bullying

yang dapat dilihat secara kasat mata karena terjadi kontak langsung

antara pelaku bullying dengan korbanya, bentuk bullying fisik antara

lain menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjambak, menghukum

dengan berlari keliling lapangan, menghukum dengancara push up. (2)

bullying verbal merupakan bentuk perilaku bullying yang dapat

ditangkap melalui iri pendengaran. Bentuk bullying verbal antara lain

menjuluki, meneriaki, memaki, menghina, mempermalukan di depan

umum, menuduh, menyoraki, menebar gossip, memfitnah. (3) bullying

mental/psikologis merupakan bentuk perilaku bullying yang paling

berbahaya disbanding dengan bentuk bullying lainya karena terkadang

diabaikan oleh beberapa orang. Bentuk bullying mental/psikologis

yaitu memandang sinis, memandang penuh ancaman, mendiamkan,

mengucilkan, memelototi, dan mencibir (Sejiwa, 2008)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying

Bullying yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor

saja tetapi setiap bagian yang ada di sekitar anak juga turut

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

14

memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam

munculnya perilaku tersebut. Menurut Andi Priyatna (2010)

mengemukakan bahwa faktor-faktor tersebut antara lain (1) faktor

keluarga, pola asuh dalam suatu keluarga mempunyai peran dalam

pembentukan perilaku anak terutama pada munculnya perilaku

bullying. Keluarga yang menerapkan pola asuh permisif membuat

anak terbiasa untuk bebas melakukan segala sesuatu yang

diinginkanya. Anak juga menjadi manja, akan memaksakan

keinginanya. Anak juga tidak tahu letak kesalahanya ketika ia

melakukan kesalahan sehingga segala sesuatu yang dilakukan

dianggapnya sebagai suatu hal yang benar. Begitu pula dengan pola

asuh yang keras, yang cenderung mengekang kebebasan anak. Anak

pun terbiasa mendapatkan perlakuan kasar yang nantinyan akan

dpraktikan dalam pertemananya bahkan anak akan menganggap hal

tersebut sebagai hal yang wajar.

Anantasari (2006) menyatakan bahwa lingkungan keluarga

apabila cenderung mengarah pada hal-hal negative seperti sering

terjadi kekerasan (memukul, menendang meja dan lain-lain), sering

memaki dengan menggunakan kata-kata kotor, sering menonton acara

televisi yang beradegan kekerasan dapat berimbas pada perilaku anak.

Sifat anak yang cenderung meniru (imitation) akan melakukan hal

yang sama seperti apa yang dilihatnya. Selain itu anak akan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

15

membentuk kerangka pikir bahwa perilaku yang sering dilihatnya

merupakan hal yang wajar bahkan perlu untuk dilakukan. (2) faktor

dari pergaulan, teman sepermainan yang sering melakukan tindakan

kekerasan terhadap orang lain akan berimbas kepada perkembangan

anak. Anak juga akan melakukan hal yang sama dengan apa yang

dilakukan oleh teman-temanya. Selain itu anak baik dari kalangan

sosial rendah hingga atas juga melakukan bullying dengan maksud

untuk mendapatkan pengakuan serta penghargaan dari teman-temanya.

Astuti (2008) juga menyebutkan salah satu faktor penyebab

perilaku bullying adalah situasi sekolah yang tidak harmonis atau

diskriminatif. Hoy dan Miskel (Rovai dkk, 2005) mendefinisikan

situasi, suasana atau atmosfer suatu karakteristik internal dalam suatu

sekolah yang membedakanya dengan sekolah lain dan mempengaruhi

perilaku orang-orang di dalamnya dengan iklim sekolah.

Iklim sekolah ini juga dapat diartikan sebagai suatu suasana atau

kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa

berharga secara pribad, bermartabat dan penting secara serentak dapat

membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala

sesuatu disekitar lingkungan sekolah (Freiberg, 2005).

d. Dampak Perilaku Bullying

Perilaku bullying menimbulkan dampak bagi korban dan

pelakunya, menurut Natioal Youth Center Sanders (2003) dalam

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

16

Psychologymania (2012) menunjukan bahwa bullying dapat membuat

siswa merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar

di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila

bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat

mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial,

memunculkan perilakumenarik dri, menjadikan remaja rentan terhadap

stress dan depresi, serta rasa tidak aman berada di lingkugan sekolah.

Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja

berbuat nekat bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri

(commited suicide).

Dampak bagi pelaku bullying menurut Sanders (2003) dalam

Psychologymania (2012) National Youth Vience Prevention

mengemukakan bahwa pada umumnya para pelaku ini memiliki rasa

percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung

pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah

dan impulsive, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku

bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain

dan kurang berempati terhadap targetnya.

Coloroso (2006) dalam Psychologymania (2012) mengungkapkan

bahwa siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak

dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, kurang cakap untuk

memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

17

menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat

mempengaruhi pola hubungan sosial di masa yang akan datang. Efek

jangka panjang bagi pelaku bullying adalah ia akan mudah menjadi

pelaku kriminal karena ia terbiasa lepas kontrol, tidak lagi menghargai

norma yang berlaku di masyarakat khususnya sekolah. Pelaku bullying

merasa paling hebat dan berkuasa di sekolah tersebut.

e. Penanganan dan Pencegahan Bullying

Beberapa permasalahan anak yang terjadi sangat memungkinkan

terjadi bullying dengan berbagai bentuk dan tipologi bullying yang ada

di sekolah yaitu, memukul, mendorong, mencubit, mengancam,

mempermalukan, merendahkan, melihat dengan sinis, menjulurkan

jari tengah, mendiamkan seseorang, dan bentuk-bentuk lain dengan

tipologi berbeda-beda yang dilakukan antar siswa. Kekerasan bullying

seperti ini bisa saja dilakukan secara perorangan atau kelompok,

mereka yang melakukan secara mandiri biasanya memiliki kekuatan

(power) berupa kekuatan fisik, ekonomi. Sementara, mereka yang

melakukan tindak kekerasan bullying yang dilakukan secara

kelompok, mereka melakukan tindakan tersebut karena motif

menunjukan rasa solidaritas. Misalnya, tawuran antar pelajar dapat

dilatarbelakangi karena siswa merasa menjadi satu golongan yang

membela teman. Fenomena ini disadari adanya seperti disebut

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

18

Durkheim sebagai “kesadaran kolektif” dalam kelompok siswa

tersebut (Martono, 2012).

Tindak kekerasan bullying yang terdapat di sekolah bisa saja

dilakukan oleh oknum guru seperti, kekerasan fisik yaitu mencubit,

memukul, menampar dan tindakan lainnya yang dapat menimbulkan

rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat terhadap fisik anak atau

seseorang. Sementara kekerasan psikis yang dilakukan oleh guru dapat

berupa kata-kata kasar, atau makian dan labelling (nama panggilan)

yang kadang dianggap sebagai hal sepele. Tindak kekerasan berupa

labelling yang biasanya berarti negatif dan dapat berbekas terhadap

anak, misalnya menyebut siswa Si Bodoh, Si Gagap, Si Gaboh (gagah

tapi bodoh) dan labelling lainnya dapat menyebabkan tekanan mental

dan kurangnya rasa percaya diri siswa. Selain itu juga sering terjadi

kekerasan berupa pemberian tugas yang berlebihan, pengancaman dan

tindak kekerasan tak langsung berupa diskriminasi terhadap siswa.

Terdapat beberapa alasan kasus bullying di sekolah ini kurang banyak

mendapatkan perhatian hingga akhirnya jatuh korban menurut

Prasetyo (2011) yaitu:

1) Efeknya tidak tampak secara langsung, kecuali bullying dalam

bentuk kekerasan fisik. Akan tetapi, ini pun tidak terendus karena

banyak korban yang tidak mau melaporkan kekerasan yang

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

19

dialaminya, entah karena takut, malu, diancam atau karena alasan-

alasan lain.

2) Banyak kasus bullying yang secara kasat mata tampak seperti

bercandaan biasa khas anak-anak sekolah atau remaja yang dikira

tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan-ejekan dan olok-olokan

verbal termasuk dalam kategori ini. banyak orangtua dan guru

yang mengira bahwa teguran saja mungkin sudah cukup untuk

menyelesaikan bercandaan bocah-bocah itu. Padahal luka psikis

dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal itu jauh lebih

dalam dan menyakitkan.

3) Sebagian orangtua dan guru masih belum memiliki pengetahuan

yang memadai mengenai bullying dan dampaknya bagi kehidupan

anak. Sehingga sebagian orangtua dan guru benar-benar tidak tahu

bahwa ada masalah serius disekitar mereka. Perlu adanya

mekanisme penyelesaian khusus kasus bullying yang terjadi di

sekolah, seperti menyelenggarakan semacam konferensi

komunitas, membuat bentuk penalti nonfisik atau sanksi seperti

menarik hak-hak atau fasilitas yang diterima siswa atau skorsing

dan pemecatan.

Departemen pendidikan harus memperbaiki kinerja pendidikan

di Indonesia baik dari kurikulum maupun sarana-prasarana agar para

siswa tidak lagi menjadi tertekan secara psikologis berkaitan dengan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

20

pendidikan di sekolah. Selain itu juga harus mempunyai kebijakan

tentang bullying di sekolah. Masalah bullying dianggap belum menjadi

masalah sosial, maka penanganan kekerasan di sekolah saat ini

menjadi subyek hukum kriminal biasa yang menanganinya disamakan

dengan kriminal umumnya (Martono, 2012).

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disiapkan cara untuk

mengurangi kemungkinan atau pencegahan agar tidak menjadi sasaran

tindakan bullying, diantaranya menurut Coloroso (2007) :

1) Membantu anak kecil dan remaja menumbuhkan self esteem (harga

diri) yang baik. Anak ber-self esteem baik akan bersikap dan

berpikir positif, menghargai dirinya sendiri, menghargai orang

lain, percaya diri, optimis, dan berani mengatakan haknya.

2) Mempunyai banyak teman, bergabung dengan group yang

memiliki kegiatan positif atau berteman dengan siswa yang

sendirian.

3) Kembangkan ketrampilan sosial untuk menghadapi bullying, baik

sebagai sasaran atau sebagai bystander (saksi), dan bagaimana

mencari bantuan jika mendapat perlakuan bullying.

2. Remaja

a. Definisi

Anak pada usia 12-15 tahun ini sudah termasuk dalam kategori

masa remaja dimana pada tahap ini juga merupakan masa sekolah

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

21

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masa remaja merupakan

suatu periode dalam kehidupan setiap manusia dengan karakterisitik

yang khas. Pada abad ke-20, Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley

Hall pernah menyatakan bahwa masa remaja adalah masa yang indah,

namun juga merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress)

serta penuh dengan permasalahan.

Menurut World Health Organization (2014) remaja (adolescents)

adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun. Populasi remaja

adalah populasi terbesar di Dunia yaitu sebanyak 1,2 milyar orang atau

18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia menurut data proyeksi

penduduk 2014, jumlah remaja mencapai 65 juta jiwa atau 25% dari

255 juta jiwa jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Masa remaja merupakan salah satu periode dariperkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari

masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologic,

perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar

masyarakat dan budaya masaremaja pada umumnya dimulai pada usia

10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007)

Pendapat lain mengatakan masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan

periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri

seseorang. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan penting baik

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

22

fisik maupun psikis. Masa ini menuntut kesabaran dan pengertian yang

luar biasa dari orang tua (Sarwono, 2011)

b. Batasan Usia Remaja

Masa remaja dapat bermulapada usia sekitar 10 tahun.

(Rusmini, 2004). Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan

bahwa batasan usia remaja tidak ditentukan dengan jelas, tapi kira-kira

berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik

hampir lengkap (Soetjiningsih, 2004).

Adapun batasan usia remaja menurut beberapa sumber lain

adalah (Sarwono, 2011) :

1) Menurut WHO mendefinisikan anak bisa dikatakan remaja apabila

telah mencapai umur 10-19 tahun.

2) Dalam UU No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja

adlah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

menikah.

3) Menurut UU Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah

remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16

tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

4) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menganggap remaja bila

sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah

menengah.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

23

c. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3

tahap perkembangan remaja :

1) Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

Mereka mengembangkan piiran-pikiran baru, cepat tertarik pada

lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang

bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan

yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti

dan dimengerti orang dewasa.

2) Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia

senang apabila banyak teman yang mengakuinya. Ada

kecenderungan narsitis yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang sma dengan dirinya, selain itu, ia

berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang

mana yang peka atau yang tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optimis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.

Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

24

(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan

mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

3) Remaja akhir (late adolescent)

Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa

dan ditandai dengan pencapaian dalam lima hal yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara diri sendiri dengan orang

lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu

untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan

sifat atau ciri perkembanganya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga

tahap yaitu :

1) Masa remaja awal (10-2 tahun)

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b) Tampak dan merasa ingin bebas.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

25

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a) Tampak dan ingin mencari identitas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan

jenis.

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a) Menampakan pengungkapan kebebasan diri.

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya,

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

(Widyastuti dkk, 2009).

d. Tugas tahap tumbuh kembang remaja

Pertumbuhan merupakan peningktan jumlah dan besar sel

diseluruh bagian tubuh selam sel-sel tersebut membelah diri dan

mensintesis protein-protein baru. Tahap pertumbuhan pada remaja,

antar lain :

1) Pertumbuhan fisik

2) Pertumbuhan psikologis

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

26

3) Perubahan tubuh selama masa remaja : tinggi badan, berat badan,

organ seks.

Havighurst (dalam Ali, 2008) mendefinisikan tugas perkembangan

adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu

dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase

bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas

berikutnya. Akan tetapi apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak

bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha

untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (dalam

Ali, 2008) adalah :

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

4) Mencapai kemandirian emosional.

5) Mencapai kemandirian ekonomi.

6) Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

27

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua.

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10) Memahami dan memepersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Zulkifli, 2005) tentang

tugas perkembangan remaja, antara lain :

1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.

2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.

3) Menerima keadaan fisik sendiri.

4) Memilih dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tugas-

tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku drinya sendiri

dalam menyikapi lingkungan disekitarnya, perubahan yang terjadi

pada fisik maupun psikologisnya menuntut remaja untuk dapat

menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada

dihadapanyamya.

e. Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Wong (2009), karakterisitik perkembangan remaja

dapat dibedakan menjadi :

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

28

1) Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erickson dalam

Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada

masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja

awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya

stabilitas emosioanal dan fisik yang relatif pada saat atau ketika

hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada

krisi identitas kelompok versus pengasingan diri.

Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah

otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitras diri sebagai

10 lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menajdi

sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.

Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah

tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu

menajawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya

dengan keluarga dan masyarakat.

2) Identitas kelompok

Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu

kelompok semkin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki

kelompok adalh hal yang penting karena mereka merasa menjadi

bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status.

Ketika remaja mulai mencocokan cara dan minat berpenampilan,

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

29

gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja

terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokan dengan

kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja

sehinga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri

sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi

individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan

diasingkan dari kelompok.

3) Identitas kelompok

Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan

hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri

denga orang lain dimasa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang

mereka harap mampu dilakukan dimasa yang akan dating. Proses

perkembangan identitas diri merupakan proses yang memakan

waktu dan penuh denga periode kebingungan, depresi dan

keputusasaan. Penentuan identitas dan bagianya di dunia

merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi

remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap diagntikan

dan diletakan pada tempat yang sesuai, identitas yang postif oada

akhirnya akan muncukdari kebingungan. Difusi peran terjadi jika

individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari

berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

30

4) Identitas peran seksual

Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas

peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya

mulai mengkomunikasikan beberapa pengharapan terhadap

perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya

maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap

buadaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosio

ekonomis.

5) Emosionalitas

Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa

remaja akhir. Mereka mampu mengahadapi masalah dengan

tenang dan rasioanl, dan walaupun masih mengalami periode

depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukan emosi

yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal

bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan

emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan

dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami

peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku

mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan

kebimbangan.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

31

6) Perkembangan Kognitif

Teori perkemabangan kognitif menurut Piaget dalam Wong

(2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan actual,

yang merupakan ciri periode berpikir konkret, mereka juga

memperhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada

saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian

pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian

peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan

bekerja. Memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat

berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tau, dan

akibat dari tindakan mereka, mislanya dikeluarkan dari sekolah.

Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua

kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka

dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan

waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat

mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok

pernyataan dan mengevaluasi system, atau serangkaian nilai-nilai

dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.

7) Perkembangan Moral

Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong

(2009), masa remaja akhir dicirkan dengan suatu pernyataan serius

mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

32

mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban

berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga

memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan

hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa

yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian,

mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah

ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa

suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi

mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.

8) Perkembangan Spiritual

Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas

yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan

idela keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang

teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen, yang stabil dalam

hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada

periode pergolakan ini remaja mungkin menolak aktivitas ibadah

yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual denagn

privasi dalamkamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan

eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan

agama mereka denga orang laindapat menyebabkan mereka

mempertanyakan kepercayaan mereak sendiri tetapi pada akhirnya

menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

33

9) Perkembangan Sosial

Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus

membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan

sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun,

proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun

orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang

tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami

tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.

a) Hubungan dengan orang tua

Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah

dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai

kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas

karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk

menampilkan eran yang baru dan menjalankannya sampai

selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian seirng

kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan,

yang penting untuk menetapkan hubungan akhir.

Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk

mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka seringkali

menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang

kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir

semua situasi atau masalah.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

34

b) Hubungan dengan teman sebaya

Orang tua selalu memberi pengaruh utama dalam

sebagai besar kehidupan, bagi sebagaian besar remaja, teman

sebaya dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja

dibandingksn masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya

memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.

c) Kelompok teman sebaya

Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan

suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya

memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh

penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk

menyesuaikan secara total dalam berbagai hal seperti model

berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering

kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala

sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.

d) Sahabat

Hubungan personal antara orang dengan orang lain

yang berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis.

Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan

yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan

penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan

pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

35

peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling

memberikan dukungan satu sama lain.

e) Perkembangan kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah

menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka

menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka.

Mereka juga sadar akan peran kepribadan dalam hubungan-

hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk

memperbaiki kepribadian mereka (Hurlock, 2000). Banyak

remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep

mereka mengenai kepribadian “ideal”. Tidak banyak yang

merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka

yang tidak berhasil ingin merubah kepribadian mereka

(Hurlock, 2000).

3. Persepsi

a. Definisi

Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari serapan

tertentu atau proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui

panca indranya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Seperti

pendapat Robbins dalam Muchlas (2008), persepsi diartikan sebagai

proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

36

kesan sensorisnya agar dapat memberikan arti kepada lingkungan

sekitarnya.

Menurut Devito (2011), persepsi adalah proses dimana seseorang

menjadi sadar terhadap stimulus yang mempengaruhi indra seseorang

tersebut. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau suatu

pesan yang diserap oleh seseorang dan makna apa yang seseorang

berikan kepada orang lain saat orang lain mencapai kesadaran.

Rakhmat (2007) mendefinisikan bahwa persepsi adalah pengalaman

mengenai objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dari menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus

menerus mengadakan hubungan dengan lingkunganya. Hubungan ini

dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,

perasa, dan pencium (Slameto, 2010). Menurut Robbins (2003) yang

mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh

individu melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir),

diinterpretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut

memperoleh makna.

Dalam kamus besar Psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu

proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

37

menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar

akan segala sesuatu yang ada dilingkunganya.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah proses

seseorang untuk menerima informasi melalui panca indranya. Baik

melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan

penciuman. Kemudian rangsangan terhadap alat indra diatur untuk

dilakukan pengorganisasian dan penafsiran. Proses penafsiran pada

setiap individu tidak sama terhadap informasi yang diterima.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dan

persepsi-persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang

didasarkan pada pengalaman masa lalu dikemukakan oleh sekelompok

peneliti yang berasal dari Universitas Princenton seperti Adeltbert

Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H Ittelson dan

Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut

dengan pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada

dasarnya menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan

partisipan aktif dalam tindakan persepsi.

c. Proses persepsi

Menurut Devito (2011) persepsi itu bersifat kompleks. Tidak

ada yang mempengaruhi pesan yang memasuki otak kita. Sebagai

contoh bisikan orang lain terhadap kita dan suatu tulisan di sebuah

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

38

kertas. Apa yang terjadi di luar sana dapat berbeda dengan apa yang

mencapai otak kita. Proses persepsi dibagi dalam tiga tahapan. Ketiga

tahapan ini bersifat continue (menerus), bercampur baur dan

bertumpang tindih satu sama lain. Ketiga tahapan persepsi itu meliputi

tiga hal berikut:

Proses terjadinya persepsi (Amalia, 2010)

1) Terjadinya stimulasi alat indra (sensory stimulation). Pada tahap

pertama alat-alat indra distimulasi (dirangsang). Walaupun kita

mempunyai kemampuan pengindraan untuk merasakan stimulus

(rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya. Kita akan

menangkap bagi kita dan tidak menangkap yang kelihatannya tidak

bermakna.

2) Stimulasi terhadap alat indra diatur. Pada tahap kedua rangsangan

terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu

prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas

Stimulus

Penglihatan

Suara

Bau

Rasa

Texture

Indera

penerima

perhatian Interpretasi tanggapan

persepsi

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

39

(proximity) atau kemiripan. Orang atau pesan yang secara fisik

mirip satu sama lain dipersepsikan bersama-sama atau sebagai satu

kesatuan (unit). Prinsip yang lain adalah kelengkapan (closure).

Kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan

yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan

yang lengkap. Kita melengkapi pesan yang kita dengar dengan

bagian-bagian yang tampaknya logis untuk melengkapi pesan

tersebut.

3) Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi. Langkah ketiga dalam

proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kedua istilah ini

tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu harus digabung. Langkah

ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi di

pihak penerima. Penafsiranevaluasi sangat dipengaruhi oleh

pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai,

keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada

saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita. Jadi penafsiran-

evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar.

Hendaknya jelas dari daftar pengaruh tersebut bahwa ada banyak

peluang bagi penafsiran. Meskipun kita menerima sebuah pesan,

tetapi cara menafsirkan-mengevaluasinya pada masing-masing

orang berbeda. Penafsiran-evaluasi ini juga akan berbeda bagi satu

orang yang sama dari satu waktu ke waktu. Perbedaan individual

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

40

ini jangan sampai membutakan kita akan validitas beberapa

generalisasi tentang persepsi. Walaupun generalisasi ini belum

tentu berlaku bagi seseorang tertentu, namun hal tersebut berlaku

untuk sebagian besar orang.

d. Proses yang mempengaruhi persepsi

Menurut Devito (2011) antara kejadian stimulasi (sampainya

sebuah pesan, keberadaan seseorang, senyum, atau lirikan mata) dan

evaluasi atau penafsiran terhadap persepsi tersebut, persepsi

dipengaruhi oleh berbagai proses psikologi penting. Terdapat enam

proses utama yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:

1) Teori kepribadian implisit. “Efek halo” yang banyak dikenal orang

awam merupakan fungsi dari teori kepribadian implisit kita. Jika

kita percaya bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas positif,

maka biasanya kita menyimpulkan juga bahwa ia memiliki kualitas

positif yang lain. Ada juga “Efek halo terbalik”. Jika kita

mengetahui seseorang mempunyai sejumlah kualitas negatif, maka

kita juga akan cenderung menyimpulkan bahwa orang itu

mempunyai kualitas negatif yang lain. Penggunaan teori

kepribadian implisit ini, bersama dengan efek halo dan efek halo

terbaliknya, seringkali membawa kita pada ramalan yang terpenuhi

dengan sendirinya (self-fulfilling prophecies), proses yang

mempengaruhi persepsi kedua.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

41

2) Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. Proses kedua yang

mempengaruhi persepsi ini akan terjadi jika kita memperkirakan

atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena kita

meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar. Terdapat

empat langkah dalam proses ini: a) Kita memprediksi atau

merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi. b) Kita

bersikap kepada orang atau situasi tersebut seolah-olah ramalan

atau keyakinan kita benar. c) Karena kita bersikap seperti itu

(seolah-olah keyakinan kita benar), maka menjadi kenyataan. d)

Kita mengamati efek kita terhadap seseorang atau situasi, dan apa

yang kita saksikan memperkuat keyakinan kita. Jika kita

meramalkan tentang suatu karakteristik atau situasi dan jika kita

mengharapkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu,

maka ramalan kita seringkali menjadi kenyataan karena adanya

ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya ini.

3) Aksentuasi perseptual. Pada proses ini membuat kita melihat apa

yang kita harapkan dan kita inginkan. Kita melihat orang yang kita

sukai sebagai lebih cantik dan lebih pandai daripada orang yang

tidak kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa

sebenarnya kita lebih menyukai orang yang cantik dan pandai dan

oleh sebab itu kita mencari orang-orang seperti ini, bukan karena

orang yang kita sukai itu kelihatan cantik dan pandai. Aksentuasi

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

42

perseptual dapat menimbulkan hambatan. Kecenderungan kita

untuk mempersepsikan yang kita inginkan atau butuhkan dapat

membuat kita mendistorsi persepsi kita tentang realistas, membuat

kita melihat apa yang kita butuhkan dan kita inginkan daripada apa

yang nyatanya ada, ada tidak melihat apa yang tidak ingin kita

lihat.

4) Primari-resensi. Dalam proses ini kita menggunakan informasi

yang datang lebih dahulu untuk mendapatkan gambaran umum

seperti apa orang itu. Lalu kita menggunakan informasi yang

datang belakangan untuk lebih spesifik. Dari efek primari-resensi

ini kita mengetahui bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya

paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan

menyaring tambahan informasi untuk mengetahui gambaran

tentang seseorang yang mereka persepsikan. Primari-resensi dapat

menimbulkan hambatan. Kecenderungan kita untuk lebih

mementingkan informasi yang datang lebih dahulu dan

menafsirkan informasi yang datang belakangan sesuai dengan

kesan pertama akan membuat kita merumuskan gambaran

menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum

tentu benar.

5) Konsistensi. Menggambarkan kebutuhan kita untuk memelihara

keseimbangan diantara sikap-sikap kita. Kita memperkirakan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

43

bahwa hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal

lain tidak akan muncul bersama-sama. Kita berharap seseorang

yang kita sukai mempunyai karakteristik yang kita sukai pula, dan

kita berharap musuh-musuh kita tidak mempunyai karakteristik

yang kita sukai. Sebaliknya, kita berharap orang yang kita sukai

tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan dan orang

yang tidak kita sukai memiliki sifat-sifat yang tidak

menyenangkan. Konsistensi bisa menimbulkan hambatan.

Kecenderungan kita untuk melihat konsistensi pada diri seseorang

bisa menyebabkan kita mengabaikan persepsi tentang perilaku

yang tidak konsisten dengan gambaran kita mengenai seseorang

secara utuh.

6) Stereotipe. Istilah dalam bidang percetakan yang mengacu pada

suatu pelat yang mencetak gambar atau tulisan yang sama

berulang-ulang. Dalam sosiologis atau psikologis, stereotipe

adalah citra yang melekat pada sekelompok orang. Kita semua

memiliki stereotipe atitudinal tentang kelompok bangsa, kelompok

agama, kelompok ras, atau mungkin tentang kaum penjahat, kaum

tuna susila, guru, atau tukang sapu. Apabila kita mempunyai kesan

melekat ini, jika berjumpa dengan salah seorang anggota

kelompok, melihat orang itu terutama sebagai anggota kelompok

itu. Untuk awal membantu kita mendapatkan orientasi terhadap

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

44

kelompok tersebut. Namun apabila kita menganggap bahwa semua

karakter yang melekat pada kelompok tersebut kita tetapkan juga

pada salah satu orang di kelompok tersebut maka akan

menimbulkan masalah karena setiap orang memiliki pribadi yang

khas. Stereotipe mendistorsi kemampuan kita untuk

mempersepsikan orang lain secara akurat. Stereotipe menghalangi

kita untuk melihat seseorang sebagai seseorang dan bukan sekedar

sebagai anggota suatu kelompok. Teori kepribadian implisit

Stereotipe Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya Konsistensi

Aksentuasi persepsi Primari-resensi.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi selektivitas persepsi

Menurut Muchlas (2008) selektivitas persepsi dapat

dipengaruhi oleh faktor perhatian luar dan faktor perhatian dalam.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi selektivitas persepsi baik

dari luar maupun dari dalam adalah sebagai berikut:

1) Faktor perhatian luar. Faktor perhatian luar terdiri dari pengaruh-

pengaruh lingkungan luar seperti:

a) Intensitas. Prinsip intensitas perhatian luar adalah makin intens

stimulus luar, makin besar kemungkinannya untuk

dipersepsikan. Sebagai contoh suara yang keras, bau yang

menyengat, cahaya yang menyilaukan akan lebih diperhatikan

daripada suara yang lembut, bau yang lemah, atau cahaya yang

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

45

redup. Dalam konsep psikologi, sebuah prinsip persepsi saja

tidak dapat berdiri sendiri untuk menjelaskan perilaku manusia

yang kompleks. Prinsip intensitas ini hanya merupakan faktor

kecil saja dalam proses persepsi, dan hanya bagian dari proses

kognitif, dimana yang terakhir hanya bagian dari perilaku

manusia.

b) Ukuran. Ukuran hubungannya sangat dekat dengan intensitas.

Prinsip ukuran adalah makin besar objeknya, makin besar

kemungkinan untuk dipersepsikan. Sebagai contoh teknisi

bengkel mesin, mereka akan lebih memperhatikan mesin-

mesin besar daripada mesin-mesin yang kecil walaupun

ongkos operasionalisasi dan pemeliharaannya sama.

c) Kontras. Prinsip kontras adalah berbagai stimulus luar yang

berlawanan dengan latar belakangnya atau yang tidak diduga

oleh orang-orang lain akan memperoleh perhatian mereka.

Sebagai contoh karyawan pabrik, mereka sudah biasa

mendengar suara bising bertahun-tahun oleh karena itu tidak

terlalu banyak memperhatikan suara tersebut. Namun jika

suara bising itu tiba-tiba menghilang/berhenti maka mereka

akan segera memperhatikan hal tersebut.

d) Repetisi. Prinsip repetisi adalah sebuah stimulus luar yang

diulang-ulang akan lebih memperoleh perhatian daripada yang

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

46

tidak diulang. Faktanya, repetisi dapat meningkatkan sensivitas

atau kewaspadaan seseorang terhadap stimulus. Sebagai contoh

seorang karyawan, karyawan tersebut akan lebih mengerti jika

tugas yang diberikan oleh bos diulang berkali-kali dan tidak

hanya sekali.

e) Gerakan. Prinsip gerakan adalah manusia lebih memperhatikan

yang bergerak dalam pandangan matanya daripada objek yang

diam. Sebagai contoh seorang karyawan, karyawan tersebut

akan lebih memperhatikan barang yang bergerak ke arahnya

daripada memperhatikan sebuah mesin yang tidak bergerak di

dekatnya.

f) Keterbaruan dan keterbiasaan. Prinsip ini adalah situasi

eksternal yang baru maupun yang sudah familiar akan menjadi

ukuran besarnya perhatian kita. Sebagai contoh dalam suatu

perusahaan, perusahaan yang sudah lama bisa di setting

menjadi objek-objek yang baru atau objek-objek yang sudah

familiar di setting ke dalam perusahaan yang baru agar dapat

menarik perhatian kita.

2) Faktor perhatian dalam. Faktor ini penting karena didasarkan pada

masalah psikologis individu yang bersifat kompleks. Faktor

perhatian dalam diantaranya:

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

47

a) Proses belajar dan persepsi. Kebanyakan orang melihat yang

menyangkut dunia dan isinya sebagai hasil dari pengalaman

masa lalu dan proses belajar. Walaupun pengalaman masa lalu

itu belum tentu relevan dengan situasi sekarang, namun pelaku

persepsi selalu mempertimbangkannya. Oleh karena itu,

implikasi penyeragaman persepsi sangat penting dalam

perilaku organisasi. Sebagai contoh dalam perusahaan, terdapat

kualitas produk tertentu yang menurun, insinyur mesin

mempersepsikan bahwa hal tersebut dapat diatasi dengan

memperbaiki kemampuan desain mesinnya. Berbeda dengan

manajer personalia yang mempersepsikan untuk lebih banyak

pemberian latihan dan intensif kepada karyawan.

b) Motivasi dan persepsi. Motivasi juga mempunyai dampak yang

besar terhadap selektivitas persepsi. Orang yang mempunyai

kebutuhan kuat terhadap kekuatan, afiliasi, dan keberhasilan

akan menunjukkan perhatian yang besar terhadap variabel-

variabel situsional yang relevan. Sebagai contoh seorang

karyawan, karyawan tersebut hendak makan di sebuah rumah

makan saat jam makan siang, karyawan tersebut akan lebih

memilih duduk di meja yang banyak diduduki oleh teman-

teman kerjanya daripada meja yang hanya diduduki satu orang

teman kerjanya.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

48

c) Kepribadian dan persepsi. Kepribadian pelaku persepsi juga

mempengaruhi reaksi terhadap situasi yang konfrontatif.

Sebagai contoh persepsi generasi tua dan muda pada film-film

modern. Kalangan tua kadang-kadang tidak suka dan tidak

mengerti film-film modern pada zaman sekarang. Lain halnya

dengan anak muda yang gandrung terhadap film-film ini. Jadi

tidak hanya kepribadian yang berbeda, kategori umur juga

menimbulkan perbedaan individual. Ternyata baik kepribadian,

nilai-nilai, dan bahkan umur, ikut mempengaruhi cara-cara

manusia berpersepsi terhadap lingkungan di sekitarnya.

4. Guru

a. Definisi

Menurut Kunandari (2009) guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan,melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Keprofesionalisme guru menurut Surya

(dalam Kunadar, 2009) guru yang professional akan tercermin dalam

pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian

baik dalam materi dan metode.

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung

jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

49

individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah

(Djamarah, 2010). Sanjaya dalam Majid (2014) berpendapat bahwa

guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi

kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang

oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka

kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan; dan

sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan

efektif. Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia

pendidikan. Ruh pendidikan sesungguhnya terletak dipundak guru.

Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya

ada di tangan guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis

dalam ”mengukir” peserta didik menjadi pandai, cerdas, terampil,

bermoral dan berpengetahuan luas.

b. Tugas guru

Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai

suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. 1) Tugas guru sebagai

suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan

profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas

guru sebagai suatu profesi. 2) Tugas kemanusiaan guru harus terlibat

dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus

menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. 3) Di bidang

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

50

kemsyarakatan guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar

masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral

pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak

didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia.

c. Peranan guru

Peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah

ini: Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang

baik dan mana nilai yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru

pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa

dan watak anak didik. Sebagai inspirator, Guru harus dapat

memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik.

Sedangkan sebagai informator, guru harus dapat memberikan

informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain

sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah

diprogramkan dalam kurikulum. Guru memiliki kegiatan pengelolaan

kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender

akademik, dan sebagainya dalam perannya sebagai organisator. Guru

hendaknya juga dapat mendorong dan memotivasi anak didik agar

bergairah dan aktif belajar. Guru dapat menganalisis motif-motif yang

melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di

sekolah. Guru sebagai fasilitator hendaknya dapat menyediakan

fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

51

yang akan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan anak

didik. Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena

kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam

rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kehadiran guru di

sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia

dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan

mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Oleh

karena itu, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan

jenisnya, baik media nonmaterial maupun materiil. Untuk bahan

pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan

membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara

didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman

anak didik. Maka dari itu, peran guru adalah sebagai demonstator

(Djamarah, 2010)

Kompetensi guru menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang guru

dan dosen (Bab 1 pasal 10), kompetensi guru adalah : seperangkat

pengetahuan,keterampilan, dan perilakuyang harus dimiliki, dihayati,

dan dikuasaioleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

52

d. Peran Guru

Menurut Tunjung (2011) dilihat dari segi dirinya (self

oriented), seorang guru harus berperan sebagai (1) petugas sosial,

yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.

Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan

petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi

didalamnya. (2) pelajar dan ilmuan, yaitu sebagai yang senantiasa

menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru

senantiasa belajar mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan.

Disamping itu guru menjadi spesialis, misalnya seorang guru

matematika akan menjadi wakil dari dunia matematika. (3) guru juga

berperan sebagai orangtua yaitu mewakili orangtua murid sekolah

dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan

setelah lingkungan keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah dapat

merupakan lingkungan keluarga dimana guru bertugas sebagai

orangtua dari siswa-siswinya. (4) pencari teladan yaitu yang senantiasa

mencari teladan yang baik untuk siswa, dan bahkan bagi seluruh

masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi normal tingkah laku. (5)

pencari keamanan yatu yang senantiasa mencari rasa aman bagi orang

lain (siswa). Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswi untuk

memperoleh rasa aman.

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

53

B. Kerangka Teori

Sumber: Andi dan Robinson (2010), Huraerah (2007), Sri (2013), Robinson Katty (2010) dan Sejiwa (2006)

Jenis-jenis bullying

Bullying verbal, fisik dan

mental

Sumber : Andi Priyatna

(2010

Dampak fisik

1. Sakit kepala

2. Cidera pada tubuh

3. Kematian

Sumber : Sri

(2013)

Psikologis

1. Cemas

2. Ketakutan

3. Meningkatkan isolasi

sosial

4. Stress

5. Depresi

Sumber : (YKAI)

dalam (huraerah,

2007) Sejiwa (2006)

Sosial

1. Membenci lingkungan

sosialnya

2. Menarik diri dari

lingkungan

3. Takut membina

hubungan baru dengan

orang lain.

Sumber : YKAI

Persepsi

guru

terhadap

perilaku

bullying

Upaya pencegahan

1. Keluarga

2. Institusi sekolah

3. Lingkungan

4. Teman sebaya

Sumber :

Robinson Katty

(2010)

1. Bentuk

perilaku

bullying

2. Jenis perilaku

bullying

3. Dampak

perilaku

bullying

4. Pencegahan

bullying Sumber :

Robinson Katty

(2010)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Penyebab terjadinya bullying

Faktor keluarga teman

sebaya lingkungan sekolah

Sumber : Andi Priyatna

(2010)

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Bullyingrepository.ump.ac.id/4231/3/Ninda Nila Insani BAB II.pdf · dapat menegmbangkan hubungan yang sehat, ... Sebagian orangtua dan guru

54

C. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti)

(Nursalam, 2008).

Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti mengenai persepsi guru

terhadap perilaku bullying pada anak SMP Al-Hikmah 02 Benda Sirampog

Brebes.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Perilaku Bullying Anak SMP Persepsi Guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi guru:

1. Faktor perhatian dalam

a. Proses belajar dan persepsi

b. Motivasi dan persepsi

c. Kepribadian dan persepsi

2. Faktor perhatian luar

a. Intensitas

b. Ukuran

c. Kontras

d. Repitisi

e. Gerakan

f. Keterbukaan dan

keterbiasaan

Persepsi Guru Terhadap..., Ninda Nila Insani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017