bab ii tinjauan pustaka a. konsep lansia 1. definisi...

27
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi Lansia Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono, 2006). Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun dinyatakan bahwa usia 60 tahun keatas disebut sebagai lanjut usia (Noorkasiani, 2009). Lanjut usia ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu usia kronologis yang dihitung berdasarkan tahun kalender, usia biologis yang diterapkan berdasarkan pematangan jaringan dan usia psikologis yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan penyesuaian terhadap setiap situasi yang dihadapinya (Noorkasiani, 2009). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu terrtentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008). 10

Upload: nguyenthu

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian

lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang

yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari

nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono,

2006). Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun dinyatakan

bahwa usia 60 tahun keatas disebut sebagai lanjut usia (Noorkasiani,

2009).

Lanjut usia ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu usia kronologis yang

dihitung berdasarkan tahun kalender, usia biologis yang diterapkan

berdasarkan pematangan jaringan dan usia psikologis yang dikaitkan

dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan penyesuaian

terhadap setiap situasi yang dihadapinya (Noorkasiani, 2009).

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu terrtentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan

tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak

proporsional (Nugroho, 2008).

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

11

Jadi usia lanjut dapat kita artikan sebagai seseorang yang berusia 60

tahun keatas dimana proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya.

2. Batasan Usia Lanjut

Batasan umur lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007) Usia pertengahan (middle age)

adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok

usia antara 60-70 tahun, Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara

71-90 tahun, Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90

tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang nomer 13 tahun 1998

Menjelaskan tentang kesejahteraan lanjut usia yang termaktub dalam BAB

I pasal 1 ayat 2 yaitu bahwa “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

umur diatas 60 tahun”. Sedangkan menurut Sumiati (2000) Membagi

periodesasi biologis perkembangan hidup manusia sebagai berikut : Umur

40-65 tahun : masa setengah umur (prasenium), Umur 65 tahun keatas :

masa lanjut usia (senium). Sedangkan menurut Setyonegoro (dalam

Nugroho, 2008) Pengelompokan usia lanjut sebagai berikut : Lajut usia

(geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun, Young age yaitu umur 70-75

tahun, Old yaitu umur 75-80 tahun, Very old yaitu umur lebih dari 80

tahun.

3. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia

a. Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal

Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam

saluran gastrointestinal (GI) dalam beberapa derajat. Namun, karena

luasnya persoalan fisiologis pada sistem gastrointestinal, hanya sedikit

masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang dilihat dalam

kesehatan lansia. Banyak masalah-masalah gastrointestinal yang

dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

12

Mitos umum dikaitkan dengan fungsi normal saluran gastrointestinal

dan perubahan-perubahan kebutuhan nutrisi lansia (Stanley, 2007).

1) Rongga Mulut

Bagian rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi, gusi,

dan lidah. Kehilangan gigi penyebab utama adanya Periodontal

disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain

meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera

pengecap menurun disebabkan adanya iritasi kronis dari selaput

lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari

syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya

sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit

(Nugroho, 2008).

2) Esofagus

Esophagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi

atau pelebaran seiring penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah

(kardiak) kehilangan tonus. Refleks muntah pada lansia akan

melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan resiko

terjadinya aspirasi pada lansia (Luecknotte, 2000).

3) Lambung

Terjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan

sel chief akan menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor

intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil,

sehingga daya tampung makanan menjadi berkurang. Proses

perubahan protein menjadi peptone terganggu. Karena sekresi asam

lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang (Darmojo &

Martono, 2006). Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat

dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motalitas lambung.

Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi

asam hidrogen-klorik (hipoklorhidria), dengan pengurangan absorpsi

zat besi, kalsium, dan vitamin B 12. Motilitas gaster biasanya

menurun, dan melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

13

dicerna keluar dari lambung dan terus melalui usus halus dan usus

besar (Stanley, 2007).

4) Usus Halus

Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas

permukaan berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan sel

epithelial berkurang. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan

oleh pankreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme

karbohidrat, protein, vitamin B12 dan lemak menjadi tidak sebaik

sewaktu muda (Leueckenotte, 2000).

5) Usus Besar dan Rektum

Pada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk

penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum, peristaltic

kolon yang melemah gagal mengosongkan rektum yang dapat

menyebabkan konstipasi (Leueckenotte, 2000). Pada usus besar

kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas

kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorpsi

air dan elektrolik meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi

makanan), feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang

air besar merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia. Proses

defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen

juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen sudah melemah

(Darmojo & Martono, 2006).

6) Pankreas

Produksi enzim amilase, tripsin dan lipase akan menurun

sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga

akan menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang

dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat

ampula Vateri akan menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas

oleh enzim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin

dan/ atau asam empedu (Darmojo & Martono, 2006).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

14

7) Hati

Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan

besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin,

konjugasi billirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia,

secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi

sebagiab besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous. Hal ini

akan menyebabkan penurunan fungsi hati (Darmojo & Martono,

2006). Proses penuaan telah mengubah proporsi lemak empedu tanpa

perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Faktor ini

memengaruhi peningkatan sekresi kolesterol. Banyak perubahan-

perubahan terkait usia terjadi dalam sistem empedu yang juga terjadi

pada pasien-pasien yang obesitas (Stanley, 2007).

b. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Menurut Lueckenotte (2000), tulang-tulang pada sistem skelet

(rangka) membentuk fungsi penunjang, pelindung, gerakan tubuh dan

penyimpanan mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan

bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter. Persendian

diklasifikasikan secara struktural dan fungsional. Klasifikasi struktural

didasarkan pada ikatan materi tulang dan apakah ada rongga

persendian. Klasifikasi fungsional didasarkan pada jumlah gerakan

yang dimungkinkan pada persendian. Bila artikulasis di antara

tambahan tulang, sendi menahan tulang dan memungkinkan gerakan.

Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai proses

penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini

meliputi ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorpsi tulang.

Efek penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang : vertebra lebih

lunak dan dapat terteka dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

15

Serat otot rangka berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagen

menggantikan otot, mempengaruhi pencapaian suplai oksigen dan

nutrisi. Massa, tonus, dan kekuatan otot semuanya menurun : otot

lebih menonjol dari ekstremitas yang menjadi kecil dan lemah, dan

tangan kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis pada

tendon dan otot mengakibatkan perlambatan respon selama tes refleks

tendon.

Menurut Pujiastuti (2003), perubahan muskuloskeletal antara lain

pada jaringan penghubung, kartilago, tulag, otot dan sendi.

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,

kartilago, dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi

tidak teratur dan penurunan hubungan pada jaringan kolagen,

merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan

tubuh. Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya karena penuaan,

kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang

merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami

perubahan kualitas dan kuantitasnya.

Perubahan pada kolagen ini merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa

nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya fisioterapi

untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan

untuk menjaga mobilitas.

2) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata.

Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan

yang merupakan komponen dasar matrik kartilago, berkurang atau

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

16

hilang secara bertahap sehingga jaringan fibril pada kolagen

kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung

mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami klasifikasi di beberapa

tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi

sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya

kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu

berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami

peradangan, kakakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya

aktivitas sehari-hari. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat

diberikan teknik perlindunga sendi.

3) Sistem Skeletal

Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh

mengalami penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang

terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua: Penurunan tinggi

badan secara progresif karena penyempitan didkus intervertebral

dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini

adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan

barrel-chest. Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular

yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap beban gerakan rotasi

dan lengkungan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan

terjadinya risiko fraktur (Stanley, 2007).

4) Sistem Muskular

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem

muskular akibat proses menua: Waktu untuk kontraksi dan

relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari hal ini adalah

perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif.

Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan

sendi, penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, dan perubahan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

17

degeneratif ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah

peningkatan fleksi (Stanley, 2007).

5) Sendi

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi

akibat proses menua: Pecahnya komponen kapsul sendi dan

kolagen. Implikasi dari hal ini adalah nyeri, inflamasi, penurunan

mobilitas sendi dan deformitas. Kekakuan ligamen dan sendi.

Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera (Stanley,

2007).

c. Perubahan pada Sistem Persarafan

Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor utama

dalam penuaan. Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan

tumbuh, tetapi neuron-neuron tersebut tidak dapat mengalami

regenerasi. Perubahan struktural yang paling terlihat tejadi pada otak

itu sendiri. Walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat juga

terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi

girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebal adalah

daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron.

Penurunan aliran darah serebral dan penggunaan oksigen dapat pula

terjadi dengan penuaan.

Menurut Pujiastuti (2003), lanjut usia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon

motorik pada susunan saraf pusat. Hal ini terjadi karena SSP pada

lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia berkurang

berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak pada

otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel

saraf banyak mengalami kematian, sedang yang hidup banyak

mengalami perubahan. Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi

antar sel mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

18

kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10%

sehingga gerakan menjadi lamban. Akson dalam medula spinalis

menurun 37%. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kognitif,

koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur

dan waktu reaksi. Hal itu dapat dicegah dengan latihan koordinasi dan

keseimbangan.

d. Perubahan pada Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan yang bersifat

age-related cell loss, fibrosis, infiltrasi limfosit, dan sebagainya.

Perubahan karena usia pada reseptor hormon, kerusakan permeabilitas

sel dan sebagainya, dapat menyebabkan perubahan respon inti sel

terhadap kompleks hormon-reseptor (Darmojo & Martono, 2006).

Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan antara lain produksi

dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya

tidak berubah, terjadinya pituitari yaitu pertumbuhan hormon ada

tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurang

produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid,

menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate) dan menurunnya daya

pertukaran zat. Menurunnya produksi aldosteron dan menurunnya

sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan

testosteron (Nugroho, 2008).

B. Konstipasi

1. Definisi

Konstipasi secara luas didefinisikan sebagai frekuensi jarang atau

kesulitan pergerakan feses, feses kering (Leueckenotte, 2000). Konstipasi

adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus yang disertai dengan

perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses (Stanley, 2007).

Pada tahun 1999 Komite Konsensus Internasional telah membuat

suatu pedoman untuk membuat diagnosis konstipasi. Diagnosis dibuat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

19

berdasar adanya keluhan paling sedikit 2 dari beberapa keluhan berikut,

minimal dalam waktu 1 tahun tanpa pemakaian laksans (kriteria Roma II),

yaitu (Whitehead, 1999) : (1) defekasi kurang dari 3x/minggu, (2)

mengejan berlebihan minimal 25 % selama defekasi, (3) perasaan tidak

puas berdefekasi minimal 25 % selama defekasi, (4) tinja yang keras

minmal 25 %, (5) perasaan defekasi yang terhalang, dan (6) penggunaan

jari untuk usaha evakuasi tinja (G Lindsay McCrea, 2008).

International Workshop on Constipation berusaha lebih jelas

memberikan batasan konstipasi. Berdasarkan rekomendasinya, konstipasi

dikategorikan dalam dua golongan : 1) konstipasi fungsional, 2)

konstipasi karena penundaan keluarnya feses pada muara rektisigmoid.

Konstipasi fungsional disebabkan waktu perjalanan yang lambat dari

feses, sedangkan penundaan pada muara rektosigmoid menunjukkan

adanya disfungsi anorektal. Yang terakhir ditandai adanya perasaan

sumbatan pada anus.

2. Manifestasi klinis

Menurut Stanley (2007) :

a. Mengejan berlebihan saat BAB

b. Massa feses yang keras

c. Perasaan tidak puas saat BAB

d. Sakit pada daerah rektum saat BAB

e. Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses

3. Makanan yang menyebabkan konstipasi

Berikut beberapa makanan umum yang dapat menyebabkan konstipasi :

a. Makanan yang tinggi lemak

Contoh : minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak kelapa,

ayam, daging sapi, mentega, margarin, keju, susu kental manis,

tepung susu, dan sebagainya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

20

b. Makanan yang tinggi gula

Seperti makanan yang manis-manis, keju, dan makanan olahan

(http://yankes.itb.ac.id).

4. Makanan yang tidak menyebabkan konstipasi

Berikut beberapa makanan yang tidak menyebabkan konstipasi :

a. buah-buahan segar

Contoh : alvukat, anggur, belimbing, jambu biji, jeruk bali, jeruk

sitrun, mangga, melon, nanas, pepaya, pisang, semangka, sirsat,

srikaya, dan sebagainya.

b. Sayuran

Contoh : bayam, kangkung, daun pepaya, daun singkong, sawi hijau,

kubis, kacang panjang, buncis, dan sebagainya.

c. makanan tinggi serat

Contoh : tepung maizena, beras ketan, ubi merah, ubi putih, oncom

merah, oncom putih, kacang hijau, kacang tanah, dan sebagainya.

d. makanan yang menyediakan asam lemak Omega-3

Terdapat dalam daun-daunan, beberapa minyak biji-bijian, termasuk

minyak kacang kedelai, minyak biji rami, minyak biji rape, minyak

ikan, ikan, kecambah, gandum (Almatsier, 2010).

5. Proses Pembentukan Feses

Setiap harinya, sekitar 750 cc chime masuk ke kolon dari ileum. Di

kolon, chime tersebut mengalami proses absorpsi air, natrium, dan kloride.

Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltic usus. Dari 750 cc

chime tersebut, sekitar 150-200 cc mengalami proses reabsorbsi. Chime

yang tidak direabsorbsi menjadi bentuk semisolid yang disebut feses.

Selain itu, dalam saluran cerna banyak terdapat bakteri. Bakteri

tersebut mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses

fermentasi akan menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap

harinya, yang kita kenal dengan istilah flatus. Misalnya, karbohidrat saat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

21

difermentasi akan menjadi hydrogen, karbondioksida, dan gas metan.

Apabila terjadi gangguan pencernaan karbohidrat, maka akan ada banyak

gas yang terbentuk saat fermentasi. Akibatnya, seseorang akan merasa

kembung. Protein, setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri, akan

menghasilkan asam amino, indole, statole, dan hydrogen sulphide. Oleh

karenanya, apabila terjadi gangguan pencernaan protein maka flatus dan

fesesnya menjadi sangat bau (Asmadi. 2008).

6. Akibat Konstipasi

Menurut Darmojo&Martono (2006) akibat-akibat konstipasi antara lain:

a. Impaksi feses

Impaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya feses pada daya

penyerapan dari kolon dan rektum yang berkepanjangan.

b. Volvulus daerah sigmoid

Mengejan berlebihan dalam jangka waktu lama pada penderita dengan

konstipasi dapat berakibat prolaps dari rektum.

c. Haemorrhoid

Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi

sehingga ada kemungkinan akan menimbulkan haemorrhoid.

d. Kanker kolon

Bakteri menghasilkan zat-zat penyebab kanker. Konsistensi tinja yang

keras akan memperlambat pasase tinja sehingga bakteri memiliki

waktu yang cukup lama untuk memproduksi karsinogen dan

karsinogen yang diproduksi menjadi lebih konsentrat.

e. Penyakit divertikular

Mengedan berlebihan (peningkatan tekanan intraabdominal) pada

penderita konstipasi dapat menyebabkan terbentuknya kantung-

kantung pada dinding kolon, di mana kantung-kantung ini berisi sisa-

sisa makanan. Kantung-kantung ini dapat meradang dan disebut

dengan divertikulitis.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

22

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konstipasi pada Lansia

Menurut Dudek (1997, dalam Leueckenotte, 2000), kejadian

konstipasi pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

1) Asupan serat

a. Pengertian

Serat makanan (diatery fiber) adalah komponen dalam

tanaman yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian

yang dapat diserap di saluran pencernaan (Almatsier, 2010).

b. Ragam Serat makanan

Menurut Wirakusumah (2003) ada dua istilah yang sering

digunakan dalam kaitannya dengan serat yaitu :

1) Dietary fiber (serat makanan) ialah semua jenis serat yang tetap

dalam kolon setelah pencernaan, baik serat larut air maupun serat

tidak larut air.

2) Crude fiber (serat kasar) ialah serat tumbuhan yang tidak larut

dalam air, misalnya selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Adapun

serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, gel dan mucilages.

c. Klasifikasi Serat

Klasifikasi serat menurut karakteristik kelarutan dalam air,

yaitu :

1) Serat larut air (Soluble fibre)

Serat larut air adalah serat yang larut dalam air kemudian

membentuk gel dalam saluran pencernaan dengan cara menyerap

air. Soluble fiber meliputi pectin, gum, mucilage, dan beberapa

hemicelluloses. Bentuk lain soluble fiber/serat larut ditemukan pada

gandum, padi dan polong. Pengaruh serat larut dalam saluran cerna

berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menahan air dan

membentuk gumpalan/gel.

2) Serat tidak larut air (Insoluble fibre )

Serat tidak larut air yaitu serat yang tidak dapat larut dalam air

dan juga dalam sistem pencernaan, tetapi memiliki kemampuan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

23

menyerap air dan meningkatkan tekstur dan volume tinja.

Insoluble fiber terutama terdiri dari cellulose dan hemicelluloses.

Sumber utama serat ini berada dalam padi, sereal dan biji-bijian

(Devi, 2010).

d. Sumber Serat

Sumber makanan yang tinggi serat antara lain:

1) sayur-sayuran : daun bawang, bawang prei, kecipir muda,

kangkung, tauge, tomat, lobak, kembag kol, daun kelor, brokoli,

buncis, kentang, kol, wortel, timun, daun singkong, daun kemangi,

dan lain-lain.

2) buah-buahan : jambu biji, belimbing, anggur, kedondong,.

3) sereal : oat, gandum, rye, jagung, beras, dan beras merah.

4) biji-bijian : sunflower seed dan sesame seed.

5) kacang-kacangan : kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,

kacang tolo, kacang bogor (Kusharto, 2007).

e. Anjuran konsumsi

Belum ada AKG untuk serat. Namun, untuk diet 2.000 kalori

untuk orang dewasa, paling sedikit 1.000-2.000 kalori harus berasal

dari karbohidrat kompleks. Diet serat yang dianjurkan adalah 20

gram-35 gram per hari dan cukup untuk pemeliharaan tanpa efek

negatif terhadap kesehatan (Devi, 2010).

f. Cara menghitung serat

Asupan serat diperoleh dari data konsumsi makanan yang

dikumpulkan dengan metode food recall selama 24 jam. Prinsip dari

metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah

bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Dalam metode ini responden menceritakan semua yang dimakan dan

diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Recall 24 jam sebaiknya

dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

24

Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah sebagai

berikut:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat

semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam

ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

Kemudian petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran

berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran

berat (gram) menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh

ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain).

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan

menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia

(Supariasa, dkk, 2001).

g. Keuntungan Serat

Keuntungan-keuntungan serat antara lain:

1) berfungsi untuk mengontrol berat badan.

2) mencegah/meringankan risiko konstipasi, Irritable Bowel

Syndrome, penyakit divertikular, dan haemorrhoid.

3) mencegah kanker kolon.

4) menurunkan kadar Low Density Lipoprotein dan kolesterol.

5) memperlambat absorbsi glukosa (berguna untuk meregulasi kadar

gula darah) (Devi, 2010).

h. Asupan serat dan konstipasi

Konsumsi serat makanan, khususnya serat tak larut (tak dapat

dicerna dan tak larut air panas) menghasilkan kotoran yang lembek.

Insoluble fibre bersifat menahan air pada fragmen serat sehingga

menghasilkan tinja yang lebih banyak dan berair. Akibatnya akan

terjadi stimulasi gerakan peristaltik, mempercepat waktu transit kolon,

peningkatan frekuensi defekasi, dan penurunan tekanan di dalam

kolon (Wirakusumah E. , 2003).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

25

2) Intake cairan

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia

secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh,

hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu, sisanya

merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori

persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah bayi baru lahir 75% dari

total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa

55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan.

Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak

dalam tubuh dan jenis kelamin (Alimul Hidayat, 2006).

Di samping sumber air yang nyata berupa air dan minuman lain,

hampir semua makanan mengandung air. Sebagian besar buah dan

sayuran mengandung sampai 95% air, sedangkan daging, ayam, dan ikan

sampai 70-80%. Air juga dihasilkan di dalam tubuh sebagai hasil

metabolisme energi. Ketidakseimbangan air dapat berakibat buruk bagi

kesehatan, seperti konstipasi dan dehidrasi.

Konsumsi air diatur oleh rasa haus dan kenyang. Hal ini terjadi

melalui perubahan yang dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak

yang mengontrol pemeliharaan keseimbangan air dan suhu tubuh) dan

perut. Bila konsentrasi bahan-bahan di dalam darah terlalu tinggi, maka

bahan-bahan ini akan menarik air dari kelenjar ludah. Mulut menjadi

kering, dan timbul keinginan untuk minum guna membasahi mulut. Bila

hipotalamus mengetahui bahwa konsentrasi darah terlalu tinggi, maka

timbul rangangan untuk minum. Pengaturan minum dilakukan pula oleh

saraf lambung (Almatsier, 2010).

Pada lansia, proses penuaan normal dapat mempengaruhi

keseimbangan cairan. Perubahan fisiologi yang terjadi antara lain respons

haus sering menjadi tumpul, nefron (unit fungsional ginjal) menjadi

kurang mampu menahan air, penurunan TBW (total body water) yang

berhubungan dengan FFM (Fat Free Mass). Perubahan normal karena

penuaan ini meningkatkan resiko dehidrasi (Audrey Berman et.al, 2009).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

26

Angka kecukupan air untuk usia di atas 50 tahun keatas menurut AKG,

tahun 2004 dalam Devi (2010) adalah 1,5-2 liter/hari.

Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal. Kolon

menggunakan banyak air untuk memecah makanan padat. Bahan sisa

metabolisme dalam saluran cerna akan membawa sejumlah air yang telah

digunakan untuk mencairkan makanan, dan hal ini tergantung pada

ketersediaan air di dalam tubuh. Air yang membawa sisa metabolisme

akan bertindak sebagai pelumas untuk membantu sisa metabolisme ini

bergerak di sepanjang kolon. Semakin tubuh membutuhkan air, semakin

besar usahanya untuk menyerap kembali air yang tersedia di dalam usus.

Proses ini memberikan tekanan besar pada sisa metabolisme agar airnya

dapat diabsorbsi kembali oleh mukosa atau dinding selaput dari kolon.

Dampaknya tinja menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses

yang keras (Guyton & Hall, 1996).

3) Aktivitas fisik

a. Pengertian aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi untuk

mengeluarkannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain

sebagainya (Darmojo & Martono, 2006).

b. Aktivitas fisik lansia

Lansia yang mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif

dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari

(Stanley, 2007). Lansia yang masih melakukan aktivitas fisik dapat

mempertahankan kualitas hidupnya agar tetap sehat. Adapun tipe-tipe

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

27

aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia untuk mempertahankan

tubuh yaitu :

1) Kemandirian (Self Efficacy)

Kemandirian seorang lansia akan menimbulkan keberanian lansia

dalam mobilisasi.

2) Latihan pertahanan (Resistance training)

Latihan pertahanan meliputi : kecepatan gerak sendi, luas lingkup

gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkan

karena pemendekan atau pemanjangan otot. Aktivitas fisik yang

bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot,

dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat tubuh mereka

bertenaga. Contoh berjalan, lari ringan, berkebun ataupun di sawah.

3) Daya tahan (Endurance)

Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan

pertahanan. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat

membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang

diterima, tulag tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta

membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit

osteoporosis. Contoh membawa belanjaan, naik turun tagga, dan

angkat berat atau beban.

4) Kelenturan

Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika lansia

melakukan mobilisasi karena pada lansia banyak terjadi

pembatasan luas lingkup gerak sendi akibat kekakuan otot dan

tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat

membatu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh

tetap lentur dan sendi berfungsi dengan baik. Contoh mencuci

piring, mencuci pakaian, mencuci mobil, dan mengepel lantai.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

28

5) Keseimbangan

Keseimbangan pada lansia harus diperhatikan karena gangguan

keseimbangan pada lansia saat mobilisasi dapat menyebabkan

lansia mudah terjatuh (Darmojo & Martono, 2006).

c. Kebutuhan Energi untuk Berbagai Aktivitas

Tabel 2.1 Kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas dan berat badan

(Almatsier, 2010) :

Aktivitas kkal/kg/jam Aktivitas kkal/kg/jam

Bersepeda (cepat)

Bersepeda (sedang)

Bertukang/kayu (berat)

Menyulam

Berdansa (cepat)

Berdansa (lambat)

Mencuci piring

Mengganti baju

Menyetir mobil

Makan

Mencuci pakaian

Tiduran

Mengupas kentang

Main pingpong

Menulis

Mengecat kursi

7,6

2,5

2,3

0,4

3,8

3,0

1,0

0,7

0,9

0,4

1,3

0,1

0,6

4,4

0,4

1,5

Main piano (sedang)

Membaca keras

Berlari

Menjahit, tangan

Menjahit mesin jahit tangan

Menjahit mesin jahit motor

Menyanyi, keras

Duduk diam

Berdiri tegap

Berdiri relaks

Menyapu lantai

Berenang 3 ½ km/jam

Mengetik, cepat

Berjalan 3 km/jam

Berjalan 6,8 km/jam (cepat)

Berjalan 10 km/jam (sangat

cepat)

1,4

0,4

7,0

0,4

0,6

0,4

0,8

0,4

0,6

0,5

1,4

7,9

1,0

2,0

3,4

9,3

Sumber : Guthrie, H.A, Introductory Nutrition, 1986, halm. 146.

Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan

berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut

diperlukan untuk membakar energi dari dalam tubuh.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

29

d. Manfaat aktivitas fisik

Manfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi lansia :

1) Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia

2) Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan

3) Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah

patah

4) Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau

mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot (Darmojo &

Martono, 2006).

e. Aktivitas fisik dan konstipasi

Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting untuk

kesehatan mental dan fisik semua lansia. Pada umumnya, para lansia

akan mengalami penurunan aktifitas fisik. Salah satu faktor

penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan

terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan

membatasi aktifitas yang menuntut ketangkasan fisik. Aktivitas fisik

juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik. Penurunan aktivitas

fisik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan gerak peristaltik dan

dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu

lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras.

Aktivitas fisik juga membantu seseorang untuk mempertahankan

tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis

dan diafragma sangat penting bagi defekasi (Asmadi, 2008).

4) Depresi

a. Pengertian

Depresi yaitu keadaan jiwa yang tertekan dan penurunan

fungsi kognitif hingga berpotensi menimbulkan bergagai kendala

(Noorkasiani, 2009).

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia

baik fungsi psikis mupun fungsi fisik, yang berkaitan dengan alam

perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

30

pola tidur dan nafsu makan, psikomotorik, konsentrasi, anhedonia,

kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri

(Ilmu kedokteran jiwa darurat, 2004).

b. Bentuk-bentuk Depresi

Gangguan depresi dibedakan dalam dua bentuk. Pertama adalah

bentuk gangguan depresi yang ditandai dengan episode depresi.

Bentuk depresi ini muncul dalam gejala-gejala seperti rasa sedih, tidak

berdaya, murung, munculnya perasaan bersalah dan berdosa, jika

depresinya semakin berat maka akan timbul perasaan putus asa diikuti

munculnya keinginan mati dan ide bunuh diri. Kedua berupa

gangguan depresi bipolar yang kadang disebut juga dengan gangguan

manic depresif, yang ditandai dengan perubahan drastis antara manic

dan depresi (Sulistyorini, 2005).

c. Menurut Noorkasiani (2009), faktor risiko depresi adalah :

1) Kehilangan/meninggal orang (objek) yang dicintai

2) Sikap pesimistik

3) Kecenderungan berasumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang

mengecewakan

4) Kehilangan integritas pribadi

5) Berpenyakit degeneratif kronis, tanpa dukungan sosial yang

adekuat : depresi dan penyakit kronik mungkin dapat terjadi secara

bersamaan karena adanya perubahan fisik yang dihubungkan

dengan penyakit yang merupakan penyebab dari depresi dan

individu akan menunjukkan reaksi psikologis.

d. Tingkat Depresi

Menurut Maslim (1996) dalam bukunya PPDGJ III, Tingkat Depresi

dapat dibedakan atas :

1) Tingkat Depresi Ringan : harus ada 2 gejala dari kelompok 1,

disertai minimal 2 gejala dari kelompok 2 (sedikit kesulitan dalam

melanjutkan pekerjaan, hubungan sosial dan kegiatan sehari-hari).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

31

2) Tingkat Depresi Sedang : harus ada 2 gejala dari kelompok 1,

disertai minimal 2 dari kelompok 2 dan hambatan psikososial

sedang dari kelompok 3.

3) Tingkat Depresi Berat : harus ada gejala dari kelompok 1, minimal

4 gejala dari kelompok 2 dan hambatan psikososial berat dari

kelompok 3 (tidak dapt melanjutkan kegiatan).

e. Tanda dan Gejala

Depresi merupakan sindrom kompleks yang manifestasinya

beragam, yang paling sering adalah berupa keluhan vegetatif

(insomnia), mengurus, konstipasi, serta dibarengi dengan penurunan

kondisi kesehatan, bahkan memikirkan ajal. Para lansia itu dapat

terlihat sedih, menangis, cemas, sensitif, atau paranoid.

f. Pengukuran Tingkat Depresi

Pengukuran tingkat depresi menggunakan instrument pertanyaan

yang dirancang oleh Yesavage, H.A. et al (1993), dikutip

Noorkasiani, dalam bukunya “Kesehatan Usia Lanjut dengan

Pendekatan Asuhan Keperawatan”. Merupakan skala pengukuran

depresi yang dapat digunakan sebagai instrument penyaringan di

Komunitas dan Klinik. Instrument ini terdiri dari 30 item pertanyaan,

dengan analisa hasil: nilai 6-15 adalah depresi ringan sampai sedang,

16-30 adalah depresi berat dan 0-5 adalah keadaan normal.

5) Penggunaan obat-obatan

Pengobatan kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan

ketergantungan obat. Pada dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki

kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak

pengobatan pun dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. Efek

ini timbul karena obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi proses

penyerapan zat gizi. Tidak jarang lansia harus mengkonsumsi obat-obatan

dalam waktu yang cukup lama. Banyak obat menyebabkan efek samping

konstipasi. Beberapa di antaranya seperti obat-obatan antikolinergik,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

32

antasida aluminium, golongan narkotik, golongan analgetik, antihipertensi

dan diuretik.

Obat antikolinergik mengurangi sekresi asam lambung dengan

menghambat aktivitas nervus vagus. Ini berakibat penurunan motilitas

gastrointestinal (efek antispasmodik). Obat antikolinergik yang umum

dipakai, misalnya Robinul, Pamine, Tyrimide, Monodral, Pro-Banthine.

Antasida dipakai untuk mengobati ulkus ventrikuli, ulkus duodeni,

dispepsia dan esofagitis. Garam aluminium dapat mengakibatkan

konstipasi. Contoh obat antasida aluminium yang umum dipakai seperti

Mylanta, Gastrogel, Aludox, Simeco, dan lain-lain.

Analgesik lemah mempengaruhi produksi substansi penyebab nyeri

pada tempat luka, dan meliputi aspirin dan salisilat, paracetamol, NSAID

(non-steroidal anti-inflammatory drugs), dan opiat lemah (kodein dan

dekstropropoksifen). Obat analgesik non-narkotika memberikan beberapa

efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping yang paling umum

terjadi adalah pada saluran pencernaan yaitu menghambat aktivitas

kontraktil dan melambatkan pengosongan lambung. NSAID yang umum

dipakai seperti Asam mefenamat (Ponstan, Mefic, Stanza), ibuprofen,

aspirin, naproksen, piroksikam, indometasin, dan lain sebagainya

(Tambayong, 2001).

Keburukan narkotik adalah depresi pernapasan, konstipasi,

toleransi dan ketergantungan bila sering digunakan. Alkaloid yang berasal

dari opium adalah morfin, codein, papaverine dan noscapin. Obat

golongan ini merangsang otot polos, berakibat spasme otot

gastrointestinal, saluran biliaris, dan saluran kemih. Selain itu mengurangi

motilitas usus dan mengakibatkan konstipasi. Pengobatan diuretik akan

mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga

mempengaruhi proses absorpsi di usus. Obat diuretik yang umum dipakai

misalnya Furosemide, Torsemide, Metolazone, Hydroflumethiazide,

Bendroflumethazide, dan lain sebagainya (Katzung, 2001).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

33

6) Gangguan metabolik

Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium dalam plasma.

Secara umum, gejala-gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan

tingkat kenaikan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi

eksitabilitas neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan

mioneural. Gejala-gejala seperti kelemahan muskular, inkoordinasi,

anoreksia, dan konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik

dan polos. Hipotiroid yaitu dimana produksi hormon pada kelenjar tiroid

mengalami penurunan sehingga kecepatan metabolisme tubuh terganggu,

sehingga ketika proses metabolisme makanan dalam tubuh terhambat

maka proses pengeluarannya pun juga lebih lambat (Smeltzer & Bare,

2001).

7) Kurang privasi untuk BAB

Kurang privasi untuk BAB, mengabaikan dorongan BAB dapat

menjadi stimulus psikologis bagi individu untuk menahan buang air besar

dan dapat menyebabkan konstipasi (Darmojo&Martono, 2006).

8) Obstruksi mekanik

Kanker kolon adalah tumor ganas yang berasal dari mukosa kolon.

Kanker yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan

pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan,

mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang

cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi (Darmojo&Martono,

2006).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

34

D. Kerangka Teori

Skema 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Dudek (1997, dalam Leueckenotte, 2000)

Lansia

Perubahan fisiologis

Perubahan sistem

gastrointestinal

Penurunan

peristaltik kolon

Konstipasi

Kurangnya privasi untuk BAB

Penggunaan obat-obatan

Depresi

Aktivitas fisik

Intake cairan

Asupan serat Gangguan metabolik

(hiperkalsemia, hipotiroid)

Obstruksi mekanik (Ca)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

35

E. Kerangka Konsep

Variabel Independent

Variabel Dependent

Skema 2.2 . Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah asupan serat,

intake cairan, aktivitas fisik, depresi.

2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kejadian

konstipasi pada lansia

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan asupan serat dengan kejadian konstipasi pada lansia di

RW II Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Semarang Timur Semarang.

2. Ada hubungan intake cairan dengan kejadian konstipasi pada lansia di

RW II Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Semarang Timur Semarang.

Kejadian konstipasi

pada lansia

2. Intake cairan

3. Aktivitas fisik

4. Depresi

1. Asupan serat

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani... · tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago

36

3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada lansia di

RW II Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Semarang Timur Semarang.

4. Ada hubungan depresi dengan kejadian konstipasi pada lansia di RW II

Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Semarang Timur Semarang.