bab ii tinjauan pustaka a. konsep game online pubg mobileeprints.umm.ac.id/55482/3/bab ii .pdf ·...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Game Online PUBG Mobile
1. Definisi game online PUBG Mobile
Player Unknown’s Battle Ground Mobile atau dapat disingkat
PUBG mobile adalah permainan berjenis battle royale, dimana para
pemain dapat bermain dengan 100 orang secara bersamaan dalam satu
kali permainan. Dalam permainan ini terdapaat 3 jenis permainan yang
pertama tipe solo yaitu pemain hanya bermain sendirian, kedua tipe duo
atau dalam satu tim terdapat dua orang pemain, dan yang terakhir
adalah tipe squad yang satu tim nya terdapat empat orang pemain. Di
dalam permainan ini dapat juga mengundang teman melalui kode
identitas maupun melalui sosial media yang sudah terhubung
(pubgmobile.com, 2017).
Player Unknown’s Battleground diawali dengan permainan
untuk versi PC (personal computer) yang dirilis di steam pada bulan
Maret 2017. Dalam kurun waktu hampir satu tahun, permainan ini
sudah membuat rekor baru, yaitu sekitar 877.844 pemain yang online
bersamaan pada tanggal 26 Agustus 2018 pada platform steam. Angka
rekor tersebut secara langsung mengalahkan rekor jumlah pemain pada
permainan dota 2 yang mecapai 842.919 pemain yang online dalam
waktu yang bersamaan (pubgmobile.com, 2017).
11
Untuk versi mobile player unknown’s battle ground dapat
diunduh di playstore pada smartphone versi android dan untuk di
smartphone ios dapat di unduh di app store. Untuk spesifikasi
smartphone untuk bermain permainan ini yaitu pada bagian internalnya
harus sudah memiliki penyimpanan sebesar 2Gb/16Gb (versi lite) dan
4Gb/64GB atau 6Gb/128Gb untuk versi asli (pubgmobile.com, 2017)
2. Dampak bermain game online
a. Kecanduan game online
Kecanduan game online atau salah satu jenis bentuk
kecanduan yang diakibatkan oleh teknologi internet yang lebih
khususnya dikenal dengan internet addictive disorder. Di suatu
penelitian disebutkan bahwa internet dapat menyebabkan
kecanduan atau juga biasa dikenal dengan computer game
addiction (berlebihan bermain game). Dari paparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa game online merupakan suatu bagian dari
internet yang sering di kunjungi dan di gemari pada pengguna
smartphone maupun PC (personal computer) yang dapat
mengakibatkan kecanduan yang memiliki intensitas yang sangat
tinggi (Pratiwi, 2012).
b. Mempengaruhi kecerdasan emosional
Menurut penelitian yang dilakukan kepada 201 mahasiswa
di Iran, mendapatkan hasil bahwa mahasiswa yang dikategorikan
sebagai pecandu game online memiliki tingkat kecerdasan
emosional yang berbeda dibandingkan dengan mahasiswa yang
12
tidak masuk kategori sebagai pecandu game online (Mesgarani dan
Shafiee, 2013).
c. Gangguan penglihatan (computer vision syndrome)
Bermain game online secara terus – menerus secara
berlebihan dapat menyebabkan ketegangan dan sakit pada bagian
mata, sakit kepala yang mengakibatkan pusing. Bila terlalu lama
berfokus pada layar komputer kemungkinan besar mengakibatkan
mual dan muntah (Pratiwi, 2012).
d. Menyebabkan gangguan muskuloskeletal
Dalam sebuah studi penelitian yang menggunakan
responden remaja pemain game komputer dan dikorelasikan dengan
gejala gangguan muskuloskeletal, mendapatkan hasil bahwa
penggunaan permainan game komputer dalam sehari dengan waktu
3 jam dapat meningkatkan risiko nyeri pada bagian punggung
bawah, tendinosis pada tangan dan pergelangan tangan (Pratiwi,
2012).
3. Durasi bermain game online
Untuk kategori durasi bermain game dibagi menjadi 4 kategori
yaitu ringan, sedang, sampai berat yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Jumlah jam bermain game dalam satu minggu (Ulfa,2017)
NO Kategori Frekuensi Presentase 1 2 – 10 jam 48 Ringan 2 11 – 20 jam 27 Rigan 3 21 – 30 jam 15 Sedang 4 > 31 jam 10 Berat
13
4. Risiko durasi bermain game online PUBG mobile terhadap de
quervain syndrome
Menurut sebuah penelitian yang membahas tentang SMS texting
didapatkan hasil bahwa banyak mengetik SMS dengan ibu jari pada
keyboard dapat menyebabkan orang berisiko terkena gejala penyakit
muskuloskeletal yaitu de quervain syndrome (I Pitutur, 2011).
Begitu halnya pada penelitian judul the ergonomic of text
messaging, mendapatkan hasil bahwa beberapa orang memiliki
kebiasaan mengetik teks hingga 40 kata permenit, tetapi mereka
merasakan nyeri dan rasa tidak nyaman pada ibu jari yang diakibatkan
oleh mengetik sms tersebut, dan rasa nyeri dan tidak nyaman pada ibu
jari tersebut merupakan salah satu gejala dari penyakit muskuloskeletal
yaitu de quervain syndrome (Miller , 2005).
Seseorang berisikio terkena de quervain syndrome apabila
memiliki kebiasaan atau menghabiskan waktu sms lebih dari 1 jam 35
menit. Sindrom de quervain diakibatkan oleh gerakan yang berulang
secara terus menerus yang menyebabkan traumatic repetition injury
pada otot beserta tendon pada bagian pergelangan tangan (William dan
Kennedy, 2011).
Gambar 2.1 Proses SMS texting (Sumber : Data Primer, 2019)
14
Menurut sebuah penelitian yang menggunakan responden remaja
pemain game komputer yang dikorelasikan dengan kasus gejala
muskuloskeletal, menghasilkan pendapat bahwa penggunaan game
computer dalam sehari dengan waktu 3 jam dapat meningkatkan risiko
kejadian musculoskeletal disorder (Pratiwi, 2012). Dari paparan
paragraf – paragraf tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
bermain game online PUBG mobile yang dominan menggunakan kedua
ibu jarinya untuk bermain permainan tersebut, apabila sudah kecanduan
bermain secara berlebihan juga dapat berisiko terkena gejala penyakit
muskuloskeletal yaitu kasus de quervain syndrome.
Gambar 2.2 Proses bermain PUBG mobile (Sumber : Data Primer, 2019)
B. Anatomi dan Biomekanik sendi wrist
Wirst memiliki 2 persendian yaitu distal radio ulna joint dan radio
carpal joint. Pada sendi ini dibentuk oleh 3 tulang yaitu radius, tulang
ulna dan tulang carpal. Biomekanika distal radio ulnar joint yang
berbindang konkaf pada radius dan konvek pada ulna menimbulkan
prinsip slide dan rolling yang bergerak searah. Untuk sendi radio carpal
yang dibentuk oleh tulang radius dan tulang carpal yang terdiri dari 8
15
tulang yang tersusun pada bagian proksimal (naviculare, lunatum,
triquetrum, pisiform) dan bagian distal (trapezium, capitatum, hamatum),
dan memiliki bidang sendi konvek pada radius dan konkaf pada tulang
carpal, hal tersebut menimbulkan gerakan arthrokinematik slide dan
rolling yang bergerak berlawanan (Puts dan Pabst, 2007).
Gambar 2.3 Tulang pembentuk wrist (Ansar dan Sudaryanto, 2011)
Pada tulang carpal terdapat sendi carpometacarpal yang berfungsi
untuk menghubungkan antara tulang carpal dengan metacarpal. Sendi
carpometacarpal I dibentuk oleh tulang trapezium dengan tulang
metacarpal I. Tulang metacarapal I terdiri dari tiga bagian yaitu basis
sebagai tempat insersio dari otot abductor pollicis longus, corpus dan
caput. Untuk biomekanika metacarapal I yang memiliki bidang sendi
konkav. Dan pada tulang trapezium memiliki bidang sendi konvek
menghasilkan gerak arthrokinematik konkaf bergerak ke bidang konvek
yang pada akhirnya menimbulkan prinsip arthrokinematik slide dan
rolling bergerak searah (Putz dan Pabst, 2007).
16
Pada pergelangan tangan terdapat enam otot extensor dan yang
berada pada bagian radial dorsal pergelangan tangan adalah otot extensor
pollicic brevis dan otot abductor pollicis longus, yang berfungsi untuk
penggerak pada ibu jari pada gerakan abduksi dan ekstensi ibu jari. Otot
tersebut berada di saluran osseofibrous dan dilapisi dengan synovium
(Brien, 2007).
Gambar 2.4 Otot pergelangan tangan (Puts dan Pabst, 2007)
Pada saat melakukan gerakan ekstensi phalang 1 otot yang berkerja
adalah otot extensor pollicis brevis yang berorigo di tulang permukaan
posterior radialis dan berinsertio pada facies posterior basis phalang
proksimal 1. Untuk gerakan abduksi pada phalang I otot yang bekerja
adalah otot abductor pollicis longus yang berorigo pada posterior corpus
radii dan ulna, dan otot ini berinsertio pada basis os metacarpal I. Otot ini
merupakan otot yang terletak pada bagian radial dorsum pada pergelangan
tangan (Puts dan Pabts, 2007).
17
Pada saat menggerakan ibu jari kearah ekstensi dan abduksi,
tendon abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis bergerak
beriringan ke arah sisi radial pergelangan tangan. Kemudian melewati
suatu terowongan yang terletak pada ujung distal tulang radius.
Terowongan ini berperan untuk membuat tendon – tendon tersebut tetap
pada tempatnya pada saat bekerja.
Gambar 2.5 Terowongan carpal (Ansar dan Sudaryanto, 2011)
Terowongan ini juga biasa disebut dengan tenosynovium, yang
berperan untuk mengarahkan kedua tendon agar dapat menggerakkan ibu
jari dengan mudah. Peradangan pada tenosynovium dan tendon disebut
dengan tenosynovitis. Pada kondisi de quervains syndrome gerakan tendon
yang berada pada terowongan tersebut menjadi mengerut atau terbatas
(Sugiri, 2009).
C. Nyeri
1. Definisi nyeri
Menurut international association for the study of pain’s
(2014) nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan beserta
pengalaman emosional terhadap terjadinya kerusakan pada jaringan.
World health association (2007) mendefisikan nyeri sebagai keadaan
18
serius yang mempengaruhi individu dalam kesehatan beserta kualitas
hidup.
2. Klasifikasi nyeri
a. Klasifikasi nyeri bedarsakan durasi
1) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi langsung setelah
terjadinya cedera, penyakit, proses bedah dan merupakan nyeri
yang berproses dengan cepat dengan intensitas dari sedang
sampai berat dengan durasi nyeri yang singkat (Andarmoyo,
2013).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan yang menetap
sepanjang suatu periode penyakit, nyeri kronik berlangsung
lama dengan intensitas yang bervariasi (Potter dan Perry,
2005).
b. Klasifikasi nyeri bedasarkan asal
1) Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan karena
sensivitas nosiseptor periver yang merupakan reseptor khusus
untuk menghantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang diakibatkan dari
cedera atau abnormalitas pada struktur saraf perifer maupun
sentral (Andarmoyo, 2013).
19
3. Teori nyeri (gate control teory)
Gate control teory adalah teori tentang impuls nyeri yang
dapat diatur oleh mekanisme pertahanan pada sepanjang sistem saraf
pusat. Teori tersebut menyimpulkan bahwa impuls nyeri dihantarkan
saat mekanisme pertahanan terbuka dan impuls dihambat saat
mekanisme pertahanan tertutup. Upaya tersebut merupakan dasar dari
teori gate control teory (Andarmoyo, 2013).
Keseimbangan aktivitas pada neuron sensori dan serabut
kontrol desenden dari otak berfungsi sebagai pengatur mekanisme
proses pertahanan. Neuron delta A dan C melepaskan substansi C dan
P untuk mentransmisi impuls nyeri melalui mekanisme pertahanan.
Untuk menghabat impuls nyeri dibutuhkan mecanoreseptor, yaitu
neuron beta A yang lebih tebal dan lebih cepat melepaskan
neurotransmitter penghambat (Andarmoyo, 2013)
Apabila impuls lebih dominan berasal dari serabut beta-A,
maka akan terjadi mekanisme penutupan pertahanan. Dapat
digambarkan apabila seorang perawat menggosok punggung pasien
dengan lembut akan menstilmulasi mecanoreseptor, apabila impuls
dominan berasal dari serabut delta A dan C , maka akan membuka
mekanisme pertahanan dan klien mulai merasakan nyeri (Andarmoyo,
2013).
Pada bagian otak terdapat pusat korteks yang dapat
memodifikasi nyeri, yaitu alur saraf desenden yang berfungsi dengan
melepaskan opiate endogen seperti endorfin dan dinorfin. Endorfin
20
dan dinorfin merupakan pembunuh nyeri alami yang berasal dari
tubuh yang bekerja dengan cara menghambat pelepasan substansi P
sehingga membuat mekanisme pertahanan tertutup. Terdapat beberapa
cara untuk melepaskan opiate endogen seperti dengan tehnik distraksi,
konseling dan pemberian plasebo merupakan cara yang umumnya
digunakan untuk melepaskan endorfin (Andarmoyo, 2013).
Subtansi gelatinosa (SG) yang berada di ujung dorsal serabut
saraf spinal cord berperan sebagai pintu gerbang (gating mechanism)
mekanisme gate control dapat diatur sehingga merubah sensasi impuls
nyeri sebelum sampai ke korteks serebri. Pengaturan impuls tersebut
dengan cara menutup gerbang pertahanan yang akan memblok impuls
nyeri sehingga tidak dapat sampai ke korteks serebri. Neuromodulator
dapat menutup mekanisme pintu gerbang dengan menghambat
pembentukan substansi P (Andarmoyo, 2013)
D. De Quervain Syndrome
1. Definisi
De quervain syndrome merupakan penyebab paling dominan
dari terjadinya kasus tendonophaty wrist. Pada kondisi tersebut dapat
diakibatkan oleh peradangan pada tenosynovium yang membungkus
tendon otot abductor policis longus dan extensor policis brevis. Tendon
– tendon tersebut berada di bawah retinaculum ekstensor pada dorsal
ibu jari di sepanjang prosesus styloideus radii (Peters dan Eathorne,
2005).
21
Gejala yang ditimbulkan oleh de quervain’s syndrome adalah
nyeri dan terjadi pembengkakan di sekitar area styloideus radii. Nyeri
terjadi pada saat gerakan ulnar deviasi wrist joint serta fleksi dengan
adduksi ibu jari. Nyeri dapat timbul akibat kelelahan dan lemahnya
kekuatan untuk menggenggam dan menjepit. Pada kondisi yang bersifat
kronik pembengkakan akan mulai terlihat (Peters dan Eathorne, 2005).
Gambar 2.6 De quervain’s syndrome (Peters dan Eathorne, 2005)
2. Epidemiologi
Pada suatu penelitian memperlihatkan rasio lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pada pria dengan perbandingan 8 : 1. Hal tersebut
dikarenakan pekerjaan rumah tangga yang menggunakan ibu jari dan
pergelangan tangan seperti mencuci, memeras pakaian dan
menggendong anak juga bisa dikaitkan dengan kondisi tersebut (Borg
dan Dugan, 2007).
De quervain’s syndrome juga banyak di temui pada ibu – ibu
yang sedang hamil. Edema jaringan lunak dan retensi cairan serta
22
regangan ligament pada saat kehamilan dapat mempengaruhi proses
inflamasi dan memberikan tekanan pada kompartemen dorsal pertama
(Fedorczyk, 2012). Dan prevalensi tertinggi dalam sebuah penelitian
terjadi di usia 30 – 55 tahun (Papa, 2012).
3. Etiologi
Penyebab utama dari terjadinya de quervain’s syndrome adalah
kontraksi aktif dari tendon otot dan trauma langsung. De quervain’s
syndrome lebih dominan terjadi pada wanita dibandingkan pria. Faktor
pekerjaan merupakan faktor yang kemungkinan besar dapat
menyebabkan kasus tendonopati tendon yang terjadi pada tiap individu.
Dan terdapat juga pemicu dari kondisi kasus tersebut seperti carpal
tunnel syndrome, trigger finger, lateral epicondilitis (David, 2006).
Penelitian dari David (2006) menemukan bahwa seseorang
beresiko terkena tendonopati apabila orang tersebut melakukan
pekerjaan yang berlebihan dan berulang – ulang selama 29 jam. Banyak
penyebab yang teridentifikasi pada kasus de quervain syndrome, dan
pada kasus tersebut lebih dominan diakibatkan karena hasil dari
aktivitas yang berlebihan dan berulang – ulang pada ibu jari (ekstensi
dan abduksi) (David, 2006).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya patologi pada kasus de quervain syndrome di
akibatkan oleh gerakan abduksi pada ibu jari yang dilakukan secara
berlebihan. Peregangan dari tendon extensor dan abductor yang
berulang – ulang diduga berakibat pada kejadian overuse dan friksi
23
pada selubung retinakular yang kaku, hal tersebut menyebabkan
terjadinya pembengkakan dan penyempitan di fibrosseus kanal.
(Clarke, 2007).
Proses kontraksi otot secara berulang dan static menyebabkan
spasme sehingga sirkulasi darah tidak beredar lancar. Hal tersebut
mengakibatkan penumpukan zat asam laktat dan zat-zat kimia,
penumpukan dari zat tersebut berakibat pada timbulnya impuls nyeri
pada ujung – ujung saraf sensorik yang menuju ke medulla spinalis,
selajutnya impuls tersebut bila sudah sampai di medulla spinalis akan
diinterprestasikan menjadi rasa nyeri. Nyeri yang diinterprestasikan
tersebut diakibatkan karena tenosynovitis. Pada fase akut,
pembengkakan pada tendon – tendon dapat terjadi karena manifestasi
dari tendovaginitis. Pada bagian radial tendovaginitis m abductor
pollicis longus biasa disebut dengan de quervain tenosynovitis dan pada
bagian ulnar dapat juga terjadi tendovagivitis pada m extensor carpi
ulnaris. Ada halnya apabila nyeri pada de quervain tenosynovitis juga
dapat diakibatkan oleh penekanan pada processus styloiditis radii
(Clarke, 2007).
Aktivitas gerakan dan pembebanan yang berulang dan berlebihan
dapat menimbulkan pergesekan, tekanan yang menyebabkan iskemia
pada daerah sendi carpometacarpal I. Hal tersebut berakibat pada
rupture otot dan peradangan yang akhirnya menimbulkan nyeri pada m
abductor pollicis longus dan m extensor pollicis brevis. Fase
peradangan ini juga diikuti dengan timbulnya oedema serta penurunan
24
lingkup gerak pada persendian yang disebabkan oleh nyeri (Clarke,
2007).
5. Tanda dan Gejala Klinis
Terdapat beberapa tanda dan gejala klinis yang dapat dianalisa
dari kasus de quervain’s syndrome, antara lain (Salter, 2008) :
a. Nyeri pada daerah ibu jari
b. Bengkak pada pergelangan tangan bagian ibu jari
c. Rasa tebal – tebal pada pergelangan tangan bagian ibu jari
diakibatkan karena tendon yang membengkak maupun penjepitan
pada saraf yang berada di selubung tendon
d. Penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak
e. Terdapat krepitasi pada saat ibu jari digerakan
f. Kekakuan pada ibu jari
g. Penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal 1
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Test spesifik (finkelstein test)
De quervain’s syndrome bisa didiagnosa cepat dengan
menggunakan tes finkelstein. Pertama klien diminta untuk
menggenggam ibu jarinya kemudian klien diminta untuk
menggerakkan pergelangan tangan ke arah ulnar deviasi, hal
tersebut menyebabkan teregangnya tendon m abductor pollicis
longus dan extensor pollicis brevis. Hasil positif didapat apabila
klien merasa nyeri yang dapat diindikasikan klien terkena kasus de
quervain’s syndrome (Discher, 2007).
25
Gambar 2.7 Tes Finkelstein’s (Discher, 2007)
7. Diagnosa Pembanding
a. Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel syndrome adalah sidrom yang terjadi akibat
adanya tekanan nerves medianus pada saat melalui terowongan
carpal di pergelangan tangan tepatnya di bawah fleksor retinaculum.
test spesifiknya yaitu tes phalen yang dilakuka dengan memfleksikan
kedua pergelangan tangan, kemudian saling menekan sekuatnya,
hasil positif apabila timbul rasa nyeri atau parastesia pada kawasan
n. Medianus (Haque, 2009)
b. Trigger Finger
Trigger finger adalah suatu kondisi pada jari terasa macet
ketika digerakan kearah fleksi dan ekstensi. Biasanya pada gerakan
fleksi dan ekstensi ini disertai dengan nyeri dan dalam kasus yang
lebih parah mungkin gerakan pada jari menjadi terkunci atau kaku.
Gejala yang dirasakan meliputi kekakuan pada jari dengan rasa nyeri
di dalam atau di sekitar tulang telapak tangan (Cutbush, 2010).