bab ii tinjauan pustaka a. kinerja karyawan 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/7434/3/iman...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja apabila dikaitkan dengan performance sebagai kata benda,
maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
bertentangan dengan moral dan etika (Mangkunegara, 2014).
Kinerja adalah merupakan perilaku yang nyata ditampilkan setiap
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan (Rivai 2004). Menurut Wirawan (2009), kinerja
adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikatorindikator
suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Menurut Simanjuntak (2005) kinerja Individu adalah tingkat
pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau
tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja adalah
suatu keadaan yang menunjukan kemampuan seorang karyawan dalam
menjalankan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh
organisasi kepada karyawan sesuai dengan job deskription (Sondang 2002).
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
14
Sementara itu menurut Harsuko (2011) kinerja adalah sejauh mana
seseorang telah memainkan bagiannya dalam melaksanakan strategi
organisasi, baik dalam mencapai sasaran khusus yang berhubungan dengan
peran perorangan dan atau dengan memperlihatkan kompetensi yang
dinyatakan relevan bagi organisasi.
Kinerja adalah keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam
mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan (Mulyadi, 2007). Kinerja karyawan tidak hanya
sekedar informasi untuk dapat dilakukannya promosi atau penetapan gaji bagi
perusahaan, akan tetapi bagaimana perusahaan dapat memotivasi karyawan
dan mengembangkan satu rencana untuk memperbaiki kemerosotan kinerja
dapat dihindari.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja karyawan merupakan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh karyawan. Kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
perusahaan untuk mencapai tujuannya.
2. Aspek-Aspek Kinerja
Terdapat beberapa macam unsur dalam penilaian sebuah kinerja
seseorang, menurut Hasibuan (2005) terdiri dari kesetiaan, prestasi kerja,
tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, kedisiplinan,
kepemimpinan dan kepribadian.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
15
1) Kesetiaan
Penilaian tekad dan kesanggupan menanti, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap
dan perilaku pegawai yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-hari.
2) Prestasi
Penilaian hasil kerja baik kualitas dan kuantitas yang dapat
dihasilkan oleh karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya. Umumnya, prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman dan kesanggupan pegawai dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
3) Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah sikap yang senantiasa menyelesaikan
tugas dengan penuh kesadaran, keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan
memberikan jawab serta menanggung akibatnya.
4) Prakarsa
Prakarsa adalah upaya, indakan mula-mula yang dimunculkan
oleh seseorang, inisiatif, atau ikhtiar. Prakarsa sangat diharapkan muncul
dalam kinerja seorang karyawan sebagai wujud pengabdian terhadap
pekerjaan.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
16
5) Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas pekerjaan serta kemampuan untuk tidak
menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6) Ketaatan
Kesanggupan seorang pegawai untuk menaati segala ketetapan
peraturan perundang-undangan serta peraturan dinas yang berlaku, serta
kesediaan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan
perusahaan.
7) Kedisiplinan
Penilaian disiplin dalam sejumlah pegawai memenuhi
peraturan-peraturan yang ada dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan
instruksi yang diberikan kepadanya. Disiplin dapat diartikan
melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dan para
pegawai baik persetujuan tertulis, lisan dan berupa peraturan dan
kebiasaan.
8) Kerjasama
Penilaian kesediaan bekerjasama dengan karyawan lain secara
vertikal dan horisontal dalam melaksanakan pekerjaannya, atau tugas
yang ditentukan sehingga pekerjaannya semakin baik.
9) Kepemimpinan
Menilai kesanggupan pegawai untuk memimpin, berpengaruh,
mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat
memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
17
10) Kepribadian
Menilai pegawai dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai
memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta
berpenampilan simpatik dan wajar. Dinilai dari kemampuan untuk
berpikir orisinil dan berdasarkan dari inistiatif untuk menganalisa,
menilai, menciptakan, memberi alasan, mendapatkan kesimpulan dan
membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapi.
3. Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja ada 3 jenis dasar menurut Schuler dan Jackson yang
dikutip oleh Harsuko (2011) dalam bukunya, yaitu:
1) Kriteria berdasarkan sifat
Memusatkan diri pada karakteristik pribadi seseorang karyawan.
Loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan
memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses
penilaian. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada bagaimana seseorang,
bukan apa yang dicapai atau tidak dicapai seseorang dalam pekerjaannya.
2) Kriteria berdasarkan perilaku
Terfokus pada bagaimana perkerjaan dilaksanakan. Kriteria
semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan
antar personal.
3) Kriteria berdasarkan hasil
Kriteria ini semakin populer dengan makin ditekannya
produktivitas dan daya saing internasional. Kriteria ini berfokus pada apa
yang telah dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dicapai
atau dihasilkan.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
18
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja seorang karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor, Iqbal
(2015) menyatakan performance of employees is affected by different factors
at work place. Job performance assesses indicates the effectiveness of
employee’s specific actions that contribute to attain organizational goals.
Tohardi (2002) berpendapat bahwa terdapat berbagai macam faktor
yang mempengaruhi kinerja yaitu :
1) Sikap mental
Berupa motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja
2) Pendidikan
Umumnya orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan
mempunyai wawasan yang lebih luas, terutama penghayatan akan arti
produktivitas.
3) Ketrampilan
Pada aspek tertentu pegawai akan semakin terampil melalui pelatihan,
sehingga akan mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan
baik. Pegawai akan lebih terampil apabila kecakapan (ability) dan
pengalaman (experience) yang cukup.
4) Manajemen, sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola
ataupun memimpin serta mengendalikan bawahannya. Manajemen yang
tepat akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat
mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
19
5) Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Dengan menerapkan Hubungan Industrial Pancasila (HIP) akan
menciptakan ketenagaan kerja, memberikan motivasi, menciptakan
hubungan kerja yang serasi dan dinamis, serta menciptakan harkat dan
martabat pegawai.
6) Tingkat penghasilan
Apabila penghasilan memadai maka dapat menimbulkan konsetrasi kerja
dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kinerja.
7) Gizi dan kesehatan
Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat,
maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang
tinggi maka akan dapat meningkatkan kinerjanya.
8) Jaminan sosial
Organisasi memberikan jaminan sosial kepada pegawainya dengan
maksud untuk meningkatkan pengabdian, semangat kerja dan mendorong
pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan kinerjanya.
9) Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai senang
bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan kinerja.
10) Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
20
11) Teknologi
Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya, maka
akan memungkinkan tepat waktu dalam menyelesaikan proses produksi,
jumlah produksi lebih banyak dan bermutu, memperkecil terjadinya
pemborosan bahan. Dengan memperhatikan hal tersebut maka penerapan
teknologi dapat meningkatkan kinerja.
Simanjuntak (Sadarmayanti, 2001) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap kinerja adalah pendidikan
dan latihan, keterampilan, disiplin kerja, sikap dan etika kerja, motivasi,
gaji dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan
iklim kerja, hubungan individual, teknologi, sarana produksi, menejemen,
kesempatan berprestasi dan kebijakan Pemerintah secara keseluruhan.
Gibson, Ivancevich dan Donelly (1996) secara lebih komprehensif
mengemukakn adanya tiga kelompok variabel sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi, yaitu:
1) Variabel individu, meliputi:
(a) Kemampuan/ keterampilan fisik
(b) Latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman)
(c) Demografi (umur, asal usul dan jenis kelamin)
2) Variabel organisasi, meliputi:
(a) Sumber daya
(b) Kepemimpinan
(c) Imbalan
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
21
(d) Struktur dan desain pekerjaan
3) Variabel individu (psikologi), meliputi:
(a) Mental/ intelektual
(b) Persepsi
(c) Sikap
(d) Kepribadian
(e) Belajar
(f) Motivasi
Dari berbagai pendapat ahli tersebut, maka sesuai dengan
penelitian ini, maka kinerja karyawan secara umum dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu variabel organisasi dan individual. Dari uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SDM
pada dasarnya terdiri dari dua faktor, yaitu dari faktor internal diri
karyawan seperti kemampuan, keahlian, motivasi, dan kepribadian.
Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, baik yang berasal dari internal
organisiasi itu sediri seperti kepemimpinan, iklim organisasi, dan lainnya,
maupun dari eksternal organisasi seperti krisis ekonomi dan inflasi
5. Pengukuran Kinerja
Menurut Sutrisno (2009) pengukuran kinerja diarahkan pada enam
aspek yaitu:
1) Hasil kerja: tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan
sejauh mana pengawasan dilakukan.
2) Pengetahuan pekerjaan: tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas
pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan
kualitas dari hasil kerja,
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
22
3) Inisiatif: tingkat inisiatif selama menjalankan tugas pekerjaan khususnya
dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul.
4) Kecakapan mental: tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima
instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja
yang ada.
5) Sikap: tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan
tugas pekerjaan.
6) Disiplin waktu dan absensi: tingkat ketepatan waktu dan tingkat
kehadiran.
6. Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Dessler (2010) terdapat enam komponen indikator kinerja
karyawan yaitu:
1) Kualitas kerja adalah akurasi, ketelitian, tingkat dapat diterimanya
pekerjaan yang dilakukan.
2) Produktivitas adalah kuantitas dan efisiensi kerja yang dihasilkan
pekerjaan dalam periode waktu tertntu.
3) Pengetahuan mengenai pekerjaan adalah keahlian praktis dan teknik serta
informasi yang digunakan dalam pekerjaan.
4) Kepercayaan adalah tingkatan dimana karyawan dapat dipercaya
berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan dan tindak lanjutnya.
5) Ketersediaan adalah tingkatan dimana karyawan tepat waktu,
mengobservasi penentuan waktu istirahat/jam makan, dan keseluruhan
catatan kehadiran.
6) Kebebasan adalah sejauhmana pekerjaan bisa dilakukan sendiri dengan
atau tanpa pengawasan Supervisor.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
23
B. Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi sebagai suatu kekuatan atau tenaga atau daya atau suatu
keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk begerak
ke arah tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 1996).
Sedangkan Menurut Moorhead dan Griffin (2013), saat ini, secara virtual
semua orang praktisi dan sarjana punya definisi motivasi tersendiri. Biasanya
kata-kata berikut ini dimasukkan dalam definisi: hasrat, keinginan, harapan,
tujuan, sasaran, kebutuhan, dorongan, motivasi, dan insentif.
Kerja memiliki arti melakukan suatu pekerjaan atau berbuat sesuatu
yang digunakan untuk mencari nafkah (Badudu dan Zain, 1994). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa bekerja mempunyai arti
melakukan suatu pekerjaan atau berbuat sesuatu. Bekerja tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi saja, melainkan juga untuk menerapkan
keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko (dalam Gibson, 1996) bahwa
motivasi kerja diartikan sebagai keadaan dalam diri individu yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan diwujudkan dalam
satu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan..
Motivasi dalam bekerja sangat penting bagi tinggi rendahnya
produktivitas sebuah organisasi. Tanpa adanya motivasi dari para pegawai
untuk bekerja, maka tujuan perusahaan yang telah ditetapkan tidak akan
tercapai. Adanya motivasi atau suatu dorongan, diharapkan membuat
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
24
karyawan akan berusaha untuk meningkatkan semangatnya dalam bekerja.
Saleem et al (2010) menggambarkan motivasi sebagai tenaga penggerak yang
membuat seseorang memiliki keinginan untuk melakukan yang terbaik dari
apa yang mereka lakukan.
Motivasi kerja menurut Franco dkk. (dalam Harsuko 2011), adalah
derajad kerelaan individu dalam menggunakan dan memelihara upaya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Motivasi merupakan proses yang berhubungan
dengan psikologi yang mempengaruhi alokasi pekerja terhadap sumber daya
yang dimilki untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Drucker (Anoraga, 2009) berpendapat bahwa motivasi
berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang. Dan motivasi
dasar inilah yang mereka usahakan sendiri untuk menggabungkan dirinya
dengan organisasi untuk turut berperan dengan baik. Oleh karena itu,
motivasi kerja dalam psikologi biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat
dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar
kecilnya prestasinya (Anoraga, 2009).
2. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Gibson dan Donnelly (1996) ada dua jenis motivasi, yaitu:
1) Motivasi Positif
Manager memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah
kepada mereka yang berprestasi baik. Motivasi positif ini diharapkan
dapat meningkatkan semangat kerja sehingga kinerja karyawan menjadi
optimal.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
25
2) Motivasi Negatif
Manager memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman
kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah).
Penerapan motivasi negatif dalam jangka pendek dapat membuat
semangat kerja karyawan meningkat, karena mereka takut dihukum,
tetapi dalam jangka waktu panjang akan berakibat kurang baik.
3. Aspek-Aspek Motivasi
Motivasi merupakan sebuah masalah kompleks dalam organisasi,
karena kebutuhan dan keinginan setiap karyawan dalam perusahaan berbeda
satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu
perusahaan adalah unik secara biologis maupun psikologis dan berkembang
atas dasar proses belajar yang berbeda pula. Dengan pemahaman tersebut
maka dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam motivasi kerja
(Rivai, 2004) yakni:
1) Cenderung bertanggung jawab
2) Senang membahas kasus yang menantang
3) Menginginkan prestasi yang lebih baik
4) Suka memecahkan masalah
5) Senang berkompetensi untuk mencapai hasil yang optimal
6) Senang membahas kasus-kaus sulit
7) Melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibanding dengan
orang lain
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
26
Aspek-aspek motivasi menutut Purwanto (2002) terdiri dari 3 aspek
motivasi kerja, yaitu:
1) Menggerakan: menimbulkan kekuatan, memimpin individu untuk
bertindak dengan cara tertentu.
2) Mengarahkan dan menyalurkan tingkah laku: motivasi menyediakan
suatu orientasi tujuan.
3) Menjaga dan menopang tingkah laku: diperlukan juga dukungan dari
lingkungan sekitar selain kekuatan dari individu.
Mengutip pendapat dari Jurgensen dalam Robbins (1996) yang
mengadakan penelitian di Minneapolis Gas Light Company menemukan
beberapa aspek yang mendasari timbulnya motivasi kerja, yaitu:
1) Securty (rasa aman)
Rasa aman atau securty adalah dapat melakukan pekerjaannya
tanpa dibebani resiko yang dapat membahayakan diri karyawan. Adanya
perasaan aman merupakan sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang,
terutama pada saat ia sedang melaksanakan tugas yang merupakan
tumpuan hidupnya. Perasaan yang aman ini meliputi pengertian yang
luas, dimana di dalamnya termasuk rasa aman ditinjau dari kecelakaan
kerja, rasa aman dari kelanjutan hubungan kerja atau sewaktu-waktu
terkena PHK yang tidak dikehendaki.
2) Advancement (kesempatan untuk maju)
Adalah kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi
dari kedudukan sebelumnya. Setiap orang selalu menginginkan adanya
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
27
perkembangan dari usaha yang telah dilakukannya. Dengan adanya
kesempatan untuk maju itu, maka keinginan untuk berkembang tersebut
dapat terpenuhi.
3) Company (nama baik tempat kerja)
Nama baik tempat kerja adalah tempat dimana karyawan itu
bekerja sudah terkenal dan memiliki nama baik di masyarakat. Adanya
kebanggan pada tempat dimana seseorang bekerja itu akan memberikan
keyakinan dan semangat pada dirinya untuk melakukan aktivitas kerjanya
dengan baik.
4) Co-workers (teman sekerja)
Yaitu teman kerja yang dapat bekerja sama dan berteman dengan
baik. Kerja sama dan rasa saling menghargai sesama rekan sekerja akan
memberikan perasaan tenang dan membutuhkan persatuan dan keakraban
yang dapat memperlancar aktivitas kerja.
5) Type of work (jenis pekerjaan)
Jenis pekerjaan yang dimaksud yaitu kesesuaian pekerjaan yang
ditangani dengan keinginan karyawan itu sendiri. Maksudnya disini
adalah adanya kesesuaian antara keinginan dan kemampuan karyawan
tersebut pada tugas yang diberikan, sehingga ia dapat bekerja dengan
baik.
6) Pay (gaji)
Gaji yang diterima cukup baik dan pantas bagi dirinya menurut
ukurannya sendiri. Hal ini merupakan kebutuhan hidup yang paling
mendasar dan merupakan faktor pertama bagi kelangsungan hidup
manusia. Dengan dirasakan adanya gaji yang cukup baik, maka
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
28
diharapkan aktivitas kerja karyawan ini tidak terhambat oleh
pemikiran-pemikiran bagaimana menghidupi dirinya sendiri dan
keluarganya.
7) Supervisor (atasan) yang menyenangkan
Atasan yang menyenangkan adalah atasan yang dapat
membimbing sekaligus disukai oleh bawahannya. Sikap keteladanan yang
ditunjukkan oleh atasan kepada bawahan merupakan suatu contoh dan
dapat memberikan ketenangan dan tuntunan bagi karyawan dalam
bekerja.
8) Hours (jam kerja)
Kebosanan dan kelelahan yang ditimbulkan akibat terlalu lamanya
jam kerja, dapat menyebabkan perasaan jenuh dan malas, sehingga dapat
menurunkan gairah kerja karyawan.
9) Working condition (keadaan tempat kerja) yang baik
Keadaan tempat kerja yang baik misalnya dengan adanya
kebersihan, pergantian udara dan suhu ruangan kerja dalam kondisi baik.
10) Benefit (fasilitas-fasilitas lain) yang disediakan
Fasilitas yang dimaksud adalah tersedianya fasilitas-fasilitas lain
yang terdapat di tempat kerja seperti asuransi kesehatan, transportasi,
pengobatan gratis, perumahan dan lain-lain. Tersedianya fasilitas ini
semakin memberikan keyakinan bagi karyawan bahwa hidupnya tidak
akan disia-siakan dan menjadi terlantar, sehingga keadaan ini dapat
menambah kegairahan dalam bekerja.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
29
4. Indikator Motivasi
Menurut Sastrohadiwiryo (2003) komponen indikator motivasi adalah
sebagai berikut:
1) Kinerja
a) Keinginan seseorang untuk bekerja.
b) Kebutuhan dapat mendorongnya mencapai sasaran.
2) Penghargaan
a) Penghargaan atau pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai
seseorang akan menjadi perangsang yang kuat.
b) Kepuasan batin karyawan karena telah berhasil menyelesaikan
pekerjaannya.
3) Tantangan
a) adanya tantangan merupakan perangsang yang kuat bagi manusia
untuk mengatasinya.
b) Penyelesaian masalah yang dihadapi karyawan.
4) Tanggung jawab
a) Adanya rasa memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa
bertanggung jawab.
b) Rasa tanggung jawab dapat memicu karyawan dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
5) Keterlibatan
a) Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan dapat
disebut dengan “kotak saran” yang dijadikan masukan untuk
manajemen perusahaan, merupakan perangsang yang kuat untuk
karyawan.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
30
b) Saling menghargai antar karyawan merupakan cara untuk
bersosialisasi di lingkungan kerja.
6) Pengembangan
a) Adaptasi karyawan di lingkungan kerja.
b) Tingkatan partisipasi karyawan dalam memberikan inovasi pada
perusahaan.
c) Sikap saling bekerja sama antar karyawan
7) Kesempatan
a) kesempatan untuk maju dalam jenjang karir yang terbuka.
b) Harapan kerja yang lebih baik.
5. Ciri-Ciri Motivasi Kerja
Robbins (1996) mengutip dari Ghiselli dan Brown mengemukakan
ciri-ciri motivasi itu sendiri adalah :
1) Motivasi adalah kompleks
Pengaruh motivasi pada perilaku memiliki hubungan yang sangat
kompleks dan sukar untuk dipisahkan. Interaksi anatara beberapa motif,
kondisi kerja dan beberapa aspek lingkungan sosial jauh lebih penting
dalam mempengaruhi perilaku kerja dari pada beberapa motif tunggal,
lingkungan atau kondisi sosial kerja.
2) Beberapa motivasi tidak disadari oleh individu
Individu sering melakukan perilaku yang tidak disadari oleh
dirinya sendiri. Dalam beberapa hal individu kadang tidak menyadari
kenapa dan untuk apa sesungguhnya melakukan suatu pekerjaan.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
31
3) Motivasi dapat berubah
Motivasi dapat berubah dari waktu ke waktu walaupun perilaku
sama. Motivasi individu dapat berubah sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikis, intelektual, emosi dan pekerjaan.
4) Motivasi berbeda-beda tiap individu
Beberapa individu dapat melakukan pekerjaan yang sama tetapi
berbeda motivasi yang mendasari perilakunya, dapat juga melakukan
pekerjaan yang tidak sama dengan motivasi yang sama. Motivasi timbul
karena pengalaman individu. Perbedaan pengalaman dapat menyebabkan
perbedaan motivasi.
5) Motivasi adalah majemuk
Banyak faktor yang mempengaruhi karyawan dalam bekerja selain
faktor uang. Karyawan yang bekerja dengan giat tidak hanya karena ingin
upah yang tinggi tetapi juga ingin naik pangkat, rasa aman, dan
lain-lainnya.
6. Dimensi-dimensi Motivasi Kerja
Menurut Uno (2009), dimensi dan indikator motivasi kerja dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Motivasi internal
a) Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
b) Melaksanakan tugas dengan target yang jelas
c) Memiliki tujuan yang jelas dan menantang
d) Ada umpan balik atas hasil pekerjannya
e) Memiliki rasa senang dalam bekerja
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
32
f) Selalu berusaha mengungguli orang lain
g) Diutamakan prestasi dari apa yang dikerjakan.
2) Motivasi eksternal
a) Selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya.
b) Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya.
c) Bekerja dengan ingin memperoleh insentif.
d) Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan
atasan.
Menurut Herzberg (dalam Ivancevich, dkk, 2006) terdapat
serangkaian kondisi intrinsik yang dapat membentuk motivasi yang kuat
sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kondisi ini disebut faktor
motivator. Termasuk ke dalam faktor motivator adalah:
1) Prestasi
Aspek ini berhubungan dengan usaha yang dilakukan seseorang untuk
mencapai prestasi kerja yang optimal.
2) Tanggung jawab
Aspek ini meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tanggung jawab dan
otoritas pada karyawan
3) Kemajuan
Aspek ini berhubungan dengan kesempatan karyawan untuk dapat maju
dalam pekerjaannya.
4) Pekerjaan itu sendiri
Aspek ini berhubungan dengan tantangan yang dirasakan karyawan dari
pekerjaannya.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
33
5) Penghargaan
Aspek ini berhubungan dengan pengakuan atau penghargaan yang
diberikan kepada karyawan atas kinerjanya.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Simon Devung (1989), motivasi timbul karena dua faktor,
yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri (faktor intern atau individual) dan
dorongan yang berasal dari luar diri manusia (faktor eksternal). Faktor
internal yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
adalah:
a. Minat
Seseorang akan merasakan dorongan untuk melakukan suatu
kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan
minatnya.
b. Sikap positif
Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu kegiatan
dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan
sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha
melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi
kebutuhannya.
Sedangkan faktor eksternal menurut F. Harzberg (Simon Devung,
1989) terdapat dua faktor utama di dalam organisasi yang membuat karyawan
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
34
merasa puas terhadap pekerjaan yang dilakukan dan kepuasan tersebut akan
mendorong mereka untuk bekerja lebih baik. Kedua faktor tersebut antara
lain:
1) Motivator
Motivator adalah prestasi kerja, penghargaan, tanggung jawab
yang diberikan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan pekerjaannya
itu sendiri.
2) Faktor kesehatan kerja
Faktor kesehatan kerja merupakan kebijakan dan adminsitrasi
perusahaan yang baik, supervisi teknisi yang memadai, gaji yang
memuaskan, kondisi kerja yang baik dan keselamatan kerja.
Tella (2007) menyebutkan yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah dengan strategi sebagai
berikut:
1) Salary, Wages and Conditions of Service
2) Money
3) Staff Training
4) Information Availability and Communication
Menurut Luthans (2006) elemen-elemen yang mempengaruhi
motivasi adalah :
1) Motivasi motivational adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya
Intrinsik yang bersumber dari dalam diri seseorang. Tergolong faktor
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
35
motivational adalah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan untuk berkembang, kemajuan dalam karir dan pengakuan
orang lain.
2) Motivasi higiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya
ekstrinsik yang bersumber dari luar diri seseorang. Faktor-faktor tersebut
meliputi status seseorang dalam organisasi, hubungan pegawai dengan
atasan, hubungan dengan rekan kerja, kebijaksanaan organisasi, sistem
administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang
berlaku.
C. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala
yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk lebih efisiensi di
dalam pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan
perusahaan agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi.
Akibat adanya stres kerja, karyawan menjadi nervous, merasakan kecemasan
yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan kondisi
fisik individu.
Menurut Caplin (2004) dalam kamus psikologi, mendefinisikan stres
sebagai keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. stres adalah
penderitaan jasmani, mental atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
36
suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu.
Semakin besar suatu perusahaan maka makin banyak karyawan yang bekerja
sehingga besar kemungkinan timbul permasalahan yang lebih banyak di
dalamnya dan permasalahan manusianya (Pace & Faules (1998).
Banyak sedikit permasalahan manusia tergantung pada kemajemukan
masyarakat dimana para karyawan berasal, makin maju suatu masyarakat
maka semakin banyak permasalahan. Makin tinggi kesadaran karyawan akan
hak-haknya, makin banyak permasalahan yang muncul. Makin beragam nilai
yang dianut para karyawannya, makin banyak konflik yang berkembang.
Salah satu dari permasalahan tersebut adalah munculnya stres kerja pada
karyawan.
Menurut Fahmi (2014) mendefiniskan stres sebagai suatu keadaan
yang menekan diri dan jiwa seseorang di luar batas kemampuannya, sehingga
jika terus dibiarkan tanpa ada solusi maka akan berdampak pada
kesehatannya. Stres tidak timbul begitu saja namun sebab-sebab stres timbul
umumnya diikuti oleh faktor peristiwa yang mempengaruhi kejiwaan
seseorang, dan peristiwa itu terjadi diluar dari kemampuannya sehingga
kondisi tersebut telah menekan jiwanya.
Stres merupakan suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang
dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang. Kita sering
mendengar bahwa stress merupakan akibat negatif dari kehidupan modern.
Orang-orang merasa stress karena terlalu banyak pekerjaan, ketidakpahaman
terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu berat atau karena mengikuti
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
37
perkembangan zaman (Sopiah, 2008). Stress kerja adalah perasaan yang
menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaan.
Stres pekerjaan dapat diartikan sebagai tekanan yang dirasakan
karyawan karena tugas-tugas pekerjaan tidak dapat mereka penuhi. Menurut
Saam dan Wahyuni (2012) stres kerja adalah ketidak mampuan individu
dalam memenuhi tuntutan-tuntutan pekerjaannya sehingga ia merasa tidak
nyaman dan tidak senang. Menurut Veithzal (2004) stres kerja adalah suatu
kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan
psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang
karyawan dimana tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan
dimana karyawan tersebut berada.
Stres kerja menurut Selye adalah merupakan suatu konsep yang selalu
berubah-ubah dan terjadi jika permintaan semakin banyak yang menimbulkan
munculnya potensi stres kerja dan peluang dalam menghadapi ketegangan
akan bertambah pula (Munandar, 2012). High work-stress will be related to:
greater psychological stress, anxiety, depression, fatigue, and turnover
intentions, and less job satisfaction (Thorsteinsson, 2014: 3). Sedangkan stres
kerja menurut Caplan et, al dalam Wijono (2010) mengacu pada semua
karakteristik pekerjaan yang memungkinkan memberi ancaman pada individu
tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan terjadinya stress kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara fisik dan psikis yang dapat
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
38
mempengaruhi proses dan kondisi karyawan, sehingga orang yang
mengalami stress kerja menjadi nervous. Stres yang tidak diatasi dengan baik
biasanya akan berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara
positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun
diluarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai
gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerja.
2. Penyebab-Penyebab Stres
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stresor.
Penyebab stres menurut Gibson dkk (1995) yaitu stresor lingkungan fisik,
stresor individual, stresor kelompok dan stresor organisasional.
Menurut Suprihanto (2003) penyebab stres diantaranya adalah sebagai
berikut, yaitu:
1) Penyebab fisik
Meliputi kebisingan, kelelahan, penggeseran kerja, jetlag, suhu dan
kelembapan.
2) Beban kerja.
Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam
diri seseorang sehingga menimbulkan stres.
3) Sifat pekerjaan
Meliputi: situasi baru dan asing, ancaman pribadi, percepatan, ambiguitas
dan umpan balik.
4) Kebebasan.
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal
yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
39
kebebasan membuat mereka merasakan ketidakpastian dan
ketidakmampuan dalam bertindak. Hal ini dapat menjadi sumber stres
bagi seseorang.
5) Kesulitan-kesulitan yang dialami di rumah
Seperti masalah keuangan dan cekcok suami istri dapat mempengaruhi
prestasi seseorang. Hal-hal seperti ini dapat merupakan sumber stres bagi
seseorang.
Menurut Cooper (dalam Rice, 1999) terdapat 5 sumber stres yaitu:
1) Kondisi Pekerjaan
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah
jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya motivasi
kerja yang berakibat kepada produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika
ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu
besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Selain itu, faktor
yang mempengaruhi kondisi kerja (hal-hal yang mungkin terjadi di
lapangan) salah satunya adalah beban kerja yang berlebihan, jadwal
bekerja, dan bahaya fisik.
2) Ada sebuah penelitian tentang stres kerja bahwa sebagian besar karyawan
yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang kurang memiliki
struktur yang jelas, mengalami stres karena konflik peran. Mereka stres
karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang
diharapkan oleh manajemen. Kenyataan seperti ini mungkin banyak
dialami oleh pekerja di Indonesia, dimana perusahaan atau organisasi
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
40
tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang
sering kali tidak dikomunikasikan pada seluruh karyawannya., akibatnya
sering muncul rasa ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi
hingga akhirnya timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Selain
itu faktor yang dapat menimbulkan stres adalah adanya bias dalam
membedakan gender dan stereotype peran gender, dan pelecehan seksual.
3) Faktor Interpersonal Stres
Faktor interperaonal stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh
mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Faktor yang
mempengaruhi faktor interpersonal yaitu hasil kerja dan sistem dukungan
social yang buruk, persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan,
kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan.
4) Perkembangan Karir
Setiap orang tentu punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di sebuah
perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir, menjadi
fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada
kenyataannya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan
karir yang baik seringkali tidak terlaksana. Alasannya bisa
bermacam-macam seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan
penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan,
atau karena sudah “mentok” yaitu tidak ada kesempatan lagi untuk naik
jabatan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan karir yaitu promosi ke
jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya, promosi ke jabatan yang
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
41
lebih tinggi dari kemampuannya, ambisi yang berlebihan sehingga
mengakibatkan frustasi.
5) Struktur Organisasi
Gambaran perusahaan Asia dewasa ini diwarnai oleh kurangnya struktur
organisasi yang jelas. Salah satu sebabnya karena perusahaan di Asia
termasuk Indonesia, masih banyak yang berbentuk family business.
Kebanyakan family business dan bisnis-bisnis lain di Indonesia masih
sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim akan
kejelasan struktur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan
tanggungjawab..
Selain itu, stres karyawan juga dapat disebabkan masalah dari luar
perusahaan. Penyebab stres off the job antara lain:
1) Kekhawatiran finansial
2) Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3) Masalah-masalah fisik
4) Masalah-masalah perkawinan
5) Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
6) Masalah-masalah pribadi lainnya
3. Aspek-Aspek Stres Kerja
Robbins (1995) membagi gejala stres menjadi 3, yaitu gejala
fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku. Gejala-gejala stres kerja
dapat menjadi acuan untuk mengindikasikan apakah seorang karyawan
mengalami stres kerja. Adapun aspek-aspek stres kerja, yaitu:
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
42
1) Aspek fisiologis.
Meliputi: perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak
jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit
kepala dan menimbulkan serangan jantung.
2) Aspek psikologis.
Meliputi: ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan, ketegangan,
kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda.
3) Aspek perilaku
Mencakup perubahan dalam produktifitas, absensi dan tingkat keluarnya
karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, gelisah dan gangguan
tidur.
4. Jenis Stres
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua
yaitu:
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti penyakit kardiovaskular
dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
43
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres
Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) faktor-faktor di pekerjaan
yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan
ke dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrisik dalam pekerjaan,
peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan,
serta struktur dan iklim organisasi.
1) Faktor intrinsik dalam pekerjaan
Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tututan tugas.
Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas
mencakup: kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan
bahaya.
2) Peran dalam organisasi
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi,
artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus
dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang
diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu
berhasil memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah.Kurang baik
berfungsinya peran dan ketidakjelasan peran (role ambiguity).
3) Pengembangan karir
Pengembangan karir merupakan pembangkit stress potensial yang
mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang
kurang.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
44
4) Hubungan dalam pekerjaan
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan
masalah dalam organisasi.
5) Struktur dan iklim organisasi
Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada sejauh
mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan setia pada dukungan sosial.
Kurangnya peran setia atau partisipasi dalam pengambilan keputusan
berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan
peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas,
dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.
6. Penyebab Stres Kerja
Bentuk yang paling nyata stres kerja meliputi “empat S”, perubahan
organisasi, tingkat kecepatan kerja, lingkungan fisik, pekerja yang rentan
terhadap stres (Schuler, 1999)
1) Empat S Penyebab umum stres bagi hanya pekerja adalah Supervisor
(atasan), salary (gaji), securty (keamanan) dan safety (keselamatan).
Aturan-aturan kerja yang sempit dan tekanan yang tiada henti untuk
mencapai jumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab utama stres
yang dikaitkan pekerja dengan Supervisor. Gaji adalah penyebab stres
bila dianggap tidak diberikan secara adil. Banyak karyawan merasa gaji
mereka rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Para karyawan
mengalami stres kerja ketika merasa tidak pasti apakah mereka tetap
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
45
mempunyai pekerjaan bulan depan, minggu depan, atau bahkan besok.
Bagi banyak karyawan, rendahnya keamanan kerja bahkan lebih
menimbulkan stres kerja dari rendahnya keselamatan kerja. Tekanan
produksi meningkat, ketakutan mengenai keselamatan tempat kerja dapat
meningkat sampai ke titik dimana produksi justru semakin menurun. Hal
ini, pada gilirannya dapat mengarah kepada suatu lingkaran setan yang
tidak produktif bagi para karyawan dan juga perusahaan.
2) Perubahan Organisasi
Perubahan yang dibuat oleh perusahaan biasanya melibatkan sesuatu yang
penting dan disertai ketidak pastian. Banyak perubahan dibuat tanpa
pemberitahuan. Walaupun kabar-kabar burung sering beredar bahwa akan
ada perubahan, bentuk perubahan yang pasti hanya sebatas spekulasi.
Para pekerja was-was apakah perubahan tersebut akan mempunyai
dampak , barangkali dengan mengganti dengan pekerja baru, atau
dipindah tugaskan. Akibatnya, banyak karyawan menderita gejala-gejala
stres kerja.
3) Tingkat Kecepatan Kerja
Tingkat kecepatan kerja dapat dikendalikan oleh mesin atau manusia.
Kecepatan kerja ditentukan oleh mesin memberikan kendali atas
kecepatan pelaksanaan dan hasil pekerjaan kepada sesuatu selain
manusia. Kecepatan yang ditentukan oleh manusia memberikan kendali
kepada manusia. Akibatnya sangat besar, karena pekerja tidak dapat
memuaskan kebutuhan yang penting untuk mengendalikan situasi.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
46
Menurut laporan, para pekerja yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan
dengan kecepatan yang ditentukan oleh mesin merasa lelah diakhir giliran
mereka, dan tidak dapat bersantai segera setelah bekerja karena
pengeluaran adrenalin yang meningkat selama bekerja.
4) Lingkungan Fisik
Walaupun otomatisasi kantor adalah suatu cara meningkatkan
produktivitas, hal itu juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang
berhubungan dengan stres kerja. Suatu aspek otomatisasi kantor yang
mempunyai karekteristik berkaitan dengan stres adalah Video Display
Terminal (VOT): Swedia dan Norwegia telah mengambil banyak
tindakan yang berhubungan dengan peralatan ini. Aspek lain lingkungan
kerja yang berkaitan stres adalah tempat kerja yang sesak, kurangnya
kebebasan pribadi, dan kurangnya pengawasan.
5) Pekerja Yang Rentan Stres
Manusia memang berbeda dalam memberikan respon terhadap penyebab
stres kerja. Perbedaan klasik adalah yang disebut perilaku tipe A dan
perilaku tipe B. Orang-orang dengan perilaku tipe A suka melakukan
hal-hal menurut cara mereka sendiri, mau mengeluarkan banyak tenaga
untuk memastikan bahwa tugas-tugas yang sangat sulit pun dikerjakan
dengan cara yang mereka sukai. Mereka menghabiskan sebagian besar
waktunya mengarahkan energi kepada hal-hal yang tidak biasanya dalam
lingkungan.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
47
Menurut Robbins (2002) ada beberapa faktor penyebab stress kerja,
antara lain: konflik antar pribadi dengan pimpinan, beban kerja yang sulit dan
berlebihan, terbatasnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, tekanan dan
sikap kepemimpinan yang kurang adil dan tidak wajar.
1) Konflik Kerja
Konflik kerja adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota atau
kelompok dalam organisasi yang timbul karena harus menggunakan
sumber daya secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan
bersama-sama, atau karena mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan
persepsi yang berbeda. Konflik kerja juga merupakan kondisi yang
dipersepsikan ada antara pihak-pihak yang merasakan adanya
ketidaksesuaian tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian
tujuan pihak lain
2) Beban Kerja
Beban kerja adalah keadaan dimana karyawan dihadapkan pada sejumlah
pekerjaan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Karyawan juga merasa tidak memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut karena standar pekerjaan terlalu tinggi.
3) Waktu Kerja
Karyawan selalu dituntut untuk segera menyelesaikan tugas pekerja
sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pekerjaannya
karyawan merasa dikejar oleh waktu untuk mencapai target kerja.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
48
4) Sikap Pimpinan
Kedudukan pemimpin dalam organisasi sangat penting. Seorang
pemimpin melalui pengaruhnya dapat memberikan dampak yang sangat
berarti terhadap aktifitas kerja karyawan. Dalam pekerjaan yang bersifat
stessfull, para karyawan bekerja lebih baik jika pimpinannya mengambil
tanggung jawab lebih besar dalam memberikan pengarahan.
7. Dampak Stres
Rendal Schuller (dalam Novitasari, 2003) mengidentifikasi beberapa
perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut
peneliti ini stress yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan
prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendensi mengalami
kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh
stres kerja berupa:
1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik manajemen maupun operasional
kerja.
2) Menggangu kenormalan aktifitas kerja.
3) Menurunkan tingkat produktifitas kerja.
4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya
antara produktifitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji,
tunjangan, dan fasilitas lainnyaSarafindo (2008) menjabarkan tentang 3
aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada
manusia, yaitu:
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
49
1) Aspek biologis
Beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang
mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur
menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan,
gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebih di seluruh tubuh.
2) Aspek psikologis
Beberapa gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang
mengalami stres adalah kebosanan, kehilangan konsentrasi, menurunnya
rasa percaya diri, memiliki perasaan cemas, mengalami kebingungan,
komunikasi tidak efektif dan kehilangan spontanitas.
3) Aspek perilaku
Beberapa gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang
mengalami stres adalah menghindari lingkungan, suka menyendiri,
mengalami sulit tidur, tidak dapat rileks, emosi tidak stabil dan
menurunnya produktivitas.
Stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, bahwa kemampuan
mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Orang
yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres, oleh karenanya
mampu mngatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang
daya tahan dan kemampuannya menghadapi stres rendah. Stres yang tidak
teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan burnout, suatu kondisi
mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan
tidak teratasi.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
50
D. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Karyawan
Menurut Drucker (Anoraga, 2009) berpendapat bahwa motivasi berperan
sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang. Dan motivasi dasar inilah
yang mereka usahakan sendiri untuk menggabungkan dirinya dengan organisasi
untuk turut berperan dengan baik. Oleh karena itu, motivasi kerja dalam
psikologi biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi
kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya (Anoraga,
2009). Menurut Harsuko (2011) kinerja adalah sejauh mana seseorang telah
memainkan bagiannya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam
mencapai sasaran khusus yang berhubungan dengan peran perorangan dan atau
dengan memperlihatkan kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
merupakan pendorong seseorang untuk dapat berperan dalam organisasinya
sehingga seseorang tersebut akan dapat bekerja sesuai kompetensinya mencapai
sasaran yang diinginkan organisasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Cokorda dkk (2016), Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Bank BPD Bali Cabang Ubud. bahwa motivasi
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian Noviansyah & Zunaidah. (2011), tentang Pengaruh Stres Kerja dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Minanga Ogan
Baturaja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi kerja secara simultan
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hardianti Dini Naradhipa & Misbahuddin
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
51
Azzuhri Azzuhri. 2015. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan
Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pengemudi di PT. Citra
Perdana Kendedes). Hasil penelitian menunjukkan Motivasi kerja secara
langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
E. Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2001), “stres kerja adalah kondisi ketergantungan
yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Orang-orang
yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis”.
Menurut Mangkunegara (2014) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja
merupakan segala sesuatu yang dialami oleh karyawan dimana terdapat
ketidakseimbangan diantara fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi proses
dan kondisi karyawan, sehingga orang yang mengalami stres kerja menjadi
nervous. Oleh karena itu penanganan stres kerja harus dilakukan dengan baik dan
berkesinambungan karena akan berdampak pada kinerja perusahaan. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Cokorda dkk (2016), tentang Pengaruh Stres
Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank BPD Bali
Cabang Ubud. Yang menunjukkan bahwa stres kerja dan kinerja karyawan
memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
52
F. Kerangka Berpikir
Motivasi merupakan hal yang penting, karena dengan motivasi akan dapat
mendorong/menggerakkan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih
bersemangat. Motivasi kerja dari karyawan dapat tumbuh dengan sendirinya atau
perlu rangsangan dari pimpinan/atasannya. Motivasi kerja terbentuk dari sikap
(attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi
kerja merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk
mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Untuk keberhasilan pengelolaan, perlu pamahaman terhadap keinginan
karyawan sebagai manusia yang memiliki harapan dan perlu pemahaman
terhadap kebutuhan setiap individu yang terlibat di dalamnya yang dapat
mendorong atau memotivasi kegiatan kerja mereka. Dengan adanya pemahaman
terhadap karyawan akan dapat menciptakan motivasi kerja yang tinggi.
Masalah stres kerja di dalam sebuah perusahaan menjadi gejala yang
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nerveous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan emosi, proses berfikir dan
kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja dapat
mengancam dan mengganggu kinerja karyawan, seperti: mudah marah dan
agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerjasama,
perasaan tidak mampu terlibat.
Menurut Suprihanto, dkk (2003), hubungan stres dengan kinerja tampak
jelas bahwa stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan
kinerja yang rendah (tidak optimum). Stres yang berlebihan akan menyebabkan
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
53
tersebul frustasi dan dapat menurunkan kinerjanya, sebaiknya stres yang terlalu
rendah menyebabkan karyawan tersebut tidak bermotivasi untuk berkinerja baik.
Tercapainya tujuan perusahaan yang telah dirancang sangat tergantung
pada kemampuan tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya atau
tugas-tugas yang merupakan tanggung jawab masing-masing, dari sisi kinerja
karyawan akan mengantarkan perusahaan pada pencapaian tujuan. Dengan
demikian kinerja karyawan mempunyai peran yang penting bagi perusahaan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu
maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja
organisasi (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002). Kerangka berpikir
penulis digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Motivasi Kerja
Rasa aman
Kesempatan untuk maju
nama baik tempat kerja
rekan kerja
Tipe pekerjaan
Gaji
Atasan yang
menyenangkan
Jam kerja
Keadaan tempat kerja yang
baik
Fasilitas-fasilitas lain yang
disediakan
Stress Kerja
Aspek Fisiologis
Aspek Psikologis
Aspek Perilaku
Kinerja Karyawan
Kesetiaan
Prestasi kerja
Tanggungjawab
Ketaatan
kejujuran
Kerjasama
prakasa,
kedisiplinan,
kepimpinan,
kepribadian
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018
54
G. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja karyawan
divisi operasinoal bagian pramuniaga di Moro Grosir Purwokerto.
2. Ada hubungan signifikan antara stres kerja dengan kinerja karyawan divisi
operasional bagian pramuniaga di Moro Grosir Purwokerto.
3. Ada hubungan signifikan antara motivasi kerja dan stres kerja dengan
kinerja karyawan divisi operasional bagian pramuniaga di Moro Grosir
Purwokerto.
Hubungan Antara Motivasi..., Iman Waskito Sujianto, Fakultas Psikologi UMP, 2018