bab ii tinjauan pustaka a. kesembuhan diare 1. pegertian...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian kesembuhan Diare Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Sedangkan menurut Suharyono (2008) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, diamana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008). Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari (Depkes, 2003). Diare kronik adalah diare dengan atau tanpa disertai perdarahan, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih dan tidak disebabkan oleh infeksi (Depkes, 2008). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau, disertai lendir saja atau dapat juga disertai lendir berwarna darah. 9

Upload: vodieu

Post on 05-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesembuhan Diare

1. Pegertian kesembuhan Diare

Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada

bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat

berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah, 2005). Sedangkan menurut Suharyono (2008) diare adalah

buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare

merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang,

diamana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu

sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host), dan

faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008). Diare akut adalah

buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang

frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14

hari (Depkes, 2003). Diare kronik adalah diare dengan atau tanpa disertai

perdarahan, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih dan tidak

disebabkan oleh infeksi (Depkes, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare

adalah frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi

encer, dapat berwarna hijau, disertai lendir saja atau dapat juga disertai

lendir berwarna darah.

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

10

2. Jenis-jenis Diare

Menurut Ramaiah (2007) ada beberapa jenis diare :

a. Diare cair akut

Diare cair akut memiliki ciri utama : gejalanya dimulai secara tiba-tiba,

tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7

hari. Kadang kala gejalanya bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih

dari 75% orang yang terkena diare mengalami diare cair akut.

b. Disentri

Disentri memiliki dua ciri utama : adanya darah dalam tinja, mungkin

desertai kram perut, berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat

badan yang cepat. Sekitar 10-15% anak-anak dibawah usia lima tahun

(balita) mengalami disentri.

c. Diare yang menetap atau persisten

Diare yang menetap atau persisten memiliki tiga ciri utama :

pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14

hari dan ada penurunan berat badan. Diare kronis adalah istilah yang

digunakan bagi diare yang berulang atau berlangsung lama. Hal ini

tidak disebabkan oleh infeksi apapun, tetapi sering kali akibat gangguan

pencernaan. Diare jangka panjang yang disebabkan oleh infeksi disebut

diare persisten.

Menurut Ngastiyah (2005), berdasarkan banyaknya cairan yang hilang

dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat.

a. Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2

tahun.

1) Ringan, apabila kehilangan cairan karena muntah / PWL

(previous water loss) sebesar 50 ml/kg BB, kehilanagn cairan

melalui urine, kulit, pernapasan / NWL (normal water loss)

sebesar 100 ml/kg BB, dan kehilangan cairan karena muntah

hebat / CWL (concomitant water loss) sebesar 25 ml/kg BB, jadi

total semua sebesar 175 ml/kg BB.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

11

2) Sedang, apabila kehilangan cairan karena muntah / PWL

(previous water loss) sebesar 75 ml/kg BB, kehilangan cairan

melalui urine, kulit, pernapasan / NWL (normal water loss)

sebesar 100 ml/kg BB, dan kehilangan cairan karena muntah

hebat / CWL (concomitant water loss) sebesar 25 ml/kg BB, jadi

total semua sebesar 200 ml/kg BB.

3) Berat, apabila kehilangan cairan karena muntah / PWL (previous

water loss) sebesar 125 ml/kg BB, kehilangan cairan melalui

urine, kulit, pernapasan / NWL (normal water loss) sebesar 100

ml/kg BB, dan kehilangan cairan karena muntah hebat / CWL (

concomitant water loss) sebesar 25 ml/kg BB, jadi total semua

sebesar 300 ml/kg BB.

b. Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5

tahun

1) Ringan, apabila kehilangan cairan karena muntah / PWL (

previous water loss) sebesar 30 ml/kg BB, kehilangan cairan

karena muntah hebat / CWL (concomitant water loss) sebesar

25 ml/kg BB, jadi total semua sebesar 135 ml/kg BB.

2) Sedang, apabila kehilangan cairan karena muntah / PWL

(previous water loss) sebesar 50 ml/kg BB, kehilangan cairan

melalui urine, kulit, pernapasan / NWL (normal water loss)

sebesar 80 ml/kg BB, dan kehilangan cairan karena muntah

hebat / CWL (concomitant water loss) sebesar 25 ml/kg BB,

jadi total semua sebesar 155 ml/kg BB.

3) Berat, apabila kehilangan cairan karena muntah / PWL

(previous water loss) sebesar 80 ml/kg BB, kehilangan cairan

melalui urine, kulit, pernapasan / NWL (normal water loss)

sebesar 80 ml/kg BB, dan kehilangan cairan karena muntah

hebat / CWL (concomitant water loss) sebesar 25 ml/kg BB,

jadi total semua sebesar 185 ml/kg BB.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

12

Menurut Sitorus (2008), dehidrasi di bagi menjadi deidrasi ringan, sedang,

dan berat berdasarkan kriteria dan WHO sebagai berikut:

a. Dehidrasi ringan, apabila:

1) Keadaan umum: sadar, gelisah, haus

2) Denyut nadi: normal kurang dari 120 x/menit

3) Pernapasan: normal

4) Ubun-ubun: normal

5) Kelopak mata: normal

6) Air mata: ada

7) Selaput lendir: lembab

8) Elastisitas kulit: pada pencubitan kulit secara elastisitas kembali

secara normal

9) Air seni: normal

b. Dehidrasi sedang, apabila:

1) Keadaan umum: gelisah, rewel, mengantuk

2) Denyut nadi: cepat dan lemah 120-40 x/menit

3) Pernapasan: dalam, mungkin cepat

4) Ubun-ubun: cekung

5) Kelopak mata: cekung

6) Air mat: tidak ada

7) Selaput lendir: kering

8) Elastisitas kulit: lambat

9) Air seni: berkurang

c. Dehidrasi berat, apabila:

1) Keadaan umum: mengantu, lemas, anggota gerak dingin,

berkeringat kebiruan, mungkin koma / tidak sadar

2) Denyut nadi: cepat, halus, kadang-kadang tak teraba, kurang dari

140 x/menit

3) Pernapasan: dalam dan cepat

4) Ubun-ubun: sangat cekung

5) Kelopak mata: sangat cekung

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

13

6) Air mata: sangat kering

7) Selaput lendir: sangat kering

8) Elastisitas kulit: sangat lambat (lebih dari 2 detik)

9) Air seni: tidak ada

3. Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6

faktor yaitu infeksi (bakteri, virus, parasit), malabsorbsi, alergi,

keracunan, imunodefisiensi, dan sebab lain. Namun yang sering

ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah yang disebabkan infeksi dan

keracunan (Cahyadi, 2008).

a. infeksi, bisa berupa infeksi enteral dengan penyebab: bakteri,

virus, dan parasit dan infeksi parenteral.

b. Malabsorbsi

Malabsorbsi yang dapat menyebabkan diare dapat mal asorbsi

protein dan lemak.

c. Alergi

Alergi yang dapat disebabkan dari alergi makanan dan obat-

obatan.

d. Keracunan

Keracunan yang dapat disebabkan oleh keracunan:

1) Bahan kimia

2) Racun yang diproduksi jasa renik (algae) dan ikan, buah dan

sayur.

e. Imunodefisiensi

Imunodefisiensi yang dapat disebabkan penyakit HIV.

f. Sebab-sebab lain

Sebab lain misalnya masalah psikosomatis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

14

4. Epidemiologi Diare

Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui

dengan pasti. Penyebab diare digolongkan menjadi dua penyebab yaitu

secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung merupakan

penyakit langsung yang disebabkan antara lain melalui infeksi bakteri,

virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun

keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad ikan, buah dan sayuran.

Sedangkan penyebab tidak langsung merupakan faktor-faktor yang

mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti keadaan gizi,

sanitasi lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, kependudukan, sosial

ekonomi (Suharyono, 2008).

Faktor penyebab (agent) diare dapat dibagi menjadi empat faktor

yaitu meliputi faktor infeksi, faktor makanan dan faktor psikologis. Faktor

infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi enternal adalah infeksi saluran

pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak,

disebabkan oleh bakteri E. Coli, rotavirus, cacing, protozoa dan jamur,

sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan

makanan seperti Tonsilitis, Bronkopneumonia dan Ensefalitis. Faktor

malabsorbsi misalnya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein.

Selanjutnya faktor makanan yaitu apabila seseorang mengkonsumsi seperti

makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. Apabila seseorang

mengalami ketakutan atau rasa cemas itu merupakan faktor psikologis

yang juga dapat menyebabkan diare, biasanya terjadi pada orang yang

lebih besar (Ngastiyah, 2005).

Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

(agent), beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden

penyakit dan lamanya diare.

a. Status gizi

Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat

pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada

penderita gizi buruk. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

15

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Tujuan umum

pemantauan status gizi adalah tersedianya informasi status gizi balita

secara berkala dan terus-menerus, guna evaluasi perkembangan status

gizi balita, penepatan kerja sama dan perencanaan jangka pendek.

Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS dengan lima

klasifikasi, yaitu : (Supariasa, 2002)

1) Gizi lebih : > 120% median BB/U

2) Gizi baik : 80% - 120% median BB/U

3) Gizi sedang : 70% -79,9% median BB/U

4) Gizi kurang : 60% - 69,9% median BB/U

5) Gizi buruk : <60% median BB/U

Pada penderita kurang gizi serangan diare terjadi lebih sering terjadi.

Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare yang

diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka

terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang kurang. Status gizi ini

sangat dipengaruhi kemiskinan, ketidak tahuan dan penyakit. Begitu

pula rangkaian antara, biaya pemeliharaan kesehatan dan penyakit,

keadaan sosio ekonomi yang kurang, hygiene sanitasi yang jelek,

kepadatan penduduk rumah, pendidikan tentang pengertian penyakit,

cara penanggulangan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

b. Perilaku hidup bersih dan sehat

1) Kebiasaan cuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air air

besar,sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan

anak dan sesudah makan, mempunyai damapak dalam kejadian

diare.

2) Kebiasaan membuang tinja

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara

bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

16

tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya menagandung virus

atau bakteri dalam besar. Tinja bayi dapat pula menularkan

penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.

Hal yang diperhatikan oleh keluarga dalam membuang tinja anak

adalah:

a) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke

jamban

b) Bantu anak-anak baung air besar di tempat yang bersih dan

mudah dijangkau olehnya

c) Bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja anak

seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun

d) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci

tangan dengan sabun

3) Pemberian campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian

imunisasi campak juga dapat mencegah diare. oleh karena itu

segera memberikan anak iminusasi campak setelah berumur 9

bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang

sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat penurunan

kekebalan tubuh penderita.

4) Penimbangan balita

Penimbangan balita diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan

dan perkembangan balita. Apabila ada balita pertanyaannya adalah

apakah sudah ditimbang secara teratur ke posyandu minimal 8 kali

setahun.

5) Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

jalur fekal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan

kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja

misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan

dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

17

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bener-

bener bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil

dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air

bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan

diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi

air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan dirumah.

Hal ini yang harus diperhatikan oleh keluarga dalam menggunakan

air bersih yaitu :

a) Ambil air dari sumber air yang bersih

b) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air

c) Pelihara atau jaga sumber air dari pencernaan oleh binatang

dan untuk mandi anak-anak

d) Gunakan air yang direbus

e) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih

dan cukup

Kemudian faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare yaitu

keadaan gizi dan perilaku masyarakat (Suegijanto, 2002). Sedangkan

menurut Yankes Pangalengan (2009), faktor penjamu yang

menyebabkan terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai 2

tahun, keadaan gizi yang berkurang, anak-anak yang sedang menderita

campak dalam waktu 4 minggu terkhir diakibatkan dari penurunan

kekebalan tubuh penderita, umur, dan perilaku manusia yang tidak

sehat. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral

antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan tinja penderita.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

18

a. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada

anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut

(Widjaja, 2004)

1) Infeksi bakteri oleh kuman E.Coli Salmonella, Vibrio cholerae

(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan

patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah)

seperti pseudomonas.

2) Infeksi basil (disentri)

3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus

4) Infeksi parasit oleh cacing (askari)

5) Infeksi jamur (candidiasis)

6) Infeksi akibat organ lain, seperti lain, seperti radang tonsil, bronkhitis

dan radang tenggorokan

7) Keracunan makanan

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis

dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare, tinja

berbau sangat khas asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena

diare ini pertumbuhan anak akan terganggu

2) Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah

lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada

liapse dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja

mengandung lemak.

Selanjutnya faktor lingkungan (environment) yang merupakan

epidemiologi diare atau penyebaran diare sebagian besar disebabkan

karena faktor lingkungan yaitu sanitasi lingkungan yang buruk dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

19

lingkungan sosial ekonomi (Anne, 2008). Apabila faktor lingkungan

tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan

perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan

minuman, maka menimbulkan kejadian penyakit diare.

a. Sumber air minum

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi

yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius

penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat

ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda

yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,

dan makanan yang disiapkan dalam panci dengan air tercemar.

Menurut Muscari (2005) macam-macam sumber air minum antara

lain :

1) Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan

tanah. Misalnya air sungai,air rawa dan danau

2) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah

dangkal atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang

diperoleh pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam.

Misalnya air sumur, air dari mata air

b. Jenis tempat pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari

kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut

aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang

penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut

Notoadmojo (2007), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi

aturan kesehatan adalah :

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

20

4) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai

tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit

lainnya

5) Tidak menimbulkan bau

6) Pembuatannya murah

7) Mudah digunakan dan dipelihara

c. Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah berkaitan dengan kesehatan masyarakat,

karena dari sampah akan hidup mikroorganisme penyebab penyakit

dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar

penyakit (vektor). Oleh karena itu, sampah harus dikelola dengan

baik agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan

masyarakat. Pengelolaan sampah mliputi pengumpulan dan

pengangkutan sampah, sehingga masyarakat harus membangun dan

mengadakan tempat khusus pengumpulan sampah dan kemudian

dari masing-masing tempat pengumpulan sampah harus diangkut

ke tempat penampungan sementara sampah dan selanjutnya ke

tempat penampungan akhir. Pengelolaan sampah padat dilakukan

dengan cara antara lain pemusnahan sampah dengan menimbun

dalam tanah, membakar, atau dijadikan sebagai pupuk kompos

(Notoadmojo,2007).

Sedangkan menurut Fenioktaviani (2010) Penyebab tingginya

kejadian diare kemungkinan besar disebabkan oleh adanya

berbagai macam faktor resiko penyakit diare antara lain kondisi

sanitasi lingkungan yang kurang baik, hygiene perorangan yang

kurang baik, sanitasi makanan yang kurang baik, masalah nutrisi

dan imunitas tubuh, pemberian ASI eksklusif yang rendah,

pemberian makanan tambahan terlalu dini, dan stress yang

berlebihan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

21

5. Patofisiologi Diare

Menurut Ngastiyah (2005), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh

berbagai kemungkinan faktor diantaranya:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi internal

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak, meliputi:

a) Infeksi bakteri: Vibrio F, Shigella, Shalmonella,

Campylobacter, Yersina, Aeromonas.

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-

lain.

c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris,

Stongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

lambia, Tricomonas homonis), Jamur (Candida albicans).

2) Infeksi eksternal

Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti ototis media akut,

tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida (Intoleransi lactosa,

maltosa dan sukrosa), monosakarida (Intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi

laktosa. Selain itu malabsorbsi lemak dan protein.

c. Faktor makanan

Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan, makanan pedas,

makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap

makanan tertentu seperti susu sapi, terjadi malabsorbsi karbohidrat,

disakarida, lemak, protein, vitamin, dan mineral.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

22

d. Terapi obat

Obat-obatan yang menyebabkan diare diantaranya antibiotik, antasid.

Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme akan

resisten.

e. Faktor psikologis

Meliputi rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare

terutama pada anak yang lebih dewasa.

f. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi mempengaruhi tingkat sanitasi pemukiman yang

berperan terhadap terjadinya kesakitan diare

g. Faktor pendidikan

Pendidikan orang tua mempunyai peranan yang penting dalam

kaitannya dengan kejadian diare. Faktor pendidikan sangat berkaitan

pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua terhadap masalah kesehatan.

h. Lingkungan

Menurut model segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat

beroperasinya faktor agen, host dan lingkungan. Menurut model roda

timbulnya penyakit tergantung dari lingkungan. Penyakit-penyakit

tersebut seperti diare, kholera, campak, demam berdarah dengue,

difteri, pertusis, malaria, influenza, hepatitis, tifus dan lain-lain yang

dapat ditelusuri determinan-determinan lingkungannya.

6. Pencegahan Diare

Menurut Widoyono (2008) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi

kesehatan, antara lain :

a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ada 3 yaitu,

tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan

sebagian besar kuman penyakit

c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah

makan, dan sesudah buang air besar (BAB)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

23

d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun

e. Menggunakan jamaban yang sehat

f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

7. Pengobatan Diare pada Anak

Menurut Whaley and Wong (2009) penatalaksanaan diare pada balita

difokuskan pada penyebab, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta

fungsi perut. Prinsipnya adalah mengganti cairan yang hilang

(dehidrasi),tetap memberikan makanan, tidak memberikan obat anti diare

(antibiotik hanya diberikan atau indikasi), dan penyuluhan. Penderita

diare kebanyakan dapat sembuh tanpa pengobatan khusus.Serangan diare

yang berulang akan mendorong tanpa serangan diare yang berulang akan

mendorong penderita ke dalam keaaan malnutrisi oleh karena itu

penatalaksanaan yang benar sangat dibutuhkan karena dapat menurunkan

angka kesakitan dan kematian, apalagi pada anak-anak. Selain itu

keluarga dapat menjaga balita atau anak-anak dari diare dengan menjaga

kebersihan lingkungan serta makanan. Selain itu bila sudah terkena maka

keluarga dapat melakukan pertolongan dengan memberikan oralit atau

campuran gula dan garam. Adapun cara membuatnya, yaitu: tuangkan air

matang ke dalam gelas bersih (200 ml), ditambah 1 sendok teh munjung

gula pasir dan ¼ sendok teh garam dapur, aduk sampai larut benar. Cairan

rumah tangga adalah cairan yang berasal dari makanan seperti bubur

encer dari tepung, sup, air tajin, air kelapa muda, dan makanan yang

diencerkan.

Menurut Widjaja (2004) pengobatan diare antara lain sebagai

berikut:

a. Pengobatan Medis

Pengobatan medis dilakukan setelah diketahui dengan tepat penyebab

munculnya diare. Jika penyebabnya infeksi, pengobatan hanya

ditujukan untuk menghilangkan infeksi tersebut. Dalam pengobatan

laboratorium agar diketahui dengan pasti antibiotik yang dapat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

24

digunakan. Di samping itu, jenis antibiotik yang digunakan juga harus

disesuaikan dengan umur penderita. Pengobatan medis hanya dapat

dilakukan oleh dokter.

b. Pengobatan Dietetik

Pengobatan dietetik dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase puasa,

realimentasi (pemulihan), dan fase kembali ke makan semula.

1) Fase Puasa

Pada diare ringan cukup diberi teh pahit kental ditambah garam

seujung pisau untuk mengganti cairan tubuh. Lamanya pemberian

air teh pahit kental ini biasanya 6-12 jam. Penderita dengan gejala

diare berat harus diberi cairan oralit lengkap atau cairan intravena (

infus).

2) Fase Realimentasi (Pemulihan)

Cara realimentasi tergantung dari umur dan berat badan penderita.

Bayi berumur dibawah 1 tahun, setelah menjalani puasa minum

teh, diberi ASI selama 3-5 hari, kemudian sesudah diare berturut-

turut diberi bubur susu dan nasi tim dengan porsi sesuai dengan

berat badannya.

3) Fase Makan Biasa

Setelah terapi dietetik berhasil dilaksanakan, diet anak

dikembalikan kepada porsi yang normal. Namun, pemberian

makanan normal tetap berpeganag kepada tahapan-tahapan, agar

anak tidak stress atau emosional. Misalnya dengan memberika

makanan cair terlebih dahulu, baru makanan lunak, kemudian

makanan biasa.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

25

8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Diare

Beberapa perilaku dapat meningkatkan ri,siko terjadinya diare pada

balita yaitu (Depkes RI, 2007):

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita

diare lebih besar dari pada balita yang diberi ASI penuh, dan

kemungkinan menderita dehidrasi lebih besar.

2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan

pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan

botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam

dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus

yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuma-kuman / bakteri

penyebab diare. Balita yang menggunakan botol susu beresiko

mendapatkan diare yang parah dan fatal dibandingkan dengan balita

yang menggunakan ASI secara penuh.

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makana disimpan

beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman

akan berkembang biak.

4. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar

dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di

rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau

apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air

dari tempat penyimpanan.

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

6. Tidak membuang tinja (termasuk tinja balita) dengan benar. Sering

beranggapan bahwa tinja tidaklah berbahaya, pedahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja

binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

26

9. Menurut Dinkes Propinsi Jateng (2008) Faktor – Faktor yang

Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare:

a. Tidak memberikan ASI pada bulan pertama dan ASI tidak diteruskan

sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi

bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Shigella dan

Vibri cholera.

b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena

diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi,

terutama pada penderita gizi buruk.

c. Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat pada anak-

anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal

ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita, virus

campak menyerang sistem mukosa tubuh sehingga bisa menyerang

saluran cerna.

d. Imunidefisiensi / imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya

berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi AIDS (Acquired

Imune Defisiensi Syndrom). Pada anak imunosupresi berat, diare

dapat terjadi karena kuman yang tidak pathogen dan mungkin juga

berlangsung lama.

e. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita

(55%). Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi

diare 2,23 kali umur 25-29 bulan.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar

bakteri / virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak

sehat pula yaitu, melalui makanan dan minuman, maka dapat

menimbulkan kejadian penyakit diare.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

27

10. Tanda dan Gejala

Menurut Schwartz (2004), tanda dan gejala diare pada anak antara lain :

a. Gejala Umum

1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis bahkan gelisah

b. Gejala Spesifik

1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan

berbau amis

2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah

11. Komplikasi

Menurut Sudarti (2010) komplikasi akibat diare adalah :

a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat

terjadi ringan, sedang atau berat.

b. Gangguan Sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang

singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien

dapat mengalami syok atau persyok yang disebabkan oleh

berkurangnya volume cairan (hipovolemia).

c. Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari

dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk

membantu meningkatkan pH arteri.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

28

d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami

malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan

koma.Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena

cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan

intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

e. Gangguan Gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan otput

yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan

dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan

gizi (malnutrisi

B. Tempe

Tempe adalah makanan tradisional sebagai hasil dari fermentasi kedelai

yang terikat padat oleh mycelium dari Rhizopus oligoporus, dengan cita rasa

yang khas dan mempunyai nilai gizi yang tinggi, harga murah dan sebagai

sumber protein yang berharga (Astawan, 2004)

Tabel 2.1 Komposisi kimia tempe adalah sebagai berikut :

Komposisi Jumlah

Air 61,2%

Protein kasar 41,5%

Minyak 22,2%

Karbohidrat 29,6%

Serak kasar 4,3%

Nitrogen 3,4%

Abu 7,5%

Tabel 2.1 diatas menunjukkan bahwa kadar protein pada tempe cukup

tinggi yaitu 41,5% dan telah memenuhi syarat mutu tempe kedelai yaitu

minimal 20% (b/b). Tempe juga memiliki kandungan air yang cukup tinggi

61,2% dan kandungan karbohidratnya 29,6%.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

29

Tempe juga mengandung superoksida desmutse yang dapat menghambat

kerusakan sel dn proses penuaan. Dalam sepotong tempe, terkandung

berbagai unsur yang bermanfaat, seperti protein, lemak, hidrat arang, serat,

vitamin, enzim, daidzein, genestein serta komponen antibakteri dan zat

antioksidan yang berkhasiat sebagai sebagai obat, diantaranya genestein,

daidzein, fitosterol, asam fitat, asam fenolat, lesitin dan inhibitor protease

(Cahyadi, 2006).

Tempe juga memiliki beberapa manfaat yang lainnya seperti :

7. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna

sehingga baik untuk mengatasi diare.

8. Mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan sehingga

menurunkan tekanan darah.

9. Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan

radikal bebas, baim bagi penderita jantung.

10. Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar

hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu),

seng (Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, dimana unsur-unsur

tersebut terkandung dalam tempe.

11. Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung

senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe

(R.Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat

meminimalkan kejadian infeksi.

12. Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada

tempe bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.

13. Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.

14. Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan

gizi) beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi

maupun degeneratif.

15. Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah

osteoporosis.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

30

Penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitia Industri Hasil

Pertanian di Bogor (2003), kandungan nutrisi pada kedelai dan tempe,

sebagaimana Tabel 2.2

Tabel 2.2 Perbandingan Kadar Gizi makro dalam Kedelai dan Tempe

Jenis

Unsur Gizi

Kedelai Tempe

Protein 35-40 % 15 %

karbohidrat 2 %

5 %

Lemak 20 % 5 %

Air 9,25 % 62,5 %

Berat 1.000

gram

1.500 gram

Menurut Balai Penelitian Kimia Bogor dan Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, komposisi unsur gizi selengkapnya adalah seperti

Tabel 2.3

Tabel 2.3 Kandungan Unsur Gizi Tempe Kedelai Murni

Unsur Gizi Kadar/ 100 gram

Protein 18,3 g

Lemak 4,0 g

Karbohidrat 12,7 g

Kalsium 129 mg

Fosfor 154 mg

Zat besi 10 mg

Viamin A 50 mg

Vitamin B1 0,17 mg

Vitamin B 12 0,74-4,6 mg

Energi 149 Kal

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

31

C. Bubur Tempe

1. Pengertian

Bubur tempe merupakan makanan dengan tekstur yang lunak

sehingga mudah untuk dicerna dengan bahan dasar yang dibuat dari

tempe (moslemners, 2008). Disebut bubur tempe karena produk ini

berbahan dasat tempe yang dicampur dengan bahan pendukung seperti

air, garam, untuk menambah rasa. Pengolahan bubur tempe mudah diolah

dan mengandung kandungan gizi dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 2.4 Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Kedelai, Tempe

Komponen Kedelai Tempe Tepung Tempe Protein 46,2 46,5 48,0

Lemak 19,1 19,7 24,7

Karbohidrat 28,5 30,2 13,5

Serat 3,7 7,2 2,5

Abu 6,1 3,6 2,3

Sumber: Moslemner (2008)

2. Manfaat Bubur Tempe Terhadap Penyembuhan Diare

Bubur tempe bermanfaat untuk memperpendek masa diare dan

meningkatkan berat badan setelah diare. Bubur tempe yang diproduksi

oleh pabrik maupun dari tempe tradisional dapat mengurangi gejala lebih

baik dibandingkan dengan formula kedelai. Tempe lebih mudah dicerna

karena kandungan asam lemak bebas, peptida, dan asam amino yang

tinggi. Proses peragian tempe menghasilkan vitamin B. Kecuali itu selama

proses produksinya terjadi pengurangan jumlah rafinose dan stakiose,

sehingga keluhan kembung yang disebabkan kedua zat tersebut telah

berkurang.

Berbagai sifat yang unggul dari tempe diantaranya: Komplemen

protein tinggi, mengandung 8 macam asam amino esensial. Kadar lemak

jenuh dan kolesterol rendah, Kadar Vitamin B 12 tinggi, Mudah dicerna

karena tekstur sel yang unik, Mengandung antibiotik dan berefek

merangsang pertumbuhan.

Penderita diare akut akan mengurangi zat gizi sebagai akibat

ketidak seimbangan elektrolit, demam, muntah,dan sakit perut. Terjadi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

32

mal-absorbsi karena gangguan fungsi pankreas, empedu, dan usus. Pada

penderita Ironis akan terjadi kerusakan mukosa usus. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tempe memberi pengaruh yang baik terhadap

pencernaan makanan, dan memberi daya tahan saluran pencernaan

terhadap infeksi bakteri terhadap diare (E. Coli). Pada pemeriksaan

terhadap histologis usus, menunjukkan bahwa jaringan epitel usus halus

tetap normal, tidak mengalami kerusakan sel akibat bakteri Escheria (E.

Coli).

3. Penelitian mengenai tempe:

Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneiliti baik dalam dan

luar negeri, yang bisa dikatakan hasilnya semuanya sangat positif dan

menganggap tempe sesuatu yang perlu diperhitungkan dalam kecukupan

konsumsi gizi bagi kesehatan manusia :

a. Keampuhan tempe telah dibuktikan oleh Van Veen, seorang peneliti

dari Belanda, penelitian yang dilakukannya pada awal 1940-an,

mengungkapkan bahwa tempe terbukti mampu mengatasi disentri.

Beberapa ahli juga berpendapat bahwa masyarakat yang biasa

mengkonsumsi tempe, lebih jarang atau tidak mudah terkena

serangan peyakit saluran pencernaan.

b. Penelitian lain menujukkan, pemberian menu tempe kepada pasien

yang mempunyai kadar kolesterol tinggi, dapat menurunkan kadar

kolesterolnya ke tingkat yang normal. Tampaknya hal ini

disebabkan asal tempe itu sendiri yang berasal dari kedelai.

c. Penelitian Lembaga Gizi ASEAN menyimpulkan, tempe dapat

digunakan dalam pembuatan bahan makanan campuran untuk

menanggulangi masalah kekurangan kalori, protein, dan penyakit

diare pada anak balita.

d. Guru Besar Ilmu Obstetri da Ginekologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran Bandung, Prof. DR. Dr. Achmad Biben, Sp

OG.KEER, mengatakan bahwa tempe yang dimasak secara baik dan

benar sangat bermanfaat bagi perbaikan proses pembentukan sel

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

33

tulang yang menghambat penyusutan tulang. Makan tempe secara

rutin merupakan upaya dini pencegahan gangguan remodilling

(pembentukan tulang) kembali.

e. Dalam penelitian berikutnya, pada kesimpulan bahwa lisitin yang

terkandung dalam kedelai memiliki sifat lebih unggul sebagai

peremaja sel tubuh dibandingkan dengan lisitin dari bahan-bahan

lain. Pada kacang kedelai, kandungan lesitin bersama zat-zat lain

merupakan senyawa yang sangat tinggi khasiatnya sebagai obat

awet muda, penguat tulang, dan mempertinggi daya tahan tubuh.

f. Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa kedelai lebih sulit

tercemar dan aflatoxin dibanding komoditas pertanian lainnya.

Disebutkan bahwa adanya zat, seperti zink pada kedelai, membuat

sintesa aflatoxin terhambat. Karenanya, jelas bahwa makanan tempe

lebih aman dari’gangguan’ aflatoxin.

g. Tempe mempunyai khasiat antara lain mempercepat berhentinya

diare akut anak, mempercepat hilangnya lekosit darah, dan dapat

meningkatkan berat badan serta status gizi. Terapi gizi

menggunakan bahan makanan campuran dari tempe diberikan

selama diare, setidak-tidaknya sampai tiga bulan pasca diare.

Dari hasil fermentasi, tempe memiliki kandungan seperti karbohidrat,

lemak, protein, seeta vitamin, enzim, daidzein, ganisten, serta

komponen antibakteri yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu,

juga terdapat berbagai nilai gizi lainnya dengan kadar vitamin B2,

vitamin B12, niasin dan asam pantorenat. Berdasarkan hasil analisis

yang diperoleh dari tempe bahwa kandungan pada kadar niasin sebesar

1.13 mg/100 gram berat tempe yang dimakan. Dan mengalami

peningkatan setelah dilakukan fermentasi kurang lebih dari 2 kali lipat.

Sedangakan kadar niasin yang dimiliki kedelai hanya berkisar 0,58 mg.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

34

4. Menurut Moslemners (2008), Cara Pembuatan Bubur Tempe

a. Bahan:

Tepung beras 15 gr / 3 sendok makan

Tempe 3 gr

Wortel 5 gr

Garam secukupnya

b. Cara membuat:

1) Tempe, wortel dikukus, kemudian dihaluskan dengan blender

2) Tepung beras, gula, mentega dimasukkan jadi satu ke dalam panci

dan dibuat bubur

3) Tempe dan wortel yang sudah halus dicampur ke dalam adonan no

2 kemudian diaduk sampai masak

4) Bubur tempe siap disajikan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

35

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Host:

1. Faktor infeksi

2. Faktor malabsorbsi

Agent:

1. Bubur tempe

2. Status gizi

3. Pemberian ASI ekslusif

4. Perilaku hidup bersih dan sehat

Environtment:

1. Sumber air minum

2. Jenis tempat pembuangan

tinja

3. Jenis lantai rumah

Diare pada balita

Kesembuhan diare:

1. 1. Lamanya diare

2. 2. Frekuensi diare

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesembuhan Diare 1. Pegertian ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-srilestari... · ... pemulihan biasanya ... Kehilangan cairan menurut

36

E. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

1. Variabel independent

Variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent. Variabel

independent dalam penelitian ini adalah pemberian bubur tempe

2. Variabel dependent

Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependent dalam

penelitian ini adalah tingkat kesembuhan diare pada balita.

G. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh pemberian bubur tempe terhadap tingkat kesembuhan diare

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Mundu.

Pemberian bubur

tempe

Kesembuhan diare pada

balita

1. Lamanya diare

2. Frekuensi diare