bab ii tinjauan pustaka a. keselamatan dan kesehatan kerjarepository.ump.ac.id/4505/3/mawadah fitri...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2005), keselamatan kerja menunjukkan kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu dihubungkan
dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik, dan mencakup tugas-
tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan serta pelatihan. Sedangkan
kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Menurut Rivai (2004) keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada
kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan
melaksanakan tindakan-tindakan kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif,
maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangka pendek
maupun panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut.
Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja
seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cedera yang diakibatkan gerakan
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
6
berulang-ulang, sakit punggung, sindrom carpal tunnel, penyakit-penyakit
kardiovaskular, berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukimia.
OHSAS 1800 1: 2007 mendefinisikan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor) dan
juga tamu orang lain berada di tempat kerja.
Part of the overall management system that facilitates the management of
the OH&S risks associated with the business of the organization. This includes the
organizational structure, planning activities, responsibilities, practices, processes
and resources for developing, implementing, achieving, reviewing and
maintaining the organization’s OH&S policy.(Shamsul Efendi Dismal, 2002).
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel ditempat
kerja agar tidak mengalami kecelakaan ditempat kerja dengan mematuhi atau taat
pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang tercermin pada
perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi, 2006).
Jackson (1999) mengatakan, apabila perusaan dapat melaksanakan
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan
dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
7
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan databilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan
rasa kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan nya secara subtansial.
Robiana (2007), menjelaskan manfaat penerapan program keselamatan
dan kesehatan kerja di perusahaan, antara lain :
1. Pengurangan Absentisme
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja
dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cidera
atau sakit akibat kerja pun semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan
keselamatn dan kesehatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami
cedera dan sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula
kemungkinan klaim pengobatan atau kesehatan dari mereka.
3. Pengukuran Turnover Pekerja
Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja
mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak manajeman menghargai
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
8
dan memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja
menjadi merasa bahagia dan tidak mau keluar dari pekerjaan nya.
4. Peningkatan Produktivitas
Dari hsil penelitian yang ada memberikan gambaran bahwa, baik secara
individu maupun bersama-sama penerapan program keselamatan dan kesehatan
kerja memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja.
Menurut Mangkunegara (2001), tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
diantaranya sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
3. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
4. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
6. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
9
1. Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan
dapat membandingkan insiden, kegawatan dan frekuensi kecelakaan sebelum dan
sesudah strategi tersebut diberlakukan. Strategi untuk meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja menurut Schuler dan Jackson dalam Jati (2010) meliputi :
1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam
menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja, misalnya terlihat keadaan
finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang kesalamatan dan kesehatan
kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa
jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.
2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja bersifat formal atau informal. Secara formal dimaksudkan
setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai
dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau
konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.
3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan
rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti
pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak
manajemen perlu segera mengatasi keselamatan dan kesehatan kerja setelah
suatu kejadian timbul.
4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan
kesehatan kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
10
luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan nya.
Strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, menurut
Schuler,(1999) seperti tabel 2.1
Tabel 2.1 Sumber dan Strategi Untuk meningkatkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Sumber 1 Strategi 1 Sumber 2 Strategi 2
Lingkungan Kerja
Fisik
a. Kecelakaan Kerja
b. Penyakit
Akibat Pekerjaan
1. Cacat kecelakaan
tersebut
2. Rancang kembali
lingkungan kerja
3. Bentuk panitia
keselamatn kerja
1. Berikan pelatihan
dan saran
2. Cacat penyakit
tersebut
3. Perbaiki
lingkungan kerja
4. Komunikasi
informasi
5. Tentukan tujuan
dan saran
Lingkungan Kerja
Sosiopsikologis
Stess dan
Kecelakaan Kerja
1. Ciptakan
program-
program
pengendalian
stress kerja
2. Tingkatkan
partisipasi
pekerja dalam
pengambilan
keputusan
3. Berikan
kesempatan libur
Sumber : Schuler, (1999)
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
11
Menurut Malthis, (2012) Pendekatan terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang efektif adalah seperti pada gambar 2.1
Sumber : Malthis, (2012)
Gambar 2.1 Pendekatan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
Proses pembangunan proyek konstruksi pada umum nya merupakan
kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Tim manajemen sebagai pihak
yang bertanggung jawab selama proses pembangunan berlangsung harus
mendukung dan mengupayakan program-program yang dapat menjamin agar
tidak terjadi atau meminimalkan kecelakaan kerja atau tindakan-tindakan
pencegahan nya.
PENDEKATAN TERHADAP
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
YANG EFEKTIF
Pendekatan Organisasi
1. Mendesain pekerjaan
2. Mengembangkan dan mengimplementasikan
kebijakan dan keaman kerja
3. Memanfaatkan komite keselamatan kerja
4. Mengkoordinasikan penyelidikan
kecelakaan dan penyakit kerja
Pendekatan Rekayasa Teknis
1. Mendesain lingkunagan
2. Meninjau peralatan kerja
3. Mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi
Pendekatan Individual
1. Mendorong motivasi dan sikap
terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2. Memberikan pelatihan K3 kepada
karyawan
3. Memberi penghargaan melalui program
insentif
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
12
Elemen-elemen yang perlu dipertimbangkan dalam mempertimbangkan dan
mengimplementasikan program keselamatan dan kesehatan kerja menurut
Ervianto (2005), adalah sebagai berikut :
- Komitmen pimpinan perusahaan untuk mengembangkan program yang
dilaksanakan
- Kebijakan pimpinan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
- Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya kesehatan
dan keselamatan dalam bekerja
- Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung
- Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung
- Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan
- Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja
- Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja
- Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara
kontinu.
2. Kecelakaan Kerja
Dalam UU No. 1 Tahun 1970, menjelaskan tentang tempat kerja adalah
tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, tempat
tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan terdapat sumber-sumber bahaya. Kecalakaan kerja adalah
kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja
di tempat kerja.
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
13
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, salah
satunya adalah karakterdari proyek itu sendiri. Proyek konstruksi memiliki
konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari asspek kebersihan dan kerapian nya,
karena padat alat, pekerja, material. Faktor lain terjadinya kecelakaan kerja adalah
faktor pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar
keselamatan kerja, pemilihan mode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat
kerja sehingga haruss selalu menyesuaikan diri, perselisihan antar pekerja
sehingga mempengaruhi kinerjanya, perselisihan pekerja denagn tim proyek,
peralatan yang digunakan dan masih banyak faktor lain.
Jumlah pekerja yang besar dalam proyek konstruksi membuat perusahaan
sulit untuk menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif.
Menurut Ervianto (2005) faktor terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan
menjadi :
1. Faktor pekerja itu sendiri
2. Faktor metode konstruksi
3. Peralatan
4. Manajemen
Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan
sedini mungkin. Adapun tindakan yang mungkin dilakukan adalah :
1. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokan nya
sesuai tingkat resiko
2. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai dengan keahliannya
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
14
3. Melakukan pengawasan secara intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan
4. Menyediakan alat pelindungan kerja selama durasi proyek
5. Melaksanakan pengaturan dilokasi konstruksi
3. Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemerintah memberikan jaminan kepada tenaga kerja dengan menyusun
Undang-Undang No 13 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2013,
merupakan bukti tentang penting nya keselamatan kerja dalam perusahaan
(Kusuma, 2013)
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan
landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebutlah
yang menjadi pijakan utama dalam menafsirkan aturan dalam menentukan seperti
apa ataupun bagaimana program K3 tersebut harus diterapkan. Rizky Argama
yang dikutip Kusuma (2010) menjelaskan, sumber-sumber yang menjadi dasar
penerapan program K3 di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No 3 Tahun 1993 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial tenaga Kerja
4. Keputusan Presiden No 22 tahun 1993 Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
5. Peraturan Presiden No 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
15
6. Undaang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
B. Kinerja
Dalam proyek konstruksi, rasio kinerja adalah nilai yang diukur selama
proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, material, uang ,
metoda, dan alat. Sukses dan tidaknya proyek konstruksi tergantung pada
efektifitas pengelolaan sumber daya. Sumber daya yang digunakan selama proses
konstruksi adalah matriale, machines, man, method, money (Evrianto, 2005).
Suatu lingkungan kerja yang aman membuat pekerja menjadi sehat dan
produktif. Faktor lingkungan kerja juga dapat meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan proyek konstruksi secara langsung seperti tekanan yang berlebihan
terhadap jadwal pekerjaan, peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja yang
tidak memadai, kurangnya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan pada
pekerja, kurangnya pengawaasan terhadap keselamatan kerja para pekerja.
Menurut Yuni (2012), budaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat
terbentuk dari faktor-faktor dominan, yaitu sebagai berikut :
1. Komitmen top management
2. Peraturan dan prosedur K3
3. Komunikasi
4. Kompetensi pekerja
5. Keterlibatan pekerja
6. Lingkungan kerja
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
16
C. Tenaga Kerja Konstruksi
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu
proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu
penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa
manusia merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi sehingga
diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan
tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan:
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
5. Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.
Dalam hal ini tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam
pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang ahli/ profesional sampai tenaga kerja
pemborong/ buruh. Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian
tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien dan efektif. Dalam
pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut.
1. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan yang
penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
17
lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan.
Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat pendidikannya sarjana, sarjana muda
dan memiliki pengalaman dibidang masing-masing.
2. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan
ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,
menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerjaan
tenaga kerja bawahannya.
3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan cara
kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek ’tempat penulis kerja
praktek, dibagi menjadi lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu
(mason), tukang kayu (carpenter), tukang las, dan tukang listrik (ME). Tukang
besi mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan degan
pembesian/pemasangan tulangan, tukang batu bertugas dalam pengecoran dan
pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk mengurusi segala macam
pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik bekesting hingga servis
lainnya.
4. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan
bahan, alat, dan lain – lain.
5. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi proyek,
prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika
ada concrete mixer truck, concrete pump truck maupun truk bahan bangunan
yang akan masuk ke lokasi proyek. Aurelia Sanjaya (2012).
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
18
D. Tinjauan Empirik
Yuni (2012), dalam penelitian nya yang dilakukan di PT. Tunas Jaya
Sanur, Bali menguji faktor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan dan
kesehatan kerja pada proyek konstruksi serta pengaruhnya terhadap kinerja proyek
konstruksi. Pengambilan sampel pada 41 proyek konstruksi dengan menggunakan
metode sloving. Hasil dari penelitian adalah kinerja perusahaan dapat ditingkatkan
dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja
serta menganalisa seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap kinerja
perusahaan.
Jati (2010), dalam penelitian nya yang dilakukan di PT. Bitratex Industries
Semarang dengan metode kualitatif, mampu menggali lebih dalam tentang
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini menyatakan bahwa dari kelima elemen pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT. Bitratex Industries Semarang
yaitu, jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja, alat pelindung diri, beban kerja, serta jam kerja, sudah
mencerminkan bahwa pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di
PT. Bitratex Industries Semarang telah sesuai yang di inginkan, diharapkan, dan
dibutuhkan oleh karyawan. Selain itu manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan tersebut adalah pengurangan absentisme,
pengurangan biaya klaim kesehatan, pengurangan turnover pekerja serta
peningkatan produktifitas.
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
19
E. Operasi Variabel
Variabel independen pada penelitian ini terdiri dari 6 variabel yaitu :
1. Variabel pertama komimen top management, Komitmen ialah sebuah
keterikatan ataupun perjanjian untuk melakukan suatu yang terbaik dalam
organisasi atau kelompok tertentu. Dalam hal kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja diwujudkan dengan perhatian terhadap K3 dan perhatian
terhadap tindakan-tindakan bahaya yang mengancam K3. Indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel ini adalah perusahaan memberikan
prioritas utama terhadap masalah K3, perusahaan akan memberhentikan
pekerja yang membahayakan, ada usaha peningkatan kinerja K3 pada periode
tertentu, ada pengawasan terhadap K3, dan perusahaan memberikan pelatihan
K3 terhadap para pekerja.
2. Peraturan dan prosedur K3, ialah aturan dan petunjuk yang ditetapkan dalam
menjalankan manajemen K3. Hendaknya peraturan dan prosedur K3 tidaklah
terlalu rumit senggga mudah untuk dipahami, mudah ditetapkan dengan benar,
diberlakukan sanksi jika ada pelanggaran dan perlu adanya perbaikan secara
berkala sesuai dengan kondisi proyek kontruksi. Indikator yang digunakan
untuk mengukur variabel ini adalah peraturan dan prosedur K3 sangat
diperlukan, Prosedur K3 mudah ditetapkan dengan konsisten, ada sanksi
terhadap pelanggaran prosedur K3, peraturan dan prosedur K3 diperbaiki
secara berkala, dan peraturan prosedur K3 mudah dimengerti.
3. Komunikasi pekerja, ialah adanya penyampaian informasi atau pesan. Hal ini
berkaitan dengan pernyataan bahwa komunikasi yang baik diperlukan antara
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
20
pihak manajemen dan pihak pekerja, serta komunikasi yang baik antara sesama
pekerja. Untuk mengukur variabel ini digunakan indikator adalah pekerja
mendapat informasi mengenai K3, pekerja puas dengan penyampaian
informasi pekerjaan, pekerja mendapat informasi mengenai kecelakaan kerja
yang terjadi, adanya komunkasi yang baik antara pekerja dan pihak manajerial,
dan adanya komunkasi yang baik antara sesama pekerja.
4. Kompetensi pekerja, ialah kemampuan yang dimiliki pekerja, sehingga
diharapkan mampu meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja dan dapat
membantu mengkatkan kompetensi pekerja yang lain terhadap K3. Indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah tenaga kerja mengerti
tanggung jawab terhadap K3, pekerja mengerti sepenuhnya resiko dari
pekerjaan nya, pekerja mampu melakukan pekerjaan dengan aman, pekerja
tidak melakukan pekerjaan diluar tanggung jawabnya, dan pekerja mampu
memenuhi seluruh peraturan dan porsedur K3.
5. Lingkunagn kerja, adalah kondisi atau keadaan yang terdapat pada loksi kerja
yang mendorong K3 bila seluruh pekerjaanya mengutamakan program K3 dan
diharapkan lingkungan kerja semakin mengutamakan program K3 dan
diharapkan lingkungan kerja semakin kondusif dan meningkatkan motivasi
para pekerja. Indikator untuk mengukur variabel ini adalah sebagai berikut :
Pekerja mengutamakan K3, pekerja tidak bosan dengan pekerjaanya yang
berulang-ulang, pekerja termotivasi karena program K3, pekerja puas dengan
keamanan lingkungan kerja (alat pengaman, kebersihan agar tidak saling
menyalahkan bila terjadi kecelakaan).
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017
21
6. Keterlibatan dalam K3, ialah peran pekerja dalam merumuskan perencanaan
program K3 dan pekerja juga dilibatkan dalam penyampaian infofrmasi
mengenai K3. Ada beberapa indikator untuk mengukur variabel ini, yaitu
pekerja dilibatkan dalam perencanaan program K3, pekerja melaporkan jika
terjadi kecelakaan atau situasi yang berbahaya, pekerja diminta mengingatkan
pekerja lain tentang bahaya dan K3, dan pekerja dilibatkan dalam
penyampaian informasi (Yuni, 2012 dalam Choeruddin, 2014).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kinerja pekerja proyek
konstruksi. Kinerja pekerja ialah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Evrianto, 2005)
Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah
tenaga kerja atau pekerja mampu bekerja sesuai target, proyek dikerjakan sesuai
dengan kurun waktu yang ditentukan, tidak adanya kecelakaan kerja dilingkungan
kerja, tidak adanya kesalahan dalam melakukan pekerjaan, pekerja
memperhatikan keselamatan dalam menjalankan pekerjaanya dan pekerja hadir
sesuai dengan jadwal kerja.
Pengaruh Penerapan Keselamatan..., Mawadah Fitri Yana, Fak. Teknik UMP 2017