bab ii tinjauan pustaka a. kecanduan internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/bab...

22
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1. Pengertian Kecanduan Internet Kecanduan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berasal dari kata candu yang berarti sesuatu yang menjadi kegemaran dan membuat orang ketagihan, maka kecanduan adalah ketagihan, ketergantungan atau kejangkitan pada suatu kegemaran yang berlebihan. Menurut Thakkar (2006) kecanduan merupakan suatu kondisi dalam bidang medis dan psikiatris yang ditandai oleh penggunaan berlebihan terhadap suatu zat yang apabila digunakan secara terus menerus dapat memberikan dampak negatif dalam kehidupan penggunanya seperti hilangnya hubungan yang baik dengan keluarga maupun teman ataupun kehilangan pekerjaan. Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul The Heart of Addiction (Yee, 2002) terdapat dua jenis kecanduan yaitu adiksi fisikal seperti kecanduan terhadap alkohol atau kokaine dan adiksi non-fisikal seperti kecanduan terhadap game online ataupun terhadap internet. Beberapa ahli telah mendefinisikan kecanduan internet. Young (2010) mendefinisikan kecanduan internet sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online. Young (2010) membagi pengguna internet menjadi dua kelompok yaitu Non Dependent yaitu pengguna internet secara normal dan Dependent yaitu pengguna internet yang

Upload: truongxuyen

Post on 20-Jul-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecanduan Internet

1. Pengertian Kecanduan Internet

Kecanduan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berasal dari kata

candu yang berarti sesuatu yang menjadi kegemaran dan membuat orang

ketagihan, maka kecanduan adalah ketagihan, ketergantungan atau kejangkitan

pada suatu kegemaran yang berlebihan. Menurut Thakkar (2006) kecanduan

merupakan suatu kondisi dalam bidang medis dan psikiatris yang ditandai oleh

penggunaan berlebihan terhadap suatu zat yang apabila digunakan secara terus

menerus dapat memberikan dampak negatif dalam kehidupan penggunanya

seperti hilangnya hubungan yang baik dengan keluarga maupun teman ataupun

kehilangan pekerjaan. Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul The

Heart of Addiction (Yee, 2002) terdapat dua jenis kecanduan yaitu adiksi fisikal

seperti kecanduan terhadap alkohol atau kokaine dan adiksi non-fisikal seperti

kecanduan terhadap game online ataupun terhadap internet.

Beberapa ahli telah mendefinisikan kecanduan internet. Young (2010)

mendefinisikan kecanduan internet sebagai sebuah sindrom yang ditandai

dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan

internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online. Young (2010)

membagi pengguna internet menjadi dua kelompok yaitu Non Dependent yaitu

pengguna internet secara normal dan Dependent yaitu pengguna internet yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

2

adiktif. Pada kelompok Non Dependent menggunakan internet antara 4 hingga 5

jam per minggu. Sedangkan Dependent menggunakan internet yang berupa

komunikasi dua arah untuk bertemu, bersosialisasi dan bertukar ide dengan

orang-orang yang baru dikenal melalui internet. Pada kelompok Dependent

menggunakan internet antara 20 hingga 80 jam per minggu. Maka pecandu

internet menurut Young masuk kedalam kriteria kelompok dependent.

Menurut Orzack (2004) kecanduan internet merupakan suatu kondisi

individu mengalami dunia maya di dalam layar komputernya lebih menarik

daripada kehidupan nyata sehari-hari. Menurut Nurfajri (dalam Nurmandia,

2013) kecanduan internet adalah suatu gangguan psikologis yang meliputi

tolerance yaitu waktu penggunaan internet yg semakin untuk membangkitkan

kesenangan, withdrawal symptom yaitu mengalami gangguan cemas ketika

sedang tidak online, perubahan mood, sulit menyesuaikan diri dan terganggunya

kehidupan sosial. kecanduan internet adalah mencurahkan seluruh waktu untuk

kegiatan online hingga dirinya terobsesi dengan dunia maya (Suller, 2004).

Davis (dalam Soetjipto, 2005) menyebutkan dua jenis kecanduan internet, yaitu

kecanduan internet spesifik yang didefinisikan sebagai individu yang mengalami

kecanduan hanya pada satu macam fasilitas yang ditawarkan oleh internet dan

kecanduan internet umum generalized pathological internet use yaitu individu

mengalami kecanduan pada semua fasilitas yang ditawarkan oleh internet secara

keseluruhan. Griffiths (2015) mendefinisikan kecanduan internet sebagai

tingkah laku kecanduan yang meliputi interaksi antara manusia dengan mesin

tanpa adanya penggunaan obat-obatan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

3

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa

ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa kecanduan internet merupakan

tingkah laku dengan individu yang mencurahkan seluruh waktu untuk online

sehingga terobsesi dengan dunia maya, kondisi dunia maya didalam gadget lebih

menarik dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari hal tersebut disebabkan

fasilitas-fasilitas yang ditawarkan oleh internet, tingkah laku individu yang

mengalami kecanduan internet berinteraksi antara manusia dengan mesin tanpa

adanya obat-obatan dan ketika individu tidak terhubung dengan internet akan

mengalami gangguan cemas, perubahan mood, sulit menyesuaikan diri dan

terganggunya kehidupan sosial. Pengertian kecanduan internet dalam penelitian

ini menggunakan pengertian dari beberapa ahli diatas, karena dengan

menggunakan penggabunggan pengertian lebih lengkap dalam menjelaskan

definisi operasional kecanduan internet.

2. Aspek-Aspek Kecanduan Internet

Individu dikatakan mengalami kecanduan internet ketika menunjukan

perilaku-perilaku tertentu. Selain menjelaskan definisi-definisi dari kecanduan

internet para ahli juga menjelaskan aspek-aspek kecanduan internet. Suler

(2004) menyebutkan 10 Aspek-aspek kecanduan internet, yaitu :

a. Jumlah waktu menggunakan internet (amount of time spent online)

Pada saat online individu menggunakan internet tidak sesuai dengan

kebutuhan hingga waktu berinternet semakin bertambah dari yang

direncanakan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

4

b. Mengabaikan kewajiban (Waiver of Obligations)

Ketika perilaku tersebut mengalami eskalasi, penggunaan online menjadi

lebih kronis dan lebih tertanam sehingga semakin berkembang menjadi

obsesi kompulsif, dikarenakan hal tersebut menjadi mudah mengabaikan

kewajiban dan mudah lari dari tugas-tugas yang sudah menjadi kewajiban.

c. Penurunan sosialisasi (A deccrease in offline socializing)

Menurunnya komunikasi dengan keluarga berkurangnya ukuran sosialisasi

secara langsung sehingga dengan lingkungan sekolah,pekerjaan. ketika

sedang ofline akan merasa canggung secara sosial bahkan kesulitan

mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang sehat.

d. Perubahan hidup yang drastis (drastic lifestyle changes)

Menghindari aktivitas kehidupan yang sebenarnya dengan lebih memilih

menghabiskan waktu hanya untuk online dan menjadikan dunia online

sebagai jalan pintas untuk kehidupan.

e. Berbohong untuk online (Lie to online)

Membohongi keluarga, kerabat untuk menyembunyikan aktivitas

menggunakan internet.

f. Menghabiskan uang untuk online (spending excessive money on online fees)

Pengeluaraan uang terhadap kebutuhan intenet semakin meningkat hingga

hutang financial karena intensitas menggunakan internet dilakukan secara

berjenjang.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

5

g. Menghindari masalah dengan cara online (going online in order to escape life)

Internet menjadi pelarian psikologis yang mendistraksi pengguna dari

masalah, situasi sulit, perasaan negatif di dalam kehidupan yang sebenarnya

h. Penurunan kesehatan (Health decline)

Waktu berinternet yang meningkat hingga mengabaikan kesehatan dengan

pola makan tidak teratur dan tidak bernutrisi, kelelahan karena kurang tidur

yang kronis, bahkan sampai mengalami carpal tunnel syndrom, sakit mata,

migren ,sakit punggung, gangguan, sakit kepala.

i. Gangguan kecemasan atau gelisah (anxiety disorder)

Merasa gelisah, teringgung, depresi, cemas ketika tidak bisa mengakses

internet.

j. Keinginan untuk selalu online (the desire to always be online)

Aplikasi online menyediakan media/fiture yang nyaman untuk terlibat

dalam berbagai perilaku online sehingga individu menginginkan secara

terus menerus untuk segera online dimanapun dan kapanpun.

Orzack (2004) menggolongkan gejala-gejala yang nampak pada individu

yang mengalami kecanduan internet menjadi dua golongan, yaitu :

a. Gejala-gejala psikologis, yaitu mengalami euphoria saat menggunakan

komputer, tidak mampu menghentikan aktivitasnya, membutuhkan waktu

tambahan dalam menggunakan komputer, berbohong kepada keluarga dan

rekan kerja mengenai aktivitasnya dan mendapat masalah dengan sekolah

atau pekerjaannya.

b. Gejala-gejala fisik, yaitu mengalami carpal tunnel syndrome, mata

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

6

Menjadi kering, migren atau sakit kepala, sakit punggung, gangguan pada

pola makan, mengabaikan kesehatan dan gangguan tidur.

Griffiths (2015) mencantumkan enam dimensi kecanduan internet, yaitu sebagai

berikut :

a. Salience

Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling

penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu

preokupasi atau gangguan kognitif, merasa sangat butuh, tingkah laku

Seperti kemunduran saat perilaku sosial. Individu akan selalu memikirkan

internet meskipun sedang tidak mengakses internet.

b. Mood modification

Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi

hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping.

c. Tolerance

Hal ini merupakan proses dimana terjadinya peningkatan jumlah

penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood.

d. Withdrawal symptoms

Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena

penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan misalnya mudah

marah,cemas atau tubuh bergetar.

e. Conflict

Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

7

dengan lingkungan sekitarnya seperti konflik interpersonal, konflik dalam

pengerjaan tugas, kehidupan sosial. Serta terjadi konflik dalam dirinya

sendiri yaitu konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol yang

mengakibatkan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bermain

internet.

f. Relapse

Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan

internet setelah adanya kontrol.

Beard dan Wolf (dalam Soetjipto, 2005) mengusulkan menggunakan

delapan kriterium diagnostik kecanduan internet. Lima kriterium pertama harus ada

sebagai dasar Penegakan diagnosis kecanduan internet. Sedangkan salah satu dari

tiga kriterium lainnya pun harus ada. Lima kriterium yang harus ada seluruhnya

yaitu :

a. Preokupasi terhadap internet pikiran dikuasai oleh aktivitas internet yang

dilakukan sebelumnya dan mengantisipasi sesi penggunaan internet

berikutnya.

b. Kebutuhan untuk menggunakan internet dengan alokasi waktu yang terus

bertambah demi untuk mengejar kepuasan.

c. Telah mencoba dan gagal untuk mengendalikan, mengurangi atau berhenti

untuk menggunakan internet.

d. Tidak tenang, moody, depresi atau mudah teriritasi ketika harus

menghentikan menghentikan aktivitas berinternet.

e. Aktifitas online melebihi waktu yang direncanakan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

8

Sedangkan salah satu dari kriterium tambahan yang harus dapat terdeteksi yaitu :

a. Mengalami masalah atau mempunyai resiko kehilangan hubungan pribadi,

kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan pendidikan atau kehilangan

karir.

b. Berbohong kepada anggota keluarganya, terapis atau pihak lain dalam

rangka menutupi aktivitas menggunakan internet.

c. Menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau

menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah,

kegelisahan atau depresi.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa aspek-aspek kecanduan

internet menurut Suller (2004) meliputi jumlah waktu menggunakan internet,

mengabaikan kewajiban, turunya sosialisasi secarang langsung, perubahan hidup

drastis, berbohong untuk online, menghabiskan uang untuk online, menghindari

masalah untuk online, penurunan kesehatan, gangguan kecemasan, ingin selalu

untuk online. Sementara Orzack (2004) menggolongkan gejala-gejala yang nampak

pada individu yang mengalami kecanduan internet menjadi dua golongan meliputi

mengalami gejala psikologis dan gejala fisik.

Menurut Griffiths (2015) berpendapat bahwa terdapat enam dimensi

kecanduan internet meliputi salience, mood modification, tolerance, withdrawal

symptoms, conflict dan relapse. Sedangkan menurut Beard dan Wolf (dalam

Soetjipto, 2005) berpendapat bahwa terdapat delapan kriterium diagnostik

kecanduan internet meliputi preokupasi terhadap internet, alokasi waktu yang terus

bertambah dalam penggunaan internet, gagal mengurangi atau berhenti

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

9

menggunakan internet, cemas ketika menghentikan aktivitas internet, aktivitas

online berlebihan, mengalami masalah karena menggunakan internet, berbohong

untuk menutupi aktivitas onlinenya dan menggunakan internet sebagai jalan keluar

dalam mengatasi masalah. Bentuk-bentuk kecanduan internet yang dikemukakan

oleh Suller (2004) akan dijadikan acuan indikator pembuatan skala kecanduan

internet karena aspek-aspek kecanduan internet yang dikemukakan oleh Suller

tersebut menurut peneliti isinya lengkap dan dapat digunakan untuk mengungkap

kecanduan internet dan skor aitem memiliki memenuhi kategorisasi validitas yang

baik.

3. Faktor-Faktor Penyebab Kecanduan Internet

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan internet diantaranya diantaranya

sebagai berikut :

a. Aktulisasi diri (Self-actualization)

Diketahui bahwa adanya hubungan antara aktualisasi diri dengan kecanduan

intenet, penelitian dilakukan oleh Suryama & Pratisti (2017) dengan judul

penelitian Hubungan antara aktualisasi diri dengan kecanduan internet pada

Mahasiswa.

b. Kontrol Diri (Self-Control)

Diketahui bahwa adaanya hubungan antara kontrol diri dengan kecanduan

internet, penelitian dilakukan oleh Ismail & Zawahreh (2017). Yaitu

dengan judul penelitian self control and its relationship with the intenet

addiction among a sampel of Najran University Student.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

10

c. Kesepian (loneliness)

Diketahui bahwa adanya Hubungan antara kesepian dengan Kecanduan

internet, penelitian dilakukan oleh Wang (2006). Yaitu dengan judul

penelitian A study on the relationship between the loneliness and internet

addiction of college students.

d. Ketakutan akan ketinggalan informasi (Fear of missing out)

Diketahui bahwa adanya hubungan antara fear of missing out dengan

kecanduan internet, penelitian dilakukan oleh Marlina (2017). Yaitu dengan

judul penelitian Hubungan antara fear of missing out dengan kecanduan

internet pada emergeing adulthood.

e. Lima type kepribadian (Big five personality)

Diketahui bahwa adanya hubungan antara lima type kepribadian dengan

kecanduan internet, penelitian dilakukan oleh Ohorella & Nu’man (2009).

Yaitu dengan judul penelitian Big five personality dengan kecanduan

internet.

Selain faktor-faktor yang dikemukakan di atsa terdapat faktor lain yang dapat

mempengaruhi kecanduan internet yang dijabarkan oleh Montag & Reuter (2015)

yaitu:

a. Faktor Sosial

Kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersonal atau individu yang

mengalami permasalahan sosial dapat menyebabkan penggunaan internet

yang berlebih. Hal tersebut disebabkan individu merasa kesulitan dalam

melakukan komunikasi dalam situasi face to face, sehingga individu akan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

11

lebih memilih menggunakan internet untuk melakukan komunikasi karena

dianggap lebih aman dan lebih mudah daripada dilakukan secara face to

face. Rendahnya kemampuan komunikasi dapat juga menyebabkan

rendahnya harga diri, mengisolasi diri menyebabkan permasalahan dalam

hidup seperti kecanduan terhadap internet.

b. Faktor Psikologis

Kecanduan internet dapat disebabkan karena individu mengalami

permasalahan psikologis seperti depresi, kecemasan, obsesive compulsive

disorder (OCD), penyalahgunaan obat-obat terlarang dan beberapa

sindroma yang berkaitan dengan gangguan psikologis. Internet

memungkinkan individu untuk melarikan diri dari kenyataan, menerima

hiburan atau rasa senang dari internet. Hal ini akan menyebabkan individu

terdorong untuk lebih sering menggunakan internet sebagai pelampiasan

dan akan membuat kecanduan.

c. Faktor Biologis

Penelitian yang dilakukan oleh Montag & Reuter (2015) dengan

menggunakan functional magnetic resonance image (fMRI) menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara individu yang mengalami

kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang mengalami kecanduan

internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih

lambat, kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan

kepribadian depresif.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

12

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecanduan internet yaitu ciri khas, psikologis, tujuan penggunaan

internet dan kontrol diri. Kontrol diri berpengaruh tehadap kecanduan intenet pada

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta karena kontrol diri merupakan

kemaampuan membimbing, mengarahkan bentuk perilaku yang dinginkan.

Peneliti memilih faktor kontrol diri karena pentingnya memiliki

keterampilan kontrol diri untuk Mahasiswa pada saat menggunakan internet agar

mampu mengontrol penggunaan intenet sesuai kebutuhan jika menggunakan

internet berlebihan berdampak kecanduan internet.

B. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Kontrol diri merupakan suatu kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri

dengan cara menghambat hasrat-hasrat jangka pendek yang muncul secara

spontan untuk menekan perilaku impulsif Reber & Reber (2010). Menurut

Chaplin (2011) kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah

lakunya sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls

tingkah laku yang impulsif. Smet (1994) mengatakan bahwa kontrol diri

merupakan kemampuan seseorang untuk mencapai hasil yang diinginkan

melalui tindakannya sendiri.

Menurut Lazarus (1976) kontrol diri berarti suatu proses yang menjadikan

individu sebagai agen utama dalam membimbing, mengatur dan mengarahkan

bentuk-bentuk perilaku yang dapat membawa individu kepada konsekuensi

positif. Selanjutnya Calhoun & Acocella (1990) menyatakan bahwa kontrol diri

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

13

merupakan pengaruh dan pengaturan yang dilakukan seseorang terhadap fisik,

perilaku dan proses. (Hurlock, 2004) mengatakan kontrol diri berkaitan dengan

bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam

dirinya.

Menurut Syamsul (2010) kontrol diri merupakan kemampuan individu

untuk mengendalikan dorongan-dorongan, baik dalam diri maupun luar diri

individu. Wallston (dalam Sarafino, 2006) menyatakan bahwa kontrol diri

adalah perasaaan individu mampu untuk membuat keputusan dan mengambil

tindakan yang efektif untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan

menghindari hasil yang tidak diinginkan. Kontol diri diartikan Papalia (2004)

sebagai kemampuan individu untuk menyesuaikan tingkah laku dengan apa yang

dianggap diterima secara sosial oleh masyarakat. Menurut Averill (dalam

Gufron dan Rini, 2010) kontrol diri sebagai variabel psikologis yang mencakup

kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan mengelola

informasi yang tidak diinginkan, dan kemampuan untuk memilih suatu tindakan

berdasarkan sesuatu yang diyakini.

Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah

kemampuan individu dalam menyusun, membimbing, mengatur dan

mengarahkan bentuk perilaku untuk menahan keinginan dan mengendalikan

tingkah lakunya sendiri, mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan

dari dalam dirinya yang berhubungan dengan orang lain, lingkungannya,

pengalaman dalam bentuk fisik maupun psikologis untuk memperoleh tujuan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

14

dimasa depan dan dinilai secara sosial melalu pertimbangan kognitif sehingga

dapat memmbuat keputusan yang diinginkan dan diterima oleh masyarakat.

2. Aspek-Aspek Kontrol diri

Menurut Averill (dalam Jane, 2016) menyebutkan 3 aspek kontrol diri :

1. Kontrol perilaku (behavioral control)

Kontrol perilaku yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku pada

keadaan yang tidak menyenangkan atau mengancam. Kemampuan mengontrol

perilaku ini diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan

(regulated administration) dan kemampuan kemampuan memodifikasi stimulus

(stimulus modifiability) :

a. Mengatur pelaksanaan yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan

perilaku yang berasal dari intenal maupun bantuan eksternal. Apakah dirinya

sendiri secara intenal atau bantuan dari sumber-sumber eksternal untuk

mengendalikan perilaku.

b. Kemampuan mengendalikan atau mengatur stimulus yakni kemampuan

yang dimiliki untuk menghadapi atau mengetahui suatu stimulus yang tidak

diinginkan dengan beberapa pilihan cara yang dapat digunakan, antara lain :

(1) Mencegah stimulus, (2) menjahui stimulus (3) menghentikan stimulus.

2. Kontrol kognitif (cognitive control)

Kontrol kognitif merupakan individu dalam mengelola informasi yang tidak

diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai atau menghubungkan suatu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

15

kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau

mengurangi tekananan. Aspek ini terdiri dua komponen yaitu :

a. Memperoleh Informasi (Information gain)

Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai sutu keadaan yang

tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut

dengan berbagai pertimbangan.

b. Melakukan Penlilaian (Appraisal)

Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan

suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif

dan subjektif.

3. Kontrol keputusan (decisional control)

Yaitu kemampuan untuk menentukan tujuan dengan memilih suatu tindakan

berdasarkan pertimbangan secara objektif untuk memilih tindakan yang diyakini

untuk mencapai tujuan tersebut. Kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam

mengontrol keputusan dapat berfungsi dengan baik jika adanya suatu

kesempatan, kebebasan, kemungkinan yang dimiliki oleh diri sendiri untuk

memilih yang terbaik diantara beragam tindakan alternatif yang lain.

Ketiga jenis kemampuan mengontrol diri diatas mencakup lima aspek, yaitu

(1) mengontrol perilaku yang menekankan pada kemampuan untuk dapat

mengendalikan perilaku sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dirinya dan

mengontrol stimulus menekankan pada kemampuan untuk menghadapi dengan

cara mencegah, menjahui dan menghentikan stimulus sebelum berakhir. (2)

mengontrol kognitif yaitu mengantisipasi suatu peristiwa yaitu menekankan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

16

pada kemampuan menilai secara relatif obyektif berdasrkan informasi yang

dimiliki menafsirkan suatu peristiwa dengan memperhatikan segi positif secara

subyektif, (3) kemampuan mengontrol keputusan yaitu menentukan tujuan

dengan memilih suatu tindakan berdasarkan pilihan tindakan yang diyakini

dalam pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Calhoun & Acocella (1990) terdapat tiga aspek kontrol diri :

a. membuat pertimbangan terhadap pilihan

setiap individu dapat membuat pertimbangan terhadap suatu pilihan. Individu

dihadapkan dalam dua pilihan dimana individu harus memilih salah satu dari

pilihannya tersebut yang dianggapnya baik atau positif. Dan tidak membuat

suatu pilihan yang tidak baik atau negatif.

b. memilih salah satu dari dua perilaku

individu memilih salah satu dari dua perilaku yang menyebabkan konflik, yang

satu menawarkan ganjaran tapi dalam jangka waktu yang lama dan yang lain

menawarkan kepuasan segera. Pada saat dihapdakan pada pemilihan satu dari

dua perilaku tersebut melibatkan sikap tidak impulsif. Impulsif yaitu satu

keadaan yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk berbuat.

Dengan melakukan meditasi menyebabkan seseorang tidak impulsif. Karena

dalam meditasi dibutuhkan kosentrasi, kesabaran dan ketenangan.

c. Memanipulasi Stimulus

Untuk membuat suatu perilaku menjadi lebih mungkin dilakukan dan perilaku

lain kurang mungkin dilakukan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

17

Berdasarkan uraian tersebut, Peneliti memilih aspek yang akan digunakan

adalah aspek kontrol diri dari Menurut Averill (dalam Ghufron dan Rini, 2010).

Alasan menggunakan aspek dari Averill karena aspek-aspek tersebut

menekankan pada perilaku individu serta cara berfikir untuk mengambil

keputusan hingga memprediksi suatu kejadian dan memilihi hasil dari suatu

tindakan.

C. Hubungan antara kontrol diri dengan Kecanduan Intenet pada

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Pada zaman modern seperti ini, penggunaan internet tidak lepas dari

kehidupan sehari-hari setiap individu. Internet menawarkan hal-hal yang menarik

serta kemudahan dalam menggunakannya sehingga menyebabkan individu terus

menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa aktivitas yang

dapat dilakukan melalui internet, seperti surfing, emailing, downloading, social

networking, blogging, navigating in virtual worlds, gaming, chatting (Correa et

al., 2010). Terdapat beberapa aplikasi yang dapat digunakan dalam internet, seperti

searching, social media, streaming video, games online dan instan messaging,

sehingga internet memberikan manfaat berupa hiburan, kemudahan dalam

melakukan komunikasi dan memperoleh informasi. Manfaat yang didapat dari

internet membuat individu sangat terfokus pada laptop, notebook, ponsel atau

smartphone. Teknologi internet memiliki filosofi Yin dan Yang dengan dampak

positif dan negatif yang bekerja sama untuk keuntungan optimal yang ditunjukkan

dalam menggunakan internet (Rodman ,2006).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

18

Internet memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari bahkan dapat

menyebabkan permasalahan baru seperti individu akan mengakses internet lebih

sering sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari yang menyebabkan individu

mengalami kecenderungan menggunakan internet secara berlebih atau dapat

disebut dengan kecanduan internet. Menurut Nugraini (2015) penggunaan internet

dengan media yang berlebihan seperti video games, judi online dan internet akan

membawa permasalahan pada individu. Hasil survey di Indonesia mengenai

kecanduan internet yang dilakukan oleh Alvara Research Center terhadap 1550

Responden di 6 kota besar di Indonesia menunjukkan hampir 15% pengguna

internet di Indonesia sudah terjangkit kecanduan internet (Hasanuddin, 2014).

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur

dan mengarahkan perilaku kontrol diri begitu juga dengan mahasiswa. Sebagai

salah satu sifat kepribadian, kontrol diri setiap Mahasiswa tidaklah sama. Ada

mahasiswa yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada mahasiswa yang

memiliki kontrol diri yang rendah. Penggunaan internet yang sedang-sedang saja

dan terkontrol paling tepat berfungsi untuk menangani/menghindar kecanduan

intenet (Greenfield, 2001). Kebiasaan menggunakan internet didefinisikan sebagai

bentuk perilaku otomatis yang kurang memiliki kesadaran, perhatian,

intensionalitas dan kontroalibilitas (Saling & Philips, 2007). Kontrol diri yang

kurang telah dibuktikan sebagai salah satu prediktor konsisten penggunaan internet

berlebihan di berbagai penilitian (Larose, Lin & Eastin 2003).

Mahasiswa sebagai pengguna internet yang memiliki kontrol diri yang

tinggi mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku online. Pengguna

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

19

internet yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengatur perilaku online

(Widiana, 2004). Mahasiswa sebagai pengguna internet yang memiliki kontrol diri

yang tinggi mampu mengatur penggunaan internet sehingga tidak tenggelam dalam

internet, mampu menggunakan internet sesuai dengan kebutuhan, mampu

memadukan aktivitas online dengan aktivitas-aktivitas lain dalam kehidupannya

Mahasiswa sebagai pengguna internet dengan kontrol diri yang tinggi tidak

memerlukan internet sebagai tempat untuk melarikan diri dari masalah atau

menghilangkan disforia (perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, cemas, depresi).

Pola penggunaan yang meningkat dan mengakitbatkan pengabaian hubungan dan

kegiatan kegiatan hidup yang penting, sehingga memicu downward spiral karena

konsekuensi pengabaian itu menghasilkan disforia (Larose, Lin & Eastin, 2003).

Sebaliknya, mahasiswa sebagai pengguna internet dengan kontrol diri

rendah tidak mampu mengatur penggunaan internet sehingga perhatian tertuju

hanya pada internet, berharap untuk segera online atau memikirkan aktivitas online.

Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting

dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu preokupasi atau

gangguan kognitif, perasaan merasa sangat butuh menggunakan intenet dan tingkah

laku kemunduran dalam perilaku sosial. Kontrol diri yang kurang telah

dikemukakan untuk menjelaskan bagaimanan kegiatan internet yang menghasilkan

gratifikasi berubah menjadi kebiasaan, bahkan menjadi kebiasaan yang berpotensi

merugikan bahkan mengganggu kehidupan individu (Larose, Lin & Eastin 2003).

Individu akan selalu memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses

internet (Griffiths, 2015). Ketika kebiasaan menggunakan intenet semakin kuat,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

20

kontrol yang didasari proses-proses seleksi menjadi menurun, bahkan sampai ke

titik dimana niat-niat sadar tidak lagi memiliki dampak signifikan pada perilaku

online karena kebiasaan yang kuat menggunakan internet semakin kuat (Limayem

& Cheung, 2007)

Mahasiswa sebagai pengguna internet dengan kontrol diri rendah dapat

menghabiskan waktu berjam-jam dengan aktivitas online hingga melupakan bagian

lain dari kehidupannya seperti waktu belajar, bekerja dan bersosialisasi dengan

orang lain, bahkan menggunakan internet sebagai tempat untuk melarikan diri dari

masalah. Semakin kecanduan menggunakan internet, semakin tinggi kemungkinan

mereka untuk menggunakan internet untuk melarikan diri (Young & Rogers, 1997).

Kontrol diri yang rendah dapat terjadi juga pada mahasiswa bila mahasiswa tidak

mampu mengendalikan diri pada saat mengakses internet. Kontrol diri yang kurang

telah dikemukakan untuk menjelaskan bagaimanan kegiatan internet yang

menghasilkan gratifikasi berubah menjadi kebiasaan, bahkan menjadi kebiasaan

yang berpotensi merugikan bahkan mengganggu kehidupan individu (Larose, Lin

& Eastin 2003). Penggunaan internet yang impulsif-kompulsif akan menyita

banyak waktu dan tidak terkontrol akan mengakibatkan berbagai masalah

sosial,finansial dan pekerjaan (Dell’osso et al, 2008). Pada Mahasiswa Universitas

Mercu Buana Yogyakarta sebelumnya diketahui bahwa rata-rata mahasiswa

mengakses internet 8 jam perhari dan rata-rata usia mereka yang kecanduan internet

berusia 17-21 tahun. Masa remaja berkisar 12-21. Masa remaja dianggap sebagai

periode perubahan, masa pendewasaan dan masa untuk mencari identitas. Oleh

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

21

karena itu, pada masa ini remaja memiliki permasalahan identitas negatif,

pengendalian diri rendah dan pengaruh teman sebaya (Santrock, 2002).

Feprinca (2008) melakukan penelitian mengenai kecanduan Game online,

hasil dari penelitian tersebut menghasilkan bentuk perilaku individu yang

mengalami kecanduan akan ingin terus bermain game online dan menghabiskan

banyak waktu serta dimungkinkan individu tersebut tidak mampu mengontrol atau

mengendalikannya. Hasil penelitian yang dilakukan Ningtyas (2012) tentang

hubungan antara kontrol diri dengan kecanduan internet pada mahasiswa Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Hasil penelitian yang dilakukan

mempunyai hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan kecanduan

internet. Diketahui bahwa adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan

kecanduan internet, penelitian dilakukan oleh Ismail & Zawahreh (2017). Penelitan

Widiana, dkk (2004) menunjukan korelasi negatif signifikan antara kontrol diri

dengan kecanduan internet sehingga dapat dikatakan semakin tinggi kontrol diri

maka semakin rendah kecanduan internet dan sebaliknya, semakin rendah kontrol

diri makan semakin tinggi kecanduan internet.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah, ada hubungan negatif antara

kontrol diri dengam kecanduan internet pada Mahasiswa Universitas Mercu

Buana Yogyakarta. Semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecanduan

internet pada Mahasiswa Mercu Buana Yogyakarta, begitupun sebaliknya jika

kontrol diri rendah semakin tinggi kecanduan Internet pada Mahasiswa

Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecanduan Internet 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4569/3/BAB II.pdfBerdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

22