bab ii tinjauan pustaka a. kader kesehatan 1. pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kader Kesehatan
1. Pengertian Kader
Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih
oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,
1983).
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menanggani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat setra untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995).
Kader sebagai warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh
masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader secara sukarela bersedia
berperan melaksanakan dan mengelola kegiatan keluarga berencana di desa
(Karwati, dkk, 2009).
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat dan diharapkan mereka dapat melakukan pekerjaannya secara sukarela
tanpa menuntut imbalan berupa uang atau materi lainnya. Namun ada juga kader
Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan
secukupnya oleh masyarakat setempat (Meilani, N., dkk, 2008).
2. Peran dan Tugas Kader
a. Peran Kader
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
berkedudukan dalam masyarakat ( Lukman, Ali., dkk, 1996)
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran, jadi peran dapat diartikan suatu konsep diri seseorang
berdasarkan perilaku dan status sosial atau kedudukan di masyarakat (Soekanto,
1990).
Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani masyarakat
khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih
mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader. Karena kader lebih tanggap
dan memiliki pengetahuan kesehatan diatas rata–rata dari kelompok sasaran
posyandu (Umar Naim, 2008).
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang diberikan keterampilan
untuk menjalankan posyandu (Nurpudji, 2006). Peran kader secara umum adalah
melaksanakan kegiatan pelayanan dan mensukseskan bersama masyarakat serta
merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat desa.
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat :
1) Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2) Pengamatan terhadap maslaah kesehatan di desa
3) Upaya penyehatan lingkungan
Universitas Sumatera Utara
4) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5) Pemasyarakatan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) (Meilani, N., dkk, 2009).
Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Wujud peran serta kader dalam bentuk tenaga dan materi. Kader juga
berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang
dilakukan di posyandu. Selain kegiatan posyandu kader juga berperan di luar itu
kegiatan posyandu, yaitu sebagai berikut :
1) Merencanakan kegiatan antara lain survei mawas diri, menentukan kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan di masyarakat.
2) Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan motivasi tentang
kesehatan.
3) Menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong.
4) Memberikan pelayanan yaitu membagikan obat, pemantauan penyakit serta
pertolongan pada kecelakaan.
5) Melakukan pencatatan seperti KB, KIA, Imunisasi, Gizi, dan Diare.
6) Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB serta
kesehatan lainnya.
7) Melakukan kunjungan rumah.
8) Melakukan pertemuan kelompok (Yulifah, R. Dkk, 2009).
b. Tugas Kader
Sesuai dengan pengertiannya (WHO, 1995) kader bekerja di tempat
pemberian pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, seperti
Universitas Sumatera Utara
diposyandu. Tugas–tugas kader dalam rangka penyelenggarakan posyandu dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
1) Tugas Kader pada saat persiapan hari buka posyandu meliputi beberapa hal
berikut :
a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, serta obat-obatan.
b) Mengundang masyarakat untuk datang ke posyandu.
c) Menghubungin kelompok kerja posyandu
d) Melaksanakan pembagian tugas antar kader posyandu (Yulifah, R. Dkk,
2009).
2) Tugas Kader pada hari buka posyandu
a) Meja I (Pendaftaran)
Merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran kepada bayi,
balita dan ibu hamil yang datang ke posyandu.
b) Meja 2 (Penimbangan)
Merupakan layanan penimbangan
c) Meja 3 (Pengisian KMS)
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan bilita mendaftar
dan ditimbang. Pengisian berat badan kedalam skala yang sesuai dengan
umur balita.
d) Meja 4 (Penyuluhan)
Diketahuinya berat batasan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil
dengan resiko, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan
kesehatan, pelayanan IMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi pil bulanan,
kondom.
e) Meja 5 (Pelayanan)
Universitas Sumatera Utara
Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke posyandu,
serta penyuntikan imunisasi dilayani dimeja V (Karwati, dkk, 2009).
3) Tugas Kader setelah membuka posyandu
a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku registrasi.
b) Menilai hasil Kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu berikutnya
c) Kegiatan diskusi bersama ibu-ibu
d) Kegiatan kunjungan rumah (Yulifah, R. dkk, 2009).
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-
tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya di
beberapa negara :
1) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangganan penyakit yang
ringan.
2) Melakukan pengobatan sederhana.
3) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
4) Menolong persalinan.
5) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
6) Menberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (Program UPGK).
7) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
8) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
9) Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolombia, Papua New Guinea, dan
Sudan).
10) Pemberian motivasi KB.
11) Membagikan alat-alat KB.
Universitas Sumatera Utara
12) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan kesehantan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum.
13) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan
14) Pemberian tentang perlunya follow up pada penyakit meular dan perlunya
memastikan diagnosis.
15) Penangganan penyakit menular.
16) Membantu kegiatan di klinik.
17) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit.
18) Membina kegiatan UKS secara teratur.
19) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan
dan pelaporan (Meilani, N. dkk, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi kader untuk aktif yaitu dipengaruhi oleh
beberapa faktor dari luar maupun dari dalam kader itu sendiri. Faktor yang berasal
dari luar yaitu pekerjaan dari kader karena kader bukan hanya bekerja satu kali dalam
satu bulan tapi diluar jadwal kegiaan posyandu kader bertugas mengunjungi peserta
posyandu. Faktor yang mempengaruhi peran serta kader kader dari dalam adalah
tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun dari
pelatihan. (Prang, R., 2012).
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain, baik individu maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan yang cukup merupakan
dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang unutk
menerima pengetahuan, sikap dan prilaku/ motivasi baru. (Rahman, A., 2008)
Universitas Sumatera Utara
Motivasi adalah rangsangan, dorongan, dan pembangkit tenaga yang dimiliki
seseorang ssehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu. (Azwar, 2008).
Kader melakukan pekerjaan atau tugas secara sukarela secara umum memiliki
motivasi didalam dirinya yaitu kepedulian akan kesehatan di masyarakat sehingga
tanpa memperoleh kompensasi kader tetap setia melakukan tugasnya. (Prang, R.,
2012).
3. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5
orang untuk tiap posyandu (Meilani, N. dkk, 2009).
Tim pelatihan kader melibatkan beberapa sektor, namun secara teknis oleh
kepala puskesmas dengan pelatihan harian oleh staf puskesmas yang mampu
melaksanakan. Jenis materi yang disampaikan adalah :
1) Pengantar tentang posyandu.
2) Persiapan posyandu.
3) Kesehatan ibu dan anak.
4) Keluarga Berencana.
5) Imunisasi.
6) Gizi.
7) Penanggulangan diare.
8) Pencatatan dan Pelaporan (Meilani, N. dkk, 2009).
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan
dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka. Salah satu tugas bidan dalam
Universitas Sumatera Utara
menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kader. Adapun hal-hal yang
perlu disampaikan dalam pembinaan kader :
1) Pemberitahuan ibu hamil tentang untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi
bidan siaga)
2) Pengendalian tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas serta rujukannya
3) Penyuluhan gizi dan keluarga berencana
4) Pencatatan Kelahiran dan kematian bayi/ibu
5) Promosi tabungan ibu bersalin (TABULIN), donor darah berjalan, ambulans
desa, suami siap antar jaga (SIAGA), satgas gerakan sayang ibu (Meilani, N.
dkk, 2009).
B. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk bentuk
upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,
untuk memperbanyak dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak (Karwati, dkk, 2010).
Posyandu adalah suatu forum komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dan keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan dan pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Wahyuningsih, H.P., dkk, 2009).
Jadi Posyandu adalah suatu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
atau UKBM yang kegiatannya sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat (Depkes RI,
2011).
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Posyandu
Tujuan dari Posyandu meliputi 5 kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) dan
kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu terdiri dari
a. Panca krida Posyandu :
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
b. Sapta krida posyandu :
1) KIA
2) KB
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
6) Sanitasi dasar
7) Penyediaan obat esensial ( Depkes RI, 2011)
Makin banyaknya jumlah posyandu yang mendorong terjadinya variasi
tingkat perkembangan yang beragam. Untuk mengantisipasi keadaan yang demikian
dapartemen kesehatan menentukan tingkat perkembangan posyandu yang
digolongkan kedalam empat tingkat yaitu :
1) Posyandu Pratama (Pratamasidi)
Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan
kader terbatas yaitu 4 orang.
2) Posyandu Madya (Madyasidi)
Universitas Sumatera Utara
Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun,
dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih . Akan tetapi program utamanya
(KB, KIA,Gizi, dan Imunisasi) masih rendah.
3) Posyandu Purnama (Purnamasidi)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali
pertahun rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih dengan cakupan 5 program utama
(KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50% sudah ada program tambahan.
4) Posyandu Mandiri
Posyandu sudah sampai pada tingkat mandiri ini berarti sudah dapat melakukan
kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus dengan program
tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK (Depkes, 2011).
3. Sasaran Posyandu
Sasaran dari kegiatan Posyandu adalah
1) Bayi yang berusia 12 bulan atau kurang 1 tahun.
2) Balita usia 1-5 tahun.
3) Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
4) Wanita usia subur (Meilani, N. dkk, 2009).
4. Manfaat Posyandu
Kegiatan Posyandu sangat bermanfaat bagi semua baik bagi masyarakat, bagi
kader pengurus posyandu, tokoh masyarakat, bagi puskesmas maupun bagi sektor
lainnya (Meilani, N. dkk, 2009).
C. Imunisasi Campak
1. Pengertian Imunisasi Campak
Universitas Sumatera Utara
Imunisasi berasal dari kata imun atau kebal atau resisten jadi imunisasi adalah
suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai
kemampuan, mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan
kuman tertentu. Kebal terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit
lain (Depkes RI, 1996).
Imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada
tubuh seseorang sehingga menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu
(Depkes RI, 2004).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu ( Hidayat, 2005).
Sedangkan Imunisasi Campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi
vaksin campak pada anak bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak.
Imunisasi dapat diberikan pada usia 9 bulan secara sub kutan (Karwati, dkk, 2010).
2. Jenis vaksin
Ada 2 jenis cara pengambilan virus untuk pembuatan vaksin yaitu vaksin
yang berasal dari virus hidup dan dilemahkan dan vaksin yang berasal dari virus
yang dimatikan. Contoh vaksin dari virus yang dilemahkan yaitu vaksin BCG, vaksin
polio dan vaksin campak dan vaksin dari virus yan dimatikan yaitu vaksin polio,
vaksin campak (Muslihatun, W.N. dkk, 2010)
Vaksin dari vaksin hidup (CAM 70- chick chorioallantonk membrane)
dilemahkan tambah kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk beku kering,
dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades (Marimbi, 2010).
Universitas Sumatera Utara
3. Waktu dan Cara Pemberian Imunisasi campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam
bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut
yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan
dengan dosis 0.5 ml pada anak usia 9 bulan. Di negara berkembang imunisasi
diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin,
sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal
rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (Maternal
antibodi) ternyata dapat menghambat terbentukya zat kebal campak dalam tubuh
anak, maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai usia 9 bulan, dan pada
anak-anak di negara maju setelah 15 bulan. Sehingga imunisasi ulang masih
diberikan usia 6-7 tahun yaitu program BIAS di sekolah. (Satgas Imunisasi, 2011).
Universitas Sumatera Utara