bab ii tinjauan pustaka a. deskripsi teori 1. model ...repository.ump.ac.id/3696/3/agus rimas...
TRANSCRIPT
10
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Model Outdoor Experiential Learning
a. Definisi Outdoor Experiential Learning
1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study)
Vera (2012:16) mengemukakan bahwa pembelajaran di luar
kelas adalah kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa
yang dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai tempat
kegiatan pembelajaran siswa. Lingkungan yang biasa digunakan
sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran di luar
kelas misalnya lingkungan sekitar sekolah, taman,
perkampungan pertanian atau nelayan, dan tempat berkemah.
Pembelajaran di luar kelas dapat dipahami sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar
kelas sebagai situasi pembelajaran terhadap berbagai permainan,
sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan
dalam pembelajaran.
Metode belajar di luar kelas merupakan upaya mengajak
lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu
alam dan masyarakat. Siswa diarahkan untuk melakukan
aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku
terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan yang digunakan
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
11
sebagai sumber belajar siswa disesuaikan dengan materi yang
diajarkan oleh guru. Tujuan akhir belajar di luar kelas ini lebih
mengacu pada pengalaman dan pendidikan lingkungan yang
sangat berpengaruh pada kecerdasan siswa.
Kelebihan kegiatan belajar di luar kelas dibandingkan
belajar di dalam kelas menurut Vera (2012:28-45), antara lain:
a) Mendorong motivasi belajar. Dorongan motivasi belajar ini
timbul karena kegiatan belajar di luar kelas menghilangkan
batas ruang belajar siswa dan membuat suasana belajar yang
baru.
b) Suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran di luar
kelas dapat memudahkan guru dalam menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi siswa. Guru dapat
berkeksplorasi dalam menciptakan suasana belajar seperti
bermain, menjelajah, rekreasi, berenang, meneliti, observasi,
dan lain sebagainya.
c) Penggunaan media pembelajaran yang konkret.
Pembelajaran di luar kelas sangat memungkinkan untuk
menghadirkan atau menemukan media pembelajaran yang
konkret.
d) Keterampilan bekerja kelompok. Hampir semua materi yang
diajarkan di luar kelas diakukan secara berkelompok untuk
memudahkan fungi kontrol guru terhadap para siswa.
e) Mengembangkan sikap mandiri. Ketika belajar di luar kelas,
siswa sebenarnya sedang menghilangkan sikap
ketergantungan pada orang lain minimal ketergantungan
terhadap guru.
f) Hasil belajar permanen di otak. Kegiatan belajar di luar
kelas menuntut siswa untuk mencoba, merasakan, mencari,
menulis, menelaah, melakukan ekperimentasi, menerapkan,
dan melaporkan sehingga materi yang sedang siswa pelajari
akan mudah dipahami dan akan bertahan lama di memori
siswa.
g) Keterampilan intelektual. Siswa dapat terdorong menguasai
keterampilan intelektual ketika belajar di luar kelas. Siswa
dituntut mendefinisikan dan mengidentifikasikan berbagai
hal dan persoalan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
h) Mengarahkan sikap ke arah lingkungan yang lebih baik.
Kegiatan belajar di luar lingkungan menekankan studi
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
12
lapangan, sehingga mengarahkan sikap ke arah lingkungan
yang lebih baik.
i) Meaningful learning. Keadaan lingkungan luar kelas
memperlihatkan keadaan yang sebenarnya pada siswa, yang
keberadaannya lebih akurat daripada hanya membaca buku
dan mendengarkan penjelasa guru di dalam kelas.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari metode outdoor study
yang disebutkan di atas selain memberikan pengaruh yang baik
terhadap aktivitas pembelajaran, metode ini juga sangat sesuai
dalam membantu siswa untuk menyimpan hasil belajar secara
permanan dan dapat juga menggugah kesadaran siswa untuk
peduli terhadap lingkungan. Dua kelebihan itu relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk meningkatkan
prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa.
2) Experiential Learning
Model pembelajaran Experiential Learning menurut
Baharudin dan Esa (2010:165) merupakan model pembelajaran
yang menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa
untuk berhasil dalam belajarnya. Model Experiential Learning
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami
keberhasilan dengan memberikan kebebasan siswa untuk
memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka,
keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan
dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman
yang mereka alami.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
13
Sastradi (2013) menyebutkan pembelajaran experiential
menekankan pada peranan pengalaman dalam proses
pembelajaran, pentingnya keterlibatan siswa, dan kecerdasan
sebagai kesan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Pengalaman-pengalaman yang telah dialami siswa mempunyai
peranan penting dalam pembentukan pengetahuan kognitif
dalam pikiran siswa. Siswa merefleksikan pengalamannya pada
sebuah pengetahuan yang baru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa model Experiential Learning adalah suatu model
pembelajaran melalui pengalaman langsung yang membuat
siswa atau pembelajar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga proses pembelajaran tersebut lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran yang bermakna akan
memudahkan siswa untuk menerima materi yang sedang
dipelajarinya. Guru juga akan dimudahkan dalam mencapai
tujuan belajar yang telah direncanakan.
3) Outdoor Experiential Learning
Model pembelajaran Outdoor Experiential Learning
merupakan model yang dikembangkan oleh Buridge. Buridge
mengembangkan model pembelajaran ini dari model
Experiential Learning. Buridge (Watt et al, 2008:2)
menganggap pengalaman outdoor atau outdoor learning
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
14
memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap
Experiential Learning karena lingkungan alam memberikan
ruang bagi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan
mengalami konsekuensi dari sebuah pilihan atau keputusan.
Oleh karena itu outdoor learning dan experiential learning
keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga Buridge (Watt et al,
2008:2) mengembangkan menjadi Outdoor Experiential
Learning dengan tetap mengacu pada tahapan model
pembelajaran Experiential Learning dari Kolb.
Berdasarkan pembahasan tentang belajar di luar kelas
(outdoor study) dan Experiential Learning dapat diambil
pengertian Outdoor Experiential Learning adalah sebuah model
pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman
langsung pada siswa yang sesuai kenyataan yang ada di
lingkungan luar ruangan (alam dan masyarakat). Kenyataan
yang ada di luar kelas menjadi objek pembelajaran yang konkret
bagi siswa. Pengalaman belajar tersebut sangat sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa yang masih dalam masa
operasional konkret.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Outdoor Experiential
Learning
Model pembelajaran Outdoor Experiential Learning yang
dikembangkan Buridge memiliki tahap yang tetap mengacu pada
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
15
tahapan pembelajaran Kolb. Baharudin dan Esa (2010:166)
menyebutkan tahap-tahap pembelajaran Experiential Learning Kolb
sebagai berikut:
1) Tahap Pengalaman Nyata
Pada tahap paling awal dalam proses belajar adalah seorang
mampu atau dapat mengalami suatu kejadian sebagaimana
adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan
peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya, namun
dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa
tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa
adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami
proses mengapa proses peristiwa tersebut harus terjadi seperti
itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada
tahap paling awal dalam proses belajar.
2) Tahap Obsevasi Reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang
makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya
untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia
melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa
terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya
terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang.
Kemapuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap
kedua dalam proses belajar.
3) Tahap Konseptualisasi
Tahap ketiga dalam proses belajar adalah seseorang sudah mulai
berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu
teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang
menjadi obyek penelitiannya. Berpikir induktif banyak
dilakukan untuk memuaskan suatu aturan umum atau
generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya.
Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-
beda, namun memiliki komponen-konponen yang sama yang
dapat dijadikan dasar aturan bersama.
4) Tahap Implementasi
Tahap terakhir dari proses belajar adalah melakukan
eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah
mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau
aturan-aturan ke dalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
16
banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-
teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia mampu menggunakan
teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Gambar 2.1 Langkah-langkah Outdoor Experiential Learning
2. Prestasi Belajar
a. Prestasi Belajar
Arifin (2011:12) menyebutkan bahwa kata “prestasi” berasal
dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kata tersebut dialih bahasa
dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil
usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievment) berbeda dengan “hasil
belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umunya berkenaan
dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak siswa.
Prestasi belajar menurut Hamdani (2011:138) merupakan
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak,
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
17
mengajar. Arifin (2011:12) mengungkapkan bahwa prestasi belajar
pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan
hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.
Poerwanto (dalam Hamdu dan Lisa, 2011:83) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah salah satu acuan untuk memperlihatkan hasil usaha
siswa setelah melewati proses belajar dalam aspek pengetahuan
(kognitif) yang diukur melalui kegiatan evaluasi belajar. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar
siswa.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi merupakan masalah yang bersifat perenial dalam
kehidupan manusia, sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu
mengejar prestasi sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-
masing. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Arifin (2011:12-13)
adalah sebagai berikut:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Siswa dapat diketahui
sejauh mana siswa telah menguasai pengetahuan setelah
mengikuti proses pembelajaran.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (coriousity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Siswa akan terdorong untuk selalu meningkatkan
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
18
prestasi belajarnya. Hal tersebut mendorong penyediaan mutu
pendidikan yang lebih baik lagi.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa.
Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi
belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan peserta didik di
masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan
relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Peserta didik menjadi fokus utama
dalam proses pembelajaran, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh informasi materi
pembelajaran.
Cronchbach dalam Arifin (2011:13) mengungkapkan kegunaan
prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain
Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk
keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan
penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan
penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum,
dan untuk menentukan kebijakan sekolah.
Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya dapat dikatakan
bahwa fungsi prestasi belajar penting untuk semua pihak baik siswa,
guru maupun masyarakat. Dilihat dari sisi siswa prestasi belajar
dapat memperlihatkan tingkat penguasaan pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa dari segi kualitas dan kuantitas. Prestasi belajar
bagi guru bermanfaat untuk sebagai umpan balik setelah proses
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Masyarakat sebagai konsumen
pendidikan melihat prestasi belajar sebagai indikator produktivitas
dan indikator daya serap (kecerdasan) dari instansi pendidikan.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
19
3. Sikap Peduli Lingkungan
Manusia dalam kehidupannya tidak bisa terpisah dari sikap.
Manusia akan senantiasa menunjukkan sikapnya dalam menghadapi
berbagai kondisi. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang mencerminkan
perasaan yang sedang dialaminya. Trow, Popham dan Allport dalam
Adisusilo (2014: 67-68) mengemukakan tentang pengertian sikap
sebagai:
Suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis
tindakan pada situasi yang tepat dan merupakan sebagian dari
ranah afektif yang di dalamnya mencakup perilaku seperti
perasaan, minat, emosi, dan sikap. Kesiapan mental dan saraf
tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung
kepada respon individu terhadap objek atau situasi yang
berhubungan dengan objek itu.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan suatu kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui
pengalaman yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Tindakan
seseorang terhadap lingkungan tergantung pada kesiapan mental orang
itu sendiri.
Manusia harus selalu menjaga kelestarian, kebersihan serta
keindahan lingkungannya agar menciptakan suasana yang kondusif bagi
kelangsungan hidup dirinya dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan
yang terjaga kelestariannya akan berdampak baik pada penghuninya.
Sebaliknya, lingkungan yang kualitasnya buruk juga menimbulkan
dampak buruk bahkan membahayakan bagi penghuninya.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
20
Kelestarian lingkungan dari waktu ke waktu senantiasa terancam
bahaya. Bahaya yang mengancam diantarannya adalah pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Pasal 1
dalam (Erwin, 2009:35) menjelaskan pencemaran lingkungan
merupakan:
Masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai
peruntukannya.
Lingkungan merupakan ruang lingkup yang bersinggungan
langsung dengan manusia. Manusia harus senantiasa dapat menjaga dan
melestarikan lingkungan hidupnya. Begitupun dalam lingkungan sekolah
peran warga sekolah sangatlah berperan, tak terkecuali dengan siswa
yang berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan sekolahnya
agar tetap bersih, indah, dan sehat. Hal ini dapat diwujudkan melalui
kebiasan untuk menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah,
tidak membuat sampah secara sembarangan, serta tidak merusak fasilitas
yang ada di sekolah.
Siswa di sekolah tidak hanya beraktivitas untuk belajar di dalam
kelas saja, namun siswa juga berinteraksi dengan makhluk hidup dan
benda mati yang berada di sekitar lingkungan sekolahnya. Peran aktif dan
nyata siswa sangat diharapkan memberikan sumbangsih dan tanggapan
yang baik terhadap lingkungan dengan cara menjaga kelestarian
lingkungan. Penanaman sikap peduli lingkungan merupakan kegiatan
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
21
yang sangat diperlukan untuk membentuk sikap siswa yang peduli akan
lingkungan, sehingga siswa mempunyai kesadaran untuk ikut serta
menjaga dan melestarikan lingkungan.
Sejak dini mungkin siswa harus dilatih untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan sehingga menjadi kebiasaan. Kurikulum
karakter di Amerika Serikat negara bagian Georgia (Samani dan
Hariyanto, 2012:53-54) menyatakan bahwa “respect for environment
maknanya adalah menghargai alam lingkungan dengan kewajiban
melestarikan fungsinya agar kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari
pencemaran lingkungan”. Berdasarkan pernyataan di atas peduli
lingkungan merupakan sikap menghargai lingkungan sebagai sumber
daya yang harus dijaga dan dipelihara fungsinya agar dapat terus
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia pada masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Penanaman sikap peduli lingkungan di dunia pendidikan Indonesia
sudah mulai diperhatikan dengan diterapkannya 18 karakter siswa, yang
salah satunya adalah peduli lingukungan. Indikator sikap peduli
lingkungan siswa pada sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Sikap Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan Indikator
Kelas 1-3 Kelas 4-5
Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya
mencegah kerusakan
lingkungan alam di
sekitarnya dan
Buang air besar dan
kecil di WC
Membersihkan WC
Membuang sampah
pada tempatnya
Membersihkan tempat
sampah
Membersihkan
halaman sekolah
Membersihkan
lingkungan sekolah
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
22
mengembangkan
upaya-upaya untuk
memperbaiki
kerusakan alam yang
sudah terjadi
Tidak memetik
bunga di taman
sekolah
Memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman
Tidak menginjak
rumput di taman
sekolah
Ikut memelihara
taman di halaman
sekolah
Menjaga kebersihan
rumah
Ikut dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
Sumber: Kemendiknas (2010:37)
4. Hakikat IPA
a. Pengertian IPA
Trianto (2011:136) mengemukakan IPA adalah bagian dari
ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris
science. Kata science tersebut berassal dari Bahsa Latin science yang
berarti saya tahu. Sering dengan perkembangan kata science
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
IPA menurut Wahyana (Trianto, 2011:136) adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Mulyasa
(2009:110) menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
23
Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan ilmu ilmiah yang dapat dikembangkan oleh
siswa dengan cara melakukan percobaan dan mencari tahu tentang
alam secara sistematis. Sikap ingin tahu sebagai bagian dari sikap
ilmiah yang merupakan sikap yang selalu ingin mendapatkan
jawaban yang benar dari objek yang diamati.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah, dan sikap ilmiah. Donosepoetra (Trianto 2011:137)
mengemukakan IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah
untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk diartikan sebagai
hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau
di luar sekolah. IPA sebagai prosedur dimaksudkan adalah
metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang
lazim disebut metode ilmiah.
Nur dan Wikandri (dalam Trianto, 2011:143) mengemukakan
bahwa pembelajaran IPA di sekolah lebih ditekankan pada
pendekatan keterampilan proses. Siswa diberi ruang untuk
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan
sikap ilmiah siswa sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh posistif
terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
24
Akhirnya aplikasi dari IPA menghasilkan teknologi yang dapat
memberikan kemudahan dan kebermanfaatan bagi kehidupan.
c. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan
Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2013: 171-172) ,
dimaksudkan untuk:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2) Mengembangakan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah ciptaa Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan pembelajaran IPA di
sekolah dasar yang relevan dengan penelitian ini adalah
menanamkan sikap-sikap ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam, menghargai alam sekitar dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Berdasarkan tujuan
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa pembelajaran IPA memuat
beberapa sikap yang harus diterapkan pada setiap pembelajaran,
salah satunya adalah sikap peduli lingkungan.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
25
d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2009:112)
membagi ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi
aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan hidup
serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat kegunaannya yang meliputi benda cair,
padat, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
3) Energi dan perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta yang meliputi tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan ruang lingkup IPA di atas, dapat diketahui bahwa
materi yang terdapat dalam pembelajaran IPA terdiri dari makhluk
hidup dan proses kehidupan, benda serta kegunaannya, energi dan
perubahannya, bumi dan alam semesta. IPA juga menjelaskan
mengenai interkasi makhluk hidup, sehingga diharapkan siswa
mengetahui interaksi yang tepat yang harus dilakukan dalam
ekosistem. Materi tersebut nantinya memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada siswa, dengan bekal ilmu pengetahuan yang
dimiliki siswa, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peduli
lingkungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Materi IPA
Pada penelitian ini, materi yang akan dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah materi sumber daya alam pada kelas IV
semester 2.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
26
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
11. Memahami hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
11.1. Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan
Sumber: BSNP (2006:168)
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terkait Outdoor Experiential Learning telah
dilakukan, diantarnya penelitian oleh:
1. Penelitian yang berjudul Outdoor Education in Natural Life Park: An
Experience from Turkey oleh Bulent Cavas yang dilaksanakan pada tahun
2011 menyimpulkan bahwa persepsi siswa mengenai lingkungan dan
hewan-hewan serta sikap terhadap lingkungan berubah secara positif
melalui program pendidikan di luar kelas.
2. Penelitian yang berjudul Impact of Experiential Learning on Cognitive
Outcome in Technology and Engineering Teacher Preparation oleh
Jeremy V. Ernst yang dilaksanakan pada tahun 2013 menyimpulkan
bahwa kegiatan bejalar menggunakan experiential learning memberikan
keuntungan dalam bentuk hasil kognitif.
3. Penelitian yang berjudul Experiential Learning oleh Valentina
Sharlanova yang dilaksanakan pada tahun 2004 menyimpulkan bahwa
experiential learning memiliki berbagai macam penerapan, yaitu
membantu siswa menyadari diri mereka sendiri, membantu guru menjadi
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
27
guru yang reflektif, mengidentifikasi gaya belajar siswa, dan
pengembangan keterampilan.
4. Penelitian yang berjudul Penerapan Model Experiential Learning
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Imroatus Sholehah, Trapsilo
Prihandono, dan Yushardi yang dilaksanakan pada tahun 2013 salah satu
hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan penggunaan
model experiential learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran merupakan proses transfer pengetahuan dari guru kepada
siswanya. Pembelajaran IPA menekankan pada penglaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa, hal ini membantu siswa dalam
memahami pengetahuan secara lebih mendalam. Pengetahuan yang diterima
siswa bukan hanya hafalan semata namun siswa memahami pengetahuan
hingga menguasi konsepnya.
Salah satu model pembelajaran berbasis pengalaman yang sesuai
digunakan dalam proses pembelajaran IPA adalah model Outdoor
Experiential Learning. Model ini memberikan siswa pengalaman belajar
langsung di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas menyediakan sumber,
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
28
objek, dan wahana belajar yang konkret bagi siswa. Hal tersebut sangat sesuai
dengan perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional
konkret.
Pembelajaran yang dilakukan di lingkungan luar kelas juga memberi
kemudahan guru untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Guru dapat
memberi penjelasan beserta contoh langsung tentang upaya menjaga
kelestarian lingkungan. Siswa lebih cepat menangkap pesan karena contoh
yang diberikan oleh guru merupakan kegiatan yang konkret. Penanaman
sikap peduli lingkungan sejak dini akan membuat sikap tersebut lebih cepat
diterima dan lebih lama bertahan.
Pada penelitian hendak membandingkan tingkat prestasi belajar siswa
dan sikap peduli lingkungan siswa yang lebih optimal di antara dua kelompok
yang akan diberikan perlakuan yang berbeda. Perbedaan hasil diharapkan
dapat memberi masukan bagi guru untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran. Pembelajara mata pelajaran IPA diharapkan dapat mencapai
tujuan optimal melalui bantuan model Outdoor Experiential Learning.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan dalam bagan skema
pemikiran sebagai berikut:
Pembelajaran menggunakan
model Outdoor Expriential
Learning
(X1)
Prestasi belajar dan sikap peduli
lingkungan
(Y1)
Pembelajaran menggunakan
model non-Outdoor Experiential
Learning (X2)
Prestasi belajar dan sikap peduli
lingkungan (Y2)
Pembelajaran menggunakan
model Outdoor Experiential
Learning (X1)
Prestasi belajar dan sikap peduli
lingkungan (Y1)
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017
29
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh lebih baik penggunaan model Outdoor Experiential
Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas
IV MIM 2 Kasegeran.
2. Terdapat pengaruh lebih baik penggunaan model Outdoor Experiential
Learning terhadap sikap peduli lingkungan siswa pada mata pelajaran
IPA kelas IV MIM 2 Kasegeran.
Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017