bab ii tinjauan pustaka a. deskripsi teori 1. model ...repository.ump.ac.id/3696/3/agus rimas...

20
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Outdoor Experiential Learning a. Definisi Outdoor Experiential Learning 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study) Vera (2012:16) mengemukakan bahwa pembelajaran di luar kelas adalah kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa yang dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai tempat kegiatan pembelajaran siswa. Lingkungan yang biasa digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran di luar kelas misalnya lingkungan sekitar sekolah, taman, perkampungan pertanian atau nelayan, dan tempat berkemah. Pembelajaran di luar kelas dapat dipahami sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran terhadap berbagai permainan, sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Metode belajar di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan yang digunakan Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

Upload: doanduong

Post on 28-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model Outdoor Experiential Learning

a. Definisi Outdoor Experiential Learning

1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study)

Vera (2012:16) mengemukakan bahwa pembelajaran di luar

kelas adalah kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa

yang dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai tempat

kegiatan pembelajaran siswa. Lingkungan yang biasa digunakan

sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran di luar

kelas misalnya lingkungan sekitar sekolah, taman,

perkampungan pertanian atau nelayan, dan tempat berkemah.

Pembelajaran di luar kelas dapat dipahami sebagai sebuah

pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar

kelas sebagai situasi pembelajaran terhadap berbagai permainan,

sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan

dalam pembelajaran.

Metode belajar di luar kelas merupakan upaya mengajak

lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu

alam dan masyarakat. Siswa diarahkan untuk melakukan

aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku

terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan yang digunakan

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

11

sebagai sumber belajar siswa disesuaikan dengan materi yang

diajarkan oleh guru. Tujuan akhir belajar di luar kelas ini lebih

mengacu pada pengalaman dan pendidikan lingkungan yang

sangat berpengaruh pada kecerdasan siswa.

Kelebihan kegiatan belajar di luar kelas dibandingkan

belajar di dalam kelas menurut Vera (2012:28-45), antara lain:

a) Mendorong motivasi belajar. Dorongan motivasi belajar ini

timbul karena kegiatan belajar di luar kelas menghilangkan

batas ruang belajar siswa dan membuat suasana belajar yang

baru.

b) Suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran di luar

kelas dapat memudahkan guru dalam menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan bagi siswa. Guru dapat

berkeksplorasi dalam menciptakan suasana belajar seperti

bermain, menjelajah, rekreasi, berenang, meneliti, observasi,

dan lain sebagainya.

c) Penggunaan media pembelajaran yang konkret.

Pembelajaran di luar kelas sangat memungkinkan untuk

menghadirkan atau menemukan media pembelajaran yang

konkret.

d) Keterampilan bekerja kelompok. Hampir semua materi yang

diajarkan di luar kelas diakukan secara berkelompok untuk

memudahkan fungi kontrol guru terhadap para siswa.

e) Mengembangkan sikap mandiri. Ketika belajar di luar kelas,

siswa sebenarnya sedang menghilangkan sikap

ketergantungan pada orang lain minimal ketergantungan

terhadap guru.

f) Hasil belajar permanen di otak. Kegiatan belajar di luar

kelas menuntut siswa untuk mencoba, merasakan, mencari,

menulis, menelaah, melakukan ekperimentasi, menerapkan,

dan melaporkan sehingga materi yang sedang siswa pelajari

akan mudah dipahami dan akan bertahan lama di memori

siswa.

g) Keterampilan intelektual. Siswa dapat terdorong menguasai

keterampilan intelektual ketika belajar di luar kelas. Siswa

dituntut mendefinisikan dan mengidentifikasikan berbagai

hal dan persoalan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

h) Mengarahkan sikap ke arah lingkungan yang lebih baik.

Kegiatan belajar di luar lingkungan menekankan studi

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

12

lapangan, sehingga mengarahkan sikap ke arah lingkungan

yang lebih baik.

i) Meaningful learning. Keadaan lingkungan luar kelas

memperlihatkan keadaan yang sebenarnya pada siswa, yang

keberadaannya lebih akurat daripada hanya membaca buku

dan mendengarkan penjelasa guru di dalam kelas.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari metode outdoor study

yang disebutkan di atas selain memberikan pengaruh yang baik

terhadap aktivitas pembelajaran, metode ini juga sangat sesuai

dalam membantu siswa untuk menyimpan hasil belajar secara

permanan dan dapat juga menggugah kesadaran siswa untuk

peduli terhadap lingkungan. Dua kelebihan itu relevan dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk meningkatkan

prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa.

2) Experiential Learning

Model pembelajaran Experiential Learning menurut

Baharudin dan Esa (2010:165) merupakan model pembelajaran

yang menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa

untuk berhasil dalam belajarnya. Model Experiential Learning

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami

keberhasilan dengan memberikan kebebasan siswa untuk

memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka,

keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan

dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman

yang mereka alami.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

13

Sastradi (2013) menyebutkan pembelajaran experiential

menekankan pada peranan pengalaman dalam proses

pembelajaran, pentingnya keterlibatan siswa, dan kecerdasan

sebagai kesan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.

Pengalaman-pengalaman yang telah dialami siswa mempunyai

peranan penting dalam pembentukan pengetahuan kognitif

dalam pikiran siswa. Siswa merefleksikan pengalamannya pada

sebuah pengetahuan yang baru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa model Experiential Learning adalah suatu model

pembelajaran melalui pengalaman langsung yang membuat

siswa atau pembelajar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran sehingga proses pembelajaran tersebut lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran yang bermakna akan

memudahkan siswa untuk menerima materi yang sedang

dipelajarinya. Guru juga akan dimudahkan dalam mencapai

tujuan belajar yang telah direncanakan.

3) Outdoor Experiential Learning

Model pembelajaran Outdoor Experiential Learning

merupakan model yang dikembangkan oleh Buridge. Buridge

mengembangkan model pembelajaran ini dari model

Experiential Learning. Buridge (Watt et al, 2008:2)

menganggap pengalaman outdoor atau outdoor learning

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

14

memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap

Experiential Learning karena lingkungan alam memberikan

ruang bagi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan

mengalami konsekuensi dari sebuah pilihan atau keputusan.

Oleh karena itu outdoor learning dan experiential learning

keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga Buridge (Watt et al,

2008:2) mengembangkan menjadi Outdoor Experiential

Learning dengan tetap mengacu pada tahapan model

pembelajaran Experiential Learning dari Kolb.

Berdasarkan pembahasan tentang belajar di luar kelas

(outdoor study) dan Experiential Learning dapat diambil

pengertian Outdoor Experiential Learning adalah sebuah model

pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman

langsung pada siswa yang sesuai kenyataan yang ada di

lingkungan luar ruangan (alam dan masyarakat). Kenyataan

yang ada di luar kelas menjadi objek pembelajaran yang konkret

bagi siswa. Pengalaman belajar tersebut sangat sesuai dengan

perkembangan kognitif siswa yang masih dalam masa

operasional konkret.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Outdoor Experiential

Learning

Model pembelajaran Outdoor Experiential Learning yang

dikembangkan Buridge memiliki tahap yang tetap mengacu pada

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

15

tahapan pembelajaran Kolb. Baharudin dan Esa (2010:166)

menyebutkan tahap-tahap pembelajaran Experiential Learning Kolb

sebagai berikut:

1) Tahap Pengalaman Nyata

Pada tahap paling awal dalam proses belajar adalah seorang

mampu atau dapat mengalami suatu kejadian sebagaimana

adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan

peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya, namun

dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa

tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa

adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan

bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami

proses mengapa proses peristiwa tersebut harus terjadi seperti

itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada

tahap paling awal dalam proses belajar.

2) Tahap Obsevasi Reflektif

Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang

makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara

aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya

untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia

melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa

terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya

terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang.

Kemapuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap

kedua dalam proses belajar.

3) Tahap Konseptualisasi

Tahap ketiga dalam proses belajar adalah seseorang sudah mulai

berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu

teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang

menjadi obyek penelitiannya. Berpikir induktif banyak

dilakukan untuk memuaskan suatu aturan umum atau

generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya.

Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-

beda, namun memiliki komponen-konponen yang sama yang

dapat dijadikan dasar aturan bersama.

4) Tahap Implementasi

Tahap terakhir dari proses belajar adalah melakukan

eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah

mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau

aturan-aturan ke dalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

16

banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-

teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia mampu menggunakan

teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya.

Gambar 2.1 Langkah-langkah Outdoor Experiential Learning

2. Prestasi Belajar

a. Prestasi Belajar

Arifin (2011:12) menyebutkan bahwa kata “prestasi” berasal

dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kata tersebut dialih bahasa

dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil

usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievment) berbeda dengan “hasil

belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umunya berkenaan

dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek

pembentukan watak siswa.

Prestasi belajar menurut Hamdani (2011:138) merupakan

tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak,

dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

17

mengajar. Arifin (2011:12) mengungkapkan bahwa prestasi belajar

pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan

hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Poerwanto (dalam Hamdu dan Lisa, 2011:83) memberikan

pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang

dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah salah satu acuan untuk memperlihatkan hasil usaha

siswa setelah melewati proses belajar dalam aspek pengetahuan

(kognitif) yang diukur melalui kegiatan evaluasi belajar. Hasil dari

evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar

siswa.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi merupakan masalah yang bersifat perenial dalam

kehidupan manusia, sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu

mengejar prestasi sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-

masing. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Arifin (2011:12-13)

adalah sebagai berikut:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Siswa dapat diketahui

sejauh mana siswa telah menguasai pengetahuan setelah

mengikuti proses pembelajaran.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu.

Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (coriousity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia”.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan. Siswa akan terdorong untuk selalu meningkatkan

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

18

prestasi belajarnya. Hal tersebut mendorong penyediaan mutu

pendidikan yang lebih baik lagi.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan. Indikator intern tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa.

Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi

belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan peserta didik di

masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan

relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan) peserta didik. Peserta didik menjadi fokus utama

dalam proses pembelajaran, karena peserta didiklah yang

diharapkan dapat menyerap seluruh informasi materi

pembelajaran.

Cronchbach dalam Arifin (2011:13) mengungkapkan kegunaan

prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain

Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk

keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan

penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan

penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum,

dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya dapat dikatakan

bahwa fungsi prestasi belajar penting untuk semua pihak baik siswa,

guru maupun masyarakat. Dilihat dari sisi siswa prestasi belajar

dapat memperlihatkan tingkat penguasaan pengetahuan yang

dimiliki oleh siswa dari segi kualitas dan kuantitas. Prestasi belajar

bagi guru bermanfaat untuk sebagai umpan balik setelah proses

kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Masyarakat sebagai konsumen

pendidikan melihat prestasi belajar sebagai indikator produktivitas

dan indikator daya serap (kecerdasan) dari instansi pendidikan.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

19

3. Sikap Peduli Lingkungan

Manusia dalam kehidupannya tidak bisa terpisah dari sikap.

Manusia akan senantiasa menunjukkan sikapnya dalam menghadapi

berbagai kondisi. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang mencerminkan

perasaan yang sedang dialaminya. Trow, Popham dan Allport dalam

Adisusilo (2014: 67-68) mengemukakan tentang pengertian sikap

sebagai:

Suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis

tindakan pada situasi yang tepat dan merupakan sebagian dari

ranah afektif yang di dalamnya mencakup perilaku seperti

perasaan, minat, emosi, dan sikap. Kesiapan mental dan saraf

tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung

kepada respon individu terhadap objek atau situasi yang

berhubungan dengan objek itu.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap

merupakan suatu kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui

pengalaman yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Tindakan

seseorang terhadap lingkungan tergantung pada kesiapan mental orang

itu sendiri.

Manusia harus selalu menjaga kelestarian, kebersihan serta

keindahan lingkungannya agar menciptakan suasana yang kondusif bagi

kelangsungan hidup dirinya dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan

yang terjaga kelestariannya akan berdampak baik pada penghuninya.

Sebaliknya, lingkungan yang kualitasnya buruk juga menimbulkan

dampak buruk bahkan membahayakan bagi penghuninya.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

20

Kelestarian lingkungan dari waktu ke waktu senantiasa terancam

bahaya. Bahaya yang mengancam diantarannya adalah pencemaran dan

kerusakan lingkungan. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Pasal 1

dalam (Erwin, 2009:35) menjelaskan pencemaran lingkungan

merupakan:

Masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai

peruntukannya.

Lingkungan merupakan ruang lingkup yang bersinggungan

langsung dengan manusia. Manusia harus senantiasa dapat menjaga dan

melestarikan lingkungan hidupnya. Begitupun dalam lingkungan sekolah

peran warga sekolah sangatlah berperan, tak terkecuali dengan siswa

yang berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan sekolahnya

agar tetap bersih, indah, dan sehat. Hal ini dapat diwujudkan melalui

kebiasan untuk menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah,

tidak membuat sampah secara sembarangan, serta tidak merusak fasilitas

yang ada di sekolah.

Siswa di sekolah tidak hanya beraktivitas untuk belajar di dalam

kelas saja, namun siswa juga berinteraksi dengan makhluk hidup dan

benda mati yang berada di sekitar lingkungan sekolahnya. Peran aktif dan

nyata siswa sangat diharapkan memberikan sumbangsih dan tanggapan

yang baik terhadap lingkungan dengan cara menjaga kelestarian

lingkungan. Penanaman sikap peduli lingkungan merupakan kegiatan

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

21

yang sangat diperlukan untuk membentuk sikap siswa yang peduli akan

lingkungan, sehingga siswa mempunyai kesadaran untuk ikut serta

menjaga dan melestarikan lingkungan.

Sejak dini mungkin siswa harus dilatih untuk menjaga dan

melestarikan lingkungan sehingga menjadi kebiasaan. Kurikulum

karakter di Amerika Serikat negara bagian Georgia (Samani dan

Hariyanto, 2012:53-54) menyatakan bahwa “respect for environment

maknanya adalah menghargai alam lingkungan dengan kewajiban

melestarikan fungsinya agar kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari

pencemaran lingkungan”. Berdasarkan pernyataan di atas peduli

lingkungan merupakan sikap menghargai lingkungan sebagai sumber

daya yang harus dijaga dan dipelihara fungsinya agar dapat terus

dimanfaatkan dalam kehidupan manusia pada masa sekarang dan masa

yang akan datang.

Penanaman sikap peduli lingkungan di dunia pendidikan Indonesia

sudah mulai diperhatikan dengan diterapkannya 18 karakter siswa, yang

salah satunya adalah peduli lingukungan. Indikator sikap peduli

lingkungan siswa pada sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Sikap Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan Indikator

Kelas 1-3 Kelas 4-5

Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan

yang selalu berupaya

mencegah kerusakan

lingkungan alam di

sekitarnya dan

Buang air besar dan

kecil di WC

Membersihkan WC

Membuang sampah

pada tempatnya

Membersihkan tempat

sampah

Membersihkan

halaman sekolah

Membersihkan

lingkungan sekolah

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

22

mengembangkan

upaya-upaya untuk

memperbaiki

kerusakan alam yang

sudah terjadi

Tidak memetik

bunga di taman

sekolah

Memperindah kelas

dan sekolah dengan

tanaman

Tidak menginjak

rumput di taman

sekolah

Ikut memelihara

taman di halaman

sekolah

Menjaga kebersihan

rumah

Ikut dalam kegiatan

menjaga kebersihan

lingkungan

Sumber: Kemendiknas (2010:37)

4. Hakikat IPA

a. Pengertian IPA

Trianto (2011:136) mengemukakan IPA adalah bagian dari

ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris

science. Kata science tersebut berassal dari Bahsa Latin science yang

berarti saya tahu. Sering dengan perkembangan kata science

diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA).

IPA menurut Wahyana (Trianto, 2011:136) adalah suatu

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Mulyasa

(2009:110) menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

23

Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa IPA merupakan ilmu ilmiah yang dapat dikembangkan oleh

siswa dengan cara melakukan percobaan dan mencari tahu tentang

alam secara sistematis. Sikap ingin tahu sebagai bagian dari sikap

ilmiah yang merupakan sikap yang selalu ingin mendapatkan

jawaban yang benar dari objek yang diamati.

b. Hakikat Pembelajaran IPA

Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah, dan sikap ilmiah. Donosepoetra (Trianto 2011:137)

mengemukakan IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah

untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk diartikan sebagai

hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau

di luar sekolah. IPA sebagai prosedur dimaksudkan adalah

metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang

lazim disebut metode ilmiah.

Nur dan Wikandri (dalam Trianto, 2011:143) mengemukakan

bahwa pembelajaran IPA di sekolah lebih ditekankan pada

pendekatan keterampilan proses. Siswa diberi ruang untuk

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan

sikap ilmiah siswa sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh posistif

terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

24

Akhirnya aplikasi dari IPA menghasilkan teknologi yang dapat

memberikan kemudahan dan kebermanfaatan bagi kehidupan.

c. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan

Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2013: 171-172) ,

dimaksudkan untuk:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

2) Mengembangakan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah ciptaa Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan pembelajaran IPA di

sekolah dasar yang relevan dengan penelitian ini adalah

menanamkan sikap-sikap ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam, menghargai alam sekitar dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Berdasarkan tujuan

tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa pembelajaran IPA memuat

beberapa sikap yang harus diterapkan pada setiap pembelajaran,

salah satunya adalah sikap peduli lingkungan.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

25

d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2009:112)

membagi ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi

aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi manusia,

hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan hidup

serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat kegunaannya yang meliputi benda cair,

padat, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

3) Energi dan perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta yang meliputi tanah, bumi, tata surya,

dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan ruang lingkup IPA di atas, dapat diketahui bahwa

materi yang terdapat dalam pembelajaran IPA terdiri dari makhluk

hidup dan proses kehidupan, benda serta kegunaannya, energi dan

perubahannya, bumi dan alam semesta. IPA juga menjelaskan

mengenai interkasi makhluk hidup, sehingga diharapkan siswa

mengetahui interaksi yang tepat yang harus dilakukan dalam

ekosistem. Materi tersebut nantinya memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada siswa, dengan bekal ilmu pengetahuan yang

dimiliki siswa, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peduli

lingkungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Materi IPA

Pada penelitian ini, materi yang akan dilaksanakan dalam

penelitian ini adalah materi sumber daya alam pada kelas IV

semester 2.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

26

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

11. Memahami hubungan antara

sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

11.1. Menjelaskan hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan

Sumber: BSNP (2006:168)

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terkait Outdoor Experiential Learning telah

dilakukan, diantarnya penelitian oleh:

1. Penelitian yang berjudul Outdoor Education in Natural Life Park: An

Experience from Turkey oleh Bulent Cavas yang dilaksanakan pada tahun

2011 menyimpulkan bahwa persepsi siswa mengenai lingkungan dan

hewan-hewan serta sikap terhadap lingkungan berubah secara positif

melalui program pendidikan di luar kelas.

2. Penelitian yang berjudul Impact of Experiential Learning on Cognitive

Outcome in Technology and Engineering Teacher Preparation oleh

Jeremy V. Ernst yang dilaksanakan pada tahun 2013 menyimpulkan

bahwa kegiatan bejalar menggunakan experiential learning memberikan

keuntungan dalam bentuk hasil kognitif.

3. Penelitian yang berjudul Experiential Learning oleh Valentina

Sharlanova yang dilaksanakan pada tahun 2004 menyimpulkan bahwa

experiential learning memiliki berbagai macam penerapan, yaitu

membantu siswa menyadari diri mereka sendiri, membantu guru menjadi

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

27

guru yang reflektif, mengidentifikasi gaya belajar siswa, dan

pengembangan keterampilan.

4. Penelitian yang berjudul Penerapan Model Experiential Learning

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Imroatus Sholehah, Trapsilo

Prihandono, dan Yushardi yang dilaksanakan pada tahun 2013 salah satu

hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan penggunaan

model experiential learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran merupakan proses transfer pengetahuan dari guru kepada

siswanya. Pembelajaran IPA menekankan pada penglaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi siswa, hal ini membantu siswa dalam

memahami pengetahuan secara lebih mendalam. Pengetahuan yang diterima

siswa bukan hanya hafalan semata namun siswa memahami pengetahuan

hingga menguasi konsepnya.

Salah satu model pembelajaran berbasis pengalaman yang sesuai

digunakan dalam proses pembelajaran IPA adalah model Outdoor

Experiential Learning. Model ini memberikan siswa pengalaman belajar

langsung di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas menyediakan sumber,

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

28

objek, dan wahana belajar yang konkret bagi siswa. Hal tersebut sangat sesuai

dengan perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional

konkret.

Pembelajaran yang dilakukan di lingkungan luar kelas juga memberi

kemudahan guru untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Guru dapat

memberi penjelasan beserta contoh langsung tentang upaya menjaga

kelestarian lingkungan. Siswa lebih cepat menangkap pesan karena contoh

yang diberikan oleh guru merupakan kegiatan yang konkret. Penanaman

sikap peduli lingkungan sejak dini akan membuat sikap tersebut lebih cepat

diterima dan lebih lama bertahan.

Pada penelitian hendak membandingkan tingkat prestasi belajar siswa

dan sikap peduli lingkungan siswa yang lebih optimal di antara dua kelompok

yang akan diberikan perlakuan yang berbeda. Perbedaan hasil diharapkan

dapat memberi masukan bagi guru untuk mengatasi masalah dalam

pembelajaran. Pembelajara mata pelajaran IPA diharapkan dapat mencapai

tujuan optimal melalui bantuan model Outdoor Experiential Learning.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan dalam bagan skema

pemikiran sebagai berikut:

Pembelajaran menggunakan

model Outdoor Expriential

Learning

(X1)

Prestasi belajar dan sikap peduli

lingkungan

(Y1)

Pembelajaran menggunakan

model non-Outdoor Experiential

Learning (X2)

Prestasi belajar dan sikap peduli

lingkungan (Y2)

Pembelajaran menggunakan

model Outdoor Experiential

Learning (X1)

Prestasi belajar dan sikap peduli

lingkungan (Y1)

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017

29

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh lebih baik penggunaan model Outdoor Experiential

Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas

IV MIM 2 Kasegeran.

2. Terdapat pengaruh lebih baik penggunaan model Outdoor Experiential

Learning terhadap sikap peduli lingkungan siswa pada mata pelajaran

IPA kelas IV MIM 2 Kasegeran.

Pengaruh Model Outdoor..., Agus Rimas Trinugroho, FKIP UMP, 2017