bab ii tinjauan pustaka a. balita 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/970/5/bab ii.pdf · a. balita 1....
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BALITA
1. Pengertian
Menurut Soetjiningsih, bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun.
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini
merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan
pertumbuhan intelektual (Mitayani, Sartika. 2010).
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan
perlu perhatian yang sangat serius. Pada masa ini berlangsung proses
tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikomotorik, mental, dan social. Stimulasi psikososial
harus dimulai sejak dini dan tepat waktu untuk tercapainya perkembangan
psikososial yang optimal (Adriani, Merryana, dan Wirjatmadi, Bambang.
2012)
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-
ubah. Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayii, lahir, dewasa, dan
akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun
kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus-menerus dengan
lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan diri hingga bayi
8
tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang
(Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat.Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2012).
Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami
perubahan. Perilaku dan keterampilannya juga semakin berkembang. Bayi
tersebut mulai bisa melakukan hal-hal tertentu, seperti membalik-kan
badan, duduk, merangkak, berdiri dan akhirnya bisa berialan dan berlari
(Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015).
3. Faktor-faktor Tumbuh Kembang Balita
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-
faktor tersebut antara lain (Kemenkes RI, 2012) :
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
9
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
dari pada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan
genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma
Turner’s.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan.
10
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia,
kardiomegali, hiperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital
mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks)
dapat menyebabkan kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap
sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
11
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia,
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca persalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin.
c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
12
sinar matahari , paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,
Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang
tidak diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
kegiatan anak.
13
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
4. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Balita
Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan
secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang
dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut
juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan
tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas
pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang (Marmi dan Rahardjo,
Kukuh. 2015).
Masing-masing penilaian mempunyai parameter dan alat ukur
tersendiri. Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah
penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan
dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci.
Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai
kecepatan pertumbuhan (Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015).
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian
pertumbuhan fisk adalah tingi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan
14
kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang
tungkai. Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita
macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah
(Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015) :
a. Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan
dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga
dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika
terjadi penyimpangan.
Berat badan dapat juga sebagai menghitung dosis obat.
Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku
NCHS, berdasarkan tinggi badan menurut WHO, dan NCHS yaitu ;
persentil ke 75-25 dikatakan normal, persentil 10-5 malnutrisi sedang
dan kurang.
Kenaikan BB pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.
1) Umur 10 hari : BBL
2) Umur 5 bulan : 2 x BBL
3) Umur 1 tahun : 3 x BBL
4) Umur 2 tahun : 4 x BBL
5) Pra Sekolah : meningkat 2 Kg/tahun
6) Adolencent : meningkat 3-3,5 Kg/tahun
Perkiraan BB dalam Kilogram
15
1) Usia 3-12 bulan = ( )
2) Usia 1-6 tahun = (umur (tahun) x 2) + 8
3) Usia 6-12 tahun = ( ( ) )
b. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun
dilakukan dengan berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun
dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat
pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
1) Cara mengukur dengan posisi berbaring:
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka O.
d) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel
e) pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
f) Petugas 1 : tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
g) Petugas 2 : membaca angka di tepi di luar penguku
Gambar 1
Pengukuran Tinggi Badan Dengan Cara Telentang
Sumber : Kemenkes RI, 2016
16
2) Pengukuran dengan posisi berdiri
a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
b) Berdiri tegak menghadap kedepan.
c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
e) Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 2
Pengukuran Tinggi Badan Dengan Cara Berdiri
Sumber : Kemenkes RI, 2016
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila
ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak
anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter
occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai
standard
1) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas
normal.
17
2) Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan,
pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih
besar, umur 12–72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih.
3) Cara mengukur lingkaran kepala
4) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
5) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
6) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
7) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak.
8) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.
Gambar 3
Pengukuran Lingkar Kepala
Sumber : Kemenkes RI, 2016
18
B. GIZI BALITA
1. Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan
tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi
badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang
tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi
dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi
kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah
yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Marmi dan Rahardjo,
Kukuh, 2015).
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan
digunakan secara efesien akan tercapai status gizi optimal yang
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Marmi dan
Rahardjo, Kukuh. 2015).
Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (Cakrawati, Dewi.,
dan Mustika NH. 2014) :
a. Produk pangan (jumlah dan jenis makanan)
b. Pembagian makanan atau pangan
c. Akseptabilitas, menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap
makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan.
19
d. Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu
e. Pantangan pada makanan tertentu
f. Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu
g. Keterbatasan ekonomi
h. Kebiasaan makan
i. Selera makan
j. Sanitasi makanan
k. Pengetahuan gizi
Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (Cakrawati, Dewi
dan Mustika NH. 2014) :
a. Gizi baik
Asupan gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang
bersangkutan. Kebutuhna gizi ditentukan oleh: kebutuhan gizi basal,
aktivitas, keadaan fisiologis tertentu, misalnya dalam keadaan sakit.
b. Gizi kurang
Merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak
cukup makan atau konsumsi energi dan protein kurang selam jangka
waktu tertentu.
c. Gizi lebih
Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan.
Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat
dari keadaan gizi lebih. Obesitas yang berkelanjutan akan
20
mengakibatkan berbagai penyakit atar lain: diabetes mellitus, tekanan
darah tinggi, dan lain-lain.
Tabel Kategori Status Gizi Balita
Indikator
Status Gizi
Z-Score
BB/U
Gizi Buruk < -3,0 SD
Gizi Kurang -3,0 SD s/d < -2,0 SD
Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD
TB/U
Sangat Pendek < -3,0 SD
Pendek -3,0 SD s/d < -2,0 SD
Normal ≥ -2,0 SD
BB/TB
Sangat Kurus < -3,0 SD
Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2017
2. Penilaian Status Gizi
Pada dasarnya penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Proses riwayat alamiah terjadinya penyakit
yang diterapkan pada masalah gizi (gizi kurang) melalui berbagai tahap
yaitu diawali dengan terjadinya antara pejamu, sumber penyakit, dan
lingkungan (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
a. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibedakan menjadi empat
penilain yaitu: antopometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-
masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut
(Faudiyah, Fikriyah. 2009) :
21
1) Antopometri
Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antopometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antopometri dapat digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Hal ini dilihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air
dalam tubuh (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
a) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur dapat mengakibatkan interpertasi
status gizi salah batasan umur yang digunakan (Faudiyah,
Fikriyah. 2009) :
(1) Tahun umur penuh (completed year)
Contoh : 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun
5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
(2) Bulan usia penuh (completed month) untuk anak umur 0-2
tahun :
Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
22
b) Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antopometri yang terpenting
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak
pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan hasil
peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh
dan lain-lainnya, merupakan indicator tunggal yang terbaik
pada watu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh
kembang. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan
terdiri dari beam balance untuk anak kurang dari 2 tahun,
setelah umur tersebut digunakan timbangan injak atau
elektronik (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
c) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan antopometri yang menggambarkan
pertumbuhan skeletal. Pengukuran antropometri gizi untuk
bayi, pengukuran pertumbuhan linear adalah panjang badan;
untuk anak yang lebih tua pengukuran berdasarkan tinggi
badan. (Nelson, 2004 dalam Faudiyah, Fikriyah. 2009) tinggi
badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui
dengan tepat, serta dapat digunakan sebagai ukuran kedua yang
penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB
faktor umur dikesampingkan (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
Alat ukur tinggi badan meliputi:
23
(1) Alat pengukur panjang badan bayi : untuk bayi atau anak
yang belum dapat berdiri
(2) Microtoise : untuk anak yang sudah dapat berdiri
d) Lingkar lengan atas
Pengukuran ini dapat memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan jaringan lemak bawah kulit. Lingkar lengan
atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat
mencerminkan (Faudiyah, Fikriyah. 2009) :
(1) Status KEP pada balita
(2) KEK pada ibu hamil : resiko BBLR
Lingkar lengan atas menggunakan alat : pita pengukur dari
fiberglass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
Ambang batas (cut of points) :
(1) LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia : ≤23,5 cm
(2) Pada bayi 0-30 hari : ≥9,5 cm
(3) Balita dengan KEP : ≤12,5 cm
e) Lingkar Kepala
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun
pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan
keadaan kesehatan dan gizi. Dalam antopometri gizi rasio
lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menetukan
KEP pada anak. Lingkar kepala digunakan juga sebagai
24
informasi tambahan dalam pengukuran umur (Faudiyah,
Fikriyah. 2009).
f) Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena
pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun.
Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai
indikator KEP pada balita (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
g) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data
tinggi badan didapat dari tinggi lulut bagi orang tidak dapat
berdiri atau lansia (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yangs sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat.
Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Suvei
juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
25
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau
riwayat penyakit (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
anatar lain : darah, urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentu kimia faali dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
4) Biofisik
Penentu status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemic, cara yang digukana adalah tes adaptasi gelap (Faudiyah,
Fikriyah. 2009).
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan factor ekologi (Faudiyah Fikriyah, 2009).
26
1) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentu status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanandapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2) Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data berbagai statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan angka kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3) Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran
factor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab maslaha gizi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
27
3. Zat gizi
Pertumbuhan dan perkembangan, serta konsekuensi yang akan
ditimbulkan diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada
makanan. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh secara umum dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral. Terdapat beberapa zat gizi yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan, yaitu (Fikawati, Sandra, 2017) :
a. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan sumber tenaga utama
bagi tubuh dalam bentuk energi. 1gram karbohidrat menyediakan
energi sejumlah 4 kilo kalori (Kal) bagi tubuh. Karbohidrat dalam
bentuk glukosa merupakan satu-satunya sumber energi bagi otak.
Karbohidrat terbagi dalam dua bentuk,yaitu karbidrat sederhana dan
karbohidrat komplek. Karbohidrat sederhana seperti fruktosa, glukosa,
dan laktosa, ditemukan dalam buah-buahan, gula serta susu dan
produknya. Sedangkan karbohidrat kompleks dapat ditemukan dalam
sayuran bersera, gandum, nasi, sereal, oat, dan lain sebagainya.
b. Protein
Selain dapat menjadi sumber energi, protein merupakan komponen
utama protoplasma di dalam sel, serta hormon dan enzim yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan. Protein berperan dalam
pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh, serta regenerasi
jaringan.
28
c. Lemak
Lemak menyumbangkan 40-50% energi yang dikonsumsi bayi.
Lemak menyediakan sekitar 60% energi yang diperlukan tubuh
selama istirahat dan saat tubuh melakukan latihan olahraga yang
cukup intens. Lemak penting untuk semua sel tubuh, sebagai
komponen utama pembentukkan membran sel.
d. Kalsium
Kalsium berperan dalam pertumbuhan dan mineralisasi tulang.
Lebihdari 98% kalsium tubuh terbentuk oleh tulangdan 1% lainnya
berada pada cairan tubuh dan otot. Sejumlah 30-60% asupan kalsium
diserap oleh tubuh. Selain itu, kalsium juga membantu menjaga detak
jantung teratur dan mengirimkan impuls saraf .
e. Zat besi
Zat besi merupkan bahan dasar pembentukkan hemoglobin. Zat besi
berperan dalam pengangkuttan oksigen dan sari-sari makanan ke
seluruh sel dalam tubuh. Hal ini penting untuk pertumbuhan, sistem
kekebalan tubuh, dan produksi energi.
4. Perbaikan Gizi
Kegiatan penilaian status gizi menghasilkan status gizi individu.
Individu yang memiliki status gizi yang baik harus terus dipertahankan,
sedangkan yang mempunyai masalah gizi harus diperbaiki agar menjadi
lebih baik. Tujuan perbaikan gizi adalah menghasilkan masyarakat yang
29
mempunyai status gizi optimal, sehat, dan menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas (Holil muhammad ,2017), dapat dilihat pada gambar 4
berikut ini :
Gambar 4
Kaitan Antara Perbaikan Gizi, Peningkatan SDM, Dan Kemiskinan
Sumber : Kemenkes RI, 2011 dalam Holil, Muhammad, 2017
Pada gambar 11.1 dapat diketahui bahwa apabila usaha perbaikan
gizi dapat tercapai, tumbuh kembang fisik dan mental akan menjadi baik.
Anak-anak yang dapat tumbuh optimal akan menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan produktivitas. Produktivitas yang tinggi akan meningkatkan
ekonomi bangsa sehingga tingkat kemiskinan akan berkurang. Masalah
gizi yang diderita oleh anak usia di bawah 5 tahun (balita), dapat
mengakibatkan hal yang serius pada kesehatan dan masa depannya. Balita
Kemiskinan
kurang Ekonomi Meningkat
Perbaikan Gizi
Tumbuh kembang
fisik dan mental
Peningkatan
kualitas SDM
Investasisektor sosial
(gizi, kesehatan,
pendidikan)
Peningkatan
pertumbuhan
30
yang menderita gizi sangat kurus mudah terkena penyakit, sedangkan
balita yang kurus atau gizi kurang, pertumbuhan jaringan tubuhnya akan
mengalami keterlambatan. Oleh sebab itu, balita yang mengalami masalah
gizi harus mendapatkan pelayanan untuk memperbaiki status gizinya
(Holil, Muhammad. 2017).
Mengatasi masalah gizi pada balita dapat dilakukan melalui
konseling. Masalah gizi dapat diketahui dari hasil pemantauan
pertumbuhan yang dilakukan dengan menggunakan grafik pertumbuhan
anak (GPA). Jika berdasarkan pemantauan GPA anak tumbuh dengan
baik, nasihat selanjutnya adalah memberikan makanan yang sesuai dengan
umur anak sehingga anak akan tumbuh dengan baik. Anak yang
mengalami masalah pertumbuhan, baik masalah gizi kurang maupun
masalah gizi lebih, harus dilakukan penanganan yang khusus (Holil,
Muhammad. 2017).
Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sosial dan
lingkungan yang dapat memengaruhi cara pemberian makan, pola asuh
dan pertumbuhan anak. Oleh sebab itu, penyebab timbulnya masalah gizi
pada anak perlu diketahui sebelum memberikan konseling. Pada waktu
melakukan konseling, ada beberapa hal penting yang harus menjadi
perhatian, yaitu mendengarkan dan belajar dari ibu dengan cara
mengajukan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meyakinkan bahwa
konselor memahami apa yang dikatakan ibu, serta menggunakan bahasa
tubuh dan isyarat untuk menunjukkan bahwa konselor sangat
31
memerhatikan dan empati terhadap perasaan ibu. Pada waktu melakukan
konseling juga harus membangun kepercayaan dan memberikan dukungan
dengan cara memuji ibu jika sudah berbuat baik; menghindari kata yang
dapat menyalahkan ibu; menerima apa yang ibu pikian dan rasakan;
memberikan informasi dalam bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami; memberikan saran yang terbatas dan bukan bersifat perintah;
serta menawarkan bantuan yang mudah dilakukan (Holil, Muhammad.
2017).
C. GIZI KURANG
1. Pengertian
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita
di Indonesia. Rendah atau tidak cukupnya konsumsi energi dan protein
dari makanan sehari-hari sesuai dengan kebutuhannya (Cakrawati, Dewi
dan Mustika NH. 2014).
Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu
proses kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa
nutrien tidak terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang dengan
jumlah yang lebih besar daripada yang didapat. Gizi kurang dibedakan
menjadi gizi kurang makro (makronutrien) dan gizi kurang mikro (mikro
nutrien). Dalam memenuhi asupan gizinya, tubuh membutuhkan
makronutrien, yaitu karbohidrat, lemak, protein dan mikronutrien,
32
vitaminn, yodium, zat besi, seng, asam folat, dan lain sebagainya
(Cakrawati, Dewi dan Mustika NH. 2014).
2. Penyebab Gizi Kurang
Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh (Cakrawati, Dewi dan Mustika
NH. 2014) :
a. Penyebab langsung
Makan dan penyakit dapat secara langsung langsung memnyebabkan
gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat
cukup makanan tetapi sering menderita sakit, dapat menderita gizi
kurang. Demikian pula pada anak yang yang tidak memperoleh cukup
makan, maka daya tahan tubuh akan melemah dan akan mudah
terserang penyakit (Cakrawati, Dewi dan Mustika NH. 2014).
b. Penyebab tidak langsung
1) Ketahanan pangan keluarga kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah
maupun mutu gizi.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik
secara fisik, mental maupun sosial.
33
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan ar bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yan
terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
3. Akibat Gizi Kurang
Menurut Dr. Arisman, MB akibat kurang gizi terhadap proses
tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan berat
badan pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius
(Arisman, M. B. 2010). Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses
(Cakrawati, Dewi dan Mustika NH. 2014) :
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan
sebagai zat pembakar, sehingga otak-otak menjadi lembek dan rambut
mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi
menengah ke atas rata-rata lebih tinggi dari pada yang berasal dari
keadaan sosial ekonomi rendah.
b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan menyebabkan seorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.
Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun
34
c. Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurun. Sistem imunitas dan
antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti
pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa
kematian.
d. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak
mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi
dapat berakibat terganggunya fungsi otak permanen.
e. Perilaku
Baik anak-anak atau orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis
4. Tanda-tanda Gizi Kurang
Berikut adalah tanda-tanda dari balita yang mengalami gizi kurang
seperti (Upahita, Damar. 2019) :
a. Nafsu makan rendah
b. Mengalami kegagalan dalam pertumbuhannya. Hal ini dapat dilihat
dari berat badan, tinggi badan, atau keduanya yang tidak sesuai dengan
umurnya. Itulah mengapa biasanya anak kurang gizi mempunyai tubuh
yang kurus, atau pendek, atau kurus-pendek.
c. Kehilangan lemak dan massa otot tubuh.
35
d. Kekuatan otot tubuh menghilang.
e. Sangat mudah untuk marah, terlihat lesu, bahkan dapat menangis
secara berlebihan.
f. Mengalami kecemasan dan kurang perhatian terhadap lingkungan
sekitar.
g. Sulit berkonsentrasi dengan baik.
h. Kulit dan rambut kering, bahkan rambut mudah sekali rontok.
i. Pipi dan mata tampak cekung.
j. Proses penyembuhan luka sangat lama.
k. Rentan terserang penyakit, dengan proses penyembuhan yang
cenderung lama.
l. Risiko komplikasi meningkat jika melakukan operasi.
5. Penatalaksanaan
a. Pemenuhan Makan Sebagai Perbaikan Gizi
Banyak cara untuk memperbaiki status gizi, antara lain yang telah
dikembangkan pada standar pertumbuhan WHO 2005 (Kemenkes,
2011). Anjurkan utama yang telah dikembangkan adalah cara
pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping (MPASI),
seperti yang diuraikan pada tabel 11.1
Tabel 11. 1 Anjuran Makan Anak Sehat dan Sakit.
Usia Anak Anjurkan Pemberian Makan
Bayi
sampai usia
6 bulan
Berikan ASI sesuai keinginana anak, paling sedikit
8 kali sehari, pagi, siang, maupun malam. Jangan
diberikan makanan atau minuman selain ASI.
36
Umur 6-9
bulan
Teruskan pemberian ASI
Mulai memberikan makanan pendamping ASI,
seperti bubur, susu, pisang, pepaya lumat halus, air
jeruk, air tomat saring, dan sebagainya.
Secara bertahap sesuai pertambahan umur, berikan
bubur tim lumat, ditambah telur/ ayam/ ikan/ tempe/
tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/
santan/ minyak. Setiap hari diberikan makan
sebagai berikut :
6 bulan : 2 x 6 sendok makan peres
7 bulan : 2-3 x 7 sendok makan peres
8 bulan : 3 x 8 sendok makan peres
Umur 9-12
bulan
Teruskan pemberian ASI
Berikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang
lebih padat dan kasar seperti bubur, nasi tim, nasi
lembek.
Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging
sapi/ wortel/ bayam/ santan/minyak.
Setiap hari (pagi/siang/malam) berikan makanan
berikut :
9 bulan : 3 x 9sendok makan peres
10 bulan : 3 x 10 sendok makan peres
11 bulan : 3 x 11 sendok makan peres
Berikan makanan selingan 2 kali sehari (buah,
biskuit, kue) di antara waktuu makan.
UmuR 12-
24 bulan
Teruskan pemberian ASI
Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak.
Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang
dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
Beri makan selingan 2 kali di antara waktu makan
(biskuit, kue)
Umur 24
bulan atau
lebih
Berikan makanan keluarga 3 x sehari 1/2-1/2 porsi
makan orang dewasa yang terdiri dari nasi, lauk
pauk, sayur, dan buah.
Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari
diantara waktu makan.
Sumber, Kemenkes RI, 2011 dalam Holil, Muhammad, 2017
37
b. Konseling bagi lbu yang Mempunyai Anak Gizi Kurang
Apabila berdasarkan penilaian pertumbuhan anak menderita gizi
kurang penting untuk mencari penyebab mengapa anak menderita gizi
kurang. Seorang anak dikatakan menderita gizi kurang apabila kurus
(nilai z-skor<-2SD untuk indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U):
berat badan kurang (nilai z-skor -2SD unruk indikator BB/U); pendek
(nilai z-skor<-2SD untuk indikator PB/U atau TB/U); atau mempunyai
kecenderungan pertumbuhan ke arah salah satu masalah gizi.
konseling bagi ibu yang anaknya menderita gizi kurang dilakukan
melalui dua kegiatan utama, yaitu mencari penyebab gizi kurang dan
memberikan konseling (Holil, Muhammad,2017).
Didalam buku Modul Pelatihan Pertumbuhan Anak dari Kemenkes RI
(2011) secara garis besar terdapat delapan langkah untuk melakukan
konseling bagi ibu yang anaknya menderita gizi kurang, yaitu :
Langkah 1. Menentukan apakah anak sakit pada saat kunjungan
atau menderita sakit yang kronis.
Langkah 2. Jika anak tidak sakit, mulai mencari penyebab
mengapa anak menderita gizi kurang
Langkah 3. Menanyakan perubahan pola makan dan/atau
menyusui saat ini
Langkah 4. Menanyakan tentang pemberian makan sesuai
umurnya.
Langkah 5. Menanyakan apakah anak sering menderita penyakit
38
yang berulang
Langkah 6. Mengkaji kemungkinan penyebab masalah sosial
dan lingkungan
Langkah 7. Menentukan penyebab utama anak menderita gizi
kurang yang dilakukan bersama ibu.
Langkah 8. Memberikan nasihat pada ibu untuk menanggulangi
gizi kurang anak.
c. Memberikan nasihat sesuai penyebab gizi kurang
Nasihat yang diberikan kepada ibu adalah atas dasar penyebab utama
anak menderita gizi kurang yang dirasakan ibu. Selanjutnya,
mendiskusikan apa yang dapat dilakukan oleh ibu dan siapa yang kira-
kira dapat membantu ibu. Selain itu, pahami kemungkinan kesulitan
yang hadapi ibu, dan berikan dukungan untuk menghadapinya (Holil,
Muhammad. 2017).
Apabila ada banyak penyebab yang mengakibatkan anak mengalami
gizi kurang, mungkin akan ada banyak nasihat yang perlu diberikan.
Namun, harus diperhatikan bahwa kemampuan ibu untuk dapat
mengingat dan memahami, mungkin hanya untuk beberapa nasihat
saja. Oleh sebab itu, nasihat yang diberikan sebaiknya tidak terlalu
banyak, cukup dua atau tiga nasihat yang paling mungkin dapat
dilakukan oleh ibu (Holil, Muhammad. 2017).
Anak yang pendek, tetapi nilai z-skor indikator BB/TB atau BB/PB
atau IMT/U tergolong nomal memerlukan asupan gizi yang dapat
39
meningkatkan panjang dan tinggi badan anak. tanpa meningkatkan
berat berlebih yang dapat menyebabkan kelebihan berat badan. Nasihat
untuk anak seperti ini adalah memperbaiki jumlah dan bioavailabilitas
zat gizi mikro dalam makanan, dengan cara meningkatkan konsumsi
makanan sumber protein hewani. Makanan yang berasal dari protein
hewani umumnya mengandung zat gizi mikro yang tingi dan
kandungan mineralnya dapat diabsorpsi lebih baik dibanding makanan
nabati (Holil, Muhammad. 2017).
Beberapa nasihat tentang masalah pemberian makan pada anak ialah
(Holil, Muhammad. 2017) :
1) Jika pemberian makan tidak sesuai anjuran, berikan nasihat pada
ibu tenang cara pemberian makan yang sesuai dengan umur anak
2) Jika ibu kesulitan memberikan ASI Pada bayiya. Berikan konseling
menyusui, yaitu melakukan penilaian cara ibu menyusui
menunjukkan cara menyusui yang benar, serta memberikan contoh
tindakan yang benar jika ada masalah menyusui.
3) Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula
makanan lain, anjurkan ibu untuk melakukan relaktasi, dengan cara
membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu memproduksi
ASI sesuai kebutuhan bayinya. Ajak ibu menyusui bayi lebih
sering lagi, lebih lama, pada pagi, siang, maupun malam dan secara
bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain.
40
4) Jika umur bayi lebih dari 6 bulan dan ibu menggunakan botol
untuk memberikan susu pada anaknya, minta ibu untuk mengganti
botol dengan cangngkir atau angkuk atau gelas, peragakan cara
memberikan susu dengan cangkir atau gelas, dan berikan makanan
pendamping ASI sesuai dengan kelompok umur.
5) Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu agar duduk
dekat anak, membujuk anak agar mau makan, jika perlu menyuapi
anak. Memberi anak makan bergizi dengan jumlah yang cukup dan
yang disukai anak.
6) Jika ibu mengubah pemberian makan selama anak sakit. Ibu tidak
perlu merubah pemberian makan anak, memberi makan pada anak
sesuai dengan kelompok umur.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu memberikan nasihat
kepada ibu antara lain memberikan nasihat tidak terlalu banyak, cukup
2 atau 3 nasihat; memberikan pujian apabila ibu sudah mulai
mengerjakannya; memberikan pertanyaan pemahaman untuk
mengetahui apakah ibu betul-betul sudah memahami nasihat yang
diberikan; serta membuat janji bertemu kembali untuk melihat
perkembangan anak setelah mendapat intervensi (Holil, Muhammad.
2017).
d. Pijat Tuina
Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan makan anak sebatas
pemberian multivitamin tanpa memperhatikan penyebab. Hal tersebut
41
akan berdampak negatif jika diberikan dalam jangka waktu yang lama.
Dewasa ini telah dikembangkan dari tehnik pijat bayi, yakni pijat Tui
Na (Munjidah, Annif. 2015)
Teknik pijat Tui-Na telah digunakan secara luas dalam periode
panjang di budaya timur. Tui-Na adalah teknik pijat terapi tradisional
Tiongkok yang telah digunakan sejak 2700 SM. Pijat Thailand berasal
dari pijat Tui-Na di Cina dan pijat Ayurveda di India, dan telah
dipraktikkan dan tidak berubah selama 1000 tahun (Kang, So-Hyung,
dkk. 2018).
Pengobatan Tiongkok Tradisional mempromosikan penggunaan terapi
pijat, atau Tui-Na, untuk perawatan bayi. Sampai usia 10 tahun, anak-
anak merespon dengan baik bentuk terapi yang lembut ini (Pediatric
Tuina, 2019).
Pijatan anak-anak menerapakan teknik-teknik pijatan yang sama untuk
perkembangan sensasi sentuhan yang sehat pada anak-anak. Penelitian
telah menunjukkan bahwa bayi dan bayi berkembangan dari sentuhan
orangtua yang penuh kasih. Faktanya anak-anak yang menerima
perhatian semacam ini lebih sehat dan menambah berat badan dengan
baik sepanjang perkembangan mereka (Pediatric Tuina, 2019).
Selain mempromosikan pematangan yang sehat, pijat Tui-Na juga
dapat mengobati sejumlah kondisi yang diderita anak-anak. Ini
termasuk mual, kurang nafsu makan, demam, mimpi buruk, dan
mengompol. Sesi pijat tunggal akan berlangsung selama 30 menit, dan
42
harus dilakukan sesering yang diperlukan mengingat sifat kondisi
anak. Teknik-tekniknya mudah dipelajari dan karenanya dapat
diperkuat di rumah diantara sesi-sesi dengan professional (Pediatric
Tuina, 2019)
Berikut adalah Teknik Pijat Tuina (Mugni, Agnina. 2016) :
1) Tekuk sedikit ibu jari anak, lalu gosok perlahan seperti gerakan
memijat bagian garis pinggir ibu jari (sisi telapak). Pijatan
dilakukan mulai dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari
sebanyak yang ibu mampu (disarankan 100-500 kali). Pijatan pada
sisi telapak ibu jari ini berfungsi untuk memperkuat fungsi
pencernaan dan limpa anak. Dapat dilihat pada gamabar 1 berikut
ini :
Gambar 5. Titik pinggir ibu jari
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
2) Pijat dengan cara sedikit ditekan melingkar pada bagian pangkal
ibu jari yang paling tebal (berdaging) sebanyak 100-300 kali. Hal
ini sangat berpengaruh pada penguraian akumulasi makanan yang
43
belum dicerna serta menstimulasi lancarnya sistem pencernaan.
Dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini :
Gambar 6. Titik pangkal ibu jari
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
3) Gosok melingkar pada bagian tengah telapak tangan sebanyak 100-
300 kali, dengan radius lingkaran kurang lebih 2/3 dari bagian tengah
telapak ke pangkal jari kelingking. Pijatan ini berfungsi untuk
menstimulasi dan memperlancar sirkulasi daya hidup dan darah serta
mengharmoniskan 5 organ utama dalam tubuh anak. Dapat dilihat
pada gambar 3 berikut ini :
Gambar 7. Titik telapak tangan
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
4) Tusuk bagian lekuk buku jari dengan kuku 3-5 kali secara perlahan
pada masing-masing jari mulai dari ibu jari sampai kelingking secara
44
bergantian. Lalu pijat dengan cara menekan melingkar 30-50 kali per
titik buku jari. Stimulasi ini berfungsi untuk memecah stagnasi di
meridian dan menghilangkan akumulasi makanan. Dapat dilihat pada
gambar 4 berikut ini :
Gambar 8. Titik buku jari
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
5) Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan Anda tepat di
area atas pusarnya, searah jarum jam sebanyak 100-300 kali. Ini untuk
menstimulasi agar makanan lebih lancar dicerna. Dapat dilihat pada
gambar 5 berikut ini :
Gambar 9. Titik area atas pusar
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
45
6) Tekan dan pisahkan garis di bawah rusuk menuju perut samping
dengan kedua ibu jari sebanyak 100-300 kali. Hal ini untuk
memperkuat fungsi limpa, lambung dan juga untuk memperbaiki
sistem pencernaan. Dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini :
Gambar 10. Titik rusuk perut
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
7) Tekan melingkar pada titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar
jari anak di bawah tempurung lututnya, dan lakukan sebanyak 50-100
kali. Stimulasi ini untuk mengharmoniskan fungsi lambung, usus dan
pencernaan. Dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini :
Gambar 11. Titik bawah lutut bagian luar
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
8) Pijat punggung anak, tekan ringan pada bagian tulang punggungnya
dari atas ke bawah sebanyak 3 kali. Lalu cubit bagian kulitnya di
46
bagian kiri dan kanan tulang ekor lalu menjalar ke bagian atas hingga
lebar 3-5 kali. Hal ini untuk memperkuat konstitusi tubuh anak dan
mendukung aliran chi menjadi lebih sehat serta untuk memperbaiki
nafsu makan anak. Dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini :
Gambar 12. Titik punggung
Sumber : http://www.buahatiku.com/anak-susah-makan-coba-
dipijat-ala-tui-na/
e. Modisco
Modisco adalah singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and
Coconut Oil, merupakan minuman padat energi bernilai gizi tinggi,
mudah dicerna, mudah dibuat sangat bermanfaat untuk penderita
kurang gizi. Modisco merupakan minuman tinggi kalori (100 kalori)
yang formulanya terdiri dari susu gula dan minyak biji kapas yang
digunakan untuk mengobati gangguan gizi berat. (kurang energi
protein) pada anak, dengan hasil memuaskan (Damayanti, Tria
Sabrina. 2018).
Modisco ini diperuntukkan sebagai tambahan untuk anak yang sehat
tetapi kurus, banyak aktifitas, anak yang menderita gizi kurang/buruk,
anak yang menderita infeksi menahun dan baru sembuh dari penyakit
47
dengan panas tinggi, penyakit kronik atau penyakit berat serta anak
dengan kesulitan makan karena kelainan bawaan (Damayanti, Tria
Sabrina. 2018).
Sifat modisco :
1) Berkalori tinggi
2) Mudah dicerna
3) Murah
4) Mudah dibuat
5) Dapat dioleh untuk beraneka ragam resep makanan dan minuman
Bahan baku :
1) Susu skim/fullcream
2) Gula, gula pasir/glukosa
3) Minyak/margarine
Hal lain yang harus diperhatikan, lanjut Sekretaris Bagian Gizi
Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR, Modisco tidak boleh diberikan
pada anak kelebihan berat badan (obesitas) dan penderita penyakit
ginjal, hati (kuning), dan jantung, tanpa konsultasi dokter. b
Rahmi/Bahan: Modisco, Makanan Penambah Berat Badan Anak
(Puskesmas Kebumen, 2014).
48
Tabel Formula Dasar Modisco
Bahan :
Susu skim 10 g atau full cream 12 g
Gula 5 g
Minyak 5 g
Nilai Gizi :
Energi : 100 kal
Protein : 3,6 g
Lemak : 5 g
Catatan :
Diberikan: 100 kkal/kg BB/hari
Cara Pembuatan Modisco :
Bahan-bahan Modisco mudah diperoleh, karena hanya terdiri dari susu
skim atau susu full cream, minyak atau margarin, dan gula pasir. Cara
pembuatannya sederhana, begitu juga alat yang digunakan. Berikut ini
cara pembuatan tiga jenis formula Modisco:
1) Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan
air hangat/panas.
2) Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus
diaduk, Saring dan minum hangat-hangat.
49