bab ii tinjauan pustaka a. 1. definisi nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · secara...

28
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Nyeri a. Definisi Nyeri Nyeri pada dasarnya merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang rusak, sensasi nyeri menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Syaifudin, 2016). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau megevaluasi nyeri yang dialaminya (Hidayat & Uliyah, 2014). Asosisasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subektif dan pengalaman emosional yang tidak menenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam keadaan – keadaan di mana teradi kerusakan” (IASP, 1979 dalam Potter & Perry, 2005). Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian nyeri: 1) Mc. Coffery mendefinisikan nyeri sebagai satu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya. 2) Wolf Weifsel Feurst mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan. 3) Arthur C. Curton mengatakan bahwa nyeri merupakan satu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Nyeri

a. Definisi Nyeri

Nyeri pada dasarnya merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh

yang timbul bilamana jaringan sedang rusak, sensasi nyeri menyebabkan

individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Syaifudin,

2016). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau megevaluasi nyeri yang dialaminya (Hidayat & Uliyah,

2014).

Asosisasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International

Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai

“suatu sensori subektif dan pengalaman emosional yang tidak menenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang

dirasakan dalam keadaan – keadaan di mana teradi kerusakan” (IASP, 1979

dalam Potter & Perry, 2005). Berikut adalah beberapa pendapat ahli

mengenai pengertian nyeri:

1) Mc. Coffery mendefinisikan nyeri sebagai satu keadaan yang

memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika

orang tersebut pernah mengalaminya.

2) Wolf Weifsel Feurst mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu

perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa

menimbulkan ketegangan.

3) Arthur C. Curton mengatakan bahwa nyeri merupakan satu mekanisme

produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

8

4) menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan

rangsangan nyeri.

5) Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak

menyenangkan akibat teradinya rangsangan fisik maupun dari serabut

saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan

emosional (Hidayat & Uliyah, 2014).

b. Penyebab Rasa Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu

penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.

Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik,

termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan

sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara pesikis, penyebab nyeri dapat terjadi

oleh karena adanya trauma psikologis (Asmadi, 2008).

Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas

mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka. Trauma termis

menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat

panas atau dingin. Trauma kimiawi tejadi karena tersentuh zat asam atau

basa yang kuat. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh

aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri. Neoplasma

menyebabkan nyeri karena teradinya tekanan atau kerusakan jaringan yang

mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.

Nyeri peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat

adanya peradangan atau terjepit oleh pembekakan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan

dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Nyeri yang disebabkan

faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab

organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik

(Asmadi, 2009).

c. Fisiologis Nyeri

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

9

Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri disebut nosiseptor.

Proses fisoilogis terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses tersebut terdiri atas

empat fase (Mubarak & Chayatin, 2008).

1) Transduksi

Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan

(mis., bahan kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator

biokimia (mis., prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang

mensensitisasi nosiseptor.

2) Transmisi

Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri

merambat dari serabut saraf perifer ke medula spinalis. Dua jenis serabut

nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C, yang

mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, serta serabut A-Delta yang

mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi. Bagian kedua adalah

transmisi nyeri dari medula spinalis menuju batang otak dan thalamus

melalui jalur spinotalamikus (spinothalamic tract [STT]). STT merupakan

suatu sistem diskriminatif yang membawa informasi mengenai sifat dan

lokasi stimulus ke talamus. Selanjutnya, pada bagian ketiga, sinyal tersebut

diteruskan ke korteks sensorik somatik tempat nyeri dipersepsikan. Impuls

yang ditrasmisikan melalui STT mengaktifkan respons otonomi dan limbik.

3) Persepsi

Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Persepsi nyeri

tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya

berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik

dan afektif nyeri (McCaffery & Pasero, 1999).

4) Modulasi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

10

Fase ini disebut juga "sistem desenden." Pada fase ini, neuron batang

otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut

desenden tersebut melepaskan substansi seperi opioid, serotonin, dan

norepinefrin yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan

di bagian dorsal medula spinalis.

d. Fisiologis Nyeri Post Operasi

Tindakan operasi, seperti pemotongan atau peregangan jaringan

mengakibatkan trauma dan inflamasi pada jaringan sekitar, sehingga

menimbulkan stimulus nosiseptif yang merangsang reseptor nosiseptif. Pada

reseptor nosiseptif, stimulus tersebut ditransduksi menjadi impuls melalui

serat aferen primer c-fiber dan aδ-fiber, kemudian diteruskan ke medula

spinalis. Neuron aferen primer bersinaps dengan neuron aferen sekunder di

kornu dorsalis medula spinalis dan diteruskan ke pusat, yaitu korteks serebri

dan pusat yang lebih tinggi lainnya, melalui jalur spinotalamikus

kontralateral dan spinoretikularis. Impuls tersebut diproses oleh pusat

dengan mekanisme yang kompleks menjadi pengalaman nyeri (Suseno, dkk

2017).

Pada saat terjadi respons inflamasi, mediator inflamasi, seperti sitokin

bradikinin, dan prostaglandin, dilepaskan pada jaringan yang mengalami

kerusakan, akibatnya nyeri nosiseptif dirasakan. Selain itu, respons

inflamasi menyebabkan terjadinya perubahan plastisitas reversible pada

reseptor nosiseptor yang membuat ambang rangsang reseptor nosiseptor

menurun. Hal tersebut menyebabkan sensitivitas terhadap nyeri meningkat

pada daerah yang mengalami kerusakan jaringan, sehingga rangsangan

ringan saja dapat menimbulkan rasa sakit. Proses tersebut dikenal sebagai

sensitisasi perifer dengan tujuan membantu proses penyembuhan dengan

cara melindungi daerah yang mengalami kerusakan jaringan, sehingga

terjadinya perbaikan. Sensitisasi tersebut akan hilang saat mediator-mediator

inflamasi berhenti diproduksi, yaitu pada saat jaringan rusak mengalami

penyembuhan (Suseno, dkk 2017).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

11

e. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,

diantaranya sebagai berikut (Long, 1989 dalam Hidayat & Uliyah, 2014):

1) Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa, rangsangan sakit masuk ke medulla

spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior kemudian

naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan

berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2) Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medula

spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu

respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,

serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga

menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T.

3) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil

yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat

saraf besar akan meningkatkan aktivitass substansia gelatinosa yang

mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T

terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.

Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil

persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat

eferen dan reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat

kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu

mekanisme, sehinngga meranggsang aktivitas set T yang selanjutnya akan

menghantarkan rangsangan nyeri.

4) Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls

saraf, sehingga transmmisi implus nyeri menjadi efektif oleh

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

12

neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi

efektif oleh impuls- impuls pada serabut- serabut besar yang memblok

impuls – impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.

f. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasrkan

pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan

(Asmadi, 2009).

1) Nyeri berdasarkan tempatnya:

a) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa. Nyeri post laparatomi termasuk dalam

pheriperal pain, karena nyeri terasa pada kulit tempat insisi bedah

dilakukan.

b) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih

dalam atau pada organ-organ tubuh viceral.

c) Referd pain, yaitu nyeri dalam yang yang disebabkan karena penyakit

organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di

daerah yang berbeda bukan daerah asal nyeri.

d) General pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem

saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lian-lain.

(Sutanto & Fitriana, 2017)

2) Nyeri berdasarkan sumbernya (M.Black & Hawks, 2014):

a) Nyeri kutaneus (Superfisial)

Nyeri kutaneus dapat dikarakteristikan sebagai onset yang tiba-tiba

dengan kualitas yang tajam atau menyengat atau onset yang berlangsung

perlahan dengan kualitas seperti sensasi terbakar, bergantung dari tipe serat

saraf yang terlibat.

b) Nyeri Somatik

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

13

Nyeri somatik berawal dari ligamen, tendon, tulanh, pembuluh darah,

dan saraf. Nyeri ini dideteksi oleh nosiseptor somatik, bersifat tajam dan

dapat dilokalisasi. Contoh dari nyeri ini adalah nyeri pasca operasi dan patah

tulang.

c) Nyeri Viseral

Nyeri viseral berasal dari visera tubuh atau organ. Nosiseptor visera

terletak di dalam organ tubuh dan celah bagian dalam. Terbatasnya jumlah

nosiseptor di area ini menghasilkan nyeri yang biasanya lebih menyakitkan

dan berlangsung lebih lama dari nyeri somatik. Nyeri viseral sangat sulit

untuk dilokalisasi dan beberapa cedera pada jaringan viseral mengakibatkan

terjadi nyeri yang menjalar, dimana sensasi nyeri berada di area yang

sebenarnya tidak berkaitan sama sekali dengan lokasi cidera.

d) Nyeri Menjalar

Nyeri menjalar adalah bentuk dari nyeri viseral dan dirasakan di daerah

yang jauh dari lokasi stimulus. Hal itu terjadi ketika serat saraf yang berada

di area tubuh yang jauh dari lokasi stimulus melewati stimulus itu sendiri

dalam jarak dekat.

e) Nyeri Neurapatik

Nyeri neurapatik disebabkan oleh kerusakan atau cidera pada serat saraf

di perifer atau kerusakan pada SSP. Nyeri terasa seperti kebas, terbakar, atau

sensasi tertusuk, “seperti terkena jarum”, dan sengatan listrik.

f) Breakthrough Pain

Breakthrough pain didefinisikan sebagai peningkatan nyeri sementara

dengan intensitas sedang hingga berat yang terjadi pada kondisi individu

yang mengalami nyeri persisten dengan intensitas ringan ke sedang yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

14

sudah berhasil di konterol. Breakingthrough pain terjadi karena insiden atau

idiopatik.

g) Nyeri psikogenik

Nyeri psikogenik tidak disebabkan oleh nosisepsi, namun oleh faktor

psikologis. Beberapa masalah mental ataupun emosional dapat

menyebabkan, memperburuk atau memperlama nyeri.

3) Nyeri berdasarkan sifatnya (Asmadi, 2009):

a) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

b) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam

waktu yang lama.

c) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10-15 menit,

lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

4) Nyeri berdasarkan berat ringannya:

a) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

b) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

c) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

(Sutanto & Fitriana, 2017)

5) Nyeri berdasarkan polanya:

a) Nyeri akut

Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan

jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

15

ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner (Asmadi,

2009). Nyeri akut terjadi setelah cedera akut penyakit, atau intervensi bedah

dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan

sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat (Meinhart dan

McCaffery, 1983: NIH, 196 dalam Potter & Perry, 2005). Nyeri akut

ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya

meningkatkan persepsi nyeri.

Gambar 2.1. Nyeri akut Sumber : Mubarak & Chayatin, 2007

b) Nyeri Kronik

Nyeri kronik, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri

kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode

yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri dan

begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronik yang konstan, artinya rasa

nyeri tersebut terus-menerus terasa semakin lama semakin meningkat

intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri

karena neoplasma (Asmadi, 2009).

Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Kronik

Nyeri Akut Nyeri Kronik

Nyeri Akut

Tegangan otot Cemas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

16

Waktu kurang dari enam bulan Waktu lebih dari enam bulan

Nyeri terlokalisasi Daerah nyeri menyebar

Nyeri terasa seperti ditusuk, disayat, dicubit dan lain-lain

Nyeri terasa tumpul seperti ngilu, linu dan lain-lain

Respon saraf simpatis: takikardia, peningkatan respirasi, peningkatan tekanan darah, pucat, lembab, berkeringat, dan dilatasi pupil

Respons sistem saraf parasimpatis: penurunan tekanan darah, bradikardia, kulit kering, panas dan pupil konstriksi

Penampilan klien tampak cemas, gelisah dan terjadi ketegangan otot

Penampilan klien tampak depresi dan menarik diri

Sumber : (Asmadi, 2009 dalam Sutanto & Fitriana, 2017)

6) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang

mempengaruhi pengalaman nyeri individu (Potter & Perry, 2005).

1) Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak- anak dan lansia.

2) Jenis Kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

berespons terhadap nyeri (Gil, 1990 dalam Potter & Perry, 2005). Beberapa

kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap

bahwa seorang anak aki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,

sedaangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang

sama.

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai budaya mempengaruhi individu dalam mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

17

oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap

nyeri (Calvillo dan Flaskerud, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

4) Makna Nyeri

Makna seorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

5) Perhatian

Tingkat seorang klien menfokuskan perhatiannya terhadap nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya mengalihkan dihubungkan

dengan respons nyeri yang menurun (Gil, 1990 dalam Potter & Perry,

2005).

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat komleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Paice (1991) melaporkan suatu bukti

bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini

mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas.

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

8) Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima

nyeri dengan lebih mudah pada waktu mendatang.

9) Gaya Koping

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

18

Pengalaman nyeri yang menjadi suatu pengalaman yang membuat

individu merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan

perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit klien meras tidak berdaya

dengan rasa sepi itu. Hal yang sering teradi adalah klien merasa kehilangan

kontrol terhadap ligkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari

peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, gaya koping

mempengaruhi kemampuan individu tersebu untuk mengatasi nyeri.

10) Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan atau

perlindungan. Walupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang

dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

7) Pengukuran Nyeri

1) Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri antar masing-masing individu dapat berbeda-beda,

sebab intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Intensitas nyeri dapat

diketahui menggunakan alat ukur atau skala ukur nyeri. Respons klien dapat

dibandingkan dengan skor yang didapat, sehingga derajat dari kontrol nyeri

dapat dipertahankan (M. Black & Hawks, 2014). Beberapa skala intensitas

nyeri yaitu:

a) Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (visual analog scale, VAS), merupakan suatu garis

lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan mmiliki alat

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS dapat merupakan pengukur

keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi

setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu

angka (McGuire, 1984 dalam Potter & Perry, 2005)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

19

Gambar 2.2 Skala nyeri visual analog (VAS)

Sumber: potter & Perry (2005)

b) Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal (verbal descriptor scale, VDS) merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dar “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.

Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah katagori untuk

mendeskripsi nyeri (Potter & Perry, 2005).

Gambar 2.3 Skala deskriptif (VDS) Sumber: Potter & Perry (2005)

c) Numerical Rating Scales (NRS)

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik (Potter & Perry, 2005). Apabila digunakan skala untuk menilai

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Hebat

Nyeri Sangat Hebat

Nyeri Tak tertahankan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

20

nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992 dalam Potter

& Perry, 2005).

Gambar 2.4 Skala Numerik Sumber: Potter & Perry (2005)

d) Skala Wajah

Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk mengkaji

nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil

kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum

(“tidak merasa nyeri”) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah

kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat

ketakutan ( “nyeri yang sangat” ).

Gambar 2.5 Skala Wajah Sumber: Potter & Perry (2005)

2) SOP Pengukuran Skala Nyeri

a) Persiapan klien dan lingkungan:

- Beritahu klien tindakan yang akan dilakukan, beri posisi yang

nyaman.

b) Identifikasi klien.

c) Jelaskan prosedur pengukuran skala nyeri pada klien.

d) Jelaskan pada klien tentang skala nyeri:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

21

0 = tidak nyeri

1-3 = Nyeri Ringan

4-6 = Nyeri Sedang

7-9 = Nyeri Berat

10 = Nyeri Tidak Terkontrol

e) Kaji pengalaman nyeri klien yang terdahulu.

f) Kaji intensitas nyeri klien dengan meminta klien untuk menandai angka

yang terdapat pada Numeric Rating Scaleyang sesuai dengan nyeri yang

dialami klien saat itu.

g) Dokumentasikan hasil pengukuran intensitas nyeri klien.

3) Karakteristik Nyeri

Nyeri yang dialami individu memiliki beberapa karakteristik tertentu.

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST, yaitu sebagai berikut

(Hidayat & Uliyah, 2014):

a) P (penyebab), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

nyeri.

b) Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

c) R (region), daerah perjalanan nyeri.

d) S (saverity) adalah keparahan atau intensita nyeri.

e) T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

8) Penatalaksanaan Nyeri

1) Terapi Farmakologis/ Pemberian Analgesik

Analgesik merupakan istilah yang digunakan untuk mewakili

sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik

berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri, terutama lewat daya kerjanya atas

sistem saraf sentral dan menubah respons seseorang terhadap rasa sakit

(Sutanto & Fitriana, 2014). Tujuan pemberian analgesik adalah untuk

meredakan atau menurunkan nyeri sementara tetap memperhatikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

22

kemampuan klien untuk mengontrol lingkungannya, berpartisipasi dalam

upaya perawatan, dan menurunkan efek samping (M.Black & Hawks,

2014).

2) Terapi Non Farmakologis

Ada sejumlah terapi nonfarmakologis yang mengurangi resepsi dan

persepsi nyeri dan dapat digunakan pada keadaan perawatan akut dan

perawatan tersier sama seperti di rumah dan pada keadaan perawatan

restorasi (Potter & Perry, 2005). Terapi nonfarmakologis dapat

dikombinasikan dengan terapi farmakologis. Tindakan nonfarmakologis

mencangkup intervensi perilaku kognitif dan penggunaan agen-agen fisik

(Potter & Perry, 2005). Beberapa tindakan nonfarrmakologis yaitu:

a) Bimbingan Antisipasi

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri

menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk

menghilangkan nyeri yang lain (Potter & Perry, 2005).

b) Relaksasi

Teknink ini didasarkan kepada keyakinan bahwan tubuh berespons pada

anssietass yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis

(Asmadi, 2009). Terdapat banyak jenis dari teknik relaksasi yaitu,

relaksasi nafas dalam, relaksasi progresif, napas ritmik dan relaksasi

autogenik.

c) Distraksi

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri (Asmadi,

2009). Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus yang

menyakitkan jika seseorang menerima masukan sensori yang cukup

atau berlebihan. Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain

dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005). Teknik

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

23

distraksi yang dapat dilakukan adalah mendengarkan musik, guaided

imagery, meditasi, hipnotis dan humor.

d) Stimulasi Kutaneus

Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2005). Stimulasi kutaneus

mengaktivasi serat berdiameter lebar (A-beta), yang menstimulasi

neuron inhibitor di medula spinalis dan berikatan dengan sistem

analgesik desenden. Macam-macam stimulasi kutaneus yaitu, pijet,

kompres hangat dan dingin, transcutaneous elecktrical nerve

stimulation (TENS), akupuntur dan akupresur (M.Black & Hawks,

2014).

e) Biofeedback

Biofeedback merujuk pada berbagai macam teknik yang memberikan

klien informasi mengenai perubahan dalam fungsi tubuh yang biasanya

tidak disadari klien, seperti tekanan darah. Tujuan dari biofeedback

dalam manajemen nyeri adalah untuk mengajarkan kontrol diri atas

variabel fisiologis yang berkaitan dengan nyeri, sepertii kontraksi otot

dan tekanan darah (M.Black & Hawks, 2014).

2. Post Laparatomi

a. Definisi Laparatomi

Laparatomi merupakan pembedahan perut sampai membuka selaput

perut (Jitowiyono & Kristianasari, 2010).

b. Indikasi Laparatomi

1) Trauma pada abdomen tumpul atau tajam / ruptur hepar.

2) Peritonitis

3) Perdarahan saluran pencernaan (internal blooding)

4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

24

5) Adanya masa pada abdomen

(Jitowiyono & Kristianasari, 2010)

c. Komplikasi Laparatomi

1) Ventilasi paru tidak adekuat

2) Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung

3) Gangguan cairan dan elektrolit

4) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

d. Post Laparatomi

Pasca bedah atau post operasi merupakan masa setelah dilakukan

pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruangan pemulihan dan

berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Hidayat & Uliyah, 2014). Perawatan

post laparatomiaddalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada

pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut (Jitowiyono

& Kristianasari, 2010).

3. Kompres Hangat

a. Definisi Kompres Hangat

Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan

rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung yang berisi

air hangat sehingga menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. Kompres hangat dapat menghilangkan nyeri dan

meningkatkan proses penyembuhan. Pemberian panas secara lokal di bagian

tubuh yang mengalami cedera dapat berguna untuk pengobatan (Potter &

Perry, 2005).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

25

b. Tujuan Kompres Hangat

1) Memperbaiki sirkulasi dalam tubuh pasien

2) Menghilangkan edema pada pasien

3) Meningkatkan drainase pus pada pasien

4) Mengurangi rasa nyeri dalam tubuh pasien

Dalam Jacob, dkk (2014), tujuan pemberian kompres hangat sebagai

berikut:

1) Merangsang sirkulasi dengan mendilatasi pembuluh-pembuluh darah

2) Meredakan nyeri dan bendungan dengan memperlancar aliran darah

3) Memberikan kehangatan dan kenyamanan

4) Merangsang penyembuhan

5) Meringankan retensi urine

6) Meringankan spasme otot

7) Mengurangi pembengkakan jaringan

8) Untuk mengatasi penurunan suhu yang mendadak selama kompres

dingin

9) Menaikkan suhu tubuh pada kasus hipotermia

c. Indikasi Kompres Hangat

Menurut Asmadi (2009), indikasi kompres hangat adalah sebagai

berikut:

1) Klien yang kedinginan

2) Klien dengan perut kembung

3) Klien yang mempunyai penyakit peradangan

4) Spasme otot

5) Adanya abses, hematoma

d. Kontra Indikasi Kompres Hangat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

26

Jacob, dkk (2014) menyebutkan beberapa kontra indikasi kompres

hangat antara lain yaitu:

1) Inflamasi akut, misalnya: abses gigi

2) Pasien yang masih muda atau terlalu tua

3) Pasien yang tidak sadar atau tiak waras

4) Pasien dengan defisit sensorineural, misalnya: diabetes melitus

5) Pasien dengan suhu tubuh tinggi

e. Metode Pemberian Kompres Hangat

1) Kompres hangat basah

2) Kompres hangat menggunakan buli-buli (panas kering)

f. Prosedur Kompres Hangat

1) Kompres hangat dengan buli-buli (panas kering)

a) Siapkan botol air panas atau buli-buli

b) Suhu air 52ºC untuk orang dewasa normal

c) Suhu air 40.5ºC-46ºC untuk yang lemah dan atau pasien yang tidak

sadar dan anak-anak < 2 tahun

d) Isi 2/3 buli-buli dengan air panas

e) Keluarkan udara yang tersisa dan tutup rapat-rapat ujungnya

f) Keringkan kantong dan pegang kantong secara terbalik untuk

memeriksa kebocoran

g) Bungkus buli-buli dalam handuk atau penutup dan tempatkan pada

daerah sekitar luka operasi

h) Angkat setelah 15 menit

i) Catat respons pasien selama tindakan, juga kondisi area-area yang

dikompres

j) Cuci tangan setelah seluruh prosedur dilaksanakan

(Nafisa, 2013)

2) Kompres Panas Basah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

27

a) Persiapkan alat

b) Cuci tangan

c) Atur posisi klien yang nyaman

d) Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dikompres

e) Kompres panas dengan waslap direndam air panas bersuhu 40º-

46ºC

f) Ganti lokasi waslap dengan sering

g) Setelah selesai bereskan alat

h) Cuci tangan

(Nafisa, 2013)

g. Mekanisme Kompres Hangat

Menurut Smeltzer & Bare (2005) dalam Revi Neini (2017), prinsip

kerja kompres hangat dengan buli-buli hangat yang dibungkus dengan kain

yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan hangat dari buli-buli

kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelepasan pembuluh darah dan

akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan

berkurang atau hilang.

Teori gate control mengatakan bahwa stimulus kulit mengaktifkan

transmisi sarabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan cepat. Proses ini

menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A berdiameter kecil,

gerbang sinap menutup transmisi implus nyeri. Kompres menggunakan air

hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan

menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikini, histamin, dan

prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat

saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke medula

spinalis dan ke otak dihambat. (Tamsuri, 2007 dalam Nelza Safitri, 2016).

Penggunaan dari kompres hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar,

vaskularisasi lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada

otot karena otot mendapat nutrisi yang dibawa oleh darah sehingga

kontraksi otot menurun (Anugraheni, 2013 dalam Rahmadhayanti, Eka,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

28

2017). Arovah, 2016 dalam Hakiki, 2018 juga berpendapat bahwa kompres

hangat digunakan untuk meningkatkan aliran darah yang dapat

meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga

meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.

4. Relaksasi

a. Definisi

Teknik relaksasi adalah salah satu cara penatalaksanaan nyeri non

farmakologi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari

ketegangan dan stres (Potter & Perry, 2005). Teknik relaksassi didasarkana

kepada keyakinan bahwa tubuh berespons pada ansietas yang merangsang

pikiran karena nyeri atau kondisi sakitnya (Asmadi, 2009).

b. Efek relaksasi

Relaksasi cukup efektif untuk mengatasi nyeri, yakni dengan

meningkatkan perasaan kontrol, mengurangi perasaan tidak berdaya dan

putus asa, menjadi metode pengalihan, serta mengganggu siklus nyeri-

ansietas-ketegangan (Sloman,1995 dalam Mubarak & Chayatin, 2007).

Teknik relaksasi dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi-afektif

individu. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

ketidak nyamanan atau nyeri (Potter & Perry, 2005).

Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau

sakit. Teknik relaksasi dengan atau tanpa teknik imajinasi dapat

menghilangkan nyeri kepala, nyeri persalinan, antisipasi rangkaian nyeri

akut dan gangguan nyeri kronik (Potter & Perry, 2005). Teknik ini

didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh merespons pada ansieetas

(ketakutan). Hal inilah yang merangsang pikiran sehingga menyebabkan

rasa nyeri (Sutanto & Fitriana, 20017).

Nafas dalam untuk relaksasi mudah dipelajari dan berkontribusi dalam

menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan

ansietas (M.Black & Hawks, 2014).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

29

Beberapa efek dari teknik relaksasi yaitu:

1) Penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan

2) Penurunan konsumsi oksigen

3) Penurunan ketegangan otot

4) Penurunan kecepatan metabolisme

5) Peningkatan kesadaran global

6) Perasaan damai dan sejahtera

7) Periode kewaspadaan yang santai, terjaga dan dalam

c. Jenis–jenis Relaksasi

1) Relaksasi nafas dalam

2) Relaksasi progresif

3) Nafas ritmik

4) Relaksasi autigenik

(Potter & Perry, 2005)

d. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut University of pittburgh medical center, 2003 dalam Rovida

Hartika, 2018 prosedur teknik relaksasi nafas dalam, yaitu:

1) Atur pasien dengan posisi semifowler

2) Kedua tangan pasien diletakan di perut

3) Anjurkan melakukan nafas secara perlahan dan dalam melalui hidung

4) Instruksikan klien untuk tarik nafas selama tiga detik dan rasakan

abdomen mengembang saat tarik nafas

5) Anjurkan klien untuk menahan nafas selama 5 detik

6) Kemudian hembuskan lewat mulut secara perlahan-lahan selama 6

detik. Rasakan abdomen bergerak kebawah

7) Instruksikan klien untuk bernafas secara normal 3 kali

8) Ulangi selama 15 menit

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

30

e. Mekanisme Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan

meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Teknik

relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dengan

merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorphin dan

enkefalin. Hormon endorphin merupakan substansi sejenis morfin yang

berfungsi untuk menghambat transmisi implus nyeri ke otak. Sehingga saat

neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara

neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi P

akan menghasilkan implus. Paada saat tersebut , endorphin akan memblokir

lepasnya substansi P dari neuron sensorik, yang mengakibatkan nyeri

berkurang (Widiatie, Wiwiek, 2015).

Menurut Wiwiek Widiatie (2015), penurunan intensitas nyeri

dikarenakan oleh peningkatan fokus terhadap nyeri yang dialami individu

beralih pada pelaksanaan relaksasi nafas dalam sehingga suplai oksigen

dalam jaringan meningkat dan otak dapat berelaksasi. Otak yang relaksasi

tersebut akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon endorphin

untuk menghambat transmisi implus nyeri ke otak dan dapat menurunkan

sensasi terhadap nyeri yang akhirnya dapat menurunkan intensitas nyeri

yang dirasakan individu.

Smeltzer & Bare, 2013 dalam Diah Ayu C. (2015), menyatakan bahwa

efek dari relaksasi nafas dalam akan membuat individu merasa rileks dan

tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang

berfungsi menghambat transmisi implus nyeri sepanjang saraf sensoris dari

nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri

yang mengakibatkan menurunnya persepsi nyeri.

B. Penelitian Terkait

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Hasil penelitian oleh Nelza Safitri 2016 di dapatkan perbedaan sebelum

melakukan kompres hangat adalah 5,47 dan setelah melakukan kompres

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

31

hangat skala nyeri adalah 3,47. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value

0,000 (<0,05) yang artinya terdapat efektifitas pemberian kompres hangat

terhadap penurunan skala nyeri di daerah luka sectio caesarea pada pasien

post operasi sectio caesarea di RSUD. Bangkinang.

2. Penelitian oleh Yovita Handayani (2017), didaptakan hasil analisis ada

efektifitas kompres dingin dan hangat terhadap penurunan intensitas nyeri

pada pasien post operasi appendicitis. Hasil analisis juga didapatkan

kompres hangat lebih efektif jika dibandingkan dengan kompres dingin.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Revi Neini (2017) yang bertujuan untuk

Mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat terhadap nyeri pada

pasien post operasi fraktur di RST. Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2017.

Hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik wilcoxon nilai p = 0,006. Dapat

disimpulkan bahwa dukungan terdapat pengaruh pemberian kompres hangat

terhadap nyeri pada pasien post operasi fraktur di RST. Dr.Reksodiwiryo.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lela Aini (2017) yang bertujuan untuk

melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam

terhadappenurunan nyeri pada pasien fraktur. Hasil analisisdata dalam

penelitian ini yaitup-value= 0.001, yang artinya adapengaruh teknik

relaksasi nafas dalan terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di RSI.

SitiKhadijah Palembang.

5. Penelitian Joula Olivia Lauw 2016, didapatkan hasil penelitian menunjukan

bahwa teknik relaksasi napas dalam dapatmenurunkan intensitas nyeri pada

pasien sectio caesarea diruangan Nifas Rumah Sakit AdventManado

dengan nilai signifikan a˂0,05 (P=0,000˂0,05). Kesimpulan, dengan

melakukan teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas

nyeripada pasien dengan post sectio caesarea di ruangan nifas Rumah sakit

Advent Manado.

6. Hasil penelitian Mayasyanti Dewi Amir tahun 2018 didapatkan bahwa ada

pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post

opetarifappendectomy dengan nilai p=0.000(p<0.05).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

32

C. Kerangka Teori

Gambar 2.6 Kerangka teori (Jitowiyono & Kritianasari, 2010; M.Black & Hawks, 2014;

Faktor- Faktor Nyeri:

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Kebudayaan 4. Makna nyeri 5. Perhatian 6. Ansietas 7. Keletihan 8. Pengalaman sebelumnya 9. Gaya koping 10. Dukungan keluarga dan sosial

Nyeri post operasi

Manajemen nyeri farmakologis;

1. Pemberian Analgesik

Manajemen nyeri non farmakologis: 1. Bimbingan antisipasi 2. Relaksasi :

a. Nafas dalam b. Relaksasi progresif c. Nafas ritmik d. Relaksasi autogenik

3. Distraksi 4. Stimulasi kutaneus:

a. Kompres hangat/dingin

b. Massage c. TENS d. Akupuntur e. Akupresur

5. Biofeedback

Kompres Hangat Relaksasi Nafas Dalam

Merangsang serabut A- beta yang besar dan cepat

Mengaktifkan substansi gelatinosa (SG)

Gerbang tertutup (teori gate control) sehingga transmisi implus nyeri ke medula spinalis dan ke otak dihambat

Nyeri Berkurang

Tubuh menjadi rileks

Meningkatkan pelepasan hormon edorphin

Endorphin memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

33

Potter & Perry, 2005, Widiatie,Wiwiek, 2015, Nelza Safitri, 2016)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan

kerangka teori yang ada, maka penulis merumuskan kerangka konsep sebagai

berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

Kompres hangat

Skala nyeri post

operasi laparatomi

sebelum diberikan

kompres hangat

Skala nyeri post

operasi laparatomi

setelah diberikan

kompres hangat

Skala nyeri post

operasi laparatomi

sebelum diberikan

latihan relaksasi

nafas dalam

Relaksasi Nafas Dalam

Skala nyeri post

operasi laparatomi

setelah diberikan

latihan relaksasi

nafas dalam

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Definisi Nyerirepository.poltekkes-tjk.ac.id/520/3/2.pdf · Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,

34

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Ada perbedaan pengaruh kompres hangat dan relaksasi nafas dalam

terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di

Ruang Mawar RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2019.