kata pengantar - web viewbaja. 200. 520. 520 *nilai-nilai ini adalah cukup mewakili. ... tekanan...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak mudah menyelesaikan makalah ini. Banyak
rintangan yang kami hadapi dalam proses pembuatan makalah ini. Tetapi dengan usaha,
semangat, dan kerjasama yang baik dalam kelompok kami, akhirnya kami pun dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Allah SWT
2. Jesus Christ
3. Bapak Bambang Prio selaku Dosen Fisika
4. Orang tua kami dirumah yang selalu mendoakan dan mendukung kami
5. Anak-anak kost yang selalu mengganggu (kalian penghilang stress)
6. Anak-anak sekelompok yang selalu nggak pernah serius (tapi akhirnya selesai juga)
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena itulah salah satu
tujuan kami. Akan tetapi, kami tak lupa mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan yang kami perbuat dalam pembuatan makalah maupun yang di sengaja, ataupun
tidak. Dan kami juga meminta maaf atas kesalahan penulisan nama atau gelar. Akhir kata,
kami (kelompok 13) mengucapkan Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Dan selamat membaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
1.1 Kerapatan..........................................................................................................................1
1.2 Tegangan dan Renggangan...............................................................................................4
Gambar 11-3 lihat di lampiran hal 26...................................................................................7
1.3 Tekanan dalam Fluida......................................................................................................7
1.4 Gaya apung ke atas dan prinsip archimedes...................................................................12
1.5 Tegangan permukaan dan kapilaritas.............................................................................15
1.5 Fluida Bergerak dan Persamaan Bernoulli.....................................................................17
1.6 Aliran Viskos..................................................................................................................22
LAMPIRAN.............................................................................................................................26
TUGAS KELOMPOK..........................................................................................................32
KESIMPULAN........................................................................................................................33
PEMBAHASAN
Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zat padat dan
fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak
mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir dibawah
pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari penampungnya,
dan gas, yang mengembang mengisi penampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan zat
padat dan cairan tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat
dikenal. Demikian pula kaca, dan bahkan batu di bawah tekanan yang besar, cenderung
mengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang. Dalam bab ini, kita akan melihat
beberapa sifat mekanis zat padat dan fluida yang diam dan yang bergerak.
1.1 Kerapatan
Sebuah sifat penting dari zat adalah rasio massa terhadap volumenya, yang dinamakan
kerapatan:
Kerapatan = massavolume
Huruf Yunani ρ(rho) biasanya digunakan untuk menyatakan kerapatan:
Definisi kerapatan : ρ = mV (1-1)
Karena gram semula didefinisikan sebagai massa satu cetimeter kubik air, kerapatan
air dalam satuan cgs adalah 1 g/cm3. Dengan mengubah ke satuan SI, kilogram per meter
kubik, kita dapatkan untuk kerapatan air
ρ = 1 gcm3 ×
kg103 g
× ( 100 cmm )
3
= 103 kg /m3 (1-2)
Kerapatan air berubah dengan berubahnya temperatur. Persamaan 1-2 menyatakan
nilai maksimumnya, yang terjadi pada 4°C. Satuan yang biasa dijumpai untuk volume adalah
liter (L):
1 L = 103 cm3 = 10-3 m3
Dalam satuan ini, kerapatan air adalah 1,00 kg/L.
Bila kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda akan tenggelam
dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, benda akan mengapung. Kita akan menunjukan
dalam subbab 1-4 bahwa, untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda
yang tercelup dalam cairan mana pun sama dengan rasio kerapatan benda terhadap kerapatan
cairan. Sebagai contoh, es mempunyai kerapatan 0,92 g/cm3, dan es terapung di air dengan
sekitar 92 persen volumenya tenggelam. Tabel 1-1 mencatumkan kerapatan beberapa bahan
sederhana. Karena kerapatan air dalam satuan cgs adalah 1 g/cm3, satuan-satuan ini sedikit
lebih mudah digunakan dibandingkan satuan SI. Rasio kerapatan sebuah zat terhadap
kerapatan air dinamakan berat jenis zat itu. Berat jenis adalah bilangan tak berdimensi yang
sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam gram per centimeter kubik ( atau
dalam kilogaraman per liter ). Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan membagi
kerapatannya dengan 103kg/m3. Sebagai contoh, berat jenis aluminium adalah 2,7, dan berat
jenis es adalah 0,92. Berat jenis benda-benda yang tenggelam dalam air berkisar dari satu
sampai sekitar 22,5 (untuk elemen yang paling padat, yaitu osmium).
Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan dan
menyusut sedikit bila di pengaruhi pertambahan tekanan eksternal, perubahan dalam volume
ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan zat padat dan cairan
hampir tak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya kerapatan gas sangat
tergantung pada tekanan dan temperatur, sehingga temperatur dan tekanan harus dinyatakan
bila memberikan kerapatan gas. Dalam tabel 1-1, kerapatan diberikan pada kondisi standar
(tekanan atmosfer pada ketinggian air laut dan temperatur 0°C). Perhatikan bahwa kerapatan
gas sangat lebih kecil dibandingkan kerapatan cairan atau zat padat. Sebagai contoh,
kerapatan air adalah sekitar 800 kali kerapatan udara pada kondisi standar.
Tabel 1-1 Kerapatan beberapa zat*
Dalam sistem satuan di Amerika sehari-hari, istilah kerapatan berat (yang
didefinisikan sebagai rasio berat sebuah benda terhadap volumenya) seringkali digunakan.
Kerapatan berat adalah hasilkali kerapatan ρ dengan percepatan gravitasi g :
ρ g=wV
=m gV (1-3)
Zat Kerapatan, kg /m3
Aluminium 2,70 ×103
Tulang 1,7−2,0×103
Bata 1,4−2,2 ×103
Semen 2,7−3,0 ×103
Tembaga 8,93 ×103
Tanah (rata-rata) 5,52 ×103
Kaca (biasa) 2,4−2,8 ×103
Emas 19,3×103
Es 0,92 ×103
Besi 7,96 ×103
Timah hitam 11,3×103
Kayu (oak) 0,6−0,9 ×103
Alkohol (ethanol) 0,806 ×103
Bensin 0,68 ×103
Air raksa 13,6 ×103
Air laut 1,025 ×103
Air 1,00 ×103
Udara 1,293Helium 0,1786Hidrogen 0,08994
Uap (100° C) 0,6
*t = 0° C dan ρ=1 atm
Kerapatan berat air adalah
ρw g=62,4 lb / ft3 (1-4)
Kerapatan berat setiap bahan lain dapat diperoleh dengan mengalikan berat jenisnya
dengan 62,4 lb / ft3.
1.2 Tegangan dan Renggangan
Jika sebuah benda padat berada dalam keadaan setimbang tetapi dipengruhi gaya-gaya
yang berusaha menarik, menggeser, atau menekannya, maka bentuk benda itu akan berubah.
Jika benda kembali ke bentuknya semula bila gaya-gaya dihilangkan, benda dinamakan
elastik. Kebanyakan benda adalah elastik terhadap gaya-gaya sampai ke suatu batas tertentu
yang dinamakan batas elastik. Jika gaya-gaya terlalu besar dan batas elastik dilampaui,
benda tidak kembali ke bentuk semula, tetapi secara permanen berubah bentuk.
Gambar 11-1a menunjukkan sebuah batang tegar yang dipengaruhi gaya tarik F ke
kanan dan gaya yang sama tetapi berlawanan arah ke kiri. Dalam Gambar 11-1b, pusatkan
perhatian pada sebuah elemen kecil batang yang panjangnya L. Karena elemen ini dalam
keadaan setimbang, gaya-gaya yang bekerja padanya oleh elemen-elemen di sampingnya ke
kanan harus menyamai gaya-gaya yang dikerjakan oleh elemen tetangga ke kiri.
Jika elemen tidak terlalu dekat dengan ujung batang, maka gaya-gaya ini akan didistribusi
secara uniformpada luas penampang batang. Rasio gaya F terhadap luas penampang A
dinamakan tegangan tarik.
Tegangan= FA (1-5)
Gambar 11-1 (a-b) lihat di lampiran hal 26
Gaya-gaya yang dikerjakan pada batang berusaha merenggangkan batang. perubahan
fraksional pada panjang batang ∆ L/ L dinamakan renggangan:
Renggangan=∆ LL (1-6)
Gambar 11-2 menunjukkan grafik renggangan versus tegangan untuk batag padat
biasa. Grafik tersebut linear sampai titik A. Hasil bahwa renggangan berubah secara linear
dengan tegangan dikenal sebagai hukum Hooke. (Ini adalah perilaku yang sama dengan
pegas gulung untuk tarikan yang kecil.) Titik B pada Gambar 11-2 adalah batas elastik bahan.
Jika batang ditarik melampaui titik ini,batang tidak akan kembali ke panjangnya semula,
tetapi berubah bentuk secara tetap. Jika tegangan yang bahkan lebih besar diberikan, bahan
akhirnya patah, seperti ditunjukkan oleh titik C. Rasio tegangan terhadap renggangan dalam
daerah linear grafik adalah konstanta yang dinamakan modulus Young Y:
Y= teganganrenggangan
= F / A∆ L/ L (1-7)
Satuan modulus Young adalah newton per meter persegi (atau pounds per inci persegi).
Nilai hampiran modulus Younguntuk berbagi bahan dicantumkan di Tabel 1-2.
Tabel 1-2 Modulus Young Y dan kekuatan berbagai bahan*
BahanY
GN /m2†Kekuatan Tarik
MN /m2Kekuatan Tekan
MN /m2
Aluminium 70 90Tulang Tarik 16 200 Tekan 9 --- 270Kuningan 90 370Beton 23 2 17Tembaga 110 230Besi(tempa) 190 390Timah hitam 16 12
Baja 200 520 520*Nilai-nilai ini adalah cukup mewakili. Nilai sebenarnya untuk contoh tertentu mungkin berbeda.† 1GN=103 MN=109 N
Jika sebuah batang dipengaruhi gaya-gaya yang berusaha menekannya alih-alih
menariknya, tegangan dinamakan tegangan tekan. Untuk kebanyakan bahan (tidak semua),
modulus Younguntuk tegangan tekan sama dengan modulus untuk tegangan tarik jika ∆ L
pada Persamaan 1-7 diambil sebagai pengurangan panjang batang. (Tulang adalah
pengecualian pentingyang mempuyai modulus Young yang berbeda untuk tekanan dan
tarikan). Jika tegangan tarik atau tekan terlalu besar, batang patah. Tegangan dimana keadaan
patah terjadi dinamakan kekuatan tarik, atau dalam hal kompresi, kekuatan kompresi.
Nilai hampiran kekuatan tarik dan kompresi berbagai bahan juga dicantumkan pada tabel 1-2.
Pada Gambar 11-3, gaya Fs diberikan secara tangensial pada bagian atau sebuah buku.
Gaya semacam itu dinamakan gaya geser. Rasio gaya geser Fs terhadap luas A dinamakan
tegangan geser :
Tegangan geser=F s
A
Tegangan geser berusaha mengubah bentuk buku seperti ditunjukkan pada Gambar 1-
3. Rasio ∆ X / L dinamakan regangan geser :
Regangan geser=∆ XL
=tanθ
Dengan θ adalah sudut geser yang ditunjukkan pada gambar. Rasio tegangan geser
terhadap regangan geser dinamakan modulus geser Ms :
M s=tegangan geserregangan geser
=F s / A∆ X / L
=F s / Atan θ
(1-8)
Modulus geser juga dikenal sebagai modulus torsi. Kenyataan bahwa modulus ini
hampir konstan untuk tegangan kecil, yang menunjukkan bahwa regangan geser berubah
secara linear dengan tegangan geser, adalah hukum Hooke untuk tegangan torsional. Dalam
keseimbangan torsi, seperti yang digunakan pada peralatan Capendish untuk mengukur
konstanta gravitasi universal G, torsi (yang dihubungkan dengan tegagan) sebanding dengan
sudut puntiran (yang sama dengan regangan untuk sudut-sudut yang kecil). Nilai hampiran
modulus geser beberapa bahan tercantum pada Tabel 1-3.
Tabel 1-3 Nilai Hampiran Modulus Geser Ms Berbagai Bahan
Bahan M s ' GN /m2
Aluminium 30Kuningan 36Tembaga 42Besi 70Timah hitam 5,6Baja 84Tungsten 150
Gambar 11-3 lihat di lampiran hal 26
1.3 Tekanan dalam Fluida
Fluida berbeda dengan zat padat, yaitu tak dapat menopang tegangan geser. Jadi,
fluida berubah bentuk untuk mengisi tabung dengan bentuk bagaimana pun. Bila sebuah
benda tercelup dalam fluida seperti air, fluida mengadakan sebuah gaya yang tegak lurus
permukaan benda di setiap titik pada permukaan. Jika benda cukup kecil sehingga kita dapat
mengabaikan tiap perbedaan kedalaman fluida, gaya per satuan luas yang diadakan oleh
fluida sama di setiap titik pada permukaan benda. Gaya per satuan luas ini dinamakan
tekanan fluida P :
P= FA ( 1-9 )
Satuan SI untuk tekanan adlah newton per meter persegi ( N / M 2), yang dinamakan
pascal (Pa ) :
1 Pa = 1N /m2 ( 1-10 )
Dalam sistem Satuan Amerika sehari-hari, tekanan biasanya diberikan dalam pound
per inci persegi ((lb /¿2 ). Satuan tekanan lain yang biasa digunakan adalah atmosfer (atm),
yang mendekati tekanan udara pada ketinggian laut. Sekaran atmosfer didefinisikan sebagai
101,325 kilopascal, yang hampir sama dengan 14,70 lb /¿2 :
1 atm = 101,325 kPa = 14,70 lb /¿2 (1-11)
Satuan lain untuk tekanan yang biasanya digunakan akan dibahas kemudian.
Tekanan yang disebabkan oleh fluida yang menekan sebuah benda cenderung
menekan benda itu. Rasio tekanan terhadap penurunan fraksional dalam volume (−∆V /V )
dinamakan modulus limbak (bulk modulus) B :
B= −P∆ V /V (1-12)
Karena semua bahan berkurang volumenya ketika diberi tekanan eksternal, maka
sebuah tanda minus diberikan pada Persamaan 1-12 untuk membuat B positif. Tekanan yang
diadakan fluida ekuivalen dengan tegangan kompresi, dan penurunan fraksional dalam
volume (∆ V /V ) adalah adalah tegangan kompresi. Invers modulus limbak dinamakan
kompresibilitas k :
k= 1B
=−∆ V /VP (1-13)
Makin sulit bahan ditekan, makin kkecil perubahan fraksional ∆ V /V untuk suatu
tekanan, dan dengan demikian, makin kecil kompresibilitas k. Konsep modulu limbak dan
kompresibilitas berlaku untuk zat cair dan gas, demikian juga pada zat padat. Zat padat dan
zat cair relatif tak kompresibel; artinya, mempunyai nilai kompresibilitas yang kecil dan nilai
modulus limbak yang besar. Nilai-nilai ini juga relatif tak bergantung pada temperatur dan
tekanan. Sebaliknya, gas mudah di kompresi, dan nilai B dan k sangat bergantung pada
tekanan dan tempeeratur. Seperti yang dikethui semua penyelam, tekanan di danau atau
lautan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Demiian pula, tekanan atmosfer
berkurang bila ketinggian bertambah. (inilah sebabnya mengapa kabin pesawat terbang harus
diberi tekanan).
Untuk cairan seperti air yang kerapatannya konstan dimana-mana, tekanan bertambah secara
linear dengan kedalaman. Kita dapat melihat ini secara mudah dengan memperhatikan kolom
cairan setinggi h dengan luas penampang A yang ditunjukkan pada Gambar 11-4. Tekanan di
dasar kolom untuk menopang berat kolom. Massa kolom cairan ini adalah
m=ρV =ρAh
dan beratnya adalah
w=m g=ρAh g
Jika P0 adalah tekanan di bagian atas dan P adalah tekanan di dasar, maka gaya neto
ke atas yang disebabkan oleh beda tekana ini adalah PA−P0 A. Dengan membuat gaya ke
atas neto ini sama dengan berat kolom, kita dapatkan
PA−P0 A=ρAh g
atau
P=P0+ ρ gh ( ρ konstan) (1-14)
Gambar 11-4 lihat di lampiran hal 26
Kenyataan bahwa tekanan pada kedalaman h lebih besar daripada tekanan di bagian
atas sejumlah ρgh berlaku untuk cairan dalam bejana apapun, tak bergantungpada bentuk
bejana. Selanjutnya, tekanan adalah sama di setiap titik pada kedalaman yang sama. Jadi, jika
kita menambah P0, misalnya, dengan menekan ke bawah bagian atas permukaan dengan
sebuah pengisap, maka pertambahan tekanan adalah sama di mana-mana dalam cairan. Ini
dikenal sebagai prinsip Pascal, yang dinamakan menurut Blaise Pascal (1623-1662):
Tekanan yang diberikan pada suatu cairan yang tertutup
diteruskan tanpa berkurang ke tiap titik dalam fluida dan
dinding bejana
Sebuah terapan sederhana prinsip Pascal adalah dongkrak hidrolik yang ditujukan
pada gambar 11-5 (lihat di lampiran hal 27). Bila gaya F1diberikan pada pengisap yang lebih
kecil, tekanan dalam cairan bertambah dengan F1/ A1. Gaya ke atas yang diberikan oleh
cairan pada pengisap yang lebih besar adalah pertambahan tekanan ini kali luas A2. Bila gaya
ini disebut F2, kita dapatkan
F2=F1
A1A2=
A2
A1F1
Jika A2 jauh lebih besar dari A1, sebuah gaya yang kecil F1 dapat digunakan untuk
mengadakan gaya yang jauh lebih besar F2 untuk mengangkat sebuah beban yang
ditempatkan di pengisap yang lebih besar.
Gambar 11-6 (lihat di lampiran hal 27) menunjukkan air dalam sebuah bejana dengan
bagian-bagian yang bentuknya berbeda. Pada pandangan pertama, tampaknya tekanan pada
bagian yang terbesar dari bejana adalah yang paling besar dan bahwa air karenan itu dipaksa
ke bagian yang lebih kecil dan bejanan untuk mencapai ketinggian yang lebih besar. Tekanan
hanya bergantung pada kedalaman air, tidak pada bentuk bejana, sehingga pada ketinggian
yang sama tekanan adalah sama di semua bagian bejana, seperti ditunjukkan dalam
eksperimen. Walaupun air di bagian yang paling besar dari bejana beratnya lebih berat air di
bagian-bagian yang lebih kecil, sebagian berat ini ditopang oleh gaya normal yang diberikan
oleh sisi-sisi bagian yang terbesar dari bejana, yang dalam hal ini mempunyai komponen ke
atas. Ssungguhnya, bagian yang berbayang-bayang dari air sepenuhnya ditopang oleh sisi-sisi
bejana.
Kita dapat menggunakan hasil bahwa beda tekanan sebanding dengan kedalaman
fluida untuk mengukur tekanan yang tidaka diketahui. Gambar 11-7(lihat di lampiran hal 27)
menunjukkan pengukur tekanan yang sederhana, manometer tabung terbuka. Bagian atas
tabung terbuka ke atmosfer pada tekanan Pat . Ujung lain tabung berada pada tekanan P ,
yang harus diukur.
Perbedaan P - Pat sama dengan ρgh, dengan ρ adalah kerapatan cairan dalam tabung.
Perbedaan antara tekanan “absolut” P dan tekanan atmosfer Pat dinamakan tekanan gauge
( tekanan tolok ). Tekanan yang Anda ukur pada ban mobil anda adalah tekanan gauge. Bila
ban itu sama sekali kempis, tekanan gauge adalah nol, dan tekanan absolut dalam ban adalah
tekanan atmosfer. Tekanan absolut diperoleh dari tekanan gauge dengan menambahkan
tekanan atmosfer padanya :
P=Pgauge+Pat (1-15)
Gambar 11-8(lihat di lampiran hal 27) menunjukkan barometer pipa – U air raksa yang
digunakan untuk mengukur tekana atmosfer. Ujung bagian atas pipa telah ditutup dan
dikosongkan agar tekanan di sana nol. Ujung lain terbuka ke atmosfer pada tekanan Pat.
Tekanan Pat diberikan oleh Pat=ρgh, dengan ρ adalah kerapatan air raksa.
Dalam praktik, tekanan serimgkali diukur dalam milimeter air raksa (biasanya
dinamakan torr, menurut fisikawan Italia Torricelli), dalam inci air raksa (ditulis in-Hg), dan
dalam inci atau feet air (ditulis inH 2O atau ftH 2O). Barbagai suatu tekanan itu berhubungan
sebagai berikut:
1 atm=760 mmHg=760torr=29,9inHg=33,9 ftH 2 O=101,325 kPa=14,7 lb /¿2 (1-16)
1 mmHg=1 torr=1,316 ×103 atm=133,3 Pa (1-17)
Satuan lain yang biasanya digunakan di peta cuaca adalah bar dan milibar, yang
didefinisikan sebagai
1 ¿̄103 milibar=100 kPa (1-18)
Tekana 1 bar adalah sedikit lebih kecil dari 1 atm.
Hubungan antara tekanan dan ketinggian untuk gas seperti di udara lebih rumit
dibandingkan hubungan antara tekanan dan kedalaman untuk cairan karena kerapatan gas
tidak konstan tetapi tergantung pada tekanan. Tekanan dalam kolom udara berkurang dengan
ketinggian bila Anda naik dari permukaan bumi, seperti tekanan dalam kolom air berkurang
bila Anda naik dari dasar, tetapi tidak demikian halnya dengan tekanan air, turunya tekanan
udara tidak linier terhadap jarak. Alih-alih, tekanan udara berkurang dengan fraksi konstan
untuk pertambahan ketinggian tertentu, seperti ditunjukan pada Gambar 11-9(lihat di lampiran
hal 28). Jenis penurunan ini dinamakan penurunan eksponensial. Pada ketinggian sekitar 5,5
km (18.000 ft), besar tekanan udara separuh nilainya pada ketinggian air laut. Jika kita naik
lagi 5,5 km sampai ketinggian 11km (suatu ketinggian khas untuk pesawat terbang), tekanan
kembali di paro sehingga menjadi seperempat nilainya pada ketinggian laut, dan seterusnya.
Jadi ada lebih sedikit oksigen yang dapat diperoleh di gunung dibandingkan pada ketinggian
normal, yang membuat latihan olahraga menjadi sulit. Pada ketinggian yang sangat tinggi,
seperti ketinggian di mana pesawat jet terbang, kabin harus diberi tekanan.
1.4 Gaya apung ke atas dan prinsip archimedes
Bila sebuah benda berat yang tenggelam dalam air ”ditimbang” dengan
menggantungkanya pada sebuah timbangan pegas, maka timbangan menunjukkan nilai yang
lebih kecil dibandingkan bila benda ditimbang di udara. Ini disebabkan air memberikan gaya
Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida
diangkat ke atas oleh sebuah gaya yang sama denga berat gaya fluida yang
ke atas yang sebagian mengimbangi gaya berat gaya ini bahkan nampak bila kita
menenggelamkan sepotong gabus.Gaya yang diberikan fluida pada benda yang tenggelam
didalamnya dinamakan gaya apung. Gaya ini tergantung pada kerapatan fluida dan volume
benda,tetapi tidak pada komposisi atau bentuk benda, dan besarnya sama dengan berat fluida
yang dipindahkan oleh benda.
Prinsip Archimedes
Berat jenis =berat benda diudara
berat air dengan Volume yangsama
Akan tetapi,menurit prinsip Archimedes, berat air yang sama volumenya sama dengan
gaya apung pada benda ketika tenggelam. Karena itu sama dengan hilangnya berat benda bila
ia ditimbang ketika tenggelam dalam air. Jadi,
Berat jenis =berat bendadi udara
berat yanghilang bila tenggelam diair (1-19 )
Berat jenis mahkota itu dapat ditetapkan dengan menimbangnya lagi ketika tenggelam dalam
air.
Kita dapat menurunkan prinsip Archimedes dari hukum Newton dengan
memperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada suatu bagian fluida dan mencatat bahwa dalam
kesetimbangan statik gaya neto harus nol. Gambar 11-10b menunjukkan gaya-gaya vertikal
yang bekerja pada sebuah benda yang harus ditimbang ketika tenggelam. Ini adalah gaya
berat w ke bawah, gaya tumbang pegas F s ke atas, gaya F1 ke bawah karena fluida menekan
permukaan atas benda, dan gaya F2 ke atas karena fluida menekan dasar permukaan benda.
Karena timbangan pegas menunjukkan gaya yang lebih kecil dari beratnya, gaya F2 harus
lebih besar daripada gaya F1. Selisih beratnya kedua gaya ini adalah gaya apung B=F2−F1.
Gaya apung terjadi terjadi karena tekanan fluida di dasar benda adalah lebih besar daripada di
bagian atas. Gambar 11-10 abc (lihat di lampiran hal 28 )
Pada Gambar 11-11(lihat di lampiran hal 28) timbangan pegas telah dipindahkan dan
benda yang tenggelam telah diganti oleh volume fluida yang sama besarnya (ditumjukkan
oleh garis putus-putus). Gaya apung B=F2−F1 yang bekerja pada volume fluida ini sama
dengan gaya apung yang bekerja pada benda kita semula karena fluida yang mengelilingi
daerah itu adalah sama. Karena volume fluida ini dalam kesetimbangan, gaya neto yang
bekerja padanya haruslah nol. Jadi, gaya apung ke atas sama dengan berat volume fluida ini
ke bawah:
B=wf (1-20)
Perhatikan bahwa hasil ini tidak bergantung pada bentuk benda yang tenggelam. Bila
kita memperhatikan setiap bagian fluida dengan bentuk yang tak teratur, maka harus ada gaya
apung yang bekerja padanya yang disebabkan fluida sekitarnya yang sama dengan berat
bagian tersebut. Jadi, kita telah menurunkan prinsip Archimedes.
Dari prinsip Archimedes kita telah melihat bahwa sebuah benda akan mengapung dalam
fluida jika kerapatan benda tersebut lebih kecil dari kerapatan fluida. Jika ρ f adalah kerapatan
fluida, maka fluida bervolume V mempunyai massa ρ f V dan beratnya
w f =ρf gV=B
Berat benda dapat ditulis
w0=ρ g V
dengan ρ adalah kerapatan benda. Jika kerapatan benda lebih besar dari kerapatan fluida,
maka berat benda akan lebih besar dan gaya apung, dan benda akan tenggelam kecuali di
topang. Jika ρ lebih kecil dari ρ f ' gaya apung akan lebih besar dari berat benda, dan benda
akan dipercepat ke atas permukaan fluida kecuali ditahan. Di atas, benda ini akan terapung
dalam kesetimbangan dengan sebagian dari volumenya tenggelam sedemikian sangat berat
fluida yang dipindahkannya sama dengan berat benda.
1.5 Tegangan permukaan dan kapilaritas
Sebuah jarum dapat dibuat “terapung” di permukaan air jika ditempatkan secara hati-
hati. Gaya-gaya yang menapong jarum itu bukan gaya apung, tetapi disebabkan karena
tegangan permukaan. Dibagian dalam cair, sebuah molekul dikelilingi di semua sisinya
oleh molekul-molekul lainnya, tetapi di permukaannya, tidak ada molekul diatas molekul-
molekul permukaan. jika sebuah molekul permukaan sedikit di naikkan, ikatan molekuler
antara molekul ini dan molekul tetangga direnggangkan, dan ada gaya pemulih yang
berusaha menarik molekul itu kembali ke permukaan . dengan cara sama, bila sebuah jarum
di tempatkan dengan hati-hati di permukaan, molekol-molekul agak ditekan dan molekul-
molekul tetangganya memberikan gaya pemulih ke atas pada mereka, untuk menopang jarum
itu. Jadi, permukaan cairan adalah seperti selaput elastik yang direnggangkan.
Gaya yang perlu untuk memecahkan pengukuran dapat diukur dengan memangkat
jarum lepas dari permukaan seperti ditunjukkan pada Gambar 11-12(lihat di lampiran hal 28).
Gaya ini ditemukan sebidang dengan gaya permukaan yang pecah, yang adalah dua kali
panjang jarum karena terdapat selaput permukaan pada kedua sisi jarum. Jika jarum
mempunyai masa m dan panjang L, gaya F yang dibutuhkan untuk mengangkatnya lepas dari
permukaan adalah
F=γ 2 L+mg
dengan γadalah koefisien tegangan permukaan, yaitu gaya per satuan panjang yang
diberikan oleh selaput. Nilai γ untuk air sekitar 0,037 N/m. Tegangan perrmukaanlah yang
menyebabkan tetes-tetes cairan cederung berbentuk bola. Ketika tetesan itu terbentuk,
tegangan permukaan menarik permukaannya bersama-sama, dengan meminimumkan luas
permukaan dan membuat tetesan itu berbentuk bola.
Gaya tarik menarik antara sebuah molekul di dalam cairan dan molekul-molekul lain
dalam cairan dinamakan gaya kohesi. Gaya antara sebuah molekul cairan dengan bahan lain,
seperti dinding pipa yang tipis dinamakan gaya adhesi. Gaya adhesi relatif lebih besar
terhadap gaya kohesi, seperti pada air dan permukaan gelas, cairan dikatakan membasahi
permukaan bahan lainnya.
Dalam hal ini permukaan kolom cairan dalam sebuah pipa adalah konkaf ke atas seperti
ditunjukan pada gambar 11-13a. Bila gaya adhesi relatif lebih kecil terhadap gaya kohesi,
seperti halnya air raksa dengan gelas. Cairan tidak membasahi permukaan, dan permukaan
adalah konfeks seperti ditunjukan pada 11-13b. Gambar 11-13 a-b (lihat di lampiran hal 28)
Bila permukaan cairan konkaf ke atas, tegangan permukaan pada dinding pipa
mempunyai komponen ke atas seperti gambar 11-14 (lihat di lampiran hal 29). Cairan akan
naik dalam pipa sampai gaya ke atas neto padanya yang disebabkan tegangan permukaan
diimbangi oleh berat cairan. Kenaikan itu dinamakan gaya kapiler atau kapilaritas.
Dengan mengambil gaya ke atas neto sama dengan berat, kita dapatkan
γ2πr cosθc=¿ ρ ¿(r2h)g
atau
h=2γ cosθc
ρr g
(1-24)
dengan ρadalah kerapatan benda. Jika kerapatan benda lebih besar dari kerapatan fluida,
maka berat benda akan lebih besar dari gaya apung, dan benda akan tenggelam kecuali
ditopang. Jikaρ lebih besar dari ρ f gaya apung akan lebih besar dari berat benda, dan benda
akan dipercepat ke atas ke permukaan fluida kecuali ditahan Diatas,benda ini akan terapung
dalam kesetimbangan dengan sebagian dari volumenya tenggelam sedemikian sehingga berat
fluida yang dipindahkan sama dengan berat benda.
1.5 Fluida Bergerak dan Persamaan Bernoulli
Aliran fluida pada umumnya dapat menjadi sangat rumit. Perhatikan misalnya,
naiknya asap rokok yang menyala. Pada mulanya asap naik dalam arus yang teratur, tetapi
turbulensi segara terjadi dan asap mulai berputar secara tak teratur. Aliran turbulen sangat
sulit dihitung walaupun secara kualitatif sekalipun. Karena itu akan memperlihatkan hanya
aliran nonturbulen, keadaan tunak (steady state), seperti misalnya, naiknya asap yang mulus
sebelum menjadi turbulen.
Mula-mula kita akan mmemperhatikan fluida yanng megalir tanpa dispasi energi
mekanika. Fluida semacam itu dinamakan nonviskos (tak kental). (Kita akan membahas
viskositas di subbab berikut ini).
I v=vA=konstan
Kita juga mengasumsikan bahwa fluida adalah inkompresebil, yang merupakan pendekatan
yang baik untuk kebanyakan cairan. Dalam fluida yang inkompresibel, kerapatan konstan
diseluruh fluida itu.
Gambar 11-15 (lihat di lampiran hal 29), menunjukan fluida yang mengalir dalam pipa
dengan luas penampang yang berubah-ubah. Bayangan dibagian kiri menunjukkan volume
fluida yang mengalir kedalam pipa dititik 1 dalam suatu waktu ∆t. Ika kelajuan fluida dititk
ini adalah v1 dan luas penampang pipa adalah A1,maka volume yang mengalir ke dalam pipa
dalam waktu ∆t adalah :
∆V = A1 v1 ∆t
Karena kita mengasumsikan fluida adalah inkompresibel, maka volume fluida yang sama
harus mengalir keluar pipa di titik 2 seperti ditunjukan oleh bayang-bayang dibagian kanan.
Jika kelajuan fluida di titik ini adalah v2 dan luas penampang adalah A2, maka volumenya
∆V = A2 v2 ∆t. Karena volume-volume ini sama, maka kita dapatkan
A1 v1 ∆t =A2 v2 ∆t
A1 v1=A2 v2 (1-25)
Besaran Av dinamakan laju aliran volume I v. Dimensi I v adalah volume per waktu.Dalam
aliran fluida inkompresible yang tunak, laju aliran volume adalah sama di setiap titik dalam
fluida :
Persamaan Kontinuitas (1-26)
Sekarang kita akan memperhatikan fluida yang mengalir dalam pipa yang ketinggian
dan luas penampangnya berubah seperti di tunjukan pada Gambar 11-17. (Lihat di lampiran
hal 30).
Kita gunakan teorema kerja energi pada fluida yang mula-mula berada antara titik 1’
dan2’ pada Gambar 11-17a dan b adalah di bagian raster gelap massa fluida. Misalkan ∆m =
ρ ∆V adalah massa fluida ini. Efek neto pada fluida dalam waktu ∆t adalah bahwa massa
fluida ∆m terangkat dari ketinggian y1 ke ketinggian y2 dan kelajuanya bertambah dari
v1 menjadi v2, perubahan energi potensial massa ini adalah
∆U=∆m gy2-∆m gy1 =ρ ∆V g¿¿ y1)
Dan perubahan energi kinetiknya adalah
∆K =1/2(∆m)V 22 - 1/2(∆m)V 1
2=1/2ρ∆V (V 22−V 1
2)
Fluida yang mengikuti massa fluida ∆m dalam pipa (di bagian kirinya) memberikan gaya
padanya ke kanan yang besarnya F1=P1 A1,dengan P1 adalah tekanan di titik 1. Gaya ini
melakukan kerja
W 1=F1∆x1 = P1 A1∆x1 = P1∆V
pada saat yang sama, fluida yang mendahuluinya (di kanan) memberikan gaya F2=P2 A2 pada
nya ke kiri. Gaya ini melakukan kerja negatif karena berlawanan dengan gerakan:
W 2=−F2∆x2 = -P2 A2∆x2 = -P2∆V
Kerja total yang dilakukan gaya-gaya ini adalah
W total=P1 ∆ V - P2∆V = (P1-P2) ∆V
Teorema kerja energi memberi
W total=∆ U+∆ K
Sehingga
¿¿ P1)∆ V =ρ ∆V g¿¿ y1) + 1/2ρ∆V (V 22−V 1
2)
Jika kita bagi dengan ∆V, kita dapatkan
P1- P2=ρg¿¿ y1)+ 1/2ρ(V 22−V 1
2)
Bila kita kumpulkan semua besaran yang mempunyai indeks 1 di satu ruas dan yang
mempunyai indeks 2 di ruas yang lain, persamaan ini menjadi
P1+ρgy1+ 1/2ρ V 12 = P2+ρgy2+1/2ρ V 2
2 (1-27a)
Hasil ini dinyatakan ulang sebagai
Persamaan Bernouli P +ρgy+ 1/2ρ v2 = konstan (1-27b)
Yang berarti bahwa kombinasi besaran ini mempunyai nilai yang sama di tiap titik sepanjang
pipa.fluida inkompresible nonviskos. Sampai taraf tertentu, kita juga dapat menggunakan
persamaan Bernouli pada fluida kompresible seperti gas. Terapan khusus persamaan Bernouli
adalah untuk fluida yang diam. Maka
V 1=V 2 = 0
dan kita dapatkan
P1- P2=ρg¿¿ y1) = ρgh
dengan h = y2−¿¿ y1 adalah beda ketinggian antara titik 2 dan titik 1. Ini sama seperti
Persamaan 1-14.
Sekarang kita ikuti beberapa contoh yang mengunakan persamaan Bernoulli dalam
situasi nonstatik.Sebuah tangki air yang besar mempunyai lubang yang kecil pada jarak h di
bawah permukaan air seperti di tunjukan pada gambar 11-18 (lihat gambar di hal 29)
Pa+ρ g ya=Pb+12
ρ vb2+ ρ g yb.
vb2= 2g(ya− yb¿
danvb=√2 gh
Pada gambar 11-19 (lihat di lampiran hal 29), air mengalir lewat pipa horizontal yang
mempunyai bagian yang dipersempit. Karena kedua bagian pipa itu berada di ketinggian
yang sama, y1= y2 pada Persamaan 11-27a. Dengan demikian persamaan Bernoulli menjadi
(1-28 (1-28)
Bila fluida bergerak ke dalam penyempitan, luas A menjadi lebih kecil, sehingga kelajuan v
harus menjadi lebih besar karena Av tetap konstan. Akan tetapi, menurut Persamaan 1-28,
jika kelajuan menjadi lebih besar, tekanan harus menjadi lebih kecil agar P+ 12
ρv2 harus
tetap konstan. Jadi, tekanan di penyampitan mengecil. Persamaan 1-28 adalah hasil penting
yang berlaku untuk banyak situasi di mana kita dapat mengabaikan perubahan ketinggian.
P+ 12
ρv2=konstan
Bila kelajuan fluida bertambah, tekanan
berkurang.
Hasil ini biasanya dinyatakan sebagai efek Venturi.
Efek Venturi dapat dignakan secara kualitatif untuk mengerti daya angkat sayap
pesawat terbang dan kurva jejak sebuah baseball. Sebuah sayap pesawat terbang dirancang
agar udara bergerak lebih cepat di bagian atas sayap dibandingkan dengan bagian bawahnya.
Perbedaan dalam tekanan ini menghasilkan gaya neto ke atas pada sayap. Gambar 11-20a
menunjukkan pandangan dari dari atas dari gerakan baseball yang dilempar oleh pelempar
dengan tangan kanan. Ketika bola berputar, bola berusaha menyeret udara disekitarnya
bersamanya. Gambar 11-20b digambarkan dari sudut pandangbola yang stasioner (tetap
berputar) dengan udara mengalir cepat melaluinya. Gerakan udara yang disebabkan oleh
seretan bola yang berputar menambah kecepatan udarayang lewat di sisi kiri bola dan
mengurangi daripadanya di kanan. Jadi, kelajuan udara lebih besar di sisi kiri bola
dibandingkan di kanan, sehingga menurut Persamaan 1-28, tekanan di kiri lebih kecil
daripada tekanan di kanan. Karena itu bola melengkung ke kiri.( gambar 11-20a,b lihat di
lampiran hal 30)
Gambar 11-21(lihat di lampiran hal 31 ) menunjukkan sebuah atomizer. Bila gelembung
ditekan,udara dipaksa lewat penyempitan di pipa horizontal, yang mereduksi tekanan di sana
di bawah tekanan atmosfer. Karena perbedaan tekanan yang dihasilkannya, cairan di bejana
dipompa ke atas lewat pipa vertikal, masuk arus udara, dan muncul dari pipa semprot sebagai
semburan yang halus. Efek yang sama terjadi pada karburator mesin bensin.
Walaupun persamaan Bernoulli sangat berguna untuk penggambaran kualitatif
berbagai segi aliran fluida, gambaran semacam itu seringkali tak tepat jika dibandingkan
dengan hasil-hasil kuantitatif eksperimen-eksperimen. Tentunya, gas seperti udara hampir
tidak inkompresibel, dan cairan seperti ini mempunyai viskositas, yang membuat tidak valid
asumsi kekekalan energi mekanika. Sebagai tambahan, seringkali sulit untuk
mempertahankan aliran keadaan tunak, mulus tanpa turbulensi.
1.6 Aliran Viskos
Menurut persamaan Bernoulli, bila fluida mengalir secara tunak lewat sebuah pipa
panjang horizontal berpenampang konstan yang sempit, tekanan sepanjang pipa akan
konstan. Namun, dalam praktek, kita amati turunnya tekanan bila kita bergerak sepanjang
arah aliran. Melihat hal ini dengan cara lain, suatu perbedaan tekanan dibutuhkan untuk
mendorong fluida lewat pipa horizontal. Perbedaan tekanan ini diperlukan karena gaya
gesekan yang diberikan oleh tiap lapisan fluida pada lapisan fluida tetangganya yang
bergerak dengan kecepatan yang berbeda.
Gaya-gaya gesekan ini dinamakan gaya viskos. Akibat gaya-gaya viskos ini, kecepatan
fluida tidak konstan di sepanjang diameter pipa. Alih-alih, kecepatan ini paling besar di dekat
pusat pipa dan paling kecil di dekat tepinya, di mana fluida bersinggungan dengan dinding
pipa Gambar 11-22 (lihat di lampiran hal 31). Misalakan P1 adalah tekanan di titik 1 dan P2
adalah tekanan di titik 2,pada jarak L ke hilir dai titik 1. Penurunan tekanan ∆ P=P1−P2
sebanding dengan aliran volume:
∆ P=P1−P2=I v R (1-29)
dengan I v=vA adalah laju aliran volume dan konstanta kesebandingan R adalah resistansi
terhadap aliran, yang tergantung pada panjang pipa L, jari-jari r, dan viskositas fluida.
Untuk mendefinisikan koefisien viskositas fluida, kita perhatikan fluida yang dibatasi
dua plat sejajar, masing-masing dengan luas A,dipisahkan oleh jarak zseperti ditunjukkan
oleh jarak z seperti ditunjukkan pada Gambar 11-23 ( lihat di lampiran hal 31). Plat atas ditarik
dengan kelajuan konstan v oleh gaya F sedangkan plat bawah ditahan diam. Sebuah gaya
dibutuhkan untuk menarik plat atas karena fluida di samping plat memberikan gaya gesekan
viskos yang melawan gerakannya.
Kelajuannya fluida antara plat-plat pada dasarnya adalah v di dekat plat atas dan nol dekat
plat bawah, dan kelajuan ini berubah secara linear terhadap jarak pisah antara kedua plat.
Gaya F ternyata sebanding dengan v dan A dan berbanding terbalik dengan jarak pisah plat z.
Konstanta kesebandingan ini disebut koefisien viskositas η:
F=η vAz (1-30)
Satuan SI viskositas adalah N .s /m2=Pa . s. Satuan cgs yang lebih tua yang masih sering
digunakan adalah poise, menurut nama fisikawan Perancis Poiseuille. Satuan-satuan ini
dihubungkan oleh
1 Pa ∙ s=10 poise (1-31)
Tabel 1-5 mencantumkan koefisien viskositas untuk berbagai fluida pada berbagai
temperatur. Pada umumnya, viskositas cairan bertambahbila temperatur berkurang. Jadi,
dalam iklim yang dingin, minyak dengan derajat yang lebih encer digunakan untuk melumasi
mesin mobil di musim dingin dibandingkan di musim panas. Resistansi aliran R pada
Persamaan 1-29 untuk aliran tunak lewat aliran pipa bulat dengan jari-jari r dapat ditunjukkan
sama dengan
R=8ηLπ r 4 (1-32)
Persamaan 1-29 dan 1-32 dapat digabungkan untuk memberikan penurunan tekanan
sepanjang L tabung lingkaran berjari-jari r:
Hukum Poiseuille
∆ P=8 ηLπ r 4 Iv
(1-33)
Tabel 1-5 Koefisien Viskositas Berbagai Fluida
Fluida t, ℃ η, mPa.sAir 0 1,8
20 1,0060 0,65
Darah (keseluruhan) 37 4,0Minyak mesin (SAE 10) 30 200Gliserin 0 10.000
20 1.41060 81
Udara 20 0,018
Persamaan 1-33 dikenal sebagai hukum poiseuille. Perhatikan kebergantungan
terbalik r 4 dari penurunan tekanan jika jari-jari pipa diparo, penurunan tekanan untuk laju
aliran volume tertentu bertambah dengan faktor 16, atau tekanan 16 kali lebih besar
dibutuhkan untuk memompa fluida lewat pipa pada laju aliran volume semula.
Jadi, jika diameter pembuluh darah atau pembuluh arteri berkurang karena suatu alasan
tertentu, maka laju aliran volume darah sangat berkurang atau jantung harus bekerja jauh
lebih keras untuk mempertahankan laju aliran volume. Untuk air yang mengalir lewat selang
kebun yang panjang, penurunan tekanan adalah tetap. Penurunan ini sama dengan beda antara
tekanan di sumber air dan tekanan atmosfer di ujung terbuka. Dengan demikian laju aliran
volume sebanding dengan jari-jari pangkat empat. Jadi, bila jari-jari diparo,laju aliran volume
turun dengan faktor 16.
Hukum Poiseuille berlaku hanya untuk aliran fluida laminer (nonturbulen) dengan
viskositas konstan yang tak bergantung pada kecepatan fluida. Darah adalah fluida kompleks
yang terdiri dari partikel-patikel padat dengan berbagai bentuk yang terkandung dalam suatu
cairan. Sel darah merah, misalnya adalah benda-benda berbentuk piringan yang berorientasi
secara acak pada kecepatan rendah tetapi cenderung menjadi terarah pada kecepatan tinggi
untuk memudahkan aliran. Jadi, viskositas darah berkurang bila kecepatan aliran bertambah,
sehingga hukum Poiseuille tidak berlaku secara kaku. Walaupun demikian, hukum Poiseuille
adalah pendekatan yang baik yang sangat berguna untuk mendapatkan secara kualitatif
pengertian tentang aliran darah.
Bila kecepatan aliran suatu fluida menjadi cukup besar, aliran laminer rusak dan
turbulensi terjadi. Kecepatan kritis yang di atasnya aliran lewat pipa adalah tubulen
tergantung pada kerapatan dan viskositas fluida dan jari-jari pipa.aliran fluida dapat di
golongkan oleh bilangan tak berdimensi yang dinamakan bilangan Reynolds N R, yang
didefinisikan sebagai:
N R=2 rρv
η (1-34)
dengan v adalah kecepatan rata-rata fluida. Eksperimen menujukkan bahwa aliran adalah
laminer bila Reynolds kurang dari 2000 dan turbulen bila lebih besar dari 3000. Diantara
nilai-nilai ini, aliran adalah tidak stabil dan dapat berubah antara satu jenis ke jenis yang lain.
LAMPIRAN
TUGAS KELOMPOK
NAMA MAHASISWA :
1. Buyung Adi Putranto ( Nim 0912019 ) : Mencari bahan, mengetik
2. Lucky Randy AW( Nim 0912018 ) : Menjilid makalah
3. M.Khairi ( Nim 0912006 ) : Mengetik teks
4. Septian Tri Harjanto ( Nim 0912523) : Mengetik, editing
5. Suprapto ( Nim 0912205 ) : Mengeprint
6. Yulianus Feri Krismanto ( Nim 0912004 ) : Editing, mencari bahan
RINGKASAN
1. Kerapatan suatu zat adalah rasio massa terhadap volumenya :
kerapatan= massavolume
ρ=mv
Berat jenis suatu zat adalah rasio kerapatannya terhadap kerapatan air. Sebuah benda
tenggelam atau terapung dalam suatu fluida tergantung apakah kerapatannya lebih
besar atau lebih kecil dibandingkan kerapatan fluida. Kebanyakan kerapatan zat padat
dan cairan hampir tak bergantung pada temperatur dan tekanan, sedangkan kerapatan
gas sangat tergantung pada besaran-besaran ini. Kerapatan berat adalah kerapatan kali
g. Kerapatan berat air adalah 62.4 lb / ft3.
2. Tegangan tarik adalah gaya per satuan luas yang bekerja pada suatu benda :
Tegangan= FA
Regangan adalah perubahan fraksional pada panjang benda :
Regangan=∆ LL
Modulus Young adalah rasio tegangan terhadap regangan :
Y= teganganregangan
= F/ A∆ L/ L
Modulus geser adalah rasio tegangan geser terhadap tegangan geser :
M s=tegangan geserregangan geser
=F s / A∆ X / L
Rasio ( negatif ) tekanan terhadap perubahan fraksional volume sebuah
benda dinamakan modulus limbak :
B= −P∆ V /V
Inversi rasio ini adalah kompresibilitas k.
3. Tekanan fluida adalah gaya per satuan luas yang dikerjakan oleh fluida :
P= FA
Satuan SI tekana adalah Pascal (Pa), yang adalah newton per meter persegi :
1 Pa=1 N /M 2
Banyak satuan tekanan lain seperti atmosfer, bar, torr, pound per inci persegi, atau
milimeter air raksa, seringkali digunakan. Satuan-satuan ini dihubungkan oleh :
1 atm = 101.3245 kPa = 760 mmHg = 760 torr
= 29.9 inHg = 33.9 ftH 2 o = 14.71 lb /¿2
Tekanan gauge adalah perbedaan tekanan absolut dan tekanan atmosfer.
4. Prinsip Pascal menyatakan bahwa tekanan yang bekerja pada cairan tertutup
diteruskan tanpa berkurang ke tiap titik dalam fluida dan dinding wadah.
5. Dalam cairan, seperti air, tekanan bertambah secara linier dengan kedalaman :
P=Po+ ρg h
Dalam gas seperti udara, tekanan berkurang secara eksponensial dengan ketinggian.
6. Prinsip Archimedes menyatakan bahwa sebuah benda yang seluruhnya atau sebagian
tercelup dalam fluida, diapungkan ke atas oleh gaya yang sama buat fluida yang
dipindahkan.
7. Benda-benda dapat ditopang di permukaannya oleh fliuda yang kurang rapat karena
tekan permukaannya, yaitu hasil gaya-gaya molikuler di permukaan fluida.
Gaya-gaya molikuler ini juga bertanggung jawab pada untuk kenaikan cairan dalam
pipa yang halus, yang dikenal sebagai kapilaritas.
8. Untuk aliran fluida inkompresibel keadaan tunak, laju aliran volume adalah sama di
seluruh fluida :
IV=vA=konstan
Ini dinamakan persamaan kontiunitas.
9. Persamaan Bernoulli
P+ρgy+12
ρv2=konstan
Berlaku untuk aliran keadaan tetap, non viskos tanpa turbulensi dinama energi
mekanika kekal. Untuk keadaan dimana kita mengabaikan perubahan ketinggian, kita
mempunyai hasil yang penting, yang bila kelajuan fliuda bertambah, tekanan turun.
Hasil ini, dikenal sebagai efek venturi, dapat digunkan untuk menjelaskan secara
kualitatif daya angkat pada sayap pesawat terbang dan kurva jejak baseball.
10. Dalam aliran viskos lewat suatu pipa, turunnya tekan sebanding dengan laju aliran
volume dan dengan resistansi, yang selanjutnya berbanding terbalik pada jari-jari pipa
pangkat empat :
∆ P=I v R=8ηLπr4 I v
Ini adalah hukum Poiseuille.