bab ii. tinjauan pustaka

9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BANGUNAN BERTINGKAT Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih besar memerlukan pendekatan tim antara berbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan konstruksi bangunan. Arsitek akan memimpin upaya tim sehingga komponen bahan, pelayanan, dan kegiatan berlaku sebagai suatu kesatuan. Kini seorang arsitek tidak dapat lagi mempunyai kebebasan dalam merancang. Ia tidak hanya dibatasi oleh bentuk tertutup umum yang terdapat pada suatu pencakar langit dan tuntutan penggunaan bahan secara efisien, tetapi ia harus juga mengamati banyak ketentuan lainnya yang berkaitan dengan persyaratan keamanan, bahaya kebakaran, dan persyaratan kesehatan yang rumit. Seorang arsitek harus mendekati perancangan bangunan sebagai suatu sistem menyeluruh di mana struktur penunjang fisik sebagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan tersebut, struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu tambahan terpisah yang tidak berhubungan, untuk kemudian dimuat di dalam ruang fungsional oleh insinyurnya. Walaupun pendekatan rancangan yang menyeluruh ini harus diterapkan pada semua bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila dikaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang struktur yang rumit di mana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu rancangan yang utama. Bangunan harus mampu menghadapi gaya-gaya vertikal gravitasi dan gaya-gaya horizontal angin di atas tanah serta gaya-gaya gempa di bawah tanah. Kulit bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara, dan kelembapan antara lingkungan luar dan dalam bangunan. Unsur-unsur struktur bangunan harus tanggap terhadap semua gaya ini. Batang-batangnya harus disusun dan disambung satu sama lain sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan meneruskannya dengan aman ke tanah dengan usaha sesedikit mungkin. Seorang arsitek yang peka terhadap gaya-gaya di atas beserta sumbernya dan menyadari sifat keteraturan struktur akan mampu menanggapi dengan suatu tata letak yang dapat diterima akal pada tahap awal perancangan. Ia akan dapat berkomunikasi dengan seorang insinyur struktur karena mampu berbicara dalam bahasa insinyur itu. Artinya, seorang arsitek yang mampu mempunyai pengertian dasar tentang asas-asas keteknikan dapat benar-benar bekerja sama dengan ahli struktur untuk mencapai pemecahan yang optimum. (Wolfgang Schueller, 2001) Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting untuk “badan” bangunan, dan seorang arsitek yang mampu mengendalikan unsur-unsur struktur dan menampilkannya untuk mengungkapkan hakikat bangunanlah yang dapat mengidentifikasi dan mencerminkan tujuan pembangunannya sebagai suatu wadah untuk interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda. 2.1.1 Perkembangan Bangunan Tinggi Gedung Perpustakaan IPB ini termasuk bangungan tinggi, karena tidak hanya terdapat 1 lantai saja, melainkan sampai 6 lantai, dimulai dari lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, dan lantai LMR. Pada bagian ini akan dituliskan tentang perkembangan bangunan tinggi di dunia yang di ambil dari buku Wolfgang Schueller. Menurut Wolfgang Schueller (2001), bangunan tinggi pertama telah ada pada zaman purba. Struktur dinding penahan beban setinggi 10 lantai sudah digunakan di kota-kota Kerajaan Romawi. Kota-kota di Barat berkembang sangat cepat pada abad kesembilan belas, dan kepadatan penduduk menyebabkan timbul kembalinya bangunan-bangunan tinggi yang menghilang dengan runtuhnya

Upload: linur-huda

Post on 20-Jan-2016

97 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini adalah tugas+

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II. Tinjauan Pustaka

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BANGUNAN BERTINGKAT

Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran,

sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih besar memerlukan

pendekatan tim antara berbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan konstruksi bangunan.

Arsitek akan memimpin upaya tim sehingga komponen bahan, pelayanan, dan kegiatan berlaku

sebagai suatu kesatuan. Kini seorang arsitek tidak dapat lagi mempunyai kebebasan dalam merancang.

Ia tidak hanya dibatasi oleh bentuk tertutup umum yang terdapat pada suatu pencakar langit dan

tuntutan penggunaan bahan secara efisien, tetapi ia harus juga mengamati banyak ketentuan lainnya

yang berkaitan dengan persyaratan keamanan, bahaya kebakaran, dan persyaratan kesehatan yang

rumit.

Seorang arsitek harus mendekati perancangan bangunan sebagai suatu sistem menyeluruh di

mana struktur penunjang fisik sebagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan tersebut,

struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu tambahan terpisah yang tidak berhubungan, untuk

kemudian dimuat di dalam ruang fungsional oleh insinyurnya. Walaupun pendekatan rancangan yang

menyeluruh ini harus diterapkan pada semua bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila

dikaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang struktur yang rumit di

mana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu rancangan yang utama. Bangunan harus

mampu menghadapi gaya-gaya vertikal gravitasi dan gaya-gaya horizontal angin di atas tanah serta

gaya-gaya gempa di bawah tanah. Kulit bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara, dan

kelembapan antara lingkungan luar dan dalam bangunan. Unsur-unsur struktur bangunan harus

tanggap terhadap semua gaya ini. Batang-batangnya harus disusun dan disambung satu sama lain

sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan meneruskannya dengan aman ke tanah dengan usaha

sesedikit mungkin. Seorang arsitek yang peka terhadap gaya-gaya di atas beserta sumbernya dan

menyadari sifat keteraturan struktur akan mampu menanggapi dengan suatu tata letak yang dapat

diterima akal pada tahap awal perancangan. Ia akan dapat berkomunikasi dengan seorang insinyur

struktur karena mampu berbicara dalam bahasa insinyur itu. Artinya, seorang arsitek yang mampu

mempunyai pengertian dasar tentang asas-asas keteknikan dapat benar-benar bekerja sama dengan ahli

struktur untuk mencapai pemecahan yang optimum. (Wolfgang Schueller, 2001)

Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting untuk “badan” bangunan, dan

seorang arsitek yang mampu mengendalikan unsur-unsur struktur dan menampilkannya untuk

mengungkapkan hakikat bangunanlah yang dapat mengidentifikasi dan mencerminkan tujuan

pembangunannya sebagai suatu wadah untuk interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda.

2.1.1 Perkembangan Bangunan Tinggi

Gedung Perpustakaan IPB ini termasuk bangungan tinggi, karena tidak hanya terdapat 1 lantai

saja, melainkan sampai 6 lantai, dimulai dari lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, dan lantai

LMR. Pada bagian ini akan dituliskan tentang perkembangan bangunan tinggi di dunia yang di ambil

dari buku Wolfgang Schueller.

Menurut Wolfgang Schueller (2001), bangunan tinggi pertama telah ada pada zaman purba.

Struktur dinding penahan beban setinggi 10 lantai sudah digunakan di kota-kota Kerajaan Romawi.

Kota-kota di Barat berkembang sangat cepat pada abad kesembilan belas, dan kepadatan penduduk

menyebabkan timbul kembalinya bangunan-bangunan tinggi yang menghilang dengan runtuhnya

Page 2: Bab II. Tinjauan Pustaka

4

Kerajaan Romawi. Prinsip struktur dinding penahan dari bahan batu digunakan kembali. Akan tetapi,

keterbatasan sistem struktur jenis ini adalah bahwa dengan bertambahnya tinggi bangunan, ketebalan

dinding (yang berarti berat bangunan) harus bertambah pula, berbanding langsung dengan sifat gaya

gravitasi.

Keterbatasan konstruksi ini jelas terlihat pada Monadnock Building pada tahun 1891 yang

berlantai 16 di Chicago, Amerika Serikat, yang memerlukan dinding setebal 6 kaki di bagian

dasarnya. Penggunaan sistem rangka yang ringan tampaknya merupakan jawaban paling tepat karena

rangka besi, dan kemudian baja, kemungkinan bangunan menjadi tinggi serta bukaan yang lebih besar

dan banyak. Perkembangan rangka baja memerlukan waktu yang lebih dari 100 tahun. Selama itu,

selain baja harus diakui sebagai bahan bangunan, metode produksi pun terus dikembangkan. Hal ini

menuntut penelitian tentang perilaku bahan baru tersebut agar menghasilkan bentuk batang dan bentuk

rakitan yang paling baik. Selain itu diperlukan pula pengembangan detail yang cermat dan

keterampilan pertukangan.

Para insinyur abad kesembilan belas membuat para arsitek menyadari potensi unsur rangka ini.

Mereka memperluas penggunaannya pada jembatan, pabrik, pergudangan, dan ruang pameran.

Pengaruh ini dapat diamati sampai ke tahun 1801 pada sebuah pabrik kapas rangka baja berlantai

tujuh di Manchester, Inggris, yang menggunakan kolom dan balok baja sebagai kerangka interior.

Baja profil I digunakan di gedung ini, mungkin untuk pertama kali. Para perancangnya secara instuisi

mengenal efisiensi bentuk itu dalam menahan lendutan. Sebenarnya, pabrik ini menjadi dasar

pengembangan rangka baja yang kemudian muncul di Chicago pada sekitar tahun 1890.

Crystal Palace, yang dibangun untuk Pameran International London pada tahun 1851,

merupakan rangka baja lengkap yang pertama. Konstruksi berat sistem dinding pendukung yang

ketika itu mendasari standar arsitektur seolah ditantang oleh efek anti-gravitasi dari bidang-bidang

kaca dan rangka kayu-baja. Bangunan ini memperlihatkan pendekatan berskala besar yang pertama

menuju produksi massal. Pembagian ruang direncanakan berdasarkan lembar standar gelas yang

terbesar (panjang 4 kaki) dan proses konstruksi diperlihatkan sebagai bagian dari rancangannya.

Mercusuar di Black Harbor, Long Island, yang dibangun pada tahun 1843, adalah struktur

rangka baja tempa pertama di Amerika Serikat. Sepuluh tahun kemudian, beberapa bangunan

menggunakan rangka interior bersama-sama dengan dinding pendukung fasade batu. Rangka interior

terdiri dari kolom baja cor yang mendukung balok baja tempa.

Sebelum bangunan tinggi dapat tanggap terhadap potensi rangka baja yang baru ini, terlebih

dahulu harus dikembangkan sarana angkut vertikal. Elevator pertama muncul pada tahun 1851 di

sebuah hotel di Fifth Avenue, New York. Sistem rel vertikal disempurnakan menjadi sistem gantung

pada tahun 1866, tetapi kemungkinan penggunaan elevator untuk bangunan tinggi pertama kali diakui

pada Equitable Life Insurance Company Building di New York pada tahun 1870. Selanjutnya,

William Jennnings mengembangkan sistem rangka pada Home Insurance Building di Chicago pada

tahun 1883. Bangunan tinggi ini adalah contoh partama yang seluruhnya didukung oleh rangka baja

sementara fasade dinding batu hanya memiliki beban sendiri. Bangunan ini juga merupakan yang

pertama kali menggunakan balok baja di bagian atasnya. Pada tahun 1889 bangunan Jennings yang

kedua, Leiter Building, merupakan yang pertama kali menggunakan rangka baja murni, yang tidak

menggunakan dinding pendukung sama sekali

Gedung Rand McNally merupakan kedua yang berlantai sembilan yang berada di Chicago pada

taun 1889 oleh Burnham and Root merupakan yang pertama menggunakan rangka baja seluruhnya.

Mereka juga mengembangkan konsep geser vertikal pada Masonic Temple berlantai 20 di Chicago

pada tahun 1891. Pada ketinggian ini gaya angin menjadi pertimbangan rancangan yang penting.

Untuk meningkatkan kekakuan lateral rangka baja tersebut, para arsiteknya memperkenalkan pengaku

Page 3: Bab II. Tinjauan Pustaka

5

diagonal (diagonal bracing) pada rangka fasade, dan dengan demikian menciptakan prinsip rangka

vertikal atau dinding geser.

Perbaikan metode rancangan baja memungkinkan bangunan gedung tumbuh terus ke atas pada

tahun 1905, Metropolitan Tower Building berlantai 50 dibangun di New York, diikuti oleh Emipre

State Building berlantai 102, juga di New York pada tahun 1931. Perbaikan teknik membangun

selanjutnya diarahkan untuk mengembangkan tata letak rangka, perbaikan kualitas bahan, dan teknik

konstruksi yang lebih baik dan bukan pada peningkatan ketinggian.

Pada tahun 1890-an beton mulai menempatkan diri sebagai bahan struktur yang lumrah. Pada

perancangan seperti Auguste Perret, Francoise Hennebique, dan Tony Garnier di Prancis serta Robert

Maillart di Swiss adalah sebagian di antara para penemu beton bertulang. Perret adalah yang pertama

kali menggunakan rangka beton bertulang dalam konstruksi bangunan tinggi dan mengungkapkannya

serta arsitektural dalam Rue Apartment Building di Paris pada tahun 1903. Pada saat yang sama, Ingall

Building berlantai 16 di Cincinnati adalah pencakar langit rangka beton yang pertama di dunia. Akan

tetapi, pada paruh abad pertama, bangunan beton hanya muncul secara sporadis. Ketika itu tidak ada

usaha untuk mencari sifat bahan ini yang sebenarnya, sistem beton pada umumnya meniru pendekatan

rangka baja. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II sikap ini berubah. Teknik konstruksi yang canggih,

bersama-sama dengan pengembangan bahan-bahan berkualitas tinggi, mulai menghasilkan konsep-

konsep perancangan baru seperti plat rata (flat slab) dan dinding grid fasade pendukung (load bearing

facadegrid wall). Kedua sistem ini mulai menyaingi plat satu arah yang tradisional dan dinding tirai

(curtain wall) tipikal untuk struktur rangka kaku. Pencakar langit seperti Marina City Towers di

Chicago pada tahun 1963 benar-benar mengungkapkan watak seni pahat monolitik dari bahan beton.

2.1.2 Struktur Bangunan Tinggi yang Lazim

Maksud dari bagian ini adalah untuk memperkenalkan sistem-sistem bangunan tinggi pendukung

beban yang lazim dijumpai. Unsur-unsur struktur dasar bangunan menurut Wolfgang Schueller, 2001,

adalah sebagai berikut:

1. Unsur linier

- Kolom dan balok. Mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi.

2. Unsur permukaan

- Dinding. Bisa berlubang atau berangka, mampu menahan gaya-gaya aksial dan rotasi.

- Plat. Padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban di dalam

dan tegak lurus terhadap bidang tersebut.

3. Unsur spasial

- Pembungkus fasade atau inti (core), misalnya dengan mengikat bangunan agar berlaku

sebagai suatu kesatuan.

Perpaduan dari unsur-unsur dasar di atas akan membentuk struktur tulang dari bangunan.

Dapat di bayangkan berbagai kemungkinan pemecahan yang tak terhingga.

- Dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)

Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipratekan oleh berat sendiri ,

sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Sistem dinding sejajar ini terutama

digunakan untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan struktur inti.

- Inti dan dinding pendukung fasade (core and facade bearing walls)

Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur inti.

Hal ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada kemampuan

bentangan dari struktur lantai. Inti ini membuat sistem-sistem transportasi mekanis dan

vertikal serta menambah kekakuan bangunan.

- Boks berdiri sendiri (self supporting boxes)

Page 4: Bab II. Tinjauan Pustaka

6

Boks merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding

pendukung apabila diletakkan di suatu tempat dan digabung dengan unit lainnya. Dalam

contoh tersebut boks-boks ini ditumpuk seperti bata dengan “pola English bond” sehingga

terjadi susunan balok dinding berselang-seling.

- Plat terkantilever (cantilevered slab)

Pemikulan sistem lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom

yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Besi akan banyak

diperlukan, terutama apabila proyeksi pelat adalah besar. Kekakuan pelat dapat ditingkatkan

dengan menggunakan teknik-teknik pratekan.

- Plat rata (flat slab)

Sistem bidang horizontal pada umumnyaterdiri dari plat lantai beton beton tebal rata

yang ditumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat dan atau kepala pada bagian

atas kolom, maka sistem ini dikatakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat

balok yang dalam (deep beam) sehingga tinggi lantai bisa minimum.

- Interspasial ( interspatial)

Struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diadakan pada setiap lantai antara

untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di

dalam lantai rangka digunakan untuk peralatan tetap, dan ruangan bebas pada lantai di

atasnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

- Gantung (suspension)

Sistem ini memungkinkan penggunaan bahan secara efisien dengan menggunakan

penggantung sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan

harus dikurangi karena adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik, yang dapat

mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. Kabel-kabel ini meneruskan beban

gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari inti pusat.

- Rangka selang-seling (staggered truss)

Rangka tinggi selantai disusun sedemikian rupa sehingga setiap lantai bangunan

menumpang di bagian atas suatu rangka dan di bawah rangka di atasnya. Selain memikul

beban vertikal, susunan rangka akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan angin dengan

cara mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui balok-balok dan plat lantai.

- Rangka kaku (rigid frame)

Sambungan kaku digunakan antara susunan unsur linear untuk membentuk bidang

vertikal dan horizontal. Bidang vertikal terdiri dari kolom dan balok, biasanya pada grid

persegi. Organisasi grid serupa juga digunakan untuk bidang horizontal yang terdiri atas

balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spesial yang bergantung pada kekuatan

kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom menjadi penentu

pertimbangan rancangan.

- Rangka kaku dan inti (rigid frame and core)

Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom.

Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar pada bangunan dengan

ketinggian tertentu. Akan tetapi, apabila dilengkapi dengan struktur inti, ketahanan lateral

bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat

sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal.

- Rangka trussed (trussed frame)

Gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal akan memberikan

peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan struktur dapat berdasarkan

penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertikal untuk beban angin,

yang serupa dengan rangka kaku dan inti.

- Rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frameand core)

Page 5: Bab II. Tinjauan Pustaka

7

Belt truss mengikat kolom fasade ke inti sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan

inti. Pengakuan ini dinamai cap trussing apabila berada pada bagian atas bangunan, dan belt

trussing apabila berada di bagian bawahnya.

- Tabung dalam tabung (tube in tube)

Kolom dan balok eksterior ditempatkan sedemikian rapat sehingga fasade menyerupai

dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung

kosong yang terkantilever dari tanah. Inti interior (tabung) meningkatkan kekakuan bangunan

dengan ikut memikul beban bersama kolom-kolom fasade.

- Kumpulan tabung (bundled tube)

Sistem kumpulan tabung dapat digambarkan sebagai suatu himpunan tabung-tabung

terpisah yang membentuk tabung multisel. Pada sistem ini memungkinkan bangunan

mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang paling luas.

2.2 BIM (BUILDING INFORMATION MODELING)

Dalam sejarah desain dan konstruksi bangunan mengandalkan gambar untuk mewakili

pekerjaan yang dilakukan dilapangan. Biasanya berisi tentang kode bangunan yang disebut dengan

dokumen-dokumen atau arsip, digunakan untuk pengelolaan bangunan tersebut setelah selesai. Tetapi

terdapat kendala untuk memenuhi hal tersebut , yaitu dibutuhkannya beberapa gambaran dari berbagai

sudut untuk menggambarkan objek 3D yang secara rinci agar baik untuk kegiatan konstruksi dan

mengurangi dari kesalahan dan gambar-gambar tersebut kini hanya dapat dipegang oleh beberapa

orang dalam bentuk hardcopy atau arsip-arsip yang belum dapat diinterpretasikan oleh komputer.

2.2.1 Pengertian BIM (Building Information Modeling)

Menurut Eastman et al (2008), BIM merupakan perubahan paradigma yang memiliki banyak

manfaat, tidak hanya untuk mereka yang bergerak dalam bidang industri kontruksi bangunan tetapi

juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi, bangunan yang lebih baik adalah bangunan yang dalam

tahap pembangunannya menggunakan energi, tenaga kerja dan modal yang lebih sedikit. BIM pada

dasarnya adalah digital platform untuk pembuatan bangunan virtual. Jika BIM diterapkan, modelnya

harus dapat berisi semua informasi bangunan tersebut, informasi tersebut digunakan untuk

bekerjasama, memprediksi, dan membuat keputusan tentang desain, konstruksi, biaya, dan tahap

pemeliharaan bangunan.

BIM dianggap lebih dari sekedar teknologi biasa, melainkan cara baru untuk menangani proses

pembangunan. Dengan menggunakan BIM dapat diperoleh 3D, 4D, 5D, dan 6D. Dimana 3D berbasis

obyek pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan area, waktu,

dan lain-lain, 5D termasuk estimasi biaya dan part-lists, dan 6D mempertimbangkan untuk fasilitas

manajemen, biaya siklus hidup, dan dampak lingkungan. Konsep ini sangat tergantung pada teknologi

software yang digunakan. Inti dari konsep tersebut adalah bahwa model BIM berisi informasi-

informasi. Model suatu objek tidak hanya geometris tetapi model tersebut juga berisi informasi

tentang bahan yang digunakan, berat, biaya, waktu dan bagaimana bagian dipasang, dan lain-lain.

(Janni Tjell, 2010)

Building Information Modeling (BIM) adalah sebuah pendekatan untuk desain bangunan,

konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal, dan

informasi-informasi lainnya secara terkordinasi dengan baik. Pada dasarnya Building Information

modeling (BIM) ini merupakan penggabungan dari dua gagasan penting, yaitu :

- Menjaga informasi desain kritis dalam bentuk digital, sehingga lebih mudah untuk

diperbaharui dan berbagi dari perusahaan yang merencanakan dan perusahaan yang

menggunakannya.

Page 6: Bab II. Tinjauan Pustaka

8

- Membuat real-time yang berhubungan terus menerus antara data desain digital dengan

inovasi-inovasi teknologi pemodelan bangunan, sehingga dapat mengehemat waktu dan uang

serta meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek.

Building Information Modeling (BIM) pada umumnya didefinisikan sebagai proses penciptaan

hebat dilihat dari kumpulan data dari berbagai ahli / professional dalam bidang desain dan konstruksi

yang dapat diolah dan dihitung dalam bentuk tiga dimensi. BIM memungkinkan untuk para

perencana, engineer, dan kontraktor untuk memvisualisasikan seluruh lingkup dari proyek

bangunannya dalam bentuk tiga dimensi. BIM juga dikenal sebagai proses menggunakan model 3-D

untuk meningkatkan kerjasama antar orang-orang yang melaksanakan proyek. Menggunakan

pendekatan kolaboratif, antara desainer dan kontraktor dapat merencanakan output secara tepat dan

rinci dari mulai lokasi yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek hingga proyek tersebut selesai.

(T.M. Korman, L. Simonian & E. Speidel, 2010)

BIM adalah sebuah proses dan informasi yang menghasilkan metodologi untuk mengelola

desain bangunan dan data penting dari proyek yang dilaksanakan dalam bentuk digital di seluruh

siklus pembuatan bangunan. (Teemu Lehtinen, 2010)

BIM ini merupakan platform yang digunakan untuk memberikan pengetahuan dan alat

komunikasi antar peserta proyek. Dengan kata lain, BIM adalah informasi proses pengembangan

model bangunan. 3D dengan kualitas yang sangat baik dapat diperoleh dengan merender dari BIM.

Jika kontraktor hanya lebih menggunakan model tersebut untuk menyampaikan konsep BIM dalam

bentuk 3D dan tidak menggunakan informasi yang terdapat didalam BIM disebut sebagai BIM

“Hollywood”. Kontraktor yang menggunakan BIM “Hollywood” untuk memenangkan pekerjaan,

namun mereka tidak sepenuhnya menggunakan potensi dari Building Information Modeling. (Mehmet

F. Hergunsel, 2011)

Terkadang Building Information Modeling dipraktekkan secara internal hanya didalam satu

organisasi proyek dan tidak dibagikan dengan anggota organsasi lainnya, itu disebut sebagai BIM

“lonely”. Sebagai contoh, sebuah perusahaan arsitektur dapat memutuskan untuk merancang

menggunakan Building Information Modeling dan menggunakannya untuk visualisasi dan analisa.

Perusahaan arsitek tersebut mungkin memilliki kolaborasi internal, namun arsitek dapat memutuskan

untuk memberikan gambar-gambar dalam bentuk dua dimensi dan membatasi untuk mengakses

Building Information Modeling, hal tersebut akan menghambat partisipasi dari Contruction manager

(CM) kecuali CM menciptakan model baru. (Vandaro, 2009)

Manfaat Building Information Modeling (BIM) dalam tahap desain yaitu apabila dalam sebuah

proyek bangunan arsitek harus menyeimbangkan ruang lingkup proyek antara jadwal dan biaya.

Apabila terjadi perubahan dari satu variabel biaya waktu dan uang maka akan mempengaruhi

hubungan antara konsultan dan klien, dengan menggunakan Building Information Modeling (BIM)

semua informasi penting sudah tersedia, sehingga proyek yang berhubungan dengan keputusan dapat

dibuat lebih cepat dan efektif.

Objek 3D dengan menggunakan BIM dapat dilihat dan diperiksa secara otomatis apabila ada

kesalahan ataupun kendala. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh BIM maka kesalahan dapat

berkurang. Konsep dan metode BIM dipilih karena bentuk-bentuk geometri beserta propertinya

diperlakukan seperti halnya pada dunia nyata. Tidak dikenal perumpamaan ataupun layering seperti

halnya konsep dan metode pada perangkat CAD. BIM dapat mengubah cara AEC (tim proyek) dalam

bekerja sama untuk berkomunikasi, memecahkan masalah dan membangun proyek lebih baik lebih

cepat dan dengan biaya kurang.

Page 7: Bab II. Tinjauan Pustaka

9

2.2.2 Sejarah BIM (Building Information Modeling)

Menurut Ballard dan Koskela (1998), dari yang tradisional sampai tingkat yang lebih tinggi

dalam industri bangunan untuk melaksanakan proyek menggunakan proses linear dimana

penyampaian komunikasi dan pertukaran informasi terjadi secara berurutan dari pelaku industri

dengan pelaku industri lainnya. Setiap pelaku industi memenuhi kewajibannya masing-masing untuk

menghasilkan dan menambahkan informasi pada semua gambar dalam proyek bangunannya masing-

masing. Itu berarti dalam mendapatkan ide untuk pembangunan konstruksi biasanya membutuhan

waktu tujuh kali lebih banyak bahkan lebih dari itu. Dapat dilihat mengapa perselisihan beda pendapat

dan miskomunikasi adalah masalah umum dalam industri bangunan.

Sejak pertama kali banyak yang mengganggap BIM sebagai teknologi baru yang didasarkan

pada software dan penelitian mengenai BIM diartikan sebagai pengembangan software. Software yang

mampu merancang bentuk 3D sudah ada sejak tahun 1973, kemudian pada tahun 1975 Eastman

memprediksikan bahwa teknologi baru ini mampu membuat industri bangunan jauh lebih efektif.

(Janni Tjell, 2010)

Menurut Eastman (1975), konsep BIM ketika pertama kali diluncurkan diprediksikan dengan

cara pendekatan ini dibuat akan mengubah proses didalam industri baangunan, tetapi tidak ada

perubahan dan tidak sesuai dengan prediksi. Perubahan dari teknologi BIM ternyata menyebabkan

untuk mempertimbangkan paradigma dalam industri konstruksi bangunan seperti yang disarankan

oleh Eastman (Eastman, 2008). Perubahan paradigma dalam konteks ini berarti mengubah persepsi

mendasar bagaimana merancang dan membangun sebuah gedung. Perubahan persepsi ini harus datang

dari orang yang terlibat dalam industri konstruksi bangunan, karena mereka yang harus membuat

perubahan. Eastman et al, mengatakan bahwa mengadopsi BIM saja tidak akan selalu menyebabkan

suatu proyek akan sukses. BIM adalah seperangkat teknologi dan proses kerja yang harus didukung

oleh tim, manajemen, dan owner. BIM tidak akan menggantikan manajemen yang sangat baik, tim

proyek yang baik ataupun budaya kerja yang saling menghargai.

2.2.3 BIM Tools

Ada banyak tools dalam Building Information Modeling. Bagian ini akan mengidentifikasi

produk BIM. Dalam Lampiran 1 terdapat table yang akan mendeskripsikan progam-progam untuk

membuat Building Information Modeling dan fungsi utamanya. Daftar ini mencakup MEP, structural,

arsitektur, dan fungsi 3D modeling software. Beberapa software ini juga mampu untuk penjadwalan

dan estimasi biaya.

Ada beberapa jenis software yang digunakan oleh para kontraktor untuk menggambar dan

merancang struktur dan MEP, seperti yang terlihat pada Tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Software Building Information Modeling (BIM) untuk Menggambar Shop Drawing dan

Fabrication (Reinhardt, 2009)

Product Name Manufacturer Primary Function

Cadpipe Commercial Pipe AEC Design Group 3D Pipe Modeling

Revit MEP Autodesk 3D Detailed MEP Modeling

SDS/2 Design Data 3D Detailed Structural

Modeling

Fabrication for AutoCAD MEP East Coast CAD/CAM 3D Detailed MEP Modeling

CAD-Duct Micro Application Packages 3D Detailed MEP Modeling

Duct Designer 3D, Pipe

Designer 3D

QuickPen International 3D Detailed MEP Modeling

Tekla Structures Tekla 3D Detailed Structural

Modeling

Page 8: Bab II. Tinjauan Pustaka

10

2.3 TEKLA

Tekla BIM (Building Information Modeling) merupakan software yang dapat membantu

kontraktor untuk mengelola resiko dari biaya-biaya yang tidak terduga dan hilangnya waktu, terutama

pada fase pelaksanaan proyek.

Data penting untuk pekerjaan proyek seperti desain untuk supply dan instalasi dapat

dimasukkan kedalam software Tekla. Dengan begitu dapat merespon apabila terjadi penyimpangan

dan juga dapat mengelola proyek secara baik dalam satu sistem. Software Tekla berhadapan langsung

dengan manajemen konstruksi dan software desain untuk mewujudkan platform manajemen yang

komprehensif.

Software Tekla merupakan revolusi baru dalam bidang rekayasa struktur yang memiliki

beberapa keunggulan dibanding program aplikasi lainnya. Tekla BIM (Building Information

Modeling) merupakan software yang berbasis ensiklopedi proyek. Software Tekla Structures

merupakan perangkat lunak Building Information Modeling (BIM) yang memungkinkan untuk

membuat dan mengelola data secara akurat dan rinci, serta dapat membuat model struktur 3D tanpa

melupakan material dan struktur yang kompleks. Model Tekla Structures ini dapat mencakup seluruh

proses konstruksi bangunan dari konsep desain untuk fabrikasi, erection, dan manajemen konstruksi.

Tekla merupakan software solusi untuk informasi – model pada manajemen konstruksi. Tekla

dapat digunakan oleh kontraktor, sub-kontraktor, dan para profesional manajemen proyek yang

membantu dalam pelaksanaan dan pemeriksaan data proyek. Tekla dapat memproses sejumlah besar

data model dan non model terlepas dari sumber. Software ini dapat digunakan untuk meningkatkan

transfer informasi desain dan data perencanaan antara desain dan tim konstruksi. Hal ini dapat

memperjelas komunikasi dan pengambil keputusan pada setiap pelaksanaan, desain, dan manajemen

proyek bangunan.

Keunggulan Tekla antara lain yaitu terintegrasinya pemodelan, analisis, desain struktur dengan

menyertakan setiap detail penting saat mengelola proses konstruksi secara keseluruhan, bill quantity,

squance pekerjaan sampai kegiatan schedulling bahkan dapat digabungkan dengan software lainnya,

software Tekla Structures 17 ini terhubung dengan berbagai jenis system melewati Tekla Open API,

contoh format biasa yang didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, CIS/2,SDNF dan DSTV.

Contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures adalah DWG,

DXF, dan DGN. Sehingga kegiatan AEC (architect, engineering, contruction) dapat terintegrasi

dalam satu pemodelan yang dapat diakses secara real time. Dalam software Tekla terdapat data-data

yang akurat, rinci, dan 3D yang dapat digunakan bersama oleh kontraktor, structural engineers, Steel

detailers and fabricators, Precast and Cast-in-Place concrete contractors, detailers and

manufacturers, Educational institutions, dan Application developers. Semua perubahan secara

otomatis akan update sewaktu-waktu dan butuh dilakukan revisi. Pemodelan yang membutuhkan

waktu singkat dan kemampuan mengoperasikannya akan memberikan hasil manajemen proyek yang

efisien. Apabila diaplikasikan hal tersebut sangat menghemat biaya, waktu dan sumber daya manusia.

2.4 MANAJEMEN PROYEK

Manajemen proyek ialah pengelolaan kegiatan pelaksanaan dalam rangka mewujudkan suatu

keinginan atau gagasan, meliputi perencanaan, pelaksanaan serta pengendaliannya dengan batasan-

batasan tertentu sehubungan dengan biaya, mutu dan waktu. Untuk memperoleh batasan-batasan yang

sesuai, maka diperlukan biaya adanya sistem (manajemen) yang dapat mengelola input (berupa

rencana konstruksi dan sumber daya) menjadi output bangunan jadi. (Febriana Saputri, 2011)

Page 9: Bab II. Tinjauan Pustaka

11

Manajemen konstruksi profesional suatu metoda yang efektif untuk memenuhi kebutuhan

pekerjaan konstruksi . Manajemen konstruksi profesional menangani tahap-tahap perencanaan, desain

dan konstruksi proyek ke dalam tugas-tugas yang terpadukan. Tugas-tugas itu dibebankan pada suatu

tim manajemen proyek yang terdiri dari pemilik, manajer konstruksi profesional dan organisasi

perancang. Sebuah kontraktor utama konstruksi dan/atau badan pendukung dana dapat pula

merupakan bagian dari tim tersebut. Tim ini bekerjasama sejak awal desain sampai pada penyelesaian

proyek, dengan tujuan bersama yaitu untuk melayani sebaik-baiknya kepentingan pemilik. Hubungan

kontrak antar anggota tim dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin adanya pertentangan dan

menumbuhkan daya tanggap dalam lingkungan tim manajemen itu sendiri. Interaksi yang bertalian

dengan biaya konstruksi, dampak lingkungan, kualitas dan jadwal penyelesaian, akan diperiksa

dengan teliti oleh tim, sehingga dapat diwujudkan sebuah proyek yang bernilai maksimum bagi

pemilik dalam kerangka-waktu yang seekonomis mungkin. (Donald S. Barrie, Boyd C.Paulson, JR.,

Sudinarto, 1995)