bab ii tinjauan pustaka
DESCRIPTION
Susu bubukTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Susu Kental Manis
Badan Standardisasi Nasional (1998) menyatakan bahwa susu kental manis
(SKM) adalah produk olahan susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan
menghilangkan atau menguapkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi
susu bubuk berlemak penuh, atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan
lemak susu atau lemak nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan.
Susu kental manis dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu susu kental
manis tanpa ganda rasa dan susu kental manis dengan ganda rasa (Badan
Standardisasi Nasional, 1998).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006) mendefinisikan susu kental
manis sebagai produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan
menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat
kepekatan tertentu, atau merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan
penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan lain. Susu kental manis
bukan produk steril, tetapi pengawetannya tergantung pada kandungan gulanya yang
tinggi (Newstead et al., 2005). Ketersediaan air bebas yang rendah dan kandungan
gula yang tinggi mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Walstra et al., 2006).
Higiene pabrik yang ketat harus dijaga sehingga bakteri osmofilik tidak
mengkontaminasi produk. Konsentrasi laktosa dalam susu kental manis di atas titik
jenuhnya akan menyebabkan terjadinya kristalisasi. Kristalisasi ini harus dikontrol
untuk menjamin bahwa kristal yang terbentuk ukurannya sangat kecil. Jika
kristalisasi tidak dikontrol, maka akan menyebabkan tekstur produk menjadi kasar
atau dikenal dengan cacat produk sandiness (Newstead et al., 2005).
Proses pengisian ke dalam kemasan harus dilakukan di bawah kondisi yang
higienis untuk mencegah rekontaminasi terhadap produk. Ukuran headspace di
dalam kemasan harus diminimalisir sehingga tidak ada kesempatan kapang untuk
berkembang. Viskositas SKM harus terkendali untuk memenuhi harapan konsumen.
Hal yang memungkinkan untuk dikontrol adalah proses perlakuan preheat treatment
(panas pendahuluan), homogenisasi dan pasteurisasi pada susu (Newstead et al.,
2005). Persyaratan mutu susu kental manis tercantum pada Tabel 1.
4
Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Susu Kental Manis (Standar Nasional Indonesia 01-2971-1998)
Jenis Uji Satuan Persyaratan I II
Keadaan - Bau - Rasa - Warna - Konsistensi
- - - -
normal normal
putih sampai kekuningan kental dan homogen
normal normal
sesuai ganda rasa yang ditambahkan
kental dan homogen
Air, (b/b) % 20-30 20-30 Abu, (b/b) % 1,4-2,2 1,4-2,2 Protein (N x 6,37), (b/b) % 7-10 min. 6,5 Lemak, (b/b) % min. 8,0 min. 8,0 Laktosa, (b/b) % min. 10 min. 10 Sakarosa, (b/b) % 43-48 43-48 Bahan tambahan makanan Pewarna Pewarna Buatan
- Sakarin - Siklamat
sesuai Standar Nasional Indonesia 01-0222-1995 tidak boleh ada tidak boleh ada
Pati tidak ternyata - Cemaran logam ** - Timbal (Pb) - Tembaga (Cu) - Seng (Zn) - Timah (Sn) - Raksa (Hg)
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
maks. 0,3 maks. 20
maks. 40,0 maks. 40,0/250,0*
maks. 0,03
maks. 0,3 maks. 20
maks. 40,0 maks. 40,0/250,0*
maks. 0,03 Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 0,1 maks. 0,1 Cemaran mikroba - Angka Lempeng Total - Bakteri Coliform - Eschericia coli - Salmonella - Staphylococcus aureus - Kapang dan Khamir
koloni/g APM/g APM/g
per 100 g koloni/g koloni/g
maks. 1,0 x 104
maks. 10 < 3
negatif maks. 1,0 x 102
maks. 1,0 x 102
maks. 1,0 x 104
maks. 10 < 3
negatif maks. 1,0 x 102
maks. 1,0 x 102
Keterangan: (*) Untuk yang dikemas dalam kaleng (**) Dihitung terhadap susu yang siap dikonsumsi I Susu kental manis tanpa ganda rasa II Susu kental manis dengan ganda rasa
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1998)
Bahan Baku Pembuatan Susu Kental Manis
Sitaresmi (2006) menyatakan bahwa bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan susu kental manis di PT Frisian Flag Indonesia adalah susu segar, skim
5
milk powder (SMP) dan gula (sukrosa). Bahan baku pembuatan susu kental manis
akan diuraikan satu-persatu sebagai berikut:
Susu Segar
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat, yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan (Badan Standardisasi Nasional, 2011). Syarat mutu susu segar menurut
Badan Standardisasi Nasional (2011) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Susu Segar (Standar Nasional Indonesia 01-3141-2011)
Karakteristik Satuan Syarat
Berat Jenis (pada suhu 27,5 ⁰C) minimum g/ml 1,0270
Kadar lemak minimum % 3,0 Kadar bahan kering tanpa lemak minimum % 7,8 Kadar protein minimum % 2,8 Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada perubahan Derajat asam ⁰SH 6,0-7,5
pH - 6,3-6,8 Uji alkohol (70%) v/v - Negatif Cemaran mikroba maksimum:
1. Total Plate Count 2. Staphylococcus aureus 3. Enterobacteriaceae
CFU/ml CFU/ml CFU/ml
1x106 1x102 1x103
Jumlah sel somatis maksimum Sel/ml 4x105 Residu antibiotika (Golongan penisilin, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida)
- Negatif
Uji pemalsuan - Negatif Uji beku ⁰C -0,520 s.d -0,560
Uji peroxidase - Positif Cemaran logam berat, maksimum:
1. Timbal (Pb) 2. Merkuri (Hg) 3. Arsen (As)
µg/ml
µg/ml
µg/ml
0,02 0,03 0,1
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2011)
6
Gula (Sukrosa)
Gula mempunyai fungsi memberikan rasa manis, meningkatkan viskositas,
dan meningkatkan umur simpan dalam pembuatan susu kental manis. Gula
mempunyai sifat higroskopis, sehingga mampu menyerap kandungan air pada
produk susu kental manis. Sifat higroskopis yang dimiliki oleh gula mampu
menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya
dehidrasi pada sel mikroorganisme. Sifat tersebut dapat menghambat tumbuhnya
bakteri dan fermentasi pada produk susu kental manis.
Skim Milk Powder
Skim milk powder atau susu bubuk skim yang digunakan dalam pembuatan
susu kental manis berasal dari susu skim yang dikeringkan dengan spray dryer. Susu
skim ini diperoleh melalui pemisahan skim dan krim dari susu segar dengan cream
separator. Tujuan penggunaan susu bubuk skim adalah untuk menambah total
padatan dalam produk susu kental manis. Skim milk powder digunakan sebagai
sumber protein susu dengan kadar air maksimal 1% dan kadar lemak kurang dari
15% (Hidayah, 2010).
Air
Air merupakan bahan baku yang dapat digunakan sebagai pencampur dan
pelarut bahan-bahan pada pembuatan susu kental manis. Air yang digunakan PT
Frisian Flag Indonesia dalam pembuatan susu kental manis berasal dari sumur dan
Perusahaan Air Minum (Hidayah, 2010).
Bahan Penunjang Pembuatan Susu Kental Manis
Penggunaan bahan penunjang dalam pembuatan susu kental manis adalah
untuk menghasilkan produk susu kental manis dengan mutu baik, kandungan gizi
yang cukup tinggi, dan lebih tahan lama. Bahan penunjang yang digunakan dalam
pembuatan susu kental manis adalah anhydrous milk fat (AMF), buttermilk powder
(BMP), palm oil, laktosa, vitamin dan cocoa powder (Sitaresmi, 2006).
Anhydrous milk fat diperoleh dengan cara memisahkan krim dan kelembaban
susu melalui vacuum drying dan menghasilkan 70%-80% lemak susu. Anhydrous
milk fat setidaknya mengandung 99,8% lemak susu dan tidak lebih dari 0,1%
moisture (Chandan, 2008). Buttermilk powder merupakan produk yang dihasilkan
7
dari pemisahan air dari buttermilk cair yang berasal dari churning mentega yang
kemudian dikeringkan menjadi bentuk powder. Buttermilk mengandung lemak susu
yang tidak kurang dari 4,5% dan kelembaban yang tidak lebih dari 5%. Buttermilk
powder umumnya digunakan dalam produk olahan susu seperti es krim dan roti
(Chandan, 2008).
Palm oil merupakan minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi sebagai sumber lemak. PT Frisian Flag Indonesia menggunakan palm oil
dalam pembuatan susu kental manis cokelat untuk menambah kadar lemak produk
(Hidayah, 2010). Laktosa adalah karbohidrat utama dalam susu dan konsentrasinya
berkisar antara 4,2%-5% dalam susu. Kandungan laktosa umumnya menjadi rendah
pada akhir laktasi dan susu yang berasal dari hewan yang terserang penyakit mastitis.
Laktosa adalah disakarida dan terdiri α-D-glukosa dan β-D molekul. Laktosa
merupakan gula pereduksi yang mengalami reaksi maillard dengan asam amino
dalam susu yang mengakibatkan terjadinya warna kecoklatan saat susu dipanaskan.
Laktosa mempunyai kelarutan dalam air hanya 17,8% pada temperatur 25 ⁰C
(Kailasapathy, 2008).
Vitamin ditambahkan pada pembuatan susu kental manis dengan tujuan
memperbaiki nilai nutrisi produk. Vitamin yang digunakan dalam pembuatan susu
kental manis di PT Frisian Flag Indonesia antara lain vitamin A, D3 dan
B1(Sitaresmi, 2006). Vitamin A dan D sebaiknya ditambahkan pada produk olahan
susu karena vitamin A dan D bersifat larut dalam lemak. Penambahan vitamin harus
dilakukan sangat hati-hati untuk memastikan pelanggan mendapatkan jumlah yang
tepat dan tidak ada terjadi overdosis (Partridge, 2008). Cocoa powder berasal dari
biji cocoa yang telah mengalami fermentasi, penyaringan dan proses lainnya. Cocoa
powder digunakan sebagai flavor dan berpengaruh terhadap kadar total padatan
terlarut pada pembuatan susu kental manis (Hidayah, 2010).
Proses Pembuatan Susu Kental Manis
Pembuatan susu kental dimulai dengan pencampuran susu segar, susu bubuk,
gula, air dan bahan tambahan lainnya. Bahan-bahan dicampurkan sampai tercampur
sempurna, kemudian dilakukan penyaringan. Tahap selanjutnya adalah
homogenisasi yang bertujuan untuk menghancurkan globula lemak, sehingga
memiliki ukuran yang kecil dan seragam. Tekanan homogenisasi yang tepat perlu
8
dioptimasi untuk menghasilkan dispersi lemak yang baik, tetapi juga cukup rendah
untuk mencegah terjadinya resiko koagulasi karena kerusakan stabilitas protein.
Pasteurisasi merupakan tahap setelah homogenisasi pada kisaran suhu 85-90 ⁰C.
Tahap selanjutnya adalah vacuum cooling yang bertujuan menguapkan air yang
terkandung dalam susu pada kondisi vacuum sehingga air dapat menguap pada suhu
rendah. Tujuan proses pada kondisi vacuum adalah agar nutrisi yang terkandung
pada produk susu dapat diminimalisir kerusakannya. Tahap selanjutnya adalah
penyimpanan dan pengemasan (Saleh, 2004). Diagram alir proses pembuatan susu
kental manis menurut Sitaresmi (2006) dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kemasan Sachet
Kemasan mempunyai peranan penting dalam pengawetan hasil peternakan.
Kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan
pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan
fisik (gesekan, benturan, dan getaran). Pengemasan juga berfungsi untuk
menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-
bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.
Pembuatan kemasan juga berfungsi sebagai sumber informasi dan dibuat agar
menarik perhatian konsumen. Kemasan dapat terdiri dari kemasan primer dan
kemasan sekunder. Kemasan primer merupakan kemasan yang kontak langsung
dengan produk. Kemasan sekunder yaitu kemasan merupakan karton luar atau
multipacker yang memungkinkan konsumen untuk membawa lebih dari satu pcs
produk pada suatu waktu (Brody, 2008).
Kemasan sachet merupakan suatu bentuk kemasan yang bersifat fleksibel
yang terbuat dari Al foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam aluminium
(metalized film) dan kertas yang dibuat satu lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan
thermoplastic maupun bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis
konstruksi kemasan. Al foil dapat memberikan penghalang yang baik terhadap
transmisi gas, uap air dan cahaya. Kemasan sachet digambarkan sebagai material
yang tidak rigid atau kaku, dan biasanya merupakan material yang non fibrous dan
memiliki ketebalan kurang dari 0,25 mm. Kemasan sachet memiliki beberapa
karakteristik yaitu harga relatif murah, memiliki sifat penghalang yang baik terhadap
uap air dan gas, dan dapat direkatkan dengan panas (Fellows, 2000).
9
Pemasaran kemasan ini menjadi populer untuk mengemas berbagai produk,
baik padat maupun cair. Alasan menggunakan kemasan sachet sebagai bahan
pengemas adalah mudah dibentuk, ekonomis, dapat digunakan sebagai pengganti
kemasan kaleng, ringan, mudah dalam penanganannya dan tahan pada heat sealing
dan heat resistance (Departemen Perindustrian, 2007).
Packaging (Pengemasan)
Pengemasan merupakan salah satu pertimbangan yang paling kritis pada
proses produksi. Fungsi utama pengemasan adalah untuk memuat, melindungi dan
mempertahankan produk selama distribusi, penyimpanan dan penanganan.
Pengemasan juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk media komunikasi yang
menunjukkan cara penggunaan produk dan kandungan nutrisi didalamnya. Makanan
dikemas untuk menjaga kualitas, kesegaran, menarik konsumen dan untuk
memfasilitasi penyimpanan dan distribusi. Perlindungan merupakan fungsi utama
dari pengemasan makanan (Robertson, 2006).
Mutu
Mutu merupakan derajat dari serangkaian karakteristik produk dan jasa yang
memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan. Mutu merupakan gabungan
karakteristik produk dari seluruh rangkaian proses produksi. Diagram alir mengenai
pemahaman mutu menurut Muhandri dan Kadarisman (2006) ditampilkan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Pemahaman Mutu
Mutu dapat diartikan sebagai mutu produksi secara sempit, tetapi juga
meliputi mutu kerja, mutu pelayanan, mutu informasi, mutu proses dan mutu
karyawan secara luas. Menurut Muhandri dan Kadarisman (2006), mutu harus
berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Mutu suatu produk dapat dilihat melalui
Perusahaan Produk / Jasa
Karakteristik
Standar
Konsumen
- Syarat - Kebutuhan - Keinginan
10
sifat-sifat produk, parameter mutu dan faktor mutu. Mutu memiliki sifat-sifat yang
obyektif, termasuk didalamnya adalah sifat fisik, mekanik, kimiawi, morfologi,
mikrobiologi, sifat gizi dan sifat biologik.
Kerusakan Kemasan
Hidayah (2010) menyatakan bahwa kerusakan kemasan merupakan suatu
kejadian yang tidak diinginkan oleh perusahaan, seperti cacat, kerusakan dan
kegagalan yang menyebabkan produk dibuang ataupun dikerjakan ulang. Persentase
kerusakan kemasan yang tinggi dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan.
Beberapa hal yang yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau kegagalan dalam
proses produksi adalah kegagalan mesin, perubahan proses, kegagalan mutu, serta
variasi sumber daya. Kerusakan pada produk dapat menyebabkan berbagai kerugian
pada perusahaan, seperti kerugian waktu, biaya, sumber daya dan reputasi.
Kerusakan pada produk dapat dikurangi dengan melakukan teknik perbaikan mutu
dan mengendalikan kualitas (Deviyanti, 2008).
Hidayah (2010) menyatakan bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap
kerusakan kemasan produk susu kental manis sachet adalah mesin, manusia, material
dan metode. Faktor mesin yang mempengaruhi antara lain spare parts, posisi dan
ketajaman slitter, suhu sealer, sensor eyemark, posisi nozzle dan kestabilan arus
listrik. Faktor manusia yang mempengaruhi adalah motivasi, kedisiplinan, keahlian,
alokasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan awareness. Faktor material yang
mempengaruhi adalah kualitas bahan pengemas dan jenis bahan baku. Faktor
metode yang mempengaruhi adalah jumlah dan frekuensi sampling, maintenance dan
standarisasi.
Hidayah (2010) menyatakan bahwa beberapa tipe kerusakan kemasan sachet
yang sering terjadi pada proses pengemasan adalah berat kurang, pecah vertikal,
rembes horisontal, pecah horisontal, Alluminium (Al) foil melintir, kemasan kosong
dan tidak ada kode. Pecah dan rembes adalah tipe kerusakan yang terjadi setelah
produk susu kental manis diberi perlakuan pressure test.
Diagram Pareto
Diagram pareto terdiri atas grafik balok dan grafik garis yang
menggambarkan masalah berdasarkan banyaknya kejadian. Nasution (2004)
11
menyatakan bahwa diagram pareto digunakan untuk membandingkan berbagai
kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang tertinggi di sebelah
kiri hingga terendah di sebelah kanan. Diagram pareto menunjukkan masalah yang
perlu ditangani lebih dulu, namun tidak untuk mengetahui penyebab terjadinya
kerusakan atau kesalahan.
Kegunaan diagram pareto menurut Nasution (2004) adalah menunjukkan
prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani, membantu
memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya
perbaikan, menunjukkan hasil upaya perbaikan setelah dilakukan tindakan korektif
berdasarkan prioritas dan menyusun data menjadi informasi yang lebih berguna.
Langkah-langkah pembuatan diagram pareto menurut Herjanto (2007) adalah
sebagai berikut:
1) Beberapa faktor penyebab dari suatu masalah ditentukan. Penentuan faktor
masalah dapat diperoleh dari analisis sebab-akibat.
2) Data dari masing-masing faktor dikumpulkan dan dihitung persentase
kontribusi dari masing-masing faktor.
3) Faktor-faktor disusun dimulai dari yang mempunyai persentase kontribusi
terbesar dan dihitung persentase akumulasinya.
4) Kerangka diagram dibentuk dengan aksis vertikal sebelah kiri menunjukkan
frekuensi, sedangkan aksis vertikal sebelah kanan menunjukkan pensentase
kumulatif.
5) Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kiri dibuat kolom secara berurutan
pada aksis horisontal yang menggambarkan kontribusi masing-masing faktor.
6) Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kanan dibuat garis yang
menggambarkan persentase kumulatif, dimulai dari 0% pada ujung bawah
aksis sebelah kiri sampai 100% pada ujung atas aksis sebelah kanan.
Diagram Sebab-akibat
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan
antara sebab dan akibat. Diagram sebab-akibat berperan dalam memusatkan
perhatian operator, bagian produksi dan pimpinan dalam masalah kualitas
(Montgomery, 1996). Ishikawa (1989) menyatakan bahwa diagram sebab-akibat
12
digunakan untuk menyatakan dengan jelas bermacam-macam sebab yang dapat
mempengaruhi kualitas produk.
Rampersad (2001) menyatakan bahwa diagram sebab-akibat digunakan untuk
menganalisis hubungan penyebab dan efeknya, serta memfasilitasi pencarian solusi
yang berkaitan dengan masalah yang dialami. Langkah-langkah pembuatan diagram
sebab-akibat menurut Gasperz (1998) adalah sebagai berikut:
1) Masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan
ditulis pada “kepala ikan” yang merupakan akibat, kemudian “tulang
belakang” digambar dari kiri ke kanan.
2) Faktor-faktor penyebab utama (sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas
ditulis sebagai “tulang besar”. Faktor-faktor penyebab dapat dikembangkan
melalui stratifikasi ke dalam pengelompokkan dari faktor-faktor: manusia,
mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran atau
stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses.
3) Penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab utama (tulang besar)
dituliskan dan dinyatakan sebagai “tulang berukuran sedang”.
4) Penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab sekunder (tulang berukuran
sedang) ditulis dan dinyatakan sebagai “tulang berukuran kecil”.
5) Faktor penting yang mempunyai pengaruh nyata terhadap karakteristik
kualitas ditentukan dan diberi tanda.
Why-why Analysis
Why-why analysis merupakan metode yang digunakan untuk mengontrol
kualitas dengan cara mencari akar penyebab masalah. Akar penyebab masalah yang
diperoleh dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi
maupun yang akan datang. Why-why analysis umumnya dihubungkan dengan format
4W1H untuk mencari akar penyebab permasalahan, yaitu when, why, what, where
dan how (Kohara, 2011).
Metode why-why analysis mengharuskan bertanya penyebab dimulainya
permasalahan secara berurutan hingga ditemukannya akar penyebab masalah.
Kesimpulan yang salah sering terjadi dikarenakan sebuah pertanyaan “mengapa”
dapat dijawab dengan jawaban ganda. Why-why analysis umumnya digunakan untuk
mengidentifikasi kegagalan peralatan dan insiden keselamatan kerja. Langkah-
13
langkah penggunaan metode why-why analysis adalah dengan bertanya “mengapa”
hal itu terjadi, kemudian jawaban pertanyaan tersebut dijadikan pertanyaan
“mengapa” yang kedua, jawaban pertanyaan kedua dijadikan pertanyaan “mengapa”
yang ketiga dan seterusnya hingga ditemukan akar permasalahan yang paling
mendasar (Sondalini, 2004).