bab ii tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IIMANAJEMEN PROYEK DAN PENGAWASAN KONSTRUKSI
A. Manajemen Proyek
Dalam pelaksanaan proyek terdapat beberapa pihak yang terlibat
di dalamnya. Pihak – pihak tersebut antara lain :
1. Penyelenggara pembangunan bangunan gedung yang
terdiri atas :
a. Pemegang mata anggaran (PMA), yakni instansi yang
menyelenggarakan pembangunan bangunan gedung yang
bertanggung jawab untuk menyusun program dan kebutuhan
biaya pembangunan yang diperlukan, melaksanakan
pembangunan, mengendalikan pembangunan, memanfaatkan
dan memelihara serta merawat bangunan yang telah selesai.
b. Pembina teknis
Sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah N0. 25 tahun
2000, tentang kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah
propinsi sebagai daerah otonom, pembina teknis penyelenggara
pembangunan bangunan gedung adalah menteri yang
membidangi bidang permukiman yaitu menteri permukiman dan
prasarana wilayah yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung.
2. Organisasi dan tata laksana yang terdiri atas :
a. Pengelola proyek yang terdiri atas :
1) Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek, yaitu
pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan pemegang mata
anggaran yang berfungsi menyelenggarakan kegiatan
proyek pembangunan bangunan dan bertanggung jawab
5
![Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/2.jpg)
secara fisik maupun keuangan kepada pemimpin pemegang
mata anggaran yang menetapkannya.
2) Pengelola keuangan proyek yaitu bendahara
proyek atau bagian proyek yang ditetapkan oleh pimpinan
pemegang mata anggaran yang berfungsi membantu
pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dalam
melaksanakan pengelolaan keuangan proyek dan
bertanggung jawab secara operasional kepada pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek.
3) Pengelola administrasi proyek/staf proyek, yaitu
staf proyek/staf bagian proyek yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek yang sesuai
ketentuan dan terdiri atas beberapa staf. Pengelola
administarasi ini berfungsi membantu pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek dalam melaksanakan
pengelolaan administrasi proyek dan bertanggung jawab
secara operasional kepada pemimpin proyek/pemimpin
bagian proyek.
4) Pengelola teknis proyek, yakni tenaga bantuan
dari instansi teknis setempat yang berfungsi membantu
pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dalam mengelola
kegiatan teknis proyek/bagian proyek selama pembangunan
bangunan gedung pada setiap tahap baik di tingkat program
maupun di tingkat operasional.
b. Penyedia jasa konstruksi yang terdiri atas :
1) Penyedia jasa manajemen konstruksi yang
selanjutnya disebut konsultan manajemen konstruksi, yaitu
perusahaan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
untuk pelaksanaan tugas konsultasi dalam bidang
manajemen konstruksi dan bertanggung jawab secara
6
![Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/3.jpg)
kontraktual kepada pemimpin proyek/pemimpin bagian
proyek.
Dalam konsultan manajemen terdapat tim yang
bekerja, yaitu sebagai berikut :
a) Penanggung jawab proyek,
b) Penanggung jawab lapangan,
c) Tenaga ahli penyusunan dan pengendalian program,
d) Tenaga ahli estimasi biaya & mechanical electrical;,
e) Pengawas lapangan.
Kriteria khusus menggunakan konsultan manajemen adalah
sebagai berikut :
a) Untuk bangunan 4 lantai keatas.
b) Bangunan dengan luas total di atas 5000 m2.
c) Bangunan khusus (seperti instalasi militer, dsb).
d) Proyek bangunan yang melibatkan leih dari 1 konsultan
perencana.
e) Proyek bangunan yang dikerjakan secara bertahap atau
berkelanjutan.
Peran konsultan manajemen konstruksi adalah
sebagai berikut :
a) Bertugas sejak awal perencanaan sampai serah terima
pekerjaan fisik (tahap II).
b) Berfungsi melaksanakan pengendalian.
c) Melaksanakan secara kotraktual dengan pimpinan
proyek (pemberi tugas).
d) Konsultan manajemen tidak dapat merangkap sebagai
konsultan perencana pada pekerjaan tertentu.
2) Penyedia jasa perencana konstruksi yang
selanjutnya disebut konsultan perencana konstruksi, yaitu
7
![Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/4.jpg)
perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang jasa
perencanaan teknis bangunan gedung beserta
kelengkapannya dan bertanggung jawab secara kontraktual
kepada pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek.
3) Penyedia jasa pengawas konstruksi yang
selanjutnya disebut konsultan pengawas konstruksi, yaitu
perusahaan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
untuk melaksanakan tugas – tugas konsultasi dalam bidang
jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dan bertanggung
jawab secara kontraktual kepada pemimpin proyek/bagian
proyek.
4) Penyedia jasa pelaksana konstruksi yang
selanjutnya disebut pemborong, adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan
tugas konstruksi fisik pembangunan gedung dan
bertanggung jawab secara kontraktual kepada pemimpin
proyek/bagian proyek.
Pihak–pihak yang telah dijelaskan di atas merupakan pihak–pihak
yang akan melalui tahapan-tahapan yang terdapat dalam sebuah proyek.
Tahapan–tahapan yang akan dilalui dalam sebuah proyek antara lain :
1. Tahap persiapan
a. Penyusunan program dan pembiayaan
Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan adalah
merupakan tahap awal proses penyelenggaraan pembangunan
bangunan gedung yang merupakan kegiatan menentukan
program kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan yang
diperlukan sesuai dengan fungsi dan tugas pekerjaan dari
instansi yang bersangkutan serta penyusunan kebutuhan biaya
pembangunannya. Penyusunan program kebutuhan dan
8
![Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/5.jpg)
pelaksanaan pembangunan bangunan gedung dilakukan
dengan :
1) Menentukan kebutuhan luas ruang bangunan
yang akan dibangun antara lain ruang kerja, ruang sirkulasi,
ruang penyimpanan, ruang mekanikal / elektrikal, ruang
pertemuan dan ruang – ruang lainnya yang disusun sesuai
kebutuhan dan fungsi bangunan gedung.
2) Menetukan kebutuhan prasarana dan sarana
bangunan gedung antara lain kebutuhan parkir, sarana
penyelamatan, utilitas bangunan, sarana transportasi, jalan
masuk dan keluar, aksesibilitas bagi penyandang cacat,
drainase dan pembuangan limbah serta prasarana dan
sarana lainnya sesuai dengan kebutuhan dan fungsi
bangunan gedung.
3) Menentukan kebutuhan lahan bangunan
4) Menyusun jadwal pelaksanaan
pembangunan.
Berdasarkan program kebutuhan yang telah ditetapkan,
selanjutnya disusun kebutuhan pembiayaan pembangunan
bangunan gedung yang bersangkutan yang terdiri atas :
1) Biaya pelaksanaan konstruksi fisik
2) Biaya perencanaan konstruksi
3) Biaya manajemen konstruksi atau
pengawasan konstruksi
4) Biaya pengelolaan proyek
b. Persiapan proyek
Tahap persiapan proyek merupakan kegiatan persiapan setelah
program dan pembiayaan yang diajukan telah disetujui atau DIP
telah diterima oleh pemimpin proyek. Tahap persiapan proyek
dilakukan oleh pemegang mata anggaran yang pelaksanaannya
9
![Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/6.jpg)
dilakukan oleh pemimpin proyek berdasarkan program dan
pembiayaan yang telah disusun sebelumnya.
2. Tahap perencanaan konstruksi
Tahap perencanaan konstruksi merupakan tahap
penyusunan rencana teknis (design) bangunan, termasuk yang
penyusunannya dilakukan dengan menggunakan design berulang
atau dengan design prototipe sampai dengan penyiapan dokumen
lelang. Penyusunan rencana teknis bangunan dilakukan dengan
menggunakan penyedia jasa perencana konstruksi baik
perorangan ahli maupun badan hukum yang berkompoten sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Rencana teknis disusun
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh
pengelola proyek dan ketentuan teknis (pedoman dan standar
teknis) yang berlaku.
Dokumen rencana teknis bangunan secara umum meliputi :
a. Gambar–gambar rencana teknis bangunan seperti
rencana arsitektur, rencana struktur dan rencana utilitas
bangunan.
b. Rencana kerja dan syarat–syarat (RKS) yang meliputi
persyaratan umum, administrasi dan persyaratan teknis
bangunan yang direncanakan.
c. Rencana anggaran biaya pembangunan.
d. Laporan akhir perencanaan yang meliputi :
1) Laporan arsitektur
2) Laporan perhitungan struktur
3) Laporan perhitungan Mechanical Electrical
10
![Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/7.jpg)
e. Keluaran akhir tahap perencanaan adalah dokumen
pelelangan yaitu gambar rencana teknis, rencana kerja dan
syarat – syarat (RKS), rencana anggaran biaya (Engineering
Estimate) dan daftar volume (Bill of Quantity) yang siap untuk
dilelangkan
f. Penyusunan kontrak kerja perencanaan konstruksi
dan berita acara kemajuan kemajuan pekerjaan/serah terima
pekerjaan perencanaan disusun dengan mengikuti ketentuan
yang tercantum dalam Keppres tentang pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara dan pedoman/petunjuk teknis
pelaksanaannya.
3. Tahap pelaksanaan konstruksi
Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan
mendirikan, memperbaiki dan atau memperluas bangunan gedung
dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa pelaksana
konstruksi yang merupakan badan hukum yang berkompeten.
Pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan berdasarkan dokumen
pelelangan yang telah disusun oleh perencana konstruksi dengan
segala tambahan dan perubahannya pada penjelasan pekerjaan
waktu pelelangan serta ketentuan teknis (pedoman dan standar
teknis) yang berlaku.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik harus
memperhatikan kualitas masukan (bahan, tenaga dan alat), kualitas
proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan) dan kualitas hasil
pekerjaan. Kecuali terjadi perubahan pekerjaan yang disepakati
dan dicantumkan dalam berita acara ketidaksesuaian hasil
pekerjaan dengan rencana teknis yang telah ditetapkan harus
dibongkar atau disesuaikan. Pelaksanaan konstruksi fisik harus
mendapatkan pengawasan dari jasa pengawas konstruksi atau
11
![Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/8.jpg)
penyedia jasa manajemen konstruksi. Pelaksana pekerjaan
konstruksi juga harus memperhatikan ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang berlaku. Keluaran akhir yang harus
dihasilkan pada tahap ini adalah :
a. Bangunan gedung yang sesuai dengan dokumen
untuk pelaksanaan konstruksi
b. Dokumen pelaksanaan pembangunan yang meliputi :
1) Gambar–gambar yang sesuai dengan
pelaksanaan (as build drawings)
2) Semua berkas perizinan yang diperoleh pada
saat pelaksanaan konstruksi fisik, termasuk surat izin
mendirikan bangunan (IMB)
3) Kontrak pekerjaan pelaksanaan konstruksi
fisik, pekerjaan pengawasan beserta segala
perubahannya/addendumnya.
4) Laporan harian, mingguan, bulanan yang
dibuat selama pelaksanaan konstruksi fisik.
5) Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan
tambah/kurang. Serah terima I dan II, pemeriksaan
pekerjaan dan berita acara lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan konstruksi fisik.
6) Foto–foto dokumentasi yang diambil pada
setiap tahapan kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
7) Manual pemeliharaan dan perawatan
gedung, termasuk petunjuk yang menyangkut
pengoperasian dan perawatan peralatan dan perlengkapan
mekanikal–elektrikal bangunan.
c. Dokumen pendaftaran bangunan.
4. Tahap pemeliharaan konstruksi
12
![Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/9.jpg)
Tahap pemeliharaan konstruksi merupakan tahap uji coba dan pemeriksaan atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan penyedia jasa pelaksana konstruksi berkewajiban memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa konstruksi. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalam dan di luar gedung harus diuji coba sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan yang menyebabkan peralatan tidak berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi dengan sempurna. Masa pemeliharaan konstruksi apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja pelaksanaan konstruksi, untuk bangunan sederhana minimal selama 2 (dua) bulan, sedangkan untuk bangunan tidak sederhana dan khusus minimal selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan konstruksi.
5. Tahap pendaftaran bangunan gedung
B. Pengawasan Konstruksi
Kegiatan pengawasan konstruksi selain dilakukan oleh konsultan
pengawas juga dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi pada
proyek–proyek yang menggunakan jasa konsultan tersebut. Penyedia jasa
pengawas konstruksi yang selanjutnya disebut konsultan pengawas
konstruksi adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan untuk melaksanakan tugas–tugas konsultasi dalam bidang jasa
pengawasan pekerjaan konstruksi. Konsultan pengawas konstruksi
berfungsi melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi. Konsultan
ini mulai bertugas sejak ditetapkan berdasarkan surat perintah kerja
pengawasan sampai dengan penyerahan kedua pekerjaan oleh
pemborong. Konsultan pengawas bertanggung jawab secara kontraktual
kepada pemimpin proyek atau bagian proyek.
C. Manajemen Material Konstruksi
Pelaksanaan setiap proyek rekayasa mencakup pengadaan dan
pemrosesan bahan-bahan yang akan menjadi bagian dari bangunan
(misalnya tiang pancang, beton pracetak, baja bertulang, dll). Di samping
13
![Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/10.jpg)
bahan-bahan yang menjadi bagian dari bangunan diperlukan juga
pengadaan dan penggunaan sejumlah besar bahan-bahan yang tidak
akan menjadi bagian dari bangunan, tetapi digunakan dalam pelaksanaan
bangunan (misalnya bahan bakar, bahan untuk perancah, suku cadang
alat-alat konstruksi, dll).
Kegagalan menggunakan dan menjaga sistem manajemen yang
sesuai untuk material konstruksi akan berakibat buruk bagi kemajuan dan
segi finansial pelaksanaan pekerjaan yang antara lain mencakup:
Tidak tersedianya bahan pada saat diperlukan.
Material yang akan dignakan rusak.
Material yang tersedia tidak memenuhi persyaratan sesuai
dengan spesifikasi.
Bahan konstruksi dalam sebuah proyek dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu bahan yangkelak akan menjadi bagian tetap dari struktur
(bahan permanen) dan bahan yang dibutuhkan kontraktor dalam
membangun proyek. Tetapi, tidak akan menjadi bagian tetap dari
struktur (bahan sementara).
a. Bahan Permanen
Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan kontraktor untuk
membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap sebagai elemen
bangunan. Jenis bangunan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam
dokumen kontrak (gambar kerja dan spesifikasi). Rincian bahan
permanen mencakup antara lain :
Spesifikasi untuk bahan yang digunakan.
Kwantitas bahan yang digunakan.
Uji coba yang harus dilakukan terhadap setiap bahan yang
diperlukan sebelum bahan diterima.
14
![Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/11.jpg)
Dengan menggunakan rincian yang tercantum dalam
dokumen kontrak, kontraktor harus menetukan pemasok bahan
yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok bahan permanen :
Pemberi tugas yang mungkin memasok bahan tertentu untuk
digunakan oleh kontraktor.
Subkontraktor yang mungkin akan diminta oleh kontraktor
utama untuk memasok bahan permanen berdasarkan kontrak
terpisah.
Kontraktor sendiri yang mengadakan bahan permanen.
b. Bahan Sementara
Bahan yang dibutuhkan kontraktor dalam membangun proyek
tetapi tidak akan menjadi bagian dari bangunan setelah digunakan
(bahan ini akan disingkirkan). Jenis bahan ini tidak tercantum
dalam dokumen kontrak, sehingga kotraktor bebas menentukan
sendiri bahan yang dibutuhkan beserta pemasoknya.dalam kontrak,
kontraktor tidak akan mendapat bayaran secara eksplisit untuk
jenis bahan ini. Sehingga, pelaksana harus memasukkan biaya
bahan ke dalam biaya pelaksanaan berbagai pekerjaan yang
termasuk dalam kontrak.
D. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Proyek
Mengawali kegiatan pelaksanaan adalah perencanaan serta waktu
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Kegiatan selanjutnya adalah
pengawasan dan pengendalian terhadap rencana yang telah disusun
yang dilakukan terus menerus sampai pelaksanaan proyek selesai.
Untuk mencapai hasil yang baik sangat tergantung pada metode
pengelolaan dan pengendaliannya. Bagian terbesar dalam pengelolaan
proyek yang merupakan fungsi dari manajemen proyek adalah
pengawasan dan pengendalian.
15
![Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/12.jpg)
1. Tujuan pengawasan
Dari segi pengertian, tujuan pengawasan adalah :
a) Mengusahakan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam pelaksanaan dari syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
persyaratan teknis pelaksanaan (bestek).
b) Mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
c) Mengadakan suatu evaluasi dari hasil, pekerjaan yang telah
dilaksanakan sebelumnya untuk peningkatan pekerjaan
selanjutnya.
Sedangkan pengendalian proyek pada dasarnya mempunyai
tujuan yang sama dengan pengawasan yaitu untuk mencapai tujuan
yang optimum dari pelaksanaan suatu kegiatan yang ditempuh dengan
jalan memperkecil terjadinya penyimpangan baik dalam hal kualitas
maupun teknis pelaksanaan.
2. Lingkup Pengawasan
Ruang Lingkup pengawasan terhadap suatu proyek meliputi
berbagai aspek yang berbeda-beda, pandangan lingkup pengawasan
dibagi atas :
a) Lingkup kedudukan badan pengawasan
- Pengawasan Kedalam (Intern Audit)
- Pengawasan Keluar (Extern Audit)
b) Lingkup bentuk pengawasan
- Pengawasan Preventif (Pencegahan)
- Pengawasan Respresif (Penggantian)
c) Lingkup waktu pengawasan
- Pengawasan Rutin (Harian)
- Pengawasan Berkala
16
![Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/13.jpg)
d) Lingkup pengawasan
- Pengawasan Administrasi
- Pengawasan Waktu Pelaksanaan
- Pengawasan Cara Pelaksanaan
e) Lingkup tahap pelaksanaan proyek
- Pengawasan sebelum pelaksanaan konstruksi
- Pengawasan setelah penandatanganan kontrak pelaksanaan
dan tahap pelaksanaan.
Organisasi penyedia jasa pengawas konstruksi disesuaikan
dengan lingkup dan kompleksitas pekerjaan yang dikerjakan, seperti :
Penanggung jawab proyek
Penanggung jawab lapangan
Pengawas pekerjaan arsitektur
Pengawas pekerjaan struktur
Pengawas pekerjaan jaringan utilitas ( M & E )
Konsultan pengawas konstruksi digunakan untuk seluruh jenis
proyek pembangunan gedung, kecuali untuk proyek–proyek yang
harus menggunakan jasa konsultan manajemen konstruksi. Pemilihan
atau penunjukan konsultan pengawas konstruksi harus berdasarkan
ketentuan yang tercantum dalam kepres RI tentang pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara serta pedoman atau
petunjuk teknis pelaksanaannya. Konsultan pengawas konstruksi
dapat dirangkap oleh konsultan perencana konstruksi pekerjaan yang
bersangkutan untuk pekerjaan dengan klasifikasi konsultan kelas kecil.
Biaya untuk konsultan ini dibebankan pada biaya untuk komponen
kegiatan pengawasan konstruksi proyek yang bersangkutan. Kegiatan
pengawasan konstruksi terdiri atas :
17
![Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/14.jpg)
a) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan
di lapangan
b) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode
pelaksanaan serta mengawasi ketepatan waktu dan biaya
pekerjaan konstruksi.
c) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi
kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume / realisasi fisik.
d) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi
e) Menyelenggarakan rapat–rapat lapangan secara berkala,
membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan
dengan masukan hasil–hasil rapat lapangan, laporan harian,
mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh
pemborong.
f) Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan
untuk pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan dan serah
terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.
g) Meneliti gambar–gambar untuk pelaksanaan (shop
drawings) yang diajukan oleh kontraktor.
h) Meneliti gambar–gambar yang sesuai dengan pelaksanaan
di lapangan (as build drawings) sebelum serah terima I.
i) Menyusun daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima I,
dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.
j) Bersama dengan konsultan perencana menyusun petunjuk
pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.
k) Membantu pengelola proyek dalam menyusun dokumen
pendaftaran.
18
![Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/15.jpg)
Membantu pengelola proyek mengurus sampai mendapatkan
IPB (izin penggunaan bangunan) dari pemerintah daerah
kabupaten/kota setempat.
3. Sistem Pengendalian Proyek
Sistem pengendalian Proyek Pembangunan Rumah Toko
(Ruko) di Kota Kendari adalah cara yang layak ditempuh dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan memperhatikan seluruh
faktor-faktor yang akan menghambat jalannya pekerjaan sehingga
proses pengendalian proyek secara langsung mendukung tercapainya
tujuan dan maksud dari pada keberadaan proyek tersebut.
Untuk dapat mengendalikan proyek maka faktor tersebut di atas
dapat didasarkan pada sasaran sebagai Pengendalian mutu volume
pekerjaan.
Volume pekerjaan dan mutu pekerjaan yang harus dilaksanakan
yang telah tercantum di dalam pelaksanaan, hal-hal tersebut perlu
dikendalikan agar tidak menyebabkan kegagalan dari suatu pekerjaan.
Pengendalian dan mutu volume pekerjaan sangatlah penting untuk
mendapatkan suatu hasil yang maksimal.
Kelalaian dan penyimpangan pelaksanaan di lapangan akan
menyebabkan diulanginya pekerjaaan sehingga waktu penyelesaian
akan mengalami keterlambatan, oleh karena itu pihak pelaksana dan
pengawas harus menciptakan suatu sistem kerja yang baik demi untuk
tercapainya hasil yang baik. Pengendalian mutu meliputi material dan
hasil pekerjaan.
1. Pengendalian waktu
Untuk mengendalikan waktu yang sangat penting ini, pihak
pelaksana telah membuat jadwal kegiatan agar target waktu
pelaksanaan dapat tercapai. Namun, dalam pelaksanaannya di 19
![Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/16.jpg)
lapangan, terdapat hambatan dalam faktor cuaca. Apalagi dalam
proses pelaksanaan proyek tersebut bertepatan dengan musim hujan.
Sehingga target waktu yang telah direncanakan tidak dapat dipenuhi
dengan tepat.
2. Pengendalian biaya
Biaya erat kaitannya dengan volume dan waktu. Dalam
penyusunan rencana kerja perlu diperhatikan grafik hubungan antara
waktu dan biaya. Waktu yang terlalu lama akan menggunakan biaya
yang banyak, sebab pengeluaran untuk upah tenaga kerja akan
meningkat dengan bertambahnya waktu kerja, untuk itu dipilih waktu
yang optimum dengan biaya rendah.
3. Pengendalian tenaga kerja
Proyek Pembangunan Rumah Toko (Ruko) Kota Kendari.
Proyek ini dilaksanakan langsung oleh pelaksana, dalam hal ini CV.
BIMANTARA, dengan menggunakan tenaga kerja lokal baik itu
Mandor, kepala tukang, maupun Buruh untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Pengendalian dilaksanakan
dengan jalan perhari kerja, dengan pembayaran upah dilakukan setiap
minggu oleh pelaksana. Adapun jumlah jam kerja setiap harinya
adalah 16 jam (kerja lembur). Jumlah kebutuhan dan upah kerja
disesuaikan dengan kualitas kerjanya. Pengecekan tenaga kerja dan
jam kerja langsung dilakukan oleh pelaksana untuk menghindari
tenaga yang menganggur.
Pihak pelaksana mengharapakan agar seluruh tenaga kerja
yang terlibat dalam kegiatan proyek ini mengerjakan tugas dan
kewajiban sesuai dengan profesi/keahlian dan kemampuan mereka.
Tukang batu mengerjakan batu seperti pondasi. Tukang besi
20
![Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/17.jpg)
mengerjakan perakitan tulangan kolom, balok dan sloof. Sampai
pekerjaan lain-lainnya.
4. Pengendalian peralatan
Pengoperasian peralatan utama, secara langsung sangat
mempengaruhi pelaksanaan proyek, untuk mencapai pemanfataan
peralatan yang tepat sehingga penggunaan peralatan benar-benar
tepat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
E. Hubungan Pemberi Tugas (Pemilik) dengan Perencana dan Pelaksana.
1. Pemberi tugas dengan konsultan perencana
Dalam hubungan ini pemberi tugas memberikan wewenang kepada
konsultan perencana untuk merencanakan bangunan yang dimaksud
serta biaya yang dibutuhkan dengan terkait kepada peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak.
Dalam proyek tersebut, pemilik mengadakan lelang atau yang lebih
sering disebut “TENDER”. Yaitu memilih sebuah badan perencana
pemenang tender untuk mengerjakan Proyek Pembangunan Rumah Toko
(Ruko) Kota Kendari.
2. Pemberi Tugas dengan pelaksana / kontraktor
Pemberi tugas menyerahkan atau menawarkan gambar rencana
bangunan kepada kontraktor untuk dikerjakan dan menyediakan dana
seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta
membuat kontrak perjanjian. Pemberi tugas harus menyediakan segala
sesuatu yang diperlukan oleh kontraktor agar kontraktor dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta dapat selesai sesuai
21
![Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100517/5572136c497959fc0b9244ea/html5/thumbnails/18.jpg)
waktunya. Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.
22