bab ii tinjauan pustaka

8
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas mammalia (menyusui anak), ordo Perissodactyla yakni (tidak memamah biak) dan famili Equidae serta spesies Equus cabalus (kuda rekreasi) (Blakely dan Bade, 1994). Bowling dan Ruvinsky (2000) menjelaskan bahwa kuda berkaitan dengan lokasi geografis tempat dikembangbiakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik. Komunitas atau lembaga tertentu melakukan pencatatan keturunan dan buku silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri fenotipik. Tabel 1 menyajikan kegunaan, jenis, tinggi, bobot badan dan habitat asli kuda tarik di dunia berdasarkan Ensminger (1977). Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik Kegunaan Jenis Tinggi Bobot Badan Habitat Asli --(m)-- ---(kg)--- Kuda Tipe berat Kuda Cleveland Bay 1,451,65 450650 Inggris Kuda Frech Coach 1,451,65 450650 Prancis Kuda Jerman Coach 1,451,65 450650 Jerman Kuda Hackney 1,451,65 450650 Inggris Kuda Yorkshire Coach 1,451,65 450650 Inggris Kuda Transportasi Kuda Morgan 1,451,55 450600 Amerika Serikat Kuda Standardbreed 1,451,55 450600 Amerika Serikat Kuda Poni untuk menarik Kuda Hackney 0,901,45 250450 Inggris Kuda Shetland 0,901,45 250450 Inggris Kuda Ewish 0,901,45 250450 Inggris Sumber: Ensminger (1977) Parakkasi (2006) menjelaskan bahwa kuda berkaitan erat dengan manusia yang secara ekonomis berperanan dalam transportasi (kuda delman, kuda tunggang) dan

Upload: gede-ariana

Post on 09-Aug-2015

207 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

gjkkgkghk

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas

mammalia (menyusui anak), ordo Perissodactyla yakni (tidak memamah biak) dan

famili Equidae serta spesies Equus cabalus (kuda rekreasi) (Blakely dan Bade, 1994).

Bowling dan Ruvinsky (2000) menjelaskan bahwa kuda berkaitan dengan lokasi

geografis tempat dikembangbiakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara

spesifik. Komunitas atau lembaga tertentu melakukan pencatatan keturunan dan buku

silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri fenotipik. Tabel 1

menyajikan kegunaan, jenis, tinggi, bobot badan dan habitat asli kuda tarik di dunia

berdasarkan Ensminger (1977).

Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik

Kegunaan Jenis Tinggi Bobot

Badan Habitat Asli

--(m)-- ---(kg)---

Kuda Tipe berat Kuda Cleveland Bay 1,45–1,65 450–650 Inggris

Kuda Frech Coach 1,45–1,65 450–650 Prancis

Kuda Jerman Coach 1,45–1,65 450–650 Jerman

Kuda Hackney 1,45–1,65 450–650 Inggris

Kuda Yorkshire Coach 1,45–1,65 450–650 Inggris

Kuda

Transportasi Kuda Morgan 1,45–1,55 450–600

Amerika

Serikat

Kuda Standardbreed 1,45–1,55 450–600 Amerika

Serikat

Kuda Poni

untuk menarik Kuda Hackney 0,90–1,45 250–450 Inggris

Kuda Shetland 0,90–1,45 250–450 Inggris

Kuda Ewish 0,90–1,45 250–450 Inggris

Sumber: Ensminger (1977)

Parakkasi (2006) menjelaskan bahwa kuda berkaitan erat dengan manusia yang

secara ekonomis berperanan dalam transportasi (kuda delman, kuda tunggang) dan

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka

3

pengangkut beban dan bahkan di beberapa tempat digunakan sebagai sumber protein

hewani (penghasil daging dan susu). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kuda dapat

dimanfaatkan sebagai kuda perang, kuda pacu, kuda rekreasi dan dijadikan sebagai

simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Menurut Edwards (1994) kuda

dibedakan menjadi kuda berdarah panas (hot blood) dan kuda berdarah dingin (cold

blood). Kuda hot blood diidentifikasikan sebagai kuda tipe ringan yang memiliki sifat

agresif seperti kuda Arab, sedangkan kuda cold blood diidentifikasikan sebagai kuda

tipe berat yang sering digunakan untuk menarik beban.

Kuda Lokal Indonesia

Indonesia mempunyai beberapa jenis kelompok populasi kuda yang berasal

dari kuda jenis Thoroughbred yang digunakan sebagai kuda pacuan atau disilangkan

dengan kuda lokal. Edward (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia

digolongkan ke dalam kuda poni karena memiliki tinggi badan berkisar antara 1,15-

1,35 m. Iklim tropis mempengaruhi fenotipik kuda lokal Indonesia. Dijelaskan lebih

lanjut bahwa kuda lokal Indonesia menyebar di beberapa daerah dengan jenis dan

karakteristik yang bervariasi, seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Ensminger (1977) menjelaskan kuda diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan,

tipe berat dan kuda poni berdasarkan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe

ringan memiliki tinggi 1,45-1,75 m pada saat berdiri dan bobot badan 450-700 kg.

Tipe kuda ini sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik dan kuda pacu.

Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan dengan kuda

tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m pada saat berdiri dan bobot

badan lebih dari 700 kg yang biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni

memiliki tinggi kurang dari 1,45 m pada saat berdiri dan bobot badan 250-450 kg.

Kuda Sulawesi

Rahman (2011) menjelaskan kuda Sulawesi atau sering disebut kuda Makasar

terdiri atas beberapa jenis kuda seperti kuda Makasar, kuda Bone dan kuda Bugis. Ciri-

ciri kuda Sulawesi ialah memiliki tinggi yang dapat mencapai 1,15 m; berbentuk

bagus, berkepala kecil sehingga dapat dikatakan termasuk kuda dengan performa baik,

memiliki dahi lebar, rahang terkadang besar, tengkuk pendek, leher agak pendek,

punggung pendek dan kencang. kemudi kencang dan kuat, kaki berurat baik, sifat

cukup baik, langkah teratur, daya tahan besar dan tergolong kuda sederhana.

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka

4

Tabel 2. Jenis dan Karakteristik Kuda Lokal Indonesia

Jenis kuda Tinggi Karakteristik

-----(m)-----

Kuda

Sumba

1,27 Bentuk kepala lebih besar dibandingkan ukuran tubuh,

leher pendek, sifat jinak dan cerdas, konformasi badan

kurang sempurna, tetapi bagian punggung kuat.

Kuda

Timor

1,22 Bentuk tubuh lurus, leher pendek, punggung lurus, bahu,

tengkuk dan ekor tinggi.

Kuda

Sandel

1,35 Ukuran tubuh kecil, kepala kecil dan bagus serta mata

bagus, bulu lembut dan berkilau, kecepatan lari tinggi

dan sangat aktif, kuku kaki kuat dan keras.

Kuda

Batak

1,32 Ekor dan tengkuk berambut bagus dengan posisi ekor

cukup tinggi sehingga baik dalam pergerakan, kaki

belakang ramping, rump tinggi, punggung panjang dan

sempit, kepala bagus, muka lurus,leher lemah dan

pendek serta kurang berkembang.

Kuda

Jawa

1,27 Stamina tubuh baik dan tahan terhadap panas, sifat

jinak, kaki dan persendian tidak berkembang baik

sehingga mempengaruhi kekuatan.

Kuda

Sulawesi 1,25

Daya tahan tubuh kuat, kaki tegap dan kuat, dan

bertempramen stabil.

Sumber : Edward (1994)

Kuda Sandel

Equine Kingdom (2007) mendefinisikan kuda Sandel atau Sandalwood sebagai

kuda keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki persentase darah kuda Arab

yang cukup tinggi. Kuda Sandel merupakan kuda yang serbaguna karena dapat

digunakan sebagai kuda tunggang, pembawa barang dan pekerja. Kuda ini sangat

cepat dan gesit, sehingga sering digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana pada jarak

tempuh lebih dari tiga km. Kuda Sandel mewariskan darah kuda poni berkualitas yang

telah banyak diekspor untuk berbagai kebutuhan. Kuda Sandel berstamina dan berdaya

tahan besar, tenang dan sangat mudah dikendalikan.

Proporsi tubuh kuda Sandel bagus dengan kepala kecil, telinga tegak dan mata

cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki bentuk tubuh lebar, pendek berotot, dada

dalam dan panjang, punggung lurus dan croup menonjol. Tinggi kuda Sandel berkisar

antara 122-132 cm. Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu lincah dan

memiliki daya tahan kuat. Kuda Sandel berwarna coklat, coklat tua kemerah-merahan

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka

5

dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah hitam; atau warna bopong (punggung

sampai ekor bergaris hitam). Bentuk kepala kuda Sandel agak besar dengan leher lebar

dan pendek, sedangkan rambut kepala kasar dan berdiri. Kuda ini memiliki berkaki

langsing dan berbulu di bagian persendian (Equine Kingdom, 2007).

Thoroughbred

Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga Raja Inggris sebelum

diekspor ke Amerika. Kuda ini digunakan sebagai kuda pacu dan kuda olahraga. Kuda

Thoroughbred adalah kuda yang digunakan sejak 1700-an yang berasal dari

persilangan antara kuda jantan impor dari daerah timur tengah (Arab dan Turki)

dengan kuda betina Inggris yang menghasilkan keturunan untuk kuda pacu (Bowling

dan Ruvinsky, 2000). Kuda Thoroughbred memiliki kondisi fisik yang memenuhi

syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan pintar, leher panjang, badan

panjang, kaki langsing dan panjang, tulang ramping dan panjang yang seimbang serta

warna bulu halus dan terang (Kidd, 1995). Menurut Edward (1994) ciri-ciri khusus

kuda Thoroughbred adalah tinggi badan 176-178 cm, bentuk kepala dan rahang bagus,

perpaduan antara kepala dan leher bagus dan simetris dengan posisi pundak.

Kuda sebagai Alat Transportasi

Peranan kuda tidak hanya sebagai alat transportasi, rekreasi, dan olahraga tetapi

sudah mulai bergeser menjadi sumber makanan (Astari, 2011). Fungsi kuda sebagai

alat transportasi sehari-hari di kota Bogor menurut Angga (2009) sudah banyak

mengalami penurunan, karena ketersediaan alat-alat transportasi berteknologi tinggi

seperti mobil dan angkutan umum lain. Meskipun demikian, di beberapa tempat di

Indonesia kuda masih banyak digunakan sebagai alat transportasi. Variasi alat

transportasi yang menggunakan kuda adalah kereta perang, kereta kencana dan kereta

kuda atau delman (Angga, 2009).

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka

6

Morfometrik Kuda

Sasimowski (1987) menjelaskan bahwa kepala kuda merupakan bagian tubuh

yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan spesies, bangsa dan jenis

kelamin, habitat hidup dan kondisi kesehatan. Kuda yang hidup di daerah pegunungan

dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek dengan dahi lebih lebar dan

kepala serta moncong pendek dibandingkan kuda di daerah dataran rendah. Menurut

Dyce et al. (2002) proporsi ukuran (size) kuda yang baik adalah sebesar 10%-11%

untuk kepala dan 89%-90% untuk tubuh yang meliputi badan dan leher. Menurut

Bowling dan Ruvinski (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh kuda sudah

dilakukan berdasarkan sifat dan penilaian performa kuda. Ukuran tubuh kuda

digunakan untuk menentukan tipe kuda dengan kemampuan pacu yang cepat. Ukuran

tubuh, langkah kaki, kualitas kuku, gerak (jarak langkah, elastisitas dan keteraturan)

dan struktur gigi merupakan penciri konformasi tubuh kuda. Tinggi pundak, tinggi

panggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon merupakan ukuran-ukuran

tubuh kuda pula. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap performa

(ukuran tubuh) ternak kuda. Harahap (2011) menjelaskan ukuran kuda delman betina

lebih besar dibandingkan dengan kuda delman jantan.

Menurut Frandson (1992) tulang berfungsi sebagai penyokong dan tempat otot

melekat. Dijelaskan bahwa semakin besar tulang penyusun kerangka maka ukuran

tubuh semakin besar atau tubuh semakin berat. Ukuran kepala amat berkorelasi dengan

ukuran tubuh. Jika bobot kepala terlalu berat untuk leher maka akan membebani kaki

dan mengganggu keseimbangan (Edward,1994). Suherman (2007) menyatakan bahwa

penciri tubuh seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak dan tinggi pinggul,

sedangkan untuk bentuk tubuh seekor kuda hanya panjang badan.

Ukuran Tubuh dan Bobot Badan

Ukuran–ukuran tubuh dapat digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari

jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antara wilayah atau negara,

sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk tubuh

hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu. Pengukuran tubuh dilakukan

berdasarkan ukuran yang umum pada ternak yaitu sifat kuantitatif untuk mengetahui

perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak maupun untuk digunakan dalam seleksi

(Mulliadi, 1996). Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh dapat menyebabkan

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka

7

peningkatan yang proporsional pada bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan

fungsi dan volume ukuran-ukuran permukaan kepala dan bagian-bagian tubuh ternak

lain yang berguna untuk menaksir bobot badan serta memberi gambaran bentuk tubuh

yang merupakan ciri khas bangsa ternak tertentu (Doho, 1994).

Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh sapi dapat ditentukan

dengan cara mengukur langsung ataupun secara visual. Ukuran tubuh sering digunakan

untuk mengevaluasi pertumbuhan. Ukuran merupakan indikator penting pertumbuhan,

tetapi tidak dapat digunakan untuk mengindentifikasikan komposisi tubuh ternak.

Penelitian-penelitian mengenai ukuran-ukuran tubuh ternak telah banyak dilakukan,

diantaranya oleh Otsuka et al. (1982) yang meneliti asal-usul dan hubungan

genealogikal pada beberapa tipe sapi asli Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal asli

Indonesia. Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara bebas.

Korelasi diantara sifat-sifat yang diukur dapat positif apabila peningkatan satu sifat

menyebabkan peningkatan sifat lain. Menurut Hanibal (2008) terdapat korelasi positif

antara skor ukuran tubuh terhadap bobot badan.

Tulang dan Otot

Sepertiga bobot tulang terdiri atas kerangka organik berupa jaringan dan sel-sel

sehingga tulang bersifat elastis dan keras. Duapertiga bobot tulang terdiri atas

komponen anorganik, terutama garam-garam kalsium dan fosfat sehingga tulang

bersifat keras dan kaku (Frandson, 1992). Frandson (1992) menjelaskan bahwa

keseluruhan kerangka mempunyai perototan yang terdiri atas urat syaraf dengan

kejangan pelan (slow twitch fiber) yang mempengaruhi kekuatan dan daya tahan otot;

urat syaraf dengan kejang menengah (intermediate twitch fiber) yang mempengaruhi

kemampuan slow dan fast twich fiber; dan urat syaraf dengan kejangan cepat (fast

twitch fiber) yang mempengaruhi kecepatan kontraksi otot.

Kepala

Leher yang memanjang ke atas sampai batas penglihatan serta membentuk

lengkung ke garis bagian atas, secara natural memberikan posisi kepala yang nyaman

(Knowles, 1994). Ekspresi wajah kuda dan gerakan kepala serta leher memberikan

kesan menarik pada saat pertama kali melihat. Kepala memiliki ukuran proporsi besar,

kepala padat dan pendek membutuhkan leher kuat untuk menopang. Panjang leher

dapat menjelaskan panjang langkah, karena sebagian besar otot leher berperan dalam

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka

8

pergerakan bahu dan kaki depan. Hal ini membuat keterbatasan pada kuda untuk

meletakkan kaki depan bila melewati garis hidung, saat kuda bergerak. Konformasi

yang baik dapat dilihat dari susunan kepala, panjang leher, punggung kuat dengan

ukuran yang tidak terlalu panjang atau pendek, daerah bagian pinggang kuat dan

seperempat bagian belakang kuat (Hamer, 1993).

Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif dikontrol banyak gen yang bersifat aditif, dominan dan

epistatik yang bersama-sama dengan pengaruh lingkungan (non-genetik),

menghasilkan ekspresi fenotipik sebagai sifat kuantitatif (Martojo, 1992, Noor 2010).

Keragaman sifat kuantitatif bersifat kontinyu berkisar diantara nilai minimum dan

maksimum serta menggambarkan suatu distribusi (Martojo, 1992). Sifat kuantitatif

pada kuda diantaranya ukuran tinggi dan bobot badan, laju pertumbuhan dan kecepatan

lari. Setiap sifat kuantitatif yang diekspresikan hewan disebut fenotipe. Fenotipe (P)

merupakan hasil keseluruhan pengaruh-pengaruh genotipe (G), Lingkungan (L) dan

interaksi antara pengaruh genotipe dan lingkungan (Martojo, 1992). Fenotipe ternak

dapat diketahui melalui ukuran tubuh (Otsuka et al., 1982; Nozawa et al., 1981). Sifat

kuantitatif adalah sifat-sifat yang dapat diukur pada seekor ternak baik untuk produksi

seperti ukuran morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan kerja dan tenaga tarik, juga

untuk reproduksi seperti lama kebuntingan, lama berahi dan produksi susu (Martojo,

1992).

Menurut Warwick et al. (1990), sifat kuantitatif dipengaruhi beberapa atau

banyak gen dan pengaruh interaksi dengan lingkungan. Gen tersebut terdapat dalam

sel-sel jaringan dari berbagai bagian tubuh dan organ-organ yang saling berinteraksi

dalam proses biokimia faali dalam tubuh, sehingga jumlah gen yang berperan dalam

proses tumbuh kembang dapat mencapai ratusan bahkan ribuan (Martojo, 1992).

Analisis Komponen Utama (AKU)

Analisis Komponen Utama (AKU) merupakam teknik statistik multivariat yang

sering digunakan dalam pengurangan dimensi dari kumpulan peubah acak yang tidak

terstruktur untuk analisis dan interpretasi. Metode AKU ini dapat membantu

penempatan kembali variabel dalam jumlah besar dengan variabel dalam jumlah kecil

tanpa mengurangi makna pada analisis obyektif (Gaspersz, 1992). Dijelaskan lebih

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka

9

lanjut bahwa AKU dapat memberikan model teknik penelitian dan pengurangan data

secara substansial.

Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) atau AKU

bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari

variabel-variabel. AKU juga dipakai sebagai analisis awal pada Analisis Regresi

Komponen Utama. AKU digunakan untuk mereduksi data dan mencoba untuk

diinterpretasikan (Gaspersz, 1992).

Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU)

Menurut Gaspersz (1992) Analisis Regresi Komponen Utama (Principal

Component Regression Analysis) merupakan teknik Analisis Regresi yang

dikombinasikan dengan teknik Analisis Komponen Utama. Analisis Komponen Utama

dijadikan sebagai tahap analisis antara untuk memperoleh hasil akhir dalam Analisis

Regresi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggunaan Analisis Regresi Komponen

Utama dilakukan pada studi penelitian yang melibatkan banyak variabel bebas dari

sistem konkrit dan hubungan atau saling ketergantungan diantara variabel-variabel

bebas tersebut.

Keunggulan teknik komponen utama dalam Analisis Regresi adalah mengatasi

masalah multikolinearitas diantara variabel-variabel bebas dan meningkatkan

ketepatan pendugaan parameter model regresi dengan cara meningkatkan derajat bebas

galat. Analisis Regresi Komponen Utama dapat dilakukan melalui proses komputasi

dengan aplikasi MICROSTAT, STATGRAPHICS, SAS, SPSS, BMDP, STATPRO

(Gaspersz, 1992).

Pengamatan pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear

permukaan tubuh ternak telah dilakukan oleh Hanibal (2008) dan Tirtosiwi (2011)

pada ternak domba. Hanibal (2008) melakukan pengamatan pada bobot badan, lingkar

dada, panjang badan dan lingkar skrotum, sedangkan Tirtosiwi (2011) mengamati

sepuluh variabel yaitu tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan, lebar dada, dalam

dada, lebar pinggul, lebar tulang tapis, panjang panggul, lingkar dada, lingkar kanon.