bab ii tinjauan pustaka 3.1. tinjauan teoritisrepository.ump.ac.id/522/3/bab ii_prita puspita...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Tinjauan Teoritis
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat
dilakukan melalui perencanaan pajak. Dalam praktek bisnis umumnya
pengusaha mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban, sehingga akan
berusaha meminimalkan beban untuk mengoptimalkan laba. Dalam rangka
meningkatkan efesiensi dan daya saing maka manager wajib menekankan
biaya seoptimal mungkin, demikian pula dengan kewajiban membayar
pajak. Biaya dan laba berbanding terbalik, semakin tinggi biaya maka laba
yang diperoleh akan semakin rendah demikian sebaliknya semakin rendah
biaya yang dikeluarkan secara efesien maka laba yang diperoleh juga
semakin tinggi.
Perencanaan pajak pada umumnya selalu dimulai dengan
meyakinkan apakah suatu transaksi tersebut terkena pajak. Bila transaksi
tersebut terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau
dikurangi jumlah pajaknya. Dalam perencanaan pajak terdapat aspek formal
dan aspek administrasi serta material yang harus diperhatikan untuk
mengkategorikan biaya-biaya tersebut sebagai pengurang laba atau
dikecualikan sebagai biaya.
Aspek formal administrasi perencanaan pajak merupakan
kewajiban perpajakan mengenai kepatuhan terhadap Undang-undang yang
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
10
berhubungan dengan sanksi, baik admistrasi maupun sanksi pidana. Sanksi
administrasi maupun pidana merupakan pemborosan sumber daya sehingga
perlu dieliminasi melalui suatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat
menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik
diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan. Sedangkan aspek
materiil adalah tindakan melibatkan efesiensi pengeluaran kas atas biaya-
biaya operasional yang terjadi di perusahaan.
3.1.1. Pengertian Pajak
Ada beberapa pengertian atau defenisi pajak yang
dikemukakan oleh para ahli. Suandy (2011:8) dalam bukunya
Hukum Pajak mengemukakan definisi pajak menurut para ahli
antara lain:
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. mengatakan bahwa pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Lebih
lanjut Soemitro menjelaskan bahwa kata “dapat dipaksakan”
berarti bahwa bila hutang pajak itu tidak dibayar, hutang itu
dapat ditagih dengan kekerasan seperti suat paksa dan sita, dan
juga penyanderaan. Terhadap pembayaran pajak itu tidak dapat
ditunjukkan adanya jasa timbal tertentu seperti halnya di dalam
retribusi. Pengertian di atas kemudian dikoreksinya sendiri. Di
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
11
dalam buku Soemitro yang berjudul Pajak dan Pembangunan,
1974, definisi tersebut diubah menjadi: “Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.”
2. Dr. Soeparman Soemahamidjaja: pajak adalah iuran wajib,
berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.
3. Prof. PJA. Adriani menyatakan bahwa pajak adalah iuran
kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
4. Prof. Dr. Smeets: pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terhutang melalui norma-norma umum, yang dapat
dipaksakan,tanpa ada kontra prestasi yang dapat ditunjukkan
dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
12
Dari keempat definisi pajak di atas yang dikemukakan para
ahli, menunjukkan bahawa pajak yang dipungut pada prinsipnya
sama yakni rakyat diminta menyerahkan sebagian hartanya sebagai
kontribusi untuk membiayai keperluan bersama yang pada dasarnya
dapat dipaksakan.
3.1.2. Pajak Penghasilan
Mengacu pada Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pajak
Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan, baik
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh orang pribadi atau
perorangan maupun badan yang berasa didalam negeri dan/ atau
diluar negeri, yang terhutang selama tahun pajak.
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur
pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subyek pajak dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Subyek
pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
pengahasilan.
Mardiasmo (2011:135), mendefinisikan Pajak Penghasilan
(PPh) sebagai berikut: Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak (orang pribadi, badan, Bentuk
Usaha Tetap (BUT)) atas penghasilan yang diterima atau yang
diperolehnya dalam tahun pajak. Sesuai dengan SAK no.46 pajak
penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
13
perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak
perusahaan.
3.1.3. Tarif Pajak Badan
Tarif pajak untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap (BUT) sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
Tarif PPh tersebut menjadi 25% (dua puluh lima persen) mulai
berlaku tahun pajak 2010. Wajib Pajak badan dalam negeri yang
berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan
dibursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya
dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari
pada tarif sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2)
huruf a yang di atur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang
dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.
Wajib Pajak dalam negeri dengan peredaran brutonya dalam
1 (satu) tahun sampai dengan 50 miliar mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
4,8 miliar (Pasal 31 E UU PPh).
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
14
3.1.4. Perencanaan Pajak
3.1.4.1.Perencanaan dan Manajemen Strategis
Perencanaan merupakan suatu keputusan spesifik yang dibuat
oleh manajer perusahaan, pemanfaatannya dirancang untuk
digunakan di masa akan datang, di dalamnya terdapat strategi, taktik
dan operasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Salah satu hasil yang paling penting dari proses perencanaan adalah
“strategi perusahaan”, kemudian berlanjut menjadi suatu
perencanaan khusus yang disebut “manajemen strategis”, yaitu
proses manajemen yang mencakup pernyataan perusahaan dalam
membuat rencana strategis dan kemudian bertindak berdasarkan
rencana tersebut. Fungsi-fungsi spesifik manajemen yang digunakan
dalam mengelola perusahaan menurut Batheman (2008) adalah:
1. Planning, adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan
yang perlu untuk mencapai sasaran tersebut, yang berarti
bahwa manajer harus terlebih dahulu memikirkan dengan
matang sasaran dan tindakan yang akan dilakukan perusahaan
dengan didasarkan pada metode, rencana atau logika dan
bukan berdasarkan perasaan.
2. Organizing, adalah proses mempekerjakan dua orang atau
lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai
beberapa sasaran, dengan kata lain organizing merupakan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
15
proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang
dan sumber daya di antara organisasi.
3. Leading, adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota
kelompok atau seluruh organisasi yang terdiri dari
mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan untuk
melaksanakan tugas yang penting.
4. Controlling, adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.
Zain (2008) menjelaskan manajemen pajak sebagai sarana
untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah
pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Secara teoritis, tax
planning merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen pajak
yang terdiri dari: planning, implementation dan control.
Apabila dihubungkan dengan fungsi-fungsi spesifik
manajemen, perencanaan memenuhi kewajiban perpajakan (tax
planning) termasuk ke dalam salah satu fungsi-fungsi spesifik
manajemen, yaitu fungsi planning dimana dalam menetapkan proses
menetapkan perencanaan penyusutan strategi penghematan pajak,
manajer terlebih dahulu harus memikirkan dengan matang sasaran
dan tindakan yang didasarkan pada penelitian dan pengumpulan
ketentuan peraturan perpajakan, sehingga manajer dapat memenuhi
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
16
kewajiban perpajakan perusahaan secara lengkap, benar dan tepat
waktu.
Apabila perencanaan pajak (tax planning) perusahaan tidak
baik atau memiliki kelemahan-kelemahan, maka sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pemborosan yang sebenarnya
dapat dicegah. Apabila pemborosan tersebut terjadi terus-menerus,
maka penghasilan perusahaan lama kelamaan akan semakin menurun
yang pada akhirnya tidak dapat bersaing dengan kompetitornya,
sehingga kelangsungan hidup perusahaan menjadi terancam.
4.1.4.2.Pengertian Tax Planning
Menurut Crumbley, Fredman dan Susan (1994:300) dalam
Eni Ramayanti (2010), “Tax Planning is the systematic analysis of
difering tax options aimed at the minimization of taxliability in
current and future tax periods” (Perencanaan pajak adalah sistem
analisa dalam meminimalkan kewajiban perpajakan dalam waktu
berjalan dan pada periode yang akan datang).
Menurut Zain (2003:67) “Tax planning atau perencanaan
pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan
konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya”.
Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
17
mengefesienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah,
melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax
avoidance) yang merupakan perbuatan legal yang masih dalam
ruang lingkup peraturan perundang-undangan perpajakan, dan bukan
penyingkiran pajak (tax evasion).
Lumbantoruan (1996:354) menyatakan “Manajemen pajak
adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekankan serendah
mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan”.
Menurut Suandy (2003:7) “Perencanaan pajak adalah tahap
awal dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun
pada saat perencanaan, perencanaan pajak merupakan upaya legal
yang bisa dilakukan oleh wajib pajak”. Tindakan tersebut legal
karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yang tidak diatur (loopholes).
Perencanaan pajak (tax planning) dapat dilakukan dengan
cara mematuhi peraturan perpajakan (lawful) yaitu tax avoidance,
maupun melanggar peraturan perpajakan (unlawfull) yaitu tax
evasion. Istilah manajemen pajak ini sering disamakan dengan
perencanaan pajak padahal sesungguhnya kedua istilah ini adalah
berbeda satu dengan yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Gunadi
(2007:483) bahwa:
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
18
Manajemen pajak sebagai suatu strategi penghematan pajak
dan strategi penghematan (tax saving) lainnya adalah perencanaan
pajak (tax planning), penghindaran pajak (tax avoidance).
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat
ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan. Sedangkan perencanaan pajak adalah langkah awal
dalam manajemen pajak.
4.1.4.3.Manfaat Perencanaan Pajak
Tax planning merupakan bagian dari manajemen memiliki
beberapa manfaat yang berguna bagi perusahaan yang melaksanakan
kegiatan usaha dalam mencapai laba maksimum. Ada 4 hal yang
penting diambil sebagai keuntungan dalam perencanaan pajak yaitu:
1. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya
yang dapat diefisienkan.
2. Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang
dikelola secara tepat perusahaan dapat menyusun anggaran kas
lebih akurat mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak.
3. Menentukan waktu pembayaran, sehingga tidak terlalu awal
atau terlambat yang mengakibatkan dikenakannya denda atau
sanksi.
4. Membuat data-data terbaru untuk meng-update peraturan
perpajakan.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
19
Untuk menghemat pajak dapat dilakukan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Memanfaatkan secara optimal ketentuan-ketentuan perpajakan
yang berlaku.
2. Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk- bentuk usaha
yang tepat.
4.1.4.4.Jenis-jenis Tax Planning
Tax planning dibagi menjadi dua:
1) Tax planning domestic nasional (national tax planning)
National tax planning hanya memperhatikan Undang-Undang
Domestik, pemilihan atas dilaksanakan atau tidak suatu
transaksi dalam national tax planning bergantung pada
transaksi tersebut, artinya untuk menghindari/mengurangi
pajak, wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang
harus dilaksanakan sesuai dengan hukum pajak yang ada,
misalnya akan terkena tarif pajak khusus final atau tidak?
2) International tax planning
International tax planning selain memperhatikan Undang-
Undang Domestik, juga harus memperhatikan undang-
undang atau perjanjian pajak (tax treaty) dari negara-negara
yang terlibat.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
20
4.1.4.5.Strategi Umum Perencanaan Pajak
Cara yang yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
kewajiban pajak tetapi masih memenuhi ketentuan perpajakan (law
full) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Cara
yang digunakan dalam mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak,
adalah :
a. Tax saving, yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang
pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli
produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya atau
dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang
dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil
dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak
penghasilan yang besar.
b. Tax Avoidance, yaitu upaya wajib pajak untuk tidak
melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya
yang masih dalam kerangka ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang
terhutang.
c. Tax Evasion, yaitu upaya wajib pajak dengan penghindaran
pajak terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan
keadaan yang sebenarnya.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
21
Apabila implementasi tax planning pada perusahaan
dilakukan secara baik dan benar, hal tersebut akan memberikan
beberapa manfaat bagi perusahaan yang diantaranya, adalah :
a. Penghematan kas keluar, pajak dianggap unsur biaya yang
dapat diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan
b. Mengatur aliaran kas, dengan tax planning yang dikelola
secara cermat, perusahaan dapat menyusun anggaran kas
secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas terhadap
pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak
terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau
sanksi
4.1.4.6.Laporan Keuangan Komersial dan Koreksi Fiskal
Pihak manajemen perusahaan berkepentingan terhadap
Laporan Keuangan yang informasinya akan digunakan untuk
membuat perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan,
sedangkan Pemerintah menggunakan Laporan Keuangan untuk
kepentingan fiskal (pajak), terutama Laporan Laba/Rugi yang berisi
informasi untuk menentukan pajak penghasilan yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Pedoman penyusunan Laporan
Keuangan di Indonesia diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan,
sedangkan perhitungan pajak terutang berpedoman pada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. Oleh karena itu,
Laporan Laba/Rugi akan menghasilkan dua informasi, yaitu:
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
22
a. Laba/Rugi Komersial, menghasilkan laba sebelum pajak (pre
tax financial income), yaitu laba yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara pendapatan dengan beban pada Laporan
Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
b. Laba/Rugi Fiskal, menghasilkan informasi laba kena pajak
(taxable income), yaitu jumlah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan Pajak Penghasilan terutang.
Latar belakang yang menjadikan laba dalam Laporan
Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal berbeda, secara
umum dapat dikelompokkan menjadi:
a. Perbedaan tujuan atau sasaran perusahaan, mengakibatkan
tidak terdapatnya complete agreement antara laba akuntansi
dengan laba kena pajak. Hal tersebut terjadi karena disatu sisi,
tujuan keuangan suatu perusahaan adalah memaksimalkan
return on assets, shareholders ataupun stakeholders wealth
dan net income, sedangkan tujuan pajak adalah meminimalkan
pembayaran pajak sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
b. Perbedaan ekonomis, manajemen harus mempertimbangkan
revenue, cost dan time value of money ketika akan mengambil
keputusan dalam investasi, pendanaan, memperhatikan biaya
modal setelah pajak dan dividen.
c. Area perbedaan, faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan
antara laba sebelum pajak (menurut akuntansi) dengan laba
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
23
kena pajak (menurut perpajakan) adalah perbedaan waktu dan
perbedaan permanen.
Area Perbedaan Waktu (sementara) timbul karena adanya
perbedaan saat pengakuan, pelaporan penghasilan dan atau biaya
antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
dalam satu tahun pajak. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaan waktu adalah :
a. Depresiasi aktiva berwujud, amortisasi aktiva sumber alam dan
aktiva tak berwujud;
b. Penilaian persediaan;
c. Penghapusan piutang. Selain ketiga faktor tersebut, masih
terdapat beberapa faktor yang dapat membuat terjadinya
perbedaan waktu lainnya, namun secara tegas belum diatur
dalam ketentuan perpajakan, sedangkan dalam akuntansi telah
mengaturnya, yaitu: (1) pengakuan pendapatan dari penjualan
angsuran; (2) biaya dibayar dimuka; (3) beban jaminan gratis;
(4) foreign currency translation; (5) leasing; (6) biaya sebelum
masa operasi; (7) unremitted earnings of subsidiaries; (8)
perlakuan bunga dalam masa konstruksi. Sementara area
perbedaan permanen, timbul karena disebabkan oleh; menurut
prinsip akuntansi suatu penerimaan diakui sebagai penghasilan
dan atau suatu pengeluaran diakui sebagai biaya atau kerugian
yang bisa sebagai pengurang penghasilan yang harus dilaporkan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
24
dalam laporan keuangan komersial, sedangkan menurut
peraturan perpajakan suatu penerimaan tersebut tidak pernah
diakui sebagai penghasilan dan atau suatu pengeluaran tersebut
tidak pernah diakui sebagai biaya atau kerugian yang boleh
dikurangkan dari penghasilan dalam laporan keuangan fiskal.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan
permanen, adalah:
a. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang bersifat final,
menurut akuntansi akan ditambahkan pada laba usaha dalam
periode direalisasikannya, sedangkan menurut perpajakan, tidak
lagi digabungkan dengan pos penghasilan bruto karena sudah
dikenakan pajaknya, langsung pada saat penghasilan itu terjadi
(dengan tarif tertentu) oleh pemungut atau pemotongnya dan
jumlah yang telah dibayarkan tersebut tidak bisa dikreditkan
dengan pajak terutang. Penyesuaian terhadap Laporan Keuangan
Komersial adalah: (1) laba sebelum pajak dalam Laporan
Laba/Rugi Komersial dikurangi dengan jumlah penghasilan
yang merupakan objek pajak yang bersifat final untuk
menghitung laba kena pajak dalam menyusun Laporan
Laba/Rugi Fiskal: (2) aktiva dalam Neraca Komersial dikurangi
(ditambah) dengan sejumlah penghasilan yang merupakan objek
pajak bersifat final untuk menyusun Neraca Fiskal.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
25
b. Adanya ketentuan perpajakan tentang penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak dan biaya yang bukan merupakan
pengurang penghasilan, sedangkan menurut perpajakan bukan
sebagai penghasilan. Penyesuaian terhadap Laporan Keuangan
Komersial, adalah: (1) laba sebelum pajak dalam Laporan
Laba/Rugi Komersial dikurangi dengan sejumlah penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak utuk menghitung laba kena
pajak dalam menyusun Laporan Laba/Rugi Fiskal; (2) aktiva
(hutang) dalam Neraca Komersial dikurangi (ditambah) dengan
sejumlah penghasilan yang bukan objek pajak untuk menyusun
Neraca Fiskal.
4.1.4.7.Biaya Yang Diijinkan Undang-Undang Sebagai Pengurang
Penghasilan (Biaya Deduktibel/ Deductible Cost)
Dasar Hukum:
1. UU Pajak Penghasilan No 36 th 2008
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 93 Tahun 2010
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010
4. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
disebut biaya deduktibel (deductible cost) dapat dibagi dalam 2 (dua)
golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
26
tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun.
Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan,
misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan
limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan
melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Di samping itu, apabila
dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta
atau karena selisih kurs, kerugian-kerugian tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Biaya-biaya yang diijinkan Undang-Undang untuk
dikurangkan terhadap Penghasilan (biaya deduktibel/ deductible
cost) adalah sebagai berikut:
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
27
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
Biaya-biaya yang dimaksud lazim disebut biaya sehari-hari
yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat
dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Demikian pula bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk
membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang
dividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajak bunga
pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi
sebagai penambah harga perolehan saham.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya
dengan upaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan
pribadi pemegang saham, pembayaran bunga atas pinjaman yang
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
28
dipergunakan untuk keperluan pribadi peminjam serta pembayaran
premi asuransi untuk kepentingan pribadi, tidak boleh dibebankan
sebagai biaya.
Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk
kepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya
perusahaan, tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut
merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam
bentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau
kenikmatan, misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-
cuma, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihak yang
menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan. Namun,
pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan tertentu boleh
dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima atau
menikmati bukan merupakan penghasilan.
Pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
dapat dikurangkan sebagai biaya diatur dalam peraturan menteri
keuangan Republik Indonesia nomor 83/PMK/.03/2009 tentang
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
29
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja. Dalam
peraturan tersebut menyatakan bahwa:
Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan
penghasilan bagi Pegawai yang menerimanya
adalah:
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman
bagi seluruh Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau
kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang
kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di
daerah tersebut.
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan
keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana
keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya.
Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan/atau minuman bagi
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
meliputi:
a. pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan
oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
30
b. pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai
yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan
pemberian sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi
Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas
luar lainnya.
Penggantian atau imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b adalah sarana dan fasilitas di lokasi kerja
untuk:
a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan
keluarganya;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
d. peribadatan;
e. pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf,
power boating, pacuan kuda, dan terbang layang, sepanjang
sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga
pemberi kerja harus menyediakannya sendiri
Daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang
layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada
umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi
umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
31
mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan
ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang
cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang,
termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih
dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki
cadangan mineral.
Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan sesuai dengan
ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pemberian natura dan kenikmatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf c meliputi pakaian dan peralatan untuk
keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan
(satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk
awak kapal, dan yang sejenisnya.
Ketentuan mengenai pedoman teknis tata cara pemberian dan
penetapan besaran kupon makanan dan/atau minuman bagi
Pegawai, kriteria dan tata cara penetapan daerah tertentu, dan
batasan mengenai sarana dan fasilitas di lokasi kerja, diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar
sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dengan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
32
demikian, apabila pengeluaran yang melampaui batas kewajaran
tersebut dipengaruhi oleh hubungan istimewa, jumlah yang
melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto.
Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka
usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak
Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.
Pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya
yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang pada
hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto. Besarnya biaya promosi dan penjualan yang diperkenankan
sebagai pengurang penghasilan bruto diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
02/PMK.03/2010 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009
menyatakan bahwa:
Yang dimaksud dengan Biaya Promosi adalah bagian dari biaya
penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka
memperkenalkan dan/ atau menganjurkan pemakaian suatu
produk baik langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
33
Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah:
1. biaya periklanan di media elektronik media cetak, dan/atau
media lainnya;
2. biaya pameran produk;
3. biaya pengenalan produk baru; dan/ atau
4. biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Tidak termasuk Biaya Promosi adalah:
1. pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang
tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan
promosi.
2. Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final.
Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel
produk, besarnya biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk
yang diberikan, sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan
harga pokok penjualan.
Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan
merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan wajib
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
34
dilakukan pemotongan pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran
Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain.
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun ;
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi..
Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di
muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar
sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai
biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun
yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri
Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
35
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut
tujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan
yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang
dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau yang dimiliki
tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Kerugian selisih kurs mata uang asing;
Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan
secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku di Indonesia.
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia;
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
36
teknologi atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan
boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan
pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan
memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat
dibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan
kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam
penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
37
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan
sebagai biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai
biaya dalam laporan laba-rugi komersial dan telah melakukan
upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir.
Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berarti
penerbitan berskala nasional, melainkan juga penerbitan internal
asosiasi dan sejenisnya.
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional, sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia, sumbangan
fasilitas pendidikan, sumbangan dalam rangka pembinaan
olahraga dan biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuan diatur dengan Peraturan Pemerintah; PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93
TAHUN 2010 tentang sumbangan bencana, fasilitas pendidikan,
penelitian dan pembinaan olah raga dan pembangunan
infrastruktur yang mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2010.
menyatakan bahwa:
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
38
o Sumbangan dan/atau biaya yang dapat dikurangkan sampai
jumlah tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka
penghitungan penghasilan kena pajak bagi wajib pajak terdiri
atas:
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional, yang merupakan sumbangan untuk korban
bencana nasional yang disampaikan secara langsung
melalui, badan penanggulangan bencana atau disampaikan
secara tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang
telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang
untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana;
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
yang merupakan sumbangan untuk penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di wilayah Republik
Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
3. Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan
sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan
melalui lembaga pendidikan;
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang
merupakan sumbangan untuk membina, mengembangkan
dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
39
cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui
lembaga pembinaan olah raga; dan
5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan
prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.
o Sumbangan dan/atau biaya dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dengan syarat:
1. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal
berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak
menyebabkan rugi pada Tahun Pajak
sumbangan diberikan;
3. didukung oleh bukti yang sah; dan
4. lembaga yang menerima sumbangan dan/ atau biaya
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, kecuali badan yang
dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
o Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan
infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 untuk 1 (satu)
tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari
penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
40
o Sumbangan dan/atau biaya tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto bagi pihak pemberi apabila sumbangan
dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-Undang
tentang Pajak Penghasilan.
o Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau
barang.
o Biaya pembangunan infrastruktur sosial iberikan hanya
dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.
o Nilai sumbangan dalam bentuk barang ditentukan
berdasarkan:
1. nilai perolehan, apabila barang yang disumbangkan
belum disusutkan;
2. nilai buku fiskal, apabila barang yang disumbangkan
sudah disusutkan; atau
3. harga pokok penjualan, apabila barang yang
disumbangkan merupakan barang produksi sendiri.
o Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) ditentukan berdasarkan
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun
sarana dan/atau prasarana.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
41
o Sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 wajib dicatat sesuai dengan peruntukannya oleh
pemberi sumbangan.
o Badan penanggulangan bencana dan lembaga atau pihak yang
menerima sumbangan harus menyampaikan laporan
penerimaan dan penyaluran sumbangan kepada Direktur
Jenderal Pajak untuk setiap triwulan.
o Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya sebagaimana
dimaksud wajib menyampaikan laporan penerimaan
sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat
pada akhir Tahun Pajak diterimanya sumbangan danj atau
biaya.
o Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya yang
mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak melaporkan
sumbangan dan/atau biaya sebagai lampiran laporan
keuangan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak diterimanya sumbangan.
o Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencatatan dan
pelaporan sumbangan dan/atau biaya diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Biaya Telepone seluler dan pemeliharaan kendaraan. Keputusan
Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 tentang perlakuan pajak
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
42
penghasilan atas biaya pemakaian telepon seluler dan kendaraan
perusahaan
1. Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang
dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui
penyusutan aktiva tetap kelompok I sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
520/KMK.04/2000 Lampiran I butir 1 huruf c sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
138/KMK.03/2002.
2. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan
perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya
berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
kendaraan bus, minibus, atau yang sejenisyang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai,
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
43
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Menteri keuangan Nomor
520/KMK.04/2000 Lampiran II butir 1 huruf b sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
138/KMK.03/2002.
4. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan
bus, minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai,
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
5. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena
jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
520/KMK.04/2000 Lampiran II butir 1 huruf b sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
138/KMK.03/2002.
6. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki dan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
44
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena
jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin dalam tahun pajak
yang bersangkutan.
7. Apabila atas penghasilan Wajib Pajak yang dapat dibebani
biaya-biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Pasal 2
dan Pasal 3 dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
atau berdasarkan norma penghitungan khusus, maka
pembebanan biaya-biaya tersebut telah termasuk dalam
penghitungan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau
berdasarkan norma penghitungan khusus.
8. Atas biaya-biaya yang dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Pasal 2
dan Pasal 3, tidak merupakan penghasilan bagi para
pegawai perusahaan yang bersangkutan.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan setelah
dikurangkan dari penghasilan bruto didapat kerugian, kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
45
fiskal selama 5 (lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun
berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.
4.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tax Planning: Sebuah Pengantar sebagai Alternatif Meminimalkan
Pajak, menemukan beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam
meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar yaitu penggeseran
(shifting), kapitalisasi, transformasi, penghindaran (avoidance) dan
penyelundupan (evasion). Semua strategi di atas merupakan bagian dari Tax
Planning. Tax Planning memberikan suatu formula umum yang bisa
digunakan untuk mengatur secara sistematis jumlah pajak yang harus
dibayar. Di dalam formula umum ini, ada item-item yang nantinya harus
menjadi pusat perhatian dari wajib pajak atau apabila menggunakan
konsultan adalah tax planner. (Mangoting, 1999)
Saputra (2005) dalam penelitiannya yang berjudul: Analisis
Perencanaan Pajak melalui Revaluasi Aktiva Tetap dan Penghitungan
Besarnya Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan, menemukan bahwa
penerapan pajak melalui kebijakan revaluasi aktiva tetap memberikan
penghematan pajak yang signifikan, dan penerapan revaluasi aktiva tetap
akan menurunkan biaya penyusutan atas selisih revaluasi.
Ismarita (2007) dalam penelitiannya: Pengaruh Penerapan Tax
Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak
Badan, menemukan bahwa tax planning untuk tunjangan pajak, biaya
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
46
kesehatan dan keselamatan dan biaya entertaint berpengaruh terhadap
beban pajak badan sebesar 8,21%. Dengan perencanaan pajak, maka PPh
yang terhutang menjadi lebih kecil sehingga perusahaan mempunyai lebih
banyak dana unuk mengembangkan dana.
Silvianti (2010) dalam Andi (2011) dengan penelitiannya: Tinjauan
Atas Pelaksanaan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Karyawan
di PT. Dirgantara Indonesia (Persero), menemukan Perencanaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas Karyawan yang dilakukan oleh PT. Dirgantara
Indonesia dengan cara memberi tunjangan pajak kepada seluruh karyawan
tidak tepat karena mengakibatkan penghasilan karyawan meningkat,
sehingga biaya gaji juga meningkat dan mengakibatkan penurunan laba.
Maka PT. Dirgantara indonesia melakukan alternatif yang lain yaitu
perencanaan PPh pasal 21 dengan menggunakan metode Gross-up dan
perhitungan ini tepat bagi perusahaan yang menanggung seluruh pajak
penghasilan bagi karyawan. Langkah-langkah dalam perencanaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas karyawan yang dilakukan oleh PT. Dirgantara
Indonesia mengakibatkan penghematan pajak yang dilakukan kurang
maksimal akibat perencanaan menggunakan pemberian tunjangan pajak
bukan perencanaan yang tepat bagi perusahaan.
Lindawati (2010) dalam Andi (2011) dengan penelitiannya yang
berjudul: Penerapan Tax Planning dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan
pada PT. X Surabaya, menemukan bahwa bahwa perencanaan pajak
terutang PT. X Surabaya dapat dilaksanakan dengan cara memaksimalkan
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
47
biaya-biaya fiskal melalui penggantian kelompok aktiva perusahaan dan
memberikan tunjangan-tunjangan pada karyawan.
Pusparini (2013) meneliti Implementasi Tax Planning dalam upaya
penghematan pajak penghasilan badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui implementasi Tax Planning yang dapat dilakukan perusahaan
dalam upaya meminimalkan beban pajak penghasilan yang terutang dan
untuk mengetahui dampak dilaksanakan Tax Planning pada penghematan
pajak penghasilan bagi perusahaan. Dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa kondisi perpajakan perusahaan masih kurang efisien karena masih
terdapat komponen biaya yang seharusnya dapat digunakan perusahaan
untuk menghemat pajak namun tidak dimanfaatkan oleh perusahaan.
Sumampouw (2012) dalam penelitiannya, analisis Penerapan Tax
Planning atas pajak penghasilan karyawan pada PT. PLN (PERSERO)
cabang Manado. Jenis data yang digunakan bersifat kuantitatif dan
kualitatif, Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah dengan metode
deskriptif. Menurutnya PT. PLN (Persero) cabang Manado sudah
menerapkan Tax Planning atas penghasilan karyawan, tetapi upaya tersebut
belum maksimal karena masih terdapat kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan biaya kesejahteraan karyawan merupakan kategori biaya yang tidak
bisa dibebankan sebagai pengurang penghasilan perusahaan. Persamaan
dalam penelitian ini yaitu jenis data, sumber data dan pembahasan mengenai
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
48
Tax Planning untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar
perusahaan. Perbedaannya, terletak pada objek penelitiannya.
4.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dapat dijabarkan sebagai tuntutan untuk
memecahkan masalah penelitian dalam skripsi ini, diwakili oleh bagan alur.
Dasar penelitian ini dalam melakukan Tax Planning adalah melalui laporan
keuangan dari beberapa perusahaan industri yang diteliti yaitu laporan laba-
rugi. Laporan Laba rugi akan dianalisa dan hasilnya dibandingkan antara
laporan keuangan laba rugi yang dilakukan tax planning berdasarkan
ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku, dalam hal ini digunakan
undang-undang pajak No. 36 tahun 2008 yang didalam nya mengatur
tentang pajak penghasilan. Perencanaan pajak sangat penting dan memberi
keuntungan bagi perusahaan dilakukan agar terhindar dari segala yang
menyebabkan peningkatan pajak penghasilan.
Apabila perusahaan industri pengolahan kayu dapat menerapkan
Tax Planning pada laporan keuangannya dengan baik maka akan lebih
sedikit atau lebih menghemat jumlah pajak yang dibayarkan kepada kas
negara nantinya, tanpa melanggar peraturan perundang-undangan
perpajakan. Dari analisa dan perbandingan yang pada akhirnya akan
diketahui apakah ada perbedaan atas pajak penghasilan yang akan
dibayarkan oleh perusahaan industri pengolahan kayu setelah adanya Tax
Planning.
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014
49
Gambar 2.1 Hubungan antara variabel
Laporan Keuangan
Efisiensi
Pajak Penghasilan
Dengan Tax Planning
Pajak Penghasilan
Tanpa Tax Planning
Dengan Tax Planning
(Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008)
Tanpa
Tax Planning
PT. X PT. Y PT. Z
Penerapan Perencanaan Pajak..., Prita Puspita Sari, Ekonomi UMP, 2014