bab ii tinjauan pustaka 2.1.1 definisi rumah sakit ii.pdf · 2019. 9. 17. · bab ii tinjauan...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat (Undang-undang RI no.44, 2009). Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli lainnya (Haliman, 2012). Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan dan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan (UU RI no.44, 2009). 2.1.2 Asas Dan Tujuan Rumah Sakit Asas dan tujuan Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori

    2.1.1 Definisi Rumah Sakit

    Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dan

    gawat darurat (Undang-undang RI no.44, 2009). Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan

    kesehatan profesional yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli

    lainnya (Haliman, 2012). Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi

    tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan dan Layanan Umum atau Badan

    Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit

    yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya

    bergerak di bidang perumahsakitan (UU RI no.44, 2009).

    2.1.2 Asas Dan Tujuan Rumah Sakit

    Asas dan tujuan Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan

    kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti

    diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

    Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan mempermudah akses masyarakat untuk

    mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

  • masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, meningkatkan

    mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, dan memberikan kepastian hukum

    kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (UU RI no.44,

    2009).

    2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

    Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

    paripurna.Untuk menjalankan tugasnya, Rumah Sakit mempunyai fungsi yaitu penyelenggaraan

    pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,

    pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

    paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan

    pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

    pelayanan kesehatan, danpenyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

    teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

    memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU RI no. 44, 2009).

    2.1.4 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

    a.Jenis Pelayanan

    1) Rumah Sakit Umum

    Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit,

    memiliki institusi perawatan darurat 24 jam, pelayanan rawat inap, perawatan intensif,

    instalasi bedah, ruang bersalin, laboratorium,dan sarana prasarana lain.

  • 2) Rumah Sakit Khusus

    Rumah sakit ini hanya melakukan perawatan kesehatan untuk bidang tertentu, misalnya

    rumah sakit untuk trouma, RS ibu dan anak, RS manusia lanjut, RS kanker, RS Jantung,

    RS gigi dan mulut, RS mata, RS jiwa, dan lain-lain.

    3) Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian

    Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan

    dan penelitian di fakultas kedokteran pada suatu universitas atau lembaga pendidikan

    tinggi.

    b.Jenis Pengelolaan.

    1) Rumah Sakit Publik

    Adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah pusat, daerah, atau badan hukum yang

    bersifat nirlaba.

    2) Rumah Sakit Privat

    Adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

    perseroan terbatas atau persero. Pasien yang dirawat di rumah sakit, pasti ada masanya.

    Lama rawat inap pasien berbeda-beda. Tergantung kondisi pasien,dan jenis penyakitnya

    (Damayanti, 2013).

    2.2 Pelayanan Keperawatan

  • 2.2.1 Definisi Pelayanan Keperawatan

    Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari sebuah rumah sakit. Kualitas

    pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran,dan fungsi dari manajemen

    pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

    dilaksanakan oleh manajer atau pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber dana

    maupun sumber daya sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan

    efesien kepada klien, keluarga, dan masyarakat (Dwidiyanti, 2015). Pelayanan keperawatan

    merupakan pelayanan untuk mencapai derajat kesehatan bagi setiap manusia.

    2.2.2 Bentuk Pelayanan Keperawatan

    Pelayanan kesehatan dirumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada

    klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak

    pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang menghadapi kesehatan klien selama 24 jam secara

    terus menerus. Selama dirawat klien membutuhkan perawatan yang dapat membuat masalah

    klien dapat teratasi baik dari aspek fisik, psikologis, spritual,dan sosial yaitu dengan perilaku

    Caring dari perawat yang diberikan dalam asuhan keperawatan (Meidiana, 2007 dalam Wahyudi,

    dkk 2017). Keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang berhubungan

    dengan manusia,dan memberikan pelayanan komprehensif terhadap seluruh aspek kehidupan

    yaitu bio-psiko-sosial dan spritual. Pelayanan keperawatan merupakan bentuk kesehatan yang

    unik dan berbeda dengan pelayanan kesehatan yang di berikan oleh dokter ataupun profesi lain.

    Filosofi dari keperawatan adalah humanism, holism dan care (Nursalam, 2004). Keperawatan

  • merupakan profesi yang mengedepankan sikap “Care”,atau kepedulian,dan kasih sayang

    terhadap pasien.

    Keperawatan mengedepankan pemahaman mengenai perilaku dan respon manusia

    terhadap masalah kesehatan, bagaimana berespon terhadap orang lain, serta memahami

    kekurangan dan kelebihan pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Edy, 2014). Perawat selain

    berperan sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan kepada klien untuk memperoleh

    penyembuhan dari suatu penyakit, memenuhi kesehatan klien secara holistik, melalui

    kemampuan teknikal, dukungan emosional, psikologis, spritual,dan sosial. Pemberi asuhan

    keperawatan juga memberi bantuan bagi klien dan keluarga untuk menetapkan tujuan

    keperawatan. Akitivitas ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat (Potter & Perry, 2005

    dalam Dedi, dkk 2008). Salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang komprehensif adalah

    terpenuhinya kebutuhan dasar klien, bentuk akan pelayanan yang diberikan sesuai dengan

    kebutuhan dasar manusia berupa kebutuhan biologis, psikologis, sosiokultural dan spritual yang

    bertujuan untuk memberikan bantuan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan dasar dan

    meningkatkan status kesehatan klien serta melakukan pencegahan penyakit dan proses perawatan

    yang lama di rumah sakit (Dwidiyanti, 2014 dalam Siti,dkk 2018).

    Perawat yang memberikan pelayanan keperawatan harus memahami konsep Caring dan

    mampu menanamkan dalam hati, disirami,dan dipupuk untuk memperlihatkan kemampuan

    sebagai perawat yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, serta mampu belajar

    seumur hidup. Semua itu akan dicapai oleh perawat jika mampu memahami apa itu Caring.

    2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan

  • Wijono (1999;56) faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan

    kesehatan adalah kompetensi teknik yang terkait dengan kemampuan, keterampilan dan

    penampilan pemberi pelayanan, akses atau keterjangkauan pelayanan, efektivitas, hubungan

    antar manusia yang merupakan interaksi antara pemberi pelayanan dengan pasien, sesama tim

    kesehatan, maupun hubungan antara atasan dan bawahan. Hubungan antar manusia yang baik

    akan menimbulkan kepercayaan, kredibilitas dengan rasa saling menghargai, menjaga

    rahasia, menghormati, responsive,dan memberikan perhatian. Faktor lain yang juga dapat

    mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan adalah efisiensi sumber daya dan kesinambungan

    pelayanan dimana pasien akan mendapatkan pelayanan yang baik. Tidak adanya

    kesinambungan pelayanan akan mengurangi efisiensi dan kualitas hubungan antar manusia.

    Kenyamanan dan ketersediaan informasi dan ketepatan waktu pelayanan juga merupakan faktor

    penting dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan (Dalam Rolando, 2013).

    Parasuraman et al, 1988, 1991, 1994 telah mengidentifikasi lima kualitas dalam jasa

    pelayanan yaitu :

    1) Keandalan (Reability) : kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan

    dengan segera, akurat dan memuaskan.

    2) Daya tanggap (Responsiveness) : kemampuan para staf untuk membantu para pasien

    dalam memberikan pelayanan yang tepat.

    3) Jaminan (Assurance) : mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat

    dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas sari bahaya, resiko, atau keragu-raguan.

    4) Empati (Emphaty) : meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi

    yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pasien.

  • 5) Sarana fisik (Tangible) : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

    komunikasi.

    2.2.4 Lama Rawat Inap

    Lama rawat inap/Length of stay (LOS) adalah rata-rata lama rawat inap seorang pasien.

    Lama rawat inap yang ideal menurut Departemen Kesehatan RI 2005 adalah antara 6-9 hari.

    Indikator ini memberikan gambaran tingkat efesiensi dan mutu pelayanan apabila diterapkan

    pada diagnosa tertentu untuk perawatan lebih lanjut (Depkes RI, 2005).

    Cara menentukan lama rawat inap adalah jumlah lama dirawat dibagi jumlah pasien

    keluar (hidup atau meninggal). Lama dirawat adalah lama seorang pasien menjalani perawatan di

    rumah sakit. Pasien keluar atas persetujuan dokter, pulang paksa, melarikan diri, dirujuk ke

    fasilitas kesehatan yang lebih tinggi,atau meninggal (Depkes RI, 2005). Lama rawat inap di

    pengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis penyakit, pindah rawat rumah sakit lain, pulang

    atas petunjuk dokter, dan caring perawat. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien

    yang masih sakit, menempati tempat tidur perawatan untuk observasi, menegakkan diagnosa,

    pemberian terapi, pemberian asuhan keperawatan, rehabilitasi medik,dan pelayanan yang lain

    ( Depkes RI, 2005 ). Lama dan cepatnya rawat inap dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

    internal dan faktor eksternal, faktor internal terdiri dari jenis derajat penyakit, tenaga medis yang

    menangani, tindakan yang dilakukan, administrasi sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari

    usia, pekerjaan, penanggung biaya, alasan pulang, komorbiditas atau penyakit penyerta, tingkat

    kerapuhan pasien (Susanto, 2009 dalam Siti dkk, 2018).

    2.3 Konsep Caring Perawat

    2.3.1 Definisi Caring ( Dari Beberapa Ahli )

  • Caring adalah suatu proses yang disengaja yang membutuhkan kesadaran diri, proses

    memilih, pengetahuan dan keterampilan khusus serta mempertimbangkan (Watson, 2008 dalam

    Kusmiran 2015). Caring merupakan suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang

    (baik pemberi asuhan ( Care ) maupun penerima asuhan) untuk bersama-sama berinteraksi dalam

    hubungan intrapersonal.Caring merupakan esensi dari keperawatan yang membedakan perawat

    dengan profesi kesehatan laint (Watson, 2009 dalam Kusmiran 2015). Caringdiartikan juga

    sebagai sikap perduli yang memudahkan pasien untuk mencapai peningkatan kesehatan dan

    pemulihan. Caring sebagai bentuk memberikan perhatian kepada orang lain, berpusat kepada

    orang , menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah terjadinya status

    kesehatan yang memburuk, memberikan perhatian dan menghormati orang lain (Nursalam, 2014

    dalam Kusmiran).

    Aspek hubungan intrapersonal Caring meliputi pertukaran pengetahuan, pengalaman,

    kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan, dan keberanian (Skovholt, 2005

    dalam Kusmiran 2015). Caring sebagai proses hubungan interpersonal yang pokok bagi perawat

    untuk melakukan pelayanan keperawatan terhadap pasien atau pelayanan. Pelayanan

    keperawatan dengan Caring adalah membantu, menolong,dan melayani orang lain yang

    membutuhkan pelayanan atau khususnya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Watson, 2009

    dalam Kusmiran 2015).

    Salah satu alasan utama seseorang memilih keperawatan karena keinginan untuk

    membantu dan merawat orang lain yang paling membutuhkan pertolongan. Caringadalah

    kekuatan pendorong utama yang memotivasi seseorang untuk memilih profesi keperawatan (Ray,

    2010). Caring merupakan tindakan dengan sikap peduli kepada orang, menenangkan,

    memberikan perlindungan terhadap kerugian, memelihara martabat orang lain. Perilaku Caring

  • dapat dinyatakan sebagai suatu perasaan untuk memberikan keamanan, perubahan perilaku dan

    berkerja sesuai standar. Interaksi Caring Merupakan harapan dari penerima pelayanan kesehatan

    dalam proses perawatan (Duffy, 2009 dalam Kusmiran 2015).

    Perilaku Caring Perawat adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang perawat

    dalam merawat pasien dan keluarga dengan memberikan dorongan positif, dukungan dan

    peningkatan pelayanan keperawatan. Caring tidak tumbuh dengan sendirinya didalam diri

    seseorang,tetapi merupakan hasil dari budaya, nilai-nilai, pengaalaman dan hubungan individu

    dengan orang lain (Potter & Perry, 2010). Hal itu membutuhkan peningkatan pengetahuan

    perawat tentang manusia,aspek tumbuh kembang respon terhadap lingkungan yang terus

    berubah, keterbatasan, kekuatan dan kebutuhan dasar manusia.Keterampilan dalam tindakan

    sopan, sentuhan, memberikan harapan dan selalu siap untuk pasien merupakan sikap perawat

    yang menunjukan perilaku Caring (Potter & Perry, 2010).

    a).Caring menurut Jean Watson dengan Theory of human caring.

    Caring menurut Watson, 2009adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan

    profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakan-tindakan keperawatan.

    Terdapat 10 faktor sebagai “Human Caring” yang diperlukan dalam hubungan antara perawat

    pasien. Yang memberikan arahan bagi perawat dalam menerapkan perilaku Caring. Faktor

    tersebut diidentifikasi melalui hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang diperlukan dalam

    hubungan Therapeutik dari tenaga kesehatan :

    1) Memiliki nilai Altruistic (sifat lebih memperhatikan dan menutamakan

    kepentingan orang lain) dan mencintai sesama.

  • 2) Memiliki kemampuan untuk menanamkan keyakianan, harapan dan menghargai

    sesama.

    3) Memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang

    lain.

    4) Memiliki kemampuan dalam membina hubungan saling percaya, saling

    membantu dan peduli.

    5) Memiliki kemampuan dalam menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.

    6) Memiliki kemampuan dalam menggunakan metode penyelesaian masalah dengan

    sistematis untuk pengambilan keputusan.

    7) Memiliki kemampuan untuk meningkatkan proses belajar-mengajar ilmiah sesuai

    kebutuhan individu.

    8) Menyediakan lingkungan yang aman dan melindungi meliputi kebutuhan

    fisik, mental, sosial, budaya dan spritual.

    9) Membantu pemenuhan kebutuhan manusia.

    10) Terbuka terhadap hal-hal yang tidak terduga.

    Faktor tersebut di atas menyiratkan bahwa perawat harus memiliki pengetahuan cukup

    untuk mmemberikan pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan pasien

    dan keluarga mengenai masalah kesehatan. Perawat dan pasien akan merasa nyaman dalam

    interaksi tindakan keperawatan jika perawat menggunakan faktor caring tersebut (Watson, 2009

    dalam Kusmiran, 2015).

  • b).Caring Menurut Swanson dengan Theory of Caring(menurut Swanson dalam Kusmiran

    2015).

    1) Knowing (mengetahui)

    Adalah upaya perawat untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam

    kehidupan klien. Subdimensi dari proses Knowing adalah :

    a) Avoiding assumptions (menghindari asumsi-asumsi).

    b) Centering on the one caredfor (perawat berfokus pada klien

    dalam melakukan asuhan keperawatan).

    c) Assessing thoroughly (melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio-psiko

    sosial-spritual-kultural).

    d) Seeking clues (perawat menggali informasi-informasi secara mendalam).

    e) Engaging the self of both (melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan

    berkerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif).

    2) Being With ( Melakukan Bersama )

    Adalah kehadiran secara fisik dan emosional bersama pasien melalui komunikasi

    terapeutik dengan memberikan dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas

    perasaan yang tidak diinginkan. Subdimensi dari proses Being With adalah :

    a) Being there (perawat dapat menunjukan kehadiran secara fisik dan emosional

    bersama pasien).

  • b) Convering availability (menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien

    dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan/well being).

    c) Sharing feeling (berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha

    peningkatan kesehatan klien).

    d) Non-burdening (perawat berkerja sama dengan klien tanpa memaksa kehendak

    kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan).

    3) Doing for (melakukan untuk)

    Berarti bersama-sama melakukan suatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi

    kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Subdimensi dari

    proses Doing for adalah :

    a) Comforting (memberikan kenyamanan), perawat dalam melakukan tindakan

    keperawatan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi

    klien.

    b) Anticipating (mengantisipasi), perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta

    persetujuan klien dan keluarga.

    c) Performing competently/skillfully (menunjukkan keterampilan), perawat

    menunjukan kompetensi atau skill sebagai perawat profesional dengan

    komunikasi dan memberikan kenyamanan tindakannya.

    d) Protecting (melindungi), perawat melindungi hak-hak pasien dalam memberikan

    asuhan keperawatan dan tindakan medis.

  • e) Preserving dignity (menjaga martabat klien), perawat menjaga martabat klien

    sebagai individu atau memanusiakan manusia.

    4)Enabling (Memperdayakan)

    Perawat memberdayakan klien dengan memberikan dukungan, informasi dan

    memfasilitasi klien meningkatkan kesembuhan. Subdimensi dari proses Enabling adalah :

    a) Informing/explaining (memberikan atau menjelaskan informasi), perawat

    memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam

    rangka memerdayakan klien dan keluarga klien.

    b) Supporting/allowing (mendukung), perawat memberikan dukungan kepada klien

    dalam mencapai kesejahteraan/kesehatan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

    c) Focusing (fokus),saat bersama klien, perawat tertuju pada masalah keperawatan

    yang dihadapi oleh klien.

    d) Generating alternative/thinking it throught

    e) Validating/giving feedback, perawat memvalidasi semua tindakan yang telah

    dilakukan dan memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien

    dalam usahanya mencapai kesembuhan.

    5) Maintaning belief (mengatasi kepercayaan)

    Yaitu menumbuhkan keyakinan kepada klien untuk dapat melalui masalah atau

    keadaannya dengan menumbuhkan sikap optimis, membantu mengambil hikmah.Tujuannya

  • adalah untuk menumbuhkan sikap klien yang penuh harapan. Subdimensi dari proses

    Maintaining belief adalah :

    a) Believing in/holding in esteem, perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan

    percaya bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada

    siapapun yang sedang dalam masa transisi.

    b) Maintaining a hope-filled attitude, perawat menunjukan perilaku bahwa perawat

    sepenuhnya peduli atau Care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh,

    kontak mata dan intonasi bicara perawat.

    c) Offering realistic optimism, perawat memberikan harapan yang realistis terhadap

    keadaan klien dan berusaha untuk mempengaruhi klien mempunyai optimisme

    dan harapan yang sama.

    d) Going the distance (menjaga jarak), perawat menjaga hubungan sebagai perawat-

    klien sampai tujuan perawatan tercapai atau berakhir.

    Selain itu, terhadap tingkatan Caring dalam praktik keperawatan menurut Swanson yang

    terbagi atas :

    Tabel. 2.3.1 Tingkatan Caring Keperawatan Menurut Swanson

    Level 1 Capacity for caring (kemampuan untuk melakukan perilaku

    caring):”Apakah perawat memiliki kemampuan untuk melakukan

    perilaku Caring?”Level 2 Concern/commitments (sesuatu yang menarik minat/komitmen):

    ”Apakah perawat memiliki komitmen nilai, tindakan, sikap untuk

  • menunjukkan perilaku Caring?”Level 3 Condditions (keadaan/situasi):”Apakah lingkungan memberikan

    dukungan bagi perawat untuk menerapkan perilaku Caring?”Level 4 Caring actions (tindakan Caring) :”Apakah tindakan perawat

    menerapkan lima proses knowing,being with, doing for, enabling dan

    maintaining beliefs dari pasien ?”Level 5 Caring consequences (dampak caring):”Apakah perilaku caring

    perawat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan?”

    c) Caring Perawat Menurut Potter & Perry

    Potter & Perry (2010) menggambarkan Caring perawat dalam pelayanan keperawatan

    terhadap pasien adalah kehadiran, sentuhan, mendengarkan dan memahami klien.

    2.3.2 Klasifikasi Caring Perawat

    a) Afektif Caring Perawat

    Meliputi nilai kemanusiaan, hormat, kepedulian, empati dan hubungan saling percaya.

    b) Instrumental Caring Perawat

    Menunjukan keterampilan dan kemampuan perawat dalam kognitif dan psikomotor

    seperti pemberian obat, perawatan kebersihan pasien, pemenuhan kebutuhan dasar manusia,dan

    pendidikan kesehatan (Watson dalam dalam Kusmiran, 2015).

    2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Caring Perawat

  • Banyak faktor yang mempengaruhi Caring perawat antara lain beban kerja yang tinggi

    dan motivasi perawat, perawat dan kepuasan kerja perawat memiliki hubungan yang positif

    dengan Caring perawat, sedangkan stress, kejenuhan dan perasaan lelah memiliki hubungan

    yang negative dengan Caring yang ditunjukan oleh perawat.

    a) Beban Kerja Perawat

    Beban kerja yang tinggi menyebabkan stress yang terjadi pada perawat sehingga

    menurunkan motivasi perawat untuk melakukan Caring. Beban kerja yang tinggi

    menyebabkan perawat memiliki waktu yang lebih sedikit untuk memahami dan

    memberikan perhatian terhadap pasien secara emosional dan hanya fokus terhadap

    kegiatan yang bersifat rutinitas seperti memberikan obat, melakukan pemeriksaan

    penunjang atau menulis catatan perkembangan pasien (Sobirin, 2006).

    b) Lingkungan Kerja

    Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku Caring seorang

    perawat. Lingkungan kerja yang baik dapan menciptakan tingginya perilaku Caring

    dan meningkatkan kualitas kesehatan (Suryani, 2010).

    c) Pengetahuan dan Pelatihan

    Caring tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi timbul berdasarkan nilai-nilai dan

    pengalaman menjalin hubungan dengan orang lain. Peningkatan pengetahuan dan

    pelatihan perilaku Caring yang diberikan perawat meningkatkan kesadaran perawat

    untuk Caring sesuai dengan teori yang telah dikembangkan (sutriyanti, 2009).

    2.3.4 Caring Dalam Pelayanan Keperawatan

  • Pengaruh Caring dapat ditunjukan dalam kualitas asuhan keperawatan yang diberikan

    oleh perawat, dan diharapkan oleh pasien dalam praktik pelayanan keperawatan. Penampilan

    sikap caring merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kepuasan pasien akan pelayanan

    keperawatan dan menghindari tanggung gugat pasien (Laschinger, Gilbert & Smith, 2011 dalam

    Kusmiran, 2015). Kualitas caring merupakan tingkah laku verbal dan nonverbal yang ditunjukan

    oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan (Eriksen, 2003 dalam Kusmiran 2015).

    Caring merupakan harapan dari penerima pelayanan kesehatan dalam proses perawatan (Duffy,

    2009 dalam Kusmiran, 2015). Caring merupakan tindakan profesional perawat dalam asuhan

    keperawatan pada pasien dan membina hubungan pasien dan perawat, berfokus pada pelayanan,

    perasaan kasih sayang dan komunikasi (Kusmiran, 2015).

    Berikut adalah gambaran model kualitas caring dalam pelayanan keperawatan :

    Gambar 2.3.4 (1) Model Caring dalam PelayananKeperawatan kepada pasien

    Sumber : Duffy J.R (2009)

    KomunikasiAlokasi sumberdayaPasien dan keluarga

    Kebutuhan pelayanan

    keperawatan

    Perasaan “dirawat”Lingkungan

    Peran dan tanggung

    jawab perawat

    Praktik Caring

  • Berdasarkan gambar model caring dalam pelayanan keperawatan kepada pasien yaitu,

    kualitas caring dalam pelayanan keperawatan pada pasien merupakan peran dan tanggung jawab

    perawat dalam praktik pelayanannya. Praktik caring melibatkan unsur komunikasi kepada pasien

    dan keluarga dengan memaksimalkan sumber daya dan dukungan lingkungan yang kondusif.

    Atas konsep model di atas maka kaitan caring dalam pelayanan keperawatan dan kualitas

    pelayanan tergambar sebagai berikut :

    Struktur Proses Outcomes

    Masa Lalu Partisipan Hubungan Caring Masa Akan Datang

    Pusat Hubungan Terminal Outcomes

    Provider

    Pasien/Keluarga

    Sistem

    Interaksiindependen

    pasien/keluarga-perawat

    +

    Interaksikolaborasi timkesehatan lain-perawat (multi

    disiplin)

    Provider :

    Kepuasan

    kematangan

    Pasien :

    Pelayanan,safet

    y,kepuasan,peni

    ngkatan

    pengetahuan

    Sistem :

    Ulitisasi sumber

    daya,biaya LOS

    Intermediate outcomes

    “Perasaan di perhatikan “

  • Gambar 2.3.4 (2) Model kualitas Caring dalam pelayan keperawatan (Duffy, 2009)

    Sumber : Duffy, J.R (2009)

    Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa caring meliputi pertukaran pengalaman dan

    keberadaan bersama pasien secara konseptual proses caring perawat meliputi empat tahapan

    yaitu :

    Gambar 2.3.4 (3) Konseptual model dari proses caring dalam keperawatan

    Sumber : McDaniel,A.M. (2003)

    Tahap pertama adalah pengakuan merupakan kesadaran dalam diri perawat akan adanya

    kebutuhan perawatan dari orang lain. Kesadaran akan adanya pengalaman orang yang dapat

    Aktualisasi

    Tindakan Caring

    Keputusan

    Pengakuan

  • diberikan kepada orang lain. Tahap kedua adalah keputusan merupakan tahap lanjutan ketika

    perawat menyadari akan kebutuhan perawatan dari orang lain. Pada tahap ini perawat melakukan

    penilaian diri sendiri, pilahan akan kemampuan untuk mensejahterakan orang lain. Kesedian

    perawat dengan caring untuk diberikan kepada orang lain. Tahap ketiga merupakan proses

    caring meliputi tindakan perawat untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain. Caring adalah

    esensi dari nilai dalam memberikan perawatan kepada orang lain. Tahap keempat adalah

    aktualisasi pengalaman caring merupakan hasil akhir dari proses caring. Presepsi dari orang lain

    yang telah diawasi dan diperhatikan adalah proses pemenuhan dalam interksi caring. Realisasi

    mengenai caring terjadi pada proses peningkatan kesejahteraan dan kepuasan diantara perawat

    dan pasien. Caring sebagai proses transformasi yang tidak terlihat (soft skill) (McDaniel, 2003

    dalam Kusmiran, 2015).

    2.3.5 Dampak Caring dan Noncaring Terhadap Pelayanan Keperawatan Kepada

    Perawat dan Pasien

    Caring sebagai nilai profesional dan personal sebagai inti standar normatif yang

    mengarahkan tindakan dan sikap perawat terhadap pasien (Lee-Hsieh, Kuo & Tseng, 2005 dalam

    Kusmiran, 2015). Dampak tindakan dan sikap caring dan noncaring terhadap kualitas pelayanan

    keperawatan bagi pasien yaitu :

    Tabel.2.3.5 Dampak Caring dan Noncaring

    Hasil yang Dirasakan Oleh

    Pasien Mengenai Caring

    Hasil yang Dirasakan Oleh

    Pasien Mengenai Noncaring Perasaan mendalam mengenai

    penghargaan, kontrol diri dan

    Perasaan di permalukan, takut,

    putus asa, ketidakberdayaan,

  • bersifat personal Meningkatkan penyembuhan

    fisik, keamanan, bersemangat,

    lebih nyaman Membina hubungan saling

    percaya, merasa dekat dengan

    anggota keluarga

    kehilangan kendali diri,

    memperlambat proses

    penyembuhan menurun.

    Berikut pula tindakan dan sikap Caring dan Noncaring terhadap kualitas pelayanan

    keperawatan bagi perawat :

    Hasil yang Dirasakan Oleh

    Pasien Mengenai Caring

    Hasil yang Dirasakan Oleh Pasien

    Mengenai Noncaring Mengembangkan rasa

    keberhasilan, kepuasan,

    pencapaian tujuan dan penuh

    rasa syukur Menjaga intergritas,

    pemenuhan kebutan dasar

    manusia, merasakan keutuhan

    fungsi dan tanggung jawab,

    meningkatkan harga diri Melaksanakan tugas sesuai

    filosofi hidup Menghormati proses

    kehidupan dan kematian Refleksi (perenungan) diri Mengembangkan cinta

    keperawatan, peningkatan

    pegetahuan

    Menjadi emosional Kurang peduli Perasaan tertekan Perasaan takut Lelah

  • 2.3.6 Indikator Caring Keperawatan

    Pengukuran caring dalam keperawatan sangat diperlukan untuk memotret perilaku

    caring perawat melalui pendekatan instrumen terukur baik etik maupun praktik. Beberapa alat

    ukur mengenai caring telah dirancang berdasarkan studi literatur dari ilmu keperawatan dan ilmu

    terkait, seperti psikologi dan filsafat untuk mengukur indikator mengenai caring. Pengukuran

    caring melalui instrumen dapat berfungsi sebagai indikator empiris kualitas caring (Watson,

    2009 dalam Kusmiran, 2015).

    Tujuan dari penggunaan alat ukur dalam caring meliputi :

    a) Upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatanb) Untuk membandingkan kualitas pelayanan kesehatanc) Sebagai evaluasi pelayanan tindakan keperawatan rutind) Evaluasi dampak pelayanan keperawatan dengan tindakan caring dibandingkan

    noncaring kepada pasiene) Sebagai data penunjang dari unit atau ruang pelayanan kesehatanf) Sebagai informasi untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam proses

    pelayanan keperawatan untuk meningkatkan evaluasi diri dan model keunggulan

    dalam praktikg) Sebagi informasi untuk pengembangan program pelayanan keperawatanh) Untuk pengembangan teori caring yang sudah adai) Untuk perbaikan dam proses pembelajaran pada pendidikan keperawatan dan perilaku

    caring serta ilmu kesehatan, termasuk pendidikan interdisipliner atau

    transdisciplinary serta penelitian (Watson, 2009 dalam Kusmiran, 2015).

  • Secara umum definisi dari atribut soft skills caring keperawatan dapat di indikatorkan sebagai

    berikut, yaitu :

    a) Kemampuan komunikasib) Kemampuan interpersonalc) Kejujurand) Empatie) Kerjasama timf) Semangat kerjag) Kemampuan mendengarkan orang lainh) Kesabarani) Rasa kasih sayangj) Kemampuan berorganisasi

    2.3.7 Penelitian Terkait

    1) Siti Rufaidah,dkk

    Hubungan Perilaku Caring Perawatdengan LOS (Length of stay) Pada pasien rawat inap

    di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal dan penelitian dilakukan pada bulan September-Desember

    2017.

    Tabel 2.3.6 Penelitian terkait tentang Hubungan Perilaku Caring Perawatdengan LOS

    (Length of stay) pada pasien rawat inap di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal

    Populasi

    Penelitian

    Tindakan Yang

    Akan Di Teliti

    Hasil penelitian Uji Statistik

    Populasi dalam

    penelitian ini

    adalah semua

    pasien rawat

    inap yang akan

    Pemberian rasa aman,

    nyaman, tenang,

    santun, ramah,

    lembut, dan

    menghargai

    Berdasarkan hasil

    penelitian didapat

    dari 113

    responden didapat

    lebih dari 86

    Data dianalisa

    secara statistik

    menggunakan

    korelasi

    Bivariat

  • dilakukan

    tindakan caring

    keperawatan di

    ruang rawat inap

    RSUD

    Dr.H.Soewondo

    Kendal

    (76,1%) kategori

    perilaku caring

    baik dari 25

    responden yang

    dirawat di ruang

    rawat inap selama

    5 hari

    Spearman

    Rank diperoleh

    nilai koefesien

    korelasi antara

    perilaku

    caring perawat

    dengan LOS

    adalah sebesar

    r = 5555 hal ini

    menunjukan

    ada hubungan

    yang kuat

    karena nilai r

    korelasinya >

    0, artinya

    terjadi

    hubungan

    positif

    berdasarkan

    nilai

    signifikasinya

    diketahui

    bahwa p value

  • = 0,000 , dari

    0,05 (α < 0,05)