tinjauan yuridis bagi rumah sakit yang menolak …

31
1 TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK PASIEN YANG TIDAK MAMPU Agustina Anggraeni Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hokum Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,Indonesia ABSTRACT The state is an organization that has a purpose. In the context of the State of Indonesia, the purpose of the State is set out in the fourth paragraph of the Opening of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia which identifies the State of Indonesia as a State of law aimed at realizing public welfare. Every activity in addition must be oriented to the objectives to be achieved must also be based on the applicable law as a rule of state activities, government and society. To achieve these national goals, a sustainable development effort is undertaken which is a series of comprehensive, directed and integrated development, including health development. In matters of public health, the government is obliged to ensure that its citizens are not sick and also obliged to fulfill the rights of their people to a healthy life and the implementation of conditions that determine people's health, because health has become part of the lives of citizens, and to carry out the mandate the State must fulfill the health development principle as written in Article 2 of Law Number 36 Year 2009 concerning Health. Poor health services will adversely affect the interests of the people who need medical services. Especially if the hospital does not provide proper services according to the procedures set out in the Criminal Code, which can cause patients to suffer losses that result in disability or death, then it is a criminal offense and can be criminalized according to Indonesian law. Based on the background description of the problem above, the problems in this paper are: (1) How is the legal protection of poor patients as consumers of services in health services in hospitals? (2) What legal actions can be taken by incapacitated patients for the patient's rejection actions carried out by the hospital? Based on the results of the study as stated above, the following conclusions can be drawn: (1) In an emergency, health care facilities, both government and private, are prohibited from rejecting patients and / or asking for advances. " In addition, the act of refusing medical treatment is also a criminal act, so that it can be prosecuted criminally in accordance with Articles 304 and 531 of the Criminal Code. In the case of refusing hospital medical treatment, the hospital management responsible for violating the law, according to Article 190 paragraph (1) of Law Number 36 Year 2009 concerning Health. (2) Civil legal action that can be taken by poor patients who are refused by the hospital in an emergency situation is by filing a breach of tort and

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

1

TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK PASIEN

YANG TIDAK MAMPU

Agustina AnggraeniFakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hokum

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,Indonesia

ABSTRACT

The state is an organizationthat has a purpose. In the context ofthe State of Indonesia, the purpose ofthe State is set out in the fourthparagraph of the Opening of the1945 Constitution of the Republic ofIndonesia which identifies the Stateof Indonesia as a State of law aimedat realizing public welfare. Everyactivity in addition must be orientedto the objectives to be achieved mustalso be based on the applicable lawas a rule of state activities,government and society. To achievethese national goals, a sustainabledevelopment effort is undertakenwhich is a series of comprehensive,directed and integrated development,including health development.

In matters of public health,the government is obliged to ensurethat its citizens are not sick and alsoobliged to fulfill the rights of theirpeople to a healthy life and theimplementation of conditions thatdetermine people's health, becausehealth has become part of the lives ofcitizens, and to carry out the mandatethe State must fulfill the healthdevelopment principle as written inArticle 2 of Law Number 36 Year2009 concerning Health.

Poor health services willadversely affect the interests of thepeople who need medical services.Especially if the hospital does notprovide proper services according to

the procedures set out in theCriminal Code, which can causepatients to suffer losses that result indisability or death, then it is acriminal offense and can becriminalized according to Indonesianlaw.

Based on the backgrounddescription of the problem above, theproblems in this paper are: (1) Howis the legal protection of poorpatients as consumers of services inhealth services in hospitals? (2) Whatlegal actions can be taken byincapacitated patients for thepatient's rejection actions carried outby the hospital?

Based on the results of thestudy as stated above, the followingconclusions can be drawn: (1) In anemergency, health care facilities,both government and private, areprohibited from rejecting patientsand / or asking for advances. " Inaddition, the act of refusing medicaltreatment is also a criminal act, sothat it can be prosecuted criminallyin accordance with Articles 304 and531 of the Criminal Code. In the caseof refusing hospital medicaltreatment, the hospital managementresponsible for violating the law,according to Article 190 paragraph(1) of Law Number 36 Year 2009concerning Health. (2) Civil legalaction that can be taken by poorpatients who are refused by thehospital in an emergency situation isby filing a breach of tort and

Page 2: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

2

unlawful actions. By rejecting poorpatients in an emergency, thehospital has defaulted because it didnot do what was agreed to do. In thiscase the hospital does not doanything in the form of providingmedical treatment to poor patientswho are in an emergency situation ofcourse require medical treatment assoon as possible. Provisions inArticle 58 Paragraph (1) of theHealth Law says that poor patientswho are refused a hospital in anemergency situation can take legalaction in the form of a civil claim bydemanding compensation to thehospital that committed the refusal.

Keywords: Patients, Services,Hospitals

ABSTRAKNegara adalah suatu

organisasi yang memiliki tujuan.Pada konteks Negara Indonesia,tujuan Negara tertuang dalam alineakeempat Pembukaan UUD NRITahun 1945 yangmengidentifikasikan NegaraIndonesia sebagai Negara hukumyang bertujuan mewujudkankesejahteraan umum. Setiapkegiatan disamping harusdiorientasikan pada tujuan yanghendak dicapai juga harusberdasarkan pada hukum yangberlaku sebagai aturan kegiatankenegaraan, pemerintahan dankemasyarakatan. Untuk mencapaitujuan nasional tersebut, makadilakukan upaya pembangunanyang berkesinambungan yangmerupakan rangkaian pembangunan

yang menyeluruh, terarah, danterpadu, termasuk di dalamnyaadalah pembangunan kesehatan.

Dalam permasalahankesehatan masyarakat, pemerintahberkewajiban memastikan warganegaranya tidak sakit dan jugaberkewajiban untuk memenuhi hakrakyatnya atas kehidupan yang sehatdan terselenggaranya kondisi-kondisiyang menentukan kesehatan rakyat,karena kesehatan telah menjadibagian dari kehidupan warga Negara,dan untuk menjalankan amanattersebut Negara harus memenuhiazas pembangunan kesehatan sepertitertulis dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan.

Pelayanan kesehatan yangtidak baik akan berakibat merugikankepentingan masyarakat yangmemerlukan pelayanan medis.Terlebih apabila rumah sakit tidakmemberikan pelayanan yang layaksesuai prosedur yang diatur dalamKitab Undang-Undang HukumPidana, yang dapat menyebabkanpasien menderita kerugian sehinggamengakibatkan menderita kecacatanataupun kematian maka hal tersebutmerupakan tindak pidana dan dapatdipidanakan sesuai hukum yangberlaku di Indonesia.

Berdasarkan uraian latarbelakang masalah tersebut di atas,permasalahan dalam penulisan iniadalah : (1) Bagaimanakahperlindungan hukum pasien tidakmampu sebagai konsumen jasa

Page 3: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

3

dalam pelayanan kesehatan diRumah Sakit ? (2) Bagaimanatindakan hukum yang dapatdilakukan oleh pasien tidak mampuatas tindakan penolakan pasien yangdilakukan oleh rumah sakit ?

Berdasarkan hasil penelitiansebagaimana dikemukakan di atas,dapat ditarik kesimpulan sebagaiberikut : (1) Dalam keadaan darurat,fasilitas pelayanan kesehatan, baikpemerintah maupun swasta dilarangmenolak pasien dan/atau memintauang muka.” Selain itu perbuatanpenolakan perawatan medis jugatermasuk perbuatan pidana, sehinggadapat dituntut secara pidana sesuaidengan Pasal 304 dan 531 KUHP.Dalam hal yang melakukanpenolakan perawatan medis rumahsakit, maka pimpinan rumah sakityang bertanggung jawab atasterjadinya pelanggaran hukum,sesuai diatur dalam Pasal 190 ayat(1) Undang-Undang Nomor 36Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2)Tindakan hukum perdata yang dapatdilakukan pasien miskin yang ditolakrumah sakit pada keadaan gawatdarurat adalah dengan mengajukangugatan wanprestasi dan perbuatanmelawan hukum. Dengan menolakpasien miskin pada keadaan gawatdarurat, rumah sakit telah melakukanwanprestasi karena tidak melakukanapa yang disepakati untuk dilakukan.Dalam hal ini rumah sakit tidakmelakukan hal berupa memberikantindakan medis kepada pasien miskintersebut yang dalam keadaan gawat

darurat tentu saja memerlukanperlakuan tindakan medis sesegeramungkin. Ketentuan dalam Pasal 58ayat (1) Undang-Undang Kesehatanmengatakan bahwa pasien miskinyang ditolak rumah sakit padakeadaan gawat darurat dapatmelakukan tindakan hukum berupagugatan perdata dengan menuntutganti rugi kepada rumah sakit yangmelakukan tindakan penolakantersebut.

Kata Kunci : Pasien, Pelayanan,Rumah Sakit

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Negara adalah suatuorganisasi yang memilikitujuan. Pada konteks NegaraIndonesia, tujuan Negaratertuang dalam alinea keempatPembukaan UUD NRI Tahun1945 yang mengidentifikasikanNegara Indonesia sebagaiNegara hukum yang bertujuanmewujudkan kesejahteraanumum. Setiap kegiatandisamping harus diorientasikanpada tujuan yang hendakdicapai juga harus berdasarkanpada hukum yang berlakusebagai aturan kegiatankenegaraan, pemerintahan dankemasyarakatan. Untukmencapai tujuan nasionaltersebut, maka dilakukan upayapembangunan yangberkesinambungan yang

Page 4: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

4

merupakan rangkaianpembangunan yang menyeluruh,terarah, dan terpadu, termasukdi dalamnya adalahpembangunan kesehatan.

Kesehatan adalah hakdasar setiap individu, dan semuawarga Negara berhak mendapatpelayanan kesehatan termasukmasyarakat miskin. Hak ataslayanan kesehatan mewajibkannegara menyediakan layanankesehatan bagi warga negaranyayang membutuhkan dan hal inimeupakan bagian dari tugaspemerintah. Hak atasperlindungan kesehatanmewajibkan pemerintahmelakukan pengaturan-pengaturan agar kesehatansetiap orang selaku pemeganghak aman dari bahaya- bahayayang mengancam. Kewajibanini merupakan bagian daritugas-tugas mengaturpemerintah.1 Dalam Pasal 28 Hayat (3) UUD NRI Tahun 1945menyatakan bahwa “setiaporang berhak atas jaminan sosialyang memungkinkanpengembangan dirinya secarautuh sebagai manusia yangbermartabat”. Kesadarantentang pentingnya jaminanperlindungan sosial terusberkembang hingga UUD NRI

1 Titon Slamet Kurnia,2007, Hak atasDerajat Kesehatan Optimal sebagaiHAM di Indonesia, PT. Alumni,Bandung, hlm. 49

Tahun 1945 pada Pasal 34 ayat(2), menyebutkan bahwa Negaramengembangkan sistemjaminan sosial bagi masyarakat.Kesehatan merupakan hak asasimanusia dan salah satu unsurkesejahteraan yang harusdiwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesiasebagaimana dimaksud dalamPancasila dan PembukaanUndang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun1945.

Upaya Peningkatankualitas hidup manusia dibidang kesehatan merupakansuatu usaha yang sangat luasdan menyeluruh, usaha tersebutmeliputi peningkatan kesehatanmasyarakat baik fisik maupunnon fisik. Di dalam sistemKesehatan Nasional disebutkan,bahwa kesehatan menyangkutsemua segi kehidupan yangruang lingkup dan jangkauannyasangat luas dan kompleks. Halini sesuai dengan pengertiankesehatan yang diberikan olehdunia Internasional sebagaiberikut : A state of completephysical, mental, and social,well being and not merely theabsence of deseaseor infirmity.2

Problem upaya kesehatanmerupakan masalah yang baru,tetapi sekaligus klasik. Disebut

2 Hermien Hadiati Koeswadji, 2000, Hukum dan Masalah Medik, Surabaya : Erlangga University Press, hlm.17

Page 5: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

5

baru karena istilah upayakesehatan sendiri merupakan halyang baru. Upaya kesehatandilawankan dengan pelayanankesehatan dalam rangkamemisahkan dua sikap yangsama sekali berbeda. Pelayanankesehatan lebih lebih mengacupada penyelenggaraan kesehatanoleh kaum profesional dankonsumennya bersikap pasif,bahkan menggadaikan sertamempercayakan kesehatanmereka kepada kaumprofesional. Sedangkan istilahupaya kesehatan menitikberatkanpada kata “upaya” (kata kerja).

Dalam upaya peningkatankualitas hidup dan pelayanankesehatan yang memadai makapemerintah maupun swastamenyediakan institusi pelayanankesehatan yang disebut sebagairumah sakit. Rumah Sakit yangmerupakan penyelenggaraanpelayanan kesehatan perorangansecara paripurna yangmenyediakan pelayanan rawatinap, rawat jalan dan gawatdarurat disediakan untukkepentingan masyarakat dalamhal peningkatan kualitas hidup.Kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi di bidang kesehatantelah berkembang dengan pesatdan didukung oleh saranakesehatan yang semakin canggih,perkembangan ini turutmempengaruhi jasa professionaldi bidang kesehatan yang dari

waktu ke waktu semakinberkembang pula.

Penyelenggaraankesehatan merupakan urusanmasyarakat, urusan komunitas;mereka tidak lagi menggadaikandan mempercayakan kesehatanmereka ke tangan kaumprofesional. Semua pihak dalammasyarakat secara aktif ikutmenyelenggarakan danmemelihara kesehatan mereka,dan dalam kasus spesialistikyakni saat dibutuhkan campurtangan profesional-maka kaumprofesional wajib mengatasikasus itu. Dalam fungsi sehari-hari, kaum profesionaitas lebihdiharapkan bertindak sebagaifasilitator penyelenggaraan danpemeliharaan kesehatan olehmasyarakat.3

Pelayanan kesehatan padadasarnya bertujuan untukmelaksanakan pencegahan danpengobatan terhadap penyakit,termasuk didalamnya pelayananmedis yang dilaksanakan atasdasar hubungan individual antaradokter dengan pasien yangmembutuhkan penyembuhan.4

Pelayanan medis adalah saranayang menyediakan pelayananyang bersifat klinis di bidangdiagnostik, dan atau rawat inap.Pelayanan medis ini dapat berupa

3 Roy Tjiong, 2002, Problem Etis Upaya Kesehatan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,),hlm.34

4 Bertens, 2011, Etika Biomedis, (Yogyakarta: Kanisius,), hlm. 133.

Page 6: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

6

penegakan diagnosis denganbenar sesuai prosedur, pemberianterapi, melakukan tindakanmedik sesuai standar pelayananmedik, serta memberikantindakan wajar yang memangdiperlukan untuk kesembuhanpasiennya. Dalam pelayananmedis ini dokter di rumah sakitsangat berperan penting. Adanyaupaya maksimal yang dilakukanoleh pihak rumah sakit ini adalahbertujuan agar pasien tersebutdapat memperoleh hak yangdiharapkannya dari transaksiyaitu kesembuhan ataupunpemulihan kesehatannya.

Pembahasan tentangRumah Sakit tidak mungkindipisahkan dengan penguraiantentang sejarah penyelenggaraanRumah Sakit. Rumah sakitsebagai sebuah institusi ataulembaga, pada mulainyadidirikan dengan latar belakangpelaksanaan tugas keagaamanatau melaksanakan ibadah. MakaRumah Sakit melaksanakantugas pelayanannya semata-matauntuk tujuan sosial kemanusiaansesuai dengan perintah agama.Pelayanan Rumah Sakitbertujuan membantu masyarakat,khususnya masyarakat yangkurang mampu. Pada era inidikenal doctrine of charitablecommunity, bahwa Rumah Sakitmerupakan lembaga karitas, yangsarat dengan sifat sosial,kemanusiaan, dilandasi nilai Ke-

Tuhanan, dan tidak untukmencari keuntungan.5

Oleh karenannya dari sisihukum yang dikembangkanadalah pertanggungjawabannyayang didasarkan pada doctrine ofcharitable immunity. Artinya,bahwa pada saat itu Rumah Sakittidak dapat di gugat jikamelakukan kesalahan yangmenimbulkan kerugian pada diripasien. Rumah Sakit seolah“kebal hukum”. Alasannya,karena tugas kemanusiaannyatersebut, maka Rumah Sakittidak mungkin dibebanitanggungjawab hukum jikaterjadi sesuatu pada diri pasienyang disebabkan oleh tindakanpelayanan medik yang salah diRumah Sakit. Dalam pengertianlain, karena bentuk kegiatannyaadalah menolong tanpa pamrihdan kegiatan pelayanan RumahSakit semata-mata dilandasi rasakemanusiaan dalam rangkamenjalankan fungsi sosial,sehingga tidak mungkinmembalasnya dengan menggugatRumah Sakit atas tugas baiknyatersebut.

Pelayanan kesehatan diRumah Sakit pada saat ini,kenyataannya tidak sama denganmasa yang lalu. Sesuai denganperkembangan zaman, pada saatini pelayanan kesehatan olehRumah Sakit mengalami banyak

5 Endang Wahyati Yustina, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni Media, Bandung, ,hlm.7

Page 7: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

7

perubahan dan perkembanganpula. Menurut Anthony Giddensseperti dikutip oleh Sudarmono,dikatakan bahwa: “Pelayanankesehatan di Indonesia telahbergeser dari Public goodsmenjadi private goods sehinggapemenuhan kepuasan pasiensemakin lama semakinkompleks.

Dalam permasalahankesehatan masyarakat,pemerintah berkewajibanmemastikan warga negaranyatidak sakit dan juga berkewajibanuntuk memenuhi hak rakyatnyaatas kehidupan yang sehat danterselenggaranya kondisi-kondisiyang menentukan kesehatanrakyat, karena kesehatan telahmenjadi bagian dari kehidupanwarga Negara, dan untukmenjalankan amanat tersebutNegara harus memenuhi azaspembangunan kesehatan sepertitertulis dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan.

Pelayanan kesehatanyang tidak baik akan berakibatmerugikan kepentinganmasyarakat yang memerlukanpelayanan medis. Terlebihapabila rumah sakit tidakmemberikan pelayanan yanglayak sesuai prosedur yang diaturdalam Kitab Undang-UndangHukum Pidana, yang dapatmenyebabkan pasien menderitakerugian sehingga

mengakibatkan menderitakecacatan ataupun kematianmaka hal tersebut merupakantindak pidana dan dapatdipidanakan sesuai hukum yangberlaku di Indonesia.

Pada dasarnya kesalahanatau kelalaian yang dilakukanrumah sakit yang mengakibatkankerugian pasien, seharusnyaperlu adanya perhatianpemerintah untuk menanganipermasalahan ini lebih serius lagisehingga tidak akan terjadikerugian yang lebih parah bagimasyarakat. Banyaknya kasusRumah Sakit yangmengakibatkan kerugian padapasien merupakan contohburuknya pelayanan rumah sakitterhadap pasien.yang kurangmampu baik di tolak denganalasan kamar penuh atau alasankarena calon pasien tidakmemenuhi administrasi yang diterapkan oleh rumah sakit.

Bagi pelayanan kesehatanatau rumah sakit yangmemberikan pelayanankesehatan atau pelayanan medisyang tidak selayaknya danmenyebabkan kerugian bagipasien, hal ini dapatdikategorikan tindak pidana halini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)dalam Pasal 304 dan 531 KUHP.

Sejatinya seorang pasienyang menggunakan jasapelayanan medis adalah

Page 8: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

8

konsumen. Hal ini dibenarkandalam Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentangperlindungan konsumen yangmenyebutkan bahwa konsumenadalah setiap orang pemakaibarang dan atau jasa yangtersedia dalam masyarakat, baikbagi kepentingan diri sendiri,keluarga, orang lain, maupunmakhluk hidup lain dan tidakuntuk diperdagangkan. Sebab itusecara umum pasien dilindungioleh Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen,Undang-Undang No. 29 Tahun2004 tentang PraktikKedokteran, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan.

Pasien harus dipandangsebagai subyek yang memilikipengaruh besar atas hasil akhirlayanan bukan sekedar obyek.Hak-hak pasien harus dipenuhimengingat kepuasan pasienmenjadi salah satu barometermutu layanan dan pondasi dalamrangka memberi perlindungankepada pasien, sedangkanketidakpuasan pasien dapatmenjadi pangkal tuntutan hukum.

Gambaran singkat diatasmenarik perhatian penulis untukmengkaji lebih dalam mengenaibagaimana sistem pelaksanaanpenerapan hak pasien sertabagaimana bentuk perlindunganyang diberikan kepada pasien

yang dalam hal ini punulis akanbahas di dalam skripsi ini.

B. Rumusan dan Pembatasanmasalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan dalam penulisan ini adalah :1. Bagaimanakah perlindungan

hukum pasien tidak mampusebagai konsumen jasadalam pelayanan kesehatandi Rumah Sakit?

2. Bagaimana tindakan hukumyang dapat dilakukan olehpasien tidak mampu atastindakan penolakan pasienyang dilakukan oleh rumahsakit?

C. Maksud dan Tujuan PenulisanAdapun maksud dan

tujuan penulisan skripsi inimempunyai maksud sebagaiberikut :a. Untuk mengetahui

perlindungan hukum pasientidak mampu sebagaikonsumen jasa dalampelayanan kesehatan diRumah Sakit.

b. Untuk mengetahui tinjauanyuridis bagi rumah sakityang menolak pasien yangtidak mampu.

Tujuan penelitian yang penulisharapkan adalah :a. Untuk menentukan

alternatif pemecahan

Page 9: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

9

masalah sehinggapermasalahannya segeradapat diatasi bagi rumahsakit yang menolak pasienyang tidak mampu.

b. Untuk memberikan saran-saran yang mendukunglangkah-langkah dalampenerapan sanksi hukumbagi rumah sakit yangmenolak pasien yang tidakmampu.

II. KERANGKA TEORITISA. Tinjauan Umum Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakitmerupakan tempat untukmenyediakan danmemberikan pelayanankesehatan yang meliputiberbagai masalah kesehatan.6

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Rumah Sakit, rumahsakit adalah institusipelayanan kesehatan yangmenyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secaraperipurna yang menyediakanpelayanan rawat inap, rawatjalan dan gawat darurat.Menurut Soerjono danHerkunto dijelaskan bahwa:“Rumah sakit merupakansuatu unit pelayanankesehatan yang memilikibagian-bagian emergency,

6 DEPDIKBUD, Kamus Besar BahasaIndonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Edisike-2 cetakan ke-3, hlm. 851.

pelayanan dan rehabilitasi.Dalam memberikanpelayanan kesehatan yangdilakukan oleh tenaga medis(dokter), aspek-aspekpelayanan kesehatandiberikan melalui diagnosispengobatan perawatan danpendidikan kesehatan”.7

Menurut PeraturanMenteri Kesehatan RI No.340/MenKes/Per/III/2010tentang Rumah Sakitmenyatakan bahwa: “RumahSakit adalah institusipelayanan kesehatan yangmenyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secaraparipurna yang menyediakanpelayanan rawat inap, rawatjalan, dan gawat darurat.”.Selain itu, rumah sakitmerupakan lembaga yangpadat modal, padat karya,padat pakar, padat teknologi,padat pula masalah yangdihadapi. Menurut Rowland,rumah sakit adalah suatusistem kesehatan yang palingkompleks dan paling efektifdi dunia.8

Rumah sakit sebagaisarana kesehatan yangmemberikan pelayanankesehatan kepada masyarakat

7 Soerjono dan Herkunto, 1997,Pengantar Hukum Kesehatan, RemajaKarya, Bandung, hlm. 131.

8 Aditama Chandra Yoga, 2012,Manejemen Administrasi Rumah Sakit,UI Press, Jakarta, ,hlm. 30.

Page 10: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

10

dan memiliki peran yangsangat strategis dalammempercepat peningkatanderajat kesehatan masyarakat.Oleh karena itu, rumah sakitdituntut untuk memberikanpelayaan yang bermutusesuai dengan standar yangditetapkan dan dapatmenjangkau seluruh lapisanmasyarakat.9 Pada Pasal 2Undang-Undang RumahSakit ditegaskan bahwarumah sakit diselenggarakanberdasarkan Pancasila dandidasarkan kepada nilaikemanusiaan, etika danprofesionalitas, manfaat,keadilan, persamaan hak danantidiskriminasi, pemerataan,perlindungan dankeselamatan pasien, sertamempunyai fungsi sosial.Fungsi sosial rumah sakit inimerupakan bagian daritanggung jawab yang melekatpada setiap rumah sakit yangterikat ikatan moral dan etikdari rumah sakit dalammembantu pasien khususnyayang kurang atau tidakmampu untuk memenuhikebutuhan akan pelayanankesehatan.

Fungsi sosial yangdimaksud bahwa rumah sakit

9 Soleh Iskandar, 2016, PelayananKesehatan Dalam MeningkatkanKepuasan Masyarakat Di RumahSakit, Volume 4 Nomor 2, hlm. 3.

berupaya melakukanpelayanan di bidangkesehatan yang meratasehingga dapat dirasakanoleh seluruh masyarakattanpa membeda-bedakanstatus sosialnya. Fungsisosial rumah sakit, padaumumnya melayani tanpamemandang segi apapundari pasien yangbersangkutan. Pasienmampu, pasien “abu-abu”(antara mampu dan tidakmampu dalam ekonomi), danpasien tidak mampu secaraekonomi seharusnya dapatmenerima pelayanankesehatan yang menjadi hakmereka.10 Adapun tujuanpenyelenggaraan rumah sakitdirumuskan dalam Pasal 3Undang-Undang Nomor 44Tahun 2009 tentang RumahSakit yang dinyatakan bahwapengaturan penyelenggaraanrumah sakit bertujuan untukmempermudah aksesmasyarakat untukmendapatkan pelayanankesehatan, memberikanperlindungan terhadapkeselamatan pasien,masyarakat, lingkunganrumah sakit dan sumber dayamanusia dirumah sakit,

10 Margarita Veani Prajati, 2012,Tanggung Jawab Rumah Sakit Privat DiBidang Pelayanan Kesehatan,Universitas Atmajata Yogyakarta,Ypgyakarta, hlm. 9.

Page 11: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

11

meningkatkan mutu danmempertahankan standarpelayanan rumah sakit danmemberikan kepastianhukum kepada pasien,masyarakat, sumber dayamanusia rumah sakit danrumah sakit. Dengandemikian, pendirian rumahsakit mempunyai keberadaantujuan untuk melayanimasyarakat akan kebutuhanpelayanan kesehatan.

2. Tugas dan Fungsi RumahSakit

Tugas rumah sakitrumusan yuridisnya dapatdilihat pada ketentuan 1 butir1 Undang-Undang RumahSakit. Ketentuan inimengandung pengertiantentang rumah sakit danmemuat pula tugas rumahsakit adalah institusipelayanan kesehatan yangtugas pokoknya adalahmenyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secaraparipurna yang menyediakanpelayanan rawat inap, rawatjalan dan gawat darurat.Dalam Pasal 4 dinyatakanbahwa rumah sakit bertugasuntuk memberikan pelayanankesehatan perorangan secaraparipurna. Oleh karena itu,rumah sakit mempunyai misimemberikan pelayanankesehatan yang bermutu danterjangkau kepada

masyarakat agarmeningkatkan derajatkesehatan masyarakat. Pasal5 Undang-Undang Nomor 44Tahun 2009 tentang RumahSakit Untuk menjalankantugas sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4, Rumah Sakitmempunyai fungsi yaitu:

a. Penyelenggaraanpelayanan pengobatandan pemulihankesehatan sesuaidengan standarpelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan danpeningkatan kesehatanperorangan melaluipelayanan kesehatanyang pari purna tingkatkedua dan ketiga sesuaikebutuhan medis;

c. Penyelenggaraanpendidikan danpelatihan sumber dayamenusia dalam rangkapeningkatankemampuan dalampemberian pelayanankesehatan;

d. Penyelenggaraanpenelitian danpengembanganteknologi di bidangkesehatan dalam rangkapeningkatan pelayanankesehatan denganmemperhatikan etikailmu pengetahuanbidang kesehatan.

Page 12: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

12

Pengaturan tugas danfungsi rumah sakitterkait denganbanyaknya.

Pengaturan tugas danfungsi rumah sakit terkaitdengan banyaknya peryaratanyang harus dipenuhi dalampenyelenggaraan pelayanankesehatan di rumah sakitmerupakan salah satu bentukpengawasan preventifterhadap rumah sakit.11

Untuk itu rumah sakitharus benar-benar berfungsidengan baik. Oleh karena itudari tugas dan fungsi rumahsakit tersebut lahirlah hakdan kewajiban rumah sakit.Hak merupakan kewenanganuntuk berbuat atau tidakberbuat sesuatu, sedangkankewajiban adalah tugas yangdibebankan atau tugas yangdilaksanakan dan apabilatidak dilaksanakan akandikenakan sanksi.12

Kewajiban rumah sakit iniditegaskan dalam Pasal 29Undang- Undang Nomor 44Tahun 2009 tentang RumahSakit, diantara lain:

1) Memberikan pelayanan

11 Endang Wahyati Yustina. 2015,Jurnal Hukum Ilmiah: Hak AtasKesehatan Dalam Program JaminanKesehatan Nasional DanCoorporate Social Responsibility(CSR).

12 Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi), Rineka Cipta. Jakarta. Hlm. 159.

kesehatan yang aman,bermutu,antidiskriminasi danefektif denganmengutamakankepentingan pasiensesuai dengan standarpelayanan rumah sakit;

2) Memberikan pelayanangawat darurat kepadapasien sesuai dengankemampuanpelayanannya;

3) Menyediakan sarana danpelayanan bagimasyarakat tidak mampuatau miskin;

4) Melaksananakan fungsisosial antara laindengan memberikanfasilitas pelayananpasien tidakmampu/miskin,pelayanan gawat darurattanpa uang muka,ambulans gratis,pelayanan korbanbencana dan kejadianluar biasa atau baktisosial bagi misikemanusiaan;

5) Memberikan pelayanangawat darurat kepadapasien sesuai dengankemampuanpelayanannya;

6) Membuat, melaksanakandan menjaga standarmutu pelayanankesehatan di rumah

Page 13: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

13

sebagai acuan dalammelayani pasien;

7) Melaksanakan sistemrujukan;

8) Menghormati danmelingungi hak-hakpsien;

9) Melaksanakan etikarumah sakit;

10) Melaksanakan programpemerintah di bidangkesehatan baik secararegional maupunnasional;

11) Menyusun danmelaksanakan peraturaninternal rumah sakit(hospital by law).

Sedangkan hak rumahsakit ditegaskan dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang tentang Rumah Sakit, antara lain:

a) Menerima imbalan jasapelayanan sertamenentukan remunerasi,insentif dan penghargaansesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan;

b) Menggugat pihak yangmengakibatkankerugian;

c) Mendapatkanperlindungan hukumdalam melaksanakanpelayanan kesehatan;

d) Mempromosikanlayanan yang ada di

rumah sakit sesuaidengan ketentuanperundang-undangan.

Rumah Sakit dalammelaksanakan haknya tidakboleh bertentangan denganperaturan perundang-undangan yang berlaku danharus dengan memperhatikankepentingan pasien pula.

Penyelenggaraanmanajemen kesehatan dirumah sakit, terdapatpengelolaan yang berkaitandengan tiga hal yangmerupakan tanggung jawabrumah sakit secara umum.Tiga hal tersebut yaitu:pengelolaan rumah sakit yangberkaitan dengan personalia,pengelolaan rumah sakit yangberkaitan denganpelaksanaan tugas, danpengelolaan yang berkaitandengan duty of care. Olehkarena itu, penyelenggaankegiatan rumah sakit,terdapat kegiatan-kegiatanyang menimbulkan tanggungjawab pengelolaan ataumanajemen rumah sakit dantanggung jawab para tenagaprofesional kesehatan dirumah sakit yang terdiri:tanggung jawab pengelolarumah sakit, dan tanggungtenaga kesehatan (dokter,perawat).

B. Pengertian Pasien

Page 14: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

14

Pasien atau pesakit adalahseseorang yang menerimaperawatan medis. Kata pasiendari bahasa Indonesia analogdengan kata patient dari bahasaInggris. Patient diturunkan daribahasa Latin yaitu patiens yangmemiliki kesamaan arti dengankata kerja pati yang artinya"menderita".orang sakit (ygdirawat dokter), penderita(sakit).13 Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia, pasienadalah14 Dalam Undang- UndangRepublik Indonesia Nomor 29Tahun 2004 tentang PraktikKedokteran menyebutkan bahwapasien adalah setiap orang yangmelakukan konsultasi masalahkesehatannya untuk memperolehpelayanan kesehatan yangdiperlukan baik secara langsungmaupun tidak langsung kepadadokter atau rumah sakit. DalamPasal 1 angka 10 UU No.29Tahun 2004 Tentang PraktikKedokteran, Pasien adalah setiaporang yang melakukan konsultasimasalah kesehatannya untukmemperoleh pelayanankesehatan yang diperlukan baiksecara langsung maupun tidaklangsung kepada dokter ataudokter gigi.

13 http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien, diakses tanggal 25 Januari 2019, pukul 19.20 wite

14 http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diakses tanggal 25 Januari 2019. Pukul 19,30 wite

Dari beberapa pengertiantersebut dapat diambilkesimpulan bahwa pasien yaitu:

1. Setiap orang;2. Menerima/memperoleh

pelayanan kesehatan;3. Secara langsung maupun

tidak langsung; dan4. Dari tenaga kesehatan.

Istilah konsumen berasaldari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument /konsument (Belanda). Katakonsument dalam bahasa Belandatersebut oleh para ahli hukumpada umumnya sudah disepakatiuntuk mengartikannya sebagaipemakai terakhir dari benda danjasa (uiteindelijk gebruiker vangoederen en dienstent) yangdiserahkan kepada mereka olehpengusaha (ondernemer).15

Secara harafiah arti kataconsumer adalah (lawan dariprodusen) setiap orang yangmenggunakan barang. Tujuanpenggunaan barang atau jasa ininanti menentukan termasukkonsumen kelompok manapengguna tersebut.16 Begitu pulaKamus Bahasa Inggris-Indonesiamemberi arti consumer sebagaipemakai atau konsumen.Menurut Pasal 1 ayat (2)Undang-Undang Perlindungan

15 Hermien Hadiati Koeswadji, 2000.Hukum dan Masalah Medik, (Surabaya:Airlangga University Press, ), hlm. 31.

16 A.Z. Nasutuion, 2001, HukumPerlindungan Konsumen SuatuPengantar, (Jakarta: Diadit Media,), hlm.3

Page 15: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

15

Konsumen, dijelaskan bahwaKonsumen adalah setiap orangpemakai barang dan/atau jasayang tersedia dalam masyarakat,baik bagi kepentingan dirisendiri, keluarga, orang lain,ntaupun makhluk hidup lain dantidak untuk diperdagayatn.Berdasarkan pengertian tersebut,maka yang dimaksud konsumenadalah konsumen akhir.17

Manusia sebagai makhluksosial (zoon politicon) pastimembutuhkan orang lain dalammemenuhi kebutuhannya,termasuk orang yang sedangsakit. Orang yang sedang sakit(pasien) yang tidak dapatmenyembuhkan penyakit yangdideritanya, tidak ada pilihan lainselain meminta pertolongan dariorang yang dapatmenyembuhkan penyakitnya,yaitu tenaga kesehatan. TenagaKesehatan adalah setiap orangyang mengabdikan diri dalambidang kesehatan serta memilikipengetahuan dan/atauketerampilan melalui pendidikandi bidang kesehatan yang untukjenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukanupaya kesehatan.18 Dalam hal initenaga kesehatan dapat ditemuioleh pasien di tempat- tempat

17 John M. Echols & Hasan Sadily, 1999,Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:Gramedia), hlm. 124.

18 Pasal 1 angka 6 Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 36 Tahun2009 tentang Kesehatan

yang memberikan layanankesehatan seperti Puskesmas,Balai Kesehatan, tempat PraktekDokter dan Rumah Sakit.

Undang-Undang dalambidang kesehatan tidakmenggunakan istilah konsumendalam menyebutkan penggunajasa rumah sakit (pasien). Tetapiuntuk dapat mengetahuikedudukan pasien sebagaikonsumen atau tidak, maka kitadapat membandingkanpengertian pasien dan konsumen.Adapun unsur-unsur pengertiankonsumen yang kemudiandibandingkan dengan unsur-unsur dalam pengertian pasienyaitu:

1. Setiap OrangSubjek yang disebut

sebagai konsumen berartisetiap orang yang berstatussebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah “orang”sebetulnya menimbulkankeraguan, apakah hanyaorang individual yang lazimdisebut natuurlijke persoonatau termasuk juga badanhukum (rechtspersoon).Pasien adalah setiap orangdan bukan merupakan badanusaha, karena pengobatanyang diberikan oleh tenagakesehatan adalah untukkesehatan bagi diri pribadiorang tersebut bukan untukorang banyak. Kesehatan

Page 16: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

16

adalah sesuatu hal yang tidakbisa untuk diwakilkan kepadaorang lain maupun badanusaha manapun.

2. PemakaiKata “Pemakai”

sesuai dengan PenjelasanPasal 1 ayat (2) Undang-Undang PerlindunganKonsumen adalahmenekankan bahwakonsumen adalah konsumenakhir (ultimate consumer).Istilah “pemakai” dalam halini tepat digunakan dalamrumusan ketentuan tersebut,sekaligus menunjukkan,barang dan/atau jasa yangdipakai tidak serta mertahasil dari transaksi jual beli.Artinya, sebagai konsumentidak selalu harusmemberikan prestasinyadengan cara membayar uanguntuk memperoleh barangdan/atau jasa itu. Dengankata lain, dasar hubunganhukum antara konsumen danpelaku usaha tidak perluharus kontraktual (the privityof contract). Konsumenmemang tidak sekedarpembeli (buyer atau koper)tetapi semua orang(perorangan atau badanusaha) yang mengonsumsijasa dan/atau barang.

Jadi, yang palingpenting terjadinya suatu

transaksi konsumen(consumer transaction)berupa peralihan barang dan/atau jasa, termasuk peralihankenikmatan dalammenggunakannya.19 Dan bilakita melihat dalam halpelayanan kesehatan makaperalihan jasa terjadi antaradokter kepada pasien. Pasienmerupakan pemakai ataupengguna jasa pelayanankesehatan di rumah sakitmaupun di tempat praktikdokter. Dan setelah pasienmendapatkan jasa dari tenagakesehatan, maka kemudianakan terjadi transaksiekonomi baik secaralangsung maupun tidaklangsung berupa pembayaranatas jasa yang telahdiperoleh.

3. Barang dan/atau JasaBerkaitan dengan

istilah barang dan/atau jasa,sebagai penggantiterminologi tersebutdigunakan kata produk. Saatini “produk” sudahberkonotasi barang atau jasa.Undang-UndangPerlindungan Konsumenmengartikan barang sebagai“setiap benda, baik berwujudmaupun tidak berwujud, baikbergerak maupun tidak

19 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 28

Page 17: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

17

bergerak, baik dapatdihabiskan maupun tidakdapat dihabiskan, yang dapatuntuk diperdagayatn, dipakai,dipergunakan, ataudimanfaatkan olehkonsumen”. Undang-UndangPerlindungan Konsumentidak menjelaskan perbedaanistilah-istilah “dipakai,dipergunakan, ataudimanfaatkan”.16

Undang-UndangPerlindungan Konsumenmemberikan pengertian jasadiartikan sebagai “setiaplayanan yang berbentukpekerjaan atau prestasi yangdisediakan bagi masyarakatuntuk dimanfaatkan olehkonsumen. Pengertian“disediakan bagimasyarakat”, menunjukkan,jasa itu harus ditawarkankepada masyarakat. Artinya,harus lebih dari satu orang.Jika demikian halnya,layanan yang bersifat khusus(tertutup) dan individual,tidak tercakup dalampengertian tersebut.20

Pelayanan kesehatanmerupakan salah satu bentukjasa sesuai dengan pengertianUndang-UndangPerlindungan Konsumen

20 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,2007, Hukum Perlindungan Konsumen(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,),hlm. 14.

tersebut, hal ini karenapelayanan kesehatanmenyediakan prestasi berupapemberian pengobatankepada pasien yangdisediakan untuk masyarakatluas tanpa terkecuali. Secaraumum, jasa pelayanankesehatan mempunyaibeberapa karakteristik yangkhas yang membedakannyadengan barang, yaitu: 21

a. Intangibility, jasapelayanan kesehatanmempunyai sifat tidakberbentuk, tidak dapatdiraba, dicium, ataudirasakan. Tidak dapatdinilai (dinikmati)sebelum pelayanankesehatan diterima(dibeli). Jasa juga tidakmudah dipahami secararohani. Jika pasien akanmenggunakan(membeli) jasapelayanan kesehatan, iahanya dapatmemanfaatkannya saja,tetapi tidak dapatmemilikinya.

a. Inseparability, produkbarang harus diprodukdulu sebelum dijual,tetapi untuk jasapelayanan kesehatan,produk jasa harus

21 A. Gde Muninjaya, 2004, ManajemenKesehatan, (Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC,), hlm. 237

Page 18: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

18

diproduksi secarabersamaan pada saatpasien meminyapelayanan kesehaatan.Dalam hal ini, jasadiproduuksi bersamaanpada saat pasienmeminta pelayanankesehatan.

b. Variability, jasa jugabanyak variasinya(nonstandardizedoutput). Bentuk, mutu,dan jenisnya sangattergantung dari siapa,kapan, dan di mana jasatersebut diproduksi.Oleh karena itu, mutujasa pelayanankesehatan yang peoplebased dan high contactpersonnel sangatditentukan oleh kualitaskomponen manusiasebagai faktor produksi,standar prosedur selamaproses produksinya, dansistem pengawasannya.

c. Perishability, jasamerupakan sesuatuyang tidak dapatdisimpan dan tidaktahan lama. Tempattidur Rumah Sakit yangkosong, atau waktutunggu dokter yangtidak dimanfaatkan olehpasien akan hilangbegitu saja karena jasatidak dapat disimpan.

Selain itu, di bidangpelayanan kesehatan,penawaran danpermintaan jasa sangatsulit diprediksi, karenatergantung dari adatidaknya orang sakit.Tidak etis jika RumahSakit atau dokterpraktik mengharapkanagar selalu ada orangyang jatuh sakit.

4. Yang Tersedia dalam Masyarakat

Barang dan/atau jasayang ditawarkan kepadamasyarakat sudah harustersedia di pasarkan (Pasal 9ayat (1) huruf e Undang-Undang PerlindunganKonsumen). Dalamperdagangan yang makinkompleks dewasa ini, syaratitu tidak mutlak lagi dituntutoleh masyarakat konsumen.Misalnya, perusahaanpengembang (developer)perumahan sudah biasamengadakan transaksiterlebih dulu sebelumbangunannya jadi. Bahkan,untuk jenis-jenis transaksikonsumen tertentu, sepertifutures trading, keberadaanbarang yang diperjualbelikanbukan sesuatu yangdiutamakan. 19 Jasa pelayanankesehatan tentunyamerupakan hal yang tersediadi masyarakat, bahkan

Page 19: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

19

disediakan oleh pemerintah.Ketersediaan pelayanankesehatan merupakan salahsatu hal yang harusdiperhatikan oleh pemerintah,karena mewujudkanmasyarakat yang sehat adalahmerupakan salah satuprogram pemerintah. Dalamsatu daerah pasti tersediapuskesmas, rumah sakit,bahkan tempat praktikdokter. Jadi jasa pelayanankesehatan merupakan sesuatuhal yang tersedia di dalammasyarakat.

Umumnya dalam halpelayanan kesehatan, pasienmerupakan konsumen akhir.Hal ini karena berdasarkansifat dari jasa pelayanankesehatan salah satunyaadalah tidak berbentuk, tidakdapat diraba, dicium,disentuh, atau dirasakan.Karena pelayanan tidaklahberbentuk, maka pelayanantersebut tidak mungkin dapatdiperdagayatn kembali.Pelayanan kesehatan adalahpelayanan yang baru dapatdirasakan apabila pasienmendapat pelayanankesehatan baik secaralangsung maupun tidak daritenaga kesehatan.

Berdasarkanpenjelasan dari unsur-unsurkonsumen dan dengan

dikaitkan dengan pasien,maka menurut penulis pasienjuga dapat dikategorikansebagai konsuemen, yaitukonsumen jasa pelayanankesehatan (medis), karenaunsur- unsur pengertiankonsumen telah terpenuhidalam pengertian pasien. Danketentuan di atas menjelaskanbahwa apabila dikaitkandengan jasa pelayanan medis,dapat diartikan sebagailayanan atau prestasikesehatan yang dilakukanoleh dokter dan disediakanbagi masyarakat untukdimanfaatkan pasien sebagaikonsumen. Dengan kata lainbahwa pengertian pasiensebagai konsumen jasapelayanan medis adalah"Setiap orang pemakai jasalayanan atau prestasikesehatan yang dilakukanoleh dokter dan disediakanbagi masyarakat.

Umumnya dalam halpelayanan kesehatan, pasienmerupakan konsumen akhir.Hal ini karena berdasarkansifat dari jasa pelayanankesehatan salah satunyaadalah tidak berbentuk, tidakdapat diraba, dicium,disentuh, atau dirasakan.Karena pelayanan tidaklahberbentuk, maka pelayanantersebut tidak mungkin dapatdiperdagayatn kembali.

Page 20: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

20

Pelayanan kesehatan adalahpelayanan yang baru dapatdirasakan apabila pasienmendapat pelayanankesehatan baik secaralangsung maupun tidak daritenaga kesehatan.

C. Pasien Sebagai KonsumenBerbicara mengenai

pasien sebagai konsumen dalamkaitannya di dalam pelayananmedis, dimana terdapathubungan antara tenagapelaksana (tenaga kesehatan)dengan pasien yang merupakankonsumen jasa. Terlebih dahuluperlu diketahui apa yangdimaksud dengan konsumen.

Menurut UU No. 8/Tahun 1999 TentangPerlindungan Konsumen, Pasal1 (2) menyebutkan konsumenadalah “Setiap orang pemakaibarang dan/ atau jasa yangtersedia dalam masyarakat, baikbagi kepentingan diri sendiri ,keluarga, orang lain, maupunmakhluk hidup lain dan tidakuntuk diperdagangkan”.

Konsumen diartikantidak hanya individu (orang),tetapi juga suatu perusahaanyang menjadi pembeli ataupemakai terakhir. Adapun yangmenarik di sini, konsumen tidakharus terikat dalam hubunganjual beli, sehingga dengansendirinya konsumen tidakidentik dengan pembeli. Lain

halnya pendapat dari Hondius(Pakar masalah Konsumen diBelanda) menyimpulkan, bahwapara ahli hukum pada umumnyasepakat mengartikan konsumensebagai pemakai terakhir daribenda dan jasa. Jasa adalah “setiap layanan yang berbentukpekerjaan atau prestasi yangdisediakan bagi masyarakatuntuk dimanfaatkan olehkonsumen”.22

Dari penjelasan diatasmaka dapat disimpulkan bahwapasien sebagai konsumen adalahindividu (orang) yangmenggunakan jasa dalam hal inilayanan yang berbentukpekerjaan atau prestasi yangdisediakan bagi masyarakatuntuk dimanfaatkan dalamkaitannya dengan kesehatan.Orang yang menggunakan jasatersebut adalah orang yangmenginginkan akan adanyapengobatan yang diberikan olehtenaga kesehatan.

Dalam pelayanan dibidang kesehatan, tidak terpisahakan adanya seorang tenagakesehatan dengan konsumen,dalam hal ini pasien. Pasiendikenal sebagai penerima jasapelayanan kesehatan dan daripihak rumah sakit sebagaipemberi jasa pelayanan

22 Shidarta, 2000, Hukum PerlindunganKonsumen Indonesia, Jakarta,PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.hlm 1.

Page 21: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

21

kesehatan dalam bidangperawatan kesehatan. Dari sudutpandangan sosiologis dapatdikatakan bahwa pasien maupuntenaga kesehatan memainkanperanan-peranan tertentu dalammasyarakat. Dalamhubungannya dengan tenagakesehatan, misalnya dokter,tenaga kesehatan mempunyaiposisi yang dominan apabiladibandingkan dengankedudukan pasien yang awamdalam bidang kesehatan.23

III. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum PasienTidak Mampu DalamPelayanan Kesehatan DiRumah Sakit

Berbicara mengenaiperlindungan hukum pasiensebagai konsumen jasa dalampelayanan kesehatan, makaharus melihat terlebih dahulumengenai pengertian dariperlindungan konsumen yaitusegala upaya yang menjaminadanya kepastian hukum untukmemberi perlindungan kepadakonsumen (Pasal 1 ayat (1)Undang- Undang Nomor 8Tahun 1999 TentangPerlindungan Konsumen). Halini diartikan bahwa adanya

23 Az. Nasution, Hukum PerlindunganKonsumen, Diadit Media, Jakarta, hal.138.

upaya mengenai adanyakepastian hukum itu dengancara memberikan perlindunganhukum kepada konsumen.

Perlindungan hukumpasien sebagai konsumen disiniberkaitan dengan adanya jasayang diberikan oleh tenagakesehatan, namun sebelumnyaperlu diketahui mengenaipengertian jasa. Jasa adalahsetiap setiap layanan yangberbentuk pekerjaan atauprestasi yang disediakan bagimasyarakat untuk dimanfaatkanoleh konsumen. (Pasal 1 ayat(5) Undang- Undang Nomor 8Tahun 1999 TentangPerlindungan Konsumen).Dalam permasalahan yangdiangkat penulis mengenaiperlindungan pasien kurangmampu, adalah pasien di sinimerupakan konsumen dalambidang jasa.

Hubungan hukumantara rumah sakit denganpasien telah terjadi sejakdahulu, rumah sakit yangmemberikan pelayanan danpengobatan terhadap orangyang membutuhkannya.Hubungan ini merupakanhubungan yang sangat baikkarena didasarkan ataskepercayaan dari pasienterhadap rumah sakit yangdisebut dengan transaksi.Transaksi antara rumah sakitdan pasien menimbulkan hak

Page 22: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

22

dan kewajiban yang timbalbaik, dan apabila hak dankewajiban itu tidak dipenuhioleh salah satu pihak yangsudah bersepakat mengadakantransaksi itu, maka wajarlahapabila pihak yang merasadirugikan melakukan tuntutangugatan. Oleh karenakonsumen menyangkut semuaindividu, maka konsumenmempunyai hak untukmendapat perlindungan hukum.Hubungan rumah sakit pasienitu bertumpu pada dua macamhak asasi, yaitu hak untukmenentukan nasib sendiri danhak atas informasi.

Hubungan tenagakesehatan dengan pasien dilihatdari aspek hukum adalahhubungan antara subyek hukumdengan subyek hukum.Hubungan hukum selalumenimbulkan hak dankewajiban yang timbal- balik.Hak tenaga kesehatan (rumahsakit ataupun tenaga kesehatanlain) menjadi kewajiban pasien,dan hak pasien menjadikewajiban tenaga kesehatan.Hubungan tenaga kesehatandan pasien adalah hubungandalam jasa pemberianpelayanan kesehatan. Tenagakesehatan sebagai pemberi jasapelayanan kesehatan dan pasiensebagai penerima jasapelayanan kesehatan. Setiaprumah sakit dituntut bertindak

secara profesional dansenantiasa mengembangkanilmunya. Sehingga pekerjaanrumah sakitan tidak pernahlepas dari riset danpengembangan ilmunyasendiri. Kadangkala rumahsakit lebih senangmenggunakan metode yangsudah- sudah dan tidak maumencari metode yang terbaikbagi pasiennya. Padahal setiapperkembangan pengobatanakan sangat berguna bagiperkembangan kesehatanpasien dan masyarakat padaumumnya.

Kesulitan masyarakatsaat ini khususnya pasienadalah pembiayaan kesehatanyang mahal. Tidak hanyarumah sakitnya tetapi untukmenjangkau sarana danprasarana kesehatan juga harusdengan usaha yang tidaksedikit. Sehingga kebanyakanupaya untuk perlindunganterhadap pasien yangmerupakan bagian darimasyarakat kurang terjamin.Kepentingan pasien menjaditolok ukur semua pengobatan.Oleh karena itu seorang rumahsakit wajib untuk meerima danmerawat pasien sesuai dengankebutuhan pasien.

Didalam Hak dankewajiban pasien sebagaikonsumen jasa dalam

Page 23: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

23

pelayanan kesehatan yang lebihmenjadi sorotan adalah hakyang didapat oleh pasiensebagai wujud dariperlindungan hukum terhadappasien. Hak yang sangatberhubungan erat denganpasien adalah hak untukmenentukan nasibnya sendiridan hak mendapat informasialasan akibat penolakantersebut. Sedangkan hal yangberkaitan dengan hak mendapatinformasi adalah informasi darirumah sakit mengenai keadaanyang berhubungan denganpasien tidak mampu besertaalasan penolakannya.

Perlindungan hukumpasien sebagai konsumenmemang tidak hanya harusdiatur didalam UU No. 8 Tahun1999 tentang Konsumen tetapijuga harus dikaitkan denganapa yang diatur didalam UUNo. 36 Tahun 2009 yang manadidalamnya diatur secara jelasmengenai hak-hak pasien dankewajiban pasien, hak-haktenaga kesehatan dankewajiban dari tenagakesehatan itu sendiri sehinggadidalamnya terdapat suatu polahubungan antara pasien sebagaikonsumen dan tenagakesehatan sebagai pemberi jasakepada konsumen yangakhirnya akan menimbulkansuatu perlindungan hukumterhadap pasien itu sendiri.

Pasien rumah sakitadalah konsumen, sehinggasecara umum pasien dilindungidengan Undang-Undang No. 8Tahun 1999 tentangPerlindungan KonsumenMenurut pasal 4 UU No.8/1999, hak-hak konsumenadalah:

1. hak atas kenyamanan,keamanan, dankeselamatan dalammengkonsumsi barangdan/atau jasa;

2. hak untuk memilih barangdan/atau jasa sertamendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuaidengan nilai tukar dankondisi serta jaminanyang dijanjikan;

3. hak atas informasi yangbenar, jelas, dan jujurmengenai kondisi danjaminan barang dan/ataujasa;

4. hak untuk didengarpendapat dan keluhannyaatas barang dan/atau jasayang digunakan;

5. hak untuk mendapatkanadvokasi, perlindungan,dan upaya penyelesaiansengketa perlindungankonsumen secara patut;

6. hak untuk mendapatpembinaan danpendidikan konsumen;

7. hak untuk diperlakukanatau dilayani secara benar

Page 24: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

24

dan jujur serta tidakdiskriminatif;

8. hak untuk mendapatkankompensasi, ganti rugidan/atau penggantian,apabila barang dan/ataujasa yang diterima tidaksesuai dengan perjanjianatau tidak sebagaimanamestinya;

Perlindungan PasienDalam Undang-Undang Nomor39 Tahun 2009 TentangKesehatan Pasal 56 yangberbunyi :

1. Setiap orang berhakmenerima atau menolaksebagian atau seluruhtindakan pertolonganyang akan diberikankepadanya setelahmenerima dan memahamiinformasi mengenaitindakan tersebut secaralengkap.

2. Hak menerima ataumenolak sebagaimanadimaksud pada ayat (1)tidak berlaku pada:a. penderita penyakit

yang penyakitnyadapat secara cepatmenular ke dalammasyarakat yang lebihluas;

b. keadaan seseorangyang tidak sadarkandiri; atau

c. gangguan mental berat.3. Ketentuan mengenai hak

menerima atau menolaksebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur sesuaidengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 57 yang berbunyi :

1. Setiap orang berhak atasrahasia kondisikesehatan pribadinyayang telah dikemukakankepada penyelenggarapelayanan kesehatan.

2. Ketentuan mengenai hakatas rahasia kondisikesehatan pribadisebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidakberlaku dalam hal:a. perintah undang-

undang;b. perintah pengadilan;c. izin yang

bersangkutan;d. kepentingan

masyarakat; ataue. kepentingan orang

tersebut.Pasal 58 yang berbunyi :

1. Setiap orang berhakmenuntut ganti rugiterhadap seseorang,tenaga kesehatan,dan/atau penyelenggarakesehatan yangmenimbulkan kerugianakibat kesalahan ataukelalaian dalampelayanan kesehatan yang

Page 25: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

25

diterimanya.2. Tuntutan ganti rugi

sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidakberlaku bagi tenagakesehatan yangmelakukan tindakanpenyelamatan nyawa ataupencegahan kecacatanseseorang dalam keadaandarurat.

3. Ketentuan mengenai tatacara pengajuan tuntutansebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatursesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang PraktekKerumah sakitan jugamerupakan Undang-Undangyang bertujuan untukmemberikan perlindungan bagipasien. Hak-hak pasien diaturdalam pasal 52 UU No. 29Tahun 2004 adalah:

a) mendapatkan penjelasansecara lengkap tentangtindakan medissebagaimana dimaksuddalam pasal 45 ayat (3);

b) meminta pendapat rumahsakit atau rumah sakitlain;

c) mendapatkan pelayanansesuai dengan kebutuhanmedis;

d) menolak tindakan medis;e) mendapatkan isi rekam

medis.Perlindungan hak

pasien juga tercantum dalampasal 32 Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang RumahSakit, yaitu:

a) memperoleh informasimengenai tata tertib danperaturan yang berlaku diRumah Sakit;

b) memperoleh informasitentang hak dankewajiban pasien;

c) memperoleh layanan yangmanusiawi, adil, jujur,dan tanpa diskriminasi;

d) memperoleh layanankesehatan yang bermutusesuai dengan standarprofesi dan standarprosedur operasional;

e) memperoleh layananyang efektif dan efisiensehingga pasien terhindardari kerugian fisik danmateri;

f) mengajukan pengaduanatas kualitas pelayananyang didapatkan;

g) memilih rumah sakit dankelas perawatan sesuaidengan keinginannya danperaturan yang berlaku diRumah Sakit;

h) meminta konsultasitentang penyakit yangdideritanya kepada rumahsakit lain yangmempunyai Surat IzinPraktik (SIP) baik di

Page 26: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

26

dalam maupun di luarRumah Sakit;

i) mendapatkan privasi dankerahasiaan penyakityang diderita termasukdata- data medisnya;

j) mendapat informasi yangmeliputi diagnosis dantata cara tindakan medis,tujuan tindakan medis,alternatif tindakan, risikodan komplikasi yangmungkin terjadi, danprognosis terhadaptindakan yang dilakukanserta perkiraan biayapengobatan;

k) memberikan persetujuanatau menolak atastindakan yang akandilakukan oleh tenagakesehatan terhadappenyakit yangdideritanya;

l) didampingi keluarganyadalam keadaan kritis;

m) menjalankan ibadahsesuai agama ataukepercayaan yangdianutnya selama hal itutidak mengganggu pasienlainnya;

n) memperoleh keamanandan keselamatan dirinyaselama dalam perawatandi Rumah Sakit;

o) mengajukan usul, saran,perbaikan atas perlakuanRumah Sakit terhadapdirinya;

p) menolak pelayananbimbingan rohani yangtidak sesuai denganagama dan kepercayaanyang dianutnya;

q) menggugat dan/ataumenuntut Rumah Sakitapabila Rumah Sakitdiduga memberikanpelayanan yang tidaksesuai dengan standarbaik secara perdataataupun pidana; dan

r) mengeluhkan pelayananRumah Sakit yang tidaksesuai dengan standarpelayanan melalui mediacetak dan elektroniksesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Berdasarkan keempatUndang-undang tersebut makapeneliti secara garis besarmenyimpulkan bahwa ada 5(lima) jaminan hak pasien yangharus dipenuhi oleh pihakrumah sakit agar perlindunganhukum terhadap pasien sebagaikonsumen jasa dalampelayanan kesehatan dapatterpenuhi yaitu :

1. Jaminan Untuk MendapatInformasi Pada SaatDiberikan PelayananKesehatan

2. Jaminan Atas Keamanan,Kenyamanan danKeselamatan AtasPelayanan Kesehatan

Page 27: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

27

3. Jaminan Atas PersamaanHak Dalam PelayananKesehatan

4. Jaminan Atas KebebasanMemilih Atas PelayananKeperawatan

5. Jaminan Atas KebebasanUntuk Menuntut Hak-hakYang Dirugikan

Sebagaimana yangdiatur didalam Undang-undangPerlindungan Konsumen padaPasal 4 huruf c yang berbunyikonsumen memiliki : “hak atasinformasi yang benar, jelas, danjujur mengenai kondisi danjaminan barang dan/atau jasa”Dari hak atas informasi rumahsakit atau tenaga kesehatandituntut untuk memberikaninformasi yang benar, jelas danjujur terhadap alasan penolakanpasien. Sebagai rumah sakityang baik seharusnya adatempat khusus yang bisamenampung keluhan-keluhandari pasien sehingga pasienbisa tau dan jelas kemana diabisa mengadu dan memintapertanggungjawaban untuksegera mendapatkan perawatan.

Penolakan perawatanpasien kurang mampu yangdilakukan rumah sakit terhadappasien yang membutuhkanperawatan termasuk perbuatanmelawan hukum dan termasuktindakan pidana. Dalam hal iniseharusnya rumah sakit dilarangmenolak pasien yang

membutuhkan perawatan medis,dalam Undang-Undang Nomor36 Tahun 2009 tentangKesehatan telah mengatur:“Dalam keadaan darurat,fasilitas pelayanan kesehatan,baik pemerintah maupun swastadilarang menolak pasiendan/atau meminta uang muka.”Selain itu perbuatan penolakanperawatan medis juga termasukperbuatan pidana, sehinggadapat dituntut secara pidanasesuai dengan Pasal 304 dan 531KUHP. Dalam hal yangmelakukan penolakan perawatanmedis rumah sakit, makapimpinan rumah sakit yangbertanggung jawab atasterjadinya pelanggaran hukum,sesuai diatur dalam Pasal 190ayat (1) Undang-Undang Nomor36 Tahun 2009 tentangKesehatan.”

B. Upaya Hukum YangDilakukan Atas PenolakanPasien Yang Dilakukan OlehRumah Sakit.

Berdasarkan Pasal 32huruf q Undang-UndangRumah Sakit, setiap pasienmempunyai hak untukmenggugat dan/atau menuntutrumah sakit apabila rumahsakit diduga memberikanpelayanan yang tidak sesuaidengan standar baik secaraperdata ataupun pidana.Dengan melakukan penolakan

Page 28: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

28

pada pasien miskin padakeadaan gawat darurat, rumahsakit telah melakukan tindakanyang tidak sesuai denganaturan perundang-undangan,untuk itu pasien dapatmenggugat dan/atau menuntutrumah sakit. Hal ini berartipasien miskin dapat melakukantindakan hukum berupamenggugat rumah sakit secaraperdata dan/atau menuntutrumah sakit tersebut secarapidana.

Tindakan hukumperdata yang dapat dilakukanpasien miskin yang ditolakrumah sakit pada keadaangawat darurat adalah denganmengajukan gugatanwanprestasi dan perbuatanmelawan hukum. Denganmenolak pasien miskin padakeadaan gawat darurat, rumahsakit telah melakukanwanprestasi karena tidakmelakukan apa yang disepakatiuntuk dilakukan. Dalam hal inirumah sakit tidak melakukanhal berupa memberikantindakan medis kepada pasienmiskin tersebut yang dalamkeadaan gawat darurat tentusaja memerlukan perlakuantindakan medis sesegeramungkin. Ketentuan dalamPasal 58 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan mengatakanbahwa pasien miskin yangditolak rumah sakit pada

keadaan gawat darurat dapatmelakukan tindakan hukumberupa gugatan perdata denganmenuntut ganti rugi kepadarumah sakit yang melakukantindakan penolakan tersebut.

Gugatan tersebut sesuaidengan aturan yang tercantum dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi :

“ Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.”

Berdasarkan pasaltersebut dan tuntutan ganti rugiyang diajukan maka atastindakan penolakan kepadapasien miskin pada keadaangawat darurat, maka rumahsakit dikatakan telahmelakukan perbuatan melawanhukum. Gugatan perbuatanmelawan hukum yangdilayangkan pasien miskinkepada rumah sakit harusterlebih dahulu dibuktikanberdasarkan pemeriksaan didepan pengadilan. Oleh karenayang berwenang memutuskanseseorang itu bersalah atautidak adalah hakim dalamsidang pengadilan. Untuk itu,rumah sakit harus dapatdibuktikan memenuhi unsur-unsur perbuatan melawanhukum. Jika unsur-unsur

Page 29: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

29

tersebut dapat dibuktikan makadapat dinyatakan bahwa atastindakan penolakan yangdilakukan kepada pasienmiskin pada keadaan gawatdarurat, rumah sakit telahmelakukan perbuatan melawanhukum.

Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakitmengatakan bahwa rumah sakitbertanggung jawab secarahukum terhadap semuakerugian yang ditimbulkan ataskelalaian yang dilakukan olehtenaga kesehatan di rumahsakit. Berdasarkan ketentuantersebut maka rumah sakitharus bertanggung jawabdengan memberikan gantikerugian bagi pasien miskinsebagai korban.

Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa daripembahasan di atas, penulisberkesimpulan bahwa pasienmiskin dapat melakukantindakan hukum berupamenggugat rumah sakit yangmelakukan penolakan padapasien miskin pada keadaangawat darurat secara perdatadan/atau menuntut rumah sakittersebut secara pidana.Tindakan hukum perdata yangdapat dilakukan pasien miskinyang ditolak rumah sakit padakeadaan gawat darurat adalahdengan mengajukan gugatanwanprestasi dan perbuatan

melawan hukum. Atas gugatantersebut maka rumah sakitbertanggung jawab atasperbuatan penolakan pasienmiskin pada keadaan gawatdarurat yang dilakukan olehtenaga kesehatannya. Dengandemikian maka rumah sakitharus bertanggung jawabdengan memberikan gantikerugian bagi pasien miskinsebagai korban.

IV. PENUTUPA. Kesimpulan

Berdasarkan hasilpenelitian sebagaimanadikemukakan di atas, dapatditarik kesimpulan sebagaiberikut :

1. Dalam keadaan darurat,fasilitas pelayanankesehatan, baikpemerintah maupunswasta dilarang menolakpasien dan/atau memintauang muka.” Selain ituperbuatan penolakanperawatan medis jugatermasuk perbuatanpidana, sehingga dapatdituntut secara pidanasesuai dengan Pasal 304dan 531 KUHP. Dalamhal yang melakukanpenolakan perawatanmedis rumah sakit, makapimpinan rumah sakityang bertanggung jawabatas terjadinya

Page 30: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

30

pelanggaran hukum,sesuai diatur dalam Pasal190 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun2009 tentang Kesehatan.

2. Tindakan hukum perdatayang dapat dilakukanpasien miskin yangditolak rumah sakit padakeadaan gawat daruratadalah denganmengajukan gugatanwanprestasi danperbuatan melawanhukum. Dengan menolakpasien miskin padakeadaan gawat darurat,rumah sakit telahmelakukan wanprestasikarena tidak melakukanapa yang disepakatiuntuk dilakukan. Dalamhal ini rumah sakit tidakmelakukan hal berupamemberikan tindakanmedis kepada pasienmiskin tersebut yangdalam keadaan gawatdarurat tentu sajamemerlukan perlakuantindakan medis sesegeramungkin. Ketentuandalam Pasal 58 ayat (1)Undang-UndangKesehatan mengatakanbahwa pasien miskinyang ditolak rumah sakitpada keadaan gawatdarurat dapat melakukantindakan hukum berupa

gugatan perdata denganmenuntut ganti rugikepada rumah sakit yangmelakukan tindakanpenolakan tersebut.

B. Saran

1. Sebagai Rumah SakitUmum pilihan utamadengan standar pelayanannasional di PrianganTimur yang mampumemberikan pelayanansesuai dengan fungsinyasebagai intansi pelayananpublik bersifat individualterhadap pasien makahendaknya RSUDTasikmalaya juga harusselalu mementingkanaspek perlindunganhukum terhadap pasiensebagai konsumen jasadalam pelayanankesehatan yang diberikanoleh rumah sakit yaitudengan selalumementingkan hak-hakdari pasien.

2. Dalam rangkamemberikan fasilitaspelayanan kesehatan bagipasien, maka setiaprumah sakit hendaknyamemperhatikan danmemberikan pelayanankesehatan yang memangmenjadi hak dari pasienyang harus dipenuhi,khususnya hak pasien

Page 31: TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK …

31

miskin. Masyarakatsebagai pasien yangberhak atas pelayanankesehatan di rumah sakitjuga hendaknyameningkatkan kesadaranhukum denganmengetahui apa yangmenjadi haknya agar hakyang didapat oleh pasiensesuai dengan aturanperundang-undangan dantidak disalahgunakan olehpihak-pihak yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama Chandra Yoga, 2012,ManejemenAdministrasi RumahSakit, UI Press, Jakarta

A.Z. Nasutuion, 2001, HukumPerlindunganKonsumen SuatuPengantar, (Jakarta:Diadit Media,),

Bertens, 2011, Etika Biomedis,(Yogyakarta:Kanisius,),

Endang Wahyati Yustina, 2012,Mengenal HukumRumah Sakit, KeniMedia, Bandung,

Roy Tjiong, 2002, Problem EtisUpaya Kesehatan,(Jakarta: GramediaPustaka Utama,)

Titon Slamet Kurnia,2007, Hakatas Derajat KesehatanOptimal sebagai HAM

di Indonesia, PT.Alumni, Bandung.

Hermien Hadiati Koeswadji,2000, Hukum danMasalah Medik,Surabaya : ErlanggaUniversity Press.

Margarita Veani Prajati, 2012,Tanggung JawabRumah Sakit Privat DiBidang PelayananKesehatan, UniversitasAtmajata Yogyakarta,

Soekidjo Notoadmodjo. 2005.Promosi Kesehatan(Teori dan Aplikasi),Rineka Cipta. Jakarta

Soerjono dan Herkunto, 1997,Pengantar HukumKesehatan, RemajaKarya, Bandung.

Soleh Iskandar, 2016,Pelayanan KesehatanDalam MeningkatkanKepuasan MasyarakatDi Rumah Sakit,Volume 4 Nomor 2

Undang-Undang Nomor 36Tahun 2009 tentangKesehatan

Undang-Undang Nomor 44Tahun 2009 tentangRumah Sakit

Undang-Undang Nomor 39Tahun 1999 tentangHak Asasi Manusia

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen