bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan umum kepariwisataan...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Hal ini dilakukan untuk menyegarkan kembali pikiran yang telah bekerja rutin di setiap harinya. Untuk penjelasan yang lebih jelas dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan akan dijelaskan pada sub bab berikut ini: 2.2 Pengertian Pariwisata Sihite (2000) menyatakan bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang direncanakan oleh seseorang yang bertujuan tidak untuk mencari nafkah atau untuk menetap ditempat yang dituju. Perjalanan yang dilakukannya seperti kegiatan rekreasi atau tamasya dan durasi dari kegiatan tersebut dilakukan untuk sementara waktu. Sedangkan Wahab (dalam Pendit, 2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah industri yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru, baik dari sisi penyediaan fasilitas seperti akomodasi dan restoran maupun sektor industri kerajinan tangan. Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan yang dilakukan sementara oleh manusia yang bertujuan untuk keluar dari kegiatan rutinitas dan meninggalkan tempat kediamannya. Murphy (dalam Pitana, 2005) menjelaskan bahwa pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait yaitu wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain, yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan diluar rumah dalam durasi yang singkat dan bertujuan untuk menikmati keindahan tempat-tempat wisata atau

Upload: lythuan

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan

Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk

rekreasi atau liburan. Hal ini dilakukan untuk menyegarkan kembali pikiran yang

telah bekerja rutin di setiap harinya. Untuk penjelasan yang lebih jelas dalam hal-hal

yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan akan dijelaskan pada sub bab berikut

ini:

2.2 Pengertian Pariwisata

Sihite (2000) menyatakan bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang

direncanakan oleh seseorang yang bertujuan tidak untuk mencari nafkah atau untuk

menetap ditempat yang dituju. Perjalanan yang dilakukannya seperti kegiatan rekreasi

atau tamasya dan durasi dari kegiatan tersebut dilakukan untuk sementara waktu.

Sedangkan Wahab (dalam Pendit, 2006) menyatakan bahwa pariwisata adalah

industri yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru, baik dari sisi

penyediaan fasilitas seperti akomodasi dan restoran maupun sektor industri kerajinan

tangan.

Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan yang dilakukan

sementara oleh manusia yang bertujuan untuk keluar dari kegiatan rutinitas dan

meninggalkan tempat kediamannya. Murphy (dalam Pitana, 2005) menjelaskan bahwa

pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait yaitu wisatawan,

daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain, yang merupakan akibat

dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak

permanen.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan diluar rumah dalam durasi yang

singkat dan bertujuan untuk menikmati keindahan tempat-tempat wisata atau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

berekreasi, kegiatan bisnis ataupun kegiatan lainnya.

2.3 Pengertian Wisatawan

Peters (1969) dalam Wardiyanto dan Baiquni (2011) menerangkan bahwa

wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata atau melakukan

perjalanan rekreatif.

Sedangkan menurut Cohen menerangkan bahwa wisatawan adalah orang

yang melakukan perjalanan secara sukarela hanya sementara waktu dan

mengharapkan perjalanan yang relatif panjang dan tidak akan terulang lagi (dalam

Marpaung, 2002).

Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) (dalam

Marpaung, 2002) menetapkan beberapa batasan mengenai wisatawan. Secara

umum, seseorang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dengan

maksud apapun kecuali untuk menetap dan mencari nafkah disebut dengan

pengunjung (visitor). IUOTO membagi pengunjung menjadi dua kategori, yaitu:

1. Wisatawan (tourist) adalah pegunjung sementara yang tinggal sekurang-

kurangnya 24 jam di negara atau tempat yang dikunjungi, dengan tujuan

untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan

dan olahraga), atau bisnis, keluarga, dan rapat.

2. Pelancong (excursionist) adalah orang yang merupakan pengunjung

sementara yang kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang

dikunjungi.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

wisatawan secara umum dapat diartikan sebagai pengunjung, akan tetapi dengan

syarat ketika melakukan perjalanan tidak mempunyai tujuan untuk menetap ataupun

mencari nafkah ditempat yang akan dikunjungi. Terdapat perbedaan antara wisatawan

(tourist) dengan pelancong (excursionist), perbedaan tersebut dapat dilihat dari durasi

tinggal di tempat yang dikunjungi. Dikatakan sebagai wisatawan apabila lama

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

kunjungan lebih dari 24 jam, sedangkan pelancong durasi kunjungannya kurang dari

24 jam.

2.4 Motivasi Wisata

Menurut Abraham Maslow, dalam Mc.Intosh (1990) menyatakan bahwa

secara umum motivasi seseorang mengadakan perjalanan wisata dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Motivasi Fisik

Tujuan wisatawan melakukan aktivitas pariwisata adalah untuk

memperoleh sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk:

mengembalikan kondisi fisik, istirahat, santai, berolah raga atau

pemeliharaan kesehatan. Dengan berwisata wisatawan berharap agar

kegairahan bekerja timbul kembali setelah disibukkan dengan rutinitas

kerja yang dijalaninya. Pada umumnya, orang yang waktu kerjanya sangat

ketat, mereka akan mengalami situasi yang sangat menekannya, sehingga

mereka perlu untuk istirahat;

2. Motivasi Kultural

Dalam hal ini tujuan wisatawan melakukan aktivitas pariwisata adalah ada

kaitannya dengan keinginan pribadi seseorang yakni supaya dapat melihat

dan mengetahui negara/daerah lain, terutama mengenai penduduk dan

kebudayaannya, yakni mengenai tata cara hidup serta adat istiadatnya

yang berbeda dengan budayanya;

3. Motivasi Interpersonal

Dalam hal ini motivasi yang mendorong wisatawan melakukan kegiatan

pariwisata adalah keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak keluarga,

kawan-kawan atau ingin menghindari lingkungan kerja, ingin mencari

teman baru dan lain-lain. Motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan

seseorang untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

4. Motivasi Status Dan Harga Diri

Dalam hal ini motif yang mendorong wisatawan adalah suatu pamer,

maksud dari perjalanannya adalah untuk memperlihatkan “siapa dia”,

yakni untuk menunjukkan; kedudukannya, statusnya dalam masyarakat

tertentu demi prestige pribadinya. Sifat dari perjalanan yang dilakukan

wisatawan adalah emosional namun ada kalanya dihubungkan dengan

perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi dan lain-lain.

Menurut Soekadijo (2000) menerangkan bahwa motivasi wisata adalah hasrat

pembawaan dalam bentuknya yang konkret, berupa keperluan, dorongan atau alasan

tertentu yang membuat seseorang melakukan kegiatan wisata. Pada hakikatnya motif

orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi.

Di bawah ini tercantum sejumlah motif wisata serta tipe wisatanya yaitu:

1. Motivasi bersenang-senang atau tamasya

Motivasi ingin mengumpulkan pengalaman dan menikmati apa saja yang

menarik perhatian, seperti pemandangan alam, adat kebiasaan setempat,

pesta rakyat, peninggalan sejarah, monumen, dan sebagainya.

2. Motivasi rekreasi

Motivasi untuk melakukan kegiatan yang dapat memulihkan kesegaran

jasmani dan rohani. Kegiatannya dapat berupa olahraga, membaca,

mengerjakan hobi dan sebagainya.

3. Motivasi kebudayaan

Motivasi untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan

setempat. Atraksinya tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga berupa

keindahan alam, seniman, guru yang terkenal, untuk mengadakan

wawancara, atau bertukar pikiran.

4. Motivasi olahraga

Motivasi di mana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif

olahraga, seperti menyaksikan pertandingan internasional, kejuaraan sepak

bola, atau pesta olahraga regional seperti Asean Games.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

5. Motivasi bisnis

Motivasi yang berhubungan dengan urusan bisnis, seperti kunjungan bisnis,

pertemuan, atau pameran bisnis.

6. Motivasi konvensi

Motivasi untuk membicarakan bermacam-macam masalah seperti

pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, atau pertemuan tahunan

para ahli di bidang tertentu.

7. Motivasi spiritual

Motivasi yang merupakan salah satu kegiatan untuk keperluan keagamaan

seperti berziarah, mengunjungi tempat-tempat berziarah di Palestina, Roma,

Mekah dan Madinah.

8. Motivasi interpersonal

Motivasi untuk mengadakan perjalanan bertemu dengan orang lain yang

kedudukannya istimewa, berpengaruh besar, mempunyai prestasi dalam

bidang kesenian, dan olahraga.

9. Motivasi kesehatan

Motivasi untuk melakukan perjalanan yang berhubungan dengan kesehatan,

misalnya penyembuhan penyakit.

10. Motivasi sosial

Motivasi untuk berekreasi, mengisi waktu libur, dan bersenang-senang.

Biasanya perjalanan ini dilaksanakan dengan bantuan pihak-pihak tertentu

yang diberikan secara sosial.

Sedangkan menurut McIntosh dan Murphy (dalam Pitana, 2005)

menyatakan bahwa motivasi wisata dapat dikelompokan menjadi empat kelompok

besar, yaitu sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau

fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi

dalam kegiatan olah raga, bersantai, dan sebagainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui

budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan

akan berbagai objek tinggalan budaya (monument bersejarah).

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat

sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR, Visiting friends and

relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap

mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari

situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya.

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa

di daerah lain seseorang akan bias lepas dari rutinitas keseharian yang

menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis.

Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

2.5 Jenis-jenis Wisatawan

Cohen dalam Pitana (2009) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat

familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian

perjalanan wisatanya. Atas dasar ini Cohen menggolongkan wisatawan menjadi

empat, yaitu:

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali

belum pernah diketahuinya, yang bepergian dalam jumlah kecil.

2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur

perjalanannya sendiri ia tidak ingin mengetahui jalan-jalan wisata yang sudah

umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track).

Wisatawan seperti ini biasanya bersedia memanfaatkan fasilitas dengan

standar lokal dan tingkat interaksinya dengan masyarakat lokal juga tinggi.

3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan

perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata

yang sudah terkenal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

4. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi

tempat wisata yang telah terkenal, dengan fasilitas seperti yang ada di tempat

tinggalnya, dan selama perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata.

Menurut Sugiama (2011) pengkalisifikasian wisatawan dapat dibagi-bagi

jenisnya berdasarkan beberapa kategori di bawah ini:

1. Berdasarkan asalnya:

a. Inbound tourist, yaitu wisatawan yang berasal dari dalam negeri.

b. Outbond tourist, yaitu wisatawan yang berasal dari luar negeri.

2. Berdasarkan produk:

a. Mass tourism

b. Alternative tourism

3. Berdasarkan aktivitasnya:

a. Active tourism antara lain:

1) Adventure tourism

2) Ecotourism

3) Golf

b. Passive tourism antara lain:

1) Sightseeing

2) Beach holiday

3) Cruise

4. Berdasarkan pilihan lokasi antara lain:

a. Pedalaman atau pedesaan

b. Perkotaan

c. Pegunungan

d. Danau

5. Berdasarkan lama perjalanan dan jarak perjalanan:

a. Day trip untuk wisatawan lokal

b. Weekend break untuk wisatawan nasional dan domestik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

c. Annual holiday

6. Berdasarkan tujuan perjalanan:

a. Business

b. Pleasure yaitu mencari suatu pengetahuan baru antara lain berupa

kebudayaan, sejarah, rekreasi, mengunjungi keluarga atau teman,

kesehatan, social status.

7. Berdasarkan usia atau socio-economic group:

a. Backpackers yaitu seseorang yang berumur18-24 tahun, belum memiliki

anak, yang tertarik melakukan perjalanan petualangan. Biasanya para

backpackers memilih layanan yang berbiaya rendah.

b. Double Income No Kids (DINKS) yaitu wisatawan yang berumur antara

23-35 tahun, belum memiliki anak, dan suami atau istri telah memiliki

pendapatan.

c. Single Income No Kids (SINKS) yaitu wisatawan yang berumur antara 23-

35 tahun, belum memiliki anak, dan hanya salah seorang yang memiliki

pendapatan, mungkin suaminya atau istrinya.

d. Early/Active Retriees yaitu wisatawan yang berpenghasilan tinggi, telah

memiliki anak, dan berusia antara 45-55 tahun dan memiliki tingkat

pendidikan yang baik.

e. Youth yaitu wisatawan yang berumur 18-25 tahun, belum berpendidikan

baik, dan berpenghasilan rendah.

Pendapat lain mengenai wisatawan dikemukan oleh Cooper (dalam Ismayanti,

2010).

1. Wisatawan penjelajah atau explorer

Wisatawan ini merupakan seseorang yang melakukan perjalanan wisata

untuk menemukan pengetahuan atau sesuatu yang baru. Biasanya mereka

tinggal di daerah tujuan wisata dan bergabung bersama masyarakat

setempat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang ada.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

2. Wisatawan elite

Wisatawan elite adalah seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke

berbagai tempat wisata dimanapun dan demi memenuhi kebutuhannya ia

rela mengeluarkan biaya sampai semahal mungkin. Wisatawan ini

biasanya berasal dari golongan yang berkecukupan bahkan berlebihan.

3. Wisatawan di luar jalur atau off-beat

Wisatawan ini biasanya mengunjungi tempat wisata yang jarang

dikunjungi oleh wisatawan lain. Mereka mencari tempat yang tidak ramai.

Wisatawan ini cepat beradaptasi dengan masyarakat lokal atau penduduk

setempat dan bersedia untuk tinggal di tempat dan fasilitas sederhana.

4. Wisatawan luar biasa atau unusual tourist

Wisatawan ini lebih memilih perjalanan wisata dengan membeli suatu

paket wisata dan berbelanja dipertokoan setempat. Ia tidak canggung

untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat, dapat memilah budaya

setempat mana yang sesuai atau tidak dan menyesuaikan dengan

kebiasaanya.

5. Wisata masal tingkat pemula (incipient mass tourists)

Wisatawan yang mengunjungi suatu tujuan wisata secara rutin baik

individu maupun kelompok. Mereka lebih memilih mengunjungi tempat

wisata yang sudah dikenal demi keselamatan dan keamanan. Biasanya

menggunakan fasilitas yang ada seperti menyewa pemandu wisata lokal,

bus yang nyaman, dan hotel yang modern. Wisatawan ini juga bersedia

berinteraksi dengan masyarakat setempat.

6. Wisatawan massal

Wisatawan yang melakukan kegiatan wisata ke daerah tujuan wisata yang

sudah biasa dikunjungi. Mereka berasal dari golongan menengah kebawah

sehingga biaya menjadi salah satu pertimbangan yang harus

diperhitungkan dengan baik, tetapi biasanya mereka dapat menerima

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

segala fasilitas yang ada selama fasilitas tersebut memberikan kebutuhan

dan kenyamanan.

7. Wisatawan borongan

Wisatawan ini memiliki ciri-ciri:

a. Malas terlibat dan enggan berinteraksi dengan masyarakat sekitar

b. Memilih menginap di hotel dan menggunakan fasilitas sesuai

dengan kebutuhan

c. Tidak melakukan perjalanan wisata ke tempat yang belum dikenal

d. Melakukan kegiatan wisata yang terencana dan lama tinggal

sebentar

e. Menginginkan pengalaman baru di tempat wisata yang

keamanannya terjamin dan memiliki fasilitas yang memadai.

Berdasarkan pembagian jenis-jenis wisatawan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa setiap wisatawan dapat melakukan kegiatan wisatanya sesuai

dengan keinginan dan kebutuhannya masing-masing. Dari kegiatan kepariwisataan

tersebut wisatawan dapat melakukan interaksi langsung dengan masyarakat setempat.

2.6 Jenis-jenis Perjalanan Wisata

Jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh wisatawan dipengaruhi oleh motif

dari wisatawan. Menurut Kesrul (2003) perjalanan wisata dapat diklasifikasikan

berdasarkan aktivitasnya, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pleasure Tourism: Berlibur, menikmati udara segar, ingin mengetahui suatu

negara.

2. Recreational Tourism: Pemanfaatan hari libur, beristirahat, memulihkan

kesegaran jasmani dan rohani.

3. Cultural Tourism: Mempelajari adat istiadat dan tata cara hidup suatu

kaum, peninggalan sejarah, festival musik atau tari-tarian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

4. Adventure Tourism: Kegiatan tur yang dilakukan di alam terbuka, bahkan

ada yang memerlukan keahlian khusus dan kondisi fisik, serta stamina

yang fit.

5. Sport Tourism: Melihat pertunjukan akbar olahraga, seperti Olimpiade,

World Cup, Sea Games, serta kegiatan olahraga lainnya, seperti berburu

dan memancing.

6. Business Tourism: Berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan, seperti

Incentive tour, dan segala kegiatan yang berhubungan dengan bisnis.

7. Convention Tourism: Tur untuk menghadiri suatu konvensi, seminar, rapat,

dan kongres.

8. Special Interest Tourism: Acara perjalanan khusus dengan asumsi peserta

terbatas, karena tur ini tidak umum, contohnya ziarah.

Dari penjelasan jenis-jenis perjalanan wisata diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kegiatan pariwisata memiliki beranekaragam jenisnya, tergantung

dari tujuan, minat, ataupun kebutuhan dari setiap wisatawan. Kebutuhan utama yang

mempengaruhi seseorang melakukan kegiatan wisata, yaitu berupa kebutuhan fisik

seseorang sampai kebutuhan yang sangat spesial. Kebutuhan fisik tersebut dapat

dipenuhi dengan melakukan aktivitas wisata lainnya yang unik, yaitu dengan

mengunjungi tempat yang tidak umum atau jarang dikunjungi oleh wisatawan lain.

Hal tersebut tidak terlepas dari daya tarik.

Sedangkan jika menurut Ismayanti (2010), dinamika dalam pariwisata

disebabkan oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

1. Pengembangan dan peningkatan penggunaan perantaraa perjalanan seperti

biro perjalanan wisata sehingga memudahkan wisatawan untuk melakukan

perencanaan perjalanan.

2. Pertumbuhan bauran pemasaran dalam menawarkan produk wisata

sehingga peluang penjualan dan transaksi wisata semakin besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

3. Jumlah pemain di industri yang menjanjikan semakin banyak sehingga

semakin besar. Beberapa di antaranya menjalankan persaingan tidak sehat

sehingga perlu ditegakkan kode etik pariwisata.

2.7 Usaha Wisata Tirta

Ismiyanti (2010) menjelaskan bahwa usaha jasa wisata tirta merupakan usaha

yang menyelenggarakan kegiatan wisata dan olahraga air, kegiatan tersebut termasuk

penyediaan sarana dan prasarana dan jasa lainnya yang dikelola secara komersil di

wilayah perairan seperti pantai, sungai, danau dan waduk dan kegiatan laiinya yang

berhubungan dengan kegiatan marina. Usaha ini meliputi pembangunan dan

pengelolaan dermaga serta fasilitas olahraga air untuk keperluan olahraga air seperti

selancar air, selancar angin, berlayar, menyelam, dan memancing.

Beberapa contoh usaha jenis wisata tirta di antaranya :

a. Gelanggang renang atau kolam renang

Usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berenang, taman dan

arena bermain anak-anak yang berfungsi sebagai usaha pokok dan dapat

dilengkapi dengan menyediakan jasa pelayanan bidang makanan dan

minuman.

b. Pemandian Alam

Usaha ini menyediakan tempat dan fasilitas untuk mandi dengan

memanfaatkan sumber air, air panas atau air terjun sebagai usaha pokok

dan dapat dilengkapi dengan pelayanan bidang makanan dan minuman

serta akomodasi.

c. Kolam Pemancingan

Usaha ini menyediakan tempat dan fasilitas untuk memancing ikan

sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa

makanan dan minuman

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

d. Usaha Marina

Menyediakan sarana dan prasarana tambat untuk kapal pesiar (yacht),

kapal wisata (boat atau ship).

e. Usaha Wisata Selam

Menyediakan sarana selam baik untuk rekreasi maupun olahraga secara

komersial.

f. Usaha Rekreasi Air

Berbagai sarana rekreasi pantai, air, sungai, waduk, danau, seperti

penyewaan perahu, pemancingan, selancar angin, parasailing, power

boating dan arung jeram.

2.8 Komponen Pariwisata

Komponen kepariwisataan merupakan pendukung dari kegiatan wisata,

menurut Sugiama (2010) menjelaskan komponen-komponen kepariwisataan tersebut

yaitu:

1. Attraction atau atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik

wisata. Daya tarik ini diperlukan untuk menarik wisatawan agar

mengunjungi daerah tujuan wisata. Jenis daya tarik tersebut dapat

berupa daya tarik alam, daya tarik kebudayaan, daya tarik masyarakat

dan daya tarik sejarah.

2. Accessibility atau aksesibilitas yaitu berupa sarana dan prasarana

yang dibutuhkan agar wisatawan dapat dengan mudah mencapai ke

tempat tujuan wisata yang ingin dikunjunginya. Contohnya seperti

transportasi dan jalan raya,

3. Amenities atau ameniti merupakan fasilitas yang disediakan oleh

daerah tujuan wisata, fasilitas ini bertujuan agar wisatawan dapat

tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata.

4. Ancilarry merupakan suatu organisasi yang aktif mengelola suatu

atraksi wisata sehingga dapat menjamin keamanan dan kenyamanan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata. Organisasi ini

seperti pihak pemerintahan, departemen kepariwisataan, dan biro

perjalanan wisata.

Sedangkan Suyitno (2001) berpendapat bahwa komponen pariwisata terdiri

dari:

1. Sarana Transportasi, yaitu sarana yang dapat membawa wisatawan dari

tempat awal ke tempat daerah tujuan wisata. Sarana transportasi ini terbagi

menjadi 3 macam yaitu transportasi darat, transportasi laut dan

transportasi udara.

2. Sarana Akomodasi, yaitu salah satu fasilitas yang disediakan apabila

wisatawan membutuhkan tempat tinggal selama berada di daerah tujuan

wisata.

3. Sarana Makan dan Minum, komponen ini merupakan komponen yang

sangat penting, karena makanan dan minuman adalah kebutuhan dasar

yang harus dipenuhi bagi setiap wisatawan.

4. Objek dan Atraksi Wisata, komponen ini memberikan dominasi dari

kualitas wisata yang diselenggarakan, dimana objek dan atraksi wisata

dapat dibagi menurut karakteristiknya menjadi :

a. Objek dan atraksi yang bersifat alam, seperti Pantai Parangtritis dan

Gunung Merapi.

b. Objek dan atraksi yang bersifat buatan manusia, seperti Dunia Fantasi

dan TMII (Taman Mini Indonesia Indah).

c. Objek dan atraksi yang bersifat perpaduan antara buatan manusia dan

keadaan alami, seperti Museum Geologi Bandung

5. Sarana Hiburan, hiburan adalah bentuk dari atraksi wisata dimana bisa

berupa entertainment maupun amusement. Entertainment bersifat khusus

dan adanya pungutan biaya dalam kegiatan hiburan tersebut, sedangkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

amusement bersifat massal dan tidak ada pungutan biaya dalam kegiatan

hiburannya.

6. Toko Cinderamata merupakan komponen yang melengkapi kegiatan

wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dapat merefleksikan

pengalamannya di daerah tujuan wisata tersebut dengan menyimpan suatu

benda berwujud apapun yang dapat mewakili daerah tersebut, seperti kain

batik, baju, asesoris dan lain-lain.

7. Pramuwisata dan Pengatur Wisata, suatu pekerjaan yang dapat melayani

dan membuat perjalanan wisata yang dilakukan menjadi lebih mudah dan

terencana dengan baik.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa komponen-komponen yang paling utama dalam pariwisata

adalah atraksi wisata, transportasi, akomodasi, infrastruktur, fasilitas pendukung, dan

institusi. Seluruh komponen yang ada bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan dari wisatawan.

2.9 Travel Agent dan Biro Perjalanan Wisata (BPW)

Darmadjati dalam Yoeti (2003) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan

Travel Agency adalah suatu perusahaan yang hanya mengatur dan menyelenggarakan

perjalanan sementara dan persinggahan orang-orang, termasuk kelengkapan

perjalanannya, dari suatu tempat menuju tempat lain, baik di dalam negeri maupun

dari dalam negeri ke luar negeri.

Menurut Browner dalam Marpaung (2002) travel agent adalah sebuah

perusahaan, dimana seseorang akan mendapatkan informasi wisata dari penasehat

ahli untuk menata perjalanannya melalui darat, laut dan udara kemanapun tujuan di

dunia.

Biro Perjalanan Wisata (BPW) menurut Ismayanti (2010) adalah perusahaan yang

menyelenggarakan kegiatan wisata dan jasa yang terkait dengan penyelenggaraan

perjalanan wisata baik dari dalam ke luar negeri maupun sebaliknya. Sedangkan jika

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

menurut Kesrul (2003), Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam

bidang perjalanan wisata, dimana perusahaan tersebut mengelola, memesan, merencanakan,

membuat dan menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata, baik untuk kepentingan bisnis,

berlibur, sosial, dan budaya.

2.10 Pemasaran Pariwisata

Krippendorf dalam Yoeti (2002) menjelaskan definisi dari pemasaran

pariwisata yaitu suatu sistem dan koordinasi yang dilakukan sebagai sistematika

bagi kelompok pengusaha industri pariwisata atau pemerintah dalam ruang lingkup

lokal, regional, nasional ataupun internasional. Tujuan utamanya dari kelompok

pengusaha tersebut adalah untuk mencapai kepuasan wisatawan dan untuk

mendapatkan keuntungan.

Sedangkan menurut Pitana dan Diarta (2009), pariwisata sebagai salah satu produk

pelayanan khusus, mencakup beberapa hal spesifik yang harus dipahami dengan baik, jika

suatu usaha pariwisata mau meminimalisasi potensinya untuk sukses. Sebagai salah satu

layanan atau jasa pariwisata mempunyai beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan

dimensi produk umum yang kita temui di pasaran sehari-hari, yaitu sebagai berikut :

1. Intangibility

Produk jasa atau layanan berarti produk yang ditawarkan tidak berbentuk seperti

barang nyata yang bisa kita temui dalam pengertian produk yang bisa dilihat dan

dipajang di pasar, toko, atau tempat penjualan lainnya. Konsekuensinya, produk

yang intangible ini tidak bisa dievaluasi atau di demo intangible ini tidak bisa di

evaluasi atau di demonstrasi sebelum dipakai atau dibeli. Salah satu solusi untuk

membantu pemasaran produk jasa pariwisata adalah dengan memuat brosur,

video dan berbagai sarana yang informasi mengenai jenis produk pariwisata

yang ditawarkan guna meningkatkan tangible produk tersebut.

2. Perishability

Produk jasa atau layanan pariwisata tidak seperti barang-barang pabrik, tidak

dapat disimpan untuk dijual dihari kemudian. Contohnya, tempat tidur hotel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

atau kursi pesawat terbang yang tidak terjual dalam suatu periode tertentu yang

sudah lewat. Hal seperti ini menyebabkan industri pariwisata memiliki hal yang

cukup tinggi. Pemasar dalam industri pariwisata harus mengombinasikan

beragam kebijakan harga dan promosi dalam usaha menjual produk dalam masa

sepi (off season) dan membuat sinkronisasi yang lebih baik antara penawaran

dengan permintaan pasar.

3. Inseparability

Produk jasa atau layanan seperti pariwisata biasanya merupakan produk yang

dibentuk dari berbagai produk pendukung yang terpisah-pisah. Misalnya, mulai

dari tour and travel, airline, hotel, restoran dan sebagainya. Hal yang demikian

mengandung risiko, sebab setiap produk pendukung digerakan oleh organisasi

yang berbeda dan juga memiliki standard kualitas pelayanan yang berbeda.

2.11 Bauran Pemasaran Pariwisata

Menurut Middleton dan Clarke (2001) “Bauran pemasaran pariwisata terdiri

dari product, price, promotion, dan place”. Packaging sendiri dalam bauran

pemasaran jasa masuk kedalam salah satu komponen produk jasa dimana produk jasa

merupakan semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian,

penggunaan atau konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.

Marketing mix merupakan komponen yang menentukan permintaan untuk

suatu bisnis. Morisson dalam David Weaver & Laura Lawton (2006) menerangkan

bahwa marketing mix terdiri dari beberapa komponen yang terperinci dengan

membagi menjadi delapan komponen, yaitu place, product, people, price, packaging,

programming, promotion, dan partnerships.

David Weaver & Laura Lawton (2006) menyatakan bahwa keseluruhan

komponen marketing mix tersebut dibutuhkan untuk mencapai efektivitas maksimum.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

1. Place

Place merupakan hal pokok dalam industri pariwisata karena wisatawan

harus melakukan perjalanan menuju destinasi untuk mengkonsumsi

produk wisata.

2. Product

Product adalah elemen kunci dalam penawaran pasarmerupakan

komponen yang meliputi hasil dari suatu barang dan jasa yang disediakan

untuk wisatawan.

3. People

People dalam jasa pariwisata merupakan penyedia jasa yang melayani

wisatawan. People sedikitnya memiliki tiga hal yaitu service personnel,

the tourist themselves, dan local resident.

4. Price

Harga merupakan elemen penting dalam marketing mix karena harga

merupakan factor yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu

destinasi.

5. Packaging

Packaging berarti mengelompokkan dua elemen atau lebih dari tourism

experience ke dalam satu produk.

6. Programming

Programming memiliki kaitan dengan packaging yang melibatkan even

special, aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya lebih

beraneka ragam dan lebih menarik.

7. Promotion

Promosi merupakan upaya untuk meningkatkan permintaan melalui

pertimbangan kebutuhan, nilai, dan sikap pasar atau segmen target pasar.

8. Partnerships

Suatu hubungan yang dijalani oleh bisnis sejenis maupun tidak sejenis

yang menciptakan benefit bagi pihak-pihak tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

(Kotler dan Amstrong, 2008 : 62) menyatakan bahwa “Bauran pemasaran

pariwisata adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan

perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya dipasar sasaran”

2.12 Promosi Pariwisata

Promosi pariwisata dapat diartikan sebagai salah satu faktor dalam bidang

pemasaran pariwisata yang berperan penting dalam keberhasilan suatu produk

wisata yang ditawarkan. Soekadijo (2000) memberikan penjelasan bahwa kegiatan

promosi merupakan kegiatan intensif dalam waktu yang relatif singkat. Dalam

kegiatan promosi diadakan usaha untuk memperbesar daya tarik produk

sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli.

Mc Namara (2007), menjelaskan bahwa promosi merupakan salah satu

cara untuk mempertahankan suatu produk di dalam pikiran konsumen. Dalam

proses mempertahankan produk tersebut akan merangsang konsumen untuk

melakukan permintaan terhadap produk tersebut.

Menurut Yoeti (2003), menyatakan bahwa promosi pariwisata adalah suatu

kegiatan yang bertujuan untuk memberitahu, membujuk, atau mengingatkan calon

wisatawan. Kegiatan yang dilakukan tersebut hendaknya menggunakan promotion

materials (bahan-bahan promosi) yang baik agar kesan terhadap produk yang

dihasilkan dapat memenuhi keinginan potensial tourist (wisatawan potensial).

Potensial tourist tersebut diharapkan dapat menjadi actual tourist (wisatawan yang

jadi berangkat) dengan membeli atau mengunjungi daerah tujuan wisata yang

mereka pilih.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

promosi dilakukan untuk dapat menarik calon konsumen untuk membeli

produk wisata yang dipromosikan atau sekedar memberikan ingatan kepada

calon konsumen tentang produk yang ditawarkan. Dalam mempromosikan

produk wisata sebaiknya dilakukan menggunakan media promosi baik melalui

media cetak atau media elektronik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

2.13 Bauran Promosi Pariwisata

Yoeti (2003), menyatakan bahwa Promotion Mix adalah bermacam-macam cara

atau kegiatan promosi yang dilakukan untuk memenuhi target pasar. Yang dimaksid

kegiatan-kegiatan itu adalah personal selling, advertising, sales promotion dan public

relation.

1. Personal selling

Bentuk presentasi pesan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli, untuk

mempengaruhi sikap konsumen agar terjadi kegiatan penjualan.

2. Advertising

Bentuk presentasi berupa iklan dan promosi non pribadi tentang ide, barang

meupun jasa yang dibayar oleh sponsor untuk memberikan informasi kepada

masyarakat dengan calon pembeli, untuk mempengaruhi sikap konsumen agar

terjadi kegiatan penjualan.

3. Sales promotion

Kegiatan promosi selain dari penjualan perorangan, periklanan, dan publikasi

yang komunikasinya dilakukan secara non personal. Contohnya dapat berupa

kupon diskon, contoh produk dan hadiah. Tujuan dari sales promotion hanya

untuk jangka pendek.

4. Public relation

Tujuannya adalah membentuk citra positif bagi perusahaan dan pada waktu

yang bersamaan melakukan kegiatan promosi pada pelanggan. Fungsi dan

public relation bukan untuk menjual suatu produk tetapi untuk menemukan cara

bagi pemasaran agar produk yang ditawarkan dapat diterima oleh target pasar.

2.14 Media Publikasi

Soekadijo (2000) dalam Ginanjar (2011) menyatakan, publikasi dapat langsung

disampaikan kepada konsumen, melalui media massa, ataupun secara intern. Bentuk

dari publikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Publikasi Langsung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

Bentuk-bentuk publiksi langsung sama dengan bentuk-bentuk yang

biasa digunakan dalam promosi yang ditunjukan langsung kepada

konsumen, contohnya:

a. Leaflet dan Folder, sebagai sarana publikasi tidak menawarkan

rabat atau pemberian hadiah, isinya berupa pesan-pesan yang

menarik konsumen agar menimbulkan keinginan untuk membeli

suatu produk tertentu.

b. Brosur perjalanan, untuk memberikan data dan uraian yang

menarik tentang perjalanan wisata yang ditawarkan lengkap

dengan rute, atraksi, hotel, transportasi dan harga.

c. Lain-lain yang dapat berupa pameran, pekan wisata, dan laporan

perjalanan.

2. Publikasi Dalam Media Massa

Dengan memanfaatkan media massa publikasi, dapat sekaligus

menyampaikan informasi tidak hanya kepada konsumen potensial

perorangan, tetapi juga kepada sebagian besar dari pasar. Media

massa ada yang berupa media cetak, harian dan majalah (mingguan,

bulanan, berkala), dan poster, sedangkan radio adalah media suara,

lalu film dan televisi termasuk dalam media gambar bersuara.

3. Publikasi Intern

Publikasi intern merupakan proses penyampaian informasi dengan

menceritakan langsung dari orang yang sudah mendapatkan pengalaman

kepada orang yang belum mendapatkan pengalaman, sehingga tertarik

mencobanya.

Weaver dan Opperman (2000), memberikan penjelasan bahwa dalam

kegiatan periklanan pihak travel agent dapat memilih beberapa media periklanan, yaitu :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

1. Televisi

Televisi merupakan media yang paling efektif dari media-media

lainnya karena menyajikan tampilan yang realistik dari destinasi yang

diiklankan.

2. Radio

Walaupun keberadaan radio telah bergeser oleh adanya televisi,

namun media ini masih dirasa cukup efektif dan dapat dijadikan alat

promosi.

3. Koran dan majalah

Koran dan majalah memiliki kelebihan dimana pesan yang ingin

disampaikan dapat diakses oleh banyak orang dan penyebarannya

lebih merata.

4. Brosur

Brosur paket wisata merupakan bentuk periklanan yang kegunaannya

untuk mempromosikan produk wisata di suatu destinasi. Kelebihan

dari brosur adalah bentuknya yang lebih kecil dibanding koran atau

majalah sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana.

5. Internet

Seiring dengan berkembangnya teknologi internet menjadi media

yang dapat menyaingi televisi, radio, koran dan majalah. Kelebihan

internet adalah informasinya dapat diperbaharui kapan saja,

jangkauannya mendunia dan dapat diakses kapan saja oleh siapa saja

secara online yang memudahkan bagi calon pengunjung untuk

mendapatkan informasi mengenai suatu destinasi.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media publikasi

akan berpengaruh besar terhadap produk wisata yang ditawarkan. Pengguanaan

media yang tepat akan mempengaruhi unsur ketertarikan dari sebuah produk wisata

yang ditawarkan. Diharapkan dari penggunaan media publikasi yang tepat akan

mempermudah penjualan produk wisata yang ditawarkan. Selain contoh publikasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

yang telah dijelaskan diatas terdapat pula publikasi jenis lain yang dapat

dikategorikan dalam media gambar dengan tampilan yang menarik, yaitu Katalog.

2.15 Pengertian Perancangan

Perancangan secara umum dapat diartikan ssebagai langkah awal dalam

proses tahapan suatu produk atau system. Penjelasan di bawah ini akan

diterangkan mengenai pengertian perancangan yang ditinjau dari sudut pandang

ilmu komputer, yang dikemukakan oleh Pressman (2001). Perancangan merupakan

proses penggunaan berbagai prinisip dan teknik untuk tujuan pendefinisian suatu

perangkat proses atau sistem hingga tingkat detail tertentu yang memungkinkan

realisasi bentuk fisiknya. Tujuan dari perancangan adalah kegiatan untuk

menghasilkan suatu model yang berkualitas baik.

2.16 Katalog

Pada sub bab sebelumnya telah dibahas mengenai arti dari perancangan, selanjtnya

pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian dari katalog. Kedua sub bab ini akan

saling berhubungan dalam perancangan katalog yang akan dibahas pada bab tiga nanti.

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian mengenai katalog yang

diperoleh dari beberapa sumber. Katalog sendiri berasal dari bahasa latin catalogus yang

berarti daftar barang, benda atau sesuatu yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan

Fathmi (2004) mengartikan katalog adalah daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang

disusun menurut sistem tertentu. Menurut Saladin (2006) dalam Ginanjar (2011)

mengungkapakan pemasaran melalui katalog adalah bentuk pemasaran langsung dimana

perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog kepada konsumen atau calon konsumen,

dengan harapan penerima katalog akan memesan. Pemesananan melalui katalog ini sangat

tergantung terhadap pengelolaan komputer terhadap pelanggan. Oleh karena itu katalog

merupakan salah satu media yang tepat untuk digunakan oleh Nata Tours untuk dapat

memasarkan produk tour nya secara langsung kepada konsumen tetap atau calon konsumen.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

2.17 Pengertian Paket Wisata

RS. Damardjati dalam Suyitno (2001) mengartikan bahwa paket wisata adalah

suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap,

dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk

transfer/pengangkutan, fasilitas akomodasi/hotel, serta darmawisata/sight seeing di

kota/kota-kota, objek-objek wisata dan atraksi-atraksi yang telah tercantum dalam

acara itu. Biasanya harga tersebut akan lebih murah jatuhnya diandingkan dengan

tur yang direncanakan secara khusus atas permintaan. Paket tur biasanya

mempunyai paket laku atau jangka waktu penggunaan.

Sedangkan Desky (2001) menjelaskan paket wisata merupakan perpaduan

beberapa produk wisata, minimal dua produk, yang dikenal menjadi satu kesatuan

harga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sementara itu produk wisata

mempunyai pengertian totalitas pengalaman seorang wisatawan sejak ia

meninggalkan suatu tempat sampai kembali lagi ke tempat ia berangkat. Menurut

ismayanti (2010), paket wisata adalah perjalanan yang dibuat oleh biro perjalanan

wisata yang meliputi transportasi, akomodasi, serta konsumsi dalam satu harga.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah paket wisata merupakan sekumpulan

dari produk wisata yang didalamnya terdapat beberapa unsur berupa biaya tur, penginapan,

dan atraksi-atraksi yang telah ada didalamnya dan tidak dapat untuk dipisahkan.

2.18 Perancangan Paket Wisata

Menurut Desky (2001) dalam Ginanjar (2011), terdapat beberapa

pertimbangan yang harus ditentukan dalam pembuatan rencana sebuah paket

wisata antara lain:

1. Pemilihan daerah tujuan wisata.

2. Fasilitsas di daerah tujuan wisata.

3. Keunggulan daerah tujuan wisata.

4. Akses ke daerah tujuan wisata.

5. Musim di daerah tujuan wisata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

6. Situasi Politik & keamanan di daerah tujuan wisata.

7. Sistem bea cukai & keimigrasian di daerah tujuan wisata.

8. Kebijakan harga di daerah tujuan wisata.

9. Jarak tempuh daerah tujuan wisata

Di dalam perencanaan wisata memerlukan tahap-tahap dan seluruh tahapan

tersebut berkaitan erat dengan aspek-aspek di dalam perencanaan. Dari tahapan-

tahapan tersebut memerlukan instrument dalam observasi/penelitian. Perencanaan

yang baik haruslah didasarkan akan pertimbangan-pertimbangan rasional dan data-

data yang akurat. Suyitno (2001), menjelaskan mengenai tahapan-tahapan didalam

merencanakan kegiatan wisata. Berikut ini merupakan gambar tahap-tahap

perencanaan wisata yang dimaksud oleh Suyitno:

Gambar 2.1. Tahap-Tahap Perencanaan Wisata

(Sumber: Suyitno, 2001)

1. Diagnosis Pasar

Meneliti pasar dengan melihat gejala-gejala yang muncul dilakukan pada

tahap dalam perencanaan wisata karena karakteristik penyusunan

produk wisata yang harus consumer oriented. Diagnosis pasar pada

hakikatnya dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan

pasar.

2. Formulasi Tujuan

Pengetahuan yang didapat dari hasil diagnosis pasar dipakai

sebagai dasar untuk merumuskan tujuan. Rumusan tujuan ini pada

dasarnya adalah hipotesis akan tujuan yang hendak dicapai,

sedangkan tujuan tak lain adalah rumusan wisata yang akan di

Diagnosis Pasar

Analisis Data Penetapan

Rencana Pelaksanaan

Rencana

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

selenggarakan.

3. Observasi

Observasi pada dasarnya adalah pengejawantahan tujuan yang telah

dirumuskan dan menghubung-hubungkan antara hipotesis dengan

kenyataan di lapangan. Hal-hal yang diobservasi adalah seluruh

masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk

memperlancar pelaksanaan tahap ini maka digunakan instrumen-

instrumen tertentu.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam kegiatan observasi diolah dan

dianalisis. Analisis data dimaksudkan untuk:

a. Menentukan strategi pencapaian tujuan.

b. Mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul dalam proses

pencapaian tujuan.

c. Mencari alternatif-alternatif yang mungkin dapat ditempuh

5. Penetapan Rencana

Hasil analisis dipakai sebagai dasar untuk melakukan revisi tehadap

formulasi tujuan. Perbaikan dan olahan inilah yang pada akhirnya

menghasilkan rencana yang akan dilaksanakan.

6. Pelaksanaan Rencana

Pelaksanaan rencana merupakan tahap akhir dalam perencanaan

wisata. Pelaksanaan rencana adalah kegiatan nyata. dalam mengawali

serta memantau pencapain tujuan yang telah ditetapkan (Suyitno,

2001).

2.18.1 Penyusunan Acara Wisata

Acara wisata menurut Suyitno (2001) dalam Ginanjar (2011) adalah

sebuah dokumen yang dapat dipakai untuk mengilustrasikan penyelenggaraan

sebuah wisata. Acara wisata dapat juga dikatakan sebagai produk bayangan,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

karena memeberi bayangan atau gambaran tentang sebuah wisata.

Sedangkan menurut Robert T. dalam Suyitno (2001), menambahkan

pengertian dari acara wisata yaitu, suatu daftar dan jadwal acara tours dengan

data-data yang lengkap mengenai hari-hari, jam, tempat-tempat (objek-objek

wisata), hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan, tempat tiba, acara-acara

yang disuguhkan, sehingga dalam keseluruhannya akan menggambarkan jadwal

pelaksanaan maupun waktu-waktu dari keseluruhan acara tour (dari awal sampai

akhir).

Berdasarkan dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penyusunan acara wisata adalah serangkaian data kegiatan dari awal kegiatan

tur hingga kembali lagi ke tempat semula dan selama kegiatan tur tersebut

terdapat waktu kegiatan, objek-objek yang dikunjungi, penginapan dan unsur-

unsur lainnya.

2.18.2 Manfaat Perencanaan Wisata

Menurut Suyitno (2001) dalam Ginanjar (2011), menerangkan manfaat dari

perencanaan wisata, yaitu:

1. Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.

2. Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di luar

dugaan sekaligus alternatif pemecahaannya.

3. Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga

dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan

efisien.

4. Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata. Sebagai upaya pengawasan

atau evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan

wisata berikutnya (Suyitno, 2001).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat dapat diambil

kesimpulkan bahwa acara wisata sangat penting dalam perencanaan wisata.

Karena dari perencanaan wisata dapat mencegah hal-hal yang tidak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

diinginkan apabila terjadi dalam kegiatan wisata yang dilaksanakan,

sehingga dapat tercapai kegiatan wisata sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.18.3 Pendistribusian Waktu

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai Pendistribusian waktu yang

disertai dengan gambar tabel. Pendistribusian waktu dapat digunakan sebagai

alat bantu di dalam membuat suatu acara wisata. Berikut ini merupakan

contoh tabel pendistribusian waktu.

Tabe1 2.1

Pendistribusian Waktu

Pendistribusian Waktu

Nama Tur/Transfer : ................... (a) Durasi : ................... (b)

Uraian Perjalanan Tur Istirahat J

u

m

l

a

h

Jadwal

(c) (d) (e) M (

g

)

(h)

JUMLAH (h) (i) 0) (

k

)

(1)

(Sumber: Tabel Pendistribusian Waktu, Suyitno, 2001)

Tabel di atas menerangkan mengenai hal-hal yang harus direncanakan di dalam

melakukan acara wisata, yaitu :

a. Nama tur/transfer.

b. Lama penyelenggaraan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

c. Nama-nama objek kunjungan, dimulai dengan tempat pemberangkatan dan

diakhiri dengan tempat pengantaran. Tempat pemberangkatan dan pengantaran

ini biasanya adalah hotel. Dua hal yang harus ditulis adalah :

1. Objek antara (objek A-objek B), menunjukan waktu tempuh antara objek A

dan B.

2. Objek kunjungan, yaitu nama objek tertentu (objek B), menunjukan lama

kegiatan di objek B.

d. Waktu untuk kegiatan di peijalanan.

e. Waktu untuk kegiatan di objek.

f. Waktu untuk istirahat.

g. Jumlah kunjungan.

h. Jumlah waktu pada masing-masing kolom.

i. Jumlah seluruh waktu yang diperlukan untuk tur.

j. Transformasi ke dalam jadwal waktu sesuai dengan waktu keberangkatan

yang ditetapkan (Suyitno, 2001).

2.18.4 Penghitungan Harga Wisata

Suyitno (2001), memberikan definisi bahwa biaya wisata adalah semua

pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang untuk mengelola wisata. Sebagai faktor

pembentuk harga wisata, biaya wisata harus secara maksimal mencerminkan

seluruh pengeluaran dalam pengelolaan wisata.

Agar dapat memprediksi mengenai biaya yang timbul secara menyeluruh, perlu

dipahami jenis-jenis biaya. Suyitno (2001), mengklasifikasikan jenis-jenis biaya,

yaitu :

1. Biaya Induk

Biaya induk adalah biaya yang mula-mula muncul sebagai refleksi dari

penggunaan komponen wisata.

2. Biaya ikutan

Biaya ikutan adalah biaya yang muncul sebagai faktor ikutan biaya induk.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

Untuk menghitung jumlah biaya yang diperlukan di dalam suatu

kegiatan wisata, maka diperlukan suatu tata cara perhitungan harga wisata

yang baik dan benar. Berikut ini merupakan tabel perhitungan harga

wisata.

Tabel 2.2

Perhitungan Harga Wisata

Nama tur/transfer : ………….. FOC/AC : …./….

Jumlah peserta : ………….. Mata uang : ……...

No Uraian Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap

(1) (1)

Jumlah Biaya (1) (1)

Biaya per Peserta

Surcharge (..%)

Harga per Peserta (nett

price)

Dibulatkan

(2)

(3)

(4)

(5)

(Sumber : Tabel Perhitungan Harga Wisata, Suyitno, 2001)

Tabel 2.2 di atas menjelaskan mengenai tata cara menghitung suatu

harga paket wisata, yakni meliputi :

1. Merinci dan menjumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.

2. Menghitung jumlah biaya per orang.

3. Menghitung surcharge.

4. Menghitung harga wisata per orang (nett price/person) dengan cara

menambah jumalah biaya per orang dengan surcharge.

5. Melakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan secara bervariasi

tergantung kebijaksanaan pengelola wisata.

Cara Perhitungan Biaya Total Paket Wisata

Rumusnya adalah : (Harga paket /orang x Jumlah Peserta) + Total Biaya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan …digilib.polban.ac.id/.../jbptppolban-gdl-muhammaddi-4201-4-bab2--7.pdf · Menurut Marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan

Musiman (jika berlibur pada periode ramai)

Contohnya : misalkan harga paket wisata 250.000 IDR, jumlah peserta tur 5 orang,

dan total biaya tambahan musiman 200.000 IDR, maka perhitungannya sebagai

berikut : (250.000 x 5) + 200.000 = 1.450.000 IDR. (scribed.com, 2012)