bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Perangkat Pembelajaran
2.1.1. Silabus
Silabus menurut Salim dalam Departemen Pendidikan Nasional (2014)
mendefinisikan silabus sebagai garis besar, ringkasan atau ikhtiar pokok-pokok isi
materi pelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada pokok kelompok
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran yang disertai dengan adanya indikator pencapaian
kompetensi, alokasi waktu, sumber belajar dan penilaian. Berdasarkan pada acuan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus merupakan acuan penyusunan
dalam kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Komponen-komponen yang harus ada pada silabus, antara lain: 1) Identitas
sekolah, 2) identitas mata pelajaran khusus, 3) kompetensi inti, 4) kompetensi
dasar, 5) tema [khusus untuk SD/MI/SDLB/Paket A], 6) materi pokok, 7) kegiatan
pembelajaran, 8) proses penilaian, 9) alokasi waktu yang dibutuhkan, dan 10)
sumber belajar.
Silabus dikembangkan berdasarkan pada SKL (Sumber Kompetensi Lulusan)
dan SI (Standar Isi) sesuai dengan pola pembelajaran di setiap tahun pada tahun
ajaran tertentu. Silabus sangat penting sebagai acuan dalam pengembangan RPP
(Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Menurut Departemen Pendidikan
Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran
lebih lanjut, seperti dalam pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kelas
atau kegiatan pembelajaran dan pengembangan dalam sistem penilaian. Dalam
proses pengembangan silabus, langkah – langkah yang dapat dilakukan anatara
lain sebagai berikut.
1. Mengkaji SK dan KD
2. Mengidentifikasi materi pelajaran
3. Melakukan pemetaan kompetensi
4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
8
5. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
6. Penentuan jenis penilaian
7. Menentukan alokasi waktu
8. Menentukan sumber belajar
2.1.2. RPP
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan istilah
RPP merupakan sebuah rencana kegiatan pembelajaran untuk tatap muka selama
satu pertemuan atau lebih. RPP dirancang dan disusun berdasarkan silabus untuk
mengarahkan kegiatan pemebelajaran agar tercapainya kompetensi dasar. RPP
wajib disusun secara lengkap dan sistematis oleh setiap pendidik pada setiap
satuan pendidikan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikolohis
peserta didik (Permendikbud, 2016).
RPP sebagai renacana atau scenario merupakan proses lanjutan dari silabus
yang memiliki komponen untuk memberikan gambaran proses pembelajaran di
kelas akan berjalan. Adapun komponen – komponen penyusunan RPP yang
terdapat pada lampiran Permendikbud No 22 Tahun 2016 antara lain sebagai
berikut.
1. Identitas sekolah
2. Identitas mata pelajaran
3. Kelas/semester
4. Materi pokok
5. Alokasi waktu yang dibutuhkan, ditentukan sesuai dengan keperluan dalam
pencapaian kompetensi dasar.
6. Tujuan pembelajaran
7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
8. Materi pembelajaran, yang memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang
relevan sesuai dengan rumusan indikator yang ingin dicapai (ditulis dalam
bentuk butir-butir).
9
9. Metode pembelajaran
10. Media pembelajaran
11. Sumber belajar
12. Langkah – langkah kegiatan pembelajaran dari tahapan pendahuluan, inti dan
penutup
13. Penilaian hasil pembelajaran.
2.1.3. UKBM
UKBM atau Unit Kegiatan Belajar Mandiri merupakan unit pembelajaran
utuh dalam satuan pelajaran kecil yang disusun secara berurutan dari yang mudah
sampai ke yang sukar. UKBM dikembangkan dari BTP (Buku Teks Pelajaran), isi
UKBM mengutamakan pada pemberian stimulus belajar yang kemungkinan dapat
menumbuhkan kemandirian dan pengalaman peserta didik agar terlibat secara
aktif dalam penguasaan materi dan kompetensi secara utuh melalui pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik atau yang dikenal dengan student active. Selain
itu UKBM juga dapat mendorong kemampuan berpikir HOTS, kecakapan hidup
Abad 21 seperti berpikir kritis, bertindak kreatif, bekerja sama dan komunikasi,
serta pembudayaan literasi dan penguatan pendidikan karakter (Direktorat
Pembinaan SMA, 2017).
Komponen pengembangan UKBM berdasarkan buku panduan pengembangan
unit kegiatan belajar mandiri antara lain sebagai berikut.
1. Buku Teks Pelajaran (BTP) sebagai sumber belajar utama yang dapat
dipercaya dengan sumber – sumber yang relevan lainnya.
2. Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
3. Tugas dan pengalaman belajar sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
4. Alat evaluasi diri.
Karakteristik dalam Unit Kegiatan Belajar Mandiri, sebagai berikut.
1. Berbasis KD
2. Kelanjutan pengembangan terhadap penguasaan BTP
3. Dapat mengukur ketuntasan atau pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran
10
4. Bentuk kegiatan pembelajarannya berpusat pada peserta didik dengan
menggunakan berbagai model atau metode pembelajaran dengan pendekaran
saintifik.
5. Memanfaatkan teknologi pembelajaran sesuai dengan konsep dan prinsip
Techno-pedagoical Content Knowlede (TPACK).
6. Kegiatan pembelajaran yang mendidik dan dialogis yan gmencakup
perkembangan kecakapan hidup abad 21 yang dikenal dengan 4C, dan
menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi serta berkarakter.
7. Bersifat terapan pada tingkat berpikir analisis (C4), evaluasi (C5) dan kreasi
atau mencipta (C6).
8. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang
dimiliki sebagai pembelajar cepat, normal dan lambat.
9. Suasana dan proses kegiatan pembelajaran merupakan kondisi yang
menentukan keberhasilan dari UKBM. Oleh karena itu proses pembelajrannya
harus dirancang secara menarik, dinamis, merangsang, menginspirasi,
sekaligus meyakinkan peserta didik bahwa kompetensi yang dipelajari dapat
dikuasai dengan mudah, sederhana dan bermakna untuk kehidupannya.
10. Penampilan UKBM menarik minat belajar peserta didik.
Unit Kegiatan Belajar Mandiri atau UKBM memiliki beberapa prinsip yang
harus diperhatikan diantaranya sebagai berikut.
1. Pembelajaran tuntas. UKBM harus mengutamakan prinsip ketuntasan belajar
siswa secara individual yang menyaratkan peserta didik dapat menguasai
secara tuntas KI dan KD mata pelajaran sesuai dengan tingkat kecepatan
belajar peserta didik tersebut.
2. Proses belajar dan pembelajaran berlangsung secara interaktif
3. Berbasis KD sesuai dengan karakteristik UKBM tersebut, hal ini memfasilitasi
peserta didik secara bertahap berkelanjutan dalam mempelajari dan menguasai
unit – unit pembelajaran dalam suatu mata pelajaran.
4. Dirancang untuk dapat digunakan pada pembelajaran klasikal, kelompok,
individual atau pembelajaran dalam jaringan (daring/online) atau luar jaringan
11
(luring/offline), yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik
yang bervariasi.
5. Memuat tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar.
6. Mampu mengevaluasi ketercapaian KD
7. Setiap UKBM diakhiri dengan adanya penilaian formatif
8. Bersifat komunikatif
9. Berbasis kegiatan, pada prinsipnya memberikan layanan utuh pembelajaran
keapda peserta didik secara individu dan dapat dipelajari secara mandiri.
10. Bersifat hangat, cerdas dan ramah. Hangat karena UKBM harus menarik minat
peserta didik untuk belajar, membangun rasa penasaran dan terbuka. Cerdas
karena UKBM harus mencerdaskan peserta didik, fokus pembelajarannya jelas,
aktivitasnya jelas dan tujuan belajarnya jelas. Ramah karena UKBM bahasanya
harus mudah dipahami, selalu menyisakan pertanyaan untuk ditindaklanjuti
peserta didik.
Mekanisme pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri, dapat dilihat alur
pengembangan serta tahapan implementasi UKBM pada Gambar 2.1 dan Gambar
2.2
Gambar 2.1 Alur pengembangan unit kegiatan belajar mandiri (Sumber: Direktorat Pembinaan SMA, 2017)
Pemetaan KD Prota Prosem Penyusunan
Silabus
Penyusunan
RPP
Penentuan
Jumlah UKBM Pengembangan
UKBM
Pengkodean
UKBM
Penilaian
UKBM
Implementasi
UKBM
Penilaian Hasil
Belajar berbasis
UKBM
12
Gambar 2.2 Tahapan implementasi unit kegiatan belajar mandiri
(Sumber: Direktorat Pembinaan SMA, 2017)
Sistematika Unit Kegiatan Belajar Mandiri yang dibuat oleh satuan
pendidikan harus tetap mengacu pada karakteristik dan prinsip UKBM yang sudah
dijelaskan di atas. Contoh sistematika UKBM dipaparkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Sistematika UKBM
Sistematika UKBM Kode UKBM
Judul UKBM
Identitas UKBM
a. Nama mata pelajaran
b. Semester
c. Kompetensi dasar
d. Indikator pencapaian kompetensi
e. Materi pokok
f. Alokasi waktu
g. Tujuan pembelajaran
h. Materi pembelajaran
Peta konsep
Proses belajar
a. Petunjuk umum penggunaan UKBM
b. Pendahuluan
- Konteks pemandu awal/stimulus/pembuka pikiran
c. Kegiatan Inti
- Kegiatan belajar 1 memuat:
a) Uraian (naratif, gambar, media lain), contoh, latihan (urutan disesuaiakan kebutuhan
pembelajaran), rangkuman, tes formatif.
b) Kegiatan – kegiatan belajar termasuk pemanfaatan BTP
- Kegiatan belajar 2 memuat:
a) Urutan (naratif, gambar, media lain), contoh, latihan (urutan disesuaiakan kebutuhan
pembelajaran), rangkuman, tes formatif.
b) Kegiatan – kegiatan belajar termasuk pemanfaatan BTP
d. Penutup
Pengecekan pola berpikir peserta didik, Refleksi diri, Penghargaan dan petunjuk tindak lanjut
Dokumen utama
Kurikulum: BTP
Panduan Penyelenggaraan SKS,
Panduan Pembelajaran Tuntas
Rancangan
Pembelajaran/ RPP
Revisi UKBM Uji Coba UKBM Pengembangan
UKBM
Hasil Revisi
UKBM
Penerapan UKBM secara
Adaptif
13
2.2 Tinjauan Tentang HOTS
2.2.1. Pengertian HOTS
HOTS merupakan tingkat kemampuan berpikir di atas tingkatan menghafal,
dan dapat menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Rofiah, Aminah, dan
Sunarno (2018) mengemukakan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan mentrasformasi
pengalaman serta apa yang diketahui secara kritis dan kreatif, sehingga dapat
memecahkah masalah dan mengambil keputusan pada situasi baru. Menurut Sani
(2019) berpikir tingkat tinggi berbeda dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
mengacu pada taksonomi Bloom yang telah revisi. Higher order thinking
berorientasi pada kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.
Sedangkan Higher order thinking skills berkaitan dengan kemampuan dalam
penyelesaian masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif dan membuat keputusan.
2.2.2. Karakteristik Pembelajaran berbasis HOTS
Keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup beberapa kemampuan berpikir
antara lain; berpikir kritis, logis, refkletif, metakognitif dan kreatif. Ramli (2015)
menyatakan bahwa konsep HOTS melibatkan knowladge dan intellectual skills.
Awalnya Bloom membagi tingkat proses kognitif yang disebut dengan level of
cognitve skills yang terususun menjadi 6 tingkatan yaitu: Knowlage,
comprehenson, application, analysis, synthesis dan evaluation. Pembagian
tersebut kemudian terdapat revisi menjadi Remembering, unerstanding, applying,
analyzing, evluating dan creating (Ramli, 2015).
Level HOTS erat kaitannya dengan keterampilan berpikir dalam ranah
kogntif, afektif dan psikomotorik yang menjadi satu kesatuan dalam proses
kegiatan belajar dan mengajar. Tujuan pembelajaran ranah kognitif Bloom
menetapkan segala aktifitas pembelajaran yang terdiri dari 6 tingkatan dari
jenjang yang terendah hingga tertinggi, sesuai pada Tabel 2.2.
14
Tabel 2.2 Proses Kognitif sesuai dengan level kogntitif Bloom
Proses Kognitif Definisi
C1 L
O
T
S
Mengingat Mengambil pengetahuan yng relevan dari ingatan
C2 Memahami Membangun arti dan proses pembelajaran, termasuk
komunikasi lisan, tertulis dan gambar
C3 Menerapkan/
Mengaplikasikan
Melakukan atua menggunakan prosedur di dalam
situasi yang tidak biasa
C4
H
O
T
S
Menganalisis Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan
menentukan bagaimana baian itu terhubung
antarbagian dan ke tujuan keseluruhan
C5 Menilai/ Mengevaluasi Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau
standar
C6 Mengkreasi/ Mencipta Menempatkan unsur-unsur secara keseluruhan bersama
untuk membentuk keseluruhn secara koheren atau
funsional, menyusun embali unsur-unsur ke dalam pola
atau struktur baru.
Sumber: (Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & Zamroni, 2018)
Taksonomi revisi ranah kognitif Anderson dan Krathwoll memiliki proses
yang menunjukkan kompleksitas kognitif dengan menambahkan dimensi
pengetahuan diantaranya yaitu; Pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Bloom dan Karthwoll
dalam ranah afektif menjelaskan bahwa ranah afektif berhubungan dengan sikap,
nilai, perasaan, emosi dan derajat penerimaan. Sedangkan proses psikomotorik
melibatkan anggota tubuh yang berakaitan dengan gerak fisik yang terdiri gerakan
refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan, keterampilan
kompleks, ekspresif dan interperatif. Ranah afektif terbagi menjadi 5 kategori
tertera pada Tabel 2.3 dan keterampilan proses psikomotorik dapat dilihat pada
Tabel 2.4
Tabel 2.3 Proses Ranah Afetif Proses Afektif Definisi
A1 Penerimaan Kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulasi dari
luar yang datang pada diri peserta didik
A2 Menanggapi Suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif
untuk menginstruksikan dirinya dalam fenomena tertentu
dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara
A3 Penilaian Memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap
suatu gejala atau stimulus tertentu
A4 Mengelola Konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta
pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki
A5 Karkterisasi Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
Sumber: (Ariyana et al., 2018)
15
Tabel 2.4 Proses Ranah Psikomotorik
Proses Psikomotorik Definisi
P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan seseorang
P2 Manipulasi Berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan produk
dengan cara mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan
observasi. Peserta didik dipandu melalui instruksi untuk
melkukan keterampilan tertentu
P3 Presisi Berarti secara independen melakukan keterampilan atau
menghsailkan produk dengan kuraasi, proporsi dan
ketepatan
P4 Artikulasi Memodifikasi keterampilan atau produk agar sesuai
dengan situasi baru, atau menggabungkan lebih dari satu
keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten
P5 Naturalisasi Menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah
dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik
dan mental yang ada. Sifat aktivitas telah otomatis, sadar
penguasaan tingkat strategis, seperti menentukan langkah
yang lebih efisien.
Sumber: (Ariyana et al., 2018)
2.2.3. Perangkat Pembelajaran berbasis HOTS
2.2.3.1. Silabus berbasis HOTS
Silabus sebagai pedoman utama dalam penyusunan rancangan pelaksanaan
disusun dengan format dan penyajian yang sederhana dan bersifat fleksibel dan
kontekstual. Guru dalam pengembangan silabus diharapkan dapat
mengembangkan materi, pengelolaan proses kegiatan pembelajaran, penggunaan
metode dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta tingat perkembangan kemampuan siswa.
Silabus berbasis HOTS merupakan silabus yang dikembangkan dengan
perumusan indikator pencapaian kompetensi yang berorientasi pada kemampuan
berpikir tingat tinggi siswa dengan menciptakan proses kegiatan pembelajaran
yang bervariatif dan kreatif sehingga siswa dapat berpikir kritis dan dapat
memecahkan masalah serta menghasilkan solusi dengan menetapkan keputusan
yang diambil untuk menyelesaikan masalah.
Ciri khas HOTS mencakup kemampuan atau keterampilan siswa dalam
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta harus terlihat jelas dalam proses
kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus. Nugroho (2019)
mengemukakan bahwa dalam level analisis terdiri dari indikator kemampuan atau
keterampilan membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan atau
16
mengatribusikan. Level evaluasi pada prinsipnya kemampuan dalam pengambilan
keputusan berdasarkan kriteria, level ini terdiri dari keterampilan mengecek dan
mengkritisi. Sedangkan level tertinggi yaitu level mencipta, siswa akan
mengorganisasi berbagai informasi dengan strategi baru yang berbeda dari
sebelumnya, siswa akan dilatih untuk memadukan bagian-bagian sehingga dapat
membentuk sesuatu yang baru, koheren dan orisinal. Level mencipta ini terdiri
dari merumuskan, merencanakan dan memproduksi.
2.2.3.2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis HOTS
Pembelajaran berbasis HOTS pada dasarnya pembelajaran yang dapat
membangkitkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan cara mengajukan
pertanyaan kritis atau mengajukan masalah yang harus dipecahkan (Yani, 2019).
Pengembangan rancangan pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu; pendekatan, startegi pembelajaran
HOTS dan metode pembelajaran HOTS.Strategi pembelajaran HOTS dapat
diimplementasikan dengan cara memperhatikan model pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Jenis model pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu model atau strategi pembelajaran berbasis pilar
dan model pembelajaran berbasis sintaks (Yani, 2019). Contoh model
pembelajaran berbasis pilar antara lain model pembelajaran PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif danMenyenangkan) dan CTL (Contextual
Teaching and Learning), model pembelajaran pilar ini tidak menyertakan langkah
pembelajaran melainkan hanya menyebutkan prinsip dan rambu-rambu
pembelajaran yang harus dilakukan oleh Guru. Sedangkan model pembelajaran
berbasis sintaks contohnya Pembelajaran saintifik, Inquiry, Problem based
learning, Project based learning dan Meaningful learning tidak hanya
mengajukan prinsip pembelajaran melainkan mimiliki sintaks atau langkah
pembelajaran yang terperinci.
Model pembelajaran yang berorientasi HOTS yang dapat dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran di kelas antara lain model pembelajaran berbasis masalah,
model pembelajaran kolaboratif dan model Reciprocal learning (Sajidan &
Afandi, 2018). Semua model pembelajaran berbasis pilar maupun sintaks dapat
17
digunakan untuk membangkitkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
merekomendasikan pembelajaran saintifik yang meliputi Inquiry, Problem based
learning dan Project based learning tepat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Yani, 2019).
Metode pembelajaran beragam dan yang digunakan oleh guru di kelas adalah
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, demosntrasi, dan yang lainnya.
Menurut Yani (2019) metode pembelajaran HOTS yang dapat digunakan untuk
meningkatan keaktifan siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah
metode tanya jawab, metode Inquiry, metode heuristik, metode diskusi, metode
Role playing, metode siklus nutasi dan metode koneksi konsep (Connection
consept).
2.2.3.3. Soal-soal berbasis HOTS
Soal – soal HOTS merupakan instrumen pengukuran atau penilaian yang
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Widana, 2017).
Soal – soal HOTS merupakan assesment yang berbasis situasi dalam kehidupan
sehari-hari sehingga permasalahan pada soal HOTS adalah permasalahan berbasis
kontekstual (Ningsih, 2018). Karakter soal – soal HOTS diantaranya yaitu:
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis permasalahan kontekstual
dan menggunakan bentuk soal beragam.
Bentuk soal yang digunakan selama ini antara lain bentuk uraian (essay),
pilihan berganda, pilihan benar-salah, menjodohkan, jawaban singkat dan isian.
Yani (2019) memperkenalkan bahwa terdapat bentuk soal yang berbeda yaitu
berbasis pada jarak nalar diantaranya koneksi antar konsep, asosiasi dan pilihan
dampak jauh. Bentuk soal asosiasi berarti siswa dapat mengaitkan sesuatu pada
orang atau barang lain sehingga dapat memiliki makna yang lebih luas, mudah
dipahami dan konstekstual. Soal asosiasi menjadi salah satu rumpun dalam teori
jarak nalar karena pada saat mengasosiasi terdapat konsep-konsep tersembunyi
yang tidak terungkap secara nyata. Bentuk soal asosiasi dapat diterapkan dalam
bentuk soal pilihan berganda dan menjodohkan, khususnya dalam soal
menjodohkan karena soal menjodohkan identik sebagai soal asosiasi. Rumpun
18
bentuk soal berbasis jarak nalar lainnya adalah bentuk soal pilihan beranda
berdampak jauh. Bentuk soal berganda berjarak jauh ini merupakan bentuk variasi
dari soal pilihan ganda yang menanyakan tentang dampak terjauh atau faktor dari
penyebab yang paling awal. Maksud dampak terjauh ini memiliki makna ke hilir
sedangkan faktor penyebab yang paling awal memiliki makna ke hulu (Yani,
2019).
Butir – butir soal HOTS yang akan disusun harus memperhatikan beberapa
hal, dianataranya penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang
hendak diukur serta dapat merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan atau stimulus yang diberikan dalam konteks tertentu sesuai dengan
perilaku yang diharapkan. Dalam penulisan soal HOTS dibutuhkan penegasan
materi ajar, keterampilan dalam menulis soal atau konstruksi soal dan kreativitas
guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
disekitar satuan pendidikan (Widana, 2017).
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun soal – soal
HOTS.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal – soal HOTS. Tidak semua KD dapat
dibuatkan model – model soal HOTS.
2. Menyusun kisi – kisi soal.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi – kisi soal
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
Soal – soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat
tinggi, dalam penilaian ini peran soal HOTS memiliki peran dalam
mempersiapkan kompetensi peserta didik dalam menyongsong Abad ke – 21,
memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah, meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, serta meningkatkan mutu penilaian (Widana,
2017).
19
2.3 Tinjauan Tentang Materi Sistem Gerak
Materi Struktur dan Fungsi Jaringan pada Tumbuhan merupakan salah
satu pokok materi pelajaran biologi. Berdasarkan KD kurikulum 2013 salah satu
materi pembelajaran biologi SMA kelas XI pada KD 3.5 adalah menganilisis
hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan
mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui
studi literatur, pengamatan, percobaan dan simulasi. KD 4.5 yaitu Menyajikan
karya tentang pemanfaatan teknologi dalam mengatas gangguan sistem gerak
melalui penelususran dari berbagai sumber informasi. Materi sistem gerak
terdapat pada semester ganjil sekolah menengah atas dengan perkiraan alokasi
waktu yang dibutuhkan adalah 8 jam pelajaran atau 4 kali pertemuan tatap muka,
dengan beberapa Sub materi sebagai berikut.
1. Alat gerak pasif
a. Fungsi tulang dalam sistem rangka
b. Jenis-jenis tulang
c. Bentuk tulang
d. Proses pembentukan tulang
e. Susunan tulang dalam tubuh
f. Hubungan antartulang (Persendian/Artikulasi)
2. Alat gerak aktif
a. Macam-macam otot
b. Mekanisme gerak otot
3. Kelainan dan teknolo yang berhubungan dengan sistem gerak
2.4 Kerangka Berpikir
Perkembangan pendidikan di Indonesia belum mengalami kemajuan
sesuai dengan yang diharapkan. Seiring dengan perubahan dan perkembangan
pendidikan, kurikulum pendidikan telah mengalami perubahan dengan tujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak serta
keterampilan hidup mandiri peserta didik. Kemajuan maupun ketercapaian
perkembangan dan penyempurnaan kurikulum tidak terlepas dari proses
20
pembelajaran. Berdasarkan pada perkembangan Abad 21 dengan menggunakan
kurikulum 2013, proses penilaian hasil belajar diharapkan peserta didik dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka, karena denan berpikir
tingkat tinggi dapat memberikan dorongan peserta didik untuk berpikir secara luas
dan mendalam tentang mata pelajaran yang didapatkan. Namun pada kenyataan
lapangan proses pembelajaran yang dilakukan belum bisa meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pengisian angket kebutuhan
siswa dapat diketahui bawa SMA Muhammadiyah 1 Malang hanya menerapkan
perangkat pembelajaran HOTS sebatas dalam pembuatan instrumen soal dalam
penilaian. Permasalahannya adalah Perangkat pembelajaran lainnya seperti
Silabus, RPP dan UKBM belum pernah dirancang dengan berbasis HOTS. Oleh
karena itu, penulis melakukan penelitian dengan membuat perangkat
pembelajaran biologi berbasis HOTS. Perangkat Pembelajaran berbasis HOTS ini
dapat digunakan sebagai acuan Guru dalam proses pembelajaran di kelas sehingga
dapat memberikan dorongan kepada peserta didik dalam memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
21
Secara garis besar kerangka berpikir digambarkan dalam bentuk skema
yang ada pada Gambar 2.3
Gambar. 2.3 Kerangka berpikir pengembangan perangkat pemebelajaran berbasis HOTS.
Proses pembelajaran Biologi di SMA Muhammadiyah 1 Malang
Kondisi Nyata di Lapangan:
1. Pembelajaran di kelas masih
berpusat pada Guru.
2. Siswa kurang aktif dan belum
secara keseluruhan memiliki
keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
3. Perangkat pembelajaran berbasis
HOTS hanya diterapkan dalam
instrumen soal. Sementara
perangkat pembelajaran lain
berupa Silabus, RPP dan UKBM
belum berbasis HOTS (Higher
order thinking skills).
Kondisi Ideal:
1. Pembelajaran berpusat pada
Siswa
2. Siswa aktif dalam pembelajaran
dan memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
3. Perangkat pembelajaran berbasis
HOTS dapat di terapkan secara
menyeluruh sehinga dapat
memberikan dorongan motivasi
kepada siswa dalam
meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran Biologi memiliki KD yang dapat dijadikan
pembelajaran HOTS, salah satunya materi sistem gerak sampai
saat ini belum memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran
berbasis HOTS (Higher order thinking skills)
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Biologi berbasis HOTS
(Higher order thinking skills)
Perangkat pembelajaran berbasis HOTS (Higher order thinking sills)
sebagai bahan ajar materi sistem gerak kelas XI di SMA
Muhammadiyah 1 Malang.