bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/bab ii.pdf ·...

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat Pembelajaran 2.1.1. Silabus Silabus menurut Salim dalam Departemen Pendidikan Nasional (2014) mendefinisikan silabus sebagai garis besar, ringkasan atau ikhtiar pokok-pokok isi materi pelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada pokok kelompok pelajaran atau tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang disertai dengan adanya indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu, sumber belajar dan penilaian. Berdasarkan pada acuan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus merupakan acuan penyusunan dalam kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Komponen-komponen yang harus ada pada silabus, antara lain: 1) Identitas sekolah, 2) identitas mata pelajaran khusus, 3) kompetensi inti, 4) kompetensi dasar, 5) tema [khusus untuk SD/MI/SDLB/Paket A], 6) materi pokok, 7) kegiatan pembelajaran, 8) proses penilaian, 9) alokasi waktu yang dibutuhkan, dan 10) sumber belajar. Silabus dikembangkan berdasarkan pada SKL (Sumber Kompetensi Lulusan) dan SI (Standar Isi) sesuai dengan pola pembelajaran di setiap tahun pada tahun ajaran tertentu. Silabus sangat penting sebagai acuan dalam pengembangan RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti dalam pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kelas atau kegiatan pembelajaran dan pengembangan dalam sistem penilaian. Dalam proses pengembangan silabus, langkah langkah yang dapat dilakukan anatara lain sebagai berikut. 1. Mengkaji SK dan KD 2. Mengidentifikasi materi pelajaran 3. Melakukan pemetaan kompetensi 4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Perangkat Pembelajaran

2.1.1. Silabus

Silabus menurut Salim dalam Departemen Pendidikan Nasional (2014)

mendefinisikan silabus sebagai garis besar, ringkasan atau ikhtiar pokok-pokok isi

materi pelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada pokok kelompok

pelajaran atau tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran yang disertai dengan adanya indikator pencapaian

kompetensi, alokasi waktu, sumber belajar dan penilaian. Berdasarkan pada acuan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, silabus merupakan acuan penyusunan

dalam kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.

Komponen-komponen yang harus ada pada silabus, antara lain: 1) Identitas

sekolah, 2) identitas mata pelajaran khusus, 3) kompetensi inti, 4) kompetensi

dasar, 5) tema [khusus untuk SD/MI/SDLB/Paket A], 6) materi pokok, 7) kegiatan

pembelajaran, 8) proses penilaian, 9) alokasi waktu yang dibutuhkan, dan 10)

sumber belajar.

Silabus dikembangkan berdasarkan pada SKL (Sumber Kompetensi Lulusan)

dan SI (Standar Isi) sesuai dengan pola pembelajaran di setiap tahun pada tahun

ajaran tertentu. Silabus sangat penting sebagai acuan dalam pengembangan RPP

(Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Menurut Departemen Pendidikan

Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran

lebih lanjut, seperti dalam pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kelas

atau kegiatan pembelajaran dan pengembangan dalam sistem penilaian. Dalam

proses pengembangan silabus, langkah – langkah yang dapat dilakukan anatara

lain sebagai berikut.

1. Mengkaji SK dan KD

2. Mengidentifikasi materi pelajaran

3. Melakukan pemetaan kompetensi

4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

8

5. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

6. Penentuan jenis penilaian

7. Menentukan alokasi waktu

8. Menentukan sumber belajar

2.1.2. RPP

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan istilah

RPP merupakan sebuah rencana kegiatan pembelajaran untuk tatap muka selama

satu pertemuan atau lebih. RPP dirancang dan disusun berdasarkan silabus untuk

mengarahkan kegiatan pemebelajaran agar tercapainya kompetensi dasar. RPP

wajib disusun secara lengkap dan sistematis oleh setiap pendidik pada setiap

satuan pendidikan agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk

aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikolohis

peserta didik (Permendikbud, 2016).

RPP sebagai renacana atau scenario merupakan proses lanjutan dari silabus

yang memiliki komponen untuk memberikan gambaran proses pembelajaran di

kelas akan berjalan. Adapun komponen – komponen penyusunan RPP yang

terdapat pada lampiran Permendikbud No 22 Tahun 2016 antara lain sebagai

berikut.

1. Identitas sekolah

2. Identitas mata pelajaran

3. Kelas/semester

4. Materi pokok

5. Alokasi waktu yang dibutuhkan, ditentukan sesuai dengan keperluan dalam

pencapaian kompetensi dasar.

6. Tujuan pembelajaran

7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

8. Materi pembelajaran, yang memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang

relevan sesuai dengan rumusan indikator yang ingin dicapai (ditulis dalam

bentuk butir-butir).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

9

9. Metode pembelajaran

10. Media pembelajaran

11. Sumber belajar

12. Langkah – langkah kegiatan pembelajaran dari tahapan pendahuluan, inti dan

penutup

13. Penilaian hasil pembelajaran.

2.1.3. UKBM

UKBM atau Unit Kegiatan Belajar Mandiri merupakan unit pembelajaran

utuh dalam satuan pelajaran kecil yang disusun secara berurutan dari yang mudah

sampai ke yang sukar. UKBM dikembangkan dari BTP (Buku Teks Pelajaran), isi

UKBM mengutamakan pada pemberian stimulus belajar yang kemungkinan dapat

menumbuhkan kemandirian dan pengalaman peserta didik agar terlibat secara

aktif dalam penguasaan materi dan kompetensi secara utuh melalui pembelajaran

yang berpusat pada peserta didik atau yang dikenal dengan student active. Selain

itu UKBM juga dapat mendorong kemampuan berpikir HOTS, kecakapan hidup

Abad 21 seperti berpikir kritis, bertindak kreatif, bekerja sama dan komunikasi,

serta pembudayaan literasi dan penguatan pendidikan karakter (Direktorat

Pembinaan SMA, 2017).

Komponen pengembangan UKBM berdasarkan buku panduan pengembangan

unit kegiatan belajar mandiri antara lain sebagai berikut.

1. Buku Teks Pelajaran (BTP) sebagai sumber belajar utama yang dapat

dipercaya dengan sumber – sumber yang relevan lainnya.

2. Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)

3. Tugas dan pengalaman belajar sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

4. Alat evaluasi diri.

Karakteristik dalam Unit Kegiatan Belajar Mandiri, sebagai berikut.

1. Berbasis KD

2. Kelanjutan pengembangan terhadap penguasaan BTP

3. Dapat mengukur ketuntasan atau pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

10

4. Bentuk kegiatan pembelajarannya berpusat pada peserta didik dengan

menggunakan berbagai model atau metode pembelajaran dengan pendekaran

saintifik.

5. Memanfaatkan teknologi pembelajaran sesuai dengan konsep dan prinsip

Techno-pedagoical Content Knowlede (TPACK).

6. Kegiatan pembelajaran yang mendidik dan dialogis yan gmencakup

perkembangan kecakapan hidup abad 21 yang dikenal dengan 4C, dan

menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi serta berkarakter.

7. Bersifat terapan pada tingkat berpikir analisis (C4), evaluasi (C5) dan kreasi

atau mencipta (C6).

8. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang

dimiliki sebagai pembelajar cepat, normal dan lambat.

9. Suasana dan proses kegiatan pembelajaran merupakan kondisi yang

menentukan keberhasilan dari UKBM. Oleh karena itu proses pembelajrannya

harus dirancang secara menarik, dinamis, merangsang, menginspirasi,

sekaligus meyakinkan peserta didik bahwa kompetensi yang dipelajari dapat

dikuasai dengan mudah, sederhana dan bermakna untuk kehidupannya.

10. Penampilan UKBM menarik minat belajar peserta didik.

Unit Kegiatan Belajar Mandiri atau UKBM memiliki beberapa prinsip yang

harus diperhatikan diantaranya sebagai berikut.

1. Pembelajaran tuntas. UKBM harus mengutamakan prinsip ketuntasan belajar

siswa secara individual yang menyaratkan peserta didik dapat menguasai

secara tuntas KI dan KD mata pelajaran sesuai dengan tingkat kecepatan

belajar peserta didik tersebut.

2. Proses belajar dan pembelajaran berlangsung secara interaktif

3. Berbasis KD sesuai dengan karakteristik UKBM tersebut, hal ini memfasilitasi

peserta didik secara bertahap berkelanjutan dalam mempelajari dan menguasai

unit – unit pembelajaran dalam suatu mata pelajaran.

4. Dirancang untuk dapat digunakan pada pembelajaran klasikal, kelompok,

individual atau pembelajaran dalam jaringan (daring/online) atau luar jaringan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

11

(luring/offline), yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik

yang bervariasi.

5. Memuat tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar.

6. Mampu mengevaluasi ketercapaian KD

7. Setiap UKBM diakhiri dengan adanya penilaian formatif

8. Bersifat komunikatif

9. Berbasis kegiatan, pada prinsipnya memberikan layanan utuh pembelajaran

keapda peserta didik secara individu dan dapat dipelajari secara mandiri.

10. Bersifat hangat, cerdas dan ramah. Hangat karena UKBM harus menarik minat

peserta didik untuk belajar, membangun rasa penasaran dan terbuka. Cerdas

karena UKBM harus mencerdaskan peserta didik, fokus pembelajarannya jelas,

aktivitasnya jelas dan tujuan belajarnya jelas. Ramah karena UKBM bahasanya

harus mudah dipahami, selalu menyisakan pertanyaan untuk ditindaklanjuti

peserta didik.

Mekanisme pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri, dapat dilihat alur

pengembangan serta tahapan implementasi UKBM pada Gambar 2.1 dan Gambar

2.2

Gambar 2.1 Alur pengembangan unit kegiatan belajar mandiri (Sumber: Direktorat Pembinaan SMA, 2017)

Pemetaan KD Prota Prosem Penyusunan

Silabus

Penyusunan

RPP

Penentuan

Jumlah UKBM Pengembangan

UKBM

Pengkodean

UKBM

Penilaian

UKBM

Implementasi

UKBM

Penilaian Hasil

Belajar berbasis

UKBM

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

12

Gambar 2.2 Tahapan implementasi unit kegiatan belajar mandiri

(Sumber: Direktorat Pembinaan SMA, 2017)

Sistematika Unit Kegiatan Belajar Mandiri yang dibuat oleh satuan

pendidikan harus tetap mengacu pada karakteristik dan prinsip UKBM yang sudah

dijelaskan di atas. Contoh sistematika UKBM dipaparkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Sistematika UKBM

Sistematika UKBM Kode UKBM

Judul UKBM

Identitas UKBM

a. Nama mata pelajaran

b. Semester

c. Kompetensi dasar

d. Indikator pencapaian kompetensi

e. Materi pokok

f. Alokasi waktu

g. Tujuan pembelajaran

h. Materi pembelajaran

Peta konsep

Proses belajar

a. Petunjuk umum penggunaan UKBM

b. Pendahuluan

- Konteks pemandu awal/stimulus/pembuka pikiran

c. Kegiatan Inti

- Kegiatan belajar 1 memuat:

a) Uraian (naratif, gambar, media lain), contoh, latihan (urutan disesuaiakan kebutuhan

pembelajaran), rangkuman, tes formatif.

b) Kegiatan – kegiatan belajar termasuk pemanfaatan BTP

- Kegiatan belajar 2 memuat:

a) Urutan (naratif, gambar, media lain), contoh, latihan (urutan disesuaiakan kebutuhan

pembelajaran), rangkuman, tes formatif.

b) Kegiatan – kegiatan belajar termasuk pemanfaatan BTP

d. Penutup

Pengecekan pola berpikir peserta didik, Refleksi diri, Penghargaan dan petunjuk tindak lanjut

Dokumen utama

Kurikulum: BTP

Panduan Penyelenggaraan SKS,

Panduan Pembelajaran Tuntas

Rancangan

Pembelajaran/ RPP

Revisi UKBM Uji Coba UKBM Pengembangan

UKBM

Hasil Revisi

UKBM

Penerapan UKBM secara

Adaptif

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

13

2.2 Tinjauan Tentang HOTS

2.2.1. Pengertian HOTS

HOTS merupakan tingkat kemampuan berpikir di atas tingkatan menghafal,

dan dapat menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Rofiah, Aminah, dan

Sunarno (2018) mengemukakan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah

kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan mentrasformasi

pengalaman serta apa yang diketahui secara kritis dan kreatif, sehingga dapat

memecahkah masalah dan mengambil keputusan pada situasi baru. Menurut Sani

(2019) berpikir tingkat tinggi berbeda dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

mengacu pada taksonomi Bloom yang telah revisi. Higher order thinking

berorientasi pada kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

Sedangkan Higher order thinking skills berkaitan dengan kemampuan dalam

penyelesaian masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif dan membuat keputusan.

2.2.2. Karakteristik Pembelajaran berbasis HOTS

Keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup beberapa kemampuan berpikir

antara lain; berpikir kritis, logis, refkletif, metakognitif dan kreatif. Ramli (2015)

menyatakan bahwa konsep HOTS melibatkan knowladge dan intellectual skills.

Awalnya Bloom membagi tingkat proses kognitif yang disebut dengan level of

cognitve skills yang terususun menjadi 6 tingkatan yaitu: Knowlage,

comprehenson, application, analysis, synthesis dan evaluation. Pembagian

tersebut kemudian terdapat revisi menjadi Remembering, unerstanding, applying,

analyzing, evluating dan creating (Ramli, 2015).

Level HOTS erat kaitannya dengan keterampilan berpikir dalam ranah

kogntif, afektif dan psikomotorik yang menjadi satu kesatuan dalam proses

kegiatan belajar dan mengajar. Tujuan pembelajaran ranah kognitif Bloom

menetapkan segala aktifitas pembelajaran yang terdiri dari 6 tingkatan dari

jenjang yang terendah hingga tertinggi, sesuai pada Tabel 2.2.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

14

Tabel 2.2 Proses Kognitif sesuai dengan level kogntitif Bloom

Proses Kognitif Definisi

C1 L

O

T

S

Mengingat Mengambil pengetahuan yng relevan dari ingatan

C2 Memahami Membangun arti dan proses pembelajaran, termasuk

komunikasi lisan, tertulis dan gambar

C3 Menerapkan/

Mengaplikasikan

Melakukan atua menggunakan prosedur di dalam

situasi yang tidak biasa

C4

H

O

T

S

Menganalisis Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan

menentukan bagaimana baian itu terhubung

antarbagian dan ke tujuan keseluruhan

C5 Menilai/ Mengevaluasi Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau

standar

C6 Mengkreasi/ Mencipta Menempatkan unsur-unsur secara keseluruhan bersama

untuk membentuk keseluruhn secara koheren atau

funsional, menyusun embali unsur-unsur ke dalam pola

atau struktur baru.

Sumber: (Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & Zamroni, 2018)

Taksonomi revisi ranah kognitif Anderson dan Krathwoll memiliki proses

yang menunjukkan kompleksitas kognitif dengan menambahkan dimensi

pengetahuan diantaranya yaitu; Pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Bloom dan Karthwoll

dalam ranah afektif menjelaskan bahwa ranah afektif berhubungan dengan sikap,

nilai, perasaan, emosi dan derajat penerimaan. Sedangkan proses psikomotorik

melibatkan anggota tubuh yang berakaitan dengan gerak fisik yang terdiri gerakan

refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan, keterampilan

kompleks, ekspresif dan interperatif. Ranah afektif terbagi menjadi 5 kategori

tertera pada Tabel 2.3 dan keterampilan proses psikomotorik dapat dilihat pada

Tabel 2.4

Tabel 2.3 Proses Ranah Afetif Proses Afektif Definisi

A1 Penerimaan Kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulasi dari

luar yang datang pada diri peserta didik

A2 Menanggapi Suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif

untuk menginstruksikan dirinya dalam fenomena tertentu

dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara

A3 Penilaian Memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap

suatu gejala atau stimulus tertentu

A4 Mengelola Konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta

pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki

A5 Karkterisasi Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya.

Sumber: (Ariyana et al., 2018)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

15

Tabel 2.4 Proses Ranah Psikomotorik

Proses Psikomotorik Definisi

P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan seseorang

P2 Manipulasi Berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan produk

dengan cara mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan

observasi. Peserta didik dipandu melalui instruksi untuk

melkukan keterampilan tertentu

P3 Presisi Berarti secara independen melakukan keterampilan atau

menghsailkan produk dengan kuraasi, proporsi dan

ketepatan

P4 Artikulasi Memodifikasi keterampilan atau produk agar sesuai

dengan situasi baru, atau menggabungkan lebih dari satu

keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten

P5 Naturalisasi Menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah

dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik

dan mental yang ada. Sifat aktivitas telah otomatis, sadar

penguasaan tingkat strategis, seperti menentukan langkah

yang lebih efisien.

Sumber: (Ariyana et al., 2018)

2.2.3. Perangkat Pembelajaran berbasis HOTS

2.2.3.1. Silabus berbasis HOTS

Silabus sebagai pedoman utama dalam penyusunan rancangan pelaksanaan

disusun dengan format dan penyajian yang sederhana dan bersifat fleksibel dan

kontekstual. Guru dalam pengembangan silabus diharapkan dapat

mengembangkan materi, pengelolaan proses kegiatan pembelajaran, penggunaan

metode dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

serta tingat perkembangan kemampuan siswa.

Silabus berbasis HOTS merupakan silabus yang dikembangkan dengan

perumusan indikator pencapaian kompetensi yang berorientasi pada kemampuan

berpikir tingat tinggi siswa dengan menciptakan proses kegiatan pembelajaran

yang bervariatif dan kreatif sehingga siswa dapat berpikir kritis dan dapat

memecahkan masalah serta menghasilkan solusi dengan menetapkan keputusan

yang diambil untuk menyelesaikan masalah.

Ciri khas HOTS mencakup kemampuan atau keterampilan siswa dalam

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta harus terlihat jelas dalam proses

kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus. Nugroho (2019)

mengemukakan bahwa dalam level analisis terdiri dari indikator kemampuan atau

keterampilan membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan atau

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

16

mengatribusikan. Level evaluasi pada prinsipnya kemampuan dalam pengambilan

keputusan berdasarkan kriteria, level ini terdiri dari keterampilan mengecek dan

mengkritisi. Sedangkan level tertinggi yaitu level mencipta, siswa akan

mengorganisasi berbagai informasi dengan strategi baru yang berbeda dari

sebelumnya, siswa akan dilatih untuk memadukan bagian-bagian sehingga dapat

membentuk sesuatu yang baru, koheren dan orisinal. Level mencipta ini terdiri

dari merumuskan, merencanakan dan memproduksi.

2.2.3.2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis HOTS

Pembelajaran berbasis HOTS pada dasarnya pembelajaran yang dapat

membangkitkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan cara mengajukan

pertanyaan kritis atau mengajukan masalah yang harus dipecahkan (Yani, 2019).

Pengembangan rancangan pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS perlu

memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu; pendekatan, startegi pembelajaran

HOTS dan metode pembelajaran HOTS.Strategi pembelajaran HOTS dapat

diimplementasikan dengan cara memperhatikan model pembelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Jenis model pembelajaran dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu model atau strategi pembelajaran berbasis pilar

dan model pembelajaran berbasis sintaks (Yani, 2019). Contoh model

pembelajaran berbasis pilar antara lain model pembelajaran PAKEM

(Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif danMenyenangkan) dan CTL (Contextual

Teaching and Learning), model pembelajaran pilar ini tidak menyertakan langkah

pembelajaran melainkan hanya menyebutkan prinsip dan rambu-rambu

pembelajaran yang harus dilakukan oleh Guru. Sedangkan model pembelajaran

berbasis sintaks contohnya Pembelajaran saintifik, Inquiry, Problem based

learning, Project based learning dan Meaningful learning tidak hanya

mengajukan prinsip pembelajaran melainkan mimiliki sintaks atau langkah

pembelajaran yang terperinci.

Model pembelajaran yang berorientasi HOTS yang dapat dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran di kelas antara lain model pembelajaran berbasis masalah,

model pembelajaran kolaboratif dan model Reciprocal learning (Sajidan &

Afandi, 2018). Semua model pembelajaran berbasis pilar maupun sintaks dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

17

digunakan untuk membangkitkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016

merekomendasikan pembelajaran saintifik yang meliputi Inquiry, Problem based

learning dan Project based learning tepat digunakan untuk meningkatkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi (Yani, 2019).

Metode pembelajaran beragam dan yang digunakan oleh guru di kelas adalah

metode ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, demosntrasi, dan yang lainnya.

Menurut Yani (2019) metode pembelajaran HOTS yang dapat digunakan untuk

meningkatan keaktifan siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah

metode tanya jawab, metode Inquiry, metode heuristik, metode diskusi, metode

Role playing, metode siklus nutasi dan metode koneksi konsep (Connection

consept).

2.2.3.3. Soal-soal berbasis HOTS

Soal – soal HOTS merupakan instrumen pengukuran atau penilaian yang

digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Widana, 2017).

Soal – soal HOTS merupakan assesment yang berbasis situasi dalam kehidupan

sehari-hari sehingga permasalahan pada soal HOTS adalah permasalahan berbasis

kontekstual (Ningsih, 2018). Karakter soal – soal HOTS diantaranya yaitu:

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis permasalahan kontekstual

dan menggunakan bentuk soal beragam.

Bentuk soal yang digunakan selama ini antara lain bentuk uraian (essay),

pilihan berganda, pilihan benar-salah, menjodohkan, jawaban singkat dan isian.

Yani (2019) memperkenalkan bahwa terdapat bentuk soal yang berbeda yaitu

berbasis pada jarak nalar diantaranya koneksi antar konsep, asosiasi dan pilihan

dampak jauh. Bentuk soal asosiasi berarti siswa dapat mengaitkan sesuatu pada

orang atau barang lain sehingga dapat memiliki makna yang lebih luas, mudah

dipahami dan konstekstual. Soal asosiasi menjadi salah satu rumpun dalam teori

jarak nalar karena pada saat mengasosiasi terdapat konsep-konsep tersembunyi

yang tidak terungkap secara nyata. Bentuk soal asosiasi dapat diterapkan dalam

bentuk soal pilihan berganda dan menjodohkan, khususnya dalam soal

menjodohkan karena soal menjodohkan identik sebagai soal asosiasi. Rumpun

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

18

bentuk soal berbasis jarak nalar lainnya adalah bentuk soal pilihan beranda

berdampak jauh. Bentuk soal berganda berjarak jauh ini merupakan bentuk variasi

dari soal pilihan ganda yang menanyakan tentang dampak terjauh atau faktor dari

penyebab yang paling awal. Maksud dampak terjauh ini memiliki makna ke hilir

sedangkan faktor penyebab yang paling awal memiliki makna ke hulu (Yani,

2019).

Butir – butir soal HOTS yang akan disusun harus memperhatikan beberapa

hal, dianataranya penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang

hendak diukur serta dapat merumuskan materi yang akan dijadikan dasar

pertanyaan atau stimulus yang diberikan dalam konteks tertentu sesuai dengan

perilaku yang diharapkan. Dalam penulisan soal HOTS dibutuhkan penegasan

materi ajar, keterampilan dalam menulis soal atau konstruksi soal dan kreativitas

guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah

disekitar satuan pendidikan (Widana, 2017).

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun soal – soal

HOTS.

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal – soal HOTS. Tidak semua KD dapat

dibuatkan model – model soal HOTS.

2. Menyusun kisi – kisi soal.

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi – kisi soal

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Soal – soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat

tinggi, dalam penilaian ini peran soal HOTS memiliki peran dalam

mempersiapkan kompetensi peserta didik dalam menyongsong Abad ke – 21,

memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah, meningkatkan

motivasi belajar peserta didik, serta meningkatkan mutu penilaian (Widana,

2017).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

19

2.3 Tinjauan Tentang Materi Sistem Gerak

Materi Struktur dan Fungsi Jaringan pada Tumbuhan merupakan salah

satu pokok materi pelajaran biologi. Berdasarkan KD kurikulum 2013 salah satu

materi pembelajaran biologi SMA kelas XI pada KD 3.5 adalah menganilisis

hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan

mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak

serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui

studi literatur, pengamatan, percobaan dan simulasi. KD 4.5 yaitu Menyajikan

karya tentang pemanfaatan teknologi dalam mengatas gangguan sistem gerak

melalui penelususran dari berbagai sumber informasi. Materi sistem gerak

terdapat pada semester ganjil sekolah menengah atas dengan perkiraan alokasi

waktu yang dibutuhkan adalah 8 jam pelajaran atau 4 kali pertemuan tatap muka,

dengan beberapa Sub materi sebagai berikut.

1. Alat gerak pasif

a. Fungsi tulang dalam sistem rangka

b. Jenis-jenis tulang

c. Bentuk tulang

d. Proses pembentukan tulang

e. Susunan tulang dalam tubuh

f. Hubungan antartulang (Persendian/Artikulasi)

2. Alat gerak aktif

a. Macam-macam otot

b. Mekanisme gerak otot

3. Kelainan dan teknolo yang berhubungan dengan sistem gerak

2.4 Kerangka Berpikir

Perkembangan pendidikan di Indonesia belum mengalami kemajuan

sesuai dengan yang diharapkan. Seiring dengan perubahan dan perkembangan

pendidikan, kurikulum pendidikan telah mengalami perubahan dengan tujuan

untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak serta

keterampilan hidup mandiri peserta didik. Kemajuan maupun ketercapaian

perkembangan dan penyempurnaan kurikulum tidak terlepas dari proses

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

20

pembelajaran. Berdasarkan pada perkembangan Abad 21 dengan menggunakan

kurikulum 2013, proses penilaian hasil belajar diharapkan peserta didik dapat

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka, karena denan berpikir

tingkat tinggi dapat memberikan dorongan peserta didik untuk berpikir secara luas

dan mendalam tentang mata pelajaran yang didapatkan. Namun pada kenyataan

lapangan proses pembelajaran yang dilakukan belum bisa meningkatkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pengisian angket kebutuhan

siswa dapat diketahui bawa SMA Muhammadiyah 1 Malang hanya menerapkan

perangkat pembelajaran HOTS sebatas dalam pembuatan instrumen soal dalam

penilaian. Permasalahannya adalah Perangkat pembelajaran lainnya seperti

Silabus, RPP dan UKBM belum pernah dirancang dengan berbasis HOTS. Oleh

karena itu, penulis melakukan penelitian dengan membuat perangkat

pembelajaran biologi berbasis HOTS. Perangkat Pembelajaran berbasis HOTS ini

dapat digunakan sebagai acuan Guru dalam proses pembelajaran di kelas sehingga

dapat memberikan dorongan kepada peserta didik dalam memiliki kemampuan

berpikir tingkat tinggi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perangkat ...eprints.umm.ac.id/59851/3/BAB II.pdf · Nasional (2014) silabus sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,

21

Secara garis besar kerangka berpikir digambarkan dalam bentuk skema

yang ada pada Gambar 2.3

Gambar. 2.3 Kerangka berpikir pengembangan perangkat pemebelajaran berbasis HOTS.

Proses pembelajaran Biologi di SMA Muhammadiyah 1 Malang

Kondisi Nyata di Lapangan:

1. Pembelajaran di kelas masih

berpusat pada Guru.

2. Siswa kurang aktif dan belum

secara keseluruhan memiliki

keterampilan berpikir tingkat

tinggi.

3. Perangkat pembelajaran berbasis

HOTS hanya diterapkan dalam

instrumen soal. Sementara

perangkat pembelajaran lain

berupa Silabus, RPP dan UKBM

belum berbasis HOTS (Higher

order thinking skills).

Kondisi Ideal:

1. Pembelajaran berpusat pada

Siswa

2. Siswa aktif dalam pembelajaran

dan memiliki keterampilan

berpikir tingkat tinggi.

3. Perangkat pembelajaran berbasis

HOTS dapat di terapkan secara

menyeluruh sehinga dapat

memberikan dorongan motivasi

kepada siswa dalam

meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran Biologi memiliki KD yang dapat dijadikan

pembelajaran HOTS, salah satunya materi sistem gerak sampai

saat ini belum memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran

berbasis HOTS (Higher order thinking skills)

Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Biologi berbasis HOTS

(Higher order thinking skills)

Perangkat pembelajaran berbasis HOTS (Higher order thinking sills)

sebagai bahan ajar materi sistem gerak kelas XI di SMA

Muhammadiyah 1 Malang.