bab ii tinjauan pustaka 2.1. terorisme 2.1.1 …...ideologi sebagai motivasi kelompol politik sayap...

25
33 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terorisme 2.1.1 Pengertian Terorisme Teror dan terorisme adalah dua kata hampir sejenis yang belakangan ini menjadi topik populer. Istilah terorisme itu sendiri berkaitan dengan kata teror dan teroris, yang secara umum belum memiliki pengertian atau definisi yang baku dan universal. Namun demikian negara-negara internasional bersepakat bahwa istilah tersebut memiliki konotasi negatif yang sekelas atau setara akibatnya dengan istilah “ genosida“. Teror merupakan fenomena yang cukup memiliki umur yang panjang dalam sejarah, hal ini dibuktikan dari akar kata teror itu sendiri yaitu adanya frase “ cimbricus teror “. Frase berbahasa Romawi tersebut berarti “untuk menakut-nakuti“ yang menggambarkan kepanikan yang terjadi saat prajurit lawan beraksi dengan sengit dan keras. 35 Kemudian kata ini berkembang meluas pertama kalinya pada zaman Revolusi Prancis menjadi le terreur atau terrere yang dipergunakan ketika adanya kekerasan bersifat brutal dengan cara memenggal banyak orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah sehingga terorisme tersebut dapat diartikan sebagai gemar melakukan intimidasi serta aksi brutal terhadap masyarakat sipil dengan alasan-alasan tertentu. Makna terorisme kemudian mengalami pergeseran yang semula adalah perbuatan yang 35 URL : http:crimemuseum.org/library/terorrism/originsOfTheTermTerrorism.html , diakses tanggal 10 Maret 2017.

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terorisme

2.1.1 Pengertian Terorisme

Teror dan terorisme adalah dua kata hampir sejenis yang belakangan ini

menjadi topik populer. Istilah terorisme itu sendiri berkaitan dengan kata teror dan

teroris, yang secara umum belum memiliki pengertian atau definisi yang baku dan

universal. Namun demikian negara-negara internasional bersepakat bahwa istilah

tersebut memiliki konotasi negatif yang sekelas atau setara akibatnya dengan

istilah “genosida“. Teror merupakan fenomena yang cukup memiliki umur yang

panjang dalam sejarah, hal ini dibuktikan dari akar kata teror itu sendiri yaitu

adanya frase “cimbricus teror“. Frase berbahasa Romawi tersebut berarti “untuk

menakut-nakuti“ yang menggambarkan kepanikan yang terjadi saat prajurit lawan

beraksi dengan sengit dan keras.35 Kemudian kata ini berkembang meluas pertama

kalinya pada zaman Revolusi Prancis menjadi le terreur atau terrere yang

dipergunakan ketika adanya kekerasan bersifat brutal dengan cara memenggal

banyak orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah sehingga

terorisme tersebut dapat diartikan sebagai gemar melakukan intimidasi serta aksi

brutal terhadap masyarakat sipil dengan alasan-alasan tertentu. Makna terorisme

kemudian mengalami pergeseran yang semula adalah perbuatan yang

35 URL : http:crimemuseum.org/library/terorrism/originsOfTheTermTerrorism.html, diakses tanggal 10 Maret 2017.

34

dilakukan oleh penguasa otoriter dengan alasan politik menjadi kategori crime

against state dan crime against humanity yang mengakibatkan korban masyarakat

suatu pemerintahan sehingga cita-cita politik maupun religius pelaku teror

tersebut tercapai.

Di dalam Black’s Law Dictionary, terorisme memiliki pengertian sebagai :

“an activity that involves a violent act or an act dangerous to human life that is a violation of the criminal laws of the United States or of any State, or that would be a criminal violation if commited within jurisdiction of the United States or of any State; and appears to be intended (i) to intimidate or coerce a civilian population, (ii) to influence the policy of a government by intimidation or coercion, or (iii) to affect the conduct of government by assasination and kidnapping“.36

Menurut Henry Campbell Black, terorisme digunakan dengan maksud (i)

mengintimidasi untuk mempengaruhi penduduk sipil, (ii) mempengaruhi

peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, atau (iii)

mempengaruhi jalannya pelaksanaan dan penyelenggaraan bidang-bidang dalam

pemerintahaan dengan cara penculikan dan pembunuhan. Sedangkan dalam

Webster’s New World Dictionary terorisme lebih menekankan alasan politik

dikarenakan definisi arti terorisme itu sendiri sebagai berikut “the act of

terrorizing, use force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate

especially such use as political weapon or policy“.37

36 Henry Campbell Black,1990, Black’s Law Dictionary 6th Edition, West Publishing,St. Paul-Minn, hlm 1473, URL : republicsg.info/dictionaries/1990_black’s-law-dictionary-edition-6.pdf, diakses 10 Maret 2017. 37 URL : yourdictionary.com/terrorism, diakses 10 Maret 2017.

35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata terorisme berkaitan dengan

teror dan teroris, yang artinya ialah “ penggunaan kekerasan untuk menimbulkan

ketakukan dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik)“.

Sementara menurut beberapa ahli, lembaga kepolisian, serta konvensi-

konvensi internasional mengartikan kata terorisme sebagai berikut :

• Ezzat E. Fattah 38

Menurut ahli kriminologi ini terorisme dapat didefinisikan sebagai berikut

“ terrorism comes from teror, which come Latin ‘terre‘, meaning to frighten. Originally, the word ‘terror‘ was used to designate a mode governing, and word ‘terrorism‘ employed to describe the systematic use of terror, especially by governed into submission“ Terjemahan bebas :

“ terorisme memiliki kata dasar teror, yang datang dari bahasa Latin ‘terre‘, berarti untuk menakuti. Umumnya, kata ‘teror‘ digunakan untuk menggambarkan jenis pemerintahan, dan kata ‘terorisme‘ digunakan untuk mendeskripsikan teror khususnya tindakan untuk mengatur, menekan atau menaklukan“

• Hoffman 39

“ Terrorism is a purposeful human political activity which is directed toward the creation of general climate of fear, and is designed to influence, in ways desired by the protagonist, other human beings and, through them, some course of events.“

• Schmid dan Jongman 40

“ Terrorism is an anxiety-inspired method of repeated violent action, employed by (semi-) clandestine individuals, group, or state actors, for idiosyncratic, criminal, or political reasons, whereby - in contrast to assasination – the direct targets of violance are not the main targets. The

38 Petrus Reinhard Golose, 2014, Deradikalisasi Terorisme, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian,Jakarta, (selanjutnya disingkat Petrus Reinhard Golose II) hlm 3 39 Ibid, hlm 3. 40 Ibid, hlm 3-4.

36

immediate human victims of violence are generally chosen randomly (targets of opportunity) or selectively (representative or symbolic targets) from a target population, and serve as message generators. Threat- and violence-based communication process between terorrist (organization), (imperilled) victims, and the main targets are used to manipulate the main target (audiences), turning it into a target of terror, a target of demands, or a target of attention, depending on whether intimidation, coercion, or propaganda is primarily sought“ Terjemahan bebas :

“Terorisme ialah metode yang memiliki inspirasi dari kepanikan atas suatu tindakan jahat yang dilakukan secara berturut-turut, yang dapat digunakan secara individu, grup, pemilik kekuasaan, ataupun kelompok pemerintahan dengan alasan tertentu, kriminal, atau politik, di mana – berlawanan dengan pembunuhan – sasaran tindak kekerasan yang dituju bukanlah sasaran utama. Korban kekerasan manusianya biasanya terpilih dengan cara acak (dengan sasaran kesempatan) atau secara selektif (sasaran simbolik atau representatif) dari suatu populasi sasaran, serta dapat bertindak menjadi pembawa pesan. Proses komunikasi berdasarkan ancaman, kepanikan, dan kekejaman antara kelompok teroris, korban penderita, serta sasaran pokok dijadikan alat termanipulasinya target utama atau sebenarya yang dapat berubah menjadi target serangan, pemaksaan secara tuntutan, atau masuk dalam daftar yang perlu diperhatikan oleh kelompok tersebut, hal ini tergantung apakah yang diutamakan oleh kelompok tersebut berupa intimidasi, paksaan, atau propaganda “

• League of Nation Convention for the Prevention and Punishment of

Terrorism 1937 Pasal 2

1. Any willful act causing death or grievious bodily harm or loss of liberty to :

a) Heads of State, persons exercising the prerogatives of the head of the State, their hereditary or designated succesors;

b) The wives or husbands or the above mentioned persons;

c) Persons charged with public functions or holding public positions when the act is directed against them in their public capacity.

2. Willful destruction of, or damage to, public property or property devoted to public purpose belonging to or subject to the authority of another High Contracting Party.

37

3. Any willful act calculated to endanger the lives of members of the public.

4. Any attempt to commit an offence falling within the foregoing provisions of the present article.

5. The manufacture, obtaining, possesion, or supplying of arms, ammunition, explosives or harmful substances with the view to the commission in any country whatsoever of an offence falling within the present article.

• United Nations Security Council Resolution No. 1566 Tahun 2004:

“Recall that criminal acts, including against civilians, committed with the intent to cause death or serious bodily injury, or taking of hostages, with the purpose to provoke a state of terror in the general public or in a group of persons or particular persons, intimidate a population or compel a government or an international organization to do or to abstain from doing any act, which constitute offences within the scope of and as defined in the international conventions and protocols relating to terrorism, are under no circumstances justifiable by considerations of political, philosophical, ideological, racial, ethnic, religious or other similiar nature.“

• The Arab Convention on the Suppression of Terrorism 1998

“ any act or threat of violence, whatever its motives or purposes, that occurs for the advancement of an individual or collective criminal agenda, causing terror among people, causing fear by harming them, or placing their lives, liberty or security in danger, or aiming to cause damage to the environment or to public or private installations or property or to occupy or to seize them, or aiming to jeopardize a national resources“ Terjemahan bebas :

“ setiap tindakan atau ancaman kekerasan, apapun motif dan tujuannya, yang terjadi dalam peningkatan suatu agenda kriminal seseorang atau kolektif dan membuat penyebaran kepanikan orang-orang, ang menyebabkan ketakukatn dengan cara membahayakan mereka, atau menempatkan jiwa, kebebasan atau keamanan mereka dalam bahaya, atau berusaha membuat kerusakan lingkungan atau publik atau aset pribadi atau properti atau menduduki atau menguasasinya, atau berupaya untuk mengacaukan sumber daya nasional“

38

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 jo. Perpu

Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Pasal 6

“ Seseorang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun“

Dari beberapa pengertian mengenai terorisme di atas, terdapat perluasan

dimana tindakan terorisme tersebut dulunya merupakan salah satu metode

pemerintahan untuk menguasai keadaan politik di wilayahnya menjadi crime

against state and humanity. Terkadang tindakan terorisme belakangan ini juga

menyerang hati nurani perseorangan (crime against conscience) dikarenakan

pemilihan penyerangan secara acak dan tidak menentu yang menyebabkan

keresahan masyarakat. Terorisme saat ini dapat dikategorikan sebagai perang

asimetris (asymmetric warfare). Berbeda dengan perang secara tradisional dimana

kekuatan militer dan sumber daya menjadi sorotan utama, perang asimetris lebih

mengutamakan tekanan psikologis.41

2.1.2 Klasifikasi Terorisme

Terorisme memiliki klasifikasi karakteristik yang hampir sama dengan

kejahatan-kejahatan lainnya, hanya saja tujuan dan motivasi akan dilakukannya

41 Petrus Reinhard Golose I,op.cit., hlm 4.

39

tindakan tersebut berbeda. Menurut USA Army Training and Doctrine Command,

terdapat beberapa kategori mengenai motivasi yang umum digunakan sebagai

alasan terorisme oleh suatu gerakan tertentu, antara lain : 42

• Separatisme. Motivasi gerakan untuk mendapatkan eksistensi kelompok melalui pengakuan kemerdekaan, otonomi politik, kedaulatan, atau kebebasan beragama. Kategori ini dapat timbul dari nasionalisme dan etnosentrisme pelaku.

• Etnosentrisme. Motivasi gerakan berlandaskan kepercayaan, keyakinan, serta karakteristik sosial khusus yang mempererat kelompok tersebutsehingga terdapat penggolongan derajat suatu ras. Penggolongan ini membuat orang atau kelompok yang memiliki ras atas semena-mena dengan kelompok ras yang lebih rendah. Tujuannya ialah mempertunjukan kekuasaan dan kekuatan (show of power) demi pengakuan bahwa pelaku masuk dalam ras yang unggul (supreme race).

• Nasionalisme. Motivasi ini merupakan kesetiaan dan loyalitas terhadap suatu negara atau paham nasional tertentu. Paham tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kesatuan budaya kelompok, sehingga bermaksud untuk membentuk suatu pemerintahan baru atau lepas dari suatu kedaulatan untuk bergabung dengan pemerintahan yang memiliki pandangan atau paham nasional yang sama.

• Revolusioner. Motivasi ini merupakan dedikasi untuk melakukan perubahan atau menggulingkan pemerintahan dengan politik dan struktur sosial yang baru. Gerakan ini identik dengan idealisme dan politik komunisme.

Selanjutnya Hoffman mengidentifikasikan enam motivasi terorisme yang

berkembang sampai dengan sekarang, yaitu : 43

1. Nasionalis-Separatis sebagai motivasi kelompok separatis dan gerakan otonomi daerah dengan etnik sebagai kekuatan dasarnya. Aktivitas kelompok ini secara umum ialah tindakan-tindakan yang anti terhadap pemerintah maupun penyerangan terhadap keamanan area.

2. Religius sebagai motivasi kelompok ekstrim fundamental (sebagai contoh ialah ekstrimis Sikh di India, Macan Tamil di Srilanka, dan lain-lain) yang melakukan serangan terhadap rakyat sipil baik berupa bom bunuh diri maupun kekerasan brutal.

3. Ideologi sebagai motivasi kelompol politik sayap kanan dan sayap kiri di suatu pemerintahan (sebagai contoh ialah gerakan fasis di Jerman dan

42 US Army TRADOC, 2007, Military Guide to Terrorism, US TRADOC, Kansas, hlm II-5, URL : fas.org/irp/threat/terrorism/guide.pdf, diakses tanggal 10 Maret 2017. 43 Petrus Reinhard Golose II,op.cit., hlm 9.

40

Italia khususnya pada zaman Perang Dunia kedua) yang melakukan propaganda kebencian (hate crime), anti terhadap imigran maupun ras yang dianggap rendah.

4. Isu-isu utama (single issue) sebagai motivasi kelompok pemerhati lingkungan maupun makhluk hidup dengan aktivitas sabotase dan ancaman semata terhadap objek-objek vital.

5. Sponsor suatu negara sebagai motivasi kelompok yang tertekan oleh sebuah rezim pemerintahan dengan cara sabotase dan penyerangan menggunakan kekerasan.

6. Keterbelakangan mental bagi penderita sakit jiwa yang tidak memiliki akal yang sehat sehingga dapat melakukan kekerasan dengan alasan yang tidak jelas.

Motivasi-motivasi tersebut memiliki perbedaan mengenai waktu atau zaman

dilakukannya tindakan tersebut. Saat ini kebanyakan terorisme dimotivasi oleh

ideologi religius kepercayaan suatu kelompok.

Kemudian terdapat beberapa karakteristik gerakan kelompok terorisme

yang diketahui secara umum. Menurut Loudewijk F. Paulus, karakteristik

terorisme dapat dibagi menjadi empat, yaitu : 44

a) Karakteristik organisasi yang meliputi struktur organisasi, rekrutmen anggota, pendanaan organisasi, dan hubungan internasional maupun nasional.

b) Karakteristik operasi yang meliputi perencanaan, waktu, taktik, kolusi, dan strategi.

c) Karakteristik perilaku yang meliputi motivasi , dedikasi, disiplin, keinginan membunuh, dan keinginan menyerah hidup-hidup demi ideologi.

d) Karakteristik sumber daya yang meliputi latihan atau kemampuan individu maupun kelompok, pengalaman perorangan di bidang teknologi, persenjataan, perlengkapan, transportasi, serta pendukung operasi.

Beberapa organisasi terorisme yang baru muncul sekarang cenderung

menggunakan karakteristik-karakterstik di atas sebagai organisasi yang terpisah

44 Loudewijk F. Paulus, Terorisme, URL : http:// ditpolkom. bappenas. go. id/ basedir/ Politik_ Luar_ Negeri / Indonesia_ dan_ isu_ global /Terorisme/Terorisme.pdf, diakses tanggal 10 Maret 2017.

41

atau mengkhususkan satu karakter saja (cell method), sehingga organisasi tersebut

lebih fokus dan profesional dibandingkan suatu organisasi yang memiliki semua

karakter.

Penulis merangkum secara umum sesuai dengan pendapat-pendapat para

ahli di atas mengenai apakah suatu tindakan tersebut dapat diklasifikasikan

sebagai tindakan terorisme atau tidak. Secara garis besar terorisme memiliki

kriteria dimana tindakana tersebut terencana dan terukur, dengan menggunakan

kekerasan secara tidak sah terhadap kalangan non-combatant yang dapat

menimbul keresahan, ketakutan, serta ketidakamanan, tanpa mengindahkan norma

atau hukum perang yang ada. Teknik publikasi juga termasuk dalam kriteria

apakah suatu tindakan dapat disebut sebagai terorisme atau tidak, yang akan

dibahas lebih lanjut dalam sub bab mengenai propaganda.

2.1.3 Bentuk-Bentuk Terorisme

Ada berbagai bentuk atau jenis terorisme, baik dilihat dari tindakannya

maupun dari alasan dilakukannya. Telah disadur dalam Military Guide to

Terrorism oleh US Army Training and Doctrine Command, tindakan terorisme

secara konvensional dan umum terbagi menjadi threat-hoax, arson, sabotage,

bombing, kidnapping, hostage taking, hijack-seizure, raid/ambush, assasination,

and weapon of mass destruction/WMD (ancaman (belaka), pembakaran, sabotase,

pemboman, penculikan, penyanderaan, penaklukan, penyerangan mendadak,

pembunuhan, dan senjata pemusnah massal). Bentuk-bentuk tersebut tentu saja

dipengaruhi oleh struktur keorganisasian, sebagai contoh ialah bentuk cell atau

42

network lebih sukar melakukan WMD dibanding struktur organisasi hierarkal.

Kemudian European Council Common Position of 27 December 2001 on the

application of specific measure to combat terrorism memperluas bentuknya

menjadi :

a) Attacks upon a person’s life which may cause death; b) Attacks upon the physical integrity of a person; c) Kidnapping or hostage taking; d) Causing extensive destruction to a Government or public facility, a

transport system, an infrastructure facility, including an information system, a fixed platform located on continental shelf, a public place or private property, likely to endanger human life or result in major economic loss;

e) Seizure of aircraft, ships or other means of public or goods transport; f) Manufacture, possession, acquisition, transport, supply or use of weapons,

explosives or of nuclear, biological or chemical weapons, as well as research into, and development of, biological and chemical weapons;

g) Release of dangerous substances, or causing fires, explosions or floods the effect of which is to endanger human life.

Terjemahan bebas: a) Serangan terhadap nyawa perorangan yang dapat mengakibatkan

kematian; b) Serangan terhadap integritas fisik seseorang; c) Penculikan dan penyanderaan; d) Mengakibatkan kehancuran yang luar biasa terhadap fasilitas Pemerintah

atau publik, sistem transportasi, fasilitas infrastruktur, termasuk juga sistem informasi, anjungan laut, tempat publik atau properti privat, yang dapat membahayakan hidup manusia atau kerugian ekonomi yang besar;

e) Pembajakan pesawat, kapal atau transportasi public atau barang lainnya; f) Memproduksi, memiliki, menguasai, memindahkan, mengirimkan atau

menggunakan senjata, peledak atau senjata nuklir, biologi atau kimia, begitu juga penelitiannya dan pengembangan terhadap senjata biologi atau kimia;

g) Menyebarkan substansi atau zat yang berbahaya atau dapat mengakibatkan kebakaran, ledakan, atau banjir yang dapat mengancam hidup perseorangan.

Apabila kita melihat dari wilayah tindakan dimana terorisme dilakukan,

maka dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :

43

• Terorisme nasional, di mana pelaku dan sasaran utama terbatas pada

teritorial suatu negara tertentu.

• Terorisme internasional, di mana sasaran utama diarahkan pada individu

maupun kelompok yang memiliki pengaruh besar di negara lain sehingga

dapat mengganggu atau mempengaruhi kebijakan negara tersebut. Adapun

sasaran utama kelompok in ialah masyarakat internasional secara

keseluruhan.

• Terorisme transnasional, di mana pelaku mempersiapkan revolusi secara

global dengan menggunakan berbagai cara untuk menguasai tatanan dunia

baru. Seringkali bentuk ini berasal dari kelompok internasional yang

radikal.

Jika dilihat dari motif atau latar belakang terjadinya terorisme sesuai yang

telah dijelaskan di bagian klasifikasi, maka bentuk terorisme dapat dibagi menjadi

:

• Terorisme politik, yaitu tindakan yang berdasarkan alasan politik dengan

menggunakan perbuatan-perbuatan yang tidak sah terutama untuk

mengganggu atau menimbulkan rasa ketakutan terhadap lawan politik.

• Terorisme ideologi, yaitu tindakan yang berdasarkan alasan ideologi

maupun kepercayaan sehingga timbul rasa superiority di dalam kelompok

tersebut dan menghalalkan segala cara untuk menyebarkan ideologinya.

• Terorisme negara, yaitu tindakan yang berdasarkan alasan penindasan oleh

suatu negara, baik negara sendiri maupun negara luar yang masuk.

Tindakan ini dapat masuk dalam kategori revolution atau rebellion

44

2.2. Propaganda

2.2.1 Pengertian Propaganda

Secara etimologis, kata propaganda berasal dari bahasa Latin ‘propagare‘

yang berarti mengatur maju, memperpanjang, menyebar, dan/atau meningkatkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, propaganda dapat berarti suatu

penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau salah yang

dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran,

sikap, atau arah tindakan tertentu. Kata ini diambil dari kalimat Congregatio de

Propaganda Fide (Congregation for Propagating the Faith) yang merupakan

suatu badan administrasi gereja katolik pada tahun 1622 yang dibentuk oleh Paus

Gregory XV untuk kegiatan misionaris pada saat itu. 45 Makna kata tersebut

berkembang yang dulunya dipakai dalam konteks umum menjadi konteks

penyebaran budaya atau ideologi. Saat ini istilah propaganda mendapat konotasi

negatif dikarenakan banyak digunakan untuk kebohongan publik, pemutaran

fakta, manipulasi serta mempengaruhi psikologi penerima informasi tersebut.

Propaganda tidak selalu menyebarkan suatu budaya atau ideologi saja,

namun ada kalanya hal tersebut dilakukan untuk menggeser ataupun melakukan

sensor terhadap suatu pandangan ilmu pengetahuan, contohnya saja ketika teori

bumi itu bulat dan mengelilingi matahari yang dikemukakan oleh Copernicus dan

Galileo, mereka mendapat hambatan akibat propaganda penguasa saat itu

sehingga informasi kepada publik “difilter“ untuk kepentingan kelompok tertentu.

45 URL : http://www.etymonline.com / index.php? allowed_ in_frame= 0&search= propaganda , diakses tanggal 11 Maret 2017.

45

Isi atau materi dari propaganda sangat bergantung terhadap tujuan yang ingin

dicapai oleh komunikator.

Menurut United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) 46 terdapat

paling tidak lima tujuan dalam suatu propaganda yang dilakukan khususnya oleh

teroris, yaitu :

• The promotion of violence (mempromosikan tindakan kekerasan). • The promotion of extremist rhetoric encouraging violent acts

(mempromosikan retorika ekstremis untuk dukungan aksi kekerasan)

• Recruitment (perekrutan) • Incitement (penghasutan) • Radicalization (radikalisasi)

Propaganda yang dilakukan oleh kelompok teroris merupakan aktivitas

prioritas utama dari sembilan (9) aktivitas-aktivitas yang ada, antara lain

propaganda, perekrutan, pelatihan, pembentukan paramiliter secara tidak sah,

penyedian logistik, perencanaan, persembunyian, dan pendanaan.

2.2.2 Unsur-Unsur Propaganda

Propaganda dapat dilakukan melalui berbagai media. Saat ini banyaknya

penggunaan jenis media massa merupakan hal yang paling populer digunakan

oleh kelompok teroris. Pada masa Perang Dunia I dan II, propaganda lebih sering

dilakukan melalui media cetak dengan gambar dan kalimat yang menarik.

Menurut Sastropoetro paling tidak ada tujuh elemen yang terdapat dalam suatu

propaganda, yaitu : 47

46 United Nations Office on Drugs an Crime, 2012, The Use of The Internet for Terrorist Purpose, UN Publishing and Library, Vienna, hlm 3-7. 47 Golose I, op.cit.,hlm 41

46

1. Komunikator, pihak (orang atau lembaga) yang menyampaikan informasi, pesan, maupun data dengan tujuan dan maksud tertentu.

2. Pihak penerima atau receiver, yang diharapkan melakukan pola ataupun tindakan yang dituju oleh komunikator.

3. Kebijaksanaan terhadap tujuan dan isi yang dihendaki oleh komunikator.

4. Pesan atau informasi yang dirumuskan agar tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.

a. Pesan atau informasi dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian penerima.

b. Pesan atau informasi disampaikan dengan menggunakan simbol yang mudah dimengerti oleh penerima.

c. Pesan atau informasi harus menimbulkan kebutuhan secara personal dan memberikan saran tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan tersebut.

d. Pesan atau informasi harus memberikan saran yang sesuai dengan situasi yang dihadapi sehingga penerima dapat bersikap atau memberikan respon dengan baik.

5. Media atau sarana yang digunakan tepat dan sesuai dengan penerima 6. Teknik-teknik yang dapat memberikan pengaruh dan mampu

mendorong pihak penerima untuk berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan komunikator.

7. Kondisi atau situasi yang memungkinkan dan mendukung dilakukannya propaganda dan pihak penerima dapat memberikan perhatiannya.

Dari tujuh elemen tersebut paling tidak timbul rasa-rasa atau emosi yang

diinginkan oleh pelaku propaganda. Secara umum rasa atau sikap yang timbul

biasanya berupa jiwa patriotisme (patriotism), cinta kasih (familial love),

kebencian (hate), percaya atau kebanggan akan suatu kemenangan (victor’s

pride), keberanian (bravery), dan/atau jiwa petualang (sense of adventure).

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa propaganda tidak hanya

untuk mempromosikan suatu ideologi ataupun informasi yang ada, terkadang

propanda dilakukan untuk menghadang masuknya pandangan asing yang dapat

merusak pandangan yang telah melekat di suatu kelompok atau wilayah. Apabila

kita melihat dari sisi positif, terdapat jiwa mempertahankan suatu budaya

47

(preservation) terhadap pandangan-pandangan yang tidak sesuai dengan identitas

kelompok dalam suatu wilayah tersebut.

Berbeda dengan propanda yang telah ada sebelumnya, pihak teroris

melakukan propaganda untuk tujuan pengakuan dan pembenaran akan tindakan

kekerasan yang dilakukan sehingga apabila semula tindakan tersebut dikatakan

tidak benar menjadi terhormat bagi pandangan mereka. Albert Bandura

menguraikan propaganda yang telah dilakukan pihak tersebut merupakan moral

disengagement atau penyelewengan moral yang paling tidak terdapat unsur-unsur

: 1) pengalihan tanggung jawab (displacement of responsibilty); 2) penyebaran

atau penyamarataan tanggung jawab (diffusion of responsibility); 3) gaya bahasa

eufimisme / halus dan sopan (use of euphemism language); 4) membuat

perbandingan perbuatan (making of advantageous comparison); 5) distorsi

konsekuensi atas tindakan (distortion of consequence); 6) bersikap menyalahkan

(attribution of blame); 7) dehumanisasi (dehumanisation).48

2.2.3 Jenis-Jenis Propaganda

Dilihat dari segi waktu pelaksanaan, ada tiga macam propaganda yang

dilakukan oleh pelaku yaitu propaganda yang dilakukan setelah aksi (after the

deed-propaganda), propanda yang dilakukan selama aksi (in the deed-

propaganda), dan propaganda yang dilakukan sebelum aksi dimulai (before the

deed-propaganda). Waktu tersebut mempengaruhi isi daripada propaganda itu

48 Ibid, hlm 53-55

48

sendiri, di mana propanda selama dan setelah aksi dilakukan umumnya terdapat

informasi dan pesan terhadap fakta yang terjadi pada kenyataan.

Apabila dilihat dari segi penyebaran dan kenyataan terhadap informasi

tersebut apakah dapat disebut propaganda atau tidak, maka terdapat empat jenis

yaitu :49

• Propaganda putih (white propaganda), di mana berasal dari sumber yang telah dikenal sering mengeluarkan atau menyebarkan propaganda. Secara umum propaganda ini tidak terdapat informasi palsu, mengingat akan menghancurkan kredibilitas pihak yang mengeluarkan informasi tersebut. Propaganda ini kebanyakan digunakan pada saat Perang Dunia I untuk mengumpulkan massa agar bersatu dalam perlawanan di medan perang.

• Propaganda abu-abu (grey propanda), di mana pihak penerima mengerti bahwa informasi tersebut merupakan sebuah propaganda, namun sumber dari informasi tersebut disembunyikan. Sebagai contoh ialah ketika wikileaks mengeluarkan berbagai informasi yang disembunyikan oleh pihak pemerintah Amerika Serikat, namun sumber daripada data tersebut tidak diketahui. Propaganda ini terkadang erat kaitannya dengan tindakan whistleblower terhadap suatu kebijakan.

• Propaganda hijau (green propaganda), di mana berasal dari sumber yang dikenal tidak pernah mengeluarkan propaganda sama sekali sehingga pihak penerima tidak sadar bahwa informasi tersebut sebuah propaganda atau bukan. Hal ini lebih sering digunakan untuk penghasutan yang biasanya dilakukan secara mulut ke mulut (mouth to mouth).

• Propaganda hitam (black propaganda), di mana berasal dari sumber yang tidak dikenal sama sekali dan tersembunyi sehingga pihak penerima tidak mudah menangkap apakah informasi tersebut merupakan propaganda atau bukan. Jenis ini sering kali berupa informasi hoax atau penipuan.

Keempat jenis tersebut menurut Institut for Propaganda Analysis, Southern

Methodist University, digunakan dengan tujuh (7) macam teknik yaitu : 50

1. Bandwagon Technique. Merupakan teknik yang berasal dari suatu rombongan pada abad-19. Rombongan ini, apakah grup sirkus atau

49 Institute for Propaganda Analysis, URL : https: // www .physics .smu .edu/ pseudo/ Propaganda/ipatypes.html, diakses 13 Maret 2017 50 Ibid

49

pedagang, bersorak sorai agar timbul rasa ketertarikan dari pihak penerima. Slogan “segera bergabung“ atau “kesempatan ini hanya untuk anda“ sering kali dikumandangkan. Beberapa tahun belakangan, kelompok teroris ISIS atau ISIL merekrut anggotanya dengan cara ini dan slogan “join the rank“ terus muncul di berbagai media.

2. Card Stacking. Merupakan teknik seleksi dengan menutup isu satu dan membuka isu lainnya. Para pelaku biasanya mengincar pihak penerima yang tidak begitu tahu terhadap isu tersebut sehingga manipulasi informasi dapat begitu saja diterima. Misalnya saja mempromosikan keistimewaan suatu organisasi dibanding organisasi lain ataupun membuat informasi bahwa organisasi tersebut ditindas oleh organisasi lain.

3. Glittering Generalities. Merupakan teknik yang hampir sama dengan Card Stacking, hanya saja digunakan slogan atau informasi yang telah dikenal oleh pihak penerima yang faktanya ‘diputar‘. Misalnya saja “demi keadilan“ atau “kaum tertindas“ apabila pihak penerima merasa ditindas, sebaliknya slogan “supremasi“ atau “ras unggul“ digunakan terhadap pihak yang memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain.

4. Name Calling. Merupakan teknik membangun atau menghancurkan suatu reputasi seseorang, kelompok, atau suatu ide. Pelaku umumnya mengasosiasikan dirinya sebagai pihak yang memiliki kredibilitas dan reputasi yang baik sehingga berbagai informasi dapat mudah diterima oleh korban. Sebaliknya pihak tertentu dapat diasosiasikan oleh pelaku sebagai pihak dengan kredibilitas yang tidak baik sehingga reputasi pihak tersebut jatuh.

5. Plain Folks. Merupakan teknik yang digunakan untuk membentuk citra sebagai rakyat biasa agar menarik simpati masyarakat. Pelaku muncul dan berkomunikasi seperti rakyat biasa secara umumnya, meskipun pelaku memiliki status yang cukup tinggi. Pelaku akan memperhatikan gaya bahasa, pakaian, dan tingkah laku yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar sehingga kepercayaan dan penerimaan masyarakat meningkat.

6. Testimonial. Merupakan teknik yang digunakan dengan mengandalkan status atau pengalaman seseorang. pelaku biasanya menggunakan orang bayaran, yang kemungkinan dimanipulasi informasinya, untuk memberikan suatu penjelasan agar timbul rasa penerimaan atau penolakan oleh diri penerima. Misalnya saja yang terjadi dalam suatu program acara atau iklan yang memunculkan suatu pihak dengan status tertentu untuk memberi penjelasan terhadap produk maupun isu-isu yang ada.

7. Transfer. Merupakan teknik dengan meminjam nama, otoritas atau kekuasaan pihak tertentu yang dihormati. Misalnya saja dengan menggunakan gerakan amal untuk memunculkan rasa peduli atau kepekaan seseorang. Teknik ini juga dapat digunakan dengan meminjam dari pihak tertentu yang memiliki kredibilitas rendah dalam masyarakat.

50

Propaganda-propaganda di atas telah masuk ke dalam semua lini atau

bidang kehidupan bermasyarkat dan tidak dapat dipisahkan dengan yang lain.

Sebagai contoh proganda dilakukan dalam bentuk ceramah di kehidupan

beragama, dilakukan dalam bentuk iklan di bidang komersil, dilakukan dalam

bidang politik khususnya mengenai doktrin, dilakukan dalam bidang

pemerintahan misalnya Keluarga Berencana (KB), dilakukan dalam bidang

ekonomi misalnya penghematan, dilakukan dalam bidang budaya misalnya

pelestarian seni budaya, dan dilakukan dalam bidang hubungan internasional

misalnya isu peperangan. Propaganda tidak dapat dilepas begitu saja selama ada

komunikator dan receiever (penerima) bertemu baik secara tatap muka maupun

melalui suatu media

2.3. Penggunaan Internet untuk Terorisme

2.3.1 Pengertian Penggunaan Internet untuk Terorisme

Penggunaan internet saat ini telah dilirik oleh kelompok-kelompok teroris

tertentu demi pencapaian tujuannya, khususnya kelompok-kelompok yang

memilki pandangan baru terlepas dari pengaruh-pengaruh kelompok teroris yang

dikenal sudah lama bergerak di wilayah global. Internet Use for Terrorism adalah

terjemahan bahasa Inggris dari penggunaan internet untuk tujuan terorisme

tersebut.

51

Ada beberapa alasan yang menjadikan beberapa kelompok teroris

menggunakan internet. menurut Adam Savino paling tidak ada lima alasan yang

memicu kelompok tersebut, antara lain : 51

1. Terorisme menggunakan internet jauh lebih murah dan mudah jika dibandingkan dengan kegiatan terorisme berbentuk fisik. Para anggota akan dibekali dengan pengetahuan komputer, jaringan internet, serta prasarana pelengkap yang dapat mudah didapat dan ditemui. Anggota yang akan melakukan serangan akan dengan mudah meninggalkan barang tanpa takut karena kemudahaan untuk memperolehnya. Kecurigaan akan perolehan sarana dan prasarana tersebut menjadi lebih rendah ketimbang apa yang diperlukan dalam kegiatan fisik. Hal ini juga mengurangi kebutuhan latihan lapangan yang cukup lama, proses pencucian otak (brainwash), doktrin, dan resiko apabila tertangkap oleh pihak yang berwenang.

2. Kegiatan terorisme melalui internet dapat dilakukan dengan metode anonim. Anggota kelompok yang diberikan tugas akan dengan mudah menjelajahi cyberspace dengan memakai nama samaran. Biasanya mereka memiliki akun-akun yang telah disiapkan sebelumnya ataupun masuk ke dalam sebuah situs dengan menggunakan akun tamu (guest user). Tentu saja hal ini menyulitkan untuk dilacaknya si pelaksana tugas.

3. Jumlah dan variasi target korban serangan teroris yang begitu luas dan tidak terduga juga menjadi salah satu alasan. Berbeda dengan kegiatan terorisme secara nyata, target yang dituju berbagai macam dan tidak terpaku pada suatu tempat saja. Kelompok teroris tersebut dapat dengan mudah mencapai target individu, kelompok swasta, badan pemerintahan, media massa, dan juga lembaga masyarakat dengan penyerangan dalam waktu hampir bersamaan.

4. Kendala jarak dan jauhnya posisi kelompok teroris dan target yang dituju menjadi alasan mengapa penyerangan melalui internet lebih dilirik. Keperluan logistik dan keamanan menjadi sangat penting apabila penyerangan dilakukan secara fisik dan nyata. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan internet untuk menyerang.

5. Kerusakan yang muncul bisa lebih besar dibanding serangan teror secara fisik. Jumlah dan variasi target tersebut berpengaruh besar akan efek kerusakan yang timbul. Kerugian dan kerusakan ini juga dapat memencar sehingga akan muncul kesulitan bagi pihak berwenang untuk menanggulanginya.

51 Golose I, op.cit, hlm. 20-21

52

Bagi beberapa kelompok teroris menggunakan internet untuk melancarkan

aksinya menimbulkan keuntungan yang lebih dibanding dengan penyerangan

berbentuk fisik. Dari alasan-alasan tersebut juga muncul organisasi atau kelompok

khusus yang melancarkan serangannya melalui dunia maya saja, baik itu berupa

kelompok teroris, kelompok radikal, maupun kelompok pemberontakan.

Para ahli berpendapat mengenai lingkup pemanfaatan internet untuk tujuan

terorisme ini dapat berbentuk sebagai berikut : 52

• Menurut Furnell dan Warren, yaitu : propaganda dan publikasi ; pendanaan; penyebaran informasi; dan komunikasi yang aman.

• Menurut Thomas, yaitu : pembuatan profil; propaganda; anonymus atau komunikasi rahasia; menciptakan rasa takut melalui cyberspace; pendanaan; komando dan pengendalian; perekrutan dan pengerahan anggota; pengumpulan informasi; meminimalisir resiko; pencurian atau manipulasi data; dan serangan dengan menggunakan informasi yang tidak benar (missinformation).

• Menurut Cohen, yaitu : perencanaan; pendanaan; operasi dan koordinasi; aksi politik; dan propaganda.

• Menurut Conway, yaitu : penyediaan informasi; pendanaan; jaringan; perekrutan; dan pengumpulan informasi.

• Menurut Weimann, yaitu : penggunaan untuk komunikasi; perolehan data; membangun jaringan; perekrutan dan pengarahan anggota; instruksi dan panduan umum secara online; perencanaan dan koordinasi; penggalangan dana dan serangan teroris lainnya; serta penggunaan internet sebagai senjata.

• Menurut Benschop, yaitu : propaganda dan publikasi; komunikasi internal; sosialisasi dan disiplin; penghasutan untuk memicu peperangan secara psikis; memperoleh informasi; penggalangan dana; perekrutan; kamp pelatihan; pengerahan dan koordinasi untuk kampanye dan pemusnahan secara massal

2.3.2 Jenis Penggunaan Internet untuk Terorisme

Terdapat berbagai jenis atau tindakan yang dilakukan oleh kelompok

teroris untuk melakukan aksinya dengan menggunakan internet. Secara umum

52 Ibid, hlm. 23-24

53

tindakan tersebut masuk dalam dua kategori, yaitu penggunaan dengan tujuan

non-propanda dan penggunaan dengan tujuan propaganda.

Menurut USA Army Training and Doctrine Command penggunaan internet

oleh teroris dibagi menjadi cyber support to terrorist operation dan cyber-

terrorism. Cyber support lebih masuk dalam kategori penggunaan internet untuk

tujuan propaganda, sedangkan cyber-terrorism masuk dalam kategori non-

propaganda. Hal ini dikarenakan objek yang diserang dari tindakan cyber-

terrorism dapat mengakibatkan : 53

• Loss of data integrity and system. Integrity is lost if unauthorized changes are made to the data or IT (Information Technology)system by either intentional or accidental acts. The loss reduces the assurance of an IT system itself.

• Loss of availability. This may result in loss of productive time, thus impeding the end user’s performance of their functions in supporting the organization’s mission.

• Loss of confidientiality. This refers to the protection of information from unauthorized disclosure and could result in loss of public confidence, embarrassment, or legal action against the organization.

• Physical destruction. This refers to the ability to create actual physical harm or destruction through the use of IT system especially critical infrastructure.

Terjemahan bebas : • Hilangnya integritas data dan sistem. terjadi jika adanya perubahan

secara ilegal terhadap suatu data atau sistem teknologi informasi baik sengaja maupun tidak sengaja. Kehilangan tersebut juga dapat merusak keamanan dari sistem itu.

• Hilangnya terhadap ketersediaan. Ini dapat mengakibatkan kehilangan waktu produktif, sehingga mengganggu kinerja pengguna untuk menjalankan tugasnya secara keseluruhan dalam suatu organisasi.

• Hilangnya kepercayaan. Hal ini merupakan akibat dari pengambilan informasi secara ilegal yang dapat mengakibatkan kehilangan

53 US TRADOC, 2005, Cyber Operations and Cyber Terrorism, US TRADOC, Kansas, hlm II-3, URL : au.af.mil/au/awc/awcgate/army/guidterr/sup2.pdf, diakses tanggal 10 Maret 2017.

54

kepercayaan, aib, atau tindakan hukum bagi yang menyimpan informasi tersebut.

• Kerusakan fisik. Hal ini merupakan tindakan aktual yang dapat merusak atau menghancurkan penggunaan sistem teknologi informasi tersebut khususnya infrastruktur penting.

Menurut Petru Reinhard Golose penggunaan internet oleh teroris juga

dipakai sebagai sarana komunikasi yang terkadang bersifat propaganda.

Komunikasi tersebut dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu : 54

1. Komunikasi internal anggota. Komunikasi ini bersifat rahasia dan menggunakan bahasa sandi yang cukup sulit dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Komunikasi eksternal anggota teroris dengan masyarakat umum. Komunikasi ini dijalin bertujuan untuk menarik rasa empati dan simpati masyarakat serta menyebarkan atau mengajarkan ideologi kelompok kepada seluruh lapisan masyarakat.

3. Komunikasi antar organisasi teroris secara global. Komunikasi ini terjadi karena adanya kebutuhan untuk bertukar informasi, data, serta bahan-bahan penting lainnya yang mendukung antar kelompok tersebut.

4. Pencarian data dan informasi. Hal ini dilakukan untuk membantu membuat suatu perencanaan serangan. Data yang berupa tulisan, foto, peta, dan informasi lainnya menjadi alat untuk menentukan target sasaran serangan kelompok.

2.3.3 Perekrutan Teroris Melalui Internet

Perekrutan anggota kelompok dimaksudkan untuk mempertahankan

kelangsungan organisasi teroris. Proses-proses perekrutan tersebut memerlukan

teknik khusus untuk mengikat calon anggota agar berkomitmen setia ketika masuk

nantinya ke dalam organisasi. Metode perekrutan tersebut dilakukan dengan

melihat kesamaan dan empati yang dapat dilakukan dengan cara hubungan

keluarga, hubungan pertemanan, kesamaan daerah, aktivitas sosial, kegiatan

54 Golose I, op.cit., hlm 31-32

55

kerohaniaan, lembaga permasyarakatan, lembaga pendidikan serta melalui internet

dan jejaring sosial.

Tahapan selanjutnya ialah pelatihan yang disesuaikan dengan tipe-tipe

yang dibutuhkan oleh kelompok teroris. Menurut Petrus Reinhard Golose, ada tiga

tipe yang memengaruhi bentuk dan jenis pelatihan tersebut.55

Tabel II

Tipe Mahir Tipe Terampil Tipe Pengantin

Anggotanya adalah

orang-orang yang

memiliki kemampuan

kemiliteran dan intelijen

melalui pelatihan

paramiliter di luat negeri.

Biasanya memiliki

pengalaman pernah ikut

masuk dalam kelompok

teroris internasional

contohnya Al-Qaeda,

ISIS, dan lainnya.

Anggotanya belajar

mendapatkan

keterampilan dengan

berbagai cara. Ada yang

telah terampil terhadap

sesuatu ketika direkrut,

ada yang diajarkan oleh

anggota teroris ketika

masuk, maupun belajar

secara otodidak.

Kebanyakan anggota

yang direkrut ini sudah

mendapat gelar

keterampilan

sebelumnya, contohnya

Anggotanya mudah untuk

menerima doktrin-doktrin

yang diajarkan anggota

teroris baik secara

paksaan, pencucian otak,

maupun diimingi sesuatu.

Keterampilan dan

kemampuan untuk

memimpin tidak

diperlukan bagi tipe ini.

55 Ibid, hlm 74-75

56

ahli kimia, ahli ekonomi,

dan lainnya.

Berpengalaman dan

memiliki jaringan luas

yang mencakup kegiatan

teroris secara global.

Reaksioner, sporadis dan

militan.

Tindakannya dalam

penyerangan hanya

mengikuti perekrut atau

pemimpin kelompok.

Memiliki mobilitas di

dalam dan luar wilayah

operasi.

Memiliki mobilitas di

dalam wilayah operasi

saja.

Mobilitas ditentukan oleh

pemimpin serangan teror.

Hidup mandiri dan

membangun keluarga

sebagai simpatisan

kemudian membentuk

organisasi yang tertutup

dan rahasia.

Sebagian mampu hidup

mandiri, sedangkan

beberapa hidup bersama

keluarga dan organisasi

yang membutuhkan

keterampilannya.

Hidup bersama keluarga

dan organisasi, namun

tidak memahami

manajemen organisasi

tersebut.

Pelatihan dan perekrutan

tipe ini mengajarkan

kepemimpinan dan

keahlian untuk

membangun jaringan-

jaringan teroris baru serta

berkomunikasi dengan

kelompok-kelompok

Pelatihan dan perekrutan

cenderung lebih kecil

atau digabung bersama

latihan paramiliter

dengan tipe lain namun

tidak dikhususkan

menjadi penyerang.

Pelatihan dan perekrutan

tipe ini dikhususkan

untuk menjadi penyerang

dan bom bunuh diri

sehingga latihan

paramiliter dan doktrin

selalu diajarkan setiap

saat.

57

lama.

Perekrutan yang dilakukan nantinya dapat melalui berbagai media luar,

media cetak, dan media elektronik. Spanduk dan grafiti menjadi teknik perekrutan

dengan media luar yang dengan mudah dipasang tanpa diketahui siapa pelakunya.

Sedangkan media cetak menjadi alat untuk memperkuat propaganda secara

tersembunyi dan kepada anggota yang diketahui saja dikarenakan penerbitan dan

pengarang yang dapat diketahui dengan menulusuri media cetak tersebut. Media

elektronik lebih mudah digunakan karena materi media audio visual yang menarik

dan pelaku yang anonim serta mudahnya penyebaran. Alasan ini menjadikan

kelompok ISIS melirik metode perekrutan dengan menggunakan media elektronik

khususnya melalui internet.56

56 Alex Grubbs, loc.cit,, URL: http:// cnsnews.com/news/article/alex-grubbs/fbi-assistant-director-isis-most-adept-terrorist-group-online-recruitment, diakses pada tanggal 7 Mei 2017