bab ii tinjauan pustaka 2.1 telaah penelitian · pdf filehasil dari penelitian ... tujuan dari...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian ini, hasil penelitian sebelumya digunakan sebagai bahan
untuk membantu mendapatkan gambaran dalam karangka berpikir, disamping untuk
dapat mengetahui persamaan dan perbedaan dari penelitian sebelumya dan faktor-
faktor penting lainnya yang dapat dijadikan sebagai landasan kajian untuk
mengembangkan wawasan berpikir peneliti
Hasil penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Toule (2015)
yang berjudul “Preferensi Wisatawan Nusantara Terhadap Sarana Akomodasi di
Provinsi Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi wisatawan
nusantara dalam memilih jenis akomodasi yang digunakan selama berwisata di Bali.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa kuesioner atau angket,
wawancara kepada para wisatawan nusantara, observasi yang dilakukan di lokasi-
lokasi penelitian, dokumentasi selama penelitian ini dilakukan.
Sampel yang digunakan sebanyak 96 sampel dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan secara
sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Batasan penelitian terkait
sarana akomodasi hanya pada akomodasi berbentuk hotel berbintang, adapun faktor-
faktor atau atribut yang digunakan yaitu reputasi brand dengan taraf atau level
terkenal dan tidak terkenal. Faktor loyalty atau membership program dengan taraf
14
atau level ada dan tidak ada. Faktor amenities (perlengkapan mandi, hair drier, asbak,
dll) dengan taraf atau level lengkap dan tidak lengkap. Faktor lokasi dengan taraf atau
level dekat keramaian dan jauh dari keramaian. Faktor konsep hotel (desain gedung,
pemilihan furniture, dll) dengan taraf atau level unik menarik dan standar. Faktor
pengalaman sebelumnya dengan taraf atau level pernah menginap dan belum pernah
menginap. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis conjoint.
Tahap-tahap dalam melakukan analisis conjoint pada penelitian ini adalah
menentukan atribut (faktor) dan taraf (bagian dari faktor), mendesain stimuli,
mengumpulkan pendapat responden, melakukan proses analisis conjoint, dan yang
terakhir menentukan ketepatan prediksi (predictive accuracy). Hasil dari penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa dari keenam atribut atau faktor yang telah ditentukan,
lokasi merupakan atribut yang paling dipertimbangkan oleh wisatawan nusantara
dalam memilih akomodasi di Bali, yang selanjutnya berturut-turut adalah pengalaman
menginap sebelumnya, kelengkapan amenities kamar, konsep hotel, reputasi yang
dimiliki oleh brand hotel, dan yang terakhir adalah loyalty program yang ditawarkan
oleh pihak akomodasi.
Persamaan penelitian Toule dengan penelitian ini terdapat pada fokus
penelitian dan penentuan sampel yang akan di teliti. Sedangkan untuk perbedaannya
yaitu pada segi lokasi, waktu, populasi. dan teknik analisis data.
Hasil penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hutamajaya
(2014) yang berjudul “Analisis Preferensi Wisatawan Domestik Asal Surabaya
Dalam Pemilihan Akomodasi Di Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
15
preferensi dan faktor dalam pengambilan keputusan wisatawan domestik asal
Surabaya dalam memilih akomodasi di Bali.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kepada responden.
Jumlah sampel sebanyak 270 responden, dengan teknik pengambilan sampel adalah
non probability sampling dengan cara judgmental sampling yaitu sampel yang dipilih
berdasarkan pertimbangan atau persyaratan tertentu. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel faktor individu yang terdiri dari demografi seperti jenis
kelamin, usia, pendapatan perbulan, sedangkan karakteristik perjalanan wisata terdiri
dari frekuensi kunjungan wisatawan ke Bali, teman seperjalanan selama di Bali, lama
waktu kunjungan ke Bali. Variabel faktor lingkungan terdiri dari kelompok referensi
dengan indikator referensi yang diberikan oleh teman, referensi yang diberikan oleh
travel agent, referensi yang diberikan oleh keluarga, review hotel. Variabel strategi
pemasaran yang terdiri dari product, place, promotion, price.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan metode tabulasi
silang dan Uji Ranking Spearman, metode ini bertujuan untuk meringkas informasi
yang ada dan diurutkan dalam bentuk ranking. Hasil penelitian ini dengan
menggunakn uji rangking Spearman menunjukkan preferensi responden dalam
memilih akomodasi di Bali secara berturut-turut adalaha faktor produk, faktor
referensi, faktor promosi, dan faktor harga.
Persamaan dalam peneitian dari Hutamajaya dengan penelitian saat ini yaitu
pada pada fokus penelitian dan teknik analisis data sedangkan untuk perbedaanya dari
16
segi lokasi, waktu, populasi, metode pendekatan penelitian dan fokus penelitian
terhadap variabel yang diteliti.
Penelitian ke tiga dilakukan oleh Utama (2015) dengan judul “Preferensi
Wisatawan Senior Terhadap Pemilihan Aktivitas Wisata Pada Sebuah Destinasi”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan trend wisatawan senior dan
menentukan aktivitas yang disukai oleh wisatawan senior pada sebuah destinasi.
Objek dari penelitian ini adalah wisatawan senior yang berumur 55 tahun atau lebih.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif, analogi, dan
komparatif beberapa penelitian dan jurnal yang berkaitan dengan wisatawan senior.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perilaku wisatawan senior dapat
didasarkan pada analisis hubungan antara perbedaan budaya dan perilaku wisatawan
dalam memilih aktivitas wisata, perilaku wisatawan usia lanjut dapat juga dilihat dari
konsep diri wisatawan yang turut mempengaruhi pilihan aktivitas wisata, perilaku
wisatawan usia lanjut juga dapat dilihat dari gaya hidup, dan perilaku wisatawan
tersebut dapat dihubungkan berdasarkan dimensi perbedaan budaya, dimensi sikap
diri, dan dimensi gaya hidup secara simultan.
Persamaan dalam peneitian dari Utama dengan penelitian saat ini yaitu
terdapat pada focus penelitian sedangkan untuk perbedaanya terdapat pada segi
lokasi, waktu, populasi, dan metode pendekatan penelitian. Persamaan dan perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini dijabarkan dalam Tabel 2.1 sebagai
berikut:
17
Tabel 2.1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya
Dengan Penelitian Sekarang
No Judul Perbedaan Persamaan
1 Preferensi Wisatawan Nusantara
Terhadap Sarana Akomodasi Di
Provinsi Bali (Toule, 2015)
Lokasi, waktu,
populasi, teknik
analisis data
Fokus penelitian
dan penentuan
sampel
2 Analisa Preferensi Wisatawan
Domestik Asal Surabaya Dalam
Pemilihan Akomodasi Di Bali
(Hutamajaya, 2014)
Lokasi, waktu,
populasi, metode
pendekatan
penelitian, fokus
penelitian
terhadap variabel
yang diteliti
Membahas tentang
preferensi, teknik
analisis data.
3 Preferensi Wisatawan Senior
Terhadap Pemilihan Aktivitas
Wisata Pada Sebuah Destinasi
(Utama, 2015)
Lokasi, Waktu,
dan Populasi serta
metode
pendekatan
penelitian
Fokus penelitian
(preferensi).
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Preferensi
Preferensi adalah kecendrungan memilih sesuatu yang lebih disukai daripada
yang lain. Preferensi merupakan bagian dari komponen pembuat keputusan dari
seorang individu (Porteus, 1997 dalam Dwiputra, 2010). Dasar memilih atau
preferensi ini bisa di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti psikologi, sosial budaya,
dan kepribadian. Preferensi konsumen merupakan suatu sikap terhadap suatu pilihan
produk yang terbentuk dari evaluasi atas berbagai macam merek dalam berbagai
pilihan yang tersedia (Kotler dan Keller, 2009). Schiffman dan Kanuk dalam
Sumarwan (2012) menafsirkan preferensi sebagai cara dari seseorang untuk melihat
18
dunia disekitarnya, jika diibaratkan bahwa dua individu menerima pilihan yang sama
dalam kondisi yang sama tetapi cara menentukan pilihan akan berbeda pada setiap
individu bergatung pada kebutuhan, nilai, dan harapan dari setia individu.
Preferensi konsumen muncul dalam tahap evaluasi alternatif dalam proses
keputusan memilih sesuatu hal, dalam hal ini konsumen dihadapkan dengan berbagai
pilihan produk maupun jasa yang menawaarkan berbagai macam pilihan mulai dari
bentuk bangunan, fasilitas, dan pelayanan serta lingkungan dari sumber daya
manusianya. Merujuk pada pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
preferensi adalah suatu sikap yang mencerminkan kesukaan terhadap satu pilihan
merek produk maupun jasa.
Menurut Nicholson (dalam Hermawan 2008), hubungan preferensi memiliki 3
sifat yang mendasar, dimana 3 sifat dasar itu adalah:
1. Kelengkapan (completeness), jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi,
maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah :
1) A lebih disukai daripada B
2) B lebih disukai daripada A, atau
3) A dan B sama-sama disukai.
Dengan dasar ini setiap orang diasumsikan tidak pernah merasa ragu dalam
menentukan suatu pilihan, sebab mereka menegetahui mana yang lebih baik dan
mana yang tidak baik, dan dengan demikian selalu bisa menentukan pilihan di antara
dua alternatif.
19
2. Transitivitas (transitivity), jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A
daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A
daripada C. Dengan demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang
saling bertentangan.
3. Kontinuitas (Continuity), jika seseorang menyatakan lebih menyukai A atau B, ini
berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan
B.
Diasumsikan preferensi dari setiap individu mengikuti dasar preferensi seperti
yang dijabarkan di atas. Dengan demikian setiap orang selalu dapat membuat atau
menyusun tingkatan situasi dan kondisi mulai dari yang paling disenangi hingga yang
paling tidak disenangi dari bermacam barang/jasa yang ada di pasaran. Seseorang
yang rasional akan cenderung memilih barang yang paling disenanginya. Dengan kata
lain dari sejumlah alternatif yang ada orang akan memilih sesuatu yang dapat
memaksimalkan kepuasannya. Hal ini sejalan dengan konsep barang yang diminati
menawarkan kepuasan lebih besar dari barang yang kurang diminati
Preferensi wisatawan timbul dari keinginan dan kebutuhan wisatawan
terhadap produk yang ditawarkan dalam melakukan kegiatan berwisata. Saat ini,
kebutuhan dan keinginan wisatawan terhadap produk wisata semakin dinamis dan
menuntut kualitas yang mengarah dengan prinsip menjaga budaya sekitar dan eco
friendly atau ramah lingkungan. Suatu daerah tujuan wisata harus memiliki ciri
khasnya tersendiri namun tetap selalu mendengarkan suara dari berbagai pihak yang
20
berkepentingan, khususnya wisatawan yang memiliki preferensi dan persepsi yang
berbeda dalam memilih tujuan wisata yang dikunjunginya (Nursusanti, 2005).
Preferensi dalam industri perhotelan, secara umum terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi wisatawan dalam memilih sarana akomodasi selama melakukan
perjalanan wisata. Menurut O’Fallon dan Ruherford (2011) berpendapat bahwa
terdapat enam atribut yang dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih produk,
dalam hal ini adalah hotel, yaitu :
1) low rates; 2) location; 3) free parking; 4)internet access; 5) fitness facilities; 6)
nice restaurant. Selain itu Reid dan Bonjanic (2010) terdapat 3 hal dalam akomodasi
pariwisata yang mempengaruhi proses keputusan kosumen dalam memilih produk
diantaranya: harga, lokasi, dan kualitas pelayaman. Dari penjabaran para ahli diatas
maka dapat dilihat keterkaitan antara faktor yang mempengaruhi preferensi
wisatawan dalam memilih produk jasa akomodasi dengan konsep bauran pemasaran
yaitu 7P (Kotler dan Amstrong, 2012), dapat di jabarkan sebagai berikut.
1) Barang/jasa yang ditawarkan (Product)
Yaitu barang atau jasa yang akan diterima konsumen ketika mereka
mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli. Barang/jasa tersebut yang di tawarkan
biasanya tidak hanya sekedar menjual produk, tetapi juga memberi kualitas
pelayananya. Inilah yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi penjual dalam
menawarkan nilai tambah.
21
2) Harga (Price)
Harga memiliki peran penting dalam penjualan karena harga adalah seberapa
besar nilai atau jumlah uang yang dibayarkan pembeli untuk mendapatkan sebuah
produk barang atau jasa akomodasi. Harga dari suatau barang atau jasa akomodasi
memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi karena penentuan harga jual akan selalu
berbanding dengan apa yang pembeli dapatkan dan mafaat yang di dapat harus
sebanding dengan uang yang di keluarkan untuk membeli barang atau jasa akomodasi
tersebut.
3) Lokasi (Place)
Lokasi dimana tempat barang atau jasa akomodasi tersebut ditawarkan kepada
konsumen baik itu dekat dengan pusat keramaian, akses menuju lokasi tersebut, dekat
dengan tempat hiburan dan tempat parkir yang tersedia. Sehingga konsumen
memiliki pertimbangan saat membeli barang atau jasa akomodasi yang dirasa sesuai
dengan keinginan mereka.
4) Proses (Process)
Dalam kaitanya dengan proses dimana konsumen dimudahkan saat ingin
membeli barang atau jasa akomodasi yang diinginkan dan juga kejelasan informasi
yang diperoleh oleh konsumen hingga nantinya kemudahan dalam pembayaran yang
dilakukan saat konsumen telah memilih barang atau jasa akomodasi yang di inginkan.
22
5) Promosi (Promotion)
Promosi yang dimaksudkan pada hal ini adalah bagaimana barang atau jasa
akomodasi dipasarkan atau ditawarkan kepada konsumen baik itu mengunakan media
online, thank you latter (bertujuan untuk memikat konsumen untuk datang kembali),
hingga membuat kesan pelayanan yang baik dalam guest comment untuk menarik
perhatian calon konsumen lain untuk memilih barang atau jasa akomodasi yang
dimiliki. Serta promosi melalui travel agent sangat membantu dalam pemasaran suatu
produk pariwisata.
6) Sumber Daya Manusia (People)
Berkaitan dengan orang atau sumber daya manusia yang dimiliki oleh barang
atu jasa akomodasi dimana keramah tamahan memiliki andil yang sangat penting
untuk mendapatkan empati dari konsumen agar konsumen merasakan kenyamanan
saat memilih jasa akomodasi.
7) Sarana Fisik (Physical Evidence)
Merupakan hal nyata yang patut disadari dalam mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan memilih produk atau jasa akomodasi yang ditawarkan.
Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik,
logo, warna, peralatan, dan perlengkapan.
2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan
Gamal Suwanto dikutip dalam Hutamajaya (2014) menyatakan bahwa
wisatawan adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan
wisata sekurang kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi yang
23
selanjutnya disebut wisatawan (tourist), dan apabila mereka tinggal di daerah atau
Negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka disebut dengan
pelancong (excursionist). Menurut Noval dalam Suwena dan Widiatmaja (2010:33)
memberi batasan mengenai wisatawan internasional sebagai berikut:
“Every person who comes to a foreign country for a reason than to establish
his permanent residence or such permanent work and who spent in the
country of this temporary stay, the money he has earned else where”.
Berdasarkan peryataan di atas, maka dapat didefinisikan bahwa wisatawan
adalah orang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam, perjalanan tersebut
dilakukan untuk sementara waktu dan tidak bertujuan untuk mencari nafkah di tempat
atau tempat yang dikunjungi.
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan, wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan perjalanan dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Berdasarkan asalnya, wisatawan dibagi menjadi dua menurut Yoeti
(dalam Dwiputa, 2013), yaitu:
1. Wisatawan nusantara adalah orang yang berdiam dan bertempat tinggal pada suatu
negara dan melakukan perjalanan wisata di negara dimana dia tinggal.
2. Wisatwan mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan wisata yang
datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana dia
tinggal.
24
Cohen dalam Pitana (2005), mengklarifikasikan wisatawan atas dasar dari
daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian dari perjalanan
wisatanya. Atas dasar ini, Cohen membedakan wisatawan atas empat, yakni:
1).Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum
diketahuinya, dan bepergian dalam jumlah kecil.
2).Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum
melainkan mencari hal yang tidak umum. Wisatawan seperti ini bersedia
memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan
masyarakat lokal juga tinggi.
3).Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan
perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang
sudah terkenal.
4).Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah
tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas yang seperti yang dapat
ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu
wisata.
Berdasarkan perilaku wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, Gray (1970)
dalam Pitana (2005) membedakan wisatawan menjadi dua, yaitu:
1) Sunlust tourist, adalah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah dengan tujuan
utama untuk beristirahat atau relaksasi, sehingga mereka umumnya mengunjungi
Daerah Tujuan Wisata yang mempunyai ciri multiple S (sun,
25
sea dan sand). Wisatawan tipe ini mengharapkan keadaan iklim, fasilitas, makanan
dan lain-lain yang sesuai dengan standar di negara asalnya.
2) Wanderlast tourist, adalah wisatawan yang perjalanan wisatanya didorong oleh
motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mengetahui kebudayaan baru,
ataupun mengagumi keindahan alam yang belum pernah dilihat. Wisatawan seperti
ini lebih tertarik kepada Daerah Tujuan Wisata yang mampu menawarkan keunikan
budaya atau pemandangan alam yang mempunyai nilai pembelajaran yang tinggi.
2.2.2.1 Tinjauan Tentang Wisatawan Repeater
Wisatawan repeater adalah wisatawan yang sudah pernah mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata lebih dari satu kali dimana mereka ingin mengetahui lebih hal-
hal yang mereka belum sepat liat atau raakan pada kunjungan mereka yang pertama
kali (Kozak, 2000, 2001).
26
2.2.3 Tinjauan Tentang Karakteristik Wisatawan
Menurut Seaton dan Bennet, 1996 (dalam Suwena, 2010), gambaran
mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya
(trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor).
1. Trip Descriptor; wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan
jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum, jenis perjalanan dibedakan
menjadi: perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga, perjalanan bisnis dan
kelompok perjalanan lainnya Seaton dan Bennet, 1996 (dalam Suwena, 2010). Smith
dalam Suwena (2010) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan
keagamaan diluar kelompok lainnya. Lebih lanjut, jenis-jenis perjalanan ini juga
dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu
melakukan perjalanan tersebut, jenis akumodasi/transportasi yang digunakan dalam
perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.
2.Tourist Descriptor; memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambaran
dengan “who wants what, why, when, where, and how much?” Untuk menjelaskan
hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Karakteristik Sosio-Demografis
Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants
what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk
kepentingan analisis pariwisata, perencanaan, dan pemasaran, karena sangat jelas
definisinya dan relative mudah pembagiannya. Yang termasuk dalam karakteristik
27
sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, kelas social, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga
dan lain-lain yang dielabolasi dari karakter tersebut.
2) Karakteristik Geografis
Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat
tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, provinsi, Negara, dan juga Benua
asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan dari
ukuran kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/mrtropolitan), kepadatan
penduduk di kota tersebut dan lain-lain.
3) Karakteristik Psikografis
Karakteristik ini membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan kelas social, life-style, dan karakteristik personal. Wisatawan dalam
kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat
berbeda.
2.2.4 Tinjauan Tentang Sarana Akomodasi
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyatakan
bahwa sarana akomodasi dimasukkan ke dalam salah satu usaha pariwisata yaitu
usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan, dan
penyelenggaraan pariwisata.
Akomodasi secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1)
akomodasi komersial, adalah akomodasi yang dibangun dan dioperasikan untuk
mencari keuntungan; 2) akomodasi semi komersil, yaitu akomodasi yang dibangung
28
dan dioperasikan bukan hanya untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial
(masyarakat yang kurang mampu); 3) Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi
yang dibangun dan dioperasikan hanya untuk tujuan non-komersil, yaitu tidak
mencari keuntungan atau hanya untuk tujuan sosial, namun khusus untuk
golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.
Menurut pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, usaha penyediaan akomodasi adalah usaha penyediaan pelayanan
penginapan untuk wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata
lainnya. Usaha penyediaan akomodasi antara lain:
1. Hotel adalah penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di dalam
satu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum,
kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya.
2. Bumi perkemahan adalah penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan
menggunakan tenda.
3. .Persinggahan karavan adalah penyediaan tempat untuk kendaraan yang dilengkapi
fasilitas menginap di alam terbuka dapat dilengkapi dengan kendaraannya.
4. Vila adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang
dapat dilengkapi dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya.
5. Pondok wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang
dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan
memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari pemiliknya.
29
2.2.5 Tinjauan Tentang Homestay
Homestay adalah tipe akomodasi wisata yang biasanya milik perorangan
dengan menggunakan bangunan milik pribadi yang memiliki fasilitas dan pelayanan
sederhana menurut Soekadijo (dalam Aminudin, 2015). Homestay di Bali memiliki
keunikan lebih dari homestay lainya yang ada di Indonesia dari segi pelayanan
penduduk lokal yang mengelola homestay memberikan bukan hanya pelayanan
seperti pada umumnya namun juga pengalaman tentang bagaimana masyarakat Bali
menjalani kehidupannya sehari – hari seperti membuat sasajen sebelum sarapan,
mengaturkan canang bunga untuk dipersembahkan kepada tuhan setiap harinya dan
juga bagaimana masyarakat Bali menjalin hubungan persaudaraan antara lingkungan
sekitar.
Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1989
Tentang Usaha Pondok Wisata, yang dimaksud dengan pondok wisata adalah sebagai
berikut:
“Usaha Pondok Wisata adalah suatu usaha perseorangan dengan
menggunakan sebagian dari rumah tinggalnya untuk penginapan bagi oarnag
dengan perhitungan pembayaran harian.”
Pelayanan yang diberikan oleh pengelola homestay di Bali berbeda dengan
pelayanan pada akomodasi umunya dimana pelayan yang bekerja sudah terlatih
dibidangnya dalam melayani tamu – tamu yang menginap, sedangkan pengelola
homestay di Bali kebanyakan dari mereka belum pernah mendapatkan pendidikan
tentang bagaimana melayani tamu yang baik dan benar sehingga dalam memberikan
30
pelayanan kepada tamu yang meginap mereka mengunakan hati dan budaya
masyarakat bali yang ramah membuat suasana menjadi nyaman bagi tamu yang
menginap di homestay.
Klasifikasi dari homestay Menurut pasal 14 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang kepariwisataan adalah pondok wisata dimana penyediaan
akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan
sdimanfaatkan sebagian untuk disewakan kepada wisatawan.