bab ii tinjauan pustaka 2.1 sno -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SnO2
SnO2 merupakan suatu senyawa ionik, yang non-stoikiometri, karena
adanya cacat titik berupa kelebihan atom logam Sn (Stannic). SnO2 banyak
dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi karena stabil terhadap perlakuan panas,
biaya pendeposisiannya yang relatif murah, dan sifat physicochemical yang baik.
Material Oksida SnO2 disebut juga keramik. Kata keramik berasal dari kata
Yunani “keramos” yang berarti tembikar (pottery) atau peralatan terbuat dari
tanah (earthenware). Bahan keramik adalah bahan dasar penyusun kerak bumi,
yaitu: SiO2, Al2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O dst. Dari unsur-unsur tersebut dapat
dilihat terdapat paduan dua unsur yaitu logam dan non logam, sehingga dapat
dikatakan keramik adalah bahan padat anorganik yang merupakan paduan dari
unsur logam dan non logam yang berikatan ionik dan atau ikatan kovalen.
(Wikipedia.com ;2009)
Gambar 2.1 SnO2 Gambar 2.2 Stuktur Kristal SnO2
7
Ikatan kelompok bahan, keramik mempunyai titik cair yang tinggi
dibandingkan dengan logam atau bahan organik. Biasanya lebih keras dan tahan
terhadap perubahan-perubahan kimia. Keramik padat biasanya merupakan isolator
sebagaimana pula dengan bahan organik. Pada suhu tinggi dengan energi termal
yang tinggi keramik dapat menghantarkan listrik meskipun daya hantarnya rendah
dibandingkan dengan logam. Karena tidak memilki elektron bebas kebanyakan
bahan keramik tembus cahaya dan merupakan penghantar panas yang buruk. (Van
Vlack)
2.2 Metode sol-gel
Metode sol-gel (C. J. Brinker and G. W. Scherer, Sol-Gel Science) dikenal
sebagai salah satu metode sintesis nanopartikel yang cukup sederhana dan mudah.
Metode ini merupakan salah satu “wet method” karena pada prosesnya
melibatkan larutan sebagai medianya. Pada metode sol-gel, sesuai dengan
namanya larutan mengalami perubahan fase menjadi sol (koloid yang mempunyai
padatan tersuspensi dalam larutannya) dan kemudian menjadi gel (koloid tetapi
mempunyai fraksi solid yang lebih besar daripada sol).
Bahan-bahan yang biasanya digunakan sebagai katalis adalah urea,
polyvinyl alkohol atau asam sitrat. Secara sederhana proses metode sol gel dapat
dilihat dalam bagan diatas.
Sol-gel yang merupakan proses basah-teknik kimia (Kimia Solusi
Endapan) untuk pembuatan bahan (biasanya metal oksida) mulai dari yang baik
kimia solusi (sol pendek untuk solusi) atau partikel koloid (sol untuk nanoscale
Partikel) untuk menghasilkan jaringan terpadu (gel). Khas precursors adalah
8
logam alkoxides dan chlorides logam, yang mengalami hidrolisis dan
polycondensation reaksi untuk membentuk sebuah koloid, yang terdiri dari sistem
partikel solid (ukuran mulai dari 1 ke 1 nm, μm) dilarutkan dalam larutan. Sol
perkembangan yang kemudian ke arah pembentukan sebuah anorganik terus
jaringan yang berisi fase cair (gel). Formasi yang melibatkan logam oksida logam
menghubungkan pusat dengan Oxo (MOM) atau hydroxo (F-OH-M) jembatan,
sehingga menghasilkan logam-logam atau Oxo-hydroxo Polymers dalam solusi.
Proses pengeringan yang berfungsi untuk menghapus fase cair dari gel sehingga
membentuk bahan keropos, maka perlakuan panas (pembakaran) dapat dilakukan
dalam rangka untuk lebih polycondensation dan meningkatkan properti mekanis.
Tanda-tanda sol dapat di deposit baik pada substrat untuk membentuk sebuah film
(misalnya menukik atau putaran lapisan-lapisan), dimasukkan ke dalam kontainer
yang sesuai dengan bentuk yang dikehendaki (misalnya untuk mendapatkan
monolithic keramik, gelas, serat, membranes, aerogels), atau digunakan untuk
menyatukan serbuk (misalnya microspheres, nanospheres). Sol-gel dengan
pendekatan yang menarik di saat ini telah menjadi murah dan teknik- suhu rendah
yang memungkinkan untuk berbagai produk komposisi kimia, bahkan sebagai
dopants dalam jumlah kecil, seperti Pewarna organik dan logam langka bumi,
dapat diperkenalkan pada sol dan berakhir pada akhir produk halus menghilang.
Hal ini dapat digunakan di keramik proses manufaktur, sebagai investasi lemparan
bahan, atau sebagai alat produksi sebagai film tipis dari logam oxides untuk
berbagai keperluan. Sol-gel berasal dari bahan yang memiliki beragam aplikasi di
9
optik, elektronik, energi, ruang, (bio) sensor, obat-obatan (misalnya obat dikontrol
rilis) dan pemisahan (misalnya teknologi kromatografi).
2.3 Gas CO
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak
berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen
dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida
terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon
dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan
karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting
dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Karbon monoksida merupakan senyawa yang sangat penting, sehingga
banyak metode yang telah dikembangkan untuk produksinya. Gas produser
dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada temperatur tinggi ketika
terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah oven, udara dialirkan melalui kokas.
CO2 yang pertama kali dihasilkan akan mengalami kesetimbangan dengan karbon
panas, menghasilkan CO. Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut
sebagai kesetimbangan Boudouard. Di atas 800°C, CO adalah produk yang
predominan:
10
O2 + 2 C → 2 CO
ΔH = -221 kJ/mol
Kerugian dari metode ini adalah apabila dilakukan dengan udara, ia akan
menyisakan campuran yang terdiri dari nitrogen. Gas sintetik atau gas air
diproduksi via reaksi endotermik uap air dan karbon:
H2O + C → H2 + CO
ΔH = 131 kJ/mol
CO juga merupakan hasil sampingan dari reduksi bijih logam oksida
dengan karbon:
MO + C → M + CO
ΔH = 131 kJ/mol
2.4 Sensor Gas Teknologi Thick Film
Salah satu jenis sensor gas yang sangat populer adalah sensor gas
menggunakan prinsip chemoresistor, yang dapat dibuat menggunakan teknologi
film tebal. Sensor gas berbasis teknologi film tebal yang dikembangkan sekarang
ini menggunakan sepasang elektroda berbentuk interdigital transducers, yaitu
sepasang elektroda pararel yang masing masing mempunyai semacam jari sisir
periodik yang keduanya saling berhadapan dan saling bertaut yang dicetak pada
keping substrat alumina planar menggunakan teknologi screen printing. Adapun
material sensornya dicetak diatasnya, juga dengan menggunakan metode screen
11
printing. Pada dasarnya sensor gas teknologi thick film adalah sensor gas yang
bekerja memakai prinsip chemoresistor, dimana konduktifitas sensor akan
berubah dengan adanya unsur- unsur kimia (dari gas) yang bekerja pada lapisan
sensitif dari bahan semikonduktor (dalam hal ini SnO2 dan In2O3). Perubahan
konduktifitas tersebut terjadi karena adanya perpindahan elektron-elektron valensi
pada atom-atom material sensor akibat adanya reaksi dengan gas-gas reaktan
tersebut. Reaksi yang terjadi antara material sensor dan gas-gas reaktan itu bisa
bersifat Oksidasi atau Reduksi.
Gambar 2.3 Konsep sensor gas berbasisi metal oksida
2.4.1 Sensitivitas
2.4.1.1 Sensitivitas pada sensor gas
Salah satu masalah dalam pembuatan sebuah sensor adalah sensor harus
mempunyai sensitivitas yang cukup memadai. Dalam sensor gas ini, yang nilai
resistansnya berubah menurut konsentrasi gas, sensitivitas dinyatakan :
12
Untuk material sensor tipe–n dan gas berupa gas pereduksi :
g
o
R
RS atau
go
o
RR
RS .............................................................................. (2.1)
Untuk material sensor tipe–n dan gas berupa oksidator :
o
g
R
RS atau
o
o
R
RRgS ........................................................................... (2.2)
dengan : S : Sensitivitas
Ro : Resistansi sensor pada udara normal (tidak ada gas)
Rg : Resistansi sensor pada saat ada gas
Sedangkan untuk material sensor tipe-p, definisi sensitivitas diatas menjadi
sebaliknya. (Cirera,2000:8)
2.4.1.2 Definisi Grafik pada sensor
a. Kepekaan/ Sensitivitas
Sensitivitas menunjukkan berapa banyak perubahan tegangan keluaran
sebagai akibat dari perubahan dalam Gap antara target dan sensor kapasitif. Nilai
sensitivitas umum adalah 1V/0.1mm. Ini berarti bahwa untuk setiap 0.1mm
perubahan dalam gap maka tegangan output akan berubah 1V. Ketika tegangan
output diplot terhadap ukuran gap dalam mm, kemiringan garis adalah sensitivitas.
13
Gambar 2.4 Kemiringan Grafik Sensitivitas
b. Sensitivity Error
Sensitivitas sebuah sensor adalah ditetapkan selama kalibrasi. Ketika
sensitivitas menyimpang dari nilai ideal ini disebut sensitivitas kesalahan, kesalahan
gain, atau kesalahan scaling. Karena sensitivitas adalah kemiringan garis, kesalahan
sensitivitas biasanya disajikan sebagai persentase kemiringan grafik dan
membandingkan grafik yang ideal dengan kemiringan yang sebenarnya.
Gambar 2.5 Sensitivitas Error
14
c. Offset Error
Offset Error terjadi ketika nilai konstan ditambahkan ke tegangan output dari
sistem. Sistem sensor kapasitif biasanya bekerja selama pemasangan, menghapuskan
setiap penyimpangan offset dari kalibrasi asli. Namun, perubahan offset error untuk
sistem ini diperkenalkan ke pengukuran. Perubahan Suhu merupakan faktor utama
dalam kesalahan offset.
Gambar 2.6 Offset Error - Sebuah nilai konstan ditambahkan ke semua pengukuran.
d. Linearity Error
Sensitivitas dapat sedikit berbeda diantara dua titik data. Variasi ini disebut
kesalahan linieritas. Spesifikasi linieritas adalah pengukuran dari seberapa jauh
output bervariasi dari garis lurus. Untuk menghitung kesalahan linearitas, data
kalibrasi dibandingkan dengan garis lurus yang terbaik sesuai dengan Titik. Garis
lurus dihitung dari data kalibrasi dengan menggunakan teknik yang disebut kuadrat
terkecil pas. Jumlah kesalahan titik pada kurva kalibrasi yang terjauh dari garis yang
ideal adalah kesalahan linieritas. Kesalahan linearitas biasanya dinyatakan dalam
persen dari skala penuh. Jika kesalahan pada titik terendah adalah 0.001mm dan
kisaran skala penuh dari kalibrasi adalah 1mm, kesalahan linieritas akan menjadi
0,1%. Perhatikan bahwa kesalahan linearitas tidak memperhitungkan kesalahan
15
dalam sensitivitas. Ini hanya ukuran kelurusan garis dan tidak kemiringan garis.
A..Sebuah sistem dengan kesalahan sensitivitas kotor bisa sangat linear.
Gambar 2.7 Linearitas Error - Pengukuran data tidak pada garis lurus.
2.4.2 Bentuk Respon Sensor
Pada dasarnya, respon sensor gas teknologi thick film ini adalah perubahan
nilai konduktans sensor terhadap perubahan konsentrasi gas. Secara umum
dinyatakan sebagai:
0G
GS .............................................................................................. ...(Barsan:5) (2.3)
dengan
S : Sensitivitas
G : Konduktans sensor ketika ada gas pereduksi
G0 : Konduktans sensor ketika tidak ada gas pereduksi.
16
Sesuai statistik Maxwell-Boltzmann, konduktifitas (G) dirumuskan :
kT
eVs
eenR
G 1 ................................................................ (Barsan:5) (2.4)
Dengan adalah bulk mobility dan n adalah konsentrasi elektron.
Sedangkan Vs adalah tegangan Schottky barrier, didefinisikan sebagai :
2
0
1p
VVS
....................................................................... (Barsan:5) (2.5)
V0 adalah barrier height pada saat tidak ada gas pereduksi, didefinisikan sebagai :
D
S
N
NeV
2
0
2 ............................................................................. (Barsan:5) (2.6)
Sedangkan
2
1p
merupakan parameter kondisi gas pada konsentrasi,
tekanan dan suhu tertentu.
dengan :
NS adalah kerapatan di permukaan sensing ( m-2
),
ND adalah konsentrasi donor ( oxygen vacancies ) ( m-3
) ,
e adalah muatan elektron (eV)
adalah konstanta dielektrik bahan semikonduktor.
adalah massa jenis gas (mol/L)
p adalah Tekanan Parsial gas (J)
17
Sedang didefinisikan sebagai :
kTh
mkT 23
2
2 ........................................................................ (Barsan:5) (2.7)
dengan :
m = massa gas pereduksi (dalam hal ini CO)
h = tetapan planck = 4,134.10-5
eV
T = suhu absolut (oK)
Dengan menggunakan persamaan (2.8), dan dengan mendefinisikan G0 sebagai
konduktifitas sensor pada udara bebas, maka :
kT
eV
neeG0
0 ................................................................................... (Barsan:5) (2.8)
Dari persamaan–persamaan diatas, didapat hubungan persamaan untuk sensitivitas
sensor (G/G0) sebagai berikut :
G
G
eV
kT p0
0 11
1
exp .................................................. (Barsan:5) (2.9)
Pada saat tidak ada gas (p=0), persaman sensitifitas menjadi bernilai 1 (G/G0=1).
Pada konsentrasi gas tinggi (tekanan tinggi), yaitu ketika (p/ )>>1, maka
sensitivitas mencapai titik saturasi :
G
Ge
sat
eV
kT
0
0
.
................................................................................. (Barsan:5) (2.10)
18
Dari persamaan (2.12) dan (2.13), didapatkan persamaan :
c
satG
G
G
G 1
11
.00
.................................................................... (Barsan:5) (2.11)
Dengan c adalah konsentrasi gas (dalam ppm), (G/G0)sat dan adalah parameter
yang didapatkan dengan memadukan persamaan dengan data percobaan
(Barsan:5).
2.4.3 Mekanisme Kerja Sensor
Mekanisme transport listrik pada sensor gas terjadi akibat adanya
perubahan konsentrasi muatan dalam material semikonduktor yang disebabkan
adanya proses chemisorption yang mengarah pada transfer muatan dari partikel
adsorbsi (gas) ke permukaan sensor.
Gambar 2.8 Diagram pita energi dalam proses chemisorption
Evac before
Xgas
Evac after
e Vs
(Ec-EF)b
before Ec after
Ec before
EF
Ess
Ev
Xads
e-
19
Secara teoritis, transfer muatan dari partikel adsorbsi ke material sensor
dapat dipahami dengan mengamati skema pita energi seperti pada gambar 2.8
Pada gambar tersebut diperlihatkan terjadinya interaksi antara partikel tipe aseptor
dengan semikonduktor tipe-n. Proses chemisorption tersebut menimbulkan
penurunan konduktivitas permukaan , penaikan band bending e Vs pada
permukaan dan merubah afinitas elektron . Asumsikan kondisi sebelum
chemisorption adalah kondisi flat band dimana e Vs = 0 sehingga konduktivitas
yang terukur adalah konduktivitas bulk
= e( b,nN + b,pP).....................................................(2.12)
Konduktivitas permukaan ditentukan oleh kontribusi dari mobilitas
rata-rata s,n dan s,p dari elektron dan hole dengan konsentrasi N dan P
persatuan luas dalam lapisan ruang muatan yang terbentuk akibat adanya proses
chemisorption [W.Gopel, 1985].
= e( s,n N + s,p P)..................................................(2.13)
Konduktivitas yang terukur merupakan penjumlahan dari konduktivitas
permukaan dengan konduktivitas bulk b.
= e( s,n N + s,p P) + e( b,nN + b,pP)...........................................(2.14)
Jika struktur elektronik dari bulk dengan konsentrasi elektron bebas, hole
dan muatan –muatan cacat titik diketahui, maka dengan menggunakan persamaan
poisson kita dapat menentukan band bending e Vs dan muatan per satuan luas Qsc
dalam lapisan ruang muatan. Muatan parsial dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
= Qsc/ens............................................................(2.15)
20
dengan ns adalah konsentrasi spesies adsorbsi.
Dari hasil eksperimen dapat ditentukan perubahan fungsi kerja dan
perubahan band bending e Vsyang dapat mengarahkan kita pada perkiraan
perubahan afinitas elektron dari persamaan:
= - e Vs + + (Ec-EF)b...................................(2.16)
Asalkan variasi posisi level Fermi dalam bulk (Ec-EF)b dapat diabaikan,
jika difusi atom atau ion pada bulk diabaikan. Dengan mengetahui momen dipole
ad, kita dapat mengetahui perubahan afinitas elektron dengan persamaan:
= e( s 0)-1 ad
ns..........................................................(2.17)
Pada umumnya, perubahan resistivitas material sensor ketika bereaksi
dengan gas dipengaruhi oleh reaksi atom – atom oksigen di udara dengan atom –
atom oksigen di permukaan lapisan sensor. Reaksi ini merubah potential barrier
antar ikatan atom.
Reaksi diawali ketika lapisan material sensor mengikat oksigen dari udara,
oksigen tersebut menjadi bermuatan negatif sehingga terbentuk potential barrier
yang disebut Schottky barrier. Ketika ada gas (misal: gas CO), maka gas ini akan
bereaksi dengan oksigen yang telah terikat pada permukaan lapisan sensor
(CO+O2-
CO2+2e-) yang mengakibatkan perubahan Schottky barrier. Dengan
mengacu pada persamaan reaksi kesetimbangan antara gas CO dan SnO2, yang
merupakan reaksi antara atom – atom O2 di permukaan dengan molekul – molekul
CO dari udara, yaitu :
SnO2+2CO 2Sn+2CO2+2e
21
Pada umumnya, sinyal respon sensor (bertambah atau berkurangnya nilai
resistans) ditentukan menurut jenis material sensor dan gas yang disensor. Untuk
gas, digolongkan menjadi gas pengokidasi dan gas pereduksi, sedangkan untuk
material sensor dapat diklasifikasikan menjadi material tipe–p atau tipe-n sesuai
dengan respon sinyalnya. Pada material tipe-p, nilai resistans akan bertambah
ketika bereaksi dengan gas pereduksi., dan resistansi akan berkurang terhadap gas
pengoksidasi, hal ini berlaku sebaliknya terhadap material tipe-n (Cirera,2000:29).
Sensitive layer atau lapisan material sensor merupakan bagian yang
berinteraksi langsung dengan gas, yang reaksi elektrokimia terjadi di
permukaannya. Lapisan ini terbuat dari bahan SnO2, yaitu bahan metal oxide tipe-
n yang sensitif terhadap molekul – molekul gas pereduksi.
Gambar 2.9 Mekanisme pendeteksian gas oleh lapisan metal oksida
Terjadinya akses oleh partikel metal oksida bagian dalam terhadap gas.
Hal ini bisa dipahami dengan menganggap terjadinya reaksi antara gas dengan
permukaan metal oksida sebagai sebuah proses difusi ke arah substrat (bulk) dari
22
divais sensor. Parameter yang berpengaruh diantaranya adalah ukuran porositas
dan ketebalan lapisan metal oksida.
2.4.4 Bagian Bagian Sensor
Gambar 2.10 Struktur Sensor Gas Teknologi Film Tebal
Sumber : Weimar,2003
Secara garis besar, sensor gas teknologi thick film ini tersusun atas
sepasang elektroda, pemanas dan sensitive layer yang peka terhadap rangsangan
gas, yang kesemuanya dicetak pada kepingan substrat dari bahan alumina (Al2O3)
96%, dengan struktur seperti dalam Gambar 2.10
Substrat
Material utama yang digunakan dalam teknologi film tebal adalah substrat
dan pasta. Substrat merupakan media tempat komponen film tebal
diimplementasikan, sedangkan pasta adalah bahan pembentuk komponen film
tebal, yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk melalui
proses pencetakan. Substrat yang digunakan biasanya adalah dari Alumina yang
memiliki keunggulan dalam hal kekuatan fisik, sifat-sifat listrik, serta sifat-sifat
thermis. Kemurnian keramik alumina yang digunakan antara 95%-96%,
23
sedangkan 4%-6% biasanya berupa campuran antara kalsium, magnesium, dan
silica yang ditambahkan untuk meningkatkan reaktifitas alumina pada proses
terbentuknya ikatan antara substrat dengan thick film. Alumina dengan kemurnian
99% jarang digunakan karena permukaannya terlalu halus, sedangkan adhesi yang
lebih kuat akan terbentuk justru pada permukaan kasar.
Sebagai media tempat komponen direalisasikan, suatu substrat harus memenuhi
beberapa kriteria berikut ini :
A. Kekuatan mekanik
Substrat harus dapat melindungi komponen yang ditempatkan di atasnya, tidak
mudah patah atau berubah bentuk.
B. Tahan suhu tinggi
Pasta-pasta film tebal tertentu membutuhkan pemprosesan pada suhu tinggi.
Karena itu substrat yang digunakan harus tahan pada suhu tersebut tanpa
mengalami perubahan.
C. Inert
Selain suhu tinggi, pada proses pabrikasi film tebal, substrat berhadapan dengan
berbagai bahan kimia, baik yang berasal dari pasta atau efek samping
pemprosesan. Substrat tidak boleh bereaksi dengan bahan-bahan kimia tersebut.
D. Resistivitas
Substrat harus merupakan isolator elektrik yang baik, dengan kata lain harus
memiliki resistivitas yang sangat tinggi.
24
E. Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrik substrat harus serendah mungkin, untuk menghindari efek
kapasitas parasitik yang mungkin timbul antar penghantar atau antar komponen.
F. Konduktifitas termal
Substart yang baik harus bersifat konduktor panas untuk mengurangi pemanasan
lokal yang diakibatkan disipasi oleh komponen tertentu.
Elektroda
Elektroda yang digunakan pada sensor gas film tebal pada umumnya
adalah sepasang elektroda berbentuk interdigital electrodes dari bahan nobel
metal semisal Au/Ag. Struktur tersebut dimaksudkan untuk meminimalisasi ruang
namun dapat mengoptimalkan daerah sensing, serta memudahkan dalam
penentuan nilai resistans. Penentuan nilai resistans pada elektroda ini sama dengan
penentuan nilai resistans resistor pada teknologi film tebal pada umumnya. Karena
konstruksi yang mempunyai sudut, maka cara perhitungan nilai reistansi dapat
dilihat dalam Gambar 2. 11 dan persamaan (2.18).
Gambar 2.11 Perhitungan Nilai Resistans Elektroda
Sumber : Haskard,1988:102
25
Rsw
l
w
lRAB 56.021
................................................... (Haskard:102) (2.18)
dengan: RAB adalah nilai resistans total (Ω)
Rs adalah lembar resistans (Ω/sq)
l adalah panjang jalur konduktor (mm)
w adalah lebar jalur konduktor (mm).
Adapun stuktur yang biasa digunakan adalah seperti dalam Gambar 2.12
Gambar 2.12 Elektroda Sensor Gas Film Tebal
Sumber : Weimar,2003
Heater
Temperatur adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan
keberhasilan dari sensor yang bersifat chemoresistive. Distribusi temperatur yang
sesuai akan mempengaruhi tingkat selektifitas dan sensitifitas dari elemen sensor
ini.
Dalam pemanas (heater) teknologi film tebal untuk sensor gas, umumnya
dibuat dari pasta konduktif atau resistif (Au,Pt), namun ada juga yang memakai
bahan dielektrik jenis polymer . Umumnya heater dirancang di sisi belakang
substrat (berkebalikan dengan elemen sensor). Sehingga nilai resistans dari
26
lapisan aktif (yang merupakan parameter utama yang menunjukkan sensitifitas
sensor) sangatlah tergantung dari distribusi suhu, hal ini juga ditunjang oleh sifat
substrat sebagai penghantar suhu yang sangat baik.
Salah satu contoh bentuk dari heater teknologi film tebal dapat dilihat
dalam Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Heater sensor Gas Film Tebal
Sumber : Weimar,2003
Untuk menentukan karakteristik dari heater, parameter – parameter yang
harus diperhatikan diantaranya adalah: suhu yang diinginkan, daya yang
dibutuhkan, dan luasan daerah yang ingin dipanasi, serta karakter dari bahan
heater itu sendiri (TCR, disipasi arus maksimum yang mampu melewati, dll).
Untuk itu, langkah - langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Yang pertama dengan menentukan temperatur, dan daya yang diinginkan.
VxIP .............................................................................................................. (2.19)
CHC
CH
CRTTR
RRT
610 .................................................................................. (2.20)
dengan :
P : Daya rata – rata (W)
V : Tegangan sumber (V)
27
I : Arus heater (A)
TCR : Temperature Coefficient Resitance (oC)
RH : Resistans pada suhu operasi (Ω)
RC : Resistans pada suhu acuan (Ω)
TR : Suhu operasi (oC)
TC : Suhu acuan (oC)
Dengan menentukan daya P dan arus I, maka nilai RH didapat dengan :
IVRH ................................................................................................... (2.21)
Selanjutnya dengan menentukan nilai TCR dari data sheet, suhu acuan TC
dan suhu operasi TH, serta memasukkan hasil persamaan (2.20) ke persamaan
(2.21), maka akan didapat nilai RC.
Setelah nilai RC didapat, maka dapat ditentukan dimensi dari heater
dengan mengacu pada persamaan berikut :
w
lRR SC ................................................................................................ (2.22)
dengan : RS adalah nilai lembar resistans (Ω/sq)
l adalah panjang koduktor heater (mm)
w adalah lebar konduktor heater (mm)
28
Selanjutnya dengan menentukan nilai w, maka nilai l akan didapat, dan
juga total area l x w yang menentukan nilai power density dari heater (Electro-
Science Laboratory.com;2004).
Sebagai catatan nilai maksimum power density yang diijinkan adalah 40 W/mm2,
namun pada kasus tertentu bisa sampai 100 W/mm2
(Haskard,1988:98).
Lapisan Sensitif
Sensitive layer atau lapisan material sensor merupakan bagian yang
berhubungan langsung dengan gas, dimana reaksi elektrokimia terjadi di
permukaan lapisan ini. Lapisan ini terbuat dari bahan SnO2, yaitu bahan metal
oxide tipe-n yang mempunyai celah energi yang relatif lebar (3.6 eV)
(Hann,2003:15).
Gambar 2. 14 Gambar Pita Energi Atom SnO2
Sumber: Hann,2003:15
29
Dimensi dari lapisan ini (yang mewakili konsentrasi SnO2) akan
menentukan jangkauan pengukuran sensor. Adapun teori penentuan dimensi
lapisan sensor adalah sebagai berikut :
Hal pertama adalah menentukan jangkauan pengukuran maksimal dari dari sensor
dalam satuan ppm. Karena pada proses ini yang terjadi adalah reaksi gas, maka
satuan ppm dirubah menjadi mol/L.
Dengan menganggap gas adalah gas pada kondisi ideal, persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
L
molppm
Lmol
15,24
1................................... (www.scottecatalog.com) (2.23)
Dengan mengacu pada persamaan reaksi kesetimbangan antara gas CO dan SnO2,
yaitu XO2+2YO 2X+2YO2+2e , maka dapat diketahui perbandingan
molaritas antara gas gas pereduksi dan SnO2.
Dengan mengacu pada persamaan (2.21) maka mol SnO2 akan didapat.
Selanjutnya massa dari SnO2 didapat dengan persamaan :
M
mn ..................................................................................................... (2.24)
dengan :
n : molalitas ( mol )
m: massa ( gram )
M: Molaritas ( gram/mol )
30
Selanjutnya dengan melihat density ( ρ ) dari data material didapat dimensi
(volume) dari lapisan sensor, menggunakan persamaan:
V
m ...................................................................................................... (2.25)
dimana :
ρ : density / massa jenis ( gram/volume )
m : massa material ( gram )
V : Dimensi / volume ( satuan volume )
Dengan menentukan tebal lapisan, maka luas dari lapisan sensor akan diperoleh.
2.4.5 Teknologi Thick Film
Teknologi film tebal adalah suatu teknologi penyambungan komponen
elektronika menggunakan bahan pasta konduktif, resistif atau induktif yang
dikerjakan pada substrat keramik. Pengerjaan dilakukan melalui suatu proses
berulang-ulang mulai dari cetak sablon, pengeringan dan pembakaran pada suhu
tinggi. Proses pembakaran dengan suhu tinggi menghasilkan struktur yang stabil
dan kuat dengan daya kerja elektris dan termis yang sempurna
[http://www.elektroindonesia.com].
Teknologi film tebal terdiri atas sejumlah proses yang diulang beberapa
kali dengan urutan tertentu. Prosesnya meliputi pembuatan screen, pencetakan dan
pembakaran. Pada proses standar ini ditambahkan juga proses pembersihan,
penyolderan, pengujian dan pengemasan [http://www.elektroindonesia.com].
31
Senyawa Pembentuk Pasta Konduktor
Pasta konduktor yang dikeluarkan pabrik merupakan hasil campuran dari
berbagai senyawa. Susunan atau komposisi senyawa pembentuk pasta merupakan
rahasia pabrik. Tetapi pada umumnya pasta konduktor disusun dari tiga senyawa
utama, yaitu [ http://www.elektroindonesia.com] :
a. Partikel-partikel Logam atau Paduan Logam
Partikel-partikel ini merupakan komponen utama pembentuk lapisan konduktor.
Logam yang digunakan harus tahan terhadap suhu tinggi. Untuk itu, digunakan
logam mulia.
b. Senyawa Gelas
Senyawa gelas berfungsi sebagai pengikat partikel-partikel logam serta
pembentuk lapisan yang memungkinkan penempelan partikel-partikel logam pada
substrat. Senyawa gelas yang sering digunakan antara lain, yaitu: Bismuth Oksida,
Cadmium Oksida dan Timbal Borrosilikat.
c. Senyawa Organik
Senyawa organik dalam pasta berfungsi sebagai senyawa yang memberikan sifat
fluida pada partikel-partikel logam dan senyawa gelas. Dengan terbentuknya sifat
fluida, maka pasta dapat dicetakan pada substrat dengan metode screen printing.
Senyawa organik yang biasanya digunakan antara lain, yaitu: terpenten dan resin.
Jenis Pasta Konduktor
Pasta konduktor yang digunakan untuk membentuk sistem dengan
teknologi film tebal dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sistem logam
pembentuknya, yaitu sistem logam tunggal dan sistem logam paduan.
32
a. Sistem logam tunggal
Sistem logam tunggal yang digunakan dalam pembentukan pasta konduktor ini
merupakan sistem yang pertama kali dibuat oleh pabrik pada awal kemunculan
teknologi ini. Logam yang pertama kali dipergunakan dalam membentuk pasta
adalah logam Perak dan hingga kini masih banyak dipergunakan karena harganya
murah, daya lekatnya tinggi dan mudah disolder. Dan kelemahan Perak adalah
ion-nya mudah mengalami migrasi.
b. Sistem logam paduan
Untuk mendapatkan sistem pasta dengan harga yang lebih murah dan kemampuan
yang tidak kalah dari sistem logam tunggal, maka diusahakan pembuatan pasta
dengan sistem logam paduan. Sistem logam paduan yang hingga kini telah
dikembangkan antara lain, yaitu: Platina-Emas, Palladium-Perak, Palladium-Emas
dan lain-lain.
Pencetakan Konduktor
Dalam pembuatan konduktor ini digunakan pasta konduktor Palladium-
Perak. Logam Perak dipergunakan karena harganya murah, daya lekatnya tinggi
dan mudah disolder. Kelemahan Perak adalah ion-ion Perak dapat mengalami
migrasi membentuk dendrit sehingga dapat menyebabkan hubungan dengan jalur
lain. Untuk mengurangi kelemahan Perak, maka dilakukan pencampuran Perak
dengan Palladium. Dengan pencampuran Palladium, maka sifat migrasi ion Perak
dapat dikurangi dan harga pasta yang dihasilkanakan lebih murah. Tetapi sebagai
akibat buruk pencampuran Palladium dalam Perak adalah semakin besarnya harga
resistansi dari konduktor yang dihasilkan [http://elektroindonesia.com].
33
Penyaputan berfungsi untuk memindahkan pasta ke atas substrat dengan cara
menekan pasta pada screen. Tegangan permukaan akan menahan pasta pada
substrat saat posisi screen kembali ke keadaan semula. Karena itu bentuk, bahan
dan tekanan penyaput sangat penting untuk menjamin umur penyaput dan screen.
Bahan yang digunakan sebagai penyaput adalah neoprene, polyrethane, dan viton.
Posisi penyaput harus menjadikan sisi tajam membentuk sudut 45° sampai
60°terhadap permukaan screen.
Fungsi Konduktor Film Tebal
Fungsi konduktor dalam rangkaian elektronika yang memanfaatkan
teknologi film tebal adalah [http://www.elektroindonesia.com] :
a. Jalur Interkoneksi
Biasanya konduktor berfungsi untuk memindahkan sinyal dari bagian yang satu
ke bagian yang lain. Untuk melakukan fungsi tersebut maka konduktor harus
mempunyai daya hantar yang cukup baik
b. Terminal untuk Resistor
Konduktor mempunyai fungsi sebagai terminal resistor yang akan turut
menentukan dimensi resistor. Yang perlu diperhatikan adalah bahan konduktordan
bahan resistor harus mempunyai daya ikat yang cukup baik.
c. Konduktor Tempat Penyolderan Lead (Pad)
Dalam suatu sistem elektronika yang kompleks biasanya terdiri atas gabungan
antara sistem yang satu dengan sistem yang lain. Untuk menghubungkan antara
sistem yang satu dengan sistem yang lain tersebut, maka diperlukan kaki(lead).
Dalam suatu sistem yang dibuat dengan teknologi hibrida film tebal, maka kaki
34
ini dilekatkan pada konduktor yang terletak di tepian substrat. Konduktor tempat
menempelnya kaki tersebut biasanya disebut dengan pad.
d. Konduktor untuk Crossover
Dalam suatu sistem elektronika yang kompleks biasanya terjadi jalur konduktor
yang satu harus bersilangan dengan jalur konduktor yang lain tanpa ada kebocoran
sinyal. Untuk mencegah kebocoran sinyal, maka dibutuhkan penyekatan dengan
bahan dielektrik di antara kedua jalur konduktor yang bersilangan tersebut.
Lapisan penyekat tersebut biasanya disebut crossover.
e. Elektroda Kapasitor
Kapasitor dalam teknologi film tebal dapat dibuat dengan jalan membuat lapisan
konduktor sebagai lapisan dasar atau lapisan pertama, kemudian diikuti dengan
membuat lapisan dari bahan dielektrik dan kemudian dilapisi lagi dengan
konduktor sebagai lapisan ketiga.
f. Konduktor Tempat Mengikatkan Chip
Komponen aktif dalam bentuk chip seperti transistor, dioda atau IC seringkali
dipasangkan pada substrat dengan cara pengikatan menggunakan kawat emas.
Konduktor yang digunakan adalah dengan kadar emas tinggi sehingga
menghasilkan ikatan yang baik dengan kawat emas.
g. Konduktor untuk Membuat Resistor dengan Harga Rendah
Untuk membuat resistor film tebal dengan harga rendah, maka dapat digunakan
konduktor. Konduktor yang dibuat berbentuk labirin.
35
h. Konduktor untuk Pengepakan (Packing)
Salah satu cara untuk melindungi rangkaian hybrids-IC dari kondisi lingkungan
ialah dengan menutup rangkaian tersebut dengan tutup yang terbuat darilogam.
Tutup logam disolderkan pada substrat yang terlebih dahulu diberi lapisan
konduktor di sekelilingnya.
Teknologi film tebal memiliki banyak keuntungan, antara lain
[http://www.elektroindonesia.com] :
a. Daya hantar termal tinggi (96% alumina) = 0,890 W/(oC*in)
b. Daya kerja RF dan frekuensi yang sempurna
c. Konstanta dielektrik (96% alumina) = 9,5 ± 0,2 (1 kHz - 10 GHz)
d. Memperkecil nilai impedansi pertautan jaringan
e. Meningkatkan densitas
f. Mengurangi ukuran dan berat
Screen
Screen merupakan tenunan berlubang-lubang yang terbuat dari serat.
Fungsi screen adalah sebagai tempat pembentukan pola yang akan dicetak dan
menentukan ketebalan pasta yang dilekatkan. Serat yang digunakan untuk
membentuk jaring-jaring suatu screen terbuat dari berbagai macam bahan. Tiga
jenis bahan yang sering digunakan adalah polyester, nylon,dan stainless steel.
Ukuran screen yang digunakan adalah 200-300 mesh.
Syarat-syarat rangka screen yang utama :
a.Tidak berubah bentuk dalam segala temperatur.
36
b. Rangka screen harus bebas dari permukaan-permukaan yang kasar dan
benjolan-benjolan benda yang tajam.
c. Bagian rangka screen yang bertemu dengan gasa screen harus halus dan licin.
d. Pada bagian sudut-sudut rangka screen harus agak bulat.
f. Rangka screen tidak berubah dalam keadaan basah atau dalam keadaan kering.
g. Tahan terhadap bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses pencetakan.
Screen Mask
1. Screen mask terdiri dari kerangka, dan screen mask yang ditarik dan dilekatkan
pada kerangka.
2. Emulsi sensitive cahaya yang dilapiskan pada screen.
3. Dengan proses pemanasan menggunakan sinar dengan panas tertentu, lapisan
emulsi akan hilang dari bagian yang tertutup film sablon. Sinar yang digunakan
pada umumnya sinar matahari.
4. Dalam proses pencetakan, pasta melewati screen melalui daerah yang tidak
terlapis emulsi dan ditahan oleh area yang dilapisi emulsi.
2.4.6 Resistor Film tebal
Resistans resistor berbanding lurus dengan resistivitas bahan (ρ) dan
panjang (l) serta berbanding terbalik dengan luas penampang (A) yang tegak lurus
arah aliran arus. Secara matematis dapat dituliskan sebagai:
A
lR ................................................................................................... (2.26)
37
dengan: ρ : resistivitas ( mm)
l : panjang resistor (mm)
A : luasan yang tegak lurus arah aliran arus (mm2)
R : resistans ( )
Luas penampang (A) yang tegak lurus arah aliran arus resistor merupakan
perkalian ketebalan film (t) dengan lebar (w). Pernyataan tersebut dapat ditulis
dengan persamaan:
wtA ................................................................................................... (2.27)
dengan: A : luasan yang tegak lurus arah aliran arus (mm2)
t : tebal resistor (mm)
w : lebar resistor (mm)
Subtitusi persamaan (2.25) ke persamaan (2.24) memberikan hasil sebagai
berikut:
wt
lR ................................................................................................ (2.28)
dengan : t
Rs ...................................................................................... (2.29)
Maka persamaan (2.26) menjadi:
w
lRsR ................................................................................................. (2.30)
38
dengan: R : resistans resistor(Ω)
Rs : resistivitas dari pasta ( mm)
t : ketebalan (mm)
l : panjang resistor (mm)
w : lebar resistor (mm)
Konstruksi resistor film tebal bisa dilihat dalam Gambar 2.15
Gambar 2.15 Gambar Konstruksi Resistor
Sumber: Haskard,1984:140
39
2.5 Metode Hein
Untuk menentukan ukuran butir maka digunakan metode Hein yaitu dengan
menggunakan persamaan seperti berikut:
kpv
nLL
.......................................................................(2.31)
Keterangan:
L = Ukuran butir (µm)
n = Banyaknya garis
L = Panjang garis
v = Perbesaran SEM
kp= Banyaknya butir