bab ii tinjauan pustaka 2.1 review hasil penelitian sejenis

35
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis Dalam penelusuran mengenai pergeseran bentuk dan makna simbol, penulis menemukan beberapa penelitian skripsi yang sejenis dengan penelitian ini dan dirasa cukup relevan untuk dijadikan dasar pijakan atau kerangka pemikiran. Berikut pemaparan beberapa penelitian skripsi tersebut : Sandi Muliawarman (2012) melakukan penelitian skripsi di fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA yang berjudul “Makna Tanda Cinta Pada Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono” melalui pendekatan semiotika Roland Barthes. Cinta adalah suatu rasa sayang, identik hubungan antara lelaki dan perempuan. Rasa cinta umumnya melahirkan tindakan-tindakan yang positif. Sedangkan puisi adalah media ungkap seniman dalam menyampaikan sebuah gagasan. Keistimewaan puisi “Aku Ingin” ini nampak bagaimana, ia sebagai lirik mampu memberikan stimulus bagi kreator / seniman lagi untuk meresponnya sebagai bentuk yang baru, contohnya; puisi “Aku Ingin” dimusikalisasikan menjadi sebuah lagu oleh Reda dan Ali Maribu serta pemusik-pemusik yang lain. Disamping itu, komunikasi dalam puisi, khususnya “Aku Ingin” Sapardi Djoko Damono terbentuk karena strategi penyimbolan (simbolisasi) yang dilakukan seniman dalam karyanya. Oleh karenanya karya tersebut bersifat simbolik. Dalam konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa penyampaian simbol-simbol dan repository.unisba.ac.id

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  15  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

Dalam penelusuran mengenai pergeseran bentuk dan makna simbol,

penulis menemukan beberapa penelitian skripsi yang sejenis dengan penelitian ini

dan dirasa cukup relevan untuk dijadikan dasar pijakan atau kerangka pemikiran.

Berikut pemaparan beberapa penelitian skripsi tersebut :

Sandi Muliawarman (2012) melakukan penelitian skripsi di fakultas Ilmu

Komunikasi UNISBA yang berjudul “Makna Tanda Cinta Pada Puisi “Aku Ingin”

Karya Sapardi Djoko Damono” melalui pendekatan semiotika Roland Barthes.

Cinta adalah suatu rasa sayang, identik hubungan antara lelaki dan perempuan.

Rasa cinta umumnya melahirkan tindakan-tindakan yang positif. Sedangkan puisi

adalah media ungkap seniman dalam menyampaikan sebuah gagasan.

Keistimewaan puisi “Aku Ingin” ini nampak bagaimana, ia sebagai lirik mampu

memberikan stimulus bagi kreator / seniman lagi untuk meresponnya sebagai

bentuk yang baru, contohnya; puisi “Aku Ingin” dimusikalisasikan menjadi

sebuah lagu oleh Reda dan Ali Maribu serta pemusik-pemusik yang lain.

Disamping itu, komunikasi dalam puisi, khususnya “Aku Ingin” Sapardi Djoko

Damono terbentuk karena strategi penyimbolan (simbolisasi) yang dilakukan

seniman dalam karyanya. Oleh karenanya karya tersebut bersifat simbolik. Dalam

konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa penyampaian simbol-simbol dan

repository.unisba.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  16  

metafor pada puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono tidak seperti

sebuah ucapan sesederhana yang tampak dari liriknya, ia sebagai lirik

menyiratkan sebuah makna yang sangat dalam. Sedangkan fokus pada penelitian

ini terhadap makna tanda cinta yang terdapat pada puisi tersebut. Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan semiotika dari Roland Barthes. Sebagaimana konteks yang dipaparkan

oleh Roland Barthes penelitian ini menganalisis makna tanda cinta denotasi,

makna tanda cinta konotasi dan juga makna tanda cinta mitos yang terdapat pada

puisi tersebut. Setelah peneliti menganalisis puisi tersebut dengan menggunakan

semiotika Roland Barthes maka diperoleh hasil sebagai berikut, 1. Signifikasi

tahap pertama atau pemaknaan denotasi makna tanda pada karya puisi “Aku

Ingin” Sapardi Djoko Damono mempunyai beragam makna. Akan tetapi,

mempunyai satu fungsi yakni sebagai media ungkap, puisi yang menjadi

penuturan atas perasaannya secara tersirat. Dan ikon-ikon atau benda-benda yang

ada didalam lirik, adalah benda yang memiliki nilai guna atau pakai. 2. Signifikasi

tahap kedua atau pemaknaan konotasi makna tanda pada puisi “Aku Ingin”

Sapardi Djoko Damono, secara umum memang menjauh dari karakternya sebagai

karya yang bersifat absurd, “Aku Ingin’ dianggap menjadi bentuk ungkap yang

realis, yang dianggap memiliki makna yang sebenarnya dari kata. Aku Ingin

justru mengandung jejak-jejak pengembaraan imajinatif, dan rasa yang sangat

kompleks sehingga memerlukan penghayatan yang khusus, Maka puisi “Aku

Ingin” memiliki multi tafsir dua sisi makna. Di satu sisi makna tanda “Aku Ingin”

Sapardi Djoko Damono mewakili perasaan yang sedang jatuh cinta, namun juga

repository.unisba.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  17  

menjadi perwakilan kesakitan, kekecewaan dalam cinta itu sendiri, 3. Signifikasi

tahap kedua yang lain adalah pemaknaan mitos. Dalam karya puisi “Aku Ingin”,

menurut peneliti menampilkan mitos yakni : (1) Pengalaman pribadi dan

penafsiran pada sesuatu hal pada karya sastra tergantung bagaimana ia memaknai

akan sesuatu hal tersebut, disinilah posisi seni bisa menjadi sebuah media

perubahan. (2) Cinta identik dengan suatu perasaan yang cenderung untuk

memiliki, ia bisa menjadi sesuatu yang indah namun juga bisa menjadi sesuatu

yang menyakitkan. (3) Lima unsur atau elemen alam seperti angin, hujan, awan,

tanah, menjadi metafor, media ungkap/perasaan seniman dalam sebuah karya

sastra, khususnya puisi.

Dasep Ardiansyah (2013) melakukan penelitian skripsi di Fakultas Ilmu

Komunikasi mengenai “Makna Simbolik Pada Lukisan Suka-Benci Sepatu”

dengan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotika Roland Barthes karya Besti

Rahulasmoro. Lukisan adalah suatu pikiran yang menuangkan ide-ide kreatif

berupa gambar bermedium dua dimensi bahkan sampai tiga dimensi yang bermain

dengan warna dan dituangkan diatas kanvas. Lukisan pun dapat menjadi sebuah

simbol yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan bahkan menjadi

media kritik sosial. Pesan dalam lukisan biasanya berupa simbol-simbol serta

tanda-tanda yang di representasikan dibalik sebuah gambar yang ada dalam

lukisan tersebut. Maka dari itulah tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna

apa yang terdapat pada lukisan “suka-benci sepatu” serta pesan apa yang ada

didalam lukisan karya Besti Rahulasmoro. Peneliti memilih Lukisan Besti

Rahulasmoro karena peneliti menilai bahwa lukisan Besti merupakan lukisan

repository.unisba.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  18  

yang memiliki pesan moral dan kritik terhadap suatu fenomena. Sedangkan untuk

objeknya sendiri, mengapa peneliti lebih memilih kepada lukisan Besti yang

berjudul “suka-benci sepatu”. Karena lukisan tersebut sangatlah unik, dimana

yang menjadi objek utama dari lukisan tersebut adalah sepatu-sepatu yang setiap

hari akan bersinggungan dengan manusia. Peneliti menduga apakah lukisan

tersebut mempertontonkan serta mencerminkan sebuah kehidupan yang

Hedonisme dan glamor yang biasanya identik bahwa seorang wanita itu gemar

berbelanja. Karena didalam lukisan itu terdapat banyak sekali sepatu dan sandal

yang beraneka macam bentuk serta warna. Karena apabila kebiasaan hidup yang

mengandung unsur Hedonisme diterapkan dalam kehidupan akan berdampak tidak

baik bagi kelangsungan hidup kita. Selain itu, peneliti juga melihat banyak tanda

yang ada dibalik berserakannya sepatu-sepatu dan sandal yang ada dalam lukisan

tersebut. Sebagai mana penelitian komunikasi telaah ini berfokus pada makna

simbolik yang terdapat pada lukisan “Suka-Benci Sepatu” karya Besti

Rahulasmoro. Dengan pendekatan semiotika Roland Barthes maka penelitian ini

lebih menelaah makna simbolik pada tataran realitas tanda dan juga makna

simbolik pada tataran budaya dalam lukisan “Suka-Benci Sepatu” karya Besti

Rahulasmoro. Secara realitas hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa lukisan

“Suka-Benci Sepatu” merupakan penggambaran ekspresi perasaan seorang Besti

atas kejadian yang pernah dialaminya. Mengenai kesukaannya terhadap sepatu

namun akibat kejadian memalukan yang menimpanya terjatuh di got yang

diakibatkan oleh sepatu tersebut membuatnya menjadi kesal terhadap sepatu yang

membuatnya jatuh tersebut. Maka dari itu dalam lukisannya terlihat sesosok

repository.unisba.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  19  

wanita yang marah dan seperti akan memakan sepatu tersebut. Sedangkan secara

kultur hasil penelitian tersebut menunjukan sebuah kritik sosial mengenai sebuah

hubungan (antara pria dan wanita). Serta mengenai kekerasan seperti kekerasan

terhadap wanita yang digambarkan oleh sebuah sepatu boot laki-laki yang sedang

menginjak sepatu wanita. Serta sebuah perlawanan, yang digambarkan

kebalikannya sepatu wanita yang sedang menginjak sepatu laki-laki. Dan setelah

menempuh perjalanan dalam penelitan mulai dari pemaknaan tatanan realitas dan

tatanan kultur, maka peneliti menampilkan tiga mitos yang terdapat pada lukisan

“Suka-Benci sepatu”, karya Besti Rahulasmoro sebagai berikut: (1) Objek

menjadi sebuah simbol yang menunjukan suatu hal. (2) Lukisan “suka-benci

sepatu” menjadi media dalam bentuk kritikan dan perubahan. (3) Seniman

menjadi kelompok kritis yang mengkritisi sebuah fenomena.

Rifany Hermansyah (2011) melakukan penelitian skripsi di Fakultas Ilmu

Komunikasi dengan judul “Makna Pesan Dalam Lirik Lagu ‘Siti Jenar Cypher

Drive’”. Lagu termasuk ke dalam karya seni yang bisa mewakili perasaan dan

pemikiran si pencipta. Musik juga sangat efektif dalam mengangkat propaganda

penokohan. Lazimnya tokoh yang menjadi metafor dalam lagu adalah tokoh

terkenal, pahlawan ataupun seseorang yang inspiratif. Berbeda dengan Homicide,

yang membuat metafor tentang Siti Jenar. Homicide lebih memilih mengangkat

Siti Jenar, tokoh yang hanya segelintir kalangan saja mengetahui sepak

terjangnya. Siti Jenar adalah sosok legenda yang tak ubahnya sama dengan

Sangkuriang atau sosok Semar, yang merupakan penggambaran kearifan dan

kebijaksanaan dalam bentuk prosa. Siti Jenar menjadi kontroversial karena tidak

repository.unisba.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  20  

meninggalkan tulisan yang mewakili dirinya, semua cerita tentang Siti Jenar

berasal dari sumber yang berbeda dan beragam penafsiran. Kitab Serat Siti Jenar

yang ditulis Raden Panji Natarata pada abad ke-19 adalah satu-satunya referensi

yang banyak diyakini masyarakat Jawa dalam menginterpretasikan Siti Jenar.

Homicide, band hip hop dari Bandung yang dipelopori oleh Ucok atau Heri

Sutresna membuat metafor semangat perlawanan Siti Jenar terhadap tirani dalam

lagu nya yang berjudul “Siti Jenar Chyper Drive”. Lagu tersebut berbicara tentang

konsep perlawanan lokal yang dilakukan Siti Jenar. Homicide berbicara terhadap

puritanisme yang memanfaatkan kekuasaan untuk mempengaruhi jemaah untuk

patut hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan kaum mereka. Homicide

mengkampanyekan perdamaian dunia dengan gerakan sipil non-profit, termasuk

didalamnya gerakan puritanisme. Alasan penelitian ini didasarkan atas

kemudahan sebuah pesan yang terdapat dalam lirik, menjadi komunikasi yang

efektif bagi para pendengar (komunikan). Hal ini dikarenakan pesan dalam bahasa

lirik yang termasuk kedalam komunikasi verbal ada hubungannya dengan struktur

verbal, jika diiringi dengan komposisi nada, maka lirik dalam sebuah lagu akan

dengan mudah didengarkan dan menjadi media yang paling efektif dalam

penyebaran ide/gagasan. Alasan lainnya yaitu, musik indie yang belum

terkontaminasi kepentingan-kepentingan indutri, tentunya masih memiliki ide atau

gagasan yang murni dalam mengkritik suatu pemahaman. Sehingga kita bisa

dengan mudah membuktikan keilmiahan makna lirik “Siti Jenar Chyper Drive”

dari grup musik Homicide. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Fungsi

referensial pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide

repository.unisba.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  21  

memberikan gambaran mengenai realitas yang melatar belakangi penciptaan lirik

tersebut adalah peristiwa masif-nya pembakaran buku kiri pada rezim Orde Baru.

Fungsi emotif pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide

merupakan pengungkap keadaan emotif pembicara yang mencerminkan

kemarahan, kegelisahan, antipati, dan lain-lain Homicide terhadap penasbihan

kaum puritan yang menganggap pewaris kebenaran dan semena-mena

mengganggap manusia lain adalah hamba mereka yang harus tunduk terhadap

keyakinan mereka. Fungsi konatif dalam hal ini merupakan ajakan penulis untuk

menampilkan metafor lokal yang melakukan perlawanan terhadap kaum puritan.

Fungsi metalingual pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik

Homicide merupakan penerang terhadap kode-kode yang berkaitan dengan unsur-

unsur metafor khas Siti Jenar yang mengajarkan untuk tidak membuat batas

terhadap sesama, karena dengan bersikat egaliter, maka penyimak tanpa sengaja

melawan bentuk puritanisme. Fungsi fatis pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher

Drive” dari grup musik Homicide merupakan pembuka kontak dengan pembaca.

Fungsi puitis pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide

menggambarkan amanat yang merupakan seruan kepada para penyimak untuk

dapat mengamati puritanisme sebagai pemikiran, bukan sebagai institusi semata.

repository.unisba.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  22  

repository.unisba.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  23  

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu diatas, maka state of the arts dari

penelitian ini adalah simbol-simbol yang terdapat pada sebuah cover buku yang

menjadi media komunikasi visual antara penulis atau designernya kepada

pembaca. Lonergan (dalam Dillistone, 2002) menandaskan bahwa simbol sendiri

mendahului setiap penafsiran atau penjelasan. Dalam sebuah simbol penafsiran

atau penjelasan tersebut adalah sebuah pemaknaan. Berdasarkan penelitian

terdahulu, pemaknaan tidak hanya terjadi pada sebuah simbol atau gambar.

Namun pemaknaan bisa terjadi pada teks lainnya seperti pada media puisi atau

lirik lagu. Berbeda halnya dengan posisi penelitian ini, dimana objek yang akan

diteliti adalah sebuah simbol yang terdapat pada cover buku Supernova: Akar.

Pada tahun 2002 cover buku Supernova:Akar pada cetakan pertama ini

mendatangkan sebuah kontroversi dengan diprotesnya sebuah simbol yang

terdapat pada cover buku tersebut hingga cover buku tersebut mengalami

peremajaan sampai dua kali berturut-turut. Maka dari itu, perlulah kita mencari

tahu makna atau isi pesan dari simbol yang ada pada cover buku Supernova: Akar,

terutama bentuk dan makna pada pergeseran simbol-simbol tersebut.

2.2 Tinjauan Teoritis

Penelitian merupakan penyelidikan sistematis dari pengalaman yang

merujuk pada pemahaman, pengetahuan, dan teori. Orang terlibat dalam

penelitian ketika mereka mencoba untuk mengetahui sesuatu dengan cara yang

sistematis. Proses penelitian yang sistematis menggunakan tiga tahapan, yaitu

1.Menanyakan pertanyaan, 2.Pengamatan, dan 3.Menyusun jawaban. Sesuatu

repository.unisba.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  24  

dengan proses penelitian yang pertama yaitu menanyakan penelitian , bahwa

pertanyaan-pertanyaan tentang definisi membutuhkan pengertian sebagai

jawabannya, mencoba untuk menjelaskan apa yang diamati atau disimpulkan.

Maka dari itu, pada subbab ini penulis mencoba menjelaskan beberapa definisi

atau tijauan teoritis tentang pengertian teori-teori yang mendukung terhadap

penelitian ini.

2.2.1 Tinjauan Komunikasi

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal

dari kata Latin communis yang berarti “sama,” communico,

communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make

common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal

kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata–kata Latin lainnya yang

mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau

suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi–definisi kontemporer

menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal–hal

tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita

mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.” (Mulyana,

2010:46).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,

ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok

repository.unisba.ac.id

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  25  

yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan,

penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan. Komunikasi dikatakan

berhasil jika pesan yang disampaikan oleh seorang pengirim pesan

(komunikator) sampai kepada seorang penerima pesan (komunikan),

dalam artian lain makna dari pesan dalam proses komunikasi ini sudah

sama antara seorang komunikator dengan komunikannya.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi yang

diungkapkan oleh Tubbs dan Moss, bahwa komunikasi sebagai proses

penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2)

atau lebih. Sedangkan Gudykunst dan Kim dalam buku yang sama,

mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional, simbolik yang

melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang

berbeda). (Mulyana, 2010:65)

Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang

bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi

menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku

seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan

(Effendy, 2000 : 13). Hal ini menunjukan bahwa dalam kehidupan sehari-

hari manusia tidak luput dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi

merupakan senjata utama bagi manusia sebagai makhluk sosial. Sesuai

dengan fungsi komunikasi yaitu, untuk memperngaruhi perilaku atau sikap

repository.unisba.ac.id

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  26  

orang lain. Selain itu juga, komunikasi berfungsi untuk menunjukan ikatan

dengan orang lain atau membangun dan memelihara hubungan.

Berkomunikasi tidak hanya menggunakan kata-kata, namun dengan

menggunakan sebuah gambar kita juga bisa berkomunikasi melalui

simbol-simbol atau tanda yang terlibat dalam gambar tersebut.

Komunikasi seperti ini merupakan suatu proses simbolik, salah satu

kebutuhan pokok manusia. Seperti yang dikatakan oleh Susanne K.

Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia

memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernst Cassirer

mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah

keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. (Mulyana, 2010:92).

Biasanya komunikasi melalui sebuah gambar atau simbol sifatnya adalah

komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, atau yang sering kita

sebut adalah komunikasi nonverbal.

2.2.1.2 Pengertian Komunikasi Non Verbal

Sesuai dengan sifatnya, komunikasi dibedakan menjadi dua

macam, yaitu : 1.Komunikasi lisan (verbal) 2.Komunikasi isyarat

(nonverbal). Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan

sebagai berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words),

sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-

kata.

repository.unisba.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  27  

Menurut Agus M. Hardjana menyatakan bahwa: “Komunikasi non

verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal,

tanpa kata-kata”. (Hidayat, 2010). Pesan non verbal disini yaitu semua

isyarat yang bukan kata-kata. Sesuatu yang bisa terlihat tanpa bahasa dan

tanpa kata-kata. Komunikasi nonverbal berbeda halnya dengan

komunikasi verbal, jika komunikasi verbal lebih menggunakan bahasa

atau kata-kata, sedangkan nonverbal nyaris tidak menggunakan bahasa

atau kata-kata sedikitpun. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan

nonverbal. Seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni

sebagai:

1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yag memiliki

kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dengan mengatakan,

“Saya tidak sungguh-sungguh.”

2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau

kesedihan.

3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.

Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada

dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan

upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukkan

peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut,

terkejut, atau senang. (Mulyana: 2005: 314)

repository.unisba.ac.id

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  28  

Sedangkan menurut Atep Adya Barata (dalam Hidayat, 2010)

mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang

diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object

language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign

language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action

language). Seperti pengertian tersebut, beberapa studi mengenai

komunikasi nonverbal difokuskan pada interaksi langsung (face to face) di

mana bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian: keadaan lingkungan di

mana komunikasi dijalankan, karakter fisik dari penyampai pesan dan

perilaku penyampai pesan selama berinteraksi. Namun, Pidato atau

pembicaraan pun juga mengandung unsur komunikasi nonverbal yang

dikenal sebagai paralinguistik, termasuk kualitas suara, emosi dan gaya

bicara seperti halnya pada ciri-ciri prosody yaitu: ritme, intonasi dan

tekanan. Teks tertulispun juga memiliki elemen nonverbal seperti gambar,

tipografi, gaya tulisan tangan, jarak antar kata atau pemakaian emoticon.

(Bangsa, 2014).

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (dalam Mulyana,

2010: 343), komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rangsangan nonverbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan

oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai

nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini

mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari

peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan

repository.unisba.ac.id

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  29  

nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi

orang lain.

Komunikasi nonverbal secara umum dipahami sebagai proses

komunikasi dengan cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata

dan tulisan (yang disebut pesan verbal). Beberapa pesan dapat

disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh atau postur,

ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa

dipakai sebagai sarana komunikasi nonverbal seperti pakaian, gaya rambut

dan hingga arsitektur, simbol dan infografis.

Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting.

Periset nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama komunikasi non

verbal (Ekman, 1965; Knapp, 1978) yaitu:

1. Untuk Menekankan, Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal, misalnya tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau memukulkan tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu.

2. Untuk Melengkapi (Complement), Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal, misalnya tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang.

3. Untuk Menunjukkan Kontradiksi, Manusia juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, menyilangkan jari atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang dikatakan adalah tidak benar.

4. Untuk Mengatur, Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur pesan verbal.

repository.unisba.ac.id

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  30  

Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan keinginan mengatakan sesuatu. Bisa juga mengangkat tangan atau menyuarakan jenak (pause) (misalnya, dengan menggumamkan “umm”) untuk memperhatikan bahwa anda belum selesai bicara.

5. Untuk Mengulangi, Melalui kode nonverbal dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan verbal. Misalnya, menyertai pernyataan verbal “apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi”.

6. Untuk Menggantikan, Komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal, misalnya, mengatakan “oke” dengan tangan tanpa berkata apa-apa. Menganggukkan kepala untuk mengatakan “ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak”. (Khusnia, 2013)

Sedangkan Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh

macam yaitu:

1. Komunikasi visual, Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.

2. Komunikasi sentuhan, Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.

3. Komunikasi gerakan tubuh, Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus

repository.unisba.ac.id

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  31  

mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju.

4. Komunikasi lingkungan, Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.

5. Komunikasi penciuman, Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.

6. Komunikasi penampilan, Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).

7. Komunikasi citrasa, Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna.(Hidayat, 2010).

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas

dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi

nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam

berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut

terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada.

Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau

diungkapkan karena spontan. Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa

repository.unisba.ac.id

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  32  

tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan (action) atau objek (object).

Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya,

bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam

olahraga.

Begitupun dengan gambar atau komunikasi visual yang merupakan

salah satu tanda dari sifat komunikasi nonverbal. Komunikasi visual

termasuk salah satu bentuk penyampaian pesan nonverbal artifactual yang

memanfaatkan unsur-unsur rupa (contoh: bentuk, warna, komposisi,

lambang dan lain sebagainya). Bahkan bentuk komunikasi ini telah dikenal

jauh sebelum manusia mengenal aksara, seperti Hieroglyph di Mesir,

keping tanah liat dari Sumeria, lukisan di dinding gua Altamira Spanyol

dan gua Leang-Leang Sulawesi.

2.2.1.3 Komunikasi Suatu Proses Simbolik

Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi

juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Deddy

Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi suatu pengantar membuat

ramuan baru mengenai prinsip-prinsip komunikasi. Prinsip-prinsip

komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari

definisi atau hakikat komunikasi. Dalam sub bab ini, penulis mengambil

satu prinsip komunikasi dari Deddy Mulyana (2010) yang bisa mendukung

penelitian ini, yaitu komunikasi adalah proses simbolik. Sesuai dengan

judul penelitian ini yaitu pergeseran bentuk dan makna simbol pada cover

repository.unisba.ac.id

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  33  

buku supernova, bahwa pada dasarnya objek dari penelitian ini adalah

sebuah simbol (lambang). Bentuk komunikasi yang terdapat pada cover

buku Supernova ini adalah sebuah simbol.

Seperti yang dikatakan Susanne K. Langer (dalam Mulyana, 2010:

92) Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolis atau

penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang

menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan

hewan lainnya. Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia

atau mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal

symbolicum.5

Mencoba mengenal sesuatu dan alam sekitarnya adalah salah satu

karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada Manusia. Lewat seluruh

panca inderanya, manusia mencoba memberi makna dari setiap derap,

langkah bahkan nafasnya sendiri. Dalam seluruh hidupnya, manusia selalu

mengejar makna-makna yang ada di sekitarnya, menginterpretasikan fakta,

mengurai ada apa di balik kata-kata atau peristiwa yang dialaminya.

Keunikan manusia dibanding ciptaan Tuhan yang lain adalah

kemampuannya dalam merangkai kata dan berbahasa mengurai makna

melalui sebuah lambang.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk

menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok

                                                                                                                         5  makhluk atau ciptaan Tuhan yang mempergunakan simbol secara generik.  

repository.unisba.ac.id

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  34  

orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal,

dan objek yang maknanya disepakati bersama. (Mulyana, 2010: 92)

Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan

perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek

(baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.

Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan

dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk

simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses

komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang

digunakan dalam berkomunikasi.

Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda

dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun

ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda

fisik yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini

ditandai dengan kemiripan. Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks

adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah

lain yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal yang dalam bahasa

sehari-hari disebut juga gejala. Indeks muncul berdasarkan hubungan

antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan

gelap adalah indeks hujan akan turun, sedangkan asap merupakan indeks

api. Namun bila asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk

berkumpul misalnya, seperti dalam kasus suku primitif, maka asap

menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama.

repository.unisba.ac.id

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  35  

Menurut Mulyana (2010:93), Lambang juga mempunyai beberapa

sifat sebagai berikut; 1.Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau

sewenang-wenang. 2.Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna;

kitalah yang memberi makna pada lambang. 3.Lambang itu bervariasi.

2.2.2 Tinjauan Komunikasi Visual

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Visual

Komunikasi visual (visual communication) adalah komunikasi

yang menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual yang

menjadi kekuatan utama dalam menyampaikan komunikasi adalah segala

sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti,

makna, atau pesan. (Tinarbuko, 2008).

Komunikasi Visual, secara harfiah berarti proses transformasi ide

dan informasi dalam bentuk yang dapat dibaca dan ditanggapi (berupa

bentuk visual). Komunikasi visual, biasanya diasosiasikan dengan seni

rupa, simbol-simbol, fotografi, tipografi, lukisan, desain grafis, ilustrasi

dan lain-lain. Konsep komunikasi visual adalah memadukan unsur-unsur

desain grafis, seperti kreativitas, estetika, efisiensi, komunikatif dan lain-

lain, untuk menciptakan suatu media yang dapat menarik perhatian, juga

menciptakan media komunikasi yang efektif agar diapresiasi oleh

komunikan atau audiens. Perancangan komunikasi visual ini dapat

repository.unisba.ac.id

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  36  

dipadukan dengan strategi komunikasi, psikologi dan sosial atau

antropologi budaya.

Sesuai dengan namanya komunikasi visual adalah komunikasi

melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian

proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain

dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera

penglihatan. Secara prinsipnya selama bentuk komunikasi itu terlihat.

Komunikasi visual menkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar,

desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.

Dalam bidang ini komunikasi visual merupakan payung dari

berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada

berbagai media: percetakan, luar ruang (marka grafis, papan reklame),

televisi, film atau video, internet dan lain-lain, dua dimensi maupun tiga

dimensi, baik yang statis maupun bergerak (time based). Komunikasi

visual itu sendiri, sebenarnya, merupakan proses penyampaian pesan, yang

menggunakan daya tarik bentuk, komposisi, baik komposisi dalam hal

penggunaan warna, atau pun pemilihan tipe huruf, yang biasanya

disesuaikan dengan momen, atau situasi, atau pun konteks untuk siapa

pesan tersebut ditujukan.

Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan

manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata,

dewasa ini mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di segala

repository.unisba.ac.id

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  37  

sektor kegiatan, lambang-lambang, atau simbol-simbol visual hadir dalam

bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai berbagai display

produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik.

Jika dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual adalah sistem semiotika khusus, dengan pembendaharaan tanda dan sintaks yang khas, yang berbeda misalnya dari sistem semiotika seni. Di dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada penerima tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu. fungsi komunikasi mengharuskan ada relasi (satu atau dua arah) antara pengirim dan penerima pesan, yang dimediasi oleh media tertentu. (Piliang, 2010: 339)

Pada penelitian ini komunikasi visual akan dianalisis dari sudut

pandang pendekatan semiotika. Khususnya semiotika Roland Barthes.

Simbol sebagai tanda komunikasi visual yang disampaikan dari pengirim

pesan (desainer) kepada peneriman tanda (pembaca) sesuai atau

berdasarkan aturannya. Sesuai dengan fungsi komunikasi visual, penelitian

ini akan menjadi mediasi antara pengirim dan penerima pesan melalui

sebuah simbol yang terdapat pada cover buku Supernova: Akar.

2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Visual

Secara umum fungsi komunikasi ialah informatif, edukatif,

persuasif, dan rekreatif (entertainment). Maksudnya secara singkat ialah

komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang

berguna bagi segala aspek kehidupan manusia, disamping itu komunikasi

juga berfungsi untuk mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam

menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Secara persuasif maksudnya

repository.unisba.ac.id

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  38  

adalah bahwa komunikasi sanggup ‘membujuk’ orang untuk berperilaku

sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Sedangkan

yang terakhir adalah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada saat

yang memungkinkan, contohnya membaca bacaan ringan, mononton

televisi atau surfing internet. (Pawit, 2010:3) Seperti yang kita ketahui

untuk mencapai fungsi-fungsi komunikasi diatas diperlukan beberapa

bentuk media yang dapat berupa media visual, audio, dan audio-visual.

Masing-masing media tersebut memiliki ciri khas dan bentuknya

tersendiri. Maka dari itu, fungsi utama dari komuniikasi visual adalah

untuk mendukung fungsi komunikasi agar pesan yang ingin disampaikan

bisa sampai dengan jelas kepada komunikan.

Sementara itu menurut Bangsa (2014), ada beberapa fungsi dari

komunikasi visual, yaitu: 1.visual dapat berfungsi menterjemahkan hal-hal

yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata, teks, naskah dan bisa juga

sebagai pendukung teks, 2.visual sebagai representasi, 3.visual

menggambarkan kenyataan yang sebenarnya (realitas), 4.visual dapat

menggambarkan kesan tertentu dan menimbulkan citra tertentu, 5.visual

sebagai daya tarik, 6.visual sebagai pemberi instruksional, 7.visual

sebagai daya tarik tertentu.

repository.unisba.ac.id

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  39  

2.2.2.3 Elemen-Elemen Visual

Adapun unsur-unsur visual (illustrasi gambar) yang harus

diperhatikan dan perlu dipertimbangkan dalam gambar adalah bentuk,

garis, tekstur, warna, dan ruang. (Arsyad, 1997:105-111).

1. Bentuk, yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu pemilihan bentuk sehingga unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu dan harus diperhatikan.

2. Garis, merupakan perpanjangan dari titik yang memiliki ukuran panjang namun relatif tidak memiliki lebar. Ditinjau dari jenisnya garis dapat dibedakan menjadi: garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus dan garis spiral. Sedangkan fungsi dari garis yaitu untuk menghubungkan unsur-unsur. Garis adalah suatu tanda yang memanjang penghubung antara dua titik atau efek yang ditimbulkan oleh tepi suatu objek, dimana sesungguhnya tidak terdapat garis pada objek tersebut. Garis bisa dan mampu menyatakan suatu bentuk dan mengandung dan membangun suatu suasana dan karakter.

3. Tekstur, merupakan unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna. Tekstur adalah kualitas dari suatu permukaan : lembut, kasar, licin, berbutir, lunak, atau keras. tekstur merupakan nilai raba yang bersifat nyata atau semu, baik kasar, halus, lunak, keras, kasar, atau licin. Secara fisik kekasaran tekstur semu tidak nyata, karena tidak bisa dirasakan dengan diraba seperti tekstur nyata. Tekstur mempunyai nilai karakter yang berbeda-beda sesuai dengan nilai rasa. Misalnya : wool dengan goni, batu dengan pasir, kulit wanita dengan kulit pria, kulit bayi dengan kulit orang tua tekstur kasar mempunyai karakter kuat dan kokoh, sedangkan tekstur halus mempunyai karakter halus dan lemah lembut. Tekstur mempunyai nilai artistic. Tekstur mempunyai nilai kekuatan. Sedangkan jenis-jenis tekstur jika dilihat dari cara beradaya tekstur digolongkan sebagai berikut : (1) Tekstur alam, yaitu tekstur yang ada secara alami: – kulit kayu, mempunyai tekstur dengan nilai artistik tinggi – loreng-loreng pada tubuh zebra, dll. (2) Tekstur buatan, janis ini dibagi menjadi 2; yaitu : – tekstur buatan manusia, ex. sutera, wool, goni, dll – tekstur buatan hewan, ex. sarang lebah.

repository.unisba.ac.id

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  40  

4. Warna, merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunakan dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik, warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan.

5. Ruang, Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.

2.2.3 Tinjauan Tentang Simbol dan Makna

Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi,

manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang

diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. Seperti

yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa manusia dalam keberadaannya

memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya.

Selain kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga memiliki

keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih (super

sophisticated system of communication), sehingga dalam berkomunikasi

mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia mampu

menciptakan simbol - simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam

yang ada disekitarnya, berbeda dengan hewan yang hanya dapat

mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas.

Dalam “bahasa” komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai

lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk

menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang.

repository.unisba.ac.id

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  41  

Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek

yang maknanya disepakati bersama. (Mulyana, 2010: 92). Simbol dapat

dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun

melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan

dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol

yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan

suatu persoalan yang cukup rumit.

Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa Yunani.

Symballo artinya ”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan

bersama-sama dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga

objek tersebut mewakili gagasan. Simbol dapat menghantarkan seseorang

ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu. Simbol

adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda,

ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri,

namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan

nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa

saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan.

Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui

gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur

bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol.6

                                                                                                                         6  http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol  

repository.unisba.ac.id

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  42  

Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein”

yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan

dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti

tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.

Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi, yakni makna untuk benda

lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya dan metafora, yaitu

pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain

berdasarkan kias atau persamaan. Semua simbol melibatkan tiga unsur:

simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol

dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar bagi semua makna

simbolik (Sobur, 2003).

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, simbol atau

lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan

sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud

tertentu. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar

perwujudan bentuk simbolik itu sendiri.

Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran

dari sesuatu hal. Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara yang lebih

kompleks dengan membuat seseorang berpikir tentang sesuatu yang

terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah sebuah instrument

pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang sesuatu hal;

sebuah simbol ada untuk sesuatu.

repository.unisba.ac.id

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  43  

Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan

menghubungkan sebuah konsep ide umum, pola, dan bentuk. Menurut

Langer, konsep adalah makna yang disepakati bersama-sama diantara

pelaku komunikasi. Bersama makna yang disetujui adalah makna

denotatif, sebaliknya gambaran atau makna pribadi adalah makna

konotatif.

Langer juga memandang makna sebagai sebuah hubungan yang

kompleks diantara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi

(makna bersama) dan konotasi (makna pribadi). Walaupun denotasi

biasanya lebih mendetail, namun konotasi dapat memasukan banyak detail

menyangkut makna simbol bagi individu.

Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol digunakan dalam

berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis,

terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang

disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata

individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan

kerangka pengalaman. Menurut Mulyana (2010:93) lambang atau simbol

mempunyai beberapa sifat, yaitu : (1) Lambang bersifat sembarang,

manasuka atau sewenang-wenang. (2) Lambang pada dasarnya tidak

mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang. (3)

Lambang itu bervariasi.

repository.unisba.ac.id

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  44  

2.2.4 Teori Konstruktivisme

Menurut Miller (dalam Ardianto, 2007: 157), Teori Konstruktivis

atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi

yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan

sejawatnya. Yang dimaksud pada teori ini konstruktivisme adalah sebuah

teori yang memiliki pengaruh yang kuat pada bidang komunikasi. Teori

tersebut mengatakan bahwa individu menafsir dan bertindak menurut

kategori konseptual yang ada dalam pikiran. Realitas tidak menghadirkan

dirinya dalam bentuk kasar, tetapi harus disaring melalui cara seseorang

melihat seuatu.

Menurut Robyn Penmann, kaitan konstruktivisme dalam

hubungannya dengan ilmu komunikasi, yaitu:

1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial membatasi apa yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan komunikatif dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjeknya.

2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu yang objektif sebagaimana diyakini positivisme, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realita tercipta.

3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu.

4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara pandang yang ikut memengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori menciptakan dunia. Dunia disini bukanlah “segala sesuatu yang ada” melainkan “Segala sesuatu yang menjadi lingkungan

repository.unisba.ac.id

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  45  

hidup dan penghayatan hidup manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil pemahaman manusia atas kenyataan diluar dirinya.

5. Pengetahuan bersifat sarat nilai. (Ardianto, 2007:158)

Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu

menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dan pikiran.

Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui

cara pandang orang terhadap realitas tersebut.

Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat

sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari

subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap

subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-

hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol

terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi

dipahami diatur dan dihidupkan oleh pertanyaan pertanyaan yang

bertujuan. Setiap pertanyaan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan

makna. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar

maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi.

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi

merupakan hasil konstruksi sosial. Sesuai deng objek penelitian ini yaitu

sebuah simbol, bahwa simbol terbentuk dari hasil konstruksi sosial atau

budaya yang tercipta didalam sekelompok orang tertentu.

repository.unisba.ac.id

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  46  

2.2.5 Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-

tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat

komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain,

dapat dipikirkan, atau dibayangkan. (Tinarbuko, 2003)

Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion”

yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang

dapat mewakili sesuatu yang lain. Secara Terminologis, semiotik dapat

diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi

di seluruh dunia sebagai tanda.7

Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda.

Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha

memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya

sebagai tanda. Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi

sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama,

walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya

menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan

Peirce menggunakan kata semiotika dan mereka yang bergabung dengan

Saussure menggunakan kata semiologi.

                                                                                                                         7  http://ndahindah.wordpress.com/2012/05/17/semiotika-­‐makna-­‐dalam-­‐komunikasi/  

repository.unisba.ac.id

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  47  

Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi

pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri

atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan

benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu

sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk

melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir

semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.

Salah satu konsep dari tradisi semiotik adalah simbol, yang

biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk

arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat

antara tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memeliki referensi yang

jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak.

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau

perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika

seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.

Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang

memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki

latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila

hanya dipandang sebagai burung elang biasa. (Tinarbuko, 2003)

Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan

kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa,

wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal. Semiotik telah menjadi hal

repository.unisba.ac.id

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  48  

penting yang membantu kita dalam memahami apa yang terjadi dalam

pesan dan bagaimana semua bagian itu disusun.

Tokoh dalam Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce

mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri

dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.

Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua bagian (dikotomi)

yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland Barthes dalam

teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan

pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.

Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat

berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat

sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau

isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan

kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit,

terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di

antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu

lalulintas, dan masih banyak ragamnya. Merujuk teori Pierce, maka tanda-

tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam

semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang

mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang

memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.

repository.unisba.ac.id

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

  49  

Sementara itu, Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai

kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya

selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang

petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida

pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori

semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang

makna satu tanda.

Sedangkan Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure.

Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara

bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada

kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang

berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan

pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan

pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi

dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh

penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of

signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan

konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap

mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

repository.unisba.ac.id