bab ii tinjauan pustaka 2.1 proyek konstruksi ii.pdf · penggunaan biaya dan waktu merupakan salah...

28
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut, tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup besar ( Ervianto, 2002). Penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala ( triple constraint), yang terdiri dari: 1. Biaya Proyek harus selesai dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana yang sangat besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-komponennya, atau periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode. 2. Waktu Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan.Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.

Upload: vanquynh

Post on 09-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu

hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan

tersebut, tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek

dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak

yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar

sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup

besar ( Ervianto, 2002).

Penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala (triple

constraint), yang terdiri dari:

1. Biaya

Proyek harus selesai dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah

direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana yang sangat besar

dan jadwal yang bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk

total proyek tetapi dipecah bagi komponen-komponennya, atau periode

tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian,

penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per

periode.

2. Waktu

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang

telah ditentukan.Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya

tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.

5

3. Mutu

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria

yang dipersyaratkan.Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi

tugas yang dimaksudkan.

Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana

ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi.Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang

baik, sehingga perpaduan antar ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu

dengan manajemen proyek.

2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi mempunyai karakteristik sebagai berikut (Ervianto, 2002):

a. Bersifat unik, tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada

proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara dan

selalu terlibat grup bekerja yang berbeda-beda.

b. Membutuhkan sumber daya (resources), suatu proyek konstruksi membutuhkan

sumber daya dalam penyelesaiannya, yaitu pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin,

metoda, material). Pengorganisasian semua sumber daya tersebut dilakukan oleh

manajer proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja dibandingkan

sumber daya lainnya. Apalagi, pengetahuan yang dipelajari seorang manajer

proyek bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer

science, contruction management. Jadi, seorang manajer proyek secara tidak

langsung membutuhkan pengetahuan tentang teori kepemimpinan yang harus ia

pelajari sendiri.

c. Membutuhkan organisasi, setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di

mana di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian, ketertarikan,

kepribadian dan juga ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh

6

manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan

oleh organisasi.

2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan,

yaitu (Ervianto,2002):

A. Bangunan gedung, seperti perumahan, perkantoran, pabrik dan lain-lain dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

b. Dilaksanakan pada area dengan luas yang relatif kecil.

c. Dibutuhkan manajemen proyek terutama untuk memantau kemajuan

pekerjaan.

B. Bangunan sipil, seperti jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya

dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang.

b. Dilaksanakan untuk mengendalikan alam untuk kepentingan manusia.

c. Dilaksanakan untuk memberikan manfaat maksimal untuk manusia.

2.2 Optimalisasi

Optimalisasiberasaldarikata optimalyangberartiterbaik(KamusBesar

BahasaIndonesia).Jadimaksud dari optimalisasi padapenelitian iniadalah proses

pencapaian suatupekerjaandenganhasildankeuntunganyangbesar tanpa harus

mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan.

2.3 Penjadwalan Proyek

Menurut Hussen (2009), penjadwalan proyek adalah salah satu elemen hasil

perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan

kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,

peralatan, dan material serta rencana durasi proyek dan progress waktu untuk

menyelesaikan proyek.

7

Penggunaan biaya dan waktu merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan.

Penggunaan atau peningkatan dana yang baik serta efisiensi waktu yang efektif

sangat berpengaruh akan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Manfaat penjadwalan proyek adalah:

a. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan

proyek.

b. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.

c. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

d. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan

cara hal-hal kritis pada proyek.

Faktor-faktor penjadwalan proyek adalah:

a. Kebutuhan dan fungsi dari proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu,

diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

b. Adanya keterkaitan dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek

sebelumnya.

c. Alasan sosial politik lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.

d. Kondisi alam dan lokasi proyek.

e. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.

f. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material

pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.

g. Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang

dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.

h. Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama

operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi

aturan teknis.

i. Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.

j. Referensi hari kerja efektif.

8

Teknik penjadwalan untuk proyek konstruksi dapat dilakukan dalam bentuk

diagram balok (Bar Chart) diagram Jaringan (Network). Dari segi penyusunan

jadwal, diagram jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan metode

diagram balok.

2.3.1 Metode Diagram Balok (Bar Chart)

Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram

batang (bar chart) atau Gant chart.Bar chart digunakan secara luas dalam proyek

konstruksi karena sederhana, mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti

oleh pemakainya.

Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah

vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari

sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan

oleh panjangnya diagram batang (Ervianto,2002). Proses penyusunan diagram batang

dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada

dalam rencana pelaksanaan pembangunan.

b. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan

pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan

dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan

kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan

secara bersamaan.

c. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluru

kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan

berakhir. Waktu pelaksanaan kegiatan diperoleh dari penjumlahan waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item kegiatan.

2.3.2 Metode Jaringan kerja

Jaringan kerja (Networking Planning) adalah salah satu alat yang dipakai

dalam menyelenggarakan pekerjaan atau proyek yang meliputi tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan.Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang

9

sebagai suatu langkah penyempurnaan metode diagram balok, karena dapat

memberikan jadwal atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode

diagram balok, seperti tidak tercantumnya informasi mengenai perkiraan kurun waktu

penyelesaian proyek atau kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam hubungannya

dengan penyelesaian proyek. Disamping itu jaringan kerja juga berguna untuk:

1. Menyusun urutan kegiatan yang memiliki sejumlah besar komponen dengan

hubungan ketergantungan yang kompleks.

2. Membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis.

3. Mengusahakan fluktasi minimal penggunaan sumber daya.

Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan

teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek dan pada

giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek.

Diantara berbagai versi analisis jaringan kerja, yang amat luas pemakaiannya

adalah Metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM) dan Metode Preseden

Diagram (Preceden Diagram Method- PDM). Metode PDM menghasilkan jaringan

kerja yang relatif sederhana dibandingkan CPM, terutama untuk kegiatan yang oleh

karena satu dan lain hal perlu dipecah-pecah menjadi subkegiatan.

2.3.2.1 Metode Jalur Kritis (Critical Path Method-CPM)

Critical Path Method (CPM) termasuk klasifikasi activity on arrow (AOA),

sehingga dalam beberapa literatur CPM kerap juga disebut dengan Arrow Diagram

Method (ADM).Dalam metode ini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang

menghubungkan dua lingkaran ataupun segiempat yang mewakili dua

peristiwa.Penulisan kejadian seperti pada gambar 2.1.

10

Gambar 2.1 Simbol Kejadian

Sumber: Ervianto (2002)

Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan.Nama

dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak

panah.Kejadian di awal dari anak panah disebut node “i”, sedangkan kejadian di akhir

anak panah disebut node “j”.Untuk lebih jelasnya, penggambaran hubungan peristiwa

dan kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM

Sumber: Ervianto (2002)

Dalam pembuatan teknik penjadwalan menggunakan ADM tersebut perlu

diperhatikan hal-hal berikut:

a. Inventarisasi semua kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan untuk suatu

proyek.

b. Menentukan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan

lainnya serta urutan pelaksanaan kegiatan.

c. Berdasarkan kedua hal tersebut diatas (kegiatan dan hubungan

ketergantungan) dapat dibuat diagram jaringannya.

d. Masukkan unsur waktu untuk tiap-tiap kegiatan pekerjaan pada jaringan

diagram tersebut sehingga dapat diketahui jangka waktu proyek.

e. Tentukan lintasan kritis berdasarkan syarat-syarat yang ada.

Untuk lebih jelasnya penggunaan hubungan peristiwa dan kegiatan pada

ADM dicontohkan pada gambar 2.3.

11

Gambar 2.3 Arrow Diagram Method

Sumber: Ervianto (2002)

2.3.2.2 Metode Preseden Diagram (Preceden Diagram Method-PDM)

Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan dengan

lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian node sehingga sering disebut

juga Activity On Node (AON). Kelebihan Precedence Diagram Method dibandingkan

dengan Arrow Diagram adalah (Ervianto,2002):

a. Tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan

menjadi lebih sederhana.

b. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuattanpa menambah jumlah

kegiatan.

12

Kegiatan dalam precedence diagram method diwakili oleh sebuah lambang

yang mudah diidentifikasi, misalnya:

Gambar 2.4 Alternatif 1, lambang kegiatan

Sumber: Ervianto (2002)

Gambar 2.5 Alternatif 2, lambang kegiatan

Sumber: Ervianto (2002)

dimana,

- ES : earliest start time atau waktu mulai paling awal. Bila waktu kegiatan

dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling awal

kegiatan dimulai.

- EF : earliest finish time atau waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya

ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES

kegiatan berikutnya.

- LS : latest allowable start time atau waktu paling akhir kegiatan boleh mulai,

yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek

secara keseluruhan.

13

- LF : latest allowable finish time atau waktu paling akhir kegiatan boleh selesai

tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

Hubungan antar kegiatan dalam metode ini digunakan sebuah garis

penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke

bawah, tetapi tidak pernah dijumpai akhir dari garis penghubung ini di kiri sebuah

kegiatan.Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri sejumlah

kegiatan pula, maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang

keduanya merupakan kegiatan fiktif/dummy, misalnya untuk kegiatan awal

ditambahkan kegiatan START dan kegiatan akhir ditambahkan FINISH.

Gambar 2.6 kegiatan fiktif

Sumber: Ervianto (2002)

Hubungan antara kegiatan dalam jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi

empat macam, yaitu:

1. Hubungan Finish To Start (FTS)

Jenis hubungan ini yang sering digunakan dalam Precedence Diagram

Method. Dalam FTS, hubungan ini dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu:

- Finish To Start dengan lag = 0

- Finish To Start dengan lag positif

- Finish To Start dengan lag negative

14

Gambar 2.7 HubunganFinish To Start

Sumber: Ervianto (2002)

2. Hubungan Start To Start(STS)

Jenis hubungan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:

- Start To Start dengan lag = 0

- Start To Startdengan lag positif

- Start To Startdengan lag negative

Gambar 2.8 HubunganStart To Start

Sumber: Ervianto (2002)

3. Hubungan Finish To Finish (FTF)

Jenis hubungan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

- Finish To Finish dengan lag = 0

- Finish To Finishdengan lag positif

- Finish To Finishdengan lag negative

Gambar 2.9 HubunganFinish To Finish

Sumber: Ervianto (2002)

15

4. Hubungan Start To Finish (STF)

Hubungan ini memberikan penjelasan antara selesainya kegiatan (j)

dengan mulainya kegiatan terdahulu (i).Atau kegiatan (j) selesai setelah

kegiatan (i) mulai.

Gambar 2.10 HubunganStart To Finish

Sumber: Ervianto (2002)

Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis, dan kemudian menentukan

jalur kritis, dapat dilakukan perhitungan ke depan (Forward Analysis) dan

perhitungan ke belakang (Backward Analysis).

Perhitungan ke depan (Forward Analysis) dilakukan untuk mendapatkan

besarnya ES dan EF. Sebagai kegiatan predecessor adalah kegiatan (i), sedangkan

kegiatan yang dianalisis adalah (j).

Gambar 2.11 Hubungan kegiatan I dan J

Sumber: Ervianto (2002)

Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:

1. ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + Fsij (2.1)

2. EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj (2.2)

Catatan:

16

a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan, maka

diambil nilai terbesar.

b. Jika tidak ada/diketahui FSij atau SSij, maka ESj dihitung dengan cara

sebagai berikut: ESj = EFj – Dj.

Perhitungan ke belakang (Backward Analysis) dilakukan untuk mendapatkan

besarnya LS dan LF.Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J, sedangkan

kegiatan yang dianalisis adalah I.

Gambar 2.12 Hubungan kegiatan I dan J

Sumber: Ervianto (2002)

Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:

1. LFi = LFj + FFij atau LFI = LSj + FSij (2.3)

2. LSi = LSi + SSij atau LSj = EF + SFIJ atau LFi – Di (2.4)

Catatan:

a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang keluar dari suatu kegiatan, maka

diambil nilai terkecil.

b. Jika tidak ada/diketahui FFij atau FSij, maka LFj dihitung dengan cara: LFj =

LSi +Di.

Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:

1. Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)

2. Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)

3. Latest Finish (LF) – Earliest Start (ES) = Durasi kegiatan

17

2.4 Sistematika Penyusunan Jaringan Kerja

Sistematika lengkap dari proses penyusunan jaringan kerja (Soeharto,1997)

adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau

memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang

merupakan komponen proyek.

2. Menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir satu, menjadi mata

rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan ini dapat

berbentuk seri dan/atau pararel.

3. Memberikan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari

penguraian lingkup proyek.

4. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan floatpada jaringan kerja. Jalur

kritis adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek,

yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.

Kegiatan yang berada pada jalur ini dinamakan kegiatan kritis. Sedangkan float

tenggang waktu suatu kegiatan tertentu yang nonkritis dari suatu proyek.

5. Bila semua langkah-langkah di atas telah diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-

usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya, yang

meliputi kegiatan:

a. Menentukan kegiatan yang paling ekonomis untuk memilih berbagai alternatif

jadwal dilihat dari segi biaya.

b. Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya untuk meningkatkan

efisiensi penelolaan proyek, dengan jalan sejauh mungkin mencegah naik

turun yang terlalu tajam dalam waktu yang relatif singkat terhadap keperluan

sumber daya, misalnya keperluan tenaga kerja.

Setelah tersusun rencana dan jadwal yang cukup realistis, kemudian dapat

digunakan sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam kegiatan pengendalian

pada tahap implementasi fisik.Pengendalian dilakukan dengan membandingkan

antara perencanaan jadwal dengan hasil pelaksanaan nyata di lapangan.

18

2.5 Penjadwalan Dengan Komputer

Salah satu keunggulan alat bantu komputer adalah kemampuan mengolah data

dalam jumlah besar dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan demikian

penyusunan jadwal dapat lebih cepat dan teliti.Setiap saat situasi proyek mengalami

perubahan, komputer dapat melakukan perubahan tersebut dalam waktu singkat.

Program penjadwalan dengan menggunakan komputer salah satunya adalah

Microsoft Project.Microsoft Project merupakan sistem perencanaan yang dapat

membantu dalam menyusun penjadwalan (scheduling) suatu proyek atau rangkaian

pekerjaan.

Dalam penyusunan rencana sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu

dimasukkan data-data kegiatan ke dalam lembaran kerja, dan Microsoft Project akan

mengolah dan membuat diagram balok dan memperlihatkan lintasan kritis yang

terjadi dari jadwal yang telah dibuat.

2.6 Penggunaan Microsoft Project

Microsoft Project merupakan program yang sangat baik untuk menyusun

sebuah perencanaan proyek konstruksi, selain itu di dalamnya juga terdapat berbagai

aplikasi yang digunakan untuk proses pengendalian maupun menyusun sebuah

proyek. Dalam menyusun sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu masukkan data-

data kegiatan. Data-data tersebut meliputi: jenis kegiatan (Task Name), durasi

kegiatan (Duration), awal kegiatan (Start), serta hubungan masing-masing kegiatan

dimasukkan dalam lembaran kerja (Spread Sheet). Dan secara otomatis, Microsoft

Projectakan membuat Gantt Chart (Diagram Balok) dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Selain itu, Microsoft Project memberi kemudahan dalam membuat suatu

laporan, karena di dalam program ini tersedia beberapa format dasar sebuah laporan

yang terdapat dalam beberapa kelompok besar, diantaranya:

1. Over view, memuat beberapa bentuk laporan umum proyek secara

keseluruhan, berupa kegiatan-kegiatan utama, kegiatan-kegiatan kritis, dan

sebagainya.

19

2. Current activity, memuat laporan mengenai kegiatan proyek baik yang akan

dikerjakan maupun yang sudah dikerjakan.

3. Cost, memuat beberapa laporan mengenai biaya proyek.

4. Assignment, memuat beberapa jenis laporan mengenai pemakaian sumber

daya.

5. Workload, memuat laporan mengenai beban yang ditanggung oleh sumber

daya dan proyek yang bersangkutan.

6. Custom, memuat laporan-laporan yang ingin ditambahkan serta ditentukan

oleh pembuat laporan.

Setelah menyusun pekerjaan dengan Microsoft Project dapat ditemukan pekerjaan

apa saja yang termasuk dalam kegiatan kritis. Yang dimaksud dengan pekerjaan

dalam kegiatan kritis adalah pekerjaan yang tidak mempunyai waktu tenggang (float).

Pekerjaan yang termasuk dalam kegiatan kritis inilah yang selanjutnya akan

dilakukan percepatan, karena dengan melakukan percepatan pada kegiatan kritis

dapat mempengaruhi item pekerjaan yang mengikutinya sehingga berpengaruh juga

pada durasi proyek secara keseluruhan.

2.7 Biaya Proyek

Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan

suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai uang.

Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan penyusunan

perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997).

Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek

konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (direct cost) dan

biaya tidak langsung (indirect cost).

2.7.1 Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan.Biaya langsung merupakan hasil

20

perkalian antara volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan. Biaya-biaya yang

merupakan unsur biaya langsungadalah :

1. Biaya bahan / material

Semua pekerja di rencanakan dipakai dari daerah sekitar proyek termasuk

operator dan mekanik alat berat, sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.

Bahan yang di perlukan sepanjang tersedia dan memenuhi syarat diambil dari

daerah sekitar proyek. Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian

material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat

kehilangan atau kerusakan material.

2. Biaya pekerja atau upah

Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para

pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja dibedakan atas:

a. Upah harian

Upah harian yaitu upah yang dibayar per satuan waktu.Sementara untuk

menentukan besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi

pekerjaan, jenis pekerjaan dan lain-lain.

b. Upah borongan

Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan bersama

antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas satu atau lebih item

pekerjaan.Besarnya upah ini tergantung dari besarnya volume pekerjaan yang

dikerjakan.

c. Upah berdasarkan produktivitas

Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan

oleh pekerja dalam satuan waktu tertentu.

2.7.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung

berhubungan dengan konstruksi dilapangan, tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat

dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak langsung

adalah sebagai berikut:

21

1. Biaya overhead

Biaya yang termasuk overhead adalah komponen biaya yang meliputi

pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan kepada proyek (biaya menyewa

kantor, biaya rekening listrik, air, telepon, biaya pemasaran, gaji karyawan) dan

pengeluaran untuk pajak, asuransi, jaminan dan ijin-ijin usaha serta biaya rapat

lapangan (site meeting).

2. Biaya tak terduga (contingence)

Biaya tak terduga adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran

untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut

pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan. Pada umumnya biaya

ini diperlukan antara 0,5%-5% dari biaya total proyek. Yang termasuk biaya tak

terduga adalah sebagai berikut:

a. Kesalahan

- Kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan

- Gambar yang kurang lengkap

b. Ketidakpastian yang subjektif

- Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interprestasi yang subjektif

terhadap bestek

- Ketidakpastian subjektif yang lainnya adalah fluktuasi harga material dan

upah buruh yang tidak tepat diperkirakan.

c. Ketidakpastian yang objektif

Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu tidaknya

suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidakpastian itu ditentukan

objek diluar kemampuan manusia.

d. Keuntungan / profit

Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang telah

dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.

Pejumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung ini merupakan biaya

total yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat

tergantung oleh lamanya waktu pelaksanaan proyek.Keduanya berubah sesuai dengan

22

kemajuan proyek.Meskipun tidak ada rumus tertentu, umumnya makin lama proyek

berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1999).

Biaya

Total Biaya Proyek

Biaya Minimum

Proyek

Biaya Tak Langsung

BiayaLangsung

Kurun Waktu

D Jenuh D Optimum D normal

Gambar2.13 Hubungan biayatotal, biayatak langsung, dan biayalangsung

Sumber: Nugroho,1986

2.8 Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi

kemampuan bersaing dalam industri konstruksi.Peningkatan tingkat produktivitas

berelasi terhadap waktu yang dibutuhkan, khususnya berasal dari pengurangan biaya

yang dikonsumsi oleh pekerja bangunan (Ervianto, 2008).

Ervianto (2004), dalam bukunya Teori-Aplikasi Manajemen Proyek

Konstruksi mengatakan bahwa produktivitas didefenisikan sebagai rasio antara output

dan input, atau rasio antara hasil produk dengan total sumber daya yang digunakan.

Pengertian produktivitas tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja

dan dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja.

Jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat sepanjang siklusnya

sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan keahlian harus

mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang berlangsung.Untuk itulah

23

diperlukan suatu parameter yang sangat penting yaitu produktifitas tenaga kerja yang

digunakan untuk mengukur efisiensi kerja. Menurut Soeharto (1997), definisi indeks

produktifitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

-

-

(2.5)

Kondisi standar adalah kondisi rata-rata dimana indeks produktifitas diberi angka =

1,0. Jika indeks produktifitas > 1,0 berarti produktifitas tenaga kerja kurang dari

standar. Sebaliknya, jika indeks produktifitas < 1,0 berarti produktifitas tenaga kerja

melebihi standar yang ditetapkan (Soeharto, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja di lapangan

antara lain:

1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.

Kondisi geografis lokasi proyek, iklim, cuaca, tempat penampungan tenaga kerja

serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi sangat berpengaruh terhadap

produktifitas tenaga kerja.

2. Supervisi, perencanaan dan koordinasi.

Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan

penggunaan tenaga kerja di lapangan, maka kualitas pengawas lapangan sangat

besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh.

3. Komposisi kelompok kerja.

Perbandingan jam orang pengawas lapangan terhadap total jam orang kelompok

kerja yang dipimpinnya menunjukkan indikasi besarnya rentang pengendalian

yang dimiliki.

4. Kerja lembur.

24

Walaupun bertujuan untuk mengejar sasaran jadwal, kerja lembur dapat berakibat

pada menurunnya efisiensi kerja.

5. Pengalaman pekerja.

Seorang atau sekelompok tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang identik

secara berulang-ulang diharapkan dapat menaikkan tingkat produktivitasnya

untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya. Semakin lama seseorang bekerja pada

satu jenis pekerjaan yang sama, maka keterampilannya akan semakin meningkat

dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit

pekerjaan tertentu. Adanya peningkatan pengalaman kerja akan mengakibatkan

frekuensi kesalahan berkurang, terjadi peningkatan kualitas metode kerja,

penggunaan peralatan yang lebih baik, produk yang dihasilkan lebih baik dari

sebelumnya dan tentunya lebih efektif dalam memanfaatkan waktu.

6. Ukuran besar proyek.

Semakin besar ukuran proyek, maka produktifitas pekerja akan cenderung

menurun.

7. Kepadatan tenaga kerja.

Kepadatan tenaga kerja adalah jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja.

Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turunnya luas area per

pekerja, maka kegiatan per area akan semakin sibuk, atau dengan kata lain

kelancaran pekerjaan akan terganggu dan mengakibatkan penurunan

produktifitas.

2.9 Percepatan Proyek (Akselerasi / Crashing)

Menurut Ervianto (2002), Crashing adalah pemendekan sebuah aktivitas

melalui suatu proses yang disengaja, sistematis, dan analitis dengan cara melakukan

pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan

yang berada pada jalur kritis.

Menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis,

jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama

dan waktu penyelesaian proyek tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis

25

berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer

proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pada jalur ini

terdapat kegiatan yang jika pelaksanaanya terlambat maka akan mengakibatkan

keterlambatan seluruh proyek. Sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa

jalur kritis.

Percepatan pelaksanaan berarti memperpendek waktu pelaksanaan proyek.

Besarnya atau jumlah umur proyek sama dengan jumlah waktu yang ada pada suatu

lintasan kritis. Percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti upaya memperpendek

lintasan kritis pada jaringan kerja proyek yang bersangkutan.

Percepatan berarti memperpendek pelaksanaan proyek. Ada 2 alasan mengapa

dilakukan percepatan:

a. Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai dikarenakan

alasan tertentu.

b. Karena terjadi keterlambatan suatu proyek.

Kegiatan dalam suatu proyek dapat dipercepat dengan berbagai cara

(Ervianto, 2004), yaitu:

- Dengan mengadakan shif pekerjaan.

- Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur)

- Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktifitas.

- Menambah jumlah pekerja.

- Dengan menggunakan material yang dapat lebih cepat pemasangannya.

- Menggunakan metode konstruksi lain yang lebih cepat.

Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan pada Gambar 2.14.Pada Gambar

2.14 (kiri) titik A menunjukkan titik normal sedangkan titik B adalah titik

dipersingkat. Garis yang menghubungkan titik A dengan B disebut kurva waktu-

biaya. Sedangkan pada Gambar 2.14 (kanan) merupakan grafik biaya – durasi proyek.

26

Gambar 2.14 Hubungan waktu – biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan

(kiri), grafik biaya- durasi proyek (kanan)

Sumber : Gray dan Larson (2007)

Seperti yang terlihat dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara biaya

langsung, biaya tak langsung, dan total biaya dalam suatu grafik dan terlihat bahwa

biaya optimal didapat dengan mencari biaya proyek terkecil.

Penambahan biaya akan memberikan besaran perbedaan biaya akibat

percepatan waktu sesuai dengan banyaknya waktu percepatan. Besarnya penambahan

biaya per satuan waktu dinyatakan dengan cost slope (CS) yang dapat dihitung untuk

tiap jenis kegiatan yang dipercepat. Rumus yang digunakan untuk menghitung cost

slope adalah (Gray dan Larson,2007):

TcTn

CnCcSlopeCost

(2.6)

dimana, Cc = Biaya dipercepat Cn = Biaya normal

Tn = Waktu normal Tc = Waktu dipercepat

2.10 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja

Ketepatan waktu menyelesaikan suatu proyek sangat dipengaruhi oleh

produktivitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara teoritis, keperluan rata-rata jumlah

tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam

jam-orang atau bulan-orang (man-month) dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan.

Untuk merencanakan tenaga proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-

macam faktor, diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut:

27

1. Produktivitas tenaga kerja

2. Tenaga kerja periode puncak

3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat

4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan

5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam.

Besarnya penambahan tenaga kerja yang diperlukan dapat dihitung dengan

rangkaian rumus sebagai berikut:

a. Produktivitas grup pekerja

normal durasi

pekerjaan volume =

(2.7)

b. Jumlah tenaga kerja

= koefisien analisa x produktifitas grup pekerja (2.8)

c. Konversi tenaga kerja ke pekerja

pekerjajumlah x kerja tenagakoefisien

pekerja koefisien = (2.9)

d. Penambahan tenaga kerja

nambahanpek.set.pejumlah x kerja tenagakoefisien

pekerjakoefisien = (2.10)

e. Produktivitas perhari/pekerja

penambahansetelah pekerjajumlah

pekerja grup tasproduktivi = (2.11)

f. Produktivitas per hari setelah penambahan

= prod.perhari/pekerja x jmlh.pek.set.penambahan (2.12)

g. Jumlah penambahan tenaga kerja

28

= Koefisien analisa x prod.grup pekerja set.penambahan (2.13)

h. Perhitungan Crash Duration

penambahansetelah pekerja prod.grup

pekerjaan volume = (2.14)

i. Crash cost

= normal ongkos pekerja perhari + biaya penembahan tenaga kerja

perhari (2.15)

j. Cost Slope

durationcrash -duration normal

cost normal -cost crash = (2.16)

2.11 Menghitung Biaya Percepatan dengan metodeLeast Cost Analysis

Least Cost Analysis dipakai sebagai bahan pertimbangan pengambilan

keputusan dalam melakukan percepatan waktu dan suatu proyek untuk

mendapatkan total biaya percepatan yang minimal (Soeharto,1999). Pada

prinsipnya teori Least Cost Analysis dipakai untuk menentukan kondisi

optimal biaya dan waktu dalam proses pelaksanaan suatu proyek dimana

proses tersebut menuntut untuk dilakukannya percepatan terhadap proyek itu.

Dalam kondisi normal (tidak perlu percepatan), proyek akan mempunyai

waktu maksimum dan biaya yang minimum, sedangkan pada kondisi

dibutuhkan percepatan durasi pelaksanaan maka akan diperoleh waktu

minimum dengan biaya yang maksimum yang dapat diterima.

Untuk mempercepat durasi proyek, maka yang harus dipercepat adalah

kegiatan-kegiatan yang ada pada lintasan kritis. Percepatan tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai cara misalnya menambah tenaga kerja, melakukan

kerja lembur, menambah peralatan, merubah metoda pelaksanaan dan lain -

lain. Dengan melakukan percepatan durasi kegiatan maka akan

29

mengakibatkan tambahan biaya, sebagai contoh adalah bila ingin

mempercepat tercapainya karakteristik kuat tekan beton yang disarankan

dengan menggunakan bahan additive beton, maka kuat tekan beton yang

disarankan dapat dicapai dalam waktu 14 hari yang biasanya dalam waktu 28

hari. Tambahan biaya akan terjadi untuk penggunaan additive, penambahan

tenaga kerja, penambahan alat dan sebagainya.

Untuk menganalisa lebih lanjut huhungan antara waktu dan biaya suatu

kegiatan, dipakai definisi berikut :

1) Kurun waktu normal (Normal Time)

Merupakan kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan

adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus lainnya, seperti menyewa

peralatan yang lebih canggih.

2) Kurun waktu dipercepat (Crash Time)

Merupakan waktu tercepat untuk menyelesaikan kegiatan yang secara

teknis masih mungkin dilakukan. Dalam hal ini dianggap sumber daya

bukan merupakan hambatan.

3) Biaya normal(Normal Cost)

Merupakan biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan

kegiatan dengan kurun waktu normal.

4) Biaya untuk waktu dipercepat (Crash Cost)

Merupakan jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan kegiatan

dengan kurun waktu yang sudah dipercepat.

Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan dalam seperti pada

grafik di Gambar 2.15 di bawah ini. Titik A menunjukkan titik normal,

sedangkan B adalah titik dipersingkat, Garis yang menghubungkan titik A

dengan B disebut kurva waktu biaya.

30

Waktu

Normal

Waktu

dipercepat

Biaya

Normal

Biaya untuk

waktu

dipercepat

Biaya

Waktu

B

A

Titik

dipercepat

Titik

normal

Penambahan biaya akan memberikan besaran perbedaan biaya akibat

percepatan waktu sesuai dengan banyaknya waktu percepatan. Besarnya

penambahan biaya per satuan waktu dinyatakan dengan Cost Slope (CS) yang

dapat dihitung untuk tiap jenis kegiatan yang dipercepat.

Rumus yang dipakai untuk menghitung Cost Slope (CS) adalah :

(2.17)

Keterangan : Cc = crash cost (biaya dipercepat)

Cn = normal cost (biaya normal)

Tn = normal time (waktu normal)

Tc = crash time (waktu dipercepat)

Gambar 2.15 Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat untuk satu kegiatan

Sumber: Soeharto (1999)

CS = TcTn

CnCc

31

Seiring dengan berkurangnya waktu pelaksanaan karena percepatan

maka biaya overhead dan biaya lain yang besarnya tergantung waktu

akanmenjadi lebih kecil. Komponen biaya ini sering disebut biaya tidak

langsung.