pengaruh pelatihan dan insentif terhadap kinerja … filesebagai imbalannya, perusahaan perlu...
TRANSCRIPT
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 85
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
PENGARUH PELATIHAN DAN INSENTIF TERHADAP KINERJA
KARYAWAN PT. BANK DANAMON MADIUN
Oleh :
Febriawan Ardi Nugroho
Fakultas Ekonomi
Universitas Soerjo Ngawi
Training and incentive have large effect to employee performance.
Therefore, in this research there are two variables that affect of the employee
performance. This research aim is to know the effect of training and incentive to
employee performance.
From the research there are two implications. First, for PT Bank
danamon Madiun, in order to increase the employee performance of PT Bank
Danamon Madiun, a training must be held base on the real condition of the job
and incentive must be given in transparent and represent the employee’s
performance. Second, this research can be used as reference material for the
next future research.
Key Words: Taining, Incentive, Employee performance.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan perkembangan dunia
perbankan saat ini, setiap
perusahaan dituntut untuk dapat
bersaing agar dapat mempertahan-
kan eksistensinya. Bank adalah
sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa yang mempunyai
fungsi menghimpun dana (Funding)
dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman
(Lending) serta sebagai lalu lintas
pembayaran (Financial Inter-
mediary).
Semakin kompetitifnya per-
saingan usaha antar bank, semakin
tersaring pula kekuatan dan
keunggulan masing – masing bank.
Untuk itu pengukuran kinerja secara
berkala harus dilakukan guna
mengetahui seberapa jauh efekti-
vitas strtegi yang sedang dijalankan.
Berbicara tentang tentang kinerja
tentu tidak lepas dari sumber daya
manusia yang berkualitas serta
strategi yang dipakai perusahaan.
Semakin tinggi kinerja karyawan
maka semakin baik perusahaan
tersebut. Seluruh sektor usaha
sekarang sangat membutuhkan
Sumber Daya Manusia yang
mempunyai kinerja tinggi.
Teori – teori bermunculan
tentang bagaimana untuk mencip-
takan Sumber Daya Manusia yang
handal dan mempunyai kualitas
tinggi sehingga meningkatkan
kinerja perusahaan. Banyak sekali
variabel–variabel yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, dian-
taranya adalah pelatihan, system
pemberian apresiasi / Insetif, dan
sebagainya.
Pelatihan adalah suatu
aktivitas yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas kerja
seseorang dalam pekerjaan yang
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 86
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
sedang dijalani atau yang terkait
dengan pekerjaannya. Sedangkan
pendidikan adalah kegiatan yang
diselenggarakan untuk meningkat-
kan kompetensi seseorang secara
menyeluruh dalam arah tertentu dan
berada di luar lingkup pekerjaaan
yang ditanganinya. Melalui
pendidikan dan pelatihan yang
didapatkan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan karier sese-
orang. Pengembangan meliputi
pemberian kesempatan belajar yang
bertujuan untuk mengembangkan
individu, tetapi tidak dibatasi pada
pekerjaan tertentu pada saat ini atau
di masa yang akan datang.
Pelatihan mempunyai bebe-
rapa manfaat jangka panjang yang
membantu karyawan untuk dapat
memiliki tanggung jawab yang
lebih besar di waktu yang akan
datang. Para karyawan harus dilatih
dan dikembangkan di bidang
tertentu untuk mengurangi dan
menghilangkan kebiasaan kecil
yang jelek atau untuk mempelajari
keterampilan yang baru untuk
meningkatkan prestasi kerja
mereka.
Menciptakan sistem kerja
yang baik masih belum cukup agar
membuat karyawan bekerja dengan
sebaik–baiknya dalam rangka
mencapai kinerja terbaik. Sebagai
imbalannya, perusahaan perlu
memperhatikan kesejahteraan
karyawan. Tolak ukur pertama bagi
karyawan adalah imbalan gaji yang
diterima dari perusahaan. Kemudian
untuk semakin meningkatkan
kinerja karyawan, maka perusahaan
dapat menerapkan insentif. Namun
demikian pemberian insentif juga
perlu dilakukan dengan cara yang
tepat. Jika tidak, karyawan
bukannya semakin bersemangat
tetapi justru dapat merusak moral
kerja perusahaan. Di sini perlu
diperhatikan cara pemberian
insentif yang benar, apakah dengan
menggunakan pemberian insentif
berdasarkan kinerja individual,
kinerja kelompok, ataukah kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
Pemberian insentif yang tepat
tentu membutuhkan dasar
pertimbangan dan patokan yang
dapat menentukan seberapa besar
insetifi yang akan diberikan. Di sini
perusahaan dapat menentukan
insentif karyawan berdasarkan
beberapa hal, diantaranya
berdasarkan produktifitas karyawan
atau kinerjanya. Semakin tinggi
hasil kinerja karyawan maka
semakin besar pula insentif yang
didapatkan.
B. Identifikasi dan Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas maka rumusan
penelitian yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah deskripsi
pelatihan, insentif dan kinerja
karyawan di PT Bank Danamon
Madiun
2. Bagaimana pengaruh pelatihan
dan insentif terhadap kinerja
karyawan di PT Bank Danamon
Madiun
3. Manakah antara pelatihan dan
insentif yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan PT Bank
Danamon Madiun
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 87
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok
permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian adalah :
1. Mendeskripsikan pelatihan,
insentif dan kinerja karyawan di
PT Bank Danamon Madiun
2. Menganalisis pengaruh
pelatihan dan insentif terhadap
kinerja karyawan di PT Bank
Danamon Madiun
3. Menganalisis antara pelatihan
dan insentif yang berpengaruh
dominan terhadap kinerja
karyawan PT Bank Danamon
Madiun.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagi PT Bank Danamon
Madiun, dapat memberikan
masukan untuk memperbaiki
kinerja karyawan dengan
melihat aspek pelatihan dan
pemberian insentif..
2. Sebagai sumbangan referensi
bagi penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah merupakan
cerminan, apakah organisasi atau
perusahaan telah berhasil atau
belum dalam usaha bisnisnya.
Kinerja adalah hasil yang dapat
dicapai atau sesuatu yang
dikerjakan berupa produk maupun
jasa yang diberikan oleh seseorang
atau sekelompok orang, dengan
demikian kinerja dapat dilihat dari
dua sisi yaitu individu maupun
organisasi (Pass, 2000).
Untuk meningkatkan kinerja
dari suatu organisasi, maka perlu
ditingkatkan kinerja keuangan
(financial performance) dan kinerja
sumberdaya manusia (human
resource performance). Kinerja
organisasi, yaitu pengukuran kinerja
dengan melihat pada berbagai
aspek, seperti kualitas barang atau
jasa, pengembangan produk baru,
kepuasan karyawan dan sebagainya.
Kinerja karyawan juga dapat
diukur secara subyektif dan
obyektif. Ukuran obyektif biasanya
berkaitan dengan profitabilitas dari
hasil penjualan produknya dan
indikator subyektif profitabilitas
ditentukan oleh persepsi manajer
terhadap profitabilitas kegiatan
perusahaannya (Fleetwood, 2008).
Jauch dan Glueck (1999)
menyebutkan bahwa kinerja dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu:
kualitatif dan kuantitatif. Secara
kuantitatif kinerja suatu perusahaan
dapat dilihat dari prestasi
perusahaan dibandingkan dengan
apa yang dilakukan di masa lampau
atau membandingkan dengan para
pesaingnya dalam sejumlah faktor,
seperti: laba bersih, harga saham,
tingkat deviden, laba per-lembar
saham, hasil pengembalian modal,
hasil pengembalian atas equitas,
pangsa pasar, pertumbuhan
penjualan, jumlah hari kerja yang
hilang karena buruh mogok, biaya
produksi dan efisiensinya, keluar
masuknya karyawan (turn over),
dan indeks kepuasan karyawan.
Ukuran kualitatif, berupa
pertanyaan yang diajukan untuk
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 88
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
mengetahui tujuan, strategi dan
rencana yang terpadu dan
komprehensif dari suatu perusahaan
sudah konsisten, tepat dan dapat
berjalan atau tidak.
Kinerja individu (karyawan),
ada beberapa tolok ukur untuk dapat
menilainya, yaitu: menurut
Heneman et.al. (1981) dalam
Nurfarhati (1999), mengemukakan
empat dimensi pekerjaan yaitu; (1)
kualitas pekerjaan, (2) kuantitas
pekerjaan, (3) inisiatif dalam
pekerjaan, dan (4) peluang untuk
dapat dipromosikan. Sedangkan
menurut Meyer (1993) kriteria
ukuran kinerja seorang karyawan
adalah: (1) kualitas, (2) kuantitas,
(3) waktu yang dipakai, (4) jabatan
yang dipegang, (5) absensi, dan (6)
keselamatan dalam menjalankan
tugas pekerjaan. Dan Mitchell &
Larson (1991), mengukur kinerja
dengan indikator: (1) kualitas kerja,
(2) ketepatan kerja, (3) inisiatif, (4)
kapabilitas, dan (5) komunikasi.
Berdasarkan pada beberapa
konsep di atas, selanjutnya dapat
diketahui bahwa indikator
pengukuran kinerja dari suatu
organisasi atau perusahaan dapat
dilakukan secara obyektif, yaitu
pengukuran secara langsung
terhadap kemampuan kinerja
organisasi dan bisa juga
berdasarkan pada persepsi manajer
atau pemilik dari perusahaan
terhadap indikator-indikator di atas
(secara subyektif). Dan selanjutnya
pengukuran kinerja dari karyawan
pada dasarnya meliputi ukuran
kualitas, kuantitas, waktu dan
kapabilitas atau inisiatif yang
dimiliki oleh setiap karyawan untuk
menyelesaikan tugas pekerjaannya.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah
proses yang dipakai oleh organisasi
untuk mengevaluasi pelaksanaan
kinerja karyawan individual. Dalam
penilaian kinerja inilah kontribusi
karyawan pada periode tertentu.
Penilaian kinerja formal biasanya
berlangsung dalam periode tertentu,
biasanya sekali atau dua kali
setahun. Penilaian kinerja informal
dapat dilakukan kapan saja ketika
merasa perlu (Simmamora, 2006:
337).
Secara tradisional
performance appraisal ditujukan
bagi kepentingan pembayaran
kompensasi yang seyogyanya
diterima oleh karyawan atau sebagai
dasar menetapkan hukuman
(punishment). Dalam praktiknya
performance appraisal perlu
diterapkan dengan menganut sistem
keseimbangan, kesepakatan dan
kejujuran atau keterbukaan.
Perfomance appraisal yang
didasarkan pada prinsip-prinsip
keseimbangan dimaksudkan bahwa
cara-cara pengukuran dan standar
yang ditetapkan haruslah sesuai
dengan kepentingan karyawan dan
organisasi.
Tujuan dari performance
appraisal adalah sebagai dasar
dalam pemberian kompensasi,
untuk keperluan staffing decision
(penempatan), dan sebagai dasar
mengevaluasi sistem seleksi. Locher
dan Teel dalam Assauri (2001)
menyatakan pada organisasi kecil
80,2% penggunaan utama dari
performance appraisal untuk
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 89
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
menetapkan kompensasi dan untuk
peningkatan kinerja untuk
organisasi kecil adalah sebesar
46,3%. Dikatakan jugs bahwa
proses atas penilaian kinerja
merupakan salah sate kegiatan
strategic untuk mempengaruhi
prilaku individu dalam organisasi
yang pada akhirnya mampu
mendukung pencapaian tujuan
strategik organisasi.
B. Pelatihan
1. Definisi Pelatihan
Pelatihan (training) adalah
proses sistematik pengubahan
prilaku Para karyawan ke dalam
suatu arch tertentu guna
meningkatkan tujuan-tujuan
keorganisasian. Dalam pelatihan ini
akan diciptakan suatu lingkungan di
mana karyawan dapat memperoleh
atau mempelajari sikap,
kemampuan, keahlian, pengetahuan,
dan perilaku yang spesifik yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Pelatihan biasanya terfokus pada
penyediaan keahlian bagi karyawan
atau membantu mereka mengoreksi
kelemahan-kelemahan dalam
kinerja mereka. Melalui pelatihan
akan memberikan jaminan bagi
peningkatan kinerja karyawan pada
pekerjaan yang dihadapi sekarang,
maka pelatihan diarahkan untuk
membantu karyawan menunaikan
pekerjaan mereka secara lebih baik.
Manfaat dari dilakukannya
pelatihan adalah dapat membantu
organisasi dalam pencapaian
efektivitas dan efisiensi organisasi,
karena pelatihan memberikan
manfaat bagi peningkatan kuantitas
dan kualitas produktivitas,
mengurangi waktu belajar dalam
mencapai standar kinerja,
menciptakan loyalitas dan
kerjasama yang saling
menguntungkan, mengurangi
jumlah dan biaya kecelakaan kerja
dan membantu karyawan dalam
meningkatkan dan mengembangkan
pribadi mereka.
Secara umum, pelatihan yang
diberikan organisasi terhadap
sumberdaya manusia yang dimiliki
memiliki tujuan untuk
meningkatkan tiga kemampuan dari
sumberdaya manusia (Katz, 1996
dalam Alwi, 2001), yaitu
kemampuan dan keahlian yang
bersifat konseptual (conceptual
skill), ketrampilan yang bersifat
human (human skill) dan
ketrampilan yang bersifat teknikal
(technical skill).
Keahlian konseptual
menyangkut kemampuan individu
dalam organisasi pada berbagai
fungsi managerial, seperti
pengambilan keputusan,
penyelesaian konflik dan problem
yang kompleks, penyusunan strategi
dan kebijakan. Keahlian yang
bersifat human, yaitu kemampuan
bekerjasama, interrelationship dan
komunikasi dalam kelompok.
Keahlian teknikal adalah
kemampuan individu yang lebih
bersifat keahlian khusus teknis
operasional.
2. Pelatihan
Menurut Milkovich dan
Boudreau (1991:407), pelatihan
berarti:
"a system process of changing
the behavior knowledge, and
motivation of present employee to
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 90
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
improve the match between
employee characteristics and
employment requirement".
Sesuai dengan pengertian
tersebut pelatihan mempunyai
bidang garapan yang sangat luas
dan menyangkut tentang perubahan
perilaku, pengetahuan, dan motivasi
karyawan sesuai yang ditentukan
oleh organisasi. Berkenaan dengan
istilah pelatihan, Benardin dan
Russel (1993:297), menjelaskan
sebagai berikut:
Pelatihan ditujukan sebagai
usaha untuk meningkatkan
ketrampilan karyawan pada bidang
pekerjaan tertentu. Agar efektif
pelatihan harus berisi tentang
pengalaman belajar dalam kegiatan
organisasi yang terencana dan
dirancang untuk merespon
kebutuhan. Pelatihan yang ideal
disamping harus mempunyai sebuah
tujuan bagi suatu organisasi tersebut
juga dapat merangsang munculnya
tujuan bagi masing – masing
karyawan. Pengembangan diri
menyatu pada kesempatan
pembelajaran untuk membantu agar
para karyawan dapat berkembang.
Kesempatan itu tidak hanya dibatasi
untuk meningkatkan ketrampilan
para pekerja pada bidang pekerjaan
mereka masing – masing.
Melihat uraian di atas
mengisyaratkan bahwa pengertian
pelatihan memiliki esensi yang
berbeda. Pelatihan dimaksudkan
untuk memperbaiki penguasaan
berbagai ketrampilan dan tehnik
pelaksanaan pekerjaan tertentu,
terinci dan bersifat rutin, serta untuk
keperluan melakukan pekerjaan
sekarang. Di lain pihak manajemen
ingin menyiapkan pars karyawan
untuk memegang tanggung jawab
pekerjaan atau jabatan pada periode
mendatang, kegiatan ini disebut
pengembangan sumber daya
manusia. Pengembangan
mempunyai ruang lingkup lebih
luas dalam upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan, kemampuan serta sifat
kepribadian.
Menurut Flippo (1992: 225),
bahwa tujuan pendidikan dan
pelatihan bagi suatu organisasi
adalah meningkatkan produktivitas,
peningkatan moril karyawan,
efisiensi, stabilitas dan fleksibilitas
organisasi terhadap lingkungan
eksternal yang senantiasa berubah.
Kemudian Moekijat (1986: 170),
menyatakan bahwa tujuan
pendidikan dan pelatihan akan
menggambarkan perilaku yang
diinginkan, serta kriteria sukses
karyawan yang dilatih.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa tujuan utama dari program
pendidikan dan pelatihan adalah
untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap karyawan. -
angkatan pengetahuan dan
ketrampilan serta sikap, diharapkan
pula akan berpengaruh terhadap
pengembangan karier.
Handoko (1987: 110)
mengemukakan bahwa kegiatan
pelatihan terdapat dua metode yaitu
: (1) on the job training dan off the
job training. On the job training
merupakan metode pelatihan yang
paling banyak digunakan, dalam hal
ini peserta dilatih tentang pekerjaan
baru dengan supervisi langsung
seorang instruktur. Dalam kegiatan
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 91
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
metode ini yang biasa digunakan
dalam praktek yaitu : 1) penugasan
sementara, yaitu penempatan
karyawan pada posisi manajerial
atau sebagai anggota team tertentu
dalam waktu yang telah ditetapkan,
dan karyawan yang bersangkutan
terlibat dalam pemecahan dalam hal
ini karyawan peserta dilatih tentang
pekerjaan baru dengan suatu
masalah dan pengambilan
keputusan dari suatu organisasi, 2)
Rotasi Jabatan upaya memberikan
pengalaman kepada karyawan
melalui cara memindahkan peserta
dari jabatan yang satu kepada
jabatan yang lain secara periodik
serta melalui praktek berbagai
macam ketrampilan manajerial, 3)
Magang, merupakan proses belajar
dari seseorang atau beberapa orang
kepada orang lain yang telah
berpengalaman, sehingga karyawan
peserta dapat mempelajari segala
aspek dari pekerjaannya, 4) Latihan
instruksi pekerjaan, petunjuk
pekerjaan diberikan secara langsung
pada pekerjaan dan digunakan
terutama untuk melatih para
karyawan tentang cara pelaksanaan
pekerjaan mereka sekarang, 5)
Coaching, dalam metode ini
supervisor memberitahu kepada
karyawan peserta mengenal tugas
yang akan melaksanakan dan
bagaimana cara mengerjakannya
atau dengan kata lain penyelia
memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada karyawan dalam
pelaksanaan pekerjaan rutin.
Hubungan penyelia dan karyawan
peserta diibaratkan seperti
hubungan siswa dan guru.
Metode off the job training
adalah sebagai upaya untuk
mengajarkan berbagai sikap, konsep
atau ketrampilan kepada para
peserta. Dalam hal ini metode yang
biasa dipakai yaitu : 1) kuliah,
merupakan metode yang banyak
dilakukan dalam ruangan, pelatih
menyampaikan informasi kepada
peserta dalam jumlah yang relatif
banyak. Metode ini dianggap
tradisional karena kurang adanya
perhatian dari para peserta; 2)
presentasi video, dalam metode ini
dapat dilakukan melalui cara
presentasi dan sejenisnya adalah
serupa dengan metode kuliah serta
sering digunakan sebagai bahan
pelengkap bentuk pelatihan lainnya,
3) metode konferensi, metode ini
identik dengan bentuk seminar,
instruktur memberikan makalah
tertentu kemudian dilakukan
pembahasan, dan peserta pelatihan
dituntut aktif untuk mengemukakan
ide, memberikan saran serta
kesimpulan. Tujuan dari metode ini
adalah untuk mengembangkan
kecakapan karyawan dalam
pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, 4)
programmed instruction, program
ini merupakan bentuk training yang
melatih peserta untuk belajar sendiri
melalui pedoman mesin ataupun
komputer. 5) metode simulasi,
mengetengahkan peserta pelatihan
menerima presentasi atau masalah
tiruan suatu aspek organisasi dan
kemudian peserta yang
bersangkutan diminta untuk
menanggapi seperti dalam keadaan
yang sebenarnya. Sejumlah. Metode
simulasi yang paling umum
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 92
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
digunakan adalah sebagai berikut :
a) metode studi kasus, dalam hal ini
instruktur memberikan suatu kasus
yang terjadi dalam suatu organisasi.
Kemudian karyawan yang terlibat
dalam pelatihan diminta untuk
menanggapi, mengidentifikasi
masalah, menganalisis situasi, dan
merumuskan solusi bagi alternatif
pengambilan keputusan; b) Role
playing, suatu metode pelatihan
yang menugaskan peserta menjadi
tokoh tertentu dalam suatu
sandiwara dan peserta lain diminta
untuk menanggapi. Manfaat metode
ini mengembangkan keahlian untuk
berkomunikasi dan mengubah sikap
peserta, menjadi lebih toleransi
terhadap perbedaan individual; c)
Vestibule training, agar program
pelatihan tidak mengganggu operasi
normal, maka organisasi membuat
duplikat atau bahan dan
menciptakan kondisi pelatihan
sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya; d) Business games,
yaitu suatu simulasi pengambilan
keputusan skala kecil yang dibuat
sesuai dengan situasi kehidupan
bisnis nyata.
Dalam pemilihan metode
tertentu untuk digunakan pada
program pelatihan perlu ada trade
off, oleh karena itu tidak ada suatu
metode tertentu yang selalu paling
baik. Metode terbaik tergantung
pada sejauh mana suatu tehnik
memenuhi faktor : seperti
efektivitas biaya, isi program yang
dikehendaki, kelayakan fasilitas,
preferensi dan kemampuan
instruktur, serta prinsip metode
belajar.
Pelatihan hendaknya dapat
meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan peserta, sehingga agar
efektif program pelatihan harus
berorientasi kepada hasil arousal
oriented). Sehubungan dengan hal
itu agar perilaku karyawan setelah
mengikuti pelatihan dapat
dievaluasi maka programnya perlu
dirancang sedemikian rupa.
Ciri-ciri desain program
pelatihan yang efektif adalah
sebagai berikut : 1) mempunyai
sasaran yang jelas dan hasilnya
dapat digunakan sebagai tolak ukur,
2) diberikan oleh tenaga pelatih
yang cakap dalam menyampaikan
ilmunya dan mampu memotivasi
pars peserta; (3) isinya mendalam
sehingga tidak hanya sebagai bahan
hafalan melainkan mampu
mengubah sikap dan mampu
meningkatkan prestasi peserta
dalam menjalankan tugasnya; (4)
sesuai dengan latar belakang teknis,
permasalahan dan daya tangkap
peserta; (5) menggunakan metode
yang tepat; (6) meningkatkan
keterlibatan aktif para peserta
sehingga mereka bukan hanya
pendengar atau pencatat belaka; (7)
disertai dengan desain penelitian
tentang sejauh mana sasaran
program tercapai demi prestasi dan
produktivitas dari suatu organisasi.
Flippo (1992: 224).
Flippo (1992: 215)
mengemukakan bahwa tidak
seorangpun yang sepenuhnya cocok
untuk bekerja pada suatu pekerjaan,
oleh karena itu perlu dilakukan
kegiatan pelatihan. Pelatihan akan
memberikan manfaat terhadap
produktivitas, pengurangan biaya,
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 93
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
stabilitas dan keluwesan organisasi
untuk menghadapi ketidakpastian
lingkungan.
Dikaitkan dengan peran unsur
sumber daya manusia dalam
meningkatkan produktivitas pada
suatu organisasi, program pelatihan
pada dasarnya merupakan salah satu
elemen penting dalam perencanaan
sumber daya manusia untuk
memenuhi kebutuhan karyawan
maupun organisasi. Pelatihan
merupakan suatu proses
harmonisasi yang mempertemukan
kebutuhan organisasi dan kebutuhan
karyawan.
Menyimak dari uraian di atas
dapat diungkapkan bahwa pelatihan
memegang peranan penting dalam
meningkatkan produktivitas tenaga
kerja yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan organisasi
maupun karyawan yang
bersangkutan.
C. Insentif
Sumberdaya manusia adalah
aset perusahaan yang sangat penting
bagi keberhasilan sebuah
perusahaan. Apalagi dalam
lingkungan yang semakin
kompetitif dewasa ini, perusahaan
dituntut mempunyai sumberdaya
manusia yang berkualitas dan
mempunyai kinerja tinggi. Sekarang
perusahaan berusaha meningkatkan
kinerja karyawan dengan
menggunakan strategi insentif yang
secara langsung dikaitkan dengan
perbaikan kinerja karyawan dan
perusahaan (Tzafrurm, 2006; Mahy,
2005; Smith, 2004; Amuedo, 2003;
Wang, 2008). Penggunaan insentif
digunakan bukan saja sebagai
mekanisme untuk meningkatkan
keberhasilan perusahaan tetapi juga
sebagai usaha untuk meningkatkan
peranan insentif dalam
meningkatkan pencapaian tujuan
perusahaan (Rock, 2000).
Insentif sangat penting bagi
pencapaian tujuan sebuah organisasi
(Mohd, 2007; Applebaum, 1996).
Bagaimana insentif digunakan dan
bagaimana dikaitkan dengan
perilaku organisasional lainnya
dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem ganjaran
dengan pendekatan yang tepat. Ada
banyak pendekatan bagi
kompensasi insentif, seperti bonus
uang, pembelian saham, dan profit
sharing. Penggunaan insentif yang
tepat memang dibutuhkan agar
memberikan hasil yang diinginkan
(Mohd, 2007 ). Insentif adalah
perangsang yang ditawarkan kepada
para karyawan untuk melaksanakan
kerja sesuai atau lebih tinggi dari
standar-standar yang telah
ditetapkan (Handoko, 2002)
Menurut Hoi (2004) agar
insentif bisa meningkatkan kinerja
karyawan, maka ada lima hal yang
harus diperhatikan, yaitu : (1)
Pelaksanaan insentif, (2) Insentif
dan loyalitas, (3) Pelengkap bonus,
(4) Rasa keadilan, (5) Insentif di
masa depan. Semakin tinggi
kesesuaian keempat hal tersebut di
atas dengan keinginan karyawan,
maka semakin tinggi kinerja
karyawan.
1. Penggunaan Insentif
Karyawan diharapkan bekerja
dengan sebaik-baiknya bagi
perusahaan. Ketika kinerja
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 94
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
karyawan melampaui kinerja yang
diharapkan organisasi maka
perusahaan perlu menghargai usaha
tersebut dengan memberikan
insentif yang tepat. Insentif ini
dapat dibayar dalam bentuk bonus
atau tambahan bagi gaji dasar.
Tambahan gaji dasar biasanya lebih
disukai oleh karyawan, karena
kenaikannya menjadi bagian dari
bayaran dasar dan memberikan
kontribusi terhadap masa kerja
mereka ((Amuedo, 2002). Cara lain
pembayaran insentif adalah
dibayarkan sekali, pembayaran yang
dapat berbentuk bonus uang atau
skema insentif moneter kreatif
lainnya seperti saham opsi
(Amuedo, 2002; Tsafrurm, 2006;
Pass, 2000). Berbeda dengan
kenaikan gaji dasar, sebuah bonus
tidak dapat segera diterima secara
otomatis pada tahun-tahun
selanjutnya.
Pemberian insentif perlu
direncanakan dengan baik.
Perencanaan insentif merupakan
pembayaran uang yang dilakukan
kepada karyawan ketika mereka
melampaui tujuan kerja atau tujuan
organisasi yang sudah ditentukan.
Insentif berfungsi sebagai
pendorong bagi agar karyawan
dapat mencapai hasil tertentu yang
diinginkan oleh perusahaan (Mohd,
2007). Insentif dapat menggunakan
ukuran target fiskal, output
produksi, ataupun produktivitas.
Pemberian insentif dapat dikaitkan
dengan kepada kinerja individual
atau kelompok dengan cara
dianalisis dan diukur dalam konteks
yang diaplikasikan. Bersama-sama
dengan pengukuran, timing adalah
hal penting dalam insentif bagi
keberhasilan dan penerimaan yang
tepat oleh karyawan.
Perusahaan menggunakan
insentif untuk tujuan berbeda-beda,
terutama untuk menarik,
mempertahankan dan memotivasi
karyawan dengan potensial kinerja
tinggi. Namun demikian dalam
mencapai tujuan tersebut
perusahaan menghadapi kendala
seperti menjaga keadilan,
pengendalian biaya dan ketentuan
legal (Liyin, 2006; Mohd, 2007).
Ada banyak faktor menentukan
tingkat insentif karyawan. Secara
umum mereka dapat ditentukan
sebagai berikut:
a. Kondisi Pasar Produk / Tenaga
Kerja, meliputi demografis
karyawan dan signifikansi
keahlian mereka, situasi
permintaan dan penawaran
terkait dengan keahlian tertentu,
dan praktek yang dilakukan
oleh pesaing.
b. Lingkungan ekonomi dan Sosial
politik, meliputi pengaruh
siklus bisnis dan kekuatan
tenaga kerja organisasi.
c. Karakteristik karyawan,
meliputi senoritas, kualifikasi,
pengalaman dan sebagainya.
d. Karakteristik industri, siklus,
pergantian tinggi, innovator,
entrepreneurial dan tradisional.
Upah industri-standar berbeda-
beda sekali. Dalam industri
persaingan tinggi seperti
manufacturing, bayaran hanya
upah yang dibutuhkan untuk
merespon terhadap perubahan
kondisi pasar tenaga kerja. Pada
industri dengan persaingan
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 95
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
lebih rendah, bayaran biasanya
sedikit lebih besar daripada
minimum yang dibutuhkan oleh
pasar tenaga kerja.
e. Karakteristik entrepreneur,
meliputi budaya (gaya
manajemen), struktur
organisasi, kebijakan dan
strategi, teknologi, ukuran
profitabilitas (kemampuan
membayar), strategi persaingan
tenaga kerja, kompresi gaji dan
sebagainya.
f. Perilaku karyawan, seperti
kinerja, kerajinan karyawan dan
pergantian karyawan.
g. Karakteristik Pekerjaan,
meliputi ketentuan mental,
kondisi kerja, level kontak
publik, dan usaha yang
dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan. Faktor-faktor seperti
pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan harus
terlihat dalam sistem evaluasi
untuk pekerjaan manajerial;
tuntutan fisik dan keahlian
mungkin terlihat pada sistem
pekerjaan pabrik, dan akurasi
serta jumlah pengawasan yang
diterima mungkin terlihat
sebagai faktor dalam sistem
evaluasi teknis dan klerikal.
Insentif sangatlah penting dan
menjadi perhatian karyawan karena
menjadi indikasi bagi nilai mereka
bagi organisasi. Dengan melihat
kecenderungan untuk
menstandarisasi tingkat upah di
antara pesaing, maka perusahaan
perlu menemukan cara auditing
memotivasi pengembangan pribadi
dan kinerja tinggi dari karyawan.
2. Perencanaan Insentif
Individual atau Kelompok
Perusahaan biasanya
mempunyai karyawan lebih dari
satu orang. Dalam menentukan
kompensasi, perusahaan dapat
menggunakan unit individual atau
kelompok departemen atau
organisasi secara keseluruhan.
Contoh, insentif yang dilakukan
untuk bagian penjualan dapat
dipandang sebagai sebuah cara
untuk memberikan kompensasi
karyawan didasarkan pada
individual. Metode lain yang dapat
digunakan adalah didasarkan pada
bagian-bagian pekerjaan atau
kepada jam kerja. Kriteria penting
bagi keberhasilan perencanaan
insentif individual adalah bahwa
karyawan mampu melakukan
perilaku yang ditentukan oleh
perusahaan, dan karyawan
memahami bahwa insentif tersebut
berharga dan sesuai dengan kinerja
mereka (Pass, 2000).
Perencanaan insentif dapat
dilakukan juga dengan
menggunakan tim atau kelompok.
Perencanaan ini mempunyai sasaran
sama dengan perencanaan
individual, yaitu memenuhi tujuan
organisasi dengan memberi
karyawan kesempatan untuk
meningkatkan penghasilan mereka.
Perencanaan insentif kelompok
dibutuhkan ketika proses yang
dilakukan tidak dapat diamati secara
individual. Dalam mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan kerjasama dari
seluruh anggota didasarkan pada
operasi atau fungsi-fungsi mereka.
Sebuah perencanaan kelompok
harus memperhatikan keahlian dan
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 96
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
kemampuan dari masing-masing
individual dalam menyelesaikan
tugasnya dan mereka dapat
mengontrol tugas, kejadian dan
ukuran yang membentuk dasar bagi
perencanaan tersebut (Liyin, 2006;
Smith, 2006). Insentif berbasis tim
dapat berbentuk moneter, atau juga
non moneter seperti kepuasan
individual, rasa memiliki bagi
kelompok dan pengembangan
perilaku positif dalam kerja tim dan
kerjasama (Wang, 2008).
Ada bermacam-macam
kategori dalam melakukan
perencanaan insentif kelompok.
Secara umum ada tiga kategori
utama, yaitu:
a. Kelompok kecil atau unit kerja
di mana ganjaran dialokasikan
berdasarkan kinerja kelompok
yang melampaui standar
tertentu yang disetujui.
b. Perencanaan perbaikan
produktivitas
c. Profit sharing atau perencanaan
kepemilikan perusahaan
(Applebaum, 1996).
Perencanaan insentif harus
memperhatikan kondisi kerja dan
bagaimana pengukuran dilakukan.
Perencanaan insentif kelompok
adalah paling tepat dalam kondisi di
mana pengawasan sulit dilakukan,
pengukuran tepat kinerja kerja
individual tidak bisa dilakukan, dan
di mana kerja tim atau kerjasama
menjadi penentu bagi efektivitas
mereka (Applebaum, 1996).
Kondisi ini akan membuat
kekompakan dalam kelompok
semakin terjaga.
Perencanaan insentif
kelompok juga dapat dikaitkan
dengan produktivitas dan/atau
keuntungan sehingga secara teori
ada anggaran fleksibel untuk
ganjaran kinerja dan bayaran dapat
benar-benar didasarkan pada kinerja
kelompok. Dalam menentukan
pembagian secara merata, seperti
pada perencanaan kelompok. Ada
kerugian di mana tidak ada
hubungan langsung antara kinerja
individual dengan ganjaran. Tetapi
ada beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dari perencanaan ini
karena:
a. tidak menggunakan kinerja
individual
b. bersama-sama dikembangkan
dengan partisipasi manajemen
dan karyawan,
c. mempengaruhi setiap orang
dalam angkatan kerja, dari
manajer sampai pada staf
pendukung itu sendiri
d. ada korelasi yang besar antara
keuntungan organisasional
dengan ganjaran keuntungan
individual (Applebaum, 1996)
3. Program Insentif Yang
Efektif
Insentif perlu dirancang
dengan hati-hati dan efektif. Sebuah
insentif yang dirancang dan dikelola
secara tepat akan dapat digunakan
sebagai manajemen komunikasi.
Stimulus bagi perubahan perilaku
yang diinginkan dapat tercermin
oleh kinerja di mana juga dapat
dicapai melalui sebuah perencanaan
kompensasi insentif yang dirancang
dengan benar, didukung oleh proses
manajemen inti. Karyawan harus
memahami dasar ganjaran agar
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 97
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
dapat diperoleh hasil yang efektif
(Roch, 2000).
Perusahaan dapat
membangun komunikasi yang dapat
dilakukan melalui insentif secara
efektif. Gaji dasar dan tunjangan
dapat digunakan sebagai syarat
utama bagi karyawan yang bekerja.
Kemudian untuk mendukungnya,
perusahaan dapat menggunakan
insentif terhadap perilaku dan hasil
yang diinginkan oleh manajemen.
Program insentif
dimaksudkan untuk memberikan
hasil yang saling menguntungkan
antara perusahaan dengan karyawan
dengan membangun suasana kerja
yang baik. Suasana kerja yang baik
dirancang, dibangun dan digunakan
sehingga dapat meminimkan
konsekuensi lingkungan negatif dari
perspektif ekonomi dan siklus
kehidupan, dengan demikian
memberikan kontribusi terhadap
pencapaian pengembangan
berkesinambungan. Sebuah
program insentif khusus digunakan
untuk mendorong perusahaan
mengimplementasikan manajemen
lingkungan.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang
disajikan di bawah ini adalah
didasarkan pada kerangka
konseptual yang disampaikan di
atas. Dari dua variabel bebas di atas
diperkirakan mempunyai pengaruh
positif terhadap kinerja karyawan.
Oleh karena itu maka dapat
disampaikan hipotesis sebagai
berikut:
1. Diduga Pelatihan dan insentif
berpengaruh terhadap kinerja
pengawai PT Bank Danamon
Madiun.
2. Diduga Pelatihan berpengaruh
dominan terhadap kinerja
karyawan PT Bank Danamon
Madiun.
III. METODE PENELITIAN.
A. Populasi dan Teknik
Pengambilan Sampel
Penelitian ini adalah studi
populasi, dimaksudkan untuk
meneliti seluruh karyawan yang ada
di PT Bank Danamon Madiun.
Dengan kemudahan untuk
mendekati responden yang
disampaikan di atas, maka peneliti
berusaha menarik seluruh populasi
yang ada di PT Bank Danamon
Madiun untuk dapat berpartisipasi
dalam penelitian ini. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebuah anggota
populasi, atau penelitian sensus
dengan jumlah responden 56. Untuk
rincian sample yang digunakan
dapat dilihat pada table 1 dibawah
ini. Tabel 1
Distribusi Karyawan Di PT Bank
Danamon Cluster Madiun
Jabatan Jumlah
Cluster Manager 1
Cluster Credit Officer 1
Flaying Operasional 1
Branch Support
Opertional
1
Internal Control Officer 2
Unit Manager 4
Opertional Officer 4
Credit Officer 4
Teller 8
Account Officer 20
Field Collection 4
Administrasion 1
Satpam 4
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 98
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
Sopir 1
Jumlah 56
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner, pengumpulan data
dengan menggunakan daftar
pernyataan yang diberikan
kepada Karyawan untuk
mengetahui persepsi responden
tentang pengaruh pelatihan dan
insentif terhadap kinerja
karyawan.
2. Teknik dokumentasi dari
pengumpulan dokumen yang
PT Bank Danamon Madiun
yang berkaitan dan diperlukan
dalam penelitian ini.
C. Teknik Analisis data
Berdasarkan tujuan
penelitian, kerangka konsep
penelitian dan hipotesis maka
analisis yang diperlukan meliputi
analisis deskriptif dan model
analisis regresi linear berganda.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif
dilakukan dengan bantuan software
SPSS 17 For Windows. Analisis
deskriptif dilakukan dengan
mengetahui gambaran umum,
tanggapan responden karyawan
Bank Danamon Cluster Madiun
terhadap item-item kuesioner yang
diajukan. Dalam hal ini dilakukan
analisis frekuensi relatif, rata-rata
hitung, nilai maksimum dan
minimum variabel, indikator
maupun item-item penelitian.
2. Analisis Regresi Linear
Berganda
Analisis dengan model
regresi linear berganda merupakan
analisis yang bersifat kuantitatif
untuk membuktikan hipotesis
penelitian. Model ini dipilih karena
penulis ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel positif yaitu
pelatihan dan insentif terhadap
kinerja karyawan baik secara
serempak ataupun secara parsial.
Dengan menggunakan model
analisis regresi linear berganda
dibantu dengan software SPSS 17
maka besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat akan
dapat diketahui.
a. Uji Model Regresi
Model regresi digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian
adalah regresi Tinier berganda,
dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
dimana:
α = Koefisien konstanta
Y = Kinerja karyawan
β1 … β2 = Koefisien regresi Xi
X1 = Pelatihan
X2 = Insentif
e = Kesalahan Pengganggu
Model regresi linear berganda
yang diperoleh dari hasil analisis
digunakan sebagai slat estimasi
hipotesis yang diuji dengan uji f, uji
t, dan uji asumsi klasik.
1) Uji F
Uji F dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai
berikut:
Fcal = MSE
MSR =
)1//)(
)1/(
knSSRSST
kSSR
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 99
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
=
)1/(
)1/(
kn
SST
SSR
SST
SST
kSST
SSR
= )1/()
21(
)1/(2
knR
kR
Di mana
MSR = rata-rata kuadrat regresi
MSE = rata-rata kuadrat error
SSR = jumlah kuadrat regresi
SST = jumlah kuadrat total
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah sampel
R2 = koefisien determinasi
(koefisien goodness of fit model 1)
Hipotesis statistik untuk uji model
regresi adalah sebagai berikut:
Ho: β1 = β2 = β3 = 0 (model regresi
non signifikan)
Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 (model regresi
signifikan untuk menjelaskan
pengaruh variabel bebas)
Jika nilai Fhitung > Ftabel α 0,05
atau nilai probabilitas < 0,05 maka
Ho ditolak atau Ha diterima, artinya
model regresi diterima untuk
menjelaskan pengaruh variabel
bebas terhadap kinerja. Sedangkan
jika nilai Fhitung ≤ Ftabel α 0,05 atau
nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho
diterima atau Ha ditolak. Artinya
model regresi tidak signifikan untuk
menjelaskan pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap kinerja.
selanjutnya untuk melihat
kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel terikat dalam
model regresi dapat diketahui dari
besarnya koefisien determinasi
(R2). Jika koefisien determinasi
mendekati 1 berarti model yang
digunakan semakin baik untuk
menerangkan pengaruh variasi
variabel bebas terhadap variabel
terikat (goodness of fit). Sebaliknya,
jika R2 semakin kecil (mendekati
0), maka model yang digunakan
semakin lemah untuk menerangkan
pengaruh variasi variabel bebas
terhadap variabel terikat.
2) Uji Asumsi Klasik
Ada beberapa asumsi klasik
yang harus dipenuhi dalam
pengujian model regresi linear
berganda, yaitu: non
multikolinearitas, non autokorelasi,
dan homoskedastisita. Pengujian
asumsi klasik ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 17 for
Windows.
a) Uji Multikolinearitas (Multi-
collinearity)
Multiklinearitas adalah suatu
keadaan di mana satu atau lebih
variabel bebas dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari
variabel bebas lainnya. Indikasi
multikolinearitas ditunjukkan
dengan koefisien Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF).
Asumsi non multikolinearitas
artinya di antara variabel bebas X
dengan variabel terikat (Y) tidak
terjadi korelasi yang terlalu besar
atau mendekati sempurna. Untuk
mengetahuinya dapat dilihat dari
nilai Variance Inflation Factor
(VIF) yang disyaratkan non
multikolinear jka koefisien toleransi
T 5 10% atau koefisien VIF < 10
(Hair et. al. 1992, 48). Ketentuan
tersebut karena TxVIF=1.
1/SST
1/SST
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 100
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
b) Uji Autokorelasi
(Autocorrelation)
Autokorelasi adalah suatu
keadaan di mana variabel gangguan
terhadap periode waktu tertentu
mempunyai korelasi dengan
variabel gangguan pada periode
yang lain, atau dengan kata lain
variabel gangguan tidak acak. Jika
ternyata dalam suatu model
mengandung autokorelasi,akibatnya
parameter yang diestimasi akan
menjadi bias dan variance tidak
minimum. Uji autokorelasi
dilakukan mengetahui apakah
terjadi korelasi antara komponen
pengganggu (e) dari suatu observasi
terhadap observasi berikutnya.
Untuk mengetahuinya digunakan
model Durbin Watson WD = 2(1-p).
Gujarati (1988: 217)
mengemukakan bahwa apabila hasil
perhitungan DW sekitar 2 atau 2 = 2
– 2r jadi r=0 berarti tidak ada
autokorelasi, namun jka DW=-0
maka terjadi autokorelasi positif
sempurna (r = +1). Sebaliknya jika
DW=4 maka terjadi autokorelasi
negatif sempurna (r=-1). Di anggap
non autokorelasi apabila koefisien
Durbin Watson berada di antara 1
dan 3 atau 1 ≤ D ≤ 3.
Hasil uji autokorelasi tersebut
sama (analog) dengan
menggunakan tabel nilai kritis dL
atau du yaitu :
Hipotesis statistik Ho :
autokorelasi non signifikan baik
positif atau negatif.
d < dL : ada autokorelasi positif (+)
d > 4-dL : Ada autokorelasi negatif (
- )
d > du dan d < 4 - du atau (du < d <
4-du): tidak terjadi autokorelasi
c) Uji
Heteroskedastisitas(Heterosce
dasticity)
heterokedastisitas adalah
distribusi gangguan (faktor
gangguan) tidak mempunyai
variance yang sama atau variance
tidak konstan. Secara spesifik
dikatakan bahwa koefisien korelasi
yang tinggi menandakan adanya
heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan scatterplot,
jika data menyebar tanpa
membentuk pola hubungan tertentu
dlmm scatterplot menandakan tidak
terjadi korelasi (non signifikan)
antar variabel prediktor dengan
residual. Kondisi demikian berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas
(homoskedastisitas). Asumsi
homoskedastisitas atau e--N(0,a2),
artinya variance e adalah konstan
dari pengamatan yang satu kepada
pengamatan yang lain. uji
heteroskedastisitas dilakukan untuk
mengetahui apakah komponen
pengganggu (e) mempunyai
variance yang sama ataukah tidak.
Untuk mengetahuinya digunakan
sebaran data dalam scatterplot yang
disyaratkan untuk membentuk pola
tertentu dan tersebar di atas dan di
bawah titik nol dari sumbu tegak
(Santoso, 2000: 208-211).
d) Uji Hipotesis Penelitian
Suatu formula regresi yang
diperoleh dari hasil analisis data
penelitian dapat digunakan sebagai
model analisis untuk membuktikan
hipotesis penelitian hanya apabila
model tersebut telah teruji secara
signifikan dengan analisis variance
ANOVA) uji F dan memenuhi
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 101
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
kriteria asumsi klasik. Apabila
model analisis tidak signifikan
teruji, maka model tersebut
membutuhkan modifikasi ke dalam
bentuldain, misalnya dengan
stepwise linear regression atau
model non linear.
e) Pengujian Hipotesis
Penelitian 1
Hipotesis penelitian 1
diterima apabila hasil uji F adalah
signifikan. Hipotesis :atistik pada
uji F adalah sebagai berikut:
Ho : β1, β12, β13 = 0 berarti tidak
signifikan
Ha : β1, β12, β13 ≠ 0 berarti
berpengaruh
Jika Fhitung < Ftable α 0,05 maka Ho
diterima, berarti variabel bebas
tidak mempunyai pengaruh
signifikan. Jika Fhitung > Ftable α 0,05
maka Ho ditolak atau Ha diterima,
crud variabel bebas mempunyai
pengaruh signifikan. Pengujian juga
bisa dilakukan dengan cara
membandingkan nilai sig.F terhadap
α = 0,05. Ketiga variabel bebas
mempunyai pengaruh yang
signifikan apabila nilai sig.F ≤ α =
0,05.
f) Pengujian Hipotesis
Penelitian 2
Hipotesis penelitian 2
menyatakan bahwa pelatihan
berpengaruh dominan terhadap
kinerja
karyawan di Bank Danamon
Madiun. Hipotesis 2 diterima jika
uji parsial untuk X1 (pelatihan)
signifikan dan koefisien beta positif
serta lebih besar daripada koefisien
beta untuk X2 (insentif).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
Dalam undang-undang
No.7/1992 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam rangka
rneningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dalam pasal 5 undang-
undang dimaksud, menurut jenisnya
bank terdiri dari dua, yaitu bank
umum dan bank perkreditan rakyat.
Bank Perkreditan Rakyat adarah
bank yang menerima simpanan
hanya dalam bentuk deposito
bejangka, tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang disamakan dengan itu
(Suyatno,2003).
Keberadaan Bank di Indonesia
terasa semakin penting sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan
pelayanan akan jasa-jasa perbankan
bagi masyarakat. Usaha Bank dalam
pasal 13 undang-undang No.7/1992
meliputi: a) Menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka,
tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu; b)
Memberikan kredit; c)
Menyediakan pembiayaan bagi
nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan
pemerintah; d) Menempatkan
dananya dalam bentuk Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito,
dan/atau tabungan pada bank lain
(suyatro, 2003).
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 102
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
Dalam perkembangannya,
industi jasa perbankan mengalami
banyak peningkatan dalam hal
lingkup usahanya. Hal tersebut
didukung adanya profesionalisme
dan kode etik yang sangat dijunjung
tinggi oleh para bankir dan adanya
persaingan yang ketat antar bank
umum/swasta maupun lembaga
keuangan non bank. Bank Danamon
sangat menjunjung tinggi nilai
kepedulian, kejujuran,
mengupayakan yang terbaik,
kerjasama dan profesionalisme yang
disiplin.
2. Karakteristik Responden Penelitian ini bersifat
observasional yang dilakukan
terhadap 56 responden. Instrumen
ukur penelitian ini terbagi atas 3
bagian yaitu pelatihan, insentif dan
kinerja karyawan. Karakteristik
responden penelitian ini terdiri atas
pendidikan terakhir,lama bekerja
dan usia.
a. Karakteristik Berdasarkan
Pendidikan Terakhir
Responden dalam penelitian
ini memiliki latar belakang
pendidikan akhir yang beragam.
Klasifikasi responden berdasarkan
pendidikan akhir digambarkan pada
gambar berikut.
Tabel 2
Responden Berdasarkan Pendidikan
Akhir
No
.
Pendidika
n
Frekuens
i
%
1 Strata 1 37 66
2 Diploma 10 18
3 SLTA 9 16
Jumlah 56 10
0
Dari tabel di atas
menerangkan bahwa mayoritas
responden berlatar belakang
pendidikan akhir sarjana atau strata
1, masing-masing berjumlah 37
responden (66%) berpendidikan
strata 1, 10 responden (18%)
berpendidikan diploma dan 9
responden (16%) berpendidikan
SLTA
b. Karakteristik Berdasarkan
Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian
ini menyertakan karyawan laki-laki
dan perempuan. Klasifikasi
responden berdasarkan jenis
kelamin dijelaskan pada gambar
berikut :
Tabel 3
Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis
Kelamin
Frekuensi %
Laki - Laki 38 68
Perempuan 18 32
Jumlah 56 100
Tabel di atas menerangkan
bahwa mayoritas responden berasal
dari jenis kelamin laki-laki dengan
jumlah sebanyak 38 orang (68%).
Karakteristik lainnya dengan
proporsi yang lebih rendah adalah
kelompok karyawan berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah
18 orang (32%).
c. Karakteristik Berdasarkan
Lama Bekerja Data responden dalam
penelitian ini telah diklasifikasikan
berdasarkan lama bekerja pada PT
Bank Danamon Madiun yang
dijelaskan pada gambar dibawah
yang merupakan mayoritas
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 103
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
responden baru bekerja selama 3-4
tahun yaitu berjumlah 24 responden
(48%) dimana mereka bekerja mulai
awal dibukanya Danamon Madiun,
kemudian 20 responden (36%) telah
bekerja selama 1-2 tahun, 9
responden (16%) telah bekerja
selama 5-6 tahun dan yang telah
bekerja lebih dari 7 tahun berjumlah
3 responden (5%).
Tabel 4
Responden Berdasarkan Lama
Bekerja
No. Lama kerja
(Tahun)
Frek
uensi
%
1 < 2 20 36
2 3 - 4 9 16
3 5 – 6 24 48
4 > 7 3 5
Jumlah 56 100
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Validitas dan
Retibititas
Ada dua syarat penting yang
berlaku bagi sebuah kuesioner
(angket), yaitu keharusan sebuah
kuesioner bersifat valid dan reliabel
(Sugiyono, 2001). Suatu kuisioner
dikatakan valid atau sah, jika
pertanyaan pada suatu kuisioner
mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh
kuisioner tersebut., sedangkan suatu
kuisioner dikatakan reliable atau
andal, jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.
Validitas adalah kebenaran
dan keabsahan instrumen penelitian
yang digunakan. Apabila pada uji
validitas (uji kesahihan) instrumen
ditemukan sebuah komponen yang
tidak valid, maka dapat dikatakan
bahwa komponen tersebut tidak
konsisten dengan komponen-
komponen yang lain untuk
mendukung sebuah konsep. dari
instrumen kuesioner yang
digunakan dalam pengumpulan
data. cara yang digunakan adalah
dengan analisa item, dimana setiap
nilai yang ada pada setiap butir
pertanyaan dikorelasikan dengan
nilai total seluruh butir pertanyaan
untuk suatu variabel dengan
menggunakan rumus koduct
Moment (Sugiyono,2008)
Sedangkan uji reliabilitas (uji
keterandalan) dimaksudkan untuk
mengetahui adanya konsistensi alat
ukur dalam penggunaannya, atau
dengan kata lain alat ukur tersebut
mempunyai hasil yang konsisten
apabila digunakan berkali-kali pada
waktu yang berbeda. Pengujian
reliabilitas ini menggunakan metode
Alpha cronbach.
Tabel 5
Uji Validitas Item Instrumen Variabel Pelatihan
Item Koefisien
Korelasi Nilai rekomendaasi Keterangan
X1.1 0,858 0,300 Valid
X1.2 0,811 0,300 Valid
X1.3 0,870 0,300 Valid
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 104
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
Item Koefisien
Korelasi Nilai rekomendaasi Keterangan
X1.4 0,560 0,300 Valid
X1.5 0,788 0,300 Valid
X1.6 0,720 0,300 Valid
X1.7 0,717 0,300 Valid
X1.8 0,738 0,300 Valid
X1.9 0,467 0,300 Valid
X1.10 0,585 0,300 Valid
Tabel 6
Uji Validitas Item Instrumen Variabel Insenif
Item Koefisien Korelasi Nilai rekomendaasi Keterangan
X2.1 0,495 0,300 Valid
X2.2 0,285 0,300 Valid
X2.3 0,594 0,300 Valid
X2.4 0,650 0,300 Valid
X2.5 0,569 0,300 Valid
X2.6 0,341 0,300 Valid
X2.7 0,366 0,300 Valid
X2.8 0,584 0,300 Valid
X2.9 0,507 0,300 Valid
X2.10 0,538 0,300 Valid
Tabel 7
Uji Validitas Item Instrumen Kinerja Karyawan
Item Koefisien Korelasi Nilai
rekomendaasi
Keterangan
Y1 0,522 0,300 Valid
Y2 0,377 0,300 Valid
Y3 0,609 0,300 Valid
Y4 0,678 0,300 Valid
Y5 0,341 0,300 Valid
Y6 0,368 0,300 Valid
Y7 0,564 0,300 Valid
Y8 0,453 0,300 Valid
Y9 0,329 0,300 Valid
Y10 0,500 0,300 Valid
Hasil uji validitas instrument
baik pada bagian pelatihan, insentif
maupun kinerja karyawan
memberikan hasil uji yang valid.
Nilai rhitung yang diperoleh adalah
lebih tinggi daripada nilai rtabel.
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 105
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
Hasil uji reliabilitas atau kehandalan dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 8
Uji Reliabilitas Item Instrumen Penelitian
Variable Koefisien
Reliabilitas
Nilai
rekomendasi keterangan
X1.Pelatihan 0,890 0,60 Reliabel/handal
X2.Insentif 0,657 0,60 Reliabel/handal
Y.Kinerja 0,608 0,60 Reliabel/handal
Tabel tersebut menerangkan
bahwa tingkat kehandalan atau
reliabilitas instrument yang
dipergunakan pada penelitian ini
adalah dapat diterima. Hasil ini di
buktikan dari nilai koefisien
reliabilitas pada kisaran 0,608 -
0,890 adalah lebih besar dari nilai
rekomendasi sebesar 0,60.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Asumsi
multikolinieritas
Seperti yang disebutkan
sebelumnya, uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas
(independent) dalam persamaan
regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independent.
Dengan melihat Variance Inflation
Factor, apabila nilai VIF > 10 maka
menunjukkan adanya
multikolinieritas dan apabila nilai
VIF <10 maka tidak terjadi
multikorinieritas.
Tabel 9
Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Nilai VIF
Variabel Nilai VIF Keterangan
X1.Pelatihan 1,962 Tidak terjadi
multikolinieritas
X2.Insentif 1,962 Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber : Data diolah
Dari hasil perhitungan yang
ada di di Tabel 9, masing-masing
variabel bebas menunjukkan nilai
VIF kurang dari multikolinieritas.
10, maka dalam analisis ini tidak
terjadi masalah
b. Uji Asumsi Non Autokorelasi
Perneriksaan terhadap asumsi
non autokorelasi dilakukan dengan
uji Durbin – Watson. Pada model
ini dihasilkan nilai DW sebesar
2,111, karena nilai ini mendekati 2
maka pada model ini tidak terjadi
masalah autokorelasi. Artinya
respon penilaian yang diberikan
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 106
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
oleh responden bersifat saling
bebas.
c. Uji asumsi Heteroskedastitas
Seperti yang dikemukakan
sebelumnya, tujuan digunakan uji
ini adalah untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap maka disebut
homoskedastitas. Dan jika varian
berbeda maka disebut
heteroskedastitas. Model regresi ini
bisa dikatakan baik apabila tidak
terjadi heterokedastisitas.
Pemeriksaan masalah
heteroskedastisitas dilakukan
dengan uji Glejser, yaitu
meregresikan semua variabel bebas
dengan nilai mutlak residual.
Tabel 10
Hasil Uji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Variabel Koef p-value Keterangan
X1.Pelatihan -0.015 0.698 Tidak terjadi heteroskedatisitas
X2.Insentif 0.028 0.485 Tidak terjadi heteroskedatisitas
Sumber : Data Diolah
Tabel menjelaskan bahwa
model regresi yang diperoleh tidak
mengandung masalah
heteroskedastisitas, karena uji-t dari
koefisien regresi adalah seluruh
hasil tidak signifian (p-value >
0,05).
d. Uji asumsi normalitas
Tujuan digunakan uji ini adalah
untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, nilai residual
mempunyai distibusi data normal
atau tidak. Model regresi yang baik
adalah disfiibusi data normal atau
mendekati normal. Apabila ada data
yang terletak jauh dari sebaran
datanya maka data tersebut
dikatakan tidak nonnal (tidak
berdistribusi normal), dasar
pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari
garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal,
maka moder regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Dari gambar berikut dapat
dilihat bahwa asumsi normalitas
telah terpenuhi, sebaran data
memiliki pola berbentuk garis lurus
di sekitar garis diagonal.
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 107
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
Gambar 1
P-P Plot Untuk Memeriksa
Distribusi Normal Data Residual
3. Hasil Analisis Regresi
Pada penelitian ini terdapat 2
tujuan yang berhubungan dengan
analisis pengaruh masing-masing
faktor internal dan eksternal
terhadap kinerja karyawan.
Pembuktian yang berhubungan
dengan kedua tujuan ini dilakukan
dengan analisis regresi linier
berganda. Hasil-hasil analisis
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 11
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variable Koef. Thitung p-value Keterangan
X1.Pelatihan 0.164 2.210 0.031 Positif dan signifikan
X2.Insentif 0.245 2.196 0.033 Positif dan signifikan
Konstanta = 26.652
Koefisien Nilai kritis :
Determinasi(R2) = 37.9% ttabel = 1,962
F-hitung = 16.189 Ftabel = 6.171
Pada Tabel 11 di atas
menjelaskan hasil pengujian secara
simultan dan parsial pengaruh dari
faktor ekternal dan internal terhadap
kinerja karyawan. Pada bagian uji F
diperoleh nilai Fhitung = 16,189 (lebih
besar dari Ftabel) dan koefisien
determinasi (R2) sebesar 37,9%.
Hasil uji ini menjelaskan bahwa
secara simultan diperoleh adanya
pengaruh yang signifikan dari faktor
eksternal dan internal terhadap
kinerja karyawan dengan kontibusi
sebesar 37,9%.
Pengaruh secara pantial dari
masing-masing variabel faktor
eksternal dan internal terhadap
kinerja karyawan dilakukan dengan
uji-t. Hasil uji-t untuk seluruh
koefisien regresi pada variabel-
variabel faktor elstemal dan internal
adalah signifikan (thitung > ttabel atau
p-value < 0,05).
Variabel pelatihan (Xl)
dengan koefisien regresi sebesar
0,164 berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan. Hal ini terbukti
dari nilai t-hitung = 2,210 yang
lebih besar dari t tabel = 1,9262 atau
nilai p-value : 0,031 yang lebih
kecil dari = 0,05, maka secara
statistik koefisien rergesi dari
variabel pelatihan terhadap kinerja
karyawan adalah signifikan. Hasil
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 108
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
ini menjelaskan bahwa keragaman
atau perbedaan hasil kinerja
karyawan dapat dijelaskan atau
dipengaruhi oleh pelatihan.
Variabel insentif (X2) dengan
koefisien regresi sebesar 0,245
berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan. Hal ini terbukti dari nilai
t-hitung = 2,196 yang lelih besar
dari t tabel : 1,962 atau nilai p-value
: 0,033 yang lebih kecil dari :
0,05, maka secara statistik koefisien
regresi dari variabel insentif
terhadap kinerja karyawan adalah
signifikan. Hasil ini menjelaskan
bahwa keragaman atau perbedaan
hasil kinerja karyawan dapat
dijelaskan atau dipengaruhi oleh
insentif.
Tabel 12
Hasil Koefisien Regresi Standard
Variabel Koef. Regresi Standard
(beta)
Keterangan Rangking
pengaruh
X1.Pelatihan 0.335 1
X2.Insentif 0.333 2
Dominasi pengaruh dari
kedua variabel dilakukan dengan
memperhatikan hasil koefisien
regresi standard (standardized
coefficient regression). Koefisien
regresi standard yang paling tinggi
menunjukkan retak variabel yang
berpengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan. pada penelitian
ini koefisien terbesar terdapat pada
variabel pelatihan dengan koefisien
sebesar 0,335.
Pembuktian hipotesis
didasarkan pada hasil-hasil analisis
regresi. Pengujian hipotesis untuk
mengetahui apakah hasil
pengolahan data sampel dapat
diterapkan untuk populasi Analisis
regresi digunakan untuk
mengestimasikan hubungan kausal
antara sejumlah variabel dan hirarki
kedudukan masing-masing variabel
dalam serangkaian jalur-jalur
hubungan kausal. Dasar untuk
menjawab permasalahan mengenai
pengaruh antara variabel digunakan
hasil perhitungan dengan metode
regresi dan sekaligus untuk
pengujian hipotesis.
Dasar pengambilan
keputusan untuk pengujian hipotesis
digunakan nilai signifikansi (p-
value) dengan kiteria apabila p-
value >0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, artinya koefisien regresi
yang diperoleh adalah tidak
signifikan, Dan apabila p-value <
0,05 maka FIe ditolak atau FL
diterima, artinya koefisien regresi
yang diperoleh adalah signifikan.
Hipotesis yang menyatakan
bahwa secara simultan terdapat
pengaruh dari pelatihan dan insentif
terhadap kinerja karyawan teruji.
Hasil uji-F terhadap dengan nilai F
sebesar 16,189 (p-value : 0,000)
telah menunjukkan bahwa secara
simultan pelatihan dan insentif
berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Sehingga dapat
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 109
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
disimpulkan bahwa data penelitian
mendukung hipotesis bahwa
pelatihan dan insentif yang baik
akan meningkatkan kinerja
karyawan.
Hipotesis yang menyatakan
bahwa pengaruh dorninan
bersumber dari pelatihan karyawan.
Dominasi pengaruh diterangkan
oleh nilai beta terbesar, dan nilai ini
bersumber dari variabel insentif
dengan nilai beta sebesar 0.335.
Kinerja karyawan PT Bank
Danamon Madiun sangat ditentukan
oleh pelatihan karyawan. Sehingga
dapat clisimpulkan bahrva data
penelitian mendukung hipotesis
bahwa pelatihan berpengaruh
dominan unhrk meningkatkan
kinerja karyawan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Pelatihan Terhadap
Kinerja Karyawan
Hasil analisis regresi
rnenjelaskan bahwa pelatihan
berpengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan. Materi, metode
dan pelatih yang tepat dalam suatu
pelatihan mampu meningkatkan
kinerja karyawan. Kekuatan
pengaruh dari pelatihan adalah
dominan. Hasil penelitian yang
menyatakan bahwa pelatihan
berpengaruh terhadap kinerja
mendukung hasil-hasil penelitian
Jayawarna (2007 ).
Secara definisi pelatihan
(training) adalah proses sistematik
pengubahan perilaku para karyawan
ke dalam suatu arah tertentu guna
meningkatkan tujuan-tujuan
keorganisasian. Dalam pelatihan ini
akan diciptakan suatu lingkungan di
mana karyawan dapat memperoleh
atau mempelajari sikap,
kemampuan, keahlian, pengetahuan,
dan perilaku yang spesifik yang
berkaitan dengan pekerjaan. Melalui
pelatihan akan memberikan jaminan
bagi peningkatan kinerja karyawan
pada pekerjaan yang dihadapi
sekarang, maka pelatihan diarahkan
untuk membantu karyawan
menunaikan pekerjaan mereka
secara lebih baik. Pelaksanaan
pelatihan bertujuan untuk
meningkatkan tiga kemampuan dari
sumberdaya manusia (Katz, 1996
dalarn Alwi, 2001), yaitu
kemampuan dan keahlian yang
bersifat konseptual (conceptual
skill), ketampilan yang bersifat
human (human skill) dan
ketrampilan yang bersifat teknikal
(technical skill).
Kegiatan pelatihan
dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai ketampilan
dan teknik pelaksanaan pekerjaan
tertentu, terinci dan bersifat rutin,
serta untuk keperluan melakukan
pekerjaan sekarang. Di lain pihak
manajemen ingin menyiapkan para
karyawan untuk memegang
tanggung jawab pekerjaan atau
jabatan pada periode mendatang.
Kegiatan pelatihan terdapat dua
metode yaitu : (l) on the job
training dan off the job training.
Dalam pemilihan metode tertentu
untuk digunakan pada program
pelatihan perlu ada trade off oleh
karena itu tidak ada suatu metode
tertentu yang selalu paling baik.
Metode terbaik tergantung pada
sejauh mana suatu teknik memenuhi
faktor : seperti efektivitas biaya, isi
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 110
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
program yang dikehendaki,
kelayakan fasilitas, preferensi dan
kemampuan instruktur, serta prinsip
metode belajar. Dikaitkan dengan
peran unsur sumber daya manusia
dalam meningkatan produktivitas
pada suatu organisasi, program
pelatihan pada dasarnya merupakan
salah satu elemen penting dalam
perencanaan sumber daya manusia
untuk memenuhi kebutuhan
karyawan maupun organisasi.
Pelatihan merupakan suatu proses
harmonisasi yang mempertemukan
kebutuhan organisasi dan kebutuhan
pegawai.
Pelatihan adalah suatu
aktivitas yang berfungsi untuk
meningkatkan kinerja seseorang
dalam pekerjaan yang sedang
dijalani atau yang terkait dengan
pekerjaannya. Melalui pendidikan
dan pelatihan yang didapatkan
tersebut diharapkan dapat untuk
meningkatkan karier seseorang.
pengembangan meliputi pemberian
kesempatan belajar yang bertujuan
untuk mengembangkan individu,
tetapi tidak dibatasi pada pekerjaan
tertentu pada saat ini atau di masa
yang akan datang. Pelatihan
mempunyai berbagai manfaat
jangka panjang yang membantu
karyawan unhrk tanggung jawab
lebih besar di waktu yang akan
datang. para karyawan harus dilatih
dan dikembangkan di bidang
tertentu untuk mengurangi dan
menghilangkan kebiasaan kerja
yang jelek atau untuk mempelajari
ketrampilan baru yang akan
meningkatkan prestasi kerja
mereka.
Menyimak dari uraian di atas
dapat diungkapkan bahwa pelatihan
memegang peranan penting dalam
meningkatkan produktivitas tenaga
kerja yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan organisasi
maupun karyawan yang
bersangkutan.
2. Pengaruh Insentif Terhadap
Kinerja Karyawan Hasil analisis regresi
menjelaskan bahwa pelaksanaan
insentif berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Tata laksana,
jumlah dan proses pemberian
insentif yang tepat mampu
meningkatkan kinerja karyawan.
Kekuatan pengaruh dari insentif
adalah dominan kedua. Hasil
penelitian yang menyatakan bahwa
insentif berpengaruh terhadap
kinerja mendukung hasil-hasil
penelitian Amone et at. (2005),
Cristopher (2003), Nourayi (2008)
Sistem kerja yang baik masih
belum cukup agar membuat
karyawan bekerja dengan sebaik-
baiknya dalam rangka mencapai
kinerja terbaik. sebagai imbalannya,
perusahaan perlu memperhatikan
kesejahteraan karyawan. Tolak ukur
pertama bagi karyawan adalah
imbalan gaji yang diterima dari
perusahaan. Kemudian untuk
semakin meningkatkan kinerja
karyawan, maka perusahaan dapat
menerapkan insentif. Namun
demikian pemberian insentif juga
perru dilakukan dengan cara yang
tepat. Perlu diperhatikan cara
pemberian insentif yang benar,
apakah dengan menggunakan
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 111
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
pemberian insentif berdasarkan
kinerja individual, kinerja
kelompok, ataukah kinerja
perusahaan secara keseluruhan
@ass, 2003;Lew,2000 dan Mahyi,
2005).
Kriteria penting bagi
keberhasilan perencanaan insentif
individual adalah bahwa karyawan
mampu melakukan perilaku yang
ditentukan oleh perusahaan, dan
karyawan memahami bahwa
insentif tersebut berharga dan sesuai
dengan kinerja mereka (Pass, 2000).
perencanaan insentif dapat
dilakukan juga dengan
menggunakan tim atau kelompok.
Perencanaan insentif kelompok
dibutuhkan ketika proses yang
dilakukan tidak dapat diamati secara
individual. perencanaan kelompok
harus memperhatikan keahlian dan
kemampuan dari masing-masing
individual dalam menyelesaikan
tugasnya dan mereka dapat
mengontrol tugas, kejadian dan
ukuran yang membentuk dasar bagi
perencanaan tersebut (Liyin, 2006;
Smith, 2006). Insentif berbasis tim
dapat berbentuk moneter, atau juga
non moneter seperti kepuasan
individual, rasa memiliki bagi
kelompok dan pengembangan
perilaku positif dalam kerja tim dan
kerjasama (Wang, 2008).
penggunaan insentif digunakan
bukan saja sebagai mekanisme
untuk meningkatkan keberhasilan
perusahaan tetapi juga sebagai
usaha untuk meningkatkan peranan
insentif dalam meningkatkan
pencapaian tujuan perusahaan
(Roch, 2000).
Insentif sangat penting bagi
pencapaian tujuan sebuah organisasi
(Mohd, 2007; Applebaum, 1996).
Bagaimana insentif digunakan dan
bagaimana dikaitkan dengan
perilaku organisasional lainnya
dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem ganjaran
dengan pendekatan yang tepat. Ada
banyak pendekatan bagi
kompensasi insentif, seperti bonus
uang, pembelian saham, dan profit
sharing, penggunaan insentif yang
tepat memang dibutuhkan agar
memberikan hasil yang diinginkan
(Mohd, 2007).
Ketika kinerja karyawan
melampaui kinerja yang diharapkan
organisasi maka perusahaan perlu
menghargai usaha tersebut dengan
memberikan insentif yang tepat.
Perusahaan menggunakan insentif
untuk tujuan berbeda-beda, teru-
tama untuk menarik, memper-
tahankan dan memotivasi karyawan
dengan potensial kinerja tinggi.
Namun demikian dalam mencapai
tujuan tersebut perusahaan meng-
hadapi kendala seperti menjaga
keadilan, pengendalian biaya dan
ketentuan legal (Liyin, 2006; Mohd'
2007). Insentif sangatlah penting
dan menjadi perhatian karyawan
karena menjadi indikasi bagi nilai
mereka bagi organisasi. Dengan
melihat kecenderungan untuk
menstandarisasi tingkat upah di
antara pesaing, maka perusahaan
perlu menemukan cara auditing
memotivasi pengembangan pribadi
dan kinerja tinggi dari karyawan.
Antara lain bisa dengan cara
pembinaan karyawan yang
berkelanjutan.
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 112
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
V. PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil - hasil analisis dan
pernbahasan yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya dan dikaitkan
dengan tujuan-tujuan penelitian,
maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelatihan yang ada di lingkungan
PT Bank Danamon Madiun
dinilai cenderung sangat baik
hanya perlu ada peningkatan dari
sisi sasaran dan metode.
Pelaksanaan insentif dinilai
cenderung sangat baik akan
tetapi perlu dilakukan sosialisasi
tentang insentif agar karyawan
mengerti dan memahami tentang
sistem pemberian insentif.
Kinerja karyawan di PT. Bank
Danamon Madiun cenderung
sangat baik sekali tetapi masih
ada kelemahan dari sisi kualitas
hasil kerja.
2. Pelatihan dan insentif
berpengaruh terhadap kinerja
Karyawan di PT Bank Danamon
Madiun. Sikap positif terhadap
pelatihan dan insentif dapat
meningkatkan kinerja karyawan.
3. Dalam penelitian ini antara
variabel pelatihan dan variabel
insentif, variabel pelatihan yang
memiliki pengaruh dominan
terhadap variabel kinerja
B. Saran
Hasil analisis menunjukkan
bahwa baik pelatihan dan insentif
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas jasa karyawan. Ini
berarti bahwa untuk meningkatkan
kinerja karyawan maka PT Bank
Danamon dapat menggunakan
kedua variabel tersebut. PT Bank
Danamon Madiun dalam
meningkatkan pelatihan yang
diberikan kepada karyawan harus
didasarkan pada muatan sesuai
dengan kebutuhan karyawan dan
pelatih yang memahami seluk beluk
Bank. Khusus bagi insentif yang
menjadi faktor pendorong dalam
mempengaruhi kinerja karyawan,
maka PT Bank Danamon Madiun
perlu semakin memperhatikan
pemberian insentif yang baik,
misalnya penyesuaian insentif
berdasarkan bidang pekerjaan dan
pencapaian target yang didapat.
Penelitian ini lingkupnya
masih terbatas pada satu obyek saja,
yaitu PT Bank Danamon Madiun.
Untuk mendapatkan hasil yang
lebih mendalam dan meningkatkan
generalisasi kepada perusahaan-
perusahaan yang lain maka
penelitian ini perlu diperluas dengan
memasukkan obyek yang lain
seperti Bank, baik bank swasta
ataupun bank milik pemerintah.
Penelitian ini dapat dijadikan dasar
bagi pengembangan penelitian
selanjutnya. Dari hasil penelitian
penelitian terdahulu yang ada, maka
perlu dilakukan penelitian lanjutan
yang memodelkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja selain
pelatihan dan insentif. Variabel -
variabel yang bisa diteliti antan lain
kepemimpinan, teknologi,
kompetensi dan lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arnone, Laurent claire Dupont and
severine spataro,2005, Human
Resource Management and
Labour Demand Dynamics In
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 113
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
Belgium, Internasional Journal
of Manpower, Volume 26,
No.7/8, pp: 724-743
Babtiste, Nicole Renee. 2003.
Tightening the link between
employee wellbeing at work
and performance. Joumal of
Management Decision, volume
46, No. 2, pg: 284-309.
Bernarddin, H. John and Russel
(1993) Human Resource
Managemenf, New york : Mc
Graw-Hill
Flippo, E. B (1992) Personell
Management, 6e Ed., singapore
: Mc Graw Hill Book, CO.
Gainey, T.w., Klaas, B.s. (2005),
outsourcrng Relationships
Between Firms and Their
Training Providers: the Role of
Trust, Human Resource
Development Quarterly, Vol.
I6 No.l, pp.7-25.
Galanaky, Eleanna dan Nancy
Paoalexandaris, 2005, outsour-
cing of Human Resource
Management Services h
Greece, International Journal
of Manpower, Volume 26, No.
4, pp: 382-0396
Gujarati, Damodar,2003. Basic
Econometrics, Third Edition,
International Editions, Mc
Graw-Hill, lnc, Singapore.
Hedges, Patricia. 1996. costing the
effectiveness of training: case
study 1 - improving Parcel-
force driver performance.
Industrial and Commercial
Training Volume 28 Number S
I99O pp. l4-lB
Singarimbun Masri. 1999. Metode
penelitian survey. I ggg.
L13ES. Jakarta 104
Heraty, Noreen, 2000, Human
Resource Development In
keland: Organizational Level
Evidence, Journal of European
Industrial Training, volume 24,
No. r, pp:21-33
Hoi, Chun-Keung dan Ashok
Robin. 2004. The design of
incentive compensation for
directors. Journal of corporate
govemance. Vola, No. :
,pp..47-53
Heuselid, M'A., Becker, B.E.
(1996), Methodological Issues
tn Cross-Sectional and Panel
Estimates of the HR-Firm
Performance Link, Industrial
Relations,yol. 35 pp.400-22.
Keiningham, Timothy L., Lerzan
Aksoi dan Antoine Solom.
2006. Reexamining the link
between employee satisfaction
and store performance in a
ietail environment. Internatio-
nal Journal of semice Indultry
Management, volume 17, No.
I, pp: S I-57
Kosnik, Tom, 2006, outsourclng vs
Insourcing In the Human
Resource Supply Chain: A
Comparison of Five Generic
Models, Journal of Personal
Review, Volume 35, Volume 6
L:Orne N. Yanfen Huang, 2007,
How Does Human Capital
Affect the performance of
Small and Mid-Cap Mutual
Funds?, Journal of Intellectual
Capital, Volunte 8 No. 4, pp:
666-681
Lerry, Jonathan L.,2000, Economic
Incentives for Sustainable
Resource consumption At A
Large university - past perfor-
MEDIA SOERJO Vol. 14 No 1 April 2014 114
ISSN 1978 – 6239
Febriawan Ardi Nugroho, Pengaruh Pelatihan dan Insentif Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank Danamon Madiun
mance and Future Consi-
derations,Internasional Journal
of Sustainabitity In Higher
Education
Suyatno. 2003. Dasar-Dasar
Perkreditan Edisi Keempar,
Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Swasto, B. 1996. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Malang: Fakultas Ihnu
Administasi, Universitas
Brawijaya.
Umar, H. 1998. Riset Sumber Daya
Manusia. Jakarta: PT Gramedia