bab ii tinjauan pustaka 2.1 periklanan sebagai metode
TRANSCRIPT
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periklanan Sebagai Metode Komunikasi
2.1.1 Komunikasi
Asal kata komunikasi dari communicatus (bahasa latin) dimana artinya berbagai atau
milik bersama. Kata sifat dari komunikasi adalah communis yang maknanya adalah
bersama-sama atau umum. Harorl D. Lasswell dalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar” memaparkan, komunikasi pada dasarnya yakni proses yang menerangkan
siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat apa atau
biasa kita kenal dengan “Who Says What In Which Channel To Whow With What Effect”.
Dapat diartikan yakni proses menyampaikan pesan oleh komunikator (pengirim pesan)
kepada komunikan (penerima pesan) baik secara langsung dengan lisan ataupun tidak
langsung melalui media, dimana tujuannya guna memengaruhi orang lain untuk
melakukan suatu hal, merubah sikap, serta memengaruhi pemikiran orang lain.
Sedangkan, Onong Uchjana Effendy, memaparkan komunikasi yakni proses
penyampaian pesan kepada orang lain oleh seseorang, dimana tujuannya guna memberi
informasi, merubah perilaku, pendapat, atau sikap orang tersebut. Pesan bisa
disampaikan dengan media (tidak langsung) maupun dengan lisan (langsung).
2.1.2. Macam-macam Metode Komunikasi
Dalam hal penyampaian informasi, komunikasi telah berkembang menjadi beberapa
cabang profesi. Berikut beberapa method of communications, antara lain:
7
2.1.2.1. Advertising (Periklanan)
Periklanan atau advertising termasuk dari metode komunikasi. Periklanan
adalah salah satu bentuk komunikasi yang persuasif atau mengajak dan
mempengaruhi terhadap sesuatu. Advertising ialah penyajian materi dengan
bujukan (secara persuasif) pada publik lewat media massa dimana tujuannya guna
melakukan promosi jasa atau barang.
Lee dan Johnson memaparkan, yang dialih bahasakan oleh Munandar dan
Priatna (2007: hlm 3) dalam jurnal repository.widyatama.ac.id, Periklanan adalah
bentuk dari promosi yang sering perusahaan gunakan dalam melakukan promosi
atas produknya. Fandy Tjiptono (2005: hlm 226) memberikan definisi
komprehensif dari periklanan yakni wujud dari komunikasi tidak langsung dimana
didasari atas informasi mengenai keuntungan atau keunggulan produk, yang
sedemikian rupa disusun hingga memicu rasa senang yang kemudian dapat
merubah pikiran individu untuk membeli.
Sebagai metode komunikasi, periklanan memiliki sasaran untuk memperkuat,
mengingatkan, membujuk, dan menginformasikan. Seiring dengan perkembangan
bisnis yang makin pesat, setiap perusahaan pasti membutuhkan iklan yang kreatif
dalam mempromosikan barang atau jasanya. Contoh dari produk periklanan adalah
sticker, pin, poster, flyer, spanduk, dan lain-lain. Seiring berkembangnya zaman
dan tekhnologi yang semakin pesat, produk periklanan mulai mengalami
perubahan yang modern yaitu melalui media massa semacam radio, koran, televisi,
serta lainnya.
8
2.1.2.2. Public Relations (PR)
Public relations (PR) yakni upaya terencana dan dilakukan secara terus-
menerus, dengan maksud mempertahankan dan membangun interaksi antara
masyarakat dengan organisasi. Pemaparan tersebut memperlihatkan bahwa PR
dianggap sebagai aktivitas atau proses yang tujuannya guna membentuk jalinan
komunikasi antara organisasi dengan pihak luar dari organisasi tersebut (Coulsin-
Thomas, 2002).
Sebagai metode komunikasi, didalam kegiatan PR selalu ada usaha untuk
mewujudkan keharmonisan antara suatu instansi atau perusahaan dengan
publiknya atau masyarakatnya. Dapat disimpulkan bahwa profesi sebagai PR
berkerja di wilayah publik untuk melakukan fungsi komunikasi dengan publiknya.
Dalam dunia PR, kehadiran masyarakat menjadi aspek penting sebagai fungsi
manajemen antara perusahaan/organisasi dengan publiknya. Dalam prakteknya,
seringkali PR disebut sebagai humas karena sama-sama membentuk opini publik
yang memberikan keuntungan untuk dua belah pihak serta menanamkan
kepercayaan dan pengertian kepada publiknya.
2.1.2.3. Jurnalistik
Jurnalistik merupakan salah satu metode komunikasi dimana kegiatannya
berhubungan dengan meliput atau mencari sebuah berita, melakukan pengolahan,
pengeditan, penulisan, pelaporan, sampai penyebarluasan informasi lewat media
massa. Sebagai bagian dari komunikasi, berita menjadi aspek penting dan berperan
dalam menyampaikan informasi yang memuat berbagai peristiwa, isu,
9
karakteristik yang ada di dunia. Sebagai metode komunikasi, jurnalistik bertujuan
untuk menyediakan berita serta informasi yang akurat dan terpercaya kepada
publik. Jurnalistik sangat berkaitan dengan kemajuan industri media, dimana
liputan berita hasilnya akan diserahkan ke media baik online, elektronik, maupun
cetak.
2.1.2.4. Kampanye
Kampanye merupakan salah satu metode komunikasi yang dilakukan oleh
organisasi, kelompok, atau perseorangan guna memperoleh dukungan dari
khalayak luas dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan yang relevan dengan
kampanye biasanya adalah kegiatan pemasaran, politik, sosial, dan sebagainya.
Imawan dalam Cangara (2011:223) memaparkan, yang dipublikasikan jurnal
digilib.unila.ac.id, kampanye yakni usaha persuasif guna mengajak orang lain
yang belum yakin atau belum sepaham terhadap gagasan-gagasan tertentu untuk
akhirnya bergabung dan mendukung paham tersebut. Tujuan dari diadakannya
kampanye adalah meraih simpati bahkan perubahan sikap khalayak.
2.2 Periklanan Sebagai Program Komunikasi Pemasaran
2.2.1 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi Pemasaran merupakan kegiatan pemasaran yang berupaya menyebar
informasi, membujuk dan memengaruhi target atas suatu produk yang disampaikan
supaya dapat diterima, dibeli, serta loyal terhadap produk tersebut (Tjiptono, 1995: hlm
219). Kotler dan Amstrong (2008: hlm 116) memaparkan, komunikasi pemasaran
10
perusahaan yakni kombinasi dari sarana pemasaran langsung, penjualan personal,
hubungan masyarakat, promosi penjualan, dan iklan yang dimanfaatkan perusahaan
untuk secara persuasif membangun hubungan pelanggan dan mengomunikasikan nilai
pelanggan. Sedangkan Kotler dan Keller (2012: hlm 498) memberikan definisi
komprehensif dari komunikasi pemasaran sebagai sarana yang dimanfaatkan perusahaan
dalam usaha mengingatkan, membujuk, serta menginformasikan pada konsumen secara
tidak langsung ataupun langsung mengenai merek dan produk yang dijualnya. Oleh
karenanya komunikasi pemasaran bagi perusahaan sangat berperan krusial untuk
mengomunikasikan produk yang dipasarkan pada khalayak luas, bahkan bisa juga
memberi kontribusi terhadap ekuitas merek dengan menciptakan citra (image) merek
dan menanamkan merek dalam ingatan, serta memperluas pasar dan mendorong
penjualan.
Kontribusi dari suatu komunikasi pemasaran dalam membangun brand equity lewat
marketing communication mix serta kerangka dasar komunikasi umum (penjualan
personal, dari mulut ke mulut, pemasaran langsung dan pemasaran interaktif, hubungan
masyarakat dan publisitas, acara dan pengalaman, promosi penjualan, dan iklan) akan
membangun pemahaman konsumen terkait brand awareness, brand image, brand
response dan brand relation.
Komunikasi pemasaran, di dalamnya mencakup dua unsur pokok yakni:
1. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dimana adalah informasi atau
gagasan pengirim ke penerima melalui suatu media supaya bisa paham akan apa yang
dimaksud dari pengirim dan juga proses dimana pemahaman dan pemikiran disampaikan
antar organisasi dengan individu atau antar individu.
11
2. Pemasaran yakni sejumlah kumpulan aktivitas dimana organisasi atau perusahaan
lainnya mentransfer nilai-nilai mengenai informasi ide, jasa, dan produknya dengan
konsumennya.
Terkait konteks ini, komunikasi pemasaran harus lebih dimaknai sebagai kemampuan
seseorang dalam menyatukan gagasan antara komunikan dengan komunikator.
Komunikan yang mana adalah yang menerima pesan diharapkan terpengaruh hingga
mengikuti apa yang komunikator ajukan yaitu mendapatkan atau membeli barang
tersebut dalam kepentingan guna memuaskan rasa penasaran dan keingintahuan mereka
(Prisgunanto, 2006: hlm 10).
2.2.2 Program-program Komunikasi Pemasaran
Guna mewujudkan tujuan dari pemasaran, suatu perusahaan perlu untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan untuk mengomunikasikan produk yang dimilikinya kepada
sasarannya. Kegiatan ini dinamakan bauran komunikasi pemasaran. Marketing mix atau
bauran komunikasi pemasaran ialah gabungan kegiatan atau variabel yang mana adalah
inti dari sistem pemasaran, variabel yang perusahaan bisa mengendalikannya guna
memengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar targetnya (Assauri, 2010: hlm 198).
Kotler dan Amstrong (2008: hlm 116) memaparkan, bauran komunikasi pemasaran
meliputi:
1. Advertising (iklan)
Iklan ialah komunikasi massa serta harus untuk mengembangkan sikap, menanamkan
informasi, menarik kesadaran, atau mengharapkan terdapatnya tindakan yang
memberikan keuntungan untuk pengiklan. Iklan dimanfaatkan oleh komunikator guna
menyampaikan mengenai informasi ke masyarakat luas dengan suatu tujuan. Contohnya;
12
memberi informasi, mengajak serta mempengaruhi masyarakat agar mengikuti apa yang
iklan tampilkan.
2. Sales Promotion (promosi penjualan)
Promosi penjualan yakni cara pemasaran yang sifatnya nonmedia dan media dengan
maksud guna menstimulasi konsumen untuk coba-coba, memperbaiki kualitas produk
atau meningkatkan permintaan dari konsumen. Upaya pemasaran dengan memanfaatkan
hal ini dilakukan dalam jangka yang tidak lama. Contohnya; produk sampel, kupon
harga, demonstrasi, pertunjukan dan pameran, peragaan, serta seluruh insentif jangka
pendek yang bisa memacu keinginan untuk membeli atau mencoba jasa atau produk.
Dilakukannya promosi penjualan dalam jangka waktu yang relatif singkat dengan
cepatnya aksi penjualan. Apabila dalam beriklan mempunyai tujuan supaya
terbentuknya kesadaran konsumen atas produk, maka tujuan dari promosi penjualan
ialah supaya terdapat peningkatan penjualan semacam memberi kupon hadiah atau
diskon.
3. Public Relations (hubungan masyarakat)
Membina hubungan baik dengan seluruh kalangan guna membangun citra baik
perusahaan, memperoleh publisitas seperti yang diharapkan, serta menghadapi atau
menangani kejadian, berita, dan rumor yang tidak menyenangkan.
4. Personal Selling (penjualan secara pribadi)
Terjadinya interaksi langsung dengan calon pelanggan atau pelanggan guna bisa
memuaskan kebutuhan pelanggan. Melalui ini, perusahaan telah berhadapan dengan
calon pembeli secara langsung guna mencoba memberi informasi pada konsumen
mengenai produk dan juga secara langsung membujuknya untuk melakukan pembelian.
13
5. Direct Marketing (pemasaran langsung)
Hubungan langsung dengan konsumen perorangan yang secara cermat ditargetkan
guna mendapatkan respons segera serta menciptakan hubungan yang langgeng bersama
pelanggan. Misalnya; pemakaian internet, email, televisi respon langsung, telepon, surat
langsung, serta sarana lainnya guna berkomunikasi dengan konsumen secara spesifik.
2.2.3 Konsep Periklanan
Bauran promosi merujuk kepada beberapa aspek komunikasi dari hubungan
masyarakat, promosi penjualan, penjualan pribadi, periklanan, dan pemasaran. Para
pemasar berusaha memperoleh bauran promosi yang sesuai dengan maksud memastikan
produk diterima tidak berkondisi buruk. Bentuk dari bauran promosi di antaranya ialah
iklan.
Iklan dan periklanan pada dasarnya ialah kata yang hampir sama, namun maknanya
berbeda. Periklanan ialah berbagai pesan penjualan yang ditujukan ke calon pembeli
yang sangat potensial atas suatu produk jasa atau barang dengan biaya serendah mungkin
(Jefkins Franks. 1997: hlm 5). Selain itu, periklanan didefinisikan yakni metode
komunikasi di mana komponen didalamnya dapat dibaca, didengar, dan dilihat yang
bertujuan guna membujuk seorang untuk melakukan pembelian produk. Sementara,
iklan ialah perwujudan atau bentuk jadi dari periklanan. Morissan (2010) dalam buku
yang ditulisnya yakni “Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu”, mendefinisikan
advertising atau iklan yakni “any paid form of nonpersonal comunication about
anorganization, product, service, or idea by anidentified sponsor”. Pengertian
sederhananya, sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya melalui iklan
14
melibatkan banyak media massa semacam koran, majalah, radio, TV dengan harapan
informasi-informasi tersebu dapat meluas kepada masyarakat.
Media iklan secara garis besarnya dikelompokkan menjadi media cetak yang meliputi
majalah, billboard atau papan iklan, brosur, surat kabar (koran). Media elektronik seperti
televisi, radio, dan film (Sobur, 2004: hlm 116) dalam buku Periklanan Perspektif
Ekonomi Politik. Dalam buku yang ditulis oleh Yadi Supriadi ini, terdapat beberapa jenis
iklan berdasar isi pesan diantaranya:
1. Iklan Komersial
Tujuan dari iklan ini ialah untuk pemasaran jasa dan produk dengan konsumen atau
sasaran yang bervariasi. Jika diperhatikan hampir semua iklan yang dimuat di berbagai
media memiliki tujuan memperkenalkan sebuah produk, mendorong masyarakat untuk
membeli hingga menanamkan loyalitas konsumen atas produk.
2. Iklan Layanan Masyarakat
Tujuannya ialah mengarahkan, mendidik, menghimbau, dan mengajak masyarakat
sebagai warga dunia atau warga negara. Kriteria dari iklan layanan harus jelas di
antaranya: tidak bersifat keagamaan, tidak bersifat komersial, berwawasan nasional,
nonpolitik dan ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat (kasali, 1992: hlm 202)
3. Iklan Politik
Iklan ini bertujuan untuk kepentingan politik yaitu sebagai media kampanye. Selain
itu juga dapat memperkenalkan partai-partai baru dan membangun citra suatu partai.
15
2.3 Macam-macam Efek Periklanan
2.3.1 Terpaan Iklan
Wells, Burnett, dan Moriarty (2000) memaparkan, exposure atau terpaan ialah tahap
awal dalam membangun persepsi. Suatu pesan dari media dapat didengar, dilihat, dan
dibaca oleh target audiens. Pesan dari iklan tidak akan memicu akibat apabila target
audiens tidak bisa mendengar atau melihat yang dikirimkan, atau secara sederhana iklan
tersebut hanya dilewati oleh target audiens. Mereka juga menerangkan, penentuan
terpaan berdasarkan pengukuran:
1. Durasi yaitu selama apa khalayak memerhatikan iklan (dibaca atau dilihat)
2. Intensitas yaitu sejauh mana khalayak paham akan isi pesannya
3. Frekuensi yaitu sesering apa khalayak melihat iklan
Terdapatnya komunikasi periklanan ini, memiliki tujuan agar iklan bisa berefek pada
konsumennya. Tujuan terpaan iklan yaitu terbentuknya efek komunikasi dimana di
antaranya ialah efek behavioral, afektif, dan kognitif (Kriyantono, 2013: hal 73) dengan
penjelasannya yakni:
1. Aspek Kognitif, yakni efek terpaan iklan di mana dampak aspek ini terletak pada
pengetahuan individu. Misalnya, seseorang dari tidak sadar berubah sadar, tidak paham
berubah paham, serta tidak tahu menjadi tahu.
2. Aspek Afektif, yakni efek terpaan iklan di mana dampak aspek ini terletak pada
perasaan individu. Misalnya saja, muncul perasaan setuju menjadi tidak setuju.
3. Aspek behavioral atau konatif, merupakan efek dari terpaan iklan dimana dampaknya
terletak di ranah perilaku individu. Misalnya, seseorang membeli produk setelah melihat
suatu iklan dan seseorang yang mendatangi pameran setelah melihat iklan di billboard.
16
Selaras akan pemaparan tersebut, bahwa selama apapun dan sesering individu melihat
iklan, individu tersebut belum tentu melihatnya dengan saksama, sebab dapat saja
sebagian atau sekilas. Sehingga, berdasar pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa dimensi yang akan dijadikan pengukuran untuk terpaan iklan mencakup: durasi,
intensitas, dan frekuensi.
2.3.2. Teori AIDDA
Effendy (2003: hlm 305) memaparkan, AIDDA ialah singkatan dari perhatian
(Attention), minat (Interest), hasrat (Desire), keputusan (Decision), tindakan/kegiatan
(Action). Teori ini sering juga disebut dengan A-A Procedure atau from Attention to
Action Procedure. AIDDA secara sederhana bisa digambarkan yakni: supaya calon
konsumen jasa/produk kita berkenan untuk memperhatikan atau sebatas tahu akan
mengenai sesuai yang kita tawarkan sehingga menjadikannya tertarik, selanjutnya akan
berkeinginan memakai jasa/produk kita serta akhirnya akan memutuskan serta memakai
jasa/produk yang kita tawarkan.
17
TAHAP-TAHAP UTAMA MODEL AIDDA
Kognitif
Pikiran
Informasi
Fakta
Sumber: Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
Adapun penjelasan dari elemen model ini, yakni:
1. Attention (Perhatian), langkah pertama dalam komunikasi yang dilakukan
pemasar yaitu membangkitkan perhatian dari khalayak yang menjadi target
sasaran dan kesadaran terhadap produk. Suatu produk tidak akan diperhatikan
oleh khalayak apabila seorang pemasar tidak menunjukkan kelebihan dari produk
yang ditawarkan.
2. Interest (Ketertarikan), munculnya rasa ingin tahu secara mendalam mengenai
sesuatu terkait produk yang ditawarkan oleh pemasar.
A Attention
I Interest
Afektif
Emosi
Sikap
Perasaan D Desire
Konatif
Motif
Mencoba
Bertindak
D Decission
A Action
18
3. Desire (Keinginan), fase dimana target sasaran memiliki kemauan untuk
memiliki produk semakin kuat dan yakin.
4. Decision (Keputusan), fase dimana target sasaran sudah merasa yakin dengan
keputusannya untuk membeli produk.
5. Action (Tindakan), kegiatan merealisasikan ketertarikan serta keyakinan atas
suatu hal, dimana target sasaran membeli produk yang ditawarkan.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh teori AIDDA pada penelitian ini, peneliti
harus mengetahui bagaimana perilaku konsumen di kalangan responden. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan indikator perhatian (attention) untuk melihat
bagaimana perhatian yang diberikan oleh responden terhadap suatu produk pada iklan.
Kemudian, minat (interest) untuk mengetahui seberapa besar minat yang terhadap
produk yang ditawarkan pada iklan. Jika responden memiliki minat yang besar terhadap
produk tersebut maka akan muncul hasrat (desire), serta keputusan (decision) yang harus
diambil konsumen dan terakhir ada tindakan (action) yang dilakukan, baik itu membeli
atau tidak membeli produk yang ditawarkan. Dengan begitu, peneliti bisa mengetahui
bagaimana perilaku konsumen berdasarkan Teori AIDDA yang sudah dikemukakan.
2.4 Perilaku Konsumen Sebagai Efek Periklanan
2.4.1 Perilaku Konsumen
Menurut J.F Engel, Perilaku konsumen diartikan sebagai aktivitas individu yang
terlibat secara langsung dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan
jasa, termasuk proses pengambilan keputusan, persiapan dan penentuan kegiatan-
kegiatan tersebut.
19
Secara umum terdapat dua jenis konsumen yang memiliki ciri-ciri tertentu (Shopiah,
2013), antara lain:
1. Konsumen Rasional
Konsumen ini mengedepankan berbagai aspek konsumen secara umum seperti
kebutuhan utama, kebutuhan mendesak dan kegunaan produk terhadap konsumen
tersebut.
Ciri-ciri dari konsumen rasional adalah:
a. Hanya membeli suatu produk berdasarkan kebutuhan bukan berdasarkan keinginan
b. Produk yang dibeli memberikan kegunaan yang maksimal untuk dirinya
c. Hanya membeli barang yang terjamin kualitas dan mutunya
d. Umumnya membeli produk yang harganya sesuai dengan kemampuan belanjanya
2. Konsumen Irasional
Konsumen ini mudah terpengaruh dengan potongan harga atau strategi marketing
lainnya dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek kebutuhan atau kegunaan
produk tersebut bagi dirinya.
Ciri-ciri dari konsumen irasional antara lain:
a. Sangat mudah terpengaruh oleh iklan dan promosi di berbagai media
b. Cenderung memilih barang berdasarkan popularitas merek, bukan berdasarkan
kegunaannya
c. Biasa membeli barang berdasarkan gengsi, bukan berdasarkan kebutuhannya.
2.4.2 Perilaku Konsumtif
Konsumtif memiliki asal kata consumptive (bahasa Inggris) dimana artinya ialah sifat
menghabiskan, memakai, menggunakan, dan mengonsumsi sesuatu secara berlebihan.
20
Dalam pemahamannya, konsumtif merupakan perilaku yang lebih memprioritaskan
keinginan dibanding kebutuhan dan mengakibatkan pemborosan dan sikap yang
berlebihan. Perilaku konsumtif yakni keinginan mengonsumsi berbagai barang yang
pada kenyataannya tidak begitu dibutuhkan secara berlebih untuk mewujudkan kepuasan
maksimum (Tambunan, 2001: hlm 1) dalam buku Psikologi Konsumen. Tindakan ini
menunjukkan suatu hal yang tidak tuntas serta tidak terdapat skala prioritas yang bisa
dimaknai sebagai gaya hidup bermewah-mewahan.
Konsumen dalam melakukan pembelian produk semata-mata tidak lagi guna
memenuhi kebutuhannya, namun juga agar kesenangannya terpuasnya. Seringkali
keinginan ini memacu individu untuk melakukan pembelian suatu barang yang pada
kenyataannya tidak diperlukan. Ini bisa diketahui melalui pembelian makanan yang
tidak lagi guna mencukupi kebutuhannya namun tergiur oleh promosi-promosi yang
ditawarkan. Seringkali remaja dalam masa peralihan dari anak ke masa dewasa yang
matang, mandiri, dan bebas untuk melakukan pembelian suatu hal yang belum pasti
dibutuhkannya dan tidak menjadi kepentingan utama dimana ini dapat memicu
pemborosan. Keinginan ini mendorong remaja untuk cenderung konsumtif.
Berdasar pemaparan tersebut, didapat kesimpulan mengenai perilaku konsumtif
yakni tindakan konsumen dalam mengambil keputusan, menggunakan, dan
mendapatkan barang yang belum menjadi prioritas utamanya dan bukan kebutuhannya,
sebatas sebab untuk memperoleh pengakuan sosial, mencoba produk baru, dan ingin
mengikuti mode dengan didominasi faktor emosional sehingga memicu berperilaku
konsumtif.
21
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor-faktor yang
dikemukakan oleh Kotler (2000) antara lain:
1. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan. Beberapa faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku konsumtif ialah keluarga, kelompok
sosial, kelas sosial, dan kebudayaan.
2. Faktor Internal
Faktor ini meliputi faktor pribadi dan faktor psikologis. Faktor psikologis, sangat
memengaruhi individu melakukan gaya hidup yang konsumtif (Kotler, 2000: hlm
238), di antaranya: kepercayaan, sikap pendirian, persepsi, dan motivasi serta Kotler
(2000: hlm 232) memaparkan faktor pribadi yakni keputusan pembelian yang
dipengaruhi karakteristik pribadi, yakni: jenis kelamin, kepribadian, keadaan
ekonomi, pekerjaan, dan usia.
2.4.4. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif
Dimensi dari perilaku konsumtif yakni, status, barang tidak produktif, barang di luar
jangkauan, dan pemenuhan keinginan. Sementara Lina dan Rosyid (1997), memaparkan
bahwa perilaku konsumtif memiliki beberapa aspek yakni:
1. Impulsive buying (Pembelian Impulsif)
Aspek ini menerangkan, remaja melakukan perilaku pembelian semata-mata sebab
dilandasi keinginan sesaat atau hasrat yang tiba-tiba, umumnya bersifat emosional, tidak
memikirkan konsekuensinya, serta dilakukan tanpa ada pertimbangan.
2. Wasteful buying (pemborosan)
22
Perilaku konsumtif sebagai perilaku yang tanpa disadari menghamburkan banyak dana
dan tanpa suatu kebutuhan yang jelas.
3. Non rational buying (Mencari kesenangan)
Perilaku di mana konsumen melakukan pembelian suatu hal yang semata-mata
dilakukannya untuk menemukan kesenangan. Diantaranya yang dicari ialah
kenyamanan fisik di mana para remaja akan nyaman serta senang saat mengenakan
sesuatu yang menjadikannya merasa trendy dan berbeda dengan orang lain.
Berdasar pada pemaparan tersebut, beberapa aspek dari perilaku konsumtif meliputi
mencari kesenangan, status, barang tidak produktif, barang di luar jangkauan,
pemenuhan keinginan, pembelian yang bersifat pemborosan, pembelian yang tidak
rasional, serta pembelian yang impulsif.
2.4.5 Efek Behavioral: Keputusan Pembelian
Perilaku konsumtif sendiri tidak terlepas dari proses keputusan pembelian. James F
Angel dkk (1995) dalam buku Psikologi Konsumen, mengatakan bahwa keputusan
pembelian ialah sebuah kelanjutan atau hasil yang seseorang lakukan saat dihadapkan
pada suatu alternatif dan situasi untuk bertindak dalam memenuhi keperluannya.
Terdapat tahapan keputusan belanja oleh Kotler:
a. Problem Recognation (Tahap Pengenalan Masalah)
Proses pembelian diawali saat pembeli mengenali kebutuhan atau masalahnya.
Apabila diketahui kebutuhannya, maka konsumen akan mengetahui mengenai
kebutuhan manakah yang bisa ditunda pemenuhannya, yang perlu segera dipenuhi,
dan yang belum terpenuhi.
23
b. Information Search (Tahap Pencarian Informasi)
Konsumen yang terstimulasi kebutuhannya akan terpacu untuk melakukan pencarian
berbagai informasi terkait sesuatu yang diperlukannya. Sumber informasinya bisa
bersumber dari sumber pengalaman, sumber publik, sumber komersial, dan sumber
pribadi.
c. Evaluation Alternative (Tahap Evaluasi Alternatif)
Sesudah informasi dicari, informasi ini diolah oleh konsumen serta akan membuat
penilaian akhir. Konsumen melakukan evaluasi terhadap alternatif produk yang
hendak dibelinya bergantung kepada situasi membeli spesifik dan bergantung kepada
setiap individu.
d. Purchase Decission (Tahap Keputusan Pembelian)
Konsumen dalam tahap evaluasi membentuk peringkat merek serta membuat niat
untuk melakukan pembelian. Kemungkinan konsumen juga membangun minat untuk
melakukan pembelian produk yang sangat disukainya, namun dua faktor dapat saja
timbul di antara keputusan pembelian dan minat belinya. Faktor ini meliputi situasi
yang tidak diharapkan dan pendapat orang lain tentang produk.
e. Purchase Behavior (Tahap Perilaku Pasca Pembelian)
Tahap ini ialah tindakan lebih lanjut yang diambil konsumen berdasar pada rasa
kepuasan atas produk yang dibeli tersebut. Tahap ini begitu ditentkan oleh
pengalaman konsumen mengonsumsi produk yang dibelinya (Suhari, 2008 ).
24
2.5 Penelitian Terdahulu
Dalam sebuah penilitian, penelitian terdahulu dimaksudkan sebagai bahan acuan serta
perbandingan, juga agar terhindar dari dugaan kesamaan dengan penelitian ini. Sehingga,
peneliti dalam tinjauan pustaka ini memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu:
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Keterangan
Amelia Lestari
BR Ginting
(Universitas
Sumatera Utara,
2020)
Jenis karya
ilmiah: Skripsi
Pengaruh
Marketplace di
Media Sosial
Terhadap Perilaku
Konsumen Pada
Karyawan PT
RAPP (Riau
Andalan Pulp And
Paper)
Mengetahui seberapa besar
pengaruh marketplace
terhadap perilaku konsumen
pada karyawan PT RAPP di
Pangkalan Kerinci.
Jenis penelitian:
Korelasional
Analisis Kuantitatif
Teknik pengumpulan
data: Kuesioner
Teknik sampling:
Sebagian dari
populasi
Sampel: 100
responden
Muhammad
Adrian Reynald
Sukma Adhy
(Universitas
Diponegoro,
2019)
Jenis karya
ilmiah: Skripsi
“Pengaruh Terpaan
Iklan Bukalapak di
Televisi dan
Promosi Penjualan
terhadap Keputusan
Pembelian di Situs
Jual Beli online
Bukalapak”
Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh antara
terpaan iklan televisi
Bukalapak terhadap
keputusan pembelian di
Bukalapak serta guna
mengetahui sebesar apa
pengaruh antara terpaan
promosi penjualan
Bukalapak terhadap
keputusan pembelian di
Bukalapak.
Jenis penelitian:
Eksplanatif
Analisis Kuantitatif
Teknik pengumpulan
data: Kuesioner
Teknik sampling:
non-probability
sampling
Sampel: 70
responden
Aditya Surya
Pratama
(Universitas
Muhammadiyah
Malang)
Jenis karya
ilmiah: Skripsi
“Pengaruh Terpaan
Iklan Gojek Pada
Instagram Evos
Esport Terhadap
Minat Gamer
Menggunakan Jasa
Gojek (Studi Pada
Member Hardcore
Internet Lounge
Malang)”
Guna mengetahui pengaruh
terpaan iklan Gojek pada
instagram Evos terhadap
minat gamers menggunakan
jasa Gojek. Guna megetahui
sebesar apa pengaruh
terpaan iklan Gojek pada
Instagram Evos terhadap
minat gamers menggunakan
produk Gojek.
Jenis penelitian:
Eksplanatif
Analisis Kuantitatif
Teknik pengumpulan
data: Kuesioner
Teknik sampling:
accidental sampling
Sampel: 89
responden
25
2.6 Hipotesis dan Definisi Variabel
2.6.1 Hipotesis
Menurut Kriyantono (2006, hlm 28) hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat yang
kurang, dimana artinya hipotesis ialah pernyataan atau pendapat yang kebenarannya
masih belum diketahui, lebih dulu masih harus dilakukan pengujian sebab bersifat
dugaan awal atau sementara. Hipotesis ini kemudian diuji oleh peneliti melalui
memanfaatkan pendekatan kuantitatif. Hipotesis penelitian ini ialah:
H0 : Tidak terdapat pengaruh terpaan iklan GrabFood terhadap perilaku konsumtif
mahasiswa
H1 : Terdapat pengaruh terpaan iklan GrabFood terhadap perilaku konsumtif mahasiswa
2.6.2 Definisi Konseptual
Definisi konseptual yakni penggambaran secara menyeluruh dan umum dimana
menyiratkan tujuan dari suatu istilah atau konsep. Hamidi (2010:141) memberikan
definisi komprehensif dari definisi konseptual yakni batasan mengenai pengertian dari
peneliti atas seluruh variabel yang hendak digali, diteliti, serta diukur datanya. Tujuan
dari definisi konseptual ialah guna memberikan pembatasan terhadap permasalahan
yang henda diteliti. Mengacu pada judul penelitian ini “Pengaruh Terpaan Iklan
GrabFood Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa” maka peneliti memberi batasan
supaya tidak memicu kekeliruan definisi. Penelitian ini mencakup satu variabel
tergantung dan satu variabel bebas. Variabel bebas disimbolkan dengan X sementara
variabel tergantung disimbolkan dengan Y. Berikut adalah penjelasannya:
1. Variabel Bebas (X) penelitian ini ialah Terpaan Iklan Grabfood. Terpaan adalah
keadaan dimana khalayak memperoleh berbagai pesan dari media massa. Iklan
26
memiliki kecenderungan mengulang - ulang menayangkan siaran produk, secara tidak
langsung sebagai audiens akan melihat dan mendengarkan iklan tersebut, jika terus
mendapatkan terpaan iklan itu secara tidak sadar kita dapat mengingat dan lebih
memperhatikannya.
2. Variabel Terikat (Y) penelitian ini ialah Perilaku Konsumtif. Perilaku Konsumtif
ialah keinginan untuk mengonsumsi berbagai barang secara berlebih yang pada
kenyataannya tidak begitu dibutuhkan hanya untuk mewujudkan kepuasan semata
(Tambunan, 2001: hlm 1). Khalayak dapat membentuk perilaku tertentu setelah
melihat dari iklan yang telah ditontonnya. Seseorang akan mengambil tindakan
setelah apa yang mereka lihat. Dan ketika mereka belum menggunakan ataupun sudah
menggunakan barang atau jasa secara berlebihan yang telah diiklankan jauh diatas
kebutuhannya, maka aspek ini akan muncul sikap perilaku konsumtif.
2.6.3 Definisi Operasional
Maksud dari definisi operasional yakni petunjuk penelitian bagaimana variabel
diukur (Hamidi, 2007: hlm 142). Melalui mengetahui definisi operasionalnya, maka
peneliti akan tahu akan variabel yang hendak ditelirinya. Definisi operasional secara
sederhana ialah indikator dari variabel.
27
Tabel 2. 2 Variabel dan Indikator Penelitian
No. Variabel Indikator Item Skala
Attention
(Perhatian)
Perhatian atau kesadaran khalayak
terhadap produk
1
Terpaan Iklan (X)
• Frekuensi Terkena
Terpaan
Iklan
Seberapa sering iklan dilihat oleh
khalayak. Likert
• Intensitas Terkena
Terpaan
Iklan
- Seberapa besar tingkat perhatian khalayak
terhadap iklan.
- Bagian-bagian yang
diperhatikan dalam iklan.
Likert
• Durasi
Terkena
Terpaan
Iklan
Seberapa lama iklan dilihat saat
tayang (dari awal sampai akhir).
Likert
2.
Perilaku
Konsumtif (Y)
Interest (Minat) Ketertarikan untuk mengetahui
lebih lanjut terkait produk yang
ditawarkan.
Likert
Desire (Hasrat) Keinginan khalayak untuk
memiliki produk yang ditawarkan. Likert
Decission
(Keputusan)
Keputusan untuk membeli
produk/tidak.
Likert
Action (Tindakan) Tindakan nyata dalam membeli
sesuatu produk/tidak. Likert