bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengangguran 2.1.1 definisi...

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi Pengangguran Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. (Sukirno, 2004: 28) Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu: 1. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan. 2. Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001: 4). Data pengangguran dikumpulkan BPS melalui survei rumah tangga, seperti Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Diantara sensus/survei tersebut Sakernas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan secara periodik. Saat ini Sakernas diselenggarakan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara)

Upload: dinhlien

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengangguran

2.1.1 Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara

aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. (Sukirno, 2004: 28)

Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi

pengangguran yaitu:

1. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok

penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan

bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.

2. Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai

buruh karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama

periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal,

yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan

lain/tambahan (BPS, 2001: 4).

Data pengangguran dikumpulkan BPS melalui survei rumah tangga, seperti

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Sensus Penduduk (SP), Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas). Diantara sensus/survei tersebut Sakernas merupakan survei yang

dirancang untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan secara periodik. Saat ini

Sakernas diselenggarakan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.

(Badan Pusat Statistik Sumatera Utara)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Berdasarkan pengertiannya, pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga,

antara lain :

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)

Penganggguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak

mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum

mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga

yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.

Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)

Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena

terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan

mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak

mengurangi jumlah produksi. Pengangguran terselubung bisa juga terjadi

karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan

kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal.

Setengah Menganggur (Under Unemployment)

Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja

secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada

yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah

tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau kurang

dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah

menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur

sambil menunggu proyek berikutnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Pengangguran terbuka (Open Unemployment) atau secara umum

disebut dengan pengangguran, adalah penduduk usia kerja yang tidak

mempunyai pekerjaan apapun, yang secara aktif mencari pekerjaan.

Pengangguran di negara-negara berkembang bisa dipilah kedalam dua

kelompok, yaitu pengangguran perkotaan dan pedesaan. (BPS, 2000:8)

2.1.2 Jenis-jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya

Menurut Sadono Sukrino (2000), jika dilihat dari sebab-sebab timbulnya,

pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis sebagai berikut :

Pengangguran Friksional (Frictional unemployment)

Yaitu pengangguran yang timbul akibat perpindahan orang atau

sekelompok orang dari satu daerah ke daerah lain, dari satu pekerjaan ke

pekerjaan yang lain dan karena tahapan siklus hidup yang berbeda.

Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)

Pengangguran ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur

perekonomian yang menyebabkan kelemahan di bidang keahlian lain.

Pengangguran Siklus (cyclical unemployment)

Pengangguran ini terjadi karena adanya gelombang konjungtur, yaitu

adanya resesi atau kemunduran dalam kegiatan ekonomi.

Pengangguran teknologi

Pengangguran ini terjadi karena adanya penggunaan alat–alat teknologi

yang semakin modern.

Pengangguran Musiman

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Pengangguran musiman terjadi karena adanya perubahan musim.

2.1.3 Konsep Angkatan Kerja

a. Bekerja Penuh (Employed)

Yaitu orang – orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya lebih dari 35

jam / minggu.

b. Setengah Menganggur (Underemployed)

Yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaat secara penuh. Jam

kerjanya kurang dari 35 jam/minggu. Berdasarkan definisi ini, tingkat

pengangguran di Indonesia termasuk tinggi, yaitu 35% per tahun.

c. Menganggur (Unemployed)

Yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari

pekerjaan. Kelompok ini sering disebut Penganggur Terbuka. (Rahardja &

Manurung, 2004:173)

2.1.4 Faktor Penyebab Pengangguran di negara-negara berkembang

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pengangguran di negara-negara

berkembang, antara lain:

Kebijakan Pemerintah yang Tidak Tepat

Perekonomian di negara berkembang pada umumnya dikategorikan

ke dalam dua sektor, yaitu sektor subsisten yang diasumsikan dan

dicirikan sebagai sektor yang lamban, tradisional, terbelakang, dan

mempunyai pengangguran tidak kentara dan sektor modern berupa

pertambangan, perkebunan, dan industri. Pada akhirnya pembangunan

disusun dengan strategi perluasan sektor modern melalui akumulasi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

kapital. Dimana pertumbuhan sektor modern akan menyerap angkatan

kerja dari sektor tradisional sampai pada akhirnya tidak ada lagi yang

tersisa. Namun, pada kenyataannya, tidak semua negara berkembang dapat

mengikuti perkembangan dan kemajuan industri. Yang berakibat kepada

meningkatnya penggunaan teknologi yang padat kapital. Yang mendorong

meningkatnya investasi. Selain itu juga, kepercayaan yang salah yang

menganggap bahwasanya dengan tingginya investasi maka kesempatan

kerja pun akan meningkat. Namun, pada kenyataannya, penggunaan

teknologi yang kurang tepat, menyebabkan penyerapan kesempatan pun

menjadi kecil. Di lain pihak, kurangnya upaya pelatihan tenaga kerja,

menyebabkan langkanya angkatan kerja yang memliki skill. Yang pada

akhirnya, memaksa para pengusaha untuk memilih proses mekanis.

Distorsi Harga Faktor Produksi

- Tingginya Upah di Sektor Modern

Upah yang berlaku untuk tenaga kerja tak berskill di sektor modern

di negara-negara berkembang seringkali melebihi tingkat upah

keseimbangan pasar karena adanya kebijakan upah minimum dari

pemerintah, tekanan serikat pekerja, dan perusahaan asing yang

beroperasi di negara tersebut yang biasanya menentukan upah lebih

tinggi dari tingkat upah domestik. Pemerintah sering berinisiatif

memberlakukan kebijakan upah minimum dengan argumentasi untuk

membantu para pekerja miskin. Sering pula kebijakan pemerintah

tersebut merupakan pengaruh dari tekanan serikat buruh. Sementara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

itu, perusahaan asing yang berlokasi di negara tersebut biasanya

memberikan upah yang meskipun di bawah standar negara mereka,

tetapi lebih tinggi dari standar domestik untuk memastikan

mendapatkan tenaga kerja berkualitas dan akhirnya mendorong tingkat

upah domestik untuk ikut meningkat. Jika dihitung secara kasar di

seluruh negara berkembang, Pendapatan per pekerja dari upah

minimum resmi ternyata beberapa kali lebih tinggi daripada

pendapatan per kapita negara tersebut. Hal ini akan menyebabkan

pengangguran yang lebih tinggi karena beberapa studi menunjukkan

tingkat upah yang tinggi akan mengurangi penyerapan tenaga kerja.

- Rendahnya Biaya Kapital

Beberapa kebijakan pemerintah telah membuat biaya kapital di

negara-negara berkembang menjadi rendah, misalnya kebijakan

mendorong investasi dengan mengenakan subsidi tingkat bunga dan

potongan pajak, atau kebijkan menjaga tingkat kurs lebih rendah dari

keseimbangan pasar. Kurs yang rendah membuat harga barang impor,

termasuk barang-barang kapital menjadi murah. Kebijakan ini

ditunjang pula dengan kebijakan pemerintah di negara-negara

berkembang untuk memprioritaskan impor barang-barang kapital

(supaya impornya tidak berupa barang konsumsi, tetapi barang-barang

produktif), sehingga sempurna mendorong pengusaha untuk

mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan akhirnya

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

mengadopsi teknologi padat kapital yang akan menyerap sedikit tenaga

kerja.

- Pengangguran Penduduk Berpendidikan Tinggi

Pengangguran tenaga kerja berpendidikan di negara-negara

berkembang tersebut disebabkan karena lapangan kerja tidak sesuai

dengan kurikulum yang diajarkan di bangku sekolah. Salah satu

sebabnya adalah karena kurikulum yang disusun di negara-negara

berkembang tersebut lebih condong ke ilmu sosial yang lebih mudah

diselenggarakan dari pada ilmu-ilmu alam dan teknik yang sebenarnya

lebih dibutuhkan dibanyak perusahaan. Di sisi lain para lulusan

tersebut lebih suka memilih untuk pekerjaan yang mereka rasakan

lebih cocok dengan pendidikan mereka yang menolak untuk bekerja di

bidang lain, terutama jika bayarannya di bawah standar yang mereka

inginkan. Pengangguran jenis ini mempunyai kompleksitasnya sendiri.

2.1.5 Dampak Pengangguran

Adapun dampak-dampak pengangguran terhadap perekonomian, antara lain

sebagai berikut:

a. Dampak Pengangguran terhadap perekonomian

1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan

kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran menyebabkan

pendapatan nasional yang sebenarnya (actual output) dicapai lebih rendah

dari pada pendapatan nasional potensial (potential output). Keadaan ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai lebih rendah dari

pada tingkat yang mungkin dicapainya.

2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah

berkurang. Pengangguran yang diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi

yang rendah, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan yang

diperoleh pemerintah akan semakin sedikit. Dengan demikian,

pengangguran yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah

dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.

3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran

menimbulkan dua akibat buruk kepada sektor swasta. Pertama,

pengangguran tenaga kerja biasanya akan diikuti pula dengan kelebihan

kapasitas mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini jelas tidak akan

mendorong perusahaan untuk melakukan investasi di masa yang akan

datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan kegiatan

perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah

mengurangi keinginan perusahaan untuk melakukan investasi. Kedua hal

tersebut jelas tidak akan menggalakkan pertumbuhan ekonomi di masa

yang akan datang.

b. Dampak Pengangguran terhadap Individu dan Masyarakat

1. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan

pendapatan. Di negara-negara maju, para penganggur memperoleh

tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran, dan oleh

sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

kehidupan dan keluarganya. Di negara sedang berkembang tidak terdapat

program asuransi pembangunan, dan karenanya kehidupan penganggur

harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman (bantuan keluarga

dan teman-teman). Keadaan ini potensial bisa mengakibatkan

pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.

2. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Keterampilan

dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila

keterampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam

kurun waktu yang lama akan menyebabkan tingkat keterampilan pekerjaan

menjadi semakin merosot.

3. Selain hal-hal tersebut pengangguran dapat pula menimbulkan

ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan

pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat

kepada pemerintah yang berkuasa. Kegiatan-kegiatan kriminal seperti

pencurian dan perampokan dan lain sebagainya pun akan semakin

meningkat.

3.1 Inflasi

3.1.1 Definisi Inflasi

Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami

kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali

waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. (Nanga, 2001: 237)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Sementara itu, menurut Rahardja (1997), inflasi adalah kecenderungan

dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan

harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan

meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.

Dari uraian diatas, setidaknya ada 3 hal penting yang ditekankan, yaitu:

1. Adanya kecenderungan harga yang tidak mengikat, yang berarti bisa saja

tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik

dibandingkan dengan sebelumya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yg

meningkat.

2. Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus-menerus

(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi

bisa beberapa waktu lamanya.

3. Bahwa tingkat harga yang dimaksud disni adalah tingkat harga umum,

yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada

satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga - harga secara

umum.

3.1.2 Jenis-jenis Pengelompokan Inflasi

Berdasarkan laporan hasil Sosial Indonesia 2007 BPS, ada beberapa

jenisi pengelompokan inflasi, yaitu :

- Inflasi IHK atau inflasi umum (headline inflation)

Inflasi seluruh barang/jasa yang dimonitor harganya secara periodic.

Inflasi umum adalah komposit dari inflasi inti, inflasi administered prices,

dan inflasi volatile goods.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

- Inflasi inti (Core Inflation)

Adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor

fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan

permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubhan

harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan persistent.

Berdasarkan SBH 2007 jumlah komoditasnya sebanyak 694 antara lain

beras, kontrak rumah, upah buruh, mie, susu, mobil, sepeda motor, dan

sebagainya.

- Inflasi Administered (Administered Price Inflation)

Adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara

umum diatur pemerintah. Berdasarkan SBH 2007 jumlah komoditasnya

sebanyak 19 antara lain bensin, tariff listrik, rokok dan sebagainya.

- Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price Inflation)

Adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat

bergejolak. Umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer

seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan

distribusi. Pada umumnya didominasi oleh bahan makan, sehingga sering

disebut sebagai inflasi volatile foods. Jumlah komoditinya sebanyak 61

antara lain beras, minyak goring, cabe, daging ayam ras, dan sebagainya.

Sementara itu, berdasarkan bobotnya, inflasi dapat dibedakan

menjadi :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

1. Inflasi ringan (10% setahun), ditandai dengan kenaikan harga berjalan

secara lamban dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu

yang relative lama.

2. Inflasi sedang (10-30% setahun), ditandai dengan kenaikan harga yang

relative cepat atau perlu diwaspadai dampaknya terhadap perekonomian.

3. Inflasi berat (30-100%), ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar

dan terkadang berjalan dalam waktu yang relative pendek serta

mempunyai sifat akselerasi, yang artinya harga minggu atau bulan ini lebih

tinggi dari minggu atau bulan sebelumnya.

4. Hiperinflasi (> 100%), dimana inflasi ini merupakan inflasi yang paling

parah, akibatnya dimana masyakat tidak lagi berkeinginan untuk

menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukarkan

dengan barang. Harga-harga barang naik 5 sampai 6 kali. Biasanya

keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja

(misalnya: ditiimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai atau ditutup

dengan mencetak uang.

Sementara, menurut asalnya, inflasi dibedakan menjadi:

1. Domestic Inflation

Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti kenaikan

konsumsi masyarakat, ekspansi moneter dan lain sebagainya.

2. Imported Inflation

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Inflasi yang berasal dari luar negeri, seperti kenaikan harga – harga barang di

Negara-negara langganan dagang kita, mekanismenya baik melalui impor

ataupun ekspor. (Waluyo, 2007:176)

Berdasarkan penyebab awalnya, dapat dibedaan menjadi dua yaitu:

1. Demand Pull Inflation

Demand Pull Inflation yaitu inflasi yang timbul karena permintaan

masyarakat terhadap berbagai barang terlalu kuat. Demand Pull Inflation

terjadi karena kenaikan permintaan agregat dimana kondisi produksi telah

berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi

mendorong kenaikan output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan

harga yang disebut inflasi murni.

Kenaikan permintaan yang melebihi Prosuk Domestik Bruto akan

menyebabkan Inflationary Gap yang menyebabkan inflasi. Negara yang

menganut sistem pasar bebas dapat mengalami demand pull inflation yang

muncul dari sektor riil dan sektor moneter. (Khalwaty, 2000, P : 15 – 16).

AS

P1

P2 AD2

AD1

0 Q1 Q2

Gambar 3.1 Demand Pull Inflation

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Karena permintaan akan barang-barang (agregat demand) bertambah misalnya

karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan

uang atau kenaikan permintaan barang luar negeri akan barang-barang ekspor atau

bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, maka

kurva agregat demand bergeser dari AD1 ke AD2, akibatnya tingkat harga umum

naik dari P1 ke P2.

2. Cost Push Inflastion

Cost Push Inflation yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya

produksi. Pada cosh push inflation tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan

tingkat permintaan. Karena adannya kenaikan harga faktor produksi sehingga

produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu.

Penawaran agregat terus menurun karena adanya kenaikan biaya produksi.

Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama maka akan terjadi inflasi yang

disertai resesi.

AS2 AS1

P2

P1 AD

0 Q2 Q1 Gambar 3.2 Cost Push Inflastion

Bila biaya produksi naik karena kenaikan harga sarana produksi yang

didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak

maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S1 ke S2. Kedua jenis inflasi ini

jarang sekali dijumpai secara murni dalam praktek, pada umumnya bentuk yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

sering terjadi adalah kombinasi dari kedua jenis inflasi tersebut, dan sering kali

keduanya saling memperkuat satu sama lain. (Khalwaty, 2000, P : 20).

3.1.3 Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi, masing-

masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, dan masing-masing

bukan teori inflasi yang lengkap yang mencakup semua aspek penting dari proses

kenaikan harga ini. Untuk menerapkannya kita harus menentukan aspek-aspek

mana yang dalam kenyataan penting dimana proses inflasi di suatu negara, dengan

demikian teori mana atau kombinasi mana yang lebih cocok. (Budiono, 1990, P :

167-175).

Teori Kuantitas

Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun

teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern

terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan

dalam proses inflasi dari jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai

kenaikan-kenaikan harga (ekspektasi). Inti teori ini adalah:

• Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar.

Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian seperti kegagalan

panen hanya akan menaikkan harga – harga sementara saja. Bila uang

tidak ditambah inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab awal

kenaikan harga tersebut.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

• Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar

dalam harapan masyarakat megenai kenaikan harga-harga di masa yang

akan datang.

Ada 3 kemungkinan keadaan:

- Bila masyarakat tidak mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan

mendatang. Sebagian besar dari pernambahan jumlah uang yang beredar

akan diterima oleh masyarakat untuk menambah likuiditasnya. Ini berarti

sebagian besar dari kenaikan jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan

untuk pembelian barang. Selanjutnya tidak ada kenaikan permintaan yang

berarti terhadap barang-barang, jadi tidak ada kenaikan harga. Kenaikan

ini biasa dijumpai pada saat inflasi masih naru, masyarakat belum sadar

bahwa inflasi sering berlangsung.

- Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi. Penambahan jumlah uang

beredar tidak lagi diterima masyarakat untuk menambah pos kasnya, tetapi

menambah pembelian barang-barang. Hal ini dilakukan karena orang-

orang berusaha untuk menghindari kerugian yang ditimbulkan seandainya

mereka memegang uang tunai. Orang secara perorangan. Melakukan

penyesuaian dalam neracanya dengan membelanjakan kasnya untuk

membeli barang-barang. Dari masyarakat secara keseluruhan ini berarti

ada permintaan barang-barang. Akibat selanjutnya kenaikan harga barang-

barang tersebut. Bila masyarakat mengharapkan kenaikan harga-harga

untuk naik dimasa mendatang sebesar laju inflasi di bulan bulan yang lalu,

maka kenaikan jumlah uang beredar sepenuhnya diterjemahkan menjadi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

kenaikan permintaan akan barang-barang. Keadan ini biasa di jumpai pada

waktu inflasi sudah berjalan cukup lama dan orang-orang mempunyai

cukup waktu untuk menyeseuaikan sikapnya terhadap situasi yang baru.

- Dalam tahap ketiga terjadi hiperinflasi. Orang-orang sudah kehilangan

kepercayaannya terhadap mata uang. Keadaan ini ditandai dengan makin

cepatnya perderan uang. Hiperinflasi menyebabkan hancurnya sendi-sendi

ekonomi moneter dan sosial politik masyarakat. Struktur masyarakat yang

baru akan timbul menggantikan yang lama.

Teori Keynes

Dimana, inflasi didasarkan pada teori makro dan menyoroti aspek lain selain

inflasi. Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas

ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan rezeki

diantara kelompok-kelompok sosial yang mengiginkan bagian yang lebih besar

daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses ini akhirnya

menimbulkan keadaan dimana permintaan masyarakat melebihi jumlah yang

tersedia, yang pada akhirnya menimbulkan inflationary gap. Inflationary gap

timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan

aspirasi mereka menjadi permintaan efektif.

Bila jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat tersebut, pada

tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum barang-barang yang

dihasilkan oleh masyarakat maka inflationary gap timbul. Karena permintaan total

melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik. Proses inflasi

akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat. Inflasi akan

berhenti bila jumlah permintaan efektif total melebihi jumlah output yang tersedia

pada tingkat harga yang berlaku.

Teori Strukturalis

Yaitu teori dimana inflasi didasarkan pada pengalaman di negara-negara

Amerika latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur

perekonomian negara-negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan

dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian, yang berubah secara gradual

dalam jangka panjang maka teori ini dapat disebut sebagai teori inflasi jangka

panjang. Menurut teori strukturalis ada dua ketegaran utama pada negara-negara

berkembang yang menimbulkan inflasi, antara lain:

- Ketidakelastisan penerimaan ekspor

Yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara perlahan dibandingkan dengan

pertambahan sektor lain. Hal ini disebabkan oleh :

a) Harga pasar dunia barang-barang ekspor semakin tidak menguntungkan

dibandingkan dengan haraga impor yang disebut dengan memburuknya

term of trade. Harga barang-barang hasil alam yamg merupakan ekspor

negara berkembang tumbuh lebih lambat dibanding harga barang-barang

industri yang merupakan impor negara sedang berkembang.

b) Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.

Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan

untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Akibatnya negara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

tersebut terpaksa mengambil kebijaksanaan pembangunan yang

menekankan pada penggalakan produksi dalam negeri untuk barang-

barang sebelumnya di impor (impor substitution strategy), meskipun

seringkali produksi dalam negeri mempunyai biaya produksi lebih tinggi

dari pada barang sejenis yang di impor. Biaya produksi yang lebih tinggi

ini menyebabkan harga yang lebih tinggi. Bila proses substitusi impor ini

terus berlangsung juga meluas maka kenaikan biaya produksi juga meluas

ke berbagai barang yang tadinya diimpor sehingga makin banyak harga-

harga yang naik, sehingga terjadi inflasi.

- Ketidakelastisan Supply atau Produksi Bahan Makanan dalam Negeri.

Pertambahan produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh

secepat pertambahan penduduk dan pendapatan perkapita, sehingga bahan

makanan dalam negeri cenderungnaik melebihi harga-harga barang lain.

Kenaikan harga barang menyebabkan tuntunan kenaikan upah dan

kenaikan upah diikuti oleh kenaikan harga lagi. Proses ini akan terhenti

dengan sendirinya jika harga bahan makanan tidak terus naik.

Dalam teori strukturalis ada tiga hal yang perlu dicatat:

1. Teori ini menjelaskan proses inflasi jangka panjang di negara-negara yang

sedang berkembang

2. Proses inflasi tersebut hanya berlangsung terus apabila jumlah uang yang

beredar bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang yang beredar maka proses

tersebut akan berhenti dengan sendirinya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

3. Sering dijumpai bahwa ketegaran structural tersebut disebabkan oleh kebijikan

harga/moneter pemerintah sendiri. Sering pula dijumpai bahwa ketidakmampuan

produksi barang ekspor untuk tumbuh disebabkan oleh kurs valuta asing yang

ditekan terlalu rendah dengan maksud menekan inflasi. Sering pula

ketidakelastisan ini disebabkan oleh adanya pungli sehingga harga yang diterima

produsen benar-benar rendah, dan kurang cukup menggairahkan industri.

3.1.4 Pengukuran Tingkat Inflasi

1. Indeks Harga Konsumen

Salah satu cara untuk mengukur tingkat inflasi adalah dengan

menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), IHK merupakan indeks yang

paling banyak digunakan dalam menghitung inflasi termasuk di Indonesia yang

dilakukan oleh badan pusat Statisk (BPS). IHK dapat digunakan untuk

menghitung inflasi bulanan, triwulan, semester, dan tahunan. Untuk menghitung

inflasi dapat digunakan rumus :

Keterangan:

I = Tingkat inflasi pada tahun atau periode t

IHKt = Indeks harga konsumen pada tahun atau periode t

IHK t-1 = Indek harga konsumen pada tahun atau periode t-1

Perhitungan ini mempunyai kelemahan yaitu sangat peka terhadap fluktuasi

barang-barang yang berpengaruh terhadap Indeks Biaya Hidup Konsumen

(ISHK), terutama harga barang-barang kebutuhan pokok. Akibat tingkat inflasi

relative tinggi mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah dan gaji mereka.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Kenaikan upah akan mendorong kenaikan biaya prosduksi. Disamping itu tingkat

inflsi yang tinggi mendorong perintah untuk memberi subsidi pada masyarakat

dan proteksi pada kalangan industri agar dapat hidup dan bersaing terutama

industri yang berorientasi ekspor. Keadaan tersebut dalam jangka panjang akan

semakin menigkatkan inflasi.

2. Indeks Biaya Hidup (IBH)

Angka indeks tersebut tidak mengikuti perkembangan nilai mata uang

sehingga kebijaksanaan pemerintah dan pola konsumsi sudah berubah (banyak

barang yang tercakup dalam IBH sudah tidak dijual lagi), dan hanya mencakup

pengeluaran buruh kelas bawah dan jumlah sampel relaitf kecil, sehingga faktor

penimbangnya menjadi tidak realistis. Pengangguran indikator inflasi di Indonesia

berganti dengan IHK karena kelemahan-kelemahan IBH tersebut.

3. GDP Deflator (PDB deflator)

GDP deflator adalah rasio antara GDP nominal (PDB nominal) dengan GDP

real (PDBriil) dari tahun tersebut, GDP Deflator yang mempunyai cakupan lebih

luas disbanding kedua indeks terdahulu, sebenarnya mencerminkan

perkembangan tingkat harga umum (general price index).

4. Indeks Harga Perdagangan Besar

IHPB (Indeks harga perdagangan bebas) mengukur inflasi

berdasarkan harga-harga barang pada tingkat produsen, metode perhitungannya

sama dengan IHK hanya berbeda jumlah dan jenis barang dalam keranjang.

Barang yang termasuk kategori barang ini merupakan barang mentah dan barang

setegah jadi. (Badan Pusat Statistik, 2010)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

3.1.5 Hubungan Pengangguran dan Inflasi

Kurva Philiips pertama kali dikemukakan oleh A.W. Philips, pada tahun 1958.

Philips menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengangguran dan

perubahan tingkat upah. Philips menggunakan perubahan tingkat upah karena

upah akan mempengaruhi harga barang dan jasa dan pada akhirnya juga

mempengaruhi inflasi. Pada perkembangannya, kurva Philips yang digunakan

oleh para ekonom saat ini berbeda dalam penjelasan mengenai hubungan yang

terdapat dalam kurva tersebut. Philips menyatakan bahwa perubahan tingkat upah

dapat dijelaskan oleh tingkat pengangguran dan perubahan tingkat inflasi.

Kurva Philips

%

Tingkat

Inflasi

0 Tingkat Pengangguran % Sumber : Samuelson and Nordhaus, 2004 : 395 Gambar 3.3 Kurva Philips Bentuk kurva Philips memiliki kemiringan menurun, yang menunjukkan

hubungan negatif antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran, yaitu

saat tingkat upah naik, pengangguran rendah, ataupun sebaliknya. Kurva Philips

membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi

tidak mugnkin terjadi secara bersamaan, yang berarti bahwa jika ingin mencapai

kesempatan kerja yang tinggi / tingkat pengangguran rendah, sebagai

konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi. Dengan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

kata lain, kurva ini menunjukkan adanya trade-off (hubungan negative) antara

inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu tingkat pengangguran akan selalu dapat

diturunkan dengan mendorong kenaikan laju inflasi, dan bahwa laju inflasi akan

selalu dapat diturunkan dengan membiarkan terjadinya kenaikan tingkat

pengangguran.

4.1 Pendidikan

4.1.1 Definisi Pendidikan

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

nasional yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Adapun ciri-ciri wajib belajar yang diterapkan di negara maju (compulsory

education) adalah sebagai berikut:

a) Ada unsur paksaan agar peserta didik bersekolah

b) Diatur dengan undang-undang wajib belajar

c) Tolak ukur keberhasilan program adalah tidak adanya orang tua yang

terkena sanksi karena telah mendorong anaknya bersekolah

d) Ada sanksi bagi orang tua yang membiarkan anaknya tidak sekolah.

Sedangkan ciri-ciri wajib belajar yang diterapkan di Indonesia (universal

primary education) adalah sebagai berikut:

a) Tidak bersifat paksaan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

b) Tidak diatur dengan undang undang tersendiri

c) Keberhasilan diukur dari angka partisipasi dalam pendidikan dasar

d) Tidak ada sanksi hukum bagi orang tua yang membiarkan anaknya tidak

bersekolah. (Suwarso dan Suyoto, 1994)

4.1.2 Kondisi Pendidikan Di Indonesia

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memeliki peranan vital dalam

pembangunan masa depan suatu bangsa. Apabila pendidikan di suatu negara atau

wilayah buruk maka pembangunan masa depan negara tersebut juga akan

menurun, karena pendidikan menyangkut tentang berbagai aspek penting, seperti

karakter sekaligus sebagai jati diri suatu bangsa. Sehingga apabila ingin

memajukan suatu bangsa maka harus mempeerhatikan pendidikan dan

menjadikannya sebagai prioritas yang paling utama.

Di Indonesia sendiri pendidikan masih berada di tingkat kesekian. Ini

menjadi suatu kendala pembangunana masa depan suatu bangsa. Karena negara

yang minim pendidikan dekat kemiskinan. Hal ini, dapat dilihat dari :

• Pertama, kepedulian pemerintah yang bisa dikatakan rendah terhadap

pendidikan yang harus kalah dari urusan yang lebih strategis yaitu Politik.

Bahkan, pendidikan dijadikan jargon politik untuk menuju kekuasaan agar

bisa menarik simpati di mata rakyat. Jika melihat negara lain, ada

kecemasan yang sangat mencolok dengan kondisi sumber daya manusia

(SDM) ini. Misalnya, Amerika serikat. Menteri Perkotaan di era Bill

Clinton, Henry Cisneros, pernah mengemukakan bahwa dia khawatir

tentang masa depan Amerika Serikat dengan banyaknya penduduk

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

keturunan Hispanik dan kulit hitam yang buta huruf dan tidak produktif.

Dimana, suatu bangsa tidak mungkin memiliki tenaga kerja bertaraf

internasional jika seperempat dari pelajarnya gagal dalam menyelesaikan

pendidikan menengah. Kecemasan yang sederhana, namun penuh makna,

karena masyarakat Hispanik cuma satu diantara banyak etnis di Amerika

Serikat. Dan di Indonesia, dapat dilihat adanya pengabaian sistematis

terhadap kondisi pendidikan, bahkan ada kecenderungan untuk

menganaktirikannya, dan harus kalah dari dimensi yang lain.

• Kedua, penjajahan terselubung. Di era globalisasi dan kapitalisme ini, ada

sebuah penjajahan terselubung yang dilakukan negara-negara maju dari

segi kapital dan politik yang telah mengadopsi berbagai dimensi

kehidupan di negara-negara berkembang. Umumnya, penjajahan ini tentu

tidak terlepas dari unsur ekonomi. Dengan hutang negara yang semakin

meningkat, badan atau organisasi donor pun mengintervensi secara

langsung maupun tidak terhadap kebijakan ekonomi suatu bangsa.

Akibatnya, terjadilah privatisasi di segala bidang. Bahkan, pendidikan pun

tidak luput dari usaha privatisasi ini. Dari sini pendidikan semakin mahal

yang tentu tidak bisa di jangkau oleh rakyat. Akhirnya, rakyat tidak bisa

lagi mengenyam pendidikan tinggi dan itu berakibat menurunnya kualitas

sumber daya manusia di Indonesia. Sehingga, tidak heran jika tenaga kerja

di Indonesia banyak yang berada di sektor informal akibat kualitas sumber

daya manusia yang rendah, dan ini salah satunya karena biaya pendidikan

yang memang mahal. Apa lagi ditengah iklim investasi global yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

menuntut pemerintah memberikan kerangka hukum yang dapat

melindungi Investor dan juga buruh murah. Buruh murah ini merupakan

hasil dari adanya privatisasi ( otonomi kampus ),yang membuat

pendidikan tidak lagi bisa dijangkau rakyat. Akhirnya, terbentuklah link up

sistem pendidikan, dimana pendidikan hanya mampu menyediakan tenaga

kuli dengan kemampuan minim.

• Ketiga, adalah kondisi masyarakat sendiri yang memang tidak bisa

mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang ada. Tentu hal ini tidak

terlepas dari kondisi bangsa yang tengah dilanda krisis multidimensi

sehingga harapan rakyat akan kehidupannya menjadi rendah. Bisa

dikatakan, telah terjadi deprivasi relatif dalam diri masyarakat. Hal ini

akan berdampak pada kekurangannya respek terhadap dunia pendidikan,

karena mereka lebih mementingkan urusan perut daripada sekolah.

Akibatnya, kebodohan akan menghantui, dan kemiskinan pun akan

mengiringi. Sehingga, kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial,

dimana dari kemiskinan akan melahirkan generasi yang tidak terdidik

akibat kurangnya pendidikan, dan kemudian menjadi bodoh serta

kemiskinan pun kembali menjerat. (Tulus Tambunan, 1997)

5.1 Kerangka Konseptual

Ada banyak variable yang mempengaruhi Pengangguran di Sumatera

Utara, namun dalam penelitian ini, variabel yang digunakan antara lain: inflasi

dan pendidikan. Sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

Inflasi (X1)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37731/2/Chapter II.pdf · mengimpor barang-barang kapital bagi perusahaannya, dan

Dalam bagan di atas dijelaskan, bahwa varibel Pengangguran (Y),

dipengaruhi oleh variabel bebas, antara lain : Inflasi (X1) dan Pendidikan (X2).

7.1 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara yang

diambil untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian.

Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban sementara penulis

membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap Pengangguran di Sumatera

Utara, ceteris paribus.

2. Pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap Pengangguran di

Sumatera Utara, ceteris paribus.

Pengangguran (Y)

Pendidikan (X2)