lampiran - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/t1_362012018... ·...

20
LAMPIRAN

Upload: phungthuan

Post on 27-Apr-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

LAMPIRAN

Page 2: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan
Page 3: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

Nama : I Gusti Made Arsawan / Om Arsawan.

Tempat : Bale Timbang - Penatih, Denpasar, Bali.

Hari/Tanggal : 22 Februari 2016

Pukul : 11.00 – 13.00 WITA

- Pada tanggal 22 Februari 2016, saya datang ke Bale Timbang untuk

mewawancarai Om Arsawan sebagai narasumber, dan saya sebagai peneliti.

P : Selamat siang Om, ini saya Vega dari UKSW yang mau meneliti

Tenun Patra sebagai bahan skripsi saya.

A : Selamat siang, ini dari fakultas dan jurusan apa ya?

P : Saya dari fakultas ilmu komunikasi dengan jurusan periklanan, Om.

A : Oh, baik. Langsung saja ya, apa yang mau ditanyakan?

P : Apa benar dulunya adalah tenun endek yang sempat collapse dan

menghilang dari peredaran, kemudian muncul lagi dengan nama baru

yaitu Tenun Patra?

A : Harus diketahui dulu, sebenarnya endek dan patra tidak ada

hubungannya. Bukan perusahaan endek lalu collapse, lalu muncul

patra. Endek itu nama kain yang umum di Bali, ibunya endek namanya

ikat. Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu

Page 4: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

Om memang punya perusahaan namanya Arsawan Design, sebelum

bom (sekitar tahun 2002) memang sebuah perusahaan tenun, begitu

bom, habis dan bangkrut. Jadi tidak ada hubungannya dengan endek,

hanya saja teknik pembuatannya mirip dengan endek tapi tidak sama

sekali ada hubungannya dengan endek yang collapse. Endek itu tidak

gegap gempita lagi seperti era 2000 kebawah. Setelah bom bali I dan

II, seiring dengan pariwisata seiring orang sudah jenuh dan tidak mau

pakai endek, lalu hilang. Lalu sekitar 2010 setelah 10tahun vacuum,

muncul lagi ketika Walikota Denpasar mengkampanyekan kain endek

Bali, kampanye ini yang merangsang munculnya endek. seiring

dengan kemunculan endek, muncullah patra.

P : Berarti ini adalah 2 hal yang berbeda, Om?

A : Beda, fenomena endek muncul lagi ini karna kampanye Walikota

Denpasar untuk menghidupkan endek lagi. Jadi pegawai di kota

Denpasar disarankan untuk pakai endek, dan kemudian diwajibkan

pada hari tertentu untuk memakai endek.

P : Endek itu sendiri apa, Om?

A : Endek ini adalah tenun yang dicassualkan. Bali punya kain songket,

gringsing, cepuk, kain-kain tradisional yang amat rumit dan penuh

filosofi tidak mungkin dipakai sehari-hari. Untuk bisa dipakai sehari-

hari dan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, muncullah nama

Endek. Saya sendiri tidak meneliti asal muasal nama Endek, tidak

mengerti. Yang jelas, endek adalah tenun yang casual dengan material

katun atau rayon.

P : Mengingat setelah terjadinya bom Bali, cara untuk membangkitkan

kembali tenun ini bagaimana?

Page 5: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

A : Puncak tenggelamnya adalah saat bom, lalu vacuum dan ada

kampanye dari walikota untuk mebangkitkan lagi endek, diadakan

diklat-diklat, lalu muncul lagi semangat endek. Tapi yang paling deras

produksinya, justru malah di Troso, Jawa Tengah. Karna vacuum itu

tadi, masyarakat di Bali sudah melupakan segi teknik, dan tidak mau

berkecimpung lagi, dan karna tidak mudah membangkitkan industri,

maka banyak yang menjadi pedagang. Motifnya memang motif Bali,

tapi mengerjakannya di Troso. Akhirnya endek naik lagi di

masyarakat, tetapi langsung dilihat dari produknya bukan naik karna

berproduksi lagi.

Pada intinya, fenomenanya adalah endek ini naik karna

dikampanyekan, orang harus pakai dan mencintai endek. Saking

banyaknya permintaan, tidak ada produksi yang mencukupi, maka

produk itu dibuat di Jawa dan dikirim lagi ke Bali. Ini yang disebut

endek saat ini. Untuk mengcover kebutuhan masyarakat Bali, endek

ini didatangkanlah dari Jawa.

P : Lalu pada saat apa Tenun Patra mulai muncul?

A : Ya saat itulah Tenun Patra muncul, untuk mengimbangi. Saya

sebagai pelaku, berpikir bahwa masa sih kita tidak bisa membuat

sesuatu yang punya ciri yang memang benar-benar unik? Karna endek

memiliki gimik yang begitu-begitu saja. Bentuk wajik yang memang

adalah basic teknik yang dihasilkan dari endek yang pasti begitu.

A : Keluar dari pembahasan soal endek, sebelum tahun 2001 atau 2002

saya punya perusahaan namanya Arsawan Design, itu mengerjakan

kain tenun yang tekniknya mirip endek, tetapi tidak dipasarkan untuk

pasar lokal di Bali dan Indonesia. Pasarnya untuk pasar orang Jepang

yang datang berwisata ke Bali sebelum bom. Ini murni untuk giftorang

Page 6: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

Jepang yang dilayani untuk souvenir. Basic tekniknya meminjam dari

endek, visualnya menyesuaikan dengan karakter market orang Jepang.

Misalkan dia suka kucing atau ikan, kemudian ditransfer ditenunan

dengan teknik handpainted atau melukis. Waktu itu, tekniknya sangat

dirahasiakan. Sampai saat inipun teknik itu masih cukup rumit dan

tidak pernah saya membuka teknik itu terlalu vulgar, karna itu rahasia

bisnisnya. Tetapi kuncinya itu adalah perpaduan teknik endek dengan

handpainted, dipadukan dengan solet, dipadukan dengan celup,

kemudian teknik itu diramu tetapi pakemnya adalah pakem tenun ikat.

Karna menggunakan ATBM efeknya mirip ikat, bedanya ini sudah

tidak lagi geometris, patternnya sudah bisa kemana-mana, karna

pakemnya sudah ditabrak. Sudah tidak lagi 100% mengikuti pakem

tenun ikat atau endek. karna pakemnya berbeda, maka namanya juga

berbeda. Apa dong namanya? Namanya Tenun Patra. Seperti sebuah

genre baru dalam dunia tenun menenun.

P : Patra itu artinya apa?

A : Patra adalah ornamen, yang saya anggap sebagai motif. Tenunan

yang bermotif bebas. Tidak hanya geometri pattern, tetapi apapun bisa

dipatrakan.

P : Dengan munculnya Tenun Patra ini, respon masyarakatnya

bagaimana?

A : Pasar kaget, karna harga endek berkisaran 100 sampai 200 ribu dan

patra minimal 1 sampai 2 juta. Dan harga ini tidak bisa dijangkau.

Pada waktu itu saya juga berpikir bahwa ini karya eksperimental yang

hanya mengikuti situasi endek naik, bagaimana kalau dimunculkan

patra. Juga karna walikota saat itu menyarankan agar Denpasar

mempunyai tenun yang cukup mewakili. Yang namanya mewaikili

Page 7: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

kan harus unik, berkarakter, dan cukup berkelas. Akhirnya keterusan

eksperimen ini, laku tidak laku ya harapannya itu milik Denpasar,

dibeli oleh kalangan pemerintahan disini. Ternyata disini malah tidak

laku, mungkin karna kemahalan atau apa, yang jelas tidak ada yang

beli.

P : Kemudian apa yang dilakukan Om Arsawan?

A : Ya artinya bukan itu pasarnya. Saya pikir yang akan beli adalah

orang Denpasar, Pak Walikota beserta jajarannya. Ternyata bukan itu,

pasarnya justru malah ketinggian. Yang beli adalah mereka yang

menganggap bahwa kain ini layak untuk konsumsi menteri dan

presiden. Yang pakai waktu itu SBY, Jokowi, JK, Habibie, jajaran

menteri semua yang pakai.

P : Bagaimana bisa sejauh itu? Apakah para menteri itu yang datang

kesini untuk membeli kain tenun patra?

A : Bukan mereka yang datang, justru mungkin mereka tidak tau

produksinya disini. Tetapi ada orang-orang tertentu yang punya

apresiasi terhadap kain ini, dan langsung beli banyak lalu kasih ke

relasi dia. Nah mungkin relasi dia inilah yang ada dikelas tinggi.

P : Lalu dimana letak perbedaan endek dan patra?

A : Karena orang Bali sudah sering melihat kain tenun, ya bisa dibilang

mirip-mirip lah. Tapi setelah melihat patra, ya bisa membedakan.

Hanya saja pasar kaget dengan bahan yang hampir mirip, kenapa

harganya beda jauh. Ini adalah masalah pricing di marketing yang

sensitif. Begitu tidak cocok dengan market ya langsung tidak terserap.

Karna waktu itu saya bikin hanya beberapa lembar, ya tidak peduli

Page 8: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

market manapun yang tidak menyerap. Saya bikin hanya 10 lembar, ya

siapa yang mau silahkan.

P : Bagaimana dengan kemasannya?

A : Dengan kemasan yang unik, tas dan font dirancang biar langsung

terlihat berkelas. Saya minta teman saya, Om Ayip bantu branding

untuk membuatkan karakter font dan packaging ini. Setelah beberapa

kali uji coba, sampai muncul tulisan emas diatas coklat. Ternyata

benar, begitu orang lihat kotaknya kaget, yang kotaknya saja bisa

mengalahkan harga endek yang di pasar. Kalau ngasih ke menteri kan

nggak enak kalau ecek-ecek. Ini begitu dibuka langsung, wow..

P : Lalu apakah patra ini akan tetap seperti ini sampai berganti tahun

atau bahkan berganti jaman?

A : itu baru sekitar 50%, saya mau bikin yang lebih lux lagi. Mungkin

harganya bisa 5 juta, tetapi dikemas lagi supaya kainnya bisa terlihat

lebih mahal. Tentunya dengan mengembangkan motif dan menjaga

kualitas.

P : Untuk yang lux itu, gambaran seperti apa yang terlintas dipikiran

Om?

A : Saya sedang memikirkan untuk membuat kelas yang 5 jutaan, dari

segi kemasan, kotaknya langsung dibedakan. Saya juga mau

menantang Om Ayip, bisa tidak bikin design yang begitu orang lihat

langsung kelihatan mahal. Disinilah tantangannya, karna tidak mudah.

P : Uji coba kemasan ini berapa lama? Lalu bagaimana prosesnya?

A : Untuk berapa kalinya saya tidak hitung, yang jelas melalui berbagai

langkah sampai akhirnya jadi yang sekarang ini. Ternyata juga dapat

Page 9: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

masukan dari lapangan juga, bahan bakunya tidak ada, harus ganti

yang lain cocok atau tidak. Nah seiring dengan kemasan, seiring

dengan produk patra ini, karna itu termasuk kolaborasi antara

packaging, font, branding dan produk yang bagus dan pas, makanya

dia langsung melambung target marketnya. Buat saya, mau disini atau

tidak, yang penting ada yang beli.

P : Target selanjutnya bagaimana?

A : Awalnya target saya ya itu, yang penting ada yang beli. Entah disini

atau di luar. Tapi ternyata menguntungkan target yang langsung diatas

ini, yang dibawah langsung ngikut. Di Denpasar mulai pelan-pelan

orang membahas tenun Patra, padahal jauh lebih dulu launching disini.

Sejak tahu menteri-menteri Negara pakai, disini mulai malu-malu

kucing ikutan pakai. Dari situlah Patra mulai ramai dibicarakan

dimana-mana. Fenomena kemunculannya mendadak tapi langsung dia

babat saingan-saingannya.

P : Kedepannya bagaimana, Om?

A : Karena saya orang design, saya cuma berpikir bagaimana membuat

riset Patra yang terus menerus sehingga dia tetap unik dan

mempertahankan dikelasnya. Itu yang susah untuk mempertahankan

visual dan packagingnya. Tidak mungkin kan terus begitu

packagingnya. Memang akan menguasai posisi bahwa tenun yang

kelasnya 2juta adalah Patra. Tapi tidak bisa berhenti sampai disitu,

pekerja juga butuh naik kelas, butuh income yang lebih. Generasi yang

baru mengisi yang 2juta. Generasi lain mengisi yang 5juta, bahkan

sampai 10juta.

P : Lalu bagaimana dengan tenun yang seharga 10juta?

Page 10: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

A : Harus bisa mencari mana beda visual dari tenun yang ratusan ribu,

2juta, 5juta, bahkan yang 10juta.

P : Pembeda dari tiap tenun itu apa?

A : Prinsipnya, patra ini adalah stilasi, natural yang digayakan. Ornamen

apa saja bisa, kalau tenun ikat itu basicnya geometri. Sekarang sudah

mulai geometri yang digayakan, bikin bunga atau apa lebih

diorganikkan. Sekarang sudah ada usaha para desainer atau penenun

tradisional untuk lebih fleksibel dalam mengikuti perkembangan

jaman. Warna dan motifnya dirubah, supaya anak muda juga mau

pakai. Prinsip Patra sebenarnya sama, karna keluar dari pakem dan

merasa bosan. Endek melakukan perubahan dengan gaya dan pasarnya

sendiri. Karna diwajibkan untuk pakai, berkembanglah motif endek

yang bagus-bagus untuk anak muda dengan harga yang tetap sama.

P : Lalu untuk apa Patra dikeluarkan?

A : Endek tetap dijual dengan harga 200ribu, mungkin karna tidak

dibranding atau orang memang tidak punya apresiasi terhadap endek.

Tapi untuk beli kain yang bermerk yang jutaan bahkan belasan juta,

mau bayar. Tapi kok tidak mau beli endek, padahal sama-sama karya

bangsa. Nah disinilah letak kepincangannya, makannya saya

mengeluarkan Patra ini salah satunya untuk menghilangkan kesan

bahwa endek itu murah, jadi harganya langsung mahal. Yang jelas

gengsi, saya tidak akan jual barang murah. Mau orang beli atau tidak,

pokoknya tempat saya paling mahal. Tetapi itu baru niat, tanggung

jawab didalamnya ya harus mementingkan kualitas, apakah motifnya

orang suka, atau packagingnya, atau kesannya, atau percaya terhadap

brandingnya. Atau kalau sudah dipakai memang nyaman, enak,

dingin, lalu begitu orang melihat langsung bilang bagus, kalau perlu

Page 11: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

sampai pingsan lihatnya. Saya pikirnya disitu, karna yakin mampu

bisa menciptakannya makanya dijual mahal. Bila perlu semahal-

mahalnya.

P : Apakah tenun Patra ini pernah meraih prestasi?

A : Pernah pameran dan presentasi di Jakarta, presentasi juga di

Bandung,diikutkan lomba di Ganesha Championship Inovation,

pesertanya adalah seluruh jurusan yang tarung bebas untuk

mempresentasikan inovasi baru yang original dan unik. Tenun Patra

ini dipresentasikan dan diadu untuk ajang inovasi award di ITB

Bandung, bisa mendapat medali perak, karna mungkin dinilai punya

konsep dan bisa merevitalisasi tenun lama bangkit. Patra ini

menginspirasi banyak penenun untuk merevitalisasi apa yang dia

punya. Dari situ saya merasa bahwa, usaha dalam membuat packaging

dengan Om Ayip dan juga brandingnya berhasil. Setelah menang

lomba itu tadi, patra ini mulai ditulis di Kompas. Dan patra tidak

pernah promosi karna awalnya hanya eksperimen untuk membuktikan

bahwa Indonesia itu kaya akan ornamen, nah kekayaan ini kalau tidak

diangkat dalam bentuk sesuatu yang baru, dalam bentuk yang diminati

atau dikemas lagi, apa yang kita miliki yang klasik dan yang kuno

ituakan tenggelam. Kebetulan Patra ini sumber inspirasinya adalah

relief.

P : Bagaimana bisa Om bilang inspirasi Patra adalah relief?

A : Saya terinspirasi waktu jalan-jalan di Bali bagian utara, di sebuah

candi ada relief orang naik sepeda tapi rodanya bunga matahari.

Berarti kan apapun bisa, tidak ada pakem yang membatasi, kalau kita

kreatif jangan bicarakan soal pakem. Kalau pakem bisa membuat lebih

baik dan tidak mengunci kreatifitas, ya jalankan saja.

Page 12: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

P : Om Arsawan ingin membuat Patra ini paten milik Bali?

A : Tidak, kalau dibilang punyanya Bali salah juga. Karna Patra ini milik

nusantara. Bali sendiri dipengaruhi oleh banyak ornamen dari China.

Patra itu sudah ada adopsi dari China. Semua motif nusantara itu bisa

jadi tenun Patra. Om tidak bicara bagaimana tekniknya, tapi ornamen

nusantara ini digayakan oleh perusahaan patra sehingga menjadi

sebuah tenunan, namanya Tenun Patra. Untuk Lombok misalnya, bisa

namanya Patra Sasak. Kalau Kalimantan, bisa saja Patra Borneo.

Motifnya juga langsung berubah, makanya harus ada tim riset and

development yang bisa menyusun motif-motif patra Borneo, Lombok,

dan lain-lain. Karna Tenun Patra ini adalah tenun seni nusantara,

kebetulan tenunnya di Bali ya seolah ini milik Bali.

P : Berapa lama proses dealing untuk packagingnya?

A : Saya tidak meghitung, karna bekerja sama dengan teman sendiri ya

jalan saja, berdiskusi lalu setuju. Memang sempat beberapa ganti

warna, tapi tidak sampai menghitung berapa lama. Yang lama adalah

risetnya dan ide munculnya, sampai 3tahun.

P : Awal mula penenunnya ada berapa?

A : Ada 3, sekarang tambah lagi 2. Tidak banyak karna saya takut kalau

langsung banyak, ya kalau tenun ini langsung bisa diterima oleh pasar.

Karna pasarnya kan kecil, tidak banyak yang mau dengan harga

sekian.

P : Kalau ada kesalahan pada saat membuat tenun itu bagaimana, Om?

A : Bagi mereka yang seharihari kerjaannya begitu ya sudah biasa, sudah

tau benang itu kemana larinya.

Page 13: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

P : Lalu lembar kain itu proses pembuatannya berapa lama dan

bagaimana?

A : Persiapannya saja 2minggu, dari benangnya digambar dulu,

kemudian dicelup, kalau sudah siap baru dianyam.

P : Proses pembuatan benangnya bagaimana?

A : Benangnya itu di jajarkan dulu, setelah itu dihitung sesuai dengan

hitungannya, baru kemudian digambar atau diberi motif pada benang

itu, bukan pada kain.

P : Pekerjanya sendiri bagaimana? Apakah merasa ada kesulitan terus?

A : Ya mau tidak mau harus mengerjakan yang begini. Karna orang juga

sudah pada sibuk, harus ada kerjaan. Nah yang mau itu karna dia

memang cinta, cinta dengan yang rumit-rumit.

P : Lalu para pekerja itu mulai bisa menenun karna memang sudah dari

awal bisa, atau diajarkan dulu?

A : Om itu suka melihat yang rumit-rumit, suka melihat benang dan

warna-warna. Lama - kelamaan kesenangan itu harus ditularkan, tidak

bisa saya sendiri menenun, akhirnya pertama saya tularkan pada istri

saya. Lalu istri saya menularkan pada teman, atau tetangga, dan juga

tukang masak. Karena dulunya ini adalah restoran, karena sudah bosan

saya ajak menenun. Rumitnya itu saya tularkan ke mereka. Saya

ajarkan ke mereka juga tetap saya gaji.

P : Lalu bagaimana dengan masalah gaji mereka yang awalnya tukang

masak, jadi penenun?

Page 14: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

A : Gajinya gaji restoran, kemudian bisa menenun. Ada 2 keahlian yang

dimiliki. Yang mau menenun itulah yang jadi penerus. Karna sudah

biasa dan sudah cinta dengan yang rumit, benang-benang itu tidak lagi

rumit bagi mereka.

P : Ada tidak kesulitan yang dirasakan Om Arsawan selama ini?

A : Yang paling sulit itu, pertama bikin produksi yang rutin diminati,

setelah itu ada sertifikatnya, tapi karna motifnya ada banyak makanya

tidak berani mengeluarkan sertifikat yang mengklaim bahwa ini

motifnya limited, beda satu dengan yang lain. Cetakan ini sama

motifnnya, warnanya beda-beda. Ada sekitar 30-50 motif dengan

warna yang berbeda.

P : Sejauh ini sudah ada berapa motif yang dibuat?

A : Ada 12 waktu launching pertama, sekarang sudah ada banyak. Tapi

lebih banyak motif bunga.

P : Baiklah Om, cukup untuk wawancaranya. Terimakasih sudah mau

meluangkan waktunya. Nanti kalau ada yang mau ditanyakan lebih

lanjut bisa langsung hubungi Om Arsawan.

A : Iya, bisa nanti Tanya lewat email atau whatsapp saja ya..

P : Ok Om, sekali lagi terimakasih.

Page 15: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

- Pada tanggal 23 Agustus 2016, saya melakukan wawancara lanjut melalui

telepon.

P : Halo, selamat malam Om. Maaf mengganggu waktunya sebentar,

karna ada beberapa pertanyaan lagi yang harus ditanyakan untuk

melengkapi data.

A : Iya selamat malam, tidak apa-apa langsung tanyakan saja apa yang

perlu saya jawab..

P : Untuk pemilihan nama Arsawan Design ini awalnya bagaimana?

A : Awalnya karna selepas kuliah bingung mencari nama, akhirnya pakai

nama sendiri dan ditambah ‘design’ dibelakangnya. Seharusnya ada

lagi huruf ‘s’, tetapi karna sudah terlanjur, ya sudahlah..

P : Lalu, pertimbangan apa saja yang muncul pada saat Om membuat

perusahaan ini?

A : Pertimbangannya ya ingin bebas, tidak mau diperintah orang, tidak

mau diperintah atasan, saya tidak mau hidupnya dibatasi. Dasarnya ya

karena ingin mandiri, sempat memiliki pengalaman kerja setelah lulus

namun ingin memiliki jiwa yang bebas, ingin jadi desainer yang mana

bisa melakukan apa saja dengan keahlian tanpa ada tekanan-tekanan

atau target. Yang paling diyakini adalah ini pasti jalan, tanpa diatur

oleh orang, sebenarnya diatur juga oleh langganan, oleh pasar, tetapi

tidak secara langsung. Karena menurut Om kebebasan itu relatif, Om

memilih kebebasan dalam bentuk sebagai pengusaha dalam kebebasan

berpikir, mendesain, dan lainnya.

P : Mengingat kelas Patra yang akan ditingkatkan lagi, target

penjualannya ke siapa?

Page 16: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

A : Targetnya adalah orang yang memang menghargai kualitas lebih

baik, bisa saja orangnya sama tetapi diberikan suguhan yang berbeda.

Karena mereka pasti mampu dengan kelas-kelas Patra yang baru, tidak

mungkin tidak mampu. Asalkan kualitas produknya bisa mengejar

seleranya.

P : Lalu selama ini, bagaimana cara Om untuk menentukan harga Tenun

Patra?

A : Saya cuma pakai feeling kalau itu, karna menurut saya feeling jauh

lebih kuat daripada analisa yang rumit. Karena saya sudah sering

membuktikan menggunakan teori ke dalam pasar, tetapi saya

babakbelur karna belum tentu valid. Untuk orang seni, dapat 50% saja

sudah termasuk bagus. Kalau mencari-cari data untuk melengkapi,

justru itu bahaya. Makanya pakai feeling dan latihan untuk berproses,

melatih diri sampai peka. Sehingga seandainya data tidak begitu

sempurna, bisa dibantu dengan feeling yang kuat.

Nah untuk menambah pertimbangan yang tadi ya, karena kain sekelas

Patra atau bisa ditingkatkan lagi sangat sayang kalau dijual dibawah

5juta kalau lihat isi sakunya mereka. Bagi mereka ini adalah suatu

karya seni warisan budaya, ada tekniknya, kearifan lokal dan konten

filosofinya kan sayang kalau dijual murah apalagi kalau sama dengan

kelas yang sebelumnya. Tentunya akan dibuat dengan bahan baku

yang lebih bagus lagi, dan orang atau pasar menunggu, dan tinggal

kita masuk saja. Kita sebagai desainer harus bisa atur, harga 1 sampai

2juta barangnya seperti ini, 10juta seperti ini, bahkan mau 25juta pun

berbeda lagi. Harga ditentukan dari kemampuan dan pengetahuan

teknik produksi, teknik bahan, dan teknik desain.

Page 17: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

Mampu atau tidak mengejar positioning yang ditentukan.

Sepengetahuan Om, nanti kelas 2juta ini akan turun pasarnya, dalam

artian dipakai oleh Dirjen-dirjen, atau kelas-kelas manajer, atau kelas

senior pegawai entah supervisor atau apa. Nah yang 5juta akan tetap

dipakai oleh Menteri.

P : Untuk menentukan harganya, apakah ada kategori tertentu Om?

A : Biasanya Om pakaifeeling dalam menentukan harga. Itu dilihat dari

proses pembuatannya mulai pilih dulu benangnya, diukur panjangnya,

dihitung banyaknya untuk tiap lembar terus benang itu digambar,kalau

sudah yamasuk pada proses terakhir yaitu penenunan. Kesulitan dalam

proses pembuatan itu yang jadi perhitungan tersendiri bagi Omuntuk

menentukan harga.

P : Lalu, kegiatan promosi apa saja yang pernah dilakukan oleh Om

untuk Tenun Patra?

A : Bisa dibilang tidak pernah, kalau bikin website iya. Pameran juga iya,

di Jakarta waktu awal-awal berdiri. Itu juga karna ada teman

nmengajak ikut pameran, tetapi itu bukan karna keinginan Om. Itu

adalah pameran yang dibiayai.

Pemikiran Om, barang sekelas Patra tidak usah dipamerkan kalau kita

tidak benar-benar tahu barang lain yang ada disitu adalah kelasnya.

Lebih baik pilih-pilih caranya berpromosi. Karna selama ini produksi

Patra sedikit, hanya 50-75 lembar per bulan, dengan produksi yang

sedikit dan pasarnya yang luas kan pasti terserap. Untuk apa kalau ada

promosi lalu ada permintaan tinggi, kami tidak bisa layani? Makanya

lebih baik biarkan saja dipakai oleh orang tertentu yang eksklusif,

sehingga produksinya aman.

Page 18: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

P : Berarti kalau ada orang yang mau beli, tetap datangnya ke Om

Arsawan?

A : Orang yang beli itu ada yang berupa pemakai langsung, dan ada yang

belinya sebagai pedagang. Kalau sebagai pedagang bisa saja semua

produksi Om dibeli lalu dijual dengan harga retail, Om kasih potongan

ke dia tergantung langganan kelasnya seberapa. Ini adalah orang yang

rutin mengambil sebagai partner. Mau dia jual hanya Tenun Patra atau

ada barang lain, itu terserah.

P : Untuk Tenun Patra ini sudah memiliki showroom belum?

A : Belum, kalau sudah semakin besar dan langganan ini tidak habis

mengambil tenun itu, bisa saja Om mulai berpromosi dan membuat

showroom. Langganan Om itu punya showroom dan jaringan dia

sudah besar, menteri-menteri itu. Dia jual tenun dari seluruh

Indonesia, tidak hanya Patra. Ini adalah batu lompatan yang tepat

untuk Patra.

P : Langganan Om itu tahu Patra darimana?

A : Dari pameran waktu awal-awal, dan berlanjut sampai sekarang

karena kan dia pedagang, jadi dia mencari sumber barang dagangnya.

Om tidak pernah ikut lagi pameran, karna nanti kalau berbeda kelas

justru dianggap murahan. Nah yang biasa ikut pameranadalah agen-

agen itu, dengan membawa Patra didalamnya. Dia adalah penampung

barang-barang yang punya kelas, selama dia punya kelas ya tidak jadi

masalah. Karena Om belum punya showroom dan belum punya

kekuatan untuk produksi yang cukup, maka Om mengandalkan agen-

agen itu. Kalau produksinya bisa sampai 100 lembar, bisa nanti punya

Page 19: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

showroom¸karena sampai sekarang sudah 4tahun tidak pernah punya

stock sejak produksi.

P : Berarti dari Om Arsawan tidak pernah melakukan publikasi sama

sekali ya?

A : Tidak pernah, tapi kalau orangnya tadi yang melakukan ya Om tidak

tahu. Hanya saja dulu pernah Om mensponsori acara, baru setahun

berdiri. Waktu itu MNC meliput di acara Internasional Salsa di Bali.

Disitu Om diliput ke workshop dan diwawancara, dari situ hubungan

ke orang lain semakin berkembang. Bisa dikatakan ini sebagai media

promosi, karena sejak saat itulah Patra mulai dikenal. Namun seberapa

besar dampaknya, Om tidak terlalu mengerti karena ada orang

mengajak, ya ikut saja.Om bukan tipe orang yang jago berpromosi dan

berstrategi, Tenun Patra ini tumbuh bukan dengan kekuatan strategi

promosi, tetapi murni konsep produknya yang kuat.

P : Lalu untuk website Tenun Patra apakah itu sudah mulai digunakan?

A : Tidak, Om sendiri tidak tahu bahkan tidak pernah membuka.

Sekarang saja Om baru mengerti efeknya apa, baru Om tanya-tanya

web itu bagaimana seperti apa. Om tidak tahu dampak dari web itu

bagaimana, yang jelas paling kuat dampaknya adalah dari mulut ke

mulut. Kayanya kalau dibarengi dengan website atau online bisa

berkembang dengan bagus dan cepat. Tapi Om belum menggunakan

jasa itu, masih belajar.

P : Visi dari Arsawan Design ini apa Om?

A : Jelas ada visinya ya, tetapi tidak tertulis. Cuma secara tidak langsung

ya pasti ingin jadi jagoan di ranah tenun. Misinya ya konten filosofi

dan motifnya atau rupanya harus dikejar bagi orang seni rupa. Karna

Page 20: LAMPIRAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11712/8/T1_362012018... · Yang disebut collapse itu perusahaannya tapi bukan endek. Dulu . ... II, seiring dengan

ini bukan perusahaan yang sangat serius, makanya Om tidak tulis visi

misinya. Tapi ya inginnya menjadi jagoan. Bisa jadi 10tahun lagi

berubah karena keinginan Om juga terus berubah.

P : Ok, Om sekian dulu wawancaranya. Nanti kalau ada yang perlu

ditanyakan lagi, bisa hubungi Om Arsawan. Terimakasih Om.

A : Iya bisa aja, langsung saja hubungi.