bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Untuk membantu peneliti dalam mengembangkan ide penulisan tesis ini,
maka terdapat beberapa tulisan dari peneliti lain yang peneliti kutip dan berkenaan
dengan bidang komunikasi pemasaran. Penelitian pertama yang dilakukan oleh
Epsstian Syah As‟ari, pada magister Ilmu Komunikasi FISIP UI di tahun 2012
yang berjudul “Evaluasi Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Merintis Bisnis
Undangan Pernikahan Online Kartun (Studi Kasus: Undangan Pernikahan Online
Vidiyan.com)”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran yang digunakan sebuah bisnis online murni dalam merintis bisnisnya.
Kasus pada bisnis undangan pernikahan online kartu Vidiyan.com, sebuah rintisan
bisnis online murni berskala mikro. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang digunakan Vidiyan.com dalam
merintis bisnisnya, beserta alasan dan evaluasi terhadap strategi tersebut. Dalam
merintis bisnis, sebelum mengetahui strategi apa yang digunakan, harus
ditetapkan dahulu tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan strategi ini dan
tujuan tersebut dituangkan dalam segmenting, targeting dan positioning.
Kemudian untuk menggapai tujuan tersebut disusunlah strategi dalam Product,
Place, Price dan Promotion yang dikenal dengan Bauran Pemasaran (Marketing
Mix). Dan total bauran promosi (promotion mix) juga disebut Bauran Komunikasi
Pemasaran (marketing communication mix) terdiri dari campuran spesifik
Universitas Sumatera Utara
periklanan, public relations, personal selling, promosi penjualan, dan alat-alat
direct marketing yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai
pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan dengan pelanggan.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan evaluasi proses
sebuah studi kasus. Penelitian menunjukkan bahwa Word of Mouth merupakan
sarana komunikasi pemasaran yang efektif. Public Relation dengan sarana online
menggunakan blog yang terintegrasi dengan media sosial lainnya seperti
Facebook dan Twitter juga efektif. Hal ini berhubungan dengan teori New Wave
Marketing yaitu Conversation dan Connect.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sholehatun Nasiha di tahun
2011 dari Universitas Islam Indonesia yang berjudul “ Strategi Komunikasi
Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communications) dalam
Mengokohkan Brand Dagadu Djokdja (Studi Deskriptif Pada PT. Aseli Dagadu
Djokdja Yogyakarta). Pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran terpadu PT.
ADD dalam mengokohkan Brand Dagadu merupakan suatu upaya jangka panjang
yang terorganisir dengan baik. Upaya itu dilakukan oleh divisi MCO dengan
melakukan kegiatan perencanaan strategi komunikasi pemasaran terpadu yang
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan brand Dagadu. Tujuan dari
perencanaan tersebut adalah maintaining brand awareness dan brand loyalty 112
publik terhadap brand PT. ADD, memantapkan karakter tiap brand, serta
mengkomunikasikan dasain-desain tiap brand, dan program-program penjualan.
Adapun strategi komunikasi pemasaran terpadu PT. ADD dalam mengokohkan
brand dagadu adalah dengan melaksanakan program antara lain kegiatan humas
dan publisitas; penyelengaraan event, buletin internal, maintaining stakeholder,
Universitas Sumatera Utara
kampanye “kapan ke jogya lagi?” Dan kerjasama dengan berbagai media di
indonesia. Hasil yang diperoleh dari semua kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
strategi komunikasi pemasaran terpadu PT. ADD dapat dilihat dari bentuk-bentuk
kegiatan yang masih dilaksanakan hingga sekarang. Artinya, konsumen cukup
antusias dan loyal terhadap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh PT
ADD. Antusiasme mereka terhadap kegiatan- kegiatan tersebut diukur dari tingkat
kesukaan, kepuasan dan kepercayaan yang diberikan oleh konsumen sehingga
berpengaruh pada peningkatan penjualan dan imageyang positif. Dari uraian di
atas, divisi MCO pada khususnya dan divisi marketing PT.ADD pada umumnya
telah melakukan strategi komunikasi pemasaran terpadu sesuai dengan teori kotler
dan armstrong. Hasil dari pelaksanaan komunikasi pemasaran terpadu tersebut
menunjukkan adanya keberhasilan yang cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan jumlah konsumen yang ada pada tingkat kesukaan, kepuasan dan
kepercayaan terhadap PT. ADD. Dengan ADD cukup efektif, meskipun belum
sepenuhnya terlaksana dengan baik. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif.
Berikutnya adalah penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Komunikasi
Pemasaran Yang Diterapkan Oleh Planet Pool Centre Dalam Menarik
Konsumen”, tesis oleh Uthami di tahun 2011 dari Universitas Pembangunan
Nasional Veteran. Pemasaran merupakan sekumpulan rancangan kegiatan yang
berkaitan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan pengembangan,
mendistribusikan, mempromosikan, serta menetapkan harga yang sesuai dari
produk atau jasa untuk mencapai kepuasan pelanggan dan memperoleh
keuntungan, strategi pemasaran mencakup pengidentifikasian konsumen sasaran,
Universitas Sumatera Utara
menentukan peranan periklanan dan bauran promosi, menunjukkan tujuan dan
besamya anggaran promosi, memilih strategi kreatif, menentukan media, serta
melaksanakan program tersebut dan mengukur efektifitasnya. dalam kegiatan
strategi pemasaran ini tidak luput dari kegiatan komunikasi yang merupakan
faktor penting bagi pencapaian suatu tujuan organisasi bisnis seperti planet pool
centre yogyakarta. Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh planet
pool centre adalah salah satu upaya agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung
serta memberikan kesadaran kepada pelanggan tentang keberadaan planet pool
centre. selain itu planet pool centre dibuat sebagai sarana bagi peminat olahraga
billiard, serta untuk mensosialisasikan olahraga billiard kepada khalayak umum,
karena jenis olahraga ini masih terbilang baru di indonesia. dengan memberikan
kualitas produk dan pelayanan yang maksimal, planet pool centre memiliki citra
yang positif dimata konsumennya, metode penelitian yang di gunakan : penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian di tahap skripsi berkaitan dengan komunikasi pemasaran juga
dilakukan oleh July Erianto dari Universitas Sumatera Utara tahun 2012, dengan
judul “Strategi Komunikasi Pemasaran dan Kepuasan Pelanggan (Studi
Korelasional Tentang Hubungan Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap
Kepuasan Pelanggan di PT. Romano Putra Serasi). Strategi komunikasi
pemasaran yang dilakukan oleh PT. Romano Putra Serasi jika dihubungkan
dengan marketing mix adalah berupa produk jasa yang ditawarkan cukup
beragam dan juga inovatif, harga yang cukup terjangkau dan kompetitif, lokasi
kantor dari berbagai cabang PT. Romano Putra Serasi yang cukup strategis yakni
dekat dengan pelabuhan serta promosi yang dilakukan cukup menarik guna
Universitas Sumatera Utara
menarik perhatian para pelanggannya. Para klien ataupun pelanggan jasa PT.
Romano Putra Serasi sangat puas dengan pelayanan jasa yang diberikan oleh PT.
Romano Putra Serasi, hal ini terbukti dari tingginya jawaban positif para klien
yang mengapresiasi hasil kerja akhir dari pelayanan perusahaan tersebut terhadap
proses distribusi produk mereka.
Untuk penelitian dari Jurnal Internasional, seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Elvis Ejamboteh dan Peter Kwami Vovobu di tahun 2012 dari
Finlandia, Laurea Universiy of Applied Sciences dengan judul “Mengembangkan
Sebuah Strategi Komunikasi Pemasaran: Studi Kasus Taj Mehal Afro, Sebuah
Grosir Percampuran Asia dan Afrika di Finlandia”. Sebuah bisnis berusaha untuk
mengembalikan bisnis awal mereka dan bersaing dengan pangsa pasar untuk
meningkatkan pendapatan. Sementara pertumbuhan dapat dikatakan sebagai
tujuan utama dari sebuah usaha yang baru dilahirkan. Dalam sebuah perusahaan
besar diperlukan stabilitas, penetrasi ke pasar baru dan kesadaran merek akan
sangat penting dalam membangun perusahaan. Namun mengingat persaingan dan
pola permintaan yang terus berubah, salah satunya dari segi konsumen, maka
perusahaan berusaha mengeksplorasi dan mengadopsi strategi komunikasi
pemasaran untuk membedakan penawaran mereka dari para pesaing. Memiliki
barang atau jasa dari kualitas unggul tidak berarti peningkatan penjualan atau
brand awareness. Beberapa perusahaan tidak bertahan hidup dikarenakan strategi
komunikasi pemasaran yang buruk. Dalam hal ini, perusahaan perlu
mengembangkan strategi komunikasi pemasaran yang komprehensif. Strategi
akan meningkatkan profitabilitas melalui peningkatan penjualan produk,
pertumbuhan kesadaran merek, yang meningkatkan perasaan konsumen yang baik
Universitas Sumatera Utara
dan menciptakan kenangan. Promosi penjualan melalui iklan juga pada akhirnya
akan mengarahkan pertumbuhan yang lebih baik di pangsa pasar. Ruang lingkup
penelitian ini memerlukan teori tentang komunikasi pemasaran, segmentasi,
informasi pelanggan, bauran pemasaran dan branding, keunggulan kompetitif
serta rantai pasokan bahan pangan di perusahaan Taj Mehal Afro. Studi kasus
pada Taj Mehal Afro bergerak di bidang penyediaan bahan makanan Asia dan
Afrika. Tesis ini ditulis untuk menyoroti pentingnya Komunikasi Pemasaran
(Perencanaan dan Strategi) dalam menunjang keberhasilan perusahaan dan
mengidentifikasi daerah-daerah yang mungkin akan jadi market place berikutnya.
Terakhir adalah penelitian yang berjudul “Faktor-faktor dan Analisis
Dasar Hubungan Pemasaran dan Kepuasan Pelanggan” di tahun 2005 oleh Nelson
Oly Ndubisi dan Chan Kok Wah dari Monash University, Petaling dan La Salle
School, Kota Kinabalu, Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
secara empiris pengaruh dasar-dasar hubungan pemasaran pada kualitas yang
dirasakan dari hubungan nasabah bank, dan kepuasan nasabah di sektor perbankan
Malaysia. Sebuah survei lapangan nasabah bank di Malaysia dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Data yang faktor dianalisis untuk menentukan dimensi
kunci RM. Dimensi yang dihasilkan diterapkan dalam analisis diskriminan
selanjutnya dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang membedakan antara
pelanggan berdasarkan persepsi kualitas hubungan nasabah bank dan kepuasan
nasabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima dimensi utama, yaitu:
kompetensi, komunikasi, penanganan konflik, kepercayaan, dan kualitas
hubungan, membedakan antara pelanggan dalam hal persepsi kualitas hubungan
dan kepuasan pelanggan. Selain itu, secara keseluruhan kualitas hubungan bank
Universitas Sumatera Utara
pelanggan membedakan antara pelanggan yang puas dan mereka yang tidak.
Penelitian ini dilakukan dalam pengaturan perbankan, dan mungkin tidak umum
di industri lain. Hal ini juga tidak dianggap dampak dari dasar-dasar manajemen
hubungan terhadap loyalitas pelanggan. Namun, dengan menggunakan konstruksi
ini, dan mereplikasi penelitian ini di industri lain, peneliti akan mampu
mengungkap faktor-faktor yang membedakan antara pelanggan setia dan mereka
yang tidak, dan juga menghasilkan hasil yang lebih generik. Temuan
menunjukkan bahwa bank-bank dapat menciptakan kepuasan pelanggan dengan
menunjukkan perilaku yang dapat dipercaya, menunjukkan komitmen yang tulus
untuk layanan, mengkomunikasikan informasi kepada pelanggan secara efisien
dan akurat, memberikan layanan kompeten, penanganan potensi konflik dan
manifest terampil, dan meningkatkan keseluruhan kualitas hubungan pelanggan.
Hubungan pemasaran dan kepuasan pelanggan telah tumbuh di antara peneliti dan
praktisi pemasaran. Penelitian ini menambah nilai dengan membuka anteseden
utama kualitas hubungan dan kepuasan pelanggan (menggunakan pendekatan
manajemen hubungan) yang dapat digunakan dalam manajemen hubungan
pelanggan. Customer relationship management itu sendiri memungkinkan
organisasi untuk memanfaatkan informasi rahasia yang diperoleh melalui
kedekatan dengan pelanggan.
Sintesis yang dapat ditarik dari enam kajian terdahulu mengenai kegiatan
komunikasi pemasaran dalam penelitian ini nantinya adalah bagaimana
pengelolaan pesan yang dilakukan dalam sebuah kegiatan komunikasi pemasaran
dapat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Pada penelitian-penelitian
sebelumnya, tidak terdapat rumusan kegiatan pengelolaan pesan, tetapi hanya
Universitas Sumatera Utara
sebatas kegiatan komunikasi pemasaran. Kegiatan komunikasi pemasaran yang
dilakukan juga mencari berbagai variabel terikat lainnya seperti loyalitas
pelanggan dan juga citra perusahaan. Hal inilah yang kemudian membedakan
penelitian yang saat ini dilakukan dengan berbagai penelitian/kajian terdahulu
yang telah dipaparkan di atas.
2.2 Pendekatan Positivisme
Sebuah penelitian memerlukan satu sudut pandang yang menjadi acuan,
agar penelitian tidak melahirkan sebuah kesalahan dari setiap aspek yang diteliti.
Penelitian ini nantinya akan melihat seberapa besarkah pengaruh pengelolaan
pesan dan aktivitas komunikasi pemasaran terhadap tingkat kepuasan pelanggan
PT BPJS Ketenagakerjaan Wilayah Kerja Medan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivisme yang lahir dari
pemikiran Aguste Comte, seorang kebangsaan Prancis di abad Sembilan belas
yang juga menemukan pemahaman tentang Sosiologi (Ritzer&Goodman,
2010:17). Penelitia yang menggunakan pendekatan ini lebih suka menggunakan
data kuantitatif dan sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik.
Pendekatan positivisme mencari kebenaran melalui langkah-langkah yang ketat,
alat ukur yang tepat dan objektif serta melakukan serangkaian analisis terhadap
hipotesis dalam penelitian. Pendekatan positivisme membuat jarak bagai subjek
dan objek dalam penelitian. Secara akademik, kaidah positivisme banyak
mempengaruhi penelitian sosial (Danandjaja, 2012:13).
Gagasan utama pendekatan positivisme di sini adalah melihat ilmu sosial
sebagai sebuah metode yang terorganisir untuk menggabungkan logika deduktif
dengan observasi empiris yang tepat dari perilaku individu dalam menemukan dan
Universitas Sumatera Utara
mengkonfirmasi satu set kausal hukum probabilitas yang kemudian dapat
digunakan untuk membuat prediksi pola umum dari aktivitas manusia (Neuman,
1997:63).
2.3 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan pikir
dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarakan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39). Teori
merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,
2004:6). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan memberikan
pandangan terhadap sebuah permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
2.3.1 Pengelolaan Pesan Komunikasi
Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggrisnya communication berasal
dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama (sama makna). Bila di antara dua orang yang sedang berkomunikasi terdapat
kesamaan makna yaitu mengerti bahasa dan mengerti maknanya, maka
komunikasinya disebut komunikatif. Suatu komunikasi yang komunikatif
berhasil, dan tujuan komunikasi pun tercapai.
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek, mengutip paradigma Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and
Universitas Sumatera Utara
Function of Communication in Society, bahwa untuk menjelaskan komunikasi
ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect? (Siapa berkata apa melalui saluran apa
kepada siapa dan bagaimana efeknya) (Effendy, 2004 : 10). Paradigma Lasswell
tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban
dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
- Komunikator (communicator, source, sender)
- Pesan (message)
- Media (channel, media)
- Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
- Efek (effect, impact, influence)
Berdasarkan paradigma Laswell di atas, dapat kita simpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Menurut Onong
Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa
dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah
komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya
komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut
(Effendy, 2004 : 6):
- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;
- Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;
- Komunikan : Orang yang menerima pesan;
- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
Universitas Sumatera Utara
- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Menurut Onong Uchjana Effendy, proses komunikasi terbagi menjadi dua
tahap yaitu: “proses komunikasi secara primer” dan “proses komunikasi secara
sekunder” (Effendy, 2004 : 11-16). Proses komunikasi secara primer adalah
proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media
kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi.
Sebenarnya media komunikasi yang mutlak dan lebih sering digunakan
adalah bahasa. Namun banyak orang beranggapan bahwa bahasa hanya
merupakan simbol atau lambang saja, dan media kedua ialah yang difokuskan
sebagai media komunikasi. Akan tetapi pada dasarnya, sebelum menggunakan
bahasa untuk menyampaikan pesannya. Untuk lebih jelasnya, kita simak
paradigma Lasswel dalam gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Proses Komunikasi
Sumber: Effendy, 2004 : 18
Dari gambar di atas dapat penulis simpulkan, agar komunikasi berjalan
efektif maka komunikator merupakan titik awal berlangsungnya proses
komunikasi sebaliknya mengetahui dengan jelas kepada siapa tujuan dan apa yang
diinginkan. Proses komunikasi kurang lebih berlangsung seperti ini: komunikator
(pengirim) menyandikan pikiran dan gagasan kedalam sebuah pesan dengan
menggunakan media, kemudian disampaikan kepada komunikan (penerima).
Komunikasi menerima pesan tersebut kemudian muncul suatu pemahaman atau
pengiriman, kemudian komunikan memberikan tanggapan atau respon. Kemudian
diharapkan dapat umpan balik (feedback) kepada komunikator, sehingga
tercapailah apa yang diinginkan oleh komunikator. Namun, komunikasi akan
mengalami hambatan apabila terjadi gangguan (noise) yang tidak terduga. Dimana
komunikan tidak dapat menerima pesan dari komunikator dengan baik.
Feedback
Noise
Receiver Decoding
Media
Encoding Sender Message
Response
Universitas Sumatera Utara
Terdapat dua model penyusunan pesan dalam teknik pengelolaan pesan
komunikasi, yakni penyusunan pesan yang besifat informatif dan penyusunan
pesan yang bersifat persuasif (Cangara, 2004:111).
a. Penyusunan Pesan yang Bersifat Informatif
Model penyusunan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan
pada perluasan wawasan dan kesadaran khlayak. Prosesnya lebih banyak bersifat
difusi atau penyebaran, sederhana, jelas, dan tidak banyak menggunalan jargon
atau istilah-istilah yang kurang populer di kalangan khalayak.
Ada empat macam penyusunan pesan yang bersifat informatif, yakni:
1) Space Order, penyusunan pesan yang melihat kondisi tempat atau ruang,
seperti international, nasional, dan daerah.
2) Time Order, penyusunan pesan berasarkan waktu atau periode yang disusun
secara kronologis
3) Deductive Order, penyusunan pesan mulai dari hal-hal yang bersifat umum
kepada khusus.
4) Inductive Order, penyusunan pesan yang dimulai dari hal-hal khusus ke hal-hal
yang bersifat umum.
Model penyusunan pesan informatif banyak dilakukan dalam penulisan berita dan
artikel oleh para wartawan dengan memakai model piramid.
b. Penyusunan Pesan yang Bersifat Persuasif
Model penyusunan pesan yang bersifat persuasif memiliki tujuan untuk
mengubah persepsi, sikap dan pendapat khalayak. Sebab itu, penyusunan pesan
persuasif memiliki sebuah proposisi. Proposisi disini ialah apa yang dikehendaki
Universitas Sumatera Utara
sumber terhadap penerima sebagai hasil pesan yang disampaikannya, artinya
setiap pesan yang dibuat diinginkan adanya perubahan.
Menurut Cangara (2004:113) bahwa terdapat beberapa cara yang dapat
digunakan dalam penyusunan pesan yang memakai teknik persuasi, antara lain:
1) Fear Appeal, motode penyusunan pesandengan menimbulkan rasa ketakutan
kepada khalayak. Sebenarnya khalayak kurang senang menerima pesan yang
disertai ancaman yang menakutkan, sebab meraka tidak memiliki kebebasan
untuk menentukan sikap dan mengemukakan pendapatnya. tetapi dalam hal
tertentu, khalayak harus menerima karena bisa mengancam dirinya.
2) Emotional Appeal, cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan berusaha
menggugah emosional khalayak. misalnya dengan mengungkapkan masalah
suku, agama, kesenjangan ekonomi, diskriminasi, dan sebagainya. Bentuk
lain dari emotional appeal adalah propaganda. dalam komunikasi bisnis,
propaganda banyak sekali digunakan dalam bentuk iklan, agar konsumen bisa
membeli barang.
3) Reward Appeal, cara penyusunan atau penyampaian pesan menawarkan janji-
janji kepada khalayak. dalam berbagai studi yang dilakukan dalam
hubungannya dengan reward appel, ditemukan bahwa dengan menjanjikan
uang Rp. 1 juta, seorang cenderung mengubah sikap daripada menerima janji
uang Rp. 50 ribu.
4) Motivational Appeal, teknik penyusunan pesan yang dilakukan bukan karena
janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis khalayak
sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan itu, misalnya menumbuhkan
rasa nasionalisme atau gerakan memakai produksi dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
5) Humoris Appeal, teknik penyusunan pesan yang dilakukan dengan humor,
sehingga penerimaan pesan khalayak tidak merasa jenuh. Pesan yang disertai
humor mudah diterima, enak dan menyegarkan. hanya saja dalam
penyampaian pesan yang disertai humor diusahakan jangan sampai terjadi
humor yang lebih dominan daripada materi yang ingin disampaikan.
Keberhasilan dalam mengelolah dan menyusun pesan-pesan secara efektif perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Cangara, 2004:113):
1) Pesan yang disampaikan harus dikuasai lebih dahulu, termasuk struktur
penyusunannya yang sistematis
2) Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Untuk itu harus mempunyai
alasan-alasan berupa fakta dan pendapat yang bisa mendukung materi yang
disajikan.
3) Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa, serta gerakan-gerakan
nonverbal yang dapat menarik perhatian khlayak.
Untuk pengembangan yang ideal, pesan harus mendapatkan perhatian
(attention), membangkitkan minat (interest), menimbulkan hasrat (desire), dan
mendorong tindakan (action), sebuah kerangka yang disebut model AIDA. Dalam
realita, tidak banyak konsumen yang melakukan pembelian karena kesadaran.
Meskipun demikian, kerangka AIDA menyarangkan kualitas pesan yang baik.
Dalam menerapkan pesan secara bersamaa, komunikator pemasaran harus
memecahkan tiga permasalahan: isi pesan, struktur pesan dan format pesan
(Machfoedz, 2010: 4-6). Secara lebih rinci dapat diuraikan di bawah ini:
1. Isi pesan
Universitas Sumatera Utara
Komunikator harus memahami idea tau subyek yang akan menghasilkan
respons yang diinginkan. Dalam hal ini ada tiga jenis idea tau subyek yang dapat
dikemukakan: ide rasional, ide emosional dan ide moral.
a. Ide rasional berhubungan dengan minat diri audience. Mereka
menunjukkan bahwa produk akan menghasilkan manfaat yang diinginkan.
Misalnya pesan yang menunjukkan kualitas, efisiensi, nilai atau kinerja
produk.
b. Ide emosional berupaya memanfaatkan emosi baik positif maupun negatif
yang dapat memotivasi pembelian. Ide ini meliputi alasan rasa takut, rasa
bersalah, dan rasa malu yang menjadikan orang merasa harus melakukan
sesuatu (menggosok gigi, membeli baju baru, dsb) atau menghentikan
sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan (merokok, meminum
minuman beralkohol, makan makanan berlemak, dsb).
c. Ide moral ditujukan kepada perasaan audience, mengenai sesuatu yang
“benar” dan “sesuai”. Ide ini seringkali digunakan untuk mendesak orang
agar mendukung sebab-sebab umum seperti lingkungan yang bersih dan
sehat, persamaan hak antara pria dan wanita, bantuan untuk korban
bencana atau kaum duafa.
2. Struktur pesan
Komunikator juga harus menetapkan cara untuk megnendalikan tiga
subyek struktur pesan. Pertama adalah menarik kesimpulan atau menyerahkan
kepada audience. Penelitian awal menunjukkan bahwa penarikan kesimpulan
akan lebih efektif. Tetapi, riset yang dilakukan kemudian menyarankan agar
dalam berbagai kasus pemasang iklan tidak mengajukan pertanyaan dan
Universitas Sumatera Utara
membiarkan konsumen mengambil kesimpulan mereka sendiri. Pokok struktur
pesan yang kedua ialah apakah mengemukakan argument satu sisi dengan hanya
menyebutkan keunggulan produk, ataukah menyebutkan keunggulan produk
sekaligus menunjukkan kekurangan atau kelemahannya. Pada umumnya,
argument satu sisi lebih efektif dalam presentasi penjualan, kecuali apabila
audience cukup berpendidikan, atau mungkin mendengar klaim atau tuntutan
yang berbeda. Dalam hal seperti ini, pesan dua sisi dapat mengingkatkan terhadap
serangan pesaing. Pokok struktur epsan yang ketiga ialah apakah penyampaian
argument yang paling kuat dikemukan pada awal atau akhir presentasi. Jika
argumen diutarakan pada awal presentasi, maka perhatian yang didapatkan akan
besar pada mulanya, namun pada akhirnya perhatian tersebut bisa melemah.
3. Format pesan
Komunikator pemasaran juga memerlukan format pesan yang jelas. Dalam
iklan tercetak, komunikator harus menetapkan judul, gambar, cetakan dan warna.
Untuk menarik perhatian audience, pemasang iklan dapat menggunakan inovasi
dan perbedaan yang tajam; gambar dan judul yang menarik untuk dipandang;
ukuran dan posisi pesan; dan warna bentuk, serta gerakan. Jika pesan disampaikan
melalui radio, komunikator harus memilih kata-kata, musik pengiring dan suara.
Musik pengiring suara orang yang mempromosikan jasa perbankan harus berbeda
dengan musik pengiring yang mempromosikan mebel berkualitas tinggi.
Jika pesan disampaikan melalui televisi atau oleh perorangan, maka semua
elemen plus bahasa tubuh harus direncanakan. Pembawa iklan atau presenter
merencanakan ekspresi wajah, gerak isyarat, pakaian, posisi tubuh, dan gaya
potongan rambut. Jika pesan disampaikan melalui penampilan produk atau
Universitas Sumatera Utara
kemasannya, komunikator harus memperhatikan tekstur, aroma, warna, ukuran
dan bentuk.
2.3.2 Komunikasi Pemasaran
Secara definisi yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah
kegiatan untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen, sehingga
konsumen mengetahui tentang produk tersebut, baik dari nama merek, kemasan,
harga maupun tempat pemasaran. Menurut William G. Nickles dalam Safrin
(2004:1) yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah proses pertukaran
informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut the Chartered Institute of Marketing (CIM) seperti
yang ditulis oleh Delozier (1976) dan dikutip oleh Chriss Fill dalam bukunya
Marketing Communication (1995) mengatakan komunikasi pemasaran adalah
proses untuk menyajikan serangkaian pesan yang terpadu dan dapat menstimuli
pasar yang tujuannya untuk menumbuhkan serangkaian respon pada pasar
tersebut dan menciptakan saluran penerima, menterjemahkan dan bertindak
sesusia dengan pesan-pesan dari pasar yang tujuannya agar dapat memodifikasi
pesan-pesan yang akan disajikan dan mengidentifikasi peluang-peluang aktifitas
komunikasi yang baru (Machfoedz, 2010: 1-4).
Sementara dilihat dari etimologi kata, komunikasi pemasaran terdiri dari 2
kata yaitu: komunikasi dan pemasaran. Secara umum yang dimaksud dengan
komunikasi ialah proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada
komunikan. Sedangkan pemasaran ialah kegiatan yang bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
memuaskan kebutuhan khalayak terhadap suatu produk (www.kbbi-online.com,
akses terakhir 24 Juli 2014).
2.3.2.1 Marketing Mix
Dalam kegiatan komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan khalayak terhadap suatu produk, terdapat berbagai
variabel yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Variabel-variabel tersebut
merupakan inti kesatuan dari berbagai bauran pemasaran yang sering disebut
dengan istilah marketing mix.
Marketing mix ialah kumpulan variabel – variabel yang dapat digunakan
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen (Radiosunu, 2001:29).
Ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan marketing mix yang terkenal
dengan sebutan 4 P, yang akan dianalisis satu persatu.
Product
Product adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan
sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Klasifikasi produk biasa dilakukan atas
berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama yaitu:
a. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang yaitu:
1. Barang tidak tahan lama (Nondurable Goods)
Universitas Sumatera Utara
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contoh, sabun,
minuman dan makanan ringan, kapur tulis, garam, gula dan lain – lain.
2. Barang tahan lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian. Contoh, TV, lemari es, mobil,
komputer dan lain – lain.
b. Jasa (Service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Contohnya, bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, lembaga
pendidikan dan lain – lain), dalam merencanakan penawaran atau produk,
pemasar perlu memahami lima tingkatan produk (Tjiptono, 2006:96), yaitu:
1. Core benefit (Produk utama/inti), yaitu manfaat yang sebenarnya
dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. Dalam
bisnis perhotelan, manfaat utama yang dibeli para tamu adalah „istirahat
dan tidur‟.
2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk
yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi).
Contohnya, hotel merupakan suatu bangunan yang memiliki banyak
ruangan untuk disewakan.
3. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan
dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan
dan disepakati untuk dibeli. Contoh, tamu hotel mengharapkan tempat tidur
Universitas Sumatera Utara
yang bersih, sabun dan handuk, air ledeng, telepon, lemari pakaian dan
ketenangan.
4. Produk pelengkap (augmented product), yakni berbagai atribut produk
yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga
dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk
pesaing. Misalnya, hotel bisa menambahkan fasilitas tv, shampoo, bunga –
bunga segar, check-in yang cepat, check-out yang cepat, pelayanan kamar
yang baik dan lain – lain.
5. Produk potensial (potential produk), yaitu segala macam tambahan dan
perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa
mendatang. Misalnya, hotel menambahkan fasilitas layanan internet,
perekam video dengan kaset videonya, sepiring buah – buahan segar dan
sebagainya.
Pricing
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap
perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu –
satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan
bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi)
menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu harga merupakan
unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan
cepat.
Tujuan – tujuan harga menurut Adrian Payne (Lupiyoadi, 2001:88), antara
lain:
1. Survival
Universitas Sumatera Utara
Merupakan usaha untuk tidak melaksanakan tindakan – tindakan untuk
meningkatkan profit ketika perusahaan sedang dalam kondisi pasar yang
tidak menguntungkan. Usaha tersebut dilakukan cenderung untuk bertahan.
2. Profit Maximization
Penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan profit dalam periode
tertentu.
3. Sales Maximization
Penentuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar (market share)
dengan melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.
4. Prestige
Tujuan penentuan harga di sini adalah untuk memposisikan jasa perusahaan
tersebut sebagai jasa yang eksklusif.
5. ROI (Return on investment)
Tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian return on investment
yang diinginkan atau ROI.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penentuan harga jasa di antaranya
adalah (Lupiyoadi, 2001:89):
1. Elastisitas permintaan
Perusahaan jasa perlu mengetahui hubungan antara harga dan permintaan
dan bagaimana besarnya permintaan bervariasi pada berbagai tingkat harga
yang berbeda.
2. Struktur biaya
Universitas Sumatera Utara
Para pemasar perlu mengetahui biaya dalam menyediakan layanan jasa dan
bagaimana biaya – biaya bergerak seiring berjalannya waktu dan tingkat
permintaan.
3. Persaingan
Posisi biaya – biaya (cost position) dan perilaku penentuan harga (pricing
behavior) dari pesaing – pesaing merupakan elemen penting yang harus
diperhatikan.
4. Positioning dari jasa yang ditawarkan
5. Sasaran yang ingin dicapai perusahaan.
6. Daur hidup jasa
7. Sumber daya yang dipergunakan.
8. Kondisi ekonomi
Place
Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas
saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara
penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis.
a. Lokasi
Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas
dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi
lokasi yaitu:
1. Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila
keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan sebaiknya memilih tempat, dekat dengan konsumen
sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis.
2. Pemberi jasa mendatangi konsumen: dalam hal ini lokasi tidak terlalu
penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa
harus tetap berkualitas.
3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung: berarti
service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu
seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi
sangat tidak penting selama komunikasi antara dua pihak dapat
terlaksana.
b. Saluran distribusi (channels)
Penyampaian jasa juga dapat melalui organisasi maupun orang lain.
Penyaluran menjadi hal yang penting dalam bidang pemasaran karena merupakan
pihak yang akan bertanggungjawab menjadi telangkai kepada konsumen.
Promotion (promosi)
Dalam dunia pemasaran, promosi bukanlah kata sepele. Promosi bahkan
sama pentingnya dengan produk dan keseluruhan kegiatan perusahaan karena
memang promosi merupakan sub-ordinat dalam strategi bauran pemasaran
(marketing mix). Promosi merupakan salah satu sokoguru yang menopang
bangunan pemasaran perusahaan. Tiga di antaranya ialah product (produk), price
(harga) dan place (tempat). Perusahaan yang mengabaikan aktivitas promosi
sama artinya dengan membiarkan bangunan perusahaan itu jomplang karena
kehilangan satu pilarnya.
Universitas Sumatera Utara
Promosi sebagai sebuah kata memang sudah tidak asing lagi di telinga
orang Indonesia. Kata promosi merupakan kata adopsian dari bahasa inggris, yaitu
promote, yang juga mengadopsi dari bahasa yunani, yaitu, promovere. Secara
sederhana promosi dapat diartikan, upaya menyampaikan suatu pesan tentang hal
yang kurang dikenal sehingga menjadi lebih dikenal oleh publik.
Marketer dapat memilih sarana yang dianggap sesuai untuk
mempromosikan jasa mereka. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
promosi, yaitu (Suryadi, 2006:63):
1. Identifikasi terlebih dahulu target audience-nya, hal ini berhubungan
dengan segmentasi pasar.
2. Tentukan tujuan promosi, apakah untuk menginformasikan,
mempengaruhi atau untuk mengingatkan.
3. Pengembangan pesan yang disampaikan, hal ini berhubungan dengan
isi pesan (what to say), struktur pesan (how to say it logically), gaya
pesan (creating a strong presence), sumber pesan (who should
develop it).
4. Pemilihan bauran komunikasi, apakah itu personal communication
atau non personal communication.
2.3.2.2 Promotion Mix
Promosi yang merupakan bagian dari pendekatan strategi marketing mix,
juga menurunkan satu himpunan strategi yang kemudian dikenal dengan
promotion mix. Ada empat strategi promosi yang terhimpun dalam promotion mix,
Universitas Sumatera Utara
yaitu advertising (iklan), sales promotion (promosi penjualan), publicity
(publisitas) dan personal selling (penjualan pribadi).
a. Advertising (Iklan)
Sudarto Tjokrosisworo (Suryadi, 2006:62), iklan merupakan padanan kata
dari advertising dan advertentie, dengan pengertian penyampaian pesan yang
kreatif dan persuasif melalui suatu media penyampai.Terdapat beberapa tujuan
periklanan, di antaranya adalah:
1. Iklan yang bersifat memberikan informasi (informative advertising), adalah
iklan yang secara panjang lebar menerangkan produk atau jasa dalam tahap
rintisan (perkenalan) guna menciptakan permintaan atas produk tersebut.
Misalnya PT BPJS memberikan informasi mengenai pentingnya para
pekerja mengasuransikan diri mereka dari bahaya kecelakaan kerja.
2. Iklan membujuk (persuasive advertising), iklan menjadi penting dalam
situasi persaingan, dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan
permintaan yang selektif akan merek tertentu. Misalnya PT BPJS dalam
iklannya membujuk para pekerja ataupun di luar pekerja agar menggunakan
produk PT BPJS Ketenagakerjaan lewat kata-kata iklan yang persuasif.
3. Iklan pengingat (reminder advertising), iklan ini akan sangat penting dalam
tahap kedewasaan (maturity) suatu produk untuk menjaga agar konsumen
selalu ingat akan produk tersebut. Misalnya, PT BPJS Ketenagakerjaan
mengajak masyarakat mengingat perusahaan ini setelah berganti nama yang
sebelumnya adalah PT Jamsostek di awal tahun 2014.
4. Iklan pemantapan (reinforcement advertising), yang berusaha meyakinkan
para pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat. Misalnya
Universitas Sumatera Utara
PT BPJS Ketenagakerjaan menyatakan bahwa dengan menggunakan
asuransi jiwa ketenagakerjaan yang ditawarkan oleh PT BPJS
Ketenagakerjaan, para pekerja tidak perlu khawatir lagi jika sewaktu-waktu
terjadi kecelakaan kerja.
Pada dasarnya tujuan pengiklanan adalah komunikasi yang efektif dalam
rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen. Pada bisnis jasa perhotelan
misalnya, sasaran pengiklanan adalah memperkenalkan produk baru hotel,
menarik kelompok pelanggan baru, membangun ataupun memperbaiki citra hotel
dan menjelaskan keadaan hotel secara umum. Untuk itu ada beberapa pilihan
media yang dapat digunakan untuk melakukan pengiklanan, antara lain melalui:
Iklan di media cetak dan elektronik, kemasan gambar bergerak, Brosur, Booklet,
Poster, Leaflet, Direktori, Billboard dan Display.
b. Sales Promotion (Promosi Penjualan)
Sales Promotion dapat dibedakan ke dalam promosi yang diarahkan pada
para konsumen (consumer promotion) seperti sampel, kupon, potongan harga
(discount), sayembara, demonstrasi. Promosi yang diarahkan pada pedagang
(tradepromotion ) seperti diskonto, pengiklanan, kontes dealer. Promosi yang
ditujukan pada para salesman (sales force promotion) seperti bonus dan kontes.
Pengaruh sales promotion acapkali dapat diukur dan lebih cepat daripada
pengaruh pengiklanan. Penggunaan sales promotion sebagai alat meningkatkan
penjualan, memiliki segi positif dan negatif bagi penjual.
1. Segi positif: Banyak alat sales promotion yang dapat menarik perhatian dan
dapat merubah sikap pasif pembeli terhadap sesuatu produk. Melalui alat ini,
pembeli diberi informasi bahwa mereka mendapat kesempatan untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh sesuatu yang istimewa, kesempatan mana hanya dapat
dimanfaatkan kali itu saja. Misalnya, ketika PT BPJS Ketenagakerjaan
memberikan berbagai souvenir kepada para calon klien yang mendaftar ketika
acara promosi berlangsung.
2. Segi negatif: Di antara alat – alat promosi ini, ada yang menimbulkan kesan
bahwa penjual mengkhawatirkan kelancaran penjualan produknya. Apabila
alat – alat promosi tersebut terlalu sering digunakan, maka akan timbul
pertanyaan para pembeli mengenai kegunaan atau kualitas produk yang
ditawarkan.
c. Publicity (Publisitas)
Promosi tidak selalu fokus pada nilai – nilai benefit dan fitur produk.
Lebih jauh, promosi semestinya diorientasikan pula pada nilai – nilai korporasi
secara keseluruhan. Nilai – nilai korporasi dimaksud berkenaan dengan
pembentukan persepsi publik atas perusahaan atau sering disebut dengan
pencitraan perusahaan. Perusahaan dan produknya dapat menjadi perhatian
umum, apabila diberitakan di dalam media massa. Publisitas dapat memberikan
tiga manfaat kepada penjual (Suryadi, 2006:66):
1. Karena pemberitaan di dalam media massa, oleh kebanyakan pembaca
dipandang otentik dan objektif, maka mereka cenderung untuk lebih
mempercayai berita daripada iklan.
2. Publisitas dapat mencapai banyak pembeli potensial yang selalu berusaha
menghindari salesman dan pengiklanan. Hal ini disebabkan karena pesan
penjual sampai pada pembeli potensial sebagai berita dan bukan sebagai
komunikasi yang bertujuan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
3. Publisitas, seperti halnya pengiklanan dapat mendramatisir perusahaan atau
produk.
d. Personal Selling (Penjualan Pribadi)
Personal selling dapat mengambil berbagai bentuk, antara lain kunjungan
wakil perusahaan ke tempat pembeli (salesman/salesgirl), pelayanan penjualan di
toko eceran dan undangan seorang direktur perusahaan kepada direktur
perusahaan lain untuk makan bersama (business dinner). Personal selling dapat
juga digunakan untuk macam – macam tujuan, misalnya untuk menimbulkan
minat pada calon pembeli, menimbulkan preferensi terhadap barang tertentu,
mengadakan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebagai komponen “promotional
mix”, personal selling memungkinkan penjual untuk (Suryadi, 2006:67):
1. Mengadakan hubungan langsung dengan calon pembeli, sehingga dapat
mengamati dari dekat karateristik dan kebutuhan calon pembeli.
2. Membina berbagai macam hubungan dengan pembeli, mulai dari hubungan
perdagangan hingga hubungan persahabatan yang erat. Dalam banyak hal,
penjual bersikap mengalah terhadap pembeli, ia harus menggunakan segenap
kemampuannya untuk merayu calon pembeli. Tetapi ada kalanya untuk
mendapatkan “order” penjual mengadakan tekanan atau melakukan tindakan
– tindakan yang dapat merugikan pembeli. Namun pada umumnya, penjual
berusaha menjaga hubungan baik dengan para langganannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Mendapat tanggapan dari calon pembeli. Berbeda dari pengiklanan, personal
selling menyebabkan pembeli potensial merasa sulit untuk tidak
memperhatikan apa yang dikatakan penjual.
2.3.3 Pelayanan Jasa
Pada Perusahaaan jasa, pelayanan juga merupakan strategi perusahaan
untuk merebut pangsa pasar dalam menghadapi persaingan. Hal ini dikarenakan
dengan memberikan pelayananan yang baik kepada konsumen, maka setiap
konsumen akan merasa mendapat kepuasan dan dihargai sehingga akan tetap
merasa senang untuk menjadi langganan perusahaan tersebut.
Pengertian Pelayanan menurut A.S. Moenir adalah suatu proses
pemenuhan kebutuhan memalui aktifitas orang lain secara langsung. Dari
pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa pelayanan jasa mempunyai aktivitas
melalui orang lain dalam bentuk jasa yang menyajikan berbentuk keramah-
tamahan yang menyenangkan dan daya tarik pada pelanggan atau pengguna jasa
dalam pelayanan tersebut (Lupiyoadi 2001:6).
Menurut A. Azis “Penerapan pelayanan kebanyakan diperankan oleh
wanita, dikarenakan wanita lebih memiliki daya tarik bagi kaum pria, terlebih-
lebih dengan kata-katanya yang lembut atau parasnya yang lumayan, mungkin
pria akan tertarik dan membeli produk yang ditawarkan”.Dengan demikian
kebayakan perusahaan menempatkan wanita sebagai Pelayanan yang melayani
keperluan pelanggan yang berkunjung Hasan (Radiosunu, 2001: 30).
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.1 Bentuk Pelayanan
Menurut A. S Moenir (dalam Lupiyoadi, 2001: 190 ) bentuk pelayanan
secara umum ada 3 (tiga) macam yaitu:
1) Pelayanan dengan lisan
2) Pelayanan dengan tulisan
3) Pelayanan dengan perbuatan
Ketiga bentuk pelayanan ini memang tidak selamanya berdiri sendiri secara
murni, melainkan sering berkombinasi
Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh tugas-tugas dibidang hubungan
masyarakat, dibidang pelayanan informasi dan bidang lain yang tugasnya
memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan, agar
pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, contoh : Seseorang
petugas pada stand barang-barang hasil industri mobil, ia harus menguasai
masalah-masalah yang berkaitan dengan industri permobilan secara garis besar.
Pelayanan dengan tulisan
Pelayanan dengan tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling
menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tapi jumlah
peranannya. Pada dasarnya layanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi
pelayanan jarak jauh karena fakor biaya. Layanan tulisan terdiri atas 2 golongan
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Layanan berupa petunjuk informasi dan sejenis, ditujukan pada orang-orang
yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi
atau lembaga.
2) Layanan berupa reaksi tetulis atas permohonan laporan, keluhanan, pemberiaan
atau penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya.
Pelayanan dengan perbuatan
Pada umumnya pelayanan dalam bentuk 70% - 80% dilakukan oleh
petugas-petugas tingkat menengah kebawah. Oleh karena itu faktor keahlian dan
keahlian dan ketrampilan petugas tersebut sangat memutuskan terhadap hasil
perbuatan atau pekerjaan. Layanan perbuatan dan lisan sering bergabung, hal ini
disebabkan.karena hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan
pelayanan. Secara umum, hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri
yang ditunggu oleh yang berkepentingan.
2.3.3.2 Faktor yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan
Menurut A.S. Moenir (dalam Lupiyoadi 2001:197) agar layanan dapat
memuaskan orang atau sekelompok orang yang dilayanin, maka sipelaku dalam
hal ini petugas harus dapat memenuhi 4 persyaratan pokok yaitu:
1) Tingkah laku yang sopan
2) Cara menyampaikan
3) Waktu penyampaian yang tepat
Tingkah laku yang sopan
Universitas Sumatera Utara
Sudah menjadi norma masyarakat bahwa sopan santun merupakan suati
bentuk penghargaan atau penghormatan orang lain. Dengan sopan, orang merasa
dihargai dan dihormati. Kesopanan dalam tingkah laku tidak terbatas pada tindak
tanduk saja melainkan ada rangkaian dengan tegur sapa dan tegur kata. Contoh
seorang tamu akan merasa puas apabila ditegur terlebih dahulu petugs yang haus
dia lakukan dari pada dibiarkan saja berdiri sampai mencari kesempatan untuk
dapat bertanya kepada petugas.
Cara menyampaikan
Cara menyampaikan sesuatu hendaknya memperhatikan pada prinsip sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, Hal ini menghindari penyampaian menyimpang
sehingga memungkinkan berbuat penyimpanngan lebih jauh.
Waktu menyampaikan yang tepat
Waktu penyampaian sura-surat atau dokumen sebagai produk dari pengolahan
masalah merupakan hal penting dalam rangkaian pelayanan. Untuk beberapa
kasus faktor ketetapan.waktu sering terabaikan sehingga mengurangi rasa
kepuasan bagi penerima tidak bergairah lagi dalam menerima haknya itu.
Keramahtamahan
Mengenai keramah tamahan ini hanya ada dalam lisan, baik berhadapan maupun
melalui hubungan telepon. Didalam hal keramahtamahan perlu diketahui bahwa
perwujudan keramah tamahan dapat ditandai melalui (Lupiyoadi, 2001:4):
a. Cara pembicaraan wajar, dalam arti tidak dibuat-buat
b. Cukup jelas, tidak menimbulkan keraguan
Universitas Sumatera Utara
c. Disampaikan dengan hati tulus dan terbuka
d. Gaya bahasa sopan dan benar
2.3.3.3 Pengertian Pelayanan Jasa
Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan merupakan salah satu strategi
perusahaan dalam memperkenalkan atau memberikan kepuasan kepada calon
pembeli atau pelanggannya. Jenis pelayanan jasa harus bervariasi sehingga dapat
menarik pelanggan agar ingin datang kembali membeli atau mempergunakan jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan. Pelayanan merupakan semua aktifitas
ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau
kontruksi, yang biasanya dikosumsi pada saat yang sama dengan waktu yang
dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti: kenyamanan, hiburan,
kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi
konsumen (Lupiyoadi, 2001:5).
Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud, dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apa pun, produksinya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan pada suatu produk fisik (Kotler, 2007:83). Jasa merupakan aktivitas,
manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pelanyanan jasa adalah berupa aktivitas yang ditawarkan
kepada pihak laitn dan umumnya tidak berwujud serta tidak dapat dimiliki.
2.3.3.4 Karaktristik Pelayanan Jasa
Berdasarkan definisi diatas pelayanan jasa menurut Fandy Tjiptono
(2006:15) mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Intangibility: Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau
didengar sebelum dibeli.
2. Inseparability: Jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikosumsi secara bersamaan dan tidak dapat
dipisahkan.
3. Variability: Jasa Bersifat sangat variabel artinya banyak variasi
bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa,kapan dan dimana
jasa tersebut dihasilkan.
4. Perishability: Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan.
2.3.4 Kepuasan Pelanggan
Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada
akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan mengenai
kepuasan yang dirasakan. Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seorang
menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang
diharapkan. Dalam era globalisasi ini, perusahaan akan selalu menyadari akan
pentingnya faktor pelanggan. Oleh karena itu mengukur tingkat kepuasaan para
pelanggan sangatlah perlu, walaupun hal tersebut tidaklah semudah mengukur
berat atau tinggi badan pelanggan yang bersangkutan (Lupiyoadi, 2001: 158).
Dalam menentukan tingkat kepuasan pelangan, terdapat lima faktor utama
yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu pertama, kualitas produk.
Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa
produk yang mereka gunakan berkualitas. Kedua, kualitas pelayanan. Terutama
untuk industri jasa, Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan, Ketiga adalah
emosional. Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunkan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau
self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
Faktor berikutnya adalah harga. Produk yang mempunyai kualitas yang sama
tetapi menetapkan harga yang relatip murah akan memberikan nilai yang lebih
tinggi kepada pelanggan. Faktor yang terakhir adalah biaya. Pelanggan yang
mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa
cederung puas terhadap produk atau jasa.
Apabila ditinjau lebih lanjut, pencapaian kepuasan pelanggan melalui
kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai
berikut (Kotler, 2007):
1. Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak
manajemen dan pelanggan, Misalnya, melakukan penelitian dengan
metode customer focus yang mengedar kuesioner dalam beberapa periode,
untuk mengetahui persepsi pelayanan menurut pelanggan, demikian juga
penelitian dengan metode pengamatan bagi pegawai perusahaan tentang
pelaksanaan pelayanan.
2. Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk
menciptakan visi didalam perbaikan proses pelayanan, yang termasuk
didalamnya adalah memperbaiki cara berpikir, perilaku, kemampuan, dan
pengetahuan dari semua sumber daya manusia yang ada. Misalnya dengan
Universitas Sumatera Utara
metode brainstorming dan management by walking around untuk
mempertahankan komitmen pelanggan internal (pegawai).
3. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan.
Dengan membentuk complaint and suggestion system, misalnya dengan
hotline bebas puls.
4. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan
partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran. Perusahaan
menghubungi pelanggan setelah proses pelayanan terjadi untuk
mengetahui pelanggan dari waktu ke waktu untuk meengetahui
perkembangan pelayanan (proactive). Sedangkan patner-ship marketing
adalah pendekatan dimana perusahaaan membangun kedekatan dengan
pelanggan yang bermamfaat untuk meningkatkan citra dan posisi
perusahaan dipasar.
Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atau produk akan
berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini ditujukan pelanggan setelah
terjadi proses pembelian (postpurchase action). Apabila pelanggan merasa puas,
maka dia akan menunjukan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli
produk yang sama. Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan
refrensi yang baik terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan
seorang pelanggan yang tidak puas (dissatisfied). Pelanggan yang tidak puas dapat
melakukan tindakan pengembalian produk atau secara ekstrim bahkan dapat
mengajukan gugatan terhadap perusahaan melalui seorang pengacara (Lupiyoadi,
2001: 159).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4.1 Implikasi Kepuasan Perilaku Purna Pembeli (Post Purchase Behavior)
Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan akan suatu produk/jasa sebagai
akhir dari suatu proses penjualan memberikan dampak tersendiri kepada perilaku
pelanggan akan produk tersebut. Bagaimana perilaku pelanggan dalam melakukan
pembelian kembali, bagaimana pelanggan dalam mengekspresikan produk yang
dipakai dan jasa yang diperolehnya dan perilaku lain yang menggambarkan reaksi
pelanggan atas produk dan jasa yang telah dirasakan. Pembentukan sikap dan pola
perilaku seorang pelanggan terhadap pembeli dan penggunan produk/jasa
merupakan hasil dari pengalaman mereka sebelumnya.
Sikap seorang pelanggan kerap terbentuk sebagai alat dari kontak
langsung dengan objek sikap. Pelanggan yang menikmati produk/jasa mungkkin
akan mengembangkan sikap yang mendukung perusahaan dan jasa tersebut
(favorable), misalnya dengan berkata positip tentang produk, merekomendasikan
perusahaan pada orang lain, setia kepada produk perusahaan, membayar produk
dengan harga preminium (Lupiyoadi, 2001: 160). Sebaliknya, produk yang gagal
memenuhi fungsi sebagaimana diharapkan dapat dengan mudah menimbulkan
sikap negatip (unfavorable), misalnya dengan berkata negatip tentang produk,
pindah kepada perusahaan lain, tidak memiliki bisnis yang banyak dengan
perusahaan mengajukan tuntutan kepada perusahaan melalui pihak luar.
Karakteristik penting dari sikap yang didasarkan pada pengalaman
langsung tersebut adalah sikap yang biasanya dianut dengan keyakinan yang lebih
besar. Konsisten dengan hal ini, konsumen memiliki keyakinan yang jauh lebih
kuat mengenai sikap terhadap produk mereja bila didasarkan pada pemakaian
produk dibandingkan bila hanya didasarkan pada informasi/janji dari iklan saja.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut secara teoritis dikonfigurasikan ke dalam lima dimensi perilaku yaitu,
kesetian kepada perusahaan (loyalty), keinginan untuk menggati/beralih produk
(switch), kemauan untuk membayar lebih harga produk (pay more), respon
lingkungan eksternal kepada penyelesaian masalah (external response), respon
lingkungan internal kepada penyelesaian masalah (internal response).
2.3.5 Teori Disonansi Kognitif
Teori ini dikemukan oleh Leon Festinger pada tahun 1957. Teori berbasis
psikologi ini berfokus pada keselarasan antara dua elemen kognitif. Jika salah satu
elemen tidak sesuai/selaras dengan elemen lainnya, kedua tersebut berada dalam
situasi disonansi. Dalam kondisi seperti ini, psychological discomfort bakal
memotivasi seseorang untuk menekan atau mengurangi dissonance dan
mewujudkan consonance melalui sejumlah cara, seperti: (1) mengubah salah satu
di antara kedua elemen bersangkutan; (2) mengurangi derajat kepentingan elem-
elemen kognitif tersebut; (3) menambah elemen kognitif baru yang bisa selaras
dengan elemen yang sudah ada; dan (4) mengubah relevansi elemen kognitif dari
yang semula relevan menjadi tidak relevan.
Terminologi yang dipakai dalam teori cognitive dissonance bisa
diterjemahkan ke dalam konteks kepuasan pelanggan. Kedua elemen kognitif bisa
direpresentasikan dengan ekspektasi terhadap produk sebelum pemakaian atau
konsumsi, dan kinerja produk. Dissonance adalah kesenjangan atau perbedaan
antara ekspektasi dan kinerja produk. Apabila kinerja produk lebih buruk
dibandingakan ekspektasi pelanggan, maka situasinya adalah negative
Universitas Sumatera Utara
disconfirmation. Jika kinerja produk lebih bagus daripada ekspektasi pelanggan,
maka situasinya disebut positive disconfirmation. Sedangkan jika kinerja sama
persis atau sesuai dengan harapan, situasinya dinamakan simple confirmation.
Apabila diskonfirmasi terjadi, konsumen akan berusaha menekan atau
mengasimilasinya dengan jalan mengubah persepsinya terhadap produk agar lebih
konsisten dengan ekspektasinya.
Teori cognitive dissonance merupakan fondasi bagi expectancy
disconfirmation model yang hingga saat ini mendominasi literatur kepuasan
pelanggan. Dalam model ini, kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai “ evaluasi
yang memberikan hasil dimana pengalaman yang dirasakan setidaknya sama
baiknya (sesuai) dengan yang diharapkan”. Ekspektasi terhadap kinerja
produk/jasa berlaku sebagai standar perbandingan terhadap kinerja aktual
produk/jasa. Beberapa pakar mengidentifikasi empat macam standar kinerja
dalam mengkonseptualisasikan harapan pra-pembelian atas kinerja produk/jasa
(Tjiptono, 2012:61):
1. Equitable performance, yakni penilaian normatif yang mencerminkan
kinerja yang seharusnya diterima seseorang atas biaya dan usaha yang
telah dicurahkan untuk membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa
tertentu.
2. Ideal performance, yaitu tingkat kinerja optimum atau ideal yang
diharapkan oleh seorang konsumen.
3. Expected performance, yaitu tingkat kinerja yang diperkirakan/
diantisipasi atau yang paling diharapkan/disukai konsumen. Tipe ini yang
Universitas Sumatera Utara
paling banyak digunakan dalam riset kepuasan/ketidakpuasan pelanggan,
terutama yang didasarkan pada expectancy disconfirmation model.
4. Adequate (minimum tolerable) expectations, yakni tingkat kinerja
produk/jasa terendah yang bisa ditoleransi pelanggan.
Sementara itu, kinerja (performance) memiliki dua dimensi, yakni (1)
instrumental performance, berkaitan dengan fungsi fisik suatu produk; dan (2)
expressive/symbolic performance, berkenaan dengan kinerja estetis atau
peningkatan citra diri. Sebagai contoh, manfaat produk jasa PT. BPJS
Ketenagakerjaan (Persero) merupakan aspek kinerja instrumental, sementara nilai
produk/premi mencerminkan kinerja simbolik.
Tingkat kinerja yang diharapkan dari produk tertentu dipengaruhi oleh
karakteristik produk/jasa, faktor promosi, pengaruh produk lain dan karakteristik
pelanggan itu sendiri. Dalam hal karakteristik produk/jasa, pengalaman
sebelumnya yang dimiliki pelanggan berkenaan dengan produk/jasa tersebut,
harganya, dan karakteristik fisiknya mempengaruhi harapannya terhadap kinerja
produk/jasa bersangkutan. Jadi, jika produk/jasa itu mahal harganya, atau
kinerjanya sangat baik dalam pengalaman konsumsi yang lalu maka pelanggan
bersangkutan mungkin memiliki standar kinerja yang tinggi.
Cara perusahaan mempromosikan produknya melalui komunikasi iklan
atau para wiraniaga juga bisa mempengaruhi harapan pelanggan terhadap kinerja
produk. Klaim produk yang terlampau bombastis dan tidak realistis bisa
menimbulkan “over promise, under deliver”, yang justru menimbulkan
ketidakpuasan pelanggan dan dapat merusak reputasi perusahaan (Tjiptono,
2012:61).
Universitas Sumatera Utara
Faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan harapan
pelanggan adalah pengalaman pelanggan dengan produk/jasa lain yang memiliki
karakteristik serupa. Pengalaman dengan kelas produk ini bisa mempengaruhi
pembentukan norma atau standar tingkat kinerja yang harus dapat dipenuhi merek
tertentu. Sebagai contoh, harapan peserta PT. BPJS Ketenagakerjaan terhadap
ketepatan waktu penyampaian jasa medis tertentu dipengaruhi oleh
pengalamannya dengan fasilitas jasa medis asuransi lainnya.
Tentu saja karakteristik pelanggan juga berpengaruh terhadap harapan atas
kinerja produk. Ada pelanggan yang memang memiliki harapan lebih tinggi atas
suatu produk dibandingkan pelanggan lainnya. Konsekuensinya, standarnya lebih
tinggi. Demikian pula halnya, rentang penerimaan (latitudes of acceptance)
terhadap tingkat adaptasi berbeda antar individu. Konsumen yang memiliki
rentang penerimaan lebih sempit cenderung lebih mudah tidak puas dibandingkan
mereka yang mempunyai rentang penerimaan lebih luas. Perbedaan kecil saja
antara harapan dan kinerja aktual sudah bisa membuat konsumen seperti ini
merasa tidak puas.
Gambar 2.2
Teori Disonasi Kognitif
Kinerja aktual
Persepsi terhadap
kinerja produk
Diskonfirmasi negatif
N Ekspektasi
terhadap kinerja
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Anderson (1973), dalam Tjiptono (2012:64)
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperhatikan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai
dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa. (Nawawi, 2001:40). Konsep
adalah suatu makna yang berada di alam pikiran atau didunia kepahaman manusia
yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.
Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional dalam menguraikan
rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji
kebenarannya. Agar konsep dapat di teliti secara empiris,maka harus di
operasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X1 dan X2)
Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau
pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 2004:12).
Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yakni X1 berupa pengelolaan
pesan dan X2 berupa aktivitas komunikasi pemasaran PT. BPJS
Ketenagakerjaan (Persero) Wilayah Kerja Medan.
b. Variabel Terikat (Y)
Diskonfirmasi positif
Tingkat Ekspektasi
Diskonfirmasi positif Ekspektasi akurat Diskonfirmasi positif
0
Universitas Sumatera Utara
Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12).
Variabel yang terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan
pelanggan/klien PT. BPJS Ketenagakerjaan (Persero) Wilayah Kerja
Medan.
c. Karakteristik responden
Variabel antara variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel
terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat (Nawawi, 2001:58).
2.5 Model Teoritis
Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan
permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu
model teoritis sebagai berikut:
Gambar 2.3
Model Teoritis
Variabel Bebas (X1)
Pengelolaan Pesan yang
dilakukan oleh PT BPJS
Ketenagakerjaan
Variabel Bebas (X2)
Aktivitas Komunikasi
Pemasaran yang dilakukan
oleh PT BPJS
Ketenagakerjaan
Variabel Terikat (Y)
Tingkat Kepuasan
Pelanggan PT BPJS
Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Pemikiran Peneliti (2015)
2.6 Variabel Operasional
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah di uraikan
diatas, maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat operasional variabel-
variabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X1)
Pengelolaan Pesan yang
dilakukan oleh PT BPJS
Ketenagakerjaan
Pesan informatif:
1. Space order
2. Time order
3. Deductive order
4. Inductive order
Pesan persuasif:
5. Fear Appeal
- Menimbulkan kekhawatiran
- Rasa berkenan akan isi pesan
- Kemampuan pesan menguggah
khalayak
6. Emotional Appeal
- Ketertarikan terhadap isi pesan
- Upaya penggugahan yang maksimal
- Kekuatan terpaan pesan
7. Reward Appeal
- Menarik atau tidaknya isi pesan
- Kepercayaan terhadap isi pesan
- Keuntungan mengikuti isi pesan
8. Motivational Appeal
- Pesan menimbulkan perubahan pola
pikir
- Isi pesan menyiratkan manfaat untuk
Universitas Sumatera Utara
masa depan
- Pentingnya mengikuti saran dari isi
pesan
9. Humoris Appeal
- Pemahaman akan isi pesan
- Suka akan cara penyampaian pesan
- Ketertarikan terhadap cara
penyampaian pesan
Variabel Bebas (X2)
Aktivitas Komunikasi
Pemasaran PT BPJS
Ketenagakerjaan (Persero)
1. Advertising (Iklan)
- Televisi
- Radio
- Surat Kabar
- Billboard
- Website
2. Sales Promotion (Promosi Penjualan)
- Talkshow
3. Publicity (Publisitas)
- Public relations
- Press release
4. Personal Selling (Penjualan Pribadi)
- Sales marketing
Variabel Terikat (Y)
Kepuasan pelanggan/klien PT
BPJS Ketenagakerjaan
1. Equitable performance
- Pernah tidaknya merasakan manfaat
produk
- Kepuasan terhadap produk
- Kemudahan klaim produk
2. Ideal performance
- Kesesuaian fasilitas
- Kelayakan fasilitas
- Kecepatan penangan klaim
3. Expected performance
- Kesesuaian harapan dan fakta
- Perasaan dikecewakan
- Pengharapan terhadap isi pesan
4. Adequate (minimum tolerable)
expectations
- Mengalami rasa kecewa
- Tingkat kepuasan terhadap produk
- Rekomendasi kepada orang lain
Karakteristik responden 1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
2.7 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (2006:46), defenisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu
variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah
yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.
Untuk Memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep pada
dataran operasional, maka dibuat beberapa definisi operasional, yaitu sebagai
berikut:
2.7.1 Variabel Bebas (X1), Pengelolaan Pesan yang terdiri dari:
1. . Space Order, penyusunan pesan yang melihat kondisi tempat atau ruang,
seperti international, nasional, dan daerah
2. Time Order, penyusunan pesan berasarkan waktu atau periode yang
disusun secara kronologis
3. Deductive Order, penyusunan pesan mulai dari hal-hal yang bersifat
umum kepada khusus
4. Inductive Order, penyusunan pesan yang dimulai dari hal-hal khusus ke
hal-hal yang bersifat umum.
5. Fear Appeal, metode penyusunan pesan dengan menimbulkan rasa
ketakutan kepada khalayak, seperti ketakutan akan siapa yang akan
menjamin keluarga jika kepala keluarga meninggal dan tidak terproteksi
dengan produk PT BPJS Ketenagakerjaan. Isi pesan berupa fear appeal
terdiri dari:
- Menimbulkan kekhawatiran yakni pesan membuat perasaan was-was.
- Rasa berkenan akan isi pesan yakni pesan memiliki nilai yang bermakna.
Universitas Sumatera Utara
- Kemampuan pesan menguggah khalayak yakni pesan akan mampu
mengajak untuk melakukan suatu perbuatan.
6. Emotional Appeal, cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan
berusaha menggugah emosional khalayak, seperti propaganda yang
menggugah meyakinkan masyarakat yang bekerja di sektor formal ataupun
informal akan pentingnya penggunaan produk PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Ketertarikan terhadap isi pesan, yakni perasaan suka akan pesan
- Upaya penggugahan yang maksimal, yakni usaha yang dilakukan
- Kekuatan terpaan pesan, yakni besarnya dampak isi pesan
7. Reward Appeal, cara penyusunan atau penyampaian pesan menawarkan
janji-janji kepada khalayak akan keuntungan dari produk PT BPJS
Ketenagakerjaan.
- Menarik atau tidaknya isi pesan, yakni isi pesan yang disampaikan
menarik perhatian ataukah tidak.
- Kepercayaan terhadap isi pesan, yakni kebenaran isi pesan yang
disampaikan
- Keuntungan mengikuti isi pesan, yakni hal yang didapat dengan percaya
terhadap isi pesan.
8. Motivational Appeal, teknik penyusunan pesan yang dilakukan bukan
karena janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis
khalayak sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan itu, dalam hal ini
masyarakat yang belum menggunakan ataupun telah menggunakan produk
PT BPJS Ketenagakerjaan paham akan tujuan utama dari berbagai produk
yang ditawarkan oleh PT BPJS Ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
- Pesan menimbulkan perubahan pola pikir, yakni kemampuan pesan untuk
menggugah cara pikir.
- Isi pesan menyiratkan manfaat untuk masa depan, yakni pesan berisikan
hal yang bernilai positif.
- Pentingnya mengikuti saran dari isi pesan, yakni hal yang harus dilakukan
melalui isi pesan.
9. Humoris Appeal, teknik penyusunan pesan yang dilakukan dengan humor,
sehingga penerimaan pesan khalayak tidak merasa jenuh, hal ini seperti
penggunaan kata-kata yang menarik dari iklan produk- produk PT BPJS
Ketenagakerjaan.
- Pemahaman akan isi pesan, yakni kejelasan pesan membuat penerima
pesan paham akan isi pesan.
- Suka akan cara penyampaian pesan, yakni perasaan senang akan gaya
penyampaian pesan.
- Ketertarikan terhadap cara penyampaian pesan, yakni rasa senang terhadap
gaya penyampaian pesan.
2.7.2 Variabel Bebas (X2), Aktivitas Komunikasi Pemasaran PT. BPJS
Ketenagakerjaan yang terdiri dari:
1. Advertising (Iklan) adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk
khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yg ditawarkan, dalam
hal ini adalah penawaran atas produk-produk jasa dari PT BPJS
Ketenagakerjaan. Kegiatan periklanan menggunakan berbagai jenis media,
yakni:
Universitas Sumatera Utara
- Televisi, media audio visual
- Radio, media audio
- Surat Kabar, media visual
- Billboard, media visual luar ruangan
- Website, media dalam jaringan.
2. Sales Promotion (Promosi Penjualan) adalah kegiatan komunikasi untuk
meningkatkan volume penjualan dng pameran, periklanan, demonstrasi,
dan usaha lain yg bersifat persuasif, dalam hal ini berupa pameran di
berbagai kegiatan yang menunjang pengetahuan masyarakat akan produk-
produk jasa dari PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Talkshow, yakni kegiatan promosi penjualan melalui acara bincang-
bincang di TV maupun radio.
3. Publicity (Publisitas) adalah penyiaran tentang sesuatu atau seseorang
kepada masyarakat luas (melalui berbagai media) misalnya menggunakan
berbagai saluran media massa dalam mempublikasikan produk-produk
jasa dari PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Public relations, yakni divisi pada PT BPJS Ketenagakerjaan yang
melakukan kegiatan publisitas
- Press release, yakni berupa pembuatan artikel berita kepada media untuk
disiarkan ke masyarakat.
4. Personal Selling (Penjualan Pribadi) adalah kegiatan penjualan produk-
produk jasa dari PT BPJS Ketenagakerjaan melalui marketing yang datang
langsung kepada pelanggan ataupun klien perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
- Sales marketing, yakni penjualan dan pemasaran produk PT BPJS
Ketenagakerjaan.
2.7.3 Variabel Y, Kepuasan pelanggan/klien yang terdiri dari:
1. Equitable performance, yakni penilaian normatif yang mencerminkan
kinerja yang seharusnya diterima seseorang atas biaya dan usaha yang
telah dicurahkan untuk membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa dari
pihak PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Pernah tidaknya merasakan manfaat produk, yakni pengalaman
mendapatkan manfaat produk
- Kepuasan terhadap produk, yakni rasa senang akan manfaat produk
- Kemudahan klaim produk, yakni gampang atau tidaknya proses
penyelesaian pencairan dana.
2. Ideal performance, yaitu tingkat kinerja optimum atau ideal yang
diharapkan oleh seorang konsumen yang sebelumnya mengetahui berbagai
fungsi dan keunggulan produk jasa PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Kesesuaian fasilitas, yakni apakah ada kesamaan antara janji yang pernah
diberikan dengan hasil yang didapatkan
- Kelayakan fasilitas, yakni pantas atau tidaknya pelayanan yang didapatkan
oleh pelanggan jasa PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Kecepatan penangan klaim, yakni respon yang diberikan oleh pihak PT
BPJS Ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Expected performance, yaitu tingkat kinerja yang diperkirakan/
diantisipasi atau yang paling diharapkan/disukai konsumen/ pelanggan
produk jasa PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Kesesuaian harapan dan fakta, yakni apa yang didapat sesuai dengan yang
dijanjikan oleh PT BPJS Ketenagakerjaan.
- Perasaan dikecewakan, yakni pernah atau tidaknya merasakan
ketidaksesuaian terhadap janji yang diberikan.
- Pengharapan terhadap isi pesan, yakni capaian yang ingin didapatkan dari
pesan yang diberikan.
4. Adequate (minimum tolerable) expectations, yakni tingkat kinerja
produk/jasa terendah yang bisa ditoleransi pelanggan produk jasa PT
BPJS Ketenagakerjaan.
- Mengalami rasa kecewa, yakni pernah tidaknya mengalami
ketidaksesuaian antar janji dan realisasi.
- Tingkat kepuasan terhadap produk, yakni derajat kesenangan akan kualitas
sebuah produk jasa.
- Rekomendasi kepada orang lain, yakni keinginan untuk memberikan
referensi penggunaan produk PT BPJS Ketenagakerjaan kepada pihak lain.
2.7.4 Karakteristik responden yang terdiri dari:
a. Usia, yaitu tingkatan umur responden.
b. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan
sampel.
c. Pendidikan, yaitu jenjang sekolah yang pernah ditempuh oleh
responden.
Universitas Sumatera Utara
d. Pekerjaan, yaitu mata pencarian responden.
e. Penghasilan, yaitu faktor ekonomi yang ada pada responden berupa
jumlah uang yang didapat dari mata pencahariannya.
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 2006:
43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus
dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 2001:44). Hipotesis adalah suatu
pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang keandalannya biasanya tidak
diketahui, dengan hipotesis, penelitian menjadi tidak mengambang, karena
dibimbing oleh hipotesis tersebut.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 :
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara pengelolaan pesan terhadap tingkat
kepuasan pelanggan PT BPJS Ketenagakerjaan (Persero) wilayah
kerja Medan.
Ha : Terdapat pengaruh antara pengelolaan pesan terhadap tingkat
kepuasan pelanggan PT BPJS Ketenagakerjaan (Persero) wilayah
kerja Medan.
H2 :
Universitas Sumatera Utara
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara aktivitas komunikasi pemasaran
terhadap tingkat kepuasan pelanggan PT BPJS Ketenagakerjaan
(Persero) wilayah kerja Medan.
Ha : Terdapat pengaruh antara aktivitas komunikasi pemasasran terhadap
tingkat kepuasan pelanggan PT BPJS Ketenagakerjaan (Persero)
wilayah kerja Medan.
H3 :
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara pengelolaan pesan dan aktivitas
komunikasi pemasaran terhadap tingkat kepuasan pelanggan PT
BPJS Ketenagakerjaan (Persero) wilayah kerja Medan.
Ha : Terdapat pengaruh antara pengelolaan pesan dan aktivitas
komunikasi pemasaran terhadap tingkat kepuasan pelanggan PT
BPJS Ketenagakerjaan (Persero) wilayah kerja Medan.
Universitas Sumatera Utara