program studi hukum keluarga fakultas syariah dan...

83
i COVER JUDUL PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS (Studi Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Muhammad Luthfi Fauzi Ridlwan NIM. 11140440000018 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1441 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

i

COVER JUDUL

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS

(Studi Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Muhammad Luthfi Fauzi Ridlwan

NIM. 11140440000018

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1441 H/ 2019 M

Page 2: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 3: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Page 4: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Page 5: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas

(Studi Putusan Pengadilan Agama Cibinong No. 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn)

Shalawat beserta salam akan selalu tercurah pada panutan semua manusia

yang membawa risalah-Nya yakni baginda Nabi Muhammad SAW., keluarga

beserta sahabatnya yang mulia yang selalu menemani beliau hingga akhir

hayatnya.

Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bimbingan, arahan, dukungan,

bantuan serta kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil

Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum;

2. Dr. Mesraini, S.H., Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Ahmad Chaerul Hadi, M.A., Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Hj. Hotnidah Nasution, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

meluangkan waktunya serta sabar dalam membimbing, mendidik,

memotivasi dan masukan-masukan hingga terselesaikannya skripsi ini;

5. Sri Hidayati, M.Ag., dosen penasihat akademik yang telah memberikan

arahan-arahan semasa studi;

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik, membimbing dan memberikan

Page 6: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

v

ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis;

7. Yang teristimewa yaitu orang tua penulis Muhtar, S.Ag dan Titin Suryati

serta seluruh keluarga penulis yang selalu mendukung dan memotivasi

penulis dari masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini;

8. Nadia Rahmatunnisa,S.Pd yang selalu sabar dan mensupport penulis

hingga terselesaikannya skripsi ini;

9. Fajri Ilhami, S.H, yang selalu bersama dan meluangkan waktu untuk

berbagi ilmu dari masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini;

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Hukum Keluarga 2014 yanng telah

sama-sama berjuang dalam pendidikan di Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta;

11. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam khususnya K.H.

Bahruddin S.Ag., yang tidak pernah lelah dalam mendidik dan

memberikan ilmunya kepada seluruh santri Daar El-Hikam;

12. Yang Teristimewa sahabat-sahabat dari Daar El-Hikam khususnya Zein

Yudha Utama, S.H, Mughni Labib, Kharisma Adam, Febrian Rizki,

Bukhori Muslim, Tatang Rohman, Mulhayat Pratama, Mufid, Arianto

Saipul Hak serta seluruh teman-teman di Daar El-Hikam khususnya

angkatan 2014 yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di

Pondok Pesantren Daar El-Hikam;

13. Semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang

berlipat-lipat. Amiin

Penulis menyadari bahwa masih banyak perbaikan dalam skripsi ini,

maka dari itu kritik dan saran penulis harapkan dari para pembaca agar penulis

dapat memperbaikinya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.

Ciputat, 26 Agustus 2019

Muhammad Luthfi Fauzi Ridlwan

Page 7: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

vi

ABSTRAK

Muhammad Luthfi Fauzi Ridlwan. NIM 11140440000018. Analisis

Pembatalan Perkawian Karena Pemalsuan Identitas(studi kasus No.

376/Pdt.G/2013/PA.Cbn. Program Studi Hukum Keluarga (Akhwal

Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. lx 65 halaman 5 halaman lampiran

Penelitian ini membahas tentang apa dasar pertimbangan Hakim dalam

memutus perkara, tinjauan hukum Islam dan juga tinjauan hukum postif pada

pertimbangan putusan Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn tentang pembatalan

perkawinan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dasar pertimbangan

hakim, tinjauan hukum Islam dan tinjauan hukum positif dalam perkara Nomor

376/Pdt.G/2013/PA.Cbn.

Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. Serta pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Data-data yang dibutuhkan adalah

data primer berupa hasil wawancara dari pihak yang berrkaitan langsung dalam

permasalahan ini. Analisa data menggunakan metode kualitatif untuk

menganalisis data yang telah didapat dalam penelitian ini.

Hasil dari penelitian ini ialah bahwa yang menjadi dasar pertimbangan

hakim dalam memutus perkara adalah karena tidak adanya izin dari istri pertama,

sedangkan pemalsuan identitas hanya menjadi fakta hukum yang terkuak selama

proses persidangan. Sedangkan dalam hukum Islam poligami yang dilakukan

tetap dianggap sah, karena pada dasarnya pihak-pihak yang melangsungkan

perkawinan sudah mengetahui tentang identitas masing-masing, hanya saja saat

menghadap ke KUA ada status yang ditutupi agar dapat dicatatkan. Sedangkan

menurut hukum positif perkawinan kedua Broto bin Lasiman dianggap tidak sah,

karena melanggar pasal 27 ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan.

Kata Kunci : Perkawinan, Pembatalan, Jakarta

Pembimbing : Hotnidah Nasution, M.Ag

Daftar Pustaka : 1989-2014

Page 8: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

vii

DAFTAR ISI

COVER JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................................ vi

DAFTAR ISI.................................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

F. Kajian Studi Terdahulu ........................................................................................... 6

G. Metode Penelitian ................................................................................................... 8

H. Sistematika Pembahasan ....................................................................................... 12

BAB II KETENTUAN UMUM PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA

PEMALSUAN IDENTITAS .......................................................................................... 14

A. Kerangka Teori ..................................................................................................... 14

1. Fungsi Teori ...................................................................................................... 14

2. Teori Terkait ..................................................................................................... 14

B. Pembatalan Perkawinan ........................................................................................ 17

1. Pengertian Pembatalan Perkawinan .................................................................. 17

2. Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Islam............................................... 18

3. Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Positif ............................................. 25

C. Pemalsuan Identitas ................................................................................................. 30

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 376/Pdt.G/2013PA.Cbn ........................ 35

A. Deskripsi Putusan Nomor: 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn ............................................ 35

1. Posisi Kasus ...................................................................................................... 35

2. Duduk Perkara .................................................................................................. 36

Page 9: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

viii

3. Amar Putusan .................................................................................................... 39

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................... 41

A. Analisis Hukum Islam Tentang Pembatalan Perkawinan pada Perkara Nomor

376/Pdt.G/2013PA.Cbn ............................................................................................... 41

B. Analisis Peraturan di Indonesia Tentang Pembatalan Perkawinan pada Perkara

Nomor 376/Pdt.G/2013PA.Cbn ................................................................................... 46

C. Analisis Penulis Terhadap Pertimbangan Hakim dalam Perkara Pembatalan

Perkawinan Nomor : 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn ............................................................ 48

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 53

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 53

B. Saran-saran ............................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pernikahan menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah

untuk membentuk suatu rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun menurut Kompilasi Hukum

Islam pasal 3 bahwa tujuan pernikahan adalah mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dalam menjalin keluarga tidak

sedikit pernikahannya itu kandas yang dalam arti pernikahan itu bertentangan

dengan tujuannya itu sendiri.

Pada pasal 9 UU No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa apabila seseorang

yang telah terikat perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi dengan

perempuan lain, kecuali mendapat izin dari pengadilan. Adapun jika terjadinya

pemalsuan data, maka itu merupakan sebuah pelanggaran hukum yang dapat

merugikan salah satu pihak. Dengan adanya pemalsuan data tersebut dapat

mengakibatkan kehidupan rumah tangganya memburuk dan Allah tidak

menghendaki yang demikian.1

Pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan atas pihak yang telah

melakukan penipuan atau pemalsuan data. Pembatalan perkawinan merupakan

suatu putusan pengadilan yang diwajibkan melalui persidangan bahwasannya

perkawinan yang telah dilangsungkan tersebut terdapat cacat demi hukum. Hal ini

dibuktikan dengan terpenuhinya persyaratan dan rukun nikah atau disebabkan

dilanggarnya ketentuan yang mengharamkan perkawinan.2

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 pasal 23 mengatakan bahwa yang dapat

mengajukan pembatalaan pernikahan adalah para keluarga dalam garis keturunan

1 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),

h. 212 2 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia 2000), h.187

Page 11: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

2

lurus keatas suami maupun istri, suami atau istri itu sendiri dan pejabat yang

berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan dan setiap orang

mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut.3

Adapun yang berwenang memutuskan pembatalan perkawinan adalah pengadilan

agama yang membawahi tempat tinggal pasangan, agar tidak terjadinya

pembatalan perkawinan yang dilakukan oleh instansi lain diluar pengadilan

agama.4

Mengajukan pembatalan perkawinan tentu ada alasan-alasan yang menjadi

penyebab adanya pembatalan perkawinan. Pasal 27 Undang- Undang No. 1 tahun

1974 menjelaskan bahwa perkawinan itu dapat dibatalkan apabila:

1. Perkawinan dilaksanakan dibawah ancaman yang melanggar hukum

2. Terjadi salah satu sangka antara suami dan isteri pada waktu berlangsungnya

perkawinan

3. Suami atau isteri masih mempunyai ikatan perkawinan tanpa seizin dan

sepengetahuan pihak lainnya.

Begitu juga yang disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam bahwa suatu

perkawinan dapat dibatalkan jika:

1. Seorang suami poligami tanpa mendapaatkan izin dari Pengadilan Agama

2. Perempuan yang dikawini masih istri pria lain yang mafqud

3. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam masa iddah

4. Perkawinan yang diabawah umur sebagaimana yang ditetapkan dalam

Undang Undang perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 7

5. Perkawinan yang dilaksanakan tanpa wali.

6. Perkawinan yang didasarkan paksaan.

Praktik pembatalan perkawinan banyak sekali terjadi, diantaranya terjadi

karena penipuan pemalsuan data. Diantaranya yaitu, pemalsuan status, pemalsuan

kewarganegaraan, pemalsuaan agama. Dan tak tertutup kemungkinan juga antara

pengantin yang sama jenis yang dikawinkan oleh pencatatan sipil menurut

3 Pasal 23 Undang- Undang Perkawinan No.1Tahun 1974 4 A. Mukhti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Pustaka

Pelajar 1996), h. 231

Page 12: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

3

Wirjono Projodikoro yang sebenarnya sudah batal demi hukum. Akan tetapi

karena pelaksanaannya telah dilakukan dengan formalitas yuridis, maka untuk

menghilangkan legalitas yuridis ini haruslah tetap melalui pengadilan.5

Di Pengadilan Agama Cibinong terdapat sebuah putusan dengan nomor

perkara 376/Pdt.G/ 2013/PA. Cbn tentang pemabatalaan perkawinan. Adapun

putusan ini mengenai pembatalan perkawinan karena pemalsuan status oleh kedua

mempelai. Dalam perkara ini yang di gugat ada dua pihak. Pihak yang pertama

yaitu istri kedua dari suaminya, dan tergugat II yaitu pihak Kantor Urusan Agama.

Adapun alasan KUA dijadikan sebagai tergugat II yaitu karena KAU dianggap

lalai dalam melakukan pemeriksaan. Dan yang menjadi penggugat yaitu istri

pertama yang merasa dirinya dirugikan karena penipuan tersebut. Perkawinan

yang terjadi antara laki-laki dengan istri kedua diketahui oleh istri pertama pada

saat laki-laki (suami)nya tersebut meninggal dunia. Setelah meninggal itulah dia

mengajukan gugatan kepada pengadilan agama.

Perkawinan putus disebabkan meninggalnya pasangan sebagaimana

disebutkan dalam KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 sehingga perlu dipertanyakan

alasan Pengadilan Agama menerima perkara pembatalan perkawinan dimana

salah satu pasangannya sudah meninggal yang berarti secara otomatis perkawinan

sudah putus.

Dalam putusan tersebut terdapat pemalsuan yang dilakukan kedua

mempelai. Dimana seorang laki-laki yang sebenarnya berstatus suami orang dan

tidak memiliki surat izin poligami dari pengadilan agama, dan begitu juga

tergugat II yang sebenarnya berstatus janda cerai ternyata di daftar pemeriksaan

berstatus perawan.

Gugatan yang diajukan oleh penggugat dibantah oleh tergugat I,

bahwasannya dia tidak terima dengan gugatan ini, dan sedangkan tergugat II

membenarkan adanya penipuan status yang dilakukan oleh kedua mempelai

5 Hotnidah Nasution, Pembatalan Perkawinan Poligami di Pengadilan Agama(Tinjauan

dari Hukum Positif).Jurnal Cita Hukum, Vol 1 No. 1 Juni 2013, h.142

Page 13: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

4

tersebut, maka tergugat II yaitu KUA menyerahkan sepenuhnya kepada

Pengadilan Agama.

Dalam putusannya, hakim mengabulkan gugatan penggugat. Adapun dasar

hakim mengabulkan yaitu bahwasanya dalam pelaksanaan pernikahan laki-laki

tersebut tidak mendapat izin dari isteri yang pertama sesuai dengan UU No 1

Tahun 1974 pasal 9 yaitu “Seseorang yang terikat tali perkawinan dengan orang

lain tidak dapat kawin lagi6."

Dampak dari dikabulkannya permohonan penggugat tentu sangat

berpengaruh terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan putusnya perkawinan,

seperti: hak waris, hak asuh anak dan harta bersama yang dimana tergugat 1 tidak

akan mendapatkan itu semua karena perkawinannya dianggap batal oleh

Pengadilan Agama. Lebih jauh, status anak yang dihasilkan dari pernikahan

dengan tergugat 1 menjadi patut dipertanyakan, karena dihasilkan dari pernikahan

yang dianggap batal oleh Pengadilan Agama, tentu ini menjadi kerugian besar

bagi anak tersebut karena tak bisa juga mewarisi dari ayah biologisnya karena

faktor hukum.

Hal ini menarik untuk diteliti, yaitu pertimbangan hakim yang

mengabulkan gugatan di Pengadilan Agama Cibinong nomor perkara 376/Pdt. G/

2013/PA. Cbn. Dimana salah satu alasan yang dicantumkan sebagai alasan

pengajuan gugatan pembatalan perkawinan adalah penipuan yang dilakukan oleh

pihak tergugat. Untuk itu, penulis mencoba mengangkat judul “Pembatalan

Perkawinan karena Pemalsuan Identitas (Studi Putusan Pengadilan Agama

Cibinong No 376/Pdt. G/ 2013/PA. Cbn.)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditulis

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya praktek perkawinan dengan pemalsuan data`

6 Pasal 9 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

Page 14: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

5

2. Adanya dampak hukum perkawinan dengan pemalsuan data.

3. Adanya kerugian bagi pihak tertentu karena pembatalan perkawinan

4. Pembatalan perkawinan berpengaruh pada hak waris dan nasab anak.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan

masalah baru dan pelebaran secara meluas, penulis akan membatasi

permasalahan ini pada masalah pembatalan perkawinan, sebab dan akibatnya,

khususnya pada putusan Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn``

D. Rumusan Masalah

Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka dirumuskan

permaslahan sebagai berikut:

1. Apa dasar pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Agama Cibinong

Nomor : 376/Pdt. G/ 2013/PA. Cbn yang mengabulkan gugatan pembatalan

perkawinan dengan alasan pemalsuan identitas?

2. Bagaimana tinjauan Fuqoha terhadap pembatalan perkawinan karena

pemalsuan identitas dalam putusan Nomor : 376/Pdt. G/ 2013/PA. Cbn?

3. Bagaimana tinjauan perarutan di Indonesia terhadap pembatalan perkawinan

karena pemalsuan identitas dalam putusan Nomor : 376/Pdt. G/ 2013/PA.

Cbn?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui apa dasar pertimbangan hakim dalam putusan

Pengadilan Agama Cibinong Nomor : 376/Pdt. G/ 2013/PA. Cbn yang

Page 15: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

6

mengabulkan gugatan pembatalan perkawinan dengan alasan pemalsuan

status.

b. Untuk mengetahui bagaiamana Fuqoha terhadap pembatalan perkawinan

karena pemalsuan identitas pada putusan Nomor : 376/Pdt. G/ 2013/PA.

Cbn

c. Untuk mengetahui bagaiamana peraturan di Indonesia terhadap

pembatalan perkawinan karena pemalsuan identitas pada putusan Nomor

: 376/Pdt. G/ 2013/PA. Cbn

2. Manfaat

a. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan mengenai bidang

keilmuan hukum khususnya hukum perdata dalam lingkungan Peradilan

Agama khusunya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

pertimbangan bagi hakim dalam memutuskan perkara serta Mahasiswa

Fakultas Syariah dan Hukum apabila ada masalah terkait dengan perkara

di atas.

F. Kajian Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis pada kajian terdahulu

sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Adapun kajian terdahulu menjadi

acuan antara lain.

No Judul Pembahasan Perbedaan

1 Analisis Hukum Islam

Terhadap Putusan

Pembatalan Perkawinan

Campuran dengan Alasan

Pemalsuan Status

Kewarganegaraan (studi

Dalam skripsi ini

hanya membahas

hukum Islam dan

Pandangan hakim

dalam memutus

perkara tersebut

Dalam skripsi ini

membahas

putusan tentang

pemalsuan

identitas

dilakukian oleh

Page 16: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

7

kasus Pengadilan Agama

Blitar No. 2497/Pdt.

G/2014/PA. BL (Nur

Lailatul Farida, 2015)

Fakultas Hukum Universitas

Sunan Amperl Surabaya

pihak suami dan

istri kedua

2 Analisis hukum islam

terhadap pembatalan

perkawinan karena

pemalsuan identitas (studi

kasus putusan pengadilan

agama lamongan no. 0146/

Pdt.G/2010/ PA.

Lmg).(habib khoiri, 2011).

Fakultas hukum Universitas

Sunan Ampel Surabaya.

Skripsi ini

membahas

pandangan

hukum islam

terhadap

pembatalan

perkawinan

karena

pemalsuan

identitas

Skripsi ini

membahas

pandangan

hukum islam dan

hukum positif

terhadap

pembatalan

perkawinan

poligami dengan

alasan pemalsuan

status

perkawinan

3 Pembatalan perkawinan

karena pemalsuan

identitas(studi kasus PA

surakarta). (Husna nurhayati,

skripsi 2014). Fakultas

hukum universitas

muhammadiyah Surakarta

Dalam skripsi ini

membahas

tentang alasan

mempelai untuk

melakukan

pemalsuan

identitas dan

membahas

tentang

pertimbangan

Dalam skripsi

penulis

membahas

tentang

pandangan

hukum islam dan

hukum positif

tentang

pemalsuan

identitas dan

Page 17: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

8

hakim dalam

mengabulkan

permohonan

tersebutr

pertimbangan

hakim dalam

memutus perkara

4 Akibat Hukum Pembatalan

Perkawinan Terhadap

Kedudukan Anak, Harta

Bersama dan Hak Asuh

Anak dari Perkawinan

Kedua Yang Dibatalkan

Oleh Istri Pertama (studi

kasus Putusan No.

1587/Pdt.G/2010/PA. Tgrs)

(Liusyanto,2012) Fakultas

Hukum Universitas

Tarumannagara.

Dalam skripsi ini

yang dibahas

adalah dampak

hukum dari

pembatalan

perkawinan

terhadap

kedudukan anak,

harta waris, dan

hak asuh anak

dari perkawinan

yang dibatalkan.

Dalam skripsi

penulis

membahas

tentang

pandangan

hukum islam dan

hukum positif

tentang

pemalsuan

identitas dan

pertimbangan

hakim dalam

memutus perkara

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berarti cara yang diapakai untuk memecahkan masalah

dan mencari jawaban atas pertanyaan penelitian dengan menganalisis data yang

didapatkan untuk kemudian diteliti dan disimpulkan untuk tujuan yang ingin

dicapai7. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian

ini diuraikan sebagai berikut:

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian normatif, dimana

penelitian ini menggnakan studi kasus normatif berupa produk hukum. Pokok

7 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 12

Page 18: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

9

kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang

berlaku di masyarakat. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada

inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, sistematik hukum, taraf

sinkronisasi, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.8 Penulis menggunakan

jenis penelitian ini guna kesesuaian teori dengan metode penelitian yang

dibutuhkan penulis dalam penelitian ini.

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian kasus pembatalan perkawinan karena pemalsuan identitas dalam

perkawinan poligami di Pengadilan Agama dengan menggunakan metode

pendekatan yuridis normatif. Penelitian berupa perundang-undangan yang

berlaku, berupaya mencari asas-asas atau dasar falsafah dari perundang-undangan

tersebut, keputusan-keputusan pengadilan, teori-teori hukum, dan pendapat-

pendapat para sarjana terkemuka.9 Pendekatan yang penulis lakukan adalah

pendekatan yuridis yaitu cara mendekati masalah yang diteliti dengan

mendasarkan pada semua tata aturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia yang dikenal dengan hukum positif.

c. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah dari mana

data diperoleh10. Berdasarkan data yang akan dihimpuin diatas, maka sumber data

dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek

penelitiannya. Sunber data sekunder ada tiga11, yaitu:

8 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Peneltian Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti.

2004),hlm 52. 9 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta:Granit, 2005), hlm. 92 . 10 Suharsini Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, (Jakarta. PT.

Rineka Cipta, 2002),129 11 Masruhan, Metode Penelitian Hukum, (Surabaya, Hilal Pustaka, 2013),97

Page 19: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

10

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum ini merupakan bahan hukum yang mengikat. Bahan

hukum primer dalam penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Agama

Cibinong Nomor 376/ Pdt.G/ 2013/ PA. Cbn tentang pembatalan

perkawinan poligami dengan alasan penipuan status perkawinan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum ini merupakan bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, antara lain:

1) Undang-Undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan,

2) Kompilasi Hukum Islam

3) Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq,

4) Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd

5) Al-fiqhul Islam wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili

6) Fiqh Munakahat karya H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani

7) Hukum perkawinan Islam di Indonesia karya Amir Syarifuddin

3. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian normatif ini, pengumpulan data dilakukan penulis

melalui dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data yang terkait topik

penelitian yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

dan semacamnya. Sedangkan obyeknya adalah benda mati12. Dalam proses

penelitian, catatan, rekaman wawancara dengan informan dan buku-buku

yang digunakan untuk mencari data.

12 Suharsini Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, (Jakarta. PT.

Rineka Cipta, 2002),129

Page 20: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

11

4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data menjelaskan prosedur pengolahan dan

analisis data sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Karena penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif, maka metode pengolahan data

dilakukan dengan menguraikan data dalam bentuk kalimat terartur, runtun,

logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan pemahaman

dann interpretasi data. Diantaranya melalui tahap:

a. Pemeriksaan Data (editing)

Editing adalah meneliti data-data yang telah diperoleh, teruutama dari

kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna, kesesuaian dan

relevansinya dengan data yang lain.13

b. Klasifikasi (classifyng)

Classifyng adalah proses pengelompokan semua data, baik yang

berasal dari hasil wawancara dengan subyek peneltian, pengamatan dan

pencatatan langsung di lapangan atau observasi. Seluruh data yang didapat

tersebut dibaca dan ditelaah secara mendalam, kemudian digolongkan sesuai

kebutuhan.14

c. Verifikasi (verifyng)

Verifyng adalah proses memeriksa data dan informasi yang telah

didapatdari lapangan agar validitas data dapat diakui dan digunakan dalam

penelitian.15

13 Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian, (Jakarta; PT. Bumi Aksara,

2005), 85. 14 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,

1993), 104 15 Nana Saudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian di Perguruan

Tinggi,(Bandung; Sinar Baru Argasindo, 2002), 84

Page 21: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

12

d. Kesimpulan (concluding)

Selanjutnya adalah kesimpulan, yaitu langkah terakhir dalam proses

pengolahan data

5. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah

teknik deskriptif analitis dengan pola pikir deduktif. Teknik deskriptif analitis

adalah metode yang menjelaskan data secara rinci dan sistematis sehingga

diperoleh pemahaman yang mendalam dan menyeluruh16. Dalam hal ini

dengan mengemukakan putusan PA Cibinong, kemudian dikaitkan dengan

teori dan dalil-dalil yang terdapat dalam literatur sebagai analisis sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Sedangkan pola pikir

deduktif adalah metode berpikir yang diawali dengan mengemukakakn teori-

teori yang bersifat umum yang berkenaan dengan perkara pembatalan

perkawinan dan aturan perundang-undangannya, untuk selanjutnya

dikemukakan kenyataan yang bersifat khusus dari hasil penelitian terhadap

putusan PA Cibinong tentang pembatalan perkawinan poligami dengan alasan

penipuan status perkawinan , kemudian ditarik kesimpulan.

H. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini lebih terarah penulis menjadikan sistematika penulisan

dalam lima bab, yang mana dalam kelima bab tersebut dari sub-sub bab yang

terkait. Sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian.

Bab II adalah Ketentuan Umum pembatalan perkawinan karena pemalsuan

idenntitas yang akan menguraikan tentang tinjauan umum tentang perkawinan,

16 Moh. Nazhir, Metode Penelitian,(Bogor:Ghalia Indonesia,2005),62

Page 22: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

13

tinjauan umum tentang pemalsuan identitas, tinjauan umum tentang persyaratan

poligami, dan tinjauan umum tentang pembatalan perkarwinan.

Bab III adalah Diskripsi Putusan Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Bab IV adalah analisis yang berisi tentang analisis tinjauan Fuqoha dan

peraturan di Indonesia terhadap pertimbangan hukum yang digunakan dalam

memutus perkara Nomor 376/ Ptd.G/ 2013/ PA.Cbn tentang pembatalan

perkawinan pologami dengan alasan penipuan status perkawinan.

Bab V merupakan bab terakhir yang merupakan penutup, yang berisi

kesimpulan dan saran.Setelah bab penutup dilengkapi dengan daftar pustaka dan

dilengkapi pula dengan berbagai lampiran.

Page 23: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

14

BAB II

KETENTUAN UMUM PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA

PEMALSUAN IDENTITAS

A. Kerangka Teori

1. Fungsi Teori

Adapun kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal, sebagai

berikut:1

1. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta

yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

2. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta,

membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-

definisi.

3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.

4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang oleh karena

telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-

faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan

pada pengetahuan peneliti.

Adapun landasan teori dalam penelitian ini sangat dibutuhkan sebagai dasar

pertimbangan untuk dapat mengkaji, menganalisa, dan menemukan jawaban atas

tujuan penelitian ini.

2. Teori Terkait

a. Teori Keadilan Hukum

Definisi keadilan dapat dipahami sebagai suatu nilai, yang mana tujuannya

untuk menciptakan hubungan yang seimbang antara manusia dengan memberikan

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2015), Cet. Ke-3.,

h. 121.

Page 24: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

15

apa yang menajdi hak seseorang. Hukum juga disebut dengan justice yaitu

keadilan. Menurut Munir Fuady Justice itu adalah:2

a. Tidak memihak

b. Segala sesuatu layak atau adil

c. Prinsip umum tentang kelayakan dan keadilan dalam hal hukum yang

berlaku

Adapun menurut Aristoteles bahwa keadilan itu ada 2, yaitu keadilan

distributif dan korektif. Yang pertama keadilan distributif adalah

keseimbangan yang didapati dengan apa yang pantas untuk didapatkan. Yang

kedua keadilan korektif adalah keseimbangan antara yang diberikan dengan

apa yang diterima.3

Dalam melaksanakan putusan, terkadang hakim dianggap tidak adil

dalam memutus suatu perkara. Karena ada salah satu pihak yang tidak

menerima. Namun dalam prinsipnya, teori keadilanlah yang diutamakan oleh

hakim dalam memutus suatu kasus.

b. Teori Kemanfaatan Hukum

Aliran utilitarianisme mengatakan bahwa tujuan suatu hukum itu adalah

memberikan manfaat untuk orang lain. Adapun yang menentukan hukum itu

bermanfaat adalah, jikalau suatu hukum itu orang-orang bahagia dan tidak merasa

diberatkan. Jadi pada prinsipnya suatu hukum itu dibuat untuk menciptakan

kebahagiaan kepada masyarakat.

Jeremy Bentham mengatakan bahwa hukum itu menciptakan kebahagian,

dalam artian masyarakat mendapatkan kebahagian dan terbebas dari kesengsaraan.

Perasan keadilan akan memberontak terhadap kerusakan, penderita, tidak hanya

atas dasar kepentingan pribadi akan tetapi kepentingan bersama, sehingga hakikat

keadilan mencakuo semua persyaratan moral yang sangat hakiki bagi

kesejahteraan umat4

2 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Ghalia Indonesia: Bogor), 2010, h. 93 3 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Ghalia Indonesia: Bogor), 2010, h. 109 4 Amirudin dan Zzainudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Raja Grafindo Persada

),2004,h.24 ,

Page 25: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

16

c. Teori Kepastian Hukum

Menurut Achmad Ali dalam Ahmad Rifai (2014) bahwa tujuan dari

hukum itu sangat beragam dan berbeda-beda menurut pendapat dari para ahli

hukum. Dari pendapat yang berbeda-beda tersebut jika disimpulkan maka akan

dapat diklasifikasikan bahwa adanya 3 (tiga) tujuan hukum yang selama ini

berkembang yakni sebagai berikut:5

a. Aliran etis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan

hukum itu semata-mata hanya untuk mencapai keadilan.

b. Aliran utilitis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan

hukum itu hanyalah untuk menciptakan kemanfaatan atau

kebahagiaan masyarakat.

c. Aliran normatif yuridis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya

tujuan hukum itu adalah untuk menciptakan kepastian hukum.

Kepastian hukum yaitu adanya kejelasan skenario perilaku yang bersifat

umum dan mengikat semua warga masyarakat termasuk konsekuensi-konsekuensi

hukumnya. Kepastian hukum bisa diartikan hal yang dapat ditentukan oleh

hukum dalam hal-hal yang konkret.6 Hukum bertugas menciptakan kepastian

hukum karena bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat.

Dalam Undang Undang No. 1 Tahun 1974 sangat menjaga hak hak setiap

masyarakat Indonesia dalam hal perkawinan. Untuk izin poligami dalam undang

undang no 1 tahun 1974 dikatakan bahwa siapa yang ingin poligami harus dapat

izin dari isteri pertama.

5 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2014), Cet. Ke-3., h. 129-130. 6 Tata Wijayanta, “Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam Kaitannya

dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”, Dinamika Hukum, Vol. 14, No. 2, (Mei, 2014), h.,

219.

Page 26: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

17

B. Pembatalan Perkawinan

1. Pengertian Pembatalan Perkawinan

Pembatalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

dasar batal yang berarti tidak sah lagi, tidak berlaku, sia-sia.7 Menurut bahasa

pembatalan perkawinan adalah pernyatan batal (urung, tidak jadi) dari kata dasar

batal yang tidak sah.8 Adapun dalam bahasa arab yaitu بطل – يبطل – بطلا yang

berarti batal, binasa, tidak sah.9 Yahya Harahap mengartikan pembatalan

perkawinan ialah tindakan pengadilan yang berupa keputusan yang menyatakan

perkawinan yang dilakukan itu dinyatakan tidak sah (No legal force or declared

void). dan sesuatu yang dinyatakan No legal force maka keadaan itu dianggap

tidak pernah ada.10 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembatalan

perkawinan adalah perkawinan yang tidak memenuhi syarat-syarat perkawinan,

dan dilangsungkan setelah perkawinan.11 Misalnya, terjadi kekhilafan yang

disadari setelah perkawinan dilangsungkan, atau ada syarat-syarat yang belum

terpenuhi saat perkawinan dilangsungkan, atau ada aturan yang dilanggar oleh

pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan, seperti salah satu pihak masih

berada dalam perkawinan lainnya, atau perkawinannya dicatatkan oleh pegawai

pencatat yang tidak sah, atau lain sebagainya. Perkawinan semacam ini dapat

dibatalkan oleh hakim, atau pihak-pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan

gugatan agar perkawinan itu bisa dibatalkan, tetapi selama pembatalan ini belum

dilakukan maka perkawinan itu masih tetap sah.12

Pengertian pembatalan perkawinan menurut Amir Syarifuddin adalah

pembatalan ikatan perkawinan oleh Pengadilan Agama berdasarkan tuntutan istri

7 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet.

3,2006, hlm. 10 8 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 95 9 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka

Progressif, Cet. 25, 2002, hlm. 92 10 M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1975, cetakan pertama (Medan: CV

Zahir Trading, 1975), hlm. 71 11 Mohammad Anggi, Pembatalan Perkawinan, www.blogspot.com, diakses pada

tangggal 11 januari 2019 12 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1980), 27

Page 27: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

18

atau suami yang dapat dibenarkan Pengadilan Agama atau karena pernikahan

yang telah terlanjur menyalahi hukum pernikahan.13

Dari beberapa definisi tentang pembatalan perkawinan diatas dapat

disimpulkan bahwa pembatalan perkawinan ialah putusnya hubungan antara

suami dan istri karena tidak memenuhi syarat dan rukun dalam perkawinan,

pembatalan perkawinan dapat dinilai setelah keputusan pengadilan mempunyai

kekuatan hukum tetap.

2. Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Islam

Ada beberapa dasar hukum pembataln perkawinan yang dicantumkan

dalam Al-Qur’an dan Hadist-Hadist untuk perkawinan yang tidak memenuhi

rukun dan syarat. Antara lain:

Larangan nikah yang terkandung dalam surat An-Nisa ayat 22-23:

ولا تنكحوا ما نكح ءابآؤكم مّن النسّآء إلّا ما قد سلف إنهّ كان فاحشة ومقتا وسآء سبيلا

(٢٢)

Artinya : “Dan jangan lah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini

ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu

amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh).14

وأمّهتكم التّى حرّمت عليكم امّهتكم وبناتكم وأخواتكم وعمّتكم وخلتكم وبنات الأخ وبنات الأخ

أرضعنكم وأخواتكم مّن الرّضعة وأمّهت نسآءكم وربئبكم التّى فى حجوركم مّن النسّآئكم التّى

دخلتم بهنّ فإن لمّ تكونوا دخلتم بهنّ فلا جناح عليكم وحلئل أبنآئكم الذّين من اصلبكم

(٢٢وأنتجمعوا بين الأختين الّا ما قد سلف إنّ اّللّ كان غفورا رّحيما )

Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara

bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak

perempuan dari saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari

saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara

13 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat

Dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm. 242. 14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra1989),

Page 28: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

19

sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam

pemeliharaanmu dari istri yang telah kau campuri, tetapi jika kamu belum

campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu

mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu);

dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,

kecuali yang terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang”.15

Hadist Nabi yang disebutkan dalam Shahih Bukhori:

عن حثناء بنت حذام الأنصاريةّ رضي اّللّ عنها أنّ أباها زوّجها وهي ثيبّ ، فكرهت ذلك

فأتت رسول اّللّ عليه وسلمّ فردّ نكاحه

Dari Khansa binti hidzam al-Ansoriyyah ra: Bahwa ayahnya telah

mengawinkannya sedangkan ia sudah janda, lantas ia tidak menyukai perkawinan

itu, kemudian ia mengadukannya kepada Rasulullah SAW maka beliau

membatalkannya. (HR Bukhori)16

Hadist Rasulullah yang diriwayatkan ‘Aisyah ra:

ها فنكاحها باطل فأن دخل بها فلها المهر بما استحلّ من فرجها أيمّا امرأة نكحت بغير اذن وليّ

فأن اشتجر فالسّلطان وليّ من لاوليّ لها

Artinya: “Apabila seorang wanita menikah tanpa izin walinya, maka

nikahnya batal, apabila si suami telah menggaulinya, maka baginya berhak

menerima mahar sekedar menghalalkan farjinya, apabila walinya enggan

(memberi izin) maka wali hakim (pemerintah) lah yang menjadi wali bagi

perempuan yang (dianggap) tidak memiliki wali”.( Riwayat imam empat kecuali

an-Nasa’i).17

15 Departemen Agam RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra,

1989), 120. 16 Imam Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Shahih Bukhari, ( Beirut: Daru Ibnu

Katsir,2002),1297 17 Imam Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi, Al-Jam’ul Kabir , ( Beirut: Darul ‘Arabi Al-

Islami,1996),1557

Page 29: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

20

Dalam syariat Islam pembatalan perkawinan itu disebut dengan fasakh.

Fasakh berasal dari bahasa Arab فسخ yang secara etimologi berarti merusak atau

membatalkan18.

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh as-Sunnah, fasakh

berrati membatalkan dan melepaskan ikatan tali perkawinan antar suami dan

istri19.

Adapun Muhammad Abu Zahrah berpendapat tentang fasakh ialah:

أمّا الفسخ فحقيقته أنهّ عارض يمنع بقاء النكّاح، او يكون تداركا لأمر اقترن بالأنشاء جعل

العقد غير اللازّم

Artinya: Adapun fasakh nikah itu sebenarnya adalah sesuatu yang

datang kemudian yan menghalangi kelangsungan nikah, sehingga menjadikan

akad itu tidak lazim20.

Fasakh artinya putus atau batal. Yang dimaksud memfasakh akad nikah

adalah memutuskan atau membatalkan ikatan hubungan antara suami dan istri.21

Putus perkawinan disebabkan fasakh, berbeda dengan talak, yang berlangsung

hanyalah talak bain sughra; dalam arti suami tidak boleh kembali kepada istrinya

dalam bentuk rujuk, namun dapat mengawini bekas istrinya itu tanpa muhallil.

Beda lainnya dari talak adalah bahwa fasakh tidak mengurangi bilangan talak

yang dimiliki suami dalam arti dapat dilakukan berulang kali tanpa memerlukan

muhallil. Pada dasarnya fasakh itu dilakukan oleh hakim atas permintaan dari

suami atau dari istri. Namun ada pula yang fasakh itu terjadi dengan sendirinya

tanpa memerlukan hakim seperti antara suami istri ketahuan senasab atau

sepersusuan.22

18 Ahmad Azhar Bashir, Hukum Perkawinan Islam, ( Yogyakarta: UII Press,2000), 85 19 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Juz VII ( Bandung: PT Al-Ma’rif,t.th),124. 20 Muhammad Abu Zahra, Ahwal as-Shaksiyah, ( Beirut: Daar Al-Fikr Al-‘Arabi,

t.th),324. 21 Slamet Abidin, dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 2 (Bandung: Pustaka Setia, 1999),

hlm. 73. 22 Amir Syarifuddin,Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta:Prenada Media Kencana, 2010),

hlm.135

Page 30: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

21

Mengenai sebab-sebab pembatalan perkawinan (fasakh), beberapa hal

yang menyebabkan terjadinya pembatalan perkawinan atau fasakh, yaitu sebagai

berikut :

a) Karena ada balak (penyakit belang kulit)

b) Karena gila

c) Karena penyakit kusta

d) Karena ada penyakit menular, seperti sipilis, TBC, dan lain-lain

e) Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat

maksud perkawinan (bersetubuh).

f) Karena ‘unnah, yaitu zakar laki-laki impoten (tidak hidup untuk jimak)

sehingga tidak dapat mencapai apa yang dimaksudkan dengan nikah.

Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika

berlangsung akad nikah, atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan

membatalkan kelangsungan perkawinan.23 Fasakh (batalnya perkawinan) karena

syarat-syarat yang tidak terpenuhi ketika akad nikah apabila :

a) Ketahuan kemudian bahwa suami istri itu ternyata punya hubungan nasab

atau persusuan

b) Waktu dikawinkan masih kecil dan tidak punya hak pilih, tetapi setelah

besar dia menyatakan pilihan untuk membatalkan perkawinan

c) Waktu akad nikah berlangsung suatu kewajaran, kemudian ternyata ada

penipuan, baik dari segi mahar atau pihak yang melangsungkan

perkawinan.

Adapun fasakh karena hal-hal yang datang setelah akad diantaranya :

a) Salah seorang murtad dan tidak mau diajak kembali kepada Islam

b) Salah seorang mengalami cacat fisik yang tidak memungkinkan hubungan

suami istri

c) Suami terputus sumber nafkahnya dan si istri tidak sabar menunggu

pulihnya kehidupan ekonomi si suami.24

23 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2008),

hlm.141. 24 Amir Syarifuddin,Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2010),

hlm.134

Page 31: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

22

Di samping itu, fasakh juga bisa terjadi oleh sebab-sebab berikut:

a) Perkawinan yang dilakukan oleh wali dengan laki-laki yang bukan

jodohnya, umpamanya budak dengan orang merdeka, orang pezina dengan

orang terpelihara, dan sebagainya.

b) Suami tidak mampu memulangkan istrinya, dan tidak pula memberikan

belanja sedangkan istrinya itu tidak rela.

c) Suami miskin, setelah jelas kemiskinannya yang diketahui oleh beberapa

orang saksi yang dapat dipercaya. Artinya, suami sudah benar-benar tidak

mampu lagi memberi nafkah, sekalipun itu pakaian yang sederhana dan

tempat tinggal, atau ia tidak mampu membayar maharnya sebelum

mencampuri istrinya.25

Apabila terdapat hal-hal atau kondisi penyebab fasakh itu jelas dan

dibenarkan oleh syara’, maka untuk menetapkan fasakh tidak diperlukan putusan

pengadilan, misalnya terbukti bahwa suami istri masih saudara kandung, atau

saudara sesusuan.26 Tetapi fasakh yang memerlukan keputusan pengadilan ialah

yang disebabkan oleh hal-hal yang kurang jelas, seperti fasakh yang terjadi karena

istri musyrik (bukan ahli kitab) menolak masuk islam atau Agama Ahli Kitab,

padahal suaminya telah masuk islam, untuk meyakinkan apakah istri benar-benar

menolak atau tidak diperlukan keputusan pengadilan. Misalnya lagi perkawinan

antara laki-laki dan perempuan ternyata perkawinan dengan orang lain ataudalam

masa iddah talak laki-laki lain. Sejak diketahuinya hal ini, perkawinan mereka

dibatalkan sebab tidak memenuhi syarat sahnya akad nikah. Ahirnya diketahui

bahwa perempuan itu masih mempunyai hubungan.

Pembatalan perkawinan atau fasakh dalam islam merupakan putusnya

hubungan ikatan perkawinan antara suami dan istri setelah diketahui tidak

terpenuhinya syarat sah dalam melakukan perkawinan baik diketahui sebelum

perkawinan maupun setelah terjadinya suatu perkawinan. Fasakh dilakukan oleh

hakim atas permintaan suami tanpa menunggu persetujuan istrinya, karena suami

merasa tertipu bahwa istrinya yang pernah mengatakan masih gadis ternyata

25 Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: RajaGrafindo, 2010), hlm.198-201 26 Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: RajaGrafindo, 2010), hlm. 202

Page 32: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

23

sudah bukan gadis lagi. Istrinya yang dulu tampak berambut indah, ternyata

setelah kawin diketahui rambutnya palsu. Secara garis besar suami kemudian

menjumpai bahwa pada istrinya terdapat hal-hal yang tidak mungkin

mendatangkan ketentraman dan pergaulan baik dalam hidup perkawinan yang

semula tidak diketahuinya dapat mengadukan kepada pengadilan untuk minta

difasakh perkawinannya.

Fasakh dengan keputusan pengadilan dapat juga diminta oleh istri dengan

alasan-alasan sebagai berikut :

a) Suami sakit gila

b) Suami menderita sakit menular yang tidak dapat diharapkan sembuh

seperti penyakit lepra.

c) Suami tidak mampu atau kehilangan kemampuan untuk melakukan

hubungan kelamin karena impotent atau terpotong kemaluannya.

d) Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memenuhi kewajiban nafkah

terhadap istri.

e) Istri merasa tertipu, baik mengenai nasab, keturunan, kekayaan atau

kedudukan suami

f) Suami mafqud, hilang tanpa berita dimana tempatnya dan apakah

masih hidup atau telah meninggal dunia dalam waktu cukup lama

(misalnya empat tahun).27

Fasakh dapat diminta oleh dua belah pihak suami dan istri. Misalnya anak-

anak yang dikawinkan walinya, setelah mereka baligh mempunyai hak khiyar,

apakah akan melangsungkan perkawinan ataukah akan minta fasakh. Hak khiyar

ini sebenarnya tidak harus diajukan bersama antara suami dan istri, tetapi dapat

pula diajukan oleh salah satunya. Khiyar ini diberikan kepada mereka agar sejalan

dengan prinsip perkawinan dalam Islam, yaitu dilakukan dengan sukarela antara

kedua belah pihak bersangkutan.28

27 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000),

hlm. 86. 28 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000),

hlm.87

Page 33: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

24

Adapun hikmah dibolehkannya fasakh itu adalah memberikan

kemaslahatan kepada umat manusia yang telah dan sedang menempuh hidup

berumah tangga. Dalam masa perkawinan itu mungkin ditemukan hal-hal yang

tidak memungkinkan keduanya mencapai tujuan perkawinan yaitu kehidupan

sakinah, mawaddah,warakhmah dan atau perkawinan itu akan merusak hubungan

antara keduanya mestinya tidak mungkin melakukan perkawinan, namun

kenyataannya telah terjadi, hal-hal yang memungkinkan keluar dari kemelut itu

adalah perceraian.

Selain fasakh ada istilah lain yang juga sering dipakai dalam bahasa Arab

yaitu fasid. Menurut bahasa fasid berarti rusak29

Didalam kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah istilah fasid disebutkan

yaitu :

كاح الفاسد هو ما احتلّ شرط من شروطه والنكّاح الباطل هو ما احتلّ ركن من اركنه الن

والنكّاح الفاسد والباطل حكمها واحد.

“Nikah fasid adalah nikah yang ridak memnuhi salah satu dari syarat-

syaratnya, sedangkan nikah batil adalah nikah yang tidak memenuhi salah satu

rukunnya, hukun nikah fasid dan nikah bathil adalah sama, yaitu tidak sah.”30

Menurut Abdul Shomad suatu perkawinan dapat batal atau fasid, apabila

perkawinan tersebut melanggar larangan yang bersifat abadi yakni yang berkaitan

dengan hukum agama, maka pembatalannya bersifat abadi, namun apabila

perkawinannya melanggar larangan yang bersifat sementara yakni yang

adakalanya berkaitan dengan hukum agama, maka pembatalannya bersifat

sementara.31

Di Pengadilan Agama para hakim tidak membedakan antara istilah fasid

dan batal, agar ada kesatuan bahasa hukum diantara para hakim. Jika tidak ada

kesatuan bahasa hukum maka dapat menimbulkan kerancuan dan dapat

29 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka

Peogresif, 1997), 92. 30 ‘Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz IV

,(Beirut Libanon: Dar Kitam Al-‘Ilmiyah, 1999), 188. 31 Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media, 2012), hlm. 266.

Page 34: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

25

menghambat proses penyelesaian perkara di Pengadilan Agama. Jadi para hakim

merujuk itilah tersebut pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 22 yaitu

dengan menggunakan istilah batal.

3. Pembatalan Perkawinan Menurut Hukum Positif

Pembatalan perkawinan diatur dalam Undang-Undang Perkawinan yaitu

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 termuat dalam Bab IV pada Pasal 22 sampai

dengan pasal 28, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pelaksanaannya ( PP No. 9

Tahun 1975) dalam Bab VI Pasal 37 dan 38, serta diatur pula dalam Kompilasi

Hukum Islam (Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991)) Bab XI Pasal 70 sampai

dengan Pasal 76.

Pasal 22 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menetapkan

bahwa, perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-

syarat untuk melangsungkan perkawinan. Dalam penjelasan Pasal 22 ini

disebutkan pengertian ‘’dapat’’ pada Pasal ini diartikan bisa batal atau bisa tidak

batal, bilamana menurut ketentuan hukum agamanya masing-masing tidak

menentukan lain.32

Mengenai sebab-sebab batalnya perkawinan dan permohonan pembatalan

perkawinan di Indonesia, pasal 27 ayat 2 Undang-undang Perkawinan telah

menjelaskan bahwa perkawinan dapat dibatalkan apabila seorang suami atau istri

dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada waktu

berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai diri

suami atau istri.33

Pembatalan perkawinan dapat terjadi apabila tidak terpenuhi dua unsur,

yaitu:

32 O.S Eoh, Perkawinan Antar Agama Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta:RajaGrafindo,

2001), hlm. 93 33 Pasal 27 ayat (2), Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Page 35: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

26

1) Tidak Terpenuhinya Rukun Pernikahan

Rukun merupakan sesuatu yang harus ada, dan dapat menentukansah atau

tidaknya suatu ibadah dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu34.

Dalam Kompilasi Hukum Islam dikatakan bahwasannya rukun pernikahan itu

harus ada:

a) Calon suami

b) Calon isteri

c) Wali nikah

d) Dua orang saksi

e) Ijab dan Kabul

2) Tidak Terpenuhinya Syarat Pernikahan

Syarat merupakan sesuatu yang harus dilaksakan, sesuatu yang harus ada,

dan dapat menentukansah atau tidaknya suatu ibadah dan sesuatu itu akan tetapi

tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Dalam Kompilasi Hukum Islam

syarat pernikahan antara lain:35

a) Syarat sighat

a. Orang yang berakad harus mengerti makna lafadz sighat

b. Lafadz sighat harus jelas,

b) Syarat wali

a. Laki-laki

b. Mempunyai hubungan nasab

c. Baligh

d. Berakal

e. Adil

f. Bisa belihat

g. Seagama

h. Bisa melihat

c) Syarat calon suami

34 Tihami dan Sohari Sahrami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), hlm. 12 35 Al Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002),

hlm. 67

Page 36: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

27

a. Tidak mempunyai hubungan nasab dengan calon istri

b. Tidak dipaksa

c. Jelas tentu orangnya

d. Mengetahui atau mengenal calon istrinya

d) Syarat calon istri

a. Tidak mempunyai hubungan nasab dengan calon suami

b. Jelas atau tentu orangnya

c. Tidak ada halangan menikah

d. Tidak sedang berada dalam perkawinan lain

e. Tidak sedang dalam masa iddah

e) Syarat saksi

a. Merdeka

b. Dua orang laki-laki

c. Adil

d. Tidak buta dan bisu

Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 70 perkawainan batal apabila:36

1. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad

nikah karena sudah mempunyai empat istri, sekalipun salah satu dari

keempat istri tersebut sedang dalam masa iddah talak raj’i

2. Seseorang menikahi bekas istrinya yang telah dilia’nya

3. Seseorang menikahi bekas istri yang telah ditalak tiga kali olehnya,

kecuali, bekas istri tersebut pernah dinikahi oleh pria lain yang kemudia

bercerai lagi setelah melakukan hubungan suami-istri dan sudah selesai

masa iddahnya.

4. Perkawinan yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki hubungan

darah semenda dan sesusuan sanpai pada derajat tertentu yang

menghalangi perkawinan menurut pasal 8 Undan-Undang No. 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu;

a. Berhubungan darah dalam garis keturuna lurus keatas atau

kebawah,

36 Pasal 70 Kompilasi Hukum Islam.

Page 37: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

28

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping,

yaitu antara saudara, seseorang dengan saudara orangtua

dan antara seseorang dengan saudara neneknya,

c. Berhubungan semenda yaitu, mertua, anak tiri, menantu,

dan ibu atau ayah tiri,

d. Berhubungan sesusuan yaitu, orangtua sesusuan, anak

sesusuan, saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

Berdasarkan Kompilasi Hukum islam pasal 71, perkawinan dapat

dibatalkan apabila seorang suami melakukan poligami tanpa adanya izin dari

Pengadilan Agama yang artinya suami tersebut telah melanggar ketentuan yang

sudah ditetapkan, perempuan yang dikawini ternyata masih menjadi istri laki-laki

lain yang mafqud, perempuan yang dikawini ternyata masih dalam masa iddah,

perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan yang sudah ditetapkan oleh

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, perkawinan yang

dilangsungkan tanpa wali yang berhak, dan perkawinan yang dilangsungkan

dibawah ancaman atau dengan paksaan.37

Sementara pasal 72 Kompilasi Hukum Islam menjelaskan pihak-pihak

yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan ke Pengadilan

Agama yaitu suami atau istri apabila perkawinan yang dilangsungkannya berada

dalam ancaman yang melanggar hukum, selain karna ancaman yang melanggar

hukum, suami atau istri pun dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau

salah sangka mengenai diri suami atau istri.

Apabila ancaman telah berhenti atau tentang salah sangka itu menyadari

dan menerima keadaannya, maka dalam jangka waktu enam (6) bulan setelah itu

masih hidup bersama sebagai suami dan istri serta tidak menggunakan haknya

untuk mengajukan permohonan pembatalan perkawinan, maka hak tersebut

gugur.38

37 Pasal 71 Kompilasi Hukum Islam. 38 Pasal 72 Kompilasi Hukum Islam.

Page 38: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

29

Dalam hal adanya pengajuan pembatalan perkawinan oleh pihak yang

berhak mengajukan pembatalan perkawinan dan permohonan itu dikabulkan oleh

Pengadilan Agama, perkawinan itu batal setelah putusan Pengadilan Agama

tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya

perkawinan. Akan tetapi keputusan pembatalan itu tidak berlaku surut terhadap:

1. Perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau istri murtad.

2. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut.

3. Pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan beritikad

baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan mempunyai kekuatan

hukum tetap.39

Adapun akibat hukum dari pembataln perkawinan adalah batalnya

perkawinan. Artinya dengan adanya putusan pengadilan, perkawinan yang telah

dilangsungkan dianggap tidak pernah terjadi dan tidak memberikan akibat hukum

seperti perceraian. Namun juga mengubah seluruh hal yang menjadi bagian dalam

perkawinan seperti hak waris, hak asuh anak dan harta bersama.

Akibat hukum dari pembatalan perkawinan dapat kita temui dalam UU

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 28 yang bunyinya sebagai berikut :

1. Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan Pengadilan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak berlangsungnya

perkawinan.

2. Keputusan tidak berlaku surut terhadap:

a. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut

b. Suami atau istri yang bertindak dengan i’tikad baik, kecuali terhadap

harta bersama, bila pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya

perkawinan lain yang lebih dulu.

c. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk a dan b sepanjang mereka

memperoleh hak-hak dengan i’tikad baik sebelum keputusan tentang

pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 76 KHI menyebutkan bahwa ‘’batalnya suatu perkawinan tidak akan

memutuskan suatu hubungan hukum antara anak dengan orang tuanya’’. Dalam

39 Bahder Johan Nasution, Hukum Perdata Islam, (Mandar Maju: 1997), hlm.27-28

Page 39: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

30

Perundang-Undangan di Indonesia, kasus pembatalan perkawinan karena tidak

terpenuhinya syarat rukunnya, maka harus mendapatkan putusan Pengadilan dan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Hal ini karena kasus pembatalan

perkawinan adalah berkaitan dengan perkara perdata, dimana hakim akan

memprosesnya jika telah ada laporan atau gugatan dari pihak-pihak yang

berkepentingan.

C. Pemalsuan Identitas

Pengertian tentang ‘’pemalsuan’’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah berasal dari kata ‘’palsu’’ yang berarti tidak sahnya suatu ijazah, surat

keterangan, uang dan sebagainya, jadi pemalsuan adalah proses, cara atau

perbuatan memalsu, dan pemalsu adalah orang yang memalsu.40 Perbuatan

pemalsuan sesungguhnya baru dikenal di dalam suatu masyarakat yang sudah

maju, dimana data-data tertentu dipergunakan untuk membuat jalan pintas dalam

kegiatan sehari-hari. Perbuatan pemalsuan merupakan suatu jenis pelanggaran

norma yaitu kebenaran atau kepercayaan dan ketertiban masyarakat.

Pemalsuan identitas merupakan suatu tindakan kejahatan yaitu penipuan.

Perbuatan tersebut dikatakan suatu penipuan apabila ia memberikan gambaran

tentang suatu objek seakan-akan gambaran itu adalah otentik atau asli namun

sebenarnya objek tersebut telah dimanipulasi sehingga terlihat asli padahal

sebenarnya palsu.

Didalam KUHP kejahatan tersebut dinamakan penipuan dan bisa dijadikan

delik perkara yaitu pada pasal 378 KUHP yang menyebutkan bahwa “ Barang

siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu

muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk

menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun

menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling

lama empat tahun”.41 Lebih rinci lagi diatur dalam pasal 263 ayat 1 tentang

40 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 817 41 Pasal 378 KUHP tentang pemalsuan identitas

Page 40: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

31

pemalsuan identitas yaitu: “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan

surat, yang dapat menerbitkan suatu hak, sesuatu perjanjian atau sesuatu

pembebasan hutang atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi suatu

perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain

menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka

kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian, dihukum

karena pemalsuan surat dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.”42

Pemalsuan identitas yang dimaksud dalam skripsi ini ialah terkait identitas

para pihak dalam perkawinan, dimana identitas tersebut merupakan syarat materiil

dalam perkawinan, agar perkawinan tersebut dapat dicatatkan di Kantor Urusan

Agama setempat sehingga perkawinannya dianggap sah secara hukum.

Pentingnya status hukum terkait identitas dalam perkawinan ini dijelaskan

didalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang selanjutnya disebut PP

No. 9 Tahun 1975, menyatakan bahwa pemberitahuan memuat nama, umur,

agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai dan apabila

salah satu keduanya pernah kawin, disebutkan juga nama istri atau suaminya

terdahulu, sehingga seseorang yang akan melangsungkan perkawinan harus jelas

status hukumnya.43

Terkait pencatatan perkawinan ini disebutkan dalam pasal 2 ayat 2

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa

tiap-tiap perkawinan dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pencatatan disini terkait dengan identitas para pihak yaitu berupa tanda

pengenal, dari tanda pengenal tersebut dapat diketahui tentang status seseorang

sesungguhnya. Pemalsuan identitas berarti melakukan perubahan-perubahan tanpa

hak terhadap tanda pengenal yang seolah-olah tanda pengenal tersebut asli namun

sebenarnya palsu karena tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

pemerintah dan tidak sesuai dengan keadan sesungguhnya pihak tersebut.

42 Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan identitas 43 Peraturan pemerintah No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1

Tahun 1974 tentang Perkawinan .

Page 41: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

32

Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan itu melalui

jenjang perkawinan yang ketentuannya dirumuskan dalam wujud aturan yang

disebut hukum perkawinan. Hukum Islam juga menetapkan untuk kesejahteraan

umat, baik secara perorangan maupun secara bermasyarakat, kesejahteraan

perorangan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan hidup keluarganya. Sejahtera

artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan

hidup lahir dan batinnya, sehingga timbulah kebahagiaan. Keluarga terbentuk

melalui perkawinan, karena itu perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi

yang telah mempunyai kemampuan.44 Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan

pertalian yang kokoh yang tak mungkin putus dan diputuskannyalah ikatan akad

nikah atau ijab qabul perkawinan.45

Sebaliknya, apabila perkawinan yang dibangun atas dasar penipuan akan

berakhir dengan perceraian, atau setidaknya menjadi perkawinan yang gagal.

Sebab, wanita atau laki-laki yang ditipu akan merasa dizalimi dan ditipu sehingga

membenci pasangan hidupnya, dia juga merasakan kegagalan dan tertekan (stres)

dengan terjadinya perkawinan itu sehingga mencela pasangan hidupnya dan tidak

mempercayainya lagi karena telah menipunya. Penipuan banyak terjadi dalam

sifat-sifat yang samar, seperti aib dan penyakit yang tidak tampak, ada juga

penipuan yang memalsukan identitasnya dalam perkawinan.46

Adapun beberapa surat yang sering dipalsukan guna mempermudah niat

pemalsu antara lain:

1. Akta Kelahiran, merupakan suatu bentuk akta yang wujudnya berupa

selembar kertas yang diterbitkan oleh kantor catatan sipil yang berisi

informasi mengenai identitas anak yang dilahirkan, yaitu nama, tanggal

lahir, nama orang tua, dan tandatangan pejabat yang berwenang.47

44 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.13 45 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm.31 46 Fuad Muhammad Khair Ash-Shalih, Sukses Menikah Dan Berumah Tangga,

(Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 121 47 Veronika Dian, Mengurus Surat-Surat Kependudukan (idntitas diri), (Jakarta Selatan:

Transmedia Pustaka), hlm.14

Page 42: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

33

2. Kartu Tanda Penduduk atau KTP, merupakan jenis identitas diri yang diakui

di Indonesia bagi penduduk yang dianggap sudah dewasa, yaitu berumur 17

tahun atau sudah menikah.48

3. Kartu Keluarga, merupakan kartu identitas keluarga yang memuat data

tentang susunan, hubungan dan jumlah anggota keluarga. Dan juga sebagai

persyaratan pernikahan.49

Dalam pelaksanaan perkawinan, setiap orang yang akan melangsungkan

perkawinan, diwajibkan dilakukan pemeriksaan kehendak nikah itu oleh Pegawai

Pencatat Nikah di tempat perkawinan akan dilangsungkan, apabila terdapat

halangan perkawinan atau belum terpenuhi syarat-syarat yang diperlukan, maka

hal itu segera diberitahukan kepada calon mempelai atau kedua orang tua.50

Pegawai Pencatat Nikah atau P3N yang menerima pemberitahuan hasil

pemeriksaan kehendak nikah memeriksa lagi calon suami, calon istri, dan wali

nikah tentang ada atau tidaknya halangan perkawinan itu dilangsungkan baik

karena halangan melanggar hukum Munakahat atau karena melanggar Peraturan

tentang perkawinan. Maka di dalam pemeriksaan diperlukan pula penelitian

terhadap kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai, dan

identitas calon mempelai seperti identitas status, usia dan agama.51

Meskipun sudah dilakukan proses secara ketat oleh P3N tetap saja pelaku

pemalsu identitas bisa mengakali hal tersebut untuk tujuannya sendiri.

Pemalsuan identitas dalam perkawinan itu tidak hanya sebatas pada

pemalsuan usia dan status saja, tetapi pemalsuan Akta Nikah juga termasuk

kedalamnya, karena dalam melangsungkan suatu perkawinan, suami dan istri

masing-masing diberikan ‘’kutipan akta perkawinan’’. Kutipan akta perkawinan

adalah bukti otentik bagi masing-masing yang bersangkutan, karena ia dibuat oleh

pegawai umum. Perlu diketahui bahwa pemerintah melarang adanya akta

48 Veronika Dian, Mengurus Surat-Surat Kependudukan (idntitas diri), (Jakarta Selatan:

Transmedia Pustaka), hlm.30 49 Veronika Dian, Mengurus Surat-Surat Kependudukan (idntitas diri), (Jakarta Selatan:

Transmedia Pustak a), hlm.37 50 Wasman, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm 65 51 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 170

Page 43: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

34

perkawinan yang tidak sah, misalnya surat-surat kawin khusus yang dikeluarkan

oleh aliran kepercayaan.52

52 Wasman, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 67

Page 44: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

35

BAB III

DESKRIPSI PUTUSAN NOMOR 376/Pdt.G/2013PA.Cbn

A. Deskripsi Putusan Nomor: 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

1. Posisi Kasus

Perkara Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn ialah perkara pembatalan

perkawinan poligami yang didalamnya ada unsur pemalsuan identitas yang

dilakukan pihak Tergugat I dengan almarhum Broto bin Lasiman agar

perkawinannya dicatatkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur.

Adapun Sri Sugiarti binti Harto Suwarno selaku Penggugat merupakan

istri sah almarhum Broto bin Lasiman yang beralamat di Griya Persada Blok J

No.19 Rt 06/04 Kelrahan Karang Asem Barat, Kecamatan Citeureup, Kabupaten

Bogor, yang dalam keterangannya memberikan Surat Kuasa Khusus pada tanggal

12 Februari kepada Nendi Heriyadi, S.Ag.,S.H., Karmin SH.MH., Hasanudin,SH.,

sebagai Advokat dan konsultan hukum yang beralamat di Graha Cibinong Blok

E.1 No. 12 Jalan Raya Bogor KM.43 Cibinong, Kabupaten Bogor yang kemudian

menjadi Kuasa Hukum Sri Sugiarti binti Harto Suwarno.1

Sedangkan Rini Indriyati binti Wijianto sebagai Tergugat I merupakan

Istri kedua almarhum yang digugat perkawinannya kepada Pengadilan Agama

Cibinong oleh Penggugat yang beralamat di Perum Permata Cibinong Blok C No.

8 Rt 007/009 Kelurahan Ciriung, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor yang

memberikan Surat Kuasa Khusus kepada Junaidi SH., Billy Adama Fisyer SH dan

Samuel Kikilatery, SH. Sebagai Advokat dan konsultan hukum yang beralamat di

Taman Permata Palem Blok G No. 59, Kelurahan Girimekar, Kecamatan

Cibinong Kabupaten Bogor yang selanjutnya ditugaskan sebagai Kuasa Hukum

Tergugat I

1 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Page 45: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

36

Selain menggugat Rini Indriyati, Penggugat juga menggugat Kepala

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur, yang beralamat di Jalan Riau

No. 5 Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor yang kemudiamn ditetapkan sebagai

Tergugat II.

Penggugat dengan surat gugatannya yang bertanggal 14 Februari 2013

mengajukan gugatan pembatalan perkawinan antara almarhum suaminya Broto

bin Lasiman dengan Rini Indriyati kepada Pengadilan Agama Cibinong yang

diregister dengan Nomor perkara 376/Pdt.G/2013Pa.Cbn yang terdaftar dalam

Kepaniteraan pada tanggal 15 Februari 2013.2

2. Duduk Perkara

Dalam Hukum acara dikenal dengan adanya kewenangan peradilan

agama, yaitu kewenangan absolute dan kewenangan relatif. Pada perkara

nomor376/Pdt.G/2013/PA.Cbn ini yang berwenang mengadili adalah Pengadilan

Agama Cibinong karena para pihak berada di wilayah yuridiksi Pengadilan

Agama Cibinong. Dan juga karena para pihak beragama Islam sesuai dengan yang

tercantum dalam pasal 2 dan 49 Undang-Undang No 3 Tahun 2006 tentang

Peradilan Agama.

Perkawinan yang dilaksanakan tanpa memenuhi syarat dan rukun maka

dinyatakan tidak sah dan bisa dibatalkan.3 Untuk proses pembatalan pernikahan

bisa diajukan ke Pengadilan dan diputus di Pengadilan serta berkekuatan hukum

tetap.

Dalam perkara pembatalan pernikahan dengan Nomor

376/Pdt.G/2013/PA.Cbn ini, Penggugat menjelaskan fakta-fakta yang terjadi

yaitu:4

2 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn 3 Ahmad Khairul Umam, “Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami

dalam Perspektif Hukum Islam” (Jakarta: skripsi Universitas Syarif Hidayatyllah Jakarta,2017),

hlm. 58 4 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Page 46: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

37

a. Penggugat yaitu Sri Sugiarti telah melangsungkan perkawinan dengan

Broto bin Lasiman pada tanggal 17 Agustus 1981 di Wanasari yang

dicatatkan di Kantor Urusan Agama Wanasari Kabupaten Klaten Jawa

Tengah dengan Nomor Registrasi 248/18/1981.

b. Dari perkawinan tersebut antara Penggugat dengan Broto bin lasiman

telah dikaruniai satu orang anak yang bernama Eko Purwanto, laki-laki

yang lahir pada tanggal 1 Oktober 1982 yang dibuktikan dengan Akta

Kelahiran yang dilampirkan dalam bukti-bukti yang di berikan.

c. Suami penggugat yaitu Broto bin Lasiman meninggal dunia pada

tanggal 19 Januari 2013 di Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong dengan

yang di buktikan dengan Surat Keterangan Kematian Nomor

474.3/03/II/2013

d. Pada saat Broto bin Lasiman akan di makamkan datanglah seorang

perempuan bernama Rini Indrianti yang kemudian diketahui sebagai

Tergugat I menyatakan dirinya adalah istri alrmarhum dan satu-satunya

ahli waris dari Broto bin Lasiman.

e. Setelah kejadian itu, Penggugat mencari informasi dan ternyata

penggugat mendapati bahwa Rini Indrianti terbukti telah menikah dengan

almarhum suaminya Broto bin Lasiman, yang dibuktikan dengan Nomor

buku Nikah 662/71/IX/ 2002

f. Didalam buku nikah tersebut, terbukti ada pemalsuan status Broto bin

Lasiman dan Rini Indriatri dimana status keduanya tidak sesuai dengan

kenyataannya

g. Jika ingin melangsungkan perkawinan dengan Rini indriyati seharusnya

Broto bin Lasiman terlebih dulu meminta izin untuk berpoligami kepada

Penggugat karena jelas masih terikat perkawinan dengan Penggugat.

h. Dalam perkara ini Tergugat I telah melanggar pasal 3, 9 15, dan 24

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 jo. Pasal 40 PP No. 9 tahun 1975

tentang Poligami

i. Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogot atau Tergugat II pun telah lalai

karena mencatatkan perkawinan almarhum Broto bin Lasiman dengan

Page 47: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

38

Rini Indriati, dengan ini Tergugat II telah melanggar pasal 9, 16 dan 20

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

j. Dengan adanya perkawinan antara almarhum Broto dan Rini Indriyati,

Penggugat merasa dirugikan karena selain tidak mengijinkan almarhum

untyk berpoligami, juga hak Penggugat menjadi tidak dapat terpenuhi.5

Dengan dalil-dalil yang diatas, Penggugat memohon setidaknya ada 5 butir

tuntutan Penggugat kepada Ketua Pengadilan Agama Cibinong yang memeriksa

perkara ini dan menjatuhkan Putusan sebagai berikut:

a. Dan mengabulkan gugatan Penggugat Seluruhnya;

b. Memutuskan dan menyatakan cacat hukum dan tidak sahnya

perkawinan antara Tergugat I dan Broto bin Lasiman

c. Menyatakan buku nikah yang mengikat; bernomor 662/71/IX/2002

yang diterbitka Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur tidak

memiliki kekuatan hukum;

d. Memerintahkan Kepala KUA Kecamatan Bogor Timur untuk mencoret

pernikahan Tergugat I dengan Broto bin Lasiman tersebut dari buku

daftar register pernikahan di KUA Kecamatan Bogor Timur

e. Menetapkan biaya perkara berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku

Dalam perkara ini Kepala Kantor Urusan Agama sebagai Tergugat II

mengakui ada kejanggalan dalam perkawinan antara Tergugat I dan Broto bin

Lasiman, selain itu Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur juga

mengakui telah melakukan kelalaian dalam memeriksa calon mempelai yang akan

melangsungkan perkawinan tersebut sehingga selanjutnya Kepala KUA

Kecamatan Bogor Timur menyerahkan sepenuhnya kepada Pengadilan Agama

Cibinong untuk menyelesaikan perkara ini.

Sedangkan Tergugat I dalam Jawabannya mengatakan bahwa ia

menyangkal menyatakan sebagai satu-satunya ahli waris dari almarhum Broto bin

5 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Page 48: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

39

Lasiman pada saat jenazah almarhum akan dishalatkan`Tergugat I hanya

mengatakan bahwa ia merupakan istri almarhum Broto bin Lasiman, selebihnya

Tergugat I tidak mengetahui adanya perbedaan status dalam Surat Keterangan

Untuk Nikah dengan Kutipan Akta Nikah, Tergugat hanya diminta menyerahkan

dokumen-dokumen persyaratan untuk melangsungkan perkawinan yang

selebihnya almarhum Broto bin Lasiman yang mengurusnya.

Berdsarkan jawaban Tergugat I dan Tergugat II Penggugat mengajukan

Replik yang pada dasarnya tetap pada gugatannya tersebut, dan tetap menyatakan

bahwa dalam proses perkawinan Tergugat I dan Broto bin Lasiman terdapat surat-

surat yang dipalsukan atau tidak sesuai dengan kenyataan waktu itu.

Berdasarkan Replik Penggugat tersebut, Tergugat I menyatakan keberatan

yang dituangkan dalam Dupliknya yang meyatakan keberatan dengan gugatan

Penggugat. Meskipun Tergugat I mengakui bahwa alm Broto bin Lasiman telah

menikah sebelumnya dengan Penggugat namun seharusnya Penggugat

menanyakan ijin Poligami kepada Broto bin Lasiman saat masih hidup.

Sedangkan sekarang beliau sudah meninggal, tidak masuk akal apabila

membatalkannya, apalagi dengan sudah adanya anak hasil perkawinan Tergugat I

dengan Broto bin Lasiman.6

3. Amar Putusan

a. Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

b. Menyatakan perkawinan Broto bin Lasiman dengan Tergugat I yang

dilangsungkan pada tanggal 22 September 2002 cacat hukum;

c. Membatalkan Perkawinan Broto Bin Lasiman dengan Tergugat I (Rini

Indriyanti Binti Wijayanto) yang dilangsungkan pada tanggal 22

September 2002;

6 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Page 49: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

40

d. Menyatakan Kutipan Akta Nikah No. 662/71/IX/2002 yang diterbitkan

oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor timur tidak memiliki

kekuatan hukum yang mengikat;

e. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor

Timur untuk mencoret pernnikahan Tergugat I dengan Broto Bin

Lasiman tersebut dari buku daftar register pernikahan di Kantor Uurusan

Agama Kecamatan Bogor Timur;

f. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaaya perkara ini

sebanyak Rp 891.9000,-(delapan ratus sembilan puluh satu ribu rupiah);

Perkara ini diputus di Cibinong dalam Permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Agama Cibinong pada hari Senin tanggal 16 September 2013 M,

bertepatan dengan tanggal 10 Zulkaidaha 1434 H. Oleh Drs. H.M. Hasany Nasir,

S.H. MH., sebagai Ketua Majelis, Dra. Isti’anah, MH dan Drs. H. Jarkasih, MH,

sebagai Hakim Anggota.7

7 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Page 50: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

41

BAB IV

PEMBAHASAN

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP

PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN

A. Analisis Hukum Islam Tentang Pembatalan Perkawinan pada Perkara

Nomor 376/Pdt.G/2013PA.Cbn

وان خفتم الاِّ تقسطوا في اليتامي فانكحوا ما طاب لكم من النسّاء مثني وثلاث ورباع فإن

الاّ تعدلوا فواحدة او ما ملكت ايمانكم ذالك ادنى الاّ تعولواخفتم

“Dan jika kamu takut tidak adan dapat berlaku adil terhdap (hak-hak) perempuan

yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang

kamu senangi: dua,tiga atau empat.1Kemudian jika kamu takut tidak dapat

berlaku adil, maka(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.

Yang demikian itu adalah lebih dekay kepada tidak berbuat aniaya”

Ayat diatas meskipun menggunakan kata perintah tetapi tidak menunjukan

kewajiban dalam berpoligami, itu karena sebagian dari ayat itu pun memalingkan

perintah yang pertama, yaitu dengan syarat adil yang juga tercantum dalam ayat

tersebut. Sehingga hukum asal dari poligami ialah hanya sebatas Mubah dan tidak

sampai pada wajib.

Sesuai dengan kaidah fiqh

الأصل في الأمر للوجوب ولا تدلّ على غيره الاّ بقرينة

Yang artinya : asal dalam perintah adalah menunjukan arti wajib, dan

tidak menunjukan arti lain kecuali ada qarinah.

Ayat diatas merupakan dalil utama yang memperbolehkan seorang lelaki

untuk memiliki lebih dari satu orang istri meskipun banyak ikhtilaf dan tafsir yang

berbeda dalam memahami ayat tersebut.

1 QS An-Nisa ayat 3

Page 51: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

42

Dengan dalil diatas beberapa ulama berpendapat bahwa poligami

merupakan hak istri dan tidak ada kewajiban untuk meminta izin istri

terdahulunya. Oleh karenanya izin istri pertama tidak bisa dijadikan dalil dalam

membatalkan suatu pernikahan. Karena membatalkan artinya menganggap

pernikahan itu tidak pernah ada dan sesuatu yang berada selama rentang waktu

pernikahan tersebut dianggap tidak ada pula seperti anak-anak hasil dari

pernikahan tersebut. Sebelum itu harus kita pahami dulu perbedaan antara

pemisahan pernikahan dan pembatalan perkawinan.

Pertama, perpisahan adalah talak bukannya fasakh dalam pernikahan yang

diperselisihkan antara berbagai madzhab fiqih, dan ini adalah perselisihan

pendapat yang terkenal. Contohnya, hukum seorang perempuan yang

mengawinkan dirinya sendiri. pernikahan yang dilakukan oleh orang yang tengah

melakukan ihram ibadah haji atau umrah.

Kedua, karena kategori hal itu sebagai sebab yang mewajibkan terjadinya

perpisahan, jika karena berdasarkan syariat bukan karena keinginan pasangan

suami-istri perpisahan ini adalah fasakh. Contohnya pernikahan dengan

perempuan yang haram untuk dinikahi karena hubungan susuan atau pernikahan

yang dilakukan pada masa iddah.2

Menurut Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili ada beberapa bentuk pembatalan

perkawinan diantaranya:

1. Pembataln perkawinan akibat kerusakan akad semenjak dari asalnya, seperti

akad perkawinan yang dilangsungkan tanpa saksi, dan kawin dengan saudara

perempuan.

2. Pembatalan perkawinan akibat persetubuhan yang terjadi antara salah satu

suami-istri dengan orang tua atau keturunan pihak lain dalam bentuk yang

membuat hubungan perbesanan.

3. Pembatalan perkawinan akibat kemurtadan.

4. Pembatalan perkawinan akibat pilihan istri yang menjadi merdeka.

2 Wahbah az-zuhaili, al-fiqh al-islam wa adillatuhu, Daarul Fikr:Damaskus, 2007

Page 52: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

43

5. Pembatalan akibat kepemilikan salah satu suami-istri terhadap yang lain.3

Jika sebabnya adalah kehendak suami-istri, contohnya penolakan akibat

adanya cacat, maka pemisahan ini adalah talak.4

Lebih singkatnya perbedaan antara perceraian dan pembatalan perkawinan

adalah hasl akhir keduanya berbeda, dimana bila perceraian pernikahannya

dianggap sah dan legal. Sedangkan pembatalan perkawinan, pernikahan

sebelumnya dianggap tidak pernah ada.

Adapun izin istri terdahulu bukan merupakan syarat yang harus dipenuhi

oleh laki-laki yang ingin berpoligami. Mayoritas ulama syafiiyyah berpendapat

bahwa poligami merupakan hak laki-laki dan tidak ada kewajiban laki-laki untuk

meminta izin istri terdahuluketika ingin berpoligami. Namun sebagian ulama

mewajibkan untuk memberitahu istri terdahulunya jika ingin poligami, perlu

dipahami bahwa memberitahu dan memberi iizin memiliki dampak hukum yang

berbeda karena dengan memberitahu meskipun tanpa izin istri tetdahulu poligami

tetap dapat dilaksanakan kaerena kewajiban memberitahu sudah dilaksanakan

oleh laki-laki.

Lain halnya apabila pada perkawinan pertama perempuan yang menikah

meminta syarat pada laki-laki untuk tidak beristri lagi. Hal itu bisa menjadikan

izin istri pertama sebagai syarat untuk berpoligami. Bahkan istri dapat

membatalkan perkawinan nya apabila syarat tersebut dilanggar kecuali, jika istri

membatalkan syarat tersebut setelah perkawinan tersebut berlangsung.5

Menurut Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyyah syarat yang disebutkan ketika

akad nikah berlangsung lebih mengikat daripada syarat dalam akad jual-beli,

sewa-menyewa atau akad-akad lainnya. Karenanya, kewajiban menepati syarat

tersebut lebih ditegaskan dan ditekankan.

3 Wahbah az-zuhaili, al-fiqh al-islam wa adillatuhu, Daarul Fikr:Damaskus, 2007, hlm 317 4 Wahbah az-zuhaili, al-fiqh al-islam wa adillatuhu, Daarul Fikr:Damaskus, 2007 5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Dar Fath Lil i’lmi al-Arabiy: 2008 hlm.353

Page 53: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

44

Pendapat tersebut berdasarkan hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhori dan Muslim:

إنّ احقّ الشروط ان توفوا به ما استحللتم به الفروج

“sesungguhnya syarat yang paling berhak untuk kalian penuhi adalah

yang berkaitan dengan penghalalan kemaluan bagi kalian (pernikahan)”

HR.Bukhori dan Muslim

Dari hadist diatas jelaslah bahwa syarat tersebut harus dipenuhi jika

memang diberikan saat perkawinan, dan harus dijalankan oleh suami yang

disyaratkan baginya.

Sedangkan beberapa ulama mengharamkan poligami dengan beberapa

alasan, seperti Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu (tahun

1899), memilih mengharamkan poligami. Syekh Muhamamad Abduh

mengatakan: Haram berpoligami bagi seseorang yang merasa khawatir akan

berlaku tidak adil.6

Selain itu, jika kita kaitkan dengan syarat-syarat nikah yang antara lain:

a. Keduanya jelas keberadaannya dan jelas identitasnya

b. Keduanya sama-sama beragama Islam (tentang perkawina dengan

agama lain dijelaskan tersendiri)

c. Tidak adanya halangan melakukan perkawinan

d. Keduanya sudah layak melangsungkan perkawinan.7

Jika dikaitkan antara perkara ini dengan pemalsuan identitas maka poin 1

dapat menimbulkan beberapa pendapat, diantaranya ada yang mengaggap bahwa

perkawinan ini tidak memenuhi syarat pertama, namun ada juga yang berpendapat

bahwa para mempelai sudah memenuhi syarat, karena kejelasan yang

dicantumkan diartikan keduanya saling mengetahui identitas para pihak. Dalam

perkara ini para pihak sudah mengetahui statusnya masing-masing dan tidak ada

6 Muhammad Abduh, Al Manar, juz IV hlm.350 7 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Kencana, 2010) hlm 89

Page 54: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

45

halangan untuk menikah, namun yang dilanggar adalah karena memberikan

informasi status yang berbeda pada KUA yang dalam syarat perkawinan tidak ada

kaitannya sama sekali. Sehingga calon mempelai dianggap sudah memenuhi

syarat melangsungkan perkawinan.

Kaitannya dengan perkara No.376/Pdt.G/2013/Pa.Cbn ialah bahwa yang

menjadi dalil utama hakim ialah karena tidak adanya izin isteri pertama dalam

perkawinan alm. Broto dan Tegugat I sedangkan mayoritas ulama berpendapat

izin istri pertama bukanlah syarat untuk berpoligami kecuali jika menjadi syarat

perkawinan dengan penggugat terdahulu. Sedangkan dalam perkara ini tidak ada

keterangan yang menyebutkan adanya syarat perkawinan yang berkaitan dengan

perkawinan lain stelah perkawinannya dengan penggugat.

MUI memberikan Fatwa yang tertuang dalam fatwa No. 17 tahun 2013

tentang beristri lebih dari empat dalam waktu bersamaan. Dalam poin kedua

disebutkan bahwa pernikahan dengan istri pertama sampai keempat dilaksanakan

dengan ketentuan rukun dan syarat, maka pernikahan tersebut dianggap sah dan

memiliki akibat hukum pernikahan. Dengan itu selayaknya pernikahan Tergugat I

dapat dianggap sah karena sudah memenuhi syarat dan rukun berdasarkan

syariah.8

Selain itu, dampak dari dikabulkannya gugatan penggugat sepenuhnya

berdampak pada terlanggarnya Maqosid As-Syariah yaitu:

1. Hifdz ad-Diin (memelihara Agama)

2. Hifdz an-Nafs (Memelihara Jiwa)

3. Hifdz Al’Aql ( Memelihara Akal)

4. Hifdz an-Nasb ( Memelihara Keturunan )

5. Hifdz al-Maal (Memelihara Harta)

Pembatalan perkawinan berdampak pada anak-anak hasil perkawinan

tersebut, karena jika perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada, maka

8 Fatwa MUI No 17 Tahun 2013

Page 55: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

46

kedudukan anak menjadi tidak dapat nasab dari ayahnya dan hanya bernasab pada

ibunya. Selain itu juga pembatalan perkawinan membuat anak dan ayah tidak

dapat saling mewarisi itu pun melanggar Maqasid as-Syariah. Sehingga banyak

sekali kerugian bagi Tergugat I dengan pembatalan perkawinan tersebut, ditambah

dengan meninggalnya alm. Broto Tergugat I tak bisa lagi dapat meminta bantuan

khususnya terkait kebutuhan hidup sehari-hari.

Oleh karena itu keputusan Pengadilan Agama Cibinong untuk

mengabulkan gugatan Penggugat sepenuhnya kurang sesuai dengan tinjauan

fuqoha karena pada dasarnya izin poligami bukan merupakan syarat untuk

berpoligami, melainkan berlaku adil lah yang menjadi syarat utama

dibolehkannya poligami.

B. Analisis Peraturan di Indonesia Tentang Pembatalan Perkawinan pada

Perkara Nomor 376/Pdt.G/2013PA.Cbn

Dalam hal perkawinan di Indonesia telah diatur dengan terperinci oleh

hukum Islam dan Negara. Adapun pedoman yang dipakai di Negara Indonesia

adalah UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Dalam UU No.1974

pasal 2 (ayat 1) dijelaskan bahwa pernikahan yang sah adalah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Segala yang

berhubungan tentang pernikahan, tentu ini menjadi pedoman baginya.

UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 menjelaskan mengenai syarat-syarat

perkwinan bagi warga negara Indonesia. Adapun syarat perkawinan dijelaskan

dalam Bab II pasal 6,7,8,9,10,11,12 tentang syarat-syarat perkawinan. Salah satu

syarat dalam pasal 9 dijelaskan bahwasannya seseorang yang masih terkait dengan

perkawinan dengan orang lain, jika ingin menikah lagi harus mendapatkan izin

poligami dari isteri sah yang pertama. Setelah adanya izin poligami dari isteri sah,

tidak serta merta seorang laki-laki langsung bisa menikah, akan tetapi harus

diputuskan di depan majelis hakim di Pengadilan.9

9 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 56: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

47

Dengan adanya aturan izin poligami ini, mayoritas masyarakat tentu lebih

meyakini aturan agama Islam khususnya fikih klasik, sehingga mengesampingkan

aturan formal bernegara. Oleh sebab itu banyak masyarakat yang menggunakan

jalan pintas. Adapun salah satu jalan pintas yang digunakan oleh masyarakat

adalah dengan cara memalsukan data ataupun status. Adapun pemalsuan data ini

dilakukan karena tidak adanya izin untuk melakukan poligami oleh isteri sah.

Tentu pernikahan yang seperti ini bisa batal demi hukum karena ada salah satu

syarat yang tidak bisa dipenuhi.

Perkawinan bisa dibatalakan oleh Pengadilan apabila salah satu syarat

tidak dipenuhi. Dalam perkara Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn, Isteri pertama

bertindak sebagai (Penggugat), Isteri kedua bertindak sebagai (Tergugat I) dan

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur bertindak sebagai (Tergugat II).

Sedangkan suami dari kedua isteri telah meninggal dunia.

Pembatalan perkawinan diarahkan kepada kepastian hukum dan ketertiban

dengan jalan pihak berwenang dalam hal ini Pengadilan Agama.10

Pihak yang yang mengajukan Pembatalan Perkawinan tidak terbatas pada

Istri saja, nanum juga boleh diajaukan oleh orang tua. Putusan yang dijatuhkan

oleh Hakim dalam perkara ini adalah, membatalkan perkawinan antara Alm Broto

Bin Lasiman dengan Rini Indriyanti Binti Wijianto. Putusan yang dijatuhkan oleh

hakim berlandaskan pada UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 9 dan 24 jo Kompilasi

Hukum Islam huruf a, maka sudah tepat jika perkawinan antara Alm Broto dan

Rini Indriyanti dibatalkan. Berdasarkan UU tersebut perkawinan ini batal demi

hukum.

Berdasarkan paparan diatas keputusan Pengadilan Agama Cibinong untuk

mengabulkan gugatan Penggugat selurhnya sudah sesuai dengan Pewraturan yang

ada di Indonesia. Yaitu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan

juga Kompilasi Hukum Islam.

10 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acar Pengadilan Agama,

(Jakarta:Sinar Grafika,2009) hlm.43

Page 57: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

48

C. Analisis Penulis Terhadap Pertimbangan Hakim dalam Perkara Pembatalan

Perkawinan Nomor : 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Dalam Putusan Peraturan Ketua Mahkamah Agung No. KMA/

032/SK/IV/2006 tertanggal 4 April 2006 bahwasannya dalam perkara pembatalan

perkawinan tidak adanya mediasi. Adapun alasannya adalah karena pokok

sengketa dalam perkara ini adalah perkawinan yang dilakukan tidak berdasarkan

UU. Namun begitu, hakim pengadilan Agama Cibinog tetap menganjurkan untuk

dilakukannya mediasi namun tidak berhasil.11

Dalam gugatannya, Pengguat mengajukan 11 dalil-dalil gugatannya. Atas

Gugatan yang diajukan oleh Penggugat tersebut, Isteri kedua (Tergugat I)

mengajukan jawaban, yang pertama, Bahwa tidak benar Tergugat 1 menyatakan

bahwa dirinya merupakan satu- satunya ahli waris Broto Bin Lasiman, Yang

kedua, Bahwa Tergugat 1 tidak mengetahui adanya perbedaan status perawan di

dalam surat keterangan untuk menikah, yang ketiga bahwa Tergugat 1 hanya

menyerahkan segala persyaratan perkawinan kepada Broto Bin Lasiman, yang

keempat Tergugat 1 membenarkan bahwa mereka pernah tinggal bersama Broto

Bin Lasiman di Kelurahan Katulampa RT 03/03. Dan yang terakhir (Tergugat 1)

tidak mengetahui adanya perbedaan status Broto di surat keterangan untuk

menikah.

Sementara itu, Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur (Tergugat

2) mengakui secara murni dalil-dalil gugatan Penggugat. Bahwa telah tercatatnya

perkawinan antara Broto Bin Lasiman dengan Rini Indriyati dengan nomor Akta

Nikah, 662/71/IX/2002 di Kantor Urusan Agama Bogor Timur.12

(Tergugat II) juga mengakui adanya perbedaan status Rini Indriyanti

dalam daftar pemeriksaan nikah, yang mana (Tergugat 1) berstatus Perawan,

sedangkan berstatus janda cerai. Begitu juga dengan Alm Broto yang harusnya

berstatus Suami sah, namun di daftar pemeriksaan nikah berstatus Jejaka.

11 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn 12 Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Page 58: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

49

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bogor Timur (Tergugat 2) selaku pihak

yang bertanggung jawab besar, karena merekalah yang mengeluarkan akta nikah

menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis Hakim.

Dalam menguatkan argumennya, selain bukti dokumen, Penggugat juga

menghadirkan masing-masing. Kesaksian saksi membenarkan bahwa telah

terjadinya perkawinan antara Broto dengan Sri Sugiarti Binti Harto Suwarno

(Penggugat).

Begitu juga dengan Tergugat 1, dia juga menghadirkan beberapa orang

saksi, yang mana kesaksiannya juga membenarkan telah terjadinya pekawinan

antara Alm Broto Bin Lasiman dengan Rini Indriayti Binti Wijianto (Tergugat 1)

Setelah pemeriksaan bukti dokumen dan saksi, terbukti bahwa Broto Bin

Lasiman dan Rini Indriyanti Binti Wijianto telah memalsukan statusnya ketika

pemeriksaan di Kantor Urusan Agam (KUA) Kecamatan Bogor Timur.

Berdasarkan pasal 9 dan 24 UU No. 1 Tahun 1974 jo. Kompilasi Hukum Islam

Pasal 71 huruf (a). perkawinan ini tidak memiliki kekuatan hukum tetap, dan

dinyatakan cacat demi hukum.

Hakim yang mengadili perkara No. 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn ini,

dinyatakan telah tepat dalam mengambil keputusan, karena mereka memutus

berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Dalam pasal 9 Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 menyatakan bahwa seseorang yang masih terikat tali perkawinan

dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada

pasal 3 dan pasal 4.13 Dalam pasal 24 juga dikatakan bahwa barang siapa karena

perkawinan masih terikat dirinya dengan salah satu dari kedua belah pihak dan

atas dasar masih adanya perkawinan dapat megajukan pembatalan perkawinan

yang baru, dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 3 dan pasal 4. Dalam

kompilasi hukum islam pasal 71 (a) juga menjelaskan bahwa pembatalan

perkawinan bisa dilakukan apabilan tidak ada izin dari Pengadilan Agama.

Dengan fakta-fakta yang dijelaskan diatas, ada salah satu syarat yang

dilanggar oleh Para pihak, dan juga majelis hakim berpendapat Perkawinan ini

13 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 59: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

50

telah melangar UU No 1 Tahun 1974 pasal 9 dan pasal 24, dan Kompilasi Hukum

Islam Pasal 71 (a).

Namun pada putusan ini, penulis sempat bertanya kenapa hakim yang

memutus dan mengadili pembatalan perkawinan ini, karena penulis berpikir

bahwasannya perkawinan ini telah putus tanpa diajukannya ke Pengadilan, karena

almarhum Broto bin Lasiman telah meninggal dunia, berdasarkan pasal 113

Kompilasi Hukum Islam putusan dapat putus karena kematian, perceraian dan

kematian.

Kemudian hakim Pengadilan Agama Cibinong Firis Berlian menjelaskan

bahwasannya walaupun salah satu pihak meninggal dunia, pihak yang dirugikan

tetap bisa mengajukan gugatan pembatalan perkawinan. Karena ini berdampak

pada akibat hukumnya. Jika tidak dilakukan pembatalan perkawinan, bisa muncul

sengketa gono gini, dan juga waris, dimana akan ada ahli waris di pihak Tergugat

yang kedudukan anaknya menjadi ahli waris alm. Broto, namun karena

perkawinannya dibatalkan maka kedudukan anak Tergugat I hanya terikat

keperdataan dengan Tergugat dan tidak terikat dengan alm. Broto sesuai dengan

pasal 42 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sama hal nya

dengan tujuan gugat pada kasus ini, yang mana alasannya adalah untuk waris.

Selain itu juga perkawinan antara alm. Broto bin lasiman dan Tergugagt I terjadi

sebelum Broto bin Lasiman meninggal yang artinya kejadian hukumnya tetap

ada.atau bisa juga perkara ini doproses sesuai dengan asas berlaku surut.14

Dalam kompilasi Hukum Islam juga telah dijelaskan bahwa pernikahan

bisa batal jika salah satu syarat dan rukun tidak dipenuhi,sebagaimana yang

terdapat dalam pasal 71 (a), (e) dan (f).

Menurut salah satu hakim ibu Firis Berian tujuan pemalsuan data dalam

perkara ini adalah supaya melangsungkan perkawinan antara suami pemohon

dengan penggugat (1) di depan pejabat pencatatan perkawinan. Berdasarkan

ketentuan yang ada pada kompilasi hukum islam, hal ini bisa batal demi hukum.15

14 Wawancara dengan Hakim Firiz Berlian Pengadilan Agama Cibinong 15 Wawancara dengan Hakim Firiz Berlian Pengadilan Agama Cibinong

Page 60: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

51

Jika kita lihat dari sudut pandang hukum pidana, Tergugat bisa terjerat

dalam pasal penipuan sebagaimana dijelaskan pada Pasal 263 ayat 1 “Barang

siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan suatu

hak, sesuatu perjanjian atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh

dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan

menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah

surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat

mendatangkan sesuatu kerugian, dihukum karena pemalsuan surat, dengan

hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.”

Begitupun yang diutarakan oleh hakim Ibu Firis Berlian dengan pasal ini

Penggugat dapat menggugat Tergugat ke Pengadilan Negeri, karena sudah jelas

Tergugat memalsukan identitas status perkawinannya untuk mendapatkan hak

tanpa adanya izin dari istri sah yang berarti tergugat telah melanggar pasal

tersebut. Kemudian Ibu Firis Berlian menjelaskan karena ini bukan merupakan

kewenanga absolut Pengadilan Agama maka jalan keluarnya adalah diselesaikan

satu persatu dimana kasus pemalsuan identitas nya diajukan kepada Pengadilan

Negri setelah Pengadilan Agama memutus perkara ini.16

Namun dalam perkara ini, pemalsuan identitas yang dilakukan alm. Broto

tidak dijadikan sebagai dalil utama dalam memutus perkara oleh hakim,

melainkan hanya sebagai dalil untuk membuktikan bahwa perkawinan antara alm.

Broto dan Tergugat I tidak dilandasi dengan di izin Pengadilan dan Penggugat.

Serta pengakuan KUA yang mengakui adanya kelalaian dalam administrasi

pencatatan nikah Tergugat I dan alm. Broto menjadi dasar keyakinan hakim dalam

memutus perkara ini.17

Menurut hemat penulis, azas kepastian hukum yang menjadi landasan oleh

hakim dalam memutus perkara. Karena memang hakim melihat hukum yang ada

di Undang-undang perkawinan. Penulis melihat bahwa hakim tidak melihat azas

keadilan hukum, karena hakim tidak mempertimbangkan anak dari perkawinan

16 Wawancara dengan Hakim Firiz Berlian Pengadilan Agama Cibinong 17 Wawancara dengan Hakim Firiz Berlian Pengadilan Agama Cibinong

Page 61: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

52

siri antara mantan suami dengan tergugat 1. Adapun dalam Islam anak tersebut

adalah anak yang sah, yang mana anak dari tergugat satu juga mendapatkan hak

waris dari almarhum bapaknya. Akan tetapi dengan adanya putusan pengadilan

tersebut hak nya hilang, karena perkawinan antara tergugat satu dengan mantan

suami dianggap tidak ada.

Adapun dalam perkara ini, tergugat satu juga tidak mengetahui bahwa

mantan suami telah menikah dengan Penggugat. Tentu ini bukan menjadi

kesalahan juga bagi tergugat satu. Hemat penulis, belum ada keadilan oleh hakim

dalam memutus perkara ini. Adapun disini hakim semata-mata melihat hukum

dan perundang undangan yang berlaku

Page 62: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai bagian akhir dari penyusunan skripsi yang berjudul “Pembatalan

Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas ( Studi Putusan Nomor

376/Pdt.G/2013/PA.Cbn), penyusun mencoba membuat kesimpulan dan saran

yang sudah dibuat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Semoga

kesimpilan dan saran yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan secara umum untuk ilmu hukum, dan lebih khusus untuk

masyarakat.

1. Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya

berdasarkan tidak adanya izin dari istri pertama, dan hanya menjadikan

pemalsuan identitas status sebagai dalil bahwa istri pertama tidak

memberikan suami izin untuk poligami yang tercantum dalam posita

gugatan penggugat serta diakui oleh Tergugat I maupun Tergugat II bahwa

saat melangsungkan perkawinan memang ada kejanggalan yang terjadi.

2. Dari tinjauan Fuqoha perkawinannya tetap sah, apabila telah memenuhi

syarat dan rukunhya. Diantara salah satu syarat itu tercantum kejelasan

identitasnya. Yang artinya para calon mempelai sudah tahu dan saling

terbuka dengan statusnya masing-masing. Dalam kasus ini para pihak

seharusnya sudah memenuhi syarat karena identitas yang diganti hanya di

depan KUA dan para pihak sebenarnya sudah mengetahui tentang

identitasnya masing-masing. Namun setelah berlakunya Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawainan perkawinan tersebut harus

mengikuti ketentuan sebagaimana yang diatur dalam UU Perkawinan,

sebab ia merupakan hukum positif yang berlaku bagi warga negara

Indonesia

3. Menurut peraturan di Indonesia perkawinan poligami ini dianggap tidak

sah, karena melanggar pasal 27 ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Page 63: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

54

tentan Perkawinan yang menyebutkan bahwa jika pada saat perkawinan

dilangsungkan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri maka

dari suami atau istri dapat mengajukan pembatalan perkawinan.

B. Saran-saran

Sesuai dengan harapan penulis agar pikiran –pikiran dalam skripsi ini

dapat bermanfaat bagi ilmu hukum umumnya dan khususnya untuk masyarakat,

kiranya penulis dapat meberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perkawinan merupakan salah satu Sunnah Nabi Muhammad SAW. Yang

sangat dianjurkan juga ibadah yang pahalanya sangat besar. Maka

sejatinya pernikahan harus dilakukan dengan niat karena Allah SWT, agar

terciptanya perkawinan yang sakinah, mawadah warohmah alangkah lebih

baik apabila ada laki-laki yang mampu dan ingin poligami haruslah dengan

prosedur yang sudah ditetapkan. Karena apabila perkawinan didasari

dengan kebohongan maka tidak akan pernah ada keharmonisan dalam

mengarungi bahtera rumah tangga.

2. Bagi pengadilan agama, seharusnya tidak mengabaikan bukti bahwa suami

dalam perkara ini sudah mampu dan memenuhi syarat untuk berpoligami

yang terbukti karena perkara ini muncul paska suami tersebut meninggal,

yang memberikan indikator bahwa suami dapat menjalankan

kewajibannya sebagai suami yang adil bagi kedua istrinya dan dapat

menciptakan keharmonisan, kendatipun tanpa sepengetahuan istri pertma.

Karena menurut Tinjauan Fiqh poligami merupakan Hak suami dan tidak

ada kewajiban suami untuk mendapatkan izin istri pertama terlebih dahulu.

Kendatipun demikian keputusan Pengadilan Agana sudah tepat karena

sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.

3. Bagi akademisi, seharusnya dapat memberikan solusi juga pencerahan

kepada masyarakat tentang bagaimana sebenarnya prosedur poligami yang

ada di Indonesia itu, sehingga dapat mencegah kasus seperti ini terjadi lagi

agar tidak ada lagi yang dirugikan khususnya wanita yang bersangkutan.

Page 64: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

55

4. Bagi KUA harus lebih ketat lagi dalam memeriksa berkas calon mempelai

sehingga dapat mencegah para pihak yang ingin “bermain” demi

memudahkan urusannya.

Page 65: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta:Granit. 2005

Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2014

Al-Jaziri, Abdurrahman. Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah. Beirut

Libanon: Dar Kitam Al-‘Ilmiyah. 1999.

Aminuddin dan Abidin, Slamet. Fiqh Munakahat 2. Bandung: Pustaka Setia. 1999

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. 2002

Arto A Mukhti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Jakarta:

Pustaka Pelajar 1996

Ash-Shalih, Fuad Muhammad Khair, Sukses Menikah Dan Berumah Tangga.

Bandung: Pustaka Setia. 2006

Bashir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.2000

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press. 2000

Departemen Agam RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: Toha Putra.

1989

Dian, Veronika. Mengurus Surat-Surat Kependudukan (idntitas diri. Jakarta

Selatan: Transmedia Pustaka.

Eoh, O.S. Perkawinan Antar Agama Dalam Teori Dan Praktek.

Jakarta:RajaGrafindo. 2001

Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana. 2008

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Prenada Media Kencana.

2008.

Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2000

Harahap, M. Yahya. Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1975.

Medan: CV Zahir Trading, 1975

Page 66: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007

Masruhan, Metode Penelitian Hukum. Surabaya. Hilal Pustaka.2013

Muhammad, Imam bin ‘Isa at-Tirmidzi. Al-Jam’ul Kabir. Beirut: Darul ‘Arabi

Al-Islami.1996

Muhammad, Imam bin Isma’il Al-Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut: Daru Ibnu

Katsir. 2002

Mukhtar, Kamal. Asas-Asas Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang.

1974

Munawwir A.W. Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya:

Pustaka Peogresif. 1997

Munawwir, Ahmad Warson,. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka. 2002

Nasution, Bahder Johan. Hukum Perdata Islam. Mandar Maju. 1997

Nata, Abuddin. Metode Studi Islam, cet IV Jakarta:Grafind Persada. 2001

Nazhir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.2005

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2006

Ramulyo, Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Sabiq, Sayyid. Fiqh as-Sunnah. Bandung: PT Al-Ma’rif,th.

Sahrami, Sohari dan Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

Jakarta:Rajawali Pers. 2010

Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat. Jakarta: RajaGrafindo 2010

Shomad. Abd. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum

Indonesia. Jakarta: Prenada Media. 2012.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa. 1980

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta:Prenada Media Kencana.

2010

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh

Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Prenada Media.

2004

Page 67: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

Wasman. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Yogyakarta: Teras. 2011

Zahrah, Muhammad Abu. Ahwal as-Shaksiyah. Beirut: Daar Al-Fikr Al-‘Arabi,

t.th

2. Skripsi

Umam, Ahmad Khairul. Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin

Poligami dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Skripsi Universitas

Syarif Hidayatyllah Jakarta. 2017

3. Jurnal dan Lain-lain

Anggi, Mohammad. Pembatalan Perkawinan, www.blogsopt.com, diakses pada

tangggal 11 januari 2019

Nasution, Hotnidah. Pembatalan Perkawinan Poligami di Pengadilan Agama(

Tinjauan dari Hukum Positif.Jurnal Cita Hokum, Vol 1 No. 1 Juni 2013

Putusan Pengadilan Agama Cibinong Nomor 376/Pdt.G/2013/PA.Cbn

Undang- Undang Perkawinan No.1Tahun 1974

Peraturan pemerintah No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan .

Kompilasi Hukum Islam.

KUHP

Page 68: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta

LAMPIRAN

Page 69: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 70: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 71: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 72: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 73: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 74: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 75: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 76: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 77: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 78: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 79: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 80: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 81: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 82: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta
Page 83: PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47635... · 2019. 10. 18. · Segala puji ke hadirat Allah SWT. Tuhan semesta